SlideShare a Scribd company logo
PEMBELAJARAN SOCRATES DENGAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PROSES BELAJAR
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Andyka Martha Kesuma1
, Tina Yunarti2
, Rini Asnawati2
andyka.martha@yahoo.co.id
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
2
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
This descriptive research aimed to describe learning process and the critical
thinking skills of students that using Socratic learning with contextual approach.
Subjects of this research were students of class X3, State Senior High School 17 of
Bandarlampung in odd semester academic year 2012/2013 that consisted of 30
students. Based on the results of research, it was concluded that students' critical
thinking skills belong to low criteria. It shown from the average of student
learning outcomes at 53.33 and 83.33 from 30 students. During the learning
process, it was known that Socratic contextual learning could lead students to be
more active and daring to voice their opinions. Based on the results of the
analysis of data it was concluded that, generally, students who active during the
socratic learning had better results than students who less active.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
proses belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan
pembelajaran Socrates dengan pendekatan kontekstual. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 17 Bandarlampung semester ganjil tahun
pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 30 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa tergolong ke dalam kriteria
rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa sebesar 53,33 dan 83,33
dari 30 siswa. Selama proses pembelajaran diketahui bahwa pembelajaran
Socrates kontekstual dapat memacu siswa untuk lebih aktif dan berani
mengutarakan pendapatnya. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan
bahwa, secara umum siswa yang aktif saat pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran Socrates Kontekstual menunjukan hasil yang cenderung lebih baik
daripada siswa yang kurang aktif.
Kata Kunci : kemampuan berpikir kritis, pembelajaran Socrates dengan pende-
katan kontekstual, proses belajar.
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang
tengah berkembang harus dapat men-
ciptakan lulusan yang mampu meng-
hadapi kehidupan secara kompetitif
dan inovatif agar menghasilkan sum-
ber daya manusia (SDM) yang ber-
kualitas tinggi secara global. Dalam
upaya meningkatkan SDM yang ber-
kualitas kearah yang lebih baik, pe-
merintah sedang giat-giatnya menye-
lenggarakan perbaikan dalam proses
peningkatan mutu pendidikan.
Pemerintah kini juga melaku-
kan berbagai macam perubahan, di-
antaranya melakukan revisi kuriku-
lum, dari Kurikulum 2004 (KBK)
menjadi Kurikulum 2006 (KTSP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendi-
dikan (KTSP) adalah suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan (kompe-
tensi) untuk melakukan tugas-tugas
dengan standar performansi tertentu
sehingga hasilnya dapat dirasakan
oleh siswa, yaitu berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi
tertentu (Kunandar (2009: 133)).
Pembelajaran KTSP berpusat
pada siswa (Student Centered
Learning), dimana siswa dituntut
untuk lebih aktif dan senantiasa am-
bil bagian dalam aktivitas belajar.
Dalam KTSP guru mempunyai sepe-
rangkat tugas yang berhubungan
dengan siswa seperti berperan se-
bagai fasilitator yang berguna mem-
beri dorongan kepada siswa untuk
lebih aktif dan ikut serta dalam kegi-
atan belajar. Keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar bertujuan supaya
siswa dapat mengembangkan ke-
mampuan berpikir kritisnya.
Sugiarto dalam Amri dan Ah-
madi (2010: 62) berpendapat bahwa,
“berpikir kritis diperlukan dalam ke-
hidupan di masyarakat karena manu-
sia selalu dihadapkan pada perma-
salahan yang memerlukan pemecah-
an”. Mata pelajaran di sekolah yang
dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah mata pe-
lajaran matematika. Pentingnya ma-
tematika bisa dilihat dari manfaat
dan kegunaan matematika dalam ke-
hidupan sehari-hari, juga bagi per-
kembangan ilmu pengetahuan. Jika
para siswa tidak dibekali dengan ke-
mampuan berpikir kritis dan kreatif
maka mereka tidak akan mampu
mengolah menilai dan megambil in-
formasi yang butuhkannya untuk
menghadapi tantangan tersebut. Oleh
karena itu kemampuan berpikir kritis
dan kreatif adalah merupakan ke-
mampuan yang penting dalam mata
pelajaran matematika.
Kemampuan berpikir kritis dan
kreatif sangat diperlukan oleh siswa
mengingat bahwa dewasa ini ilmu
pengetahuan dan teknologi berkem-
bang sangat pesat dan memungkin-
kan siapa saja bisa memperolah in-
formasi secara cepat dan mudah
dengan melimpah dari berbagai sum-
ber dan tempat manapun di dunia.
Hal ini mengakibatkan cepatnya per-
ubahan tatanan hidup serta perubah-
an global dalam kehidupan, namun
dalam proses mempelajari matemati-
ka, banyak siswa yang mengalami
kesulitan dan beranggapan bahwa
matematika merupakan ilmu yang
sukar untuk dipelajari. Hal ini tak
terlepas metode dan pendekatan yang
digunakan pada pembelajaran. Un-
tuk itu diperlukan kemampuan guru
dalam memilih dan menerapkan su-
atu metode pembelajaran, sehingga
siswa aktif dalam proses pembelajar-
an dan mengembangkan potensi yang
dimiliki.
Kemampuan berpikir kritis me-
rupakan salah satu kemampuan yang
harus dimiliki siswa, maka guru hen-
daknya berupaya agar siswa dapat
memiliki kemampuan tersebut. Sa-
lah satu cara melatih kemampuan
berpikir kritis adalah dengan membe-
rikan pertanyaan. Pentingnya mem-
berikan pertanyaan dalam pem-
belajaran didasari bahwa seseorang
akan berpikir dan menentukan sikap
jika dihadapkan oleh suatu perta-
nyaan seperti yang dikatakan oleh
para pemikir dari The Critical
Thinking Community (Yunarti, 2011:
12), bahwa ”Thinking is not driven
by answers but by questions”. Agar
dapat berpikir, seseorang harus ber-
hadapan dengan pertanyaan yang
merangsang pemikirannya.
Melalui pertanyaan-pertanyaan
dalam dialog siswa diarahkan untuk
menemukan penyelesaian suatu ma-
salah dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan serta jawabannya. Di-
alog yang terjadi dapat berupa dialog
guru dengan siswa atau dialog antar
siswa. Salah satu metode pembela-
jaran yang memuat dialog-dialog da-
lam proses pembelajaran adalah me-
tode Socrates. Karaterisitik metode
Socrates yang tidak terdapat pada
metode tanya-jawab lain adalah
adanya uji silang suatu pertanyaan.
Pertanyaan seperti “Bagaimana jika
...?” atau “Seandainya..., apa yang
terjadi?”, merupakan bentuk perta-
nyaan yang dapat guru gunakan un-
tuk menyakinkan siswa terhadap ja-
wabnya. Sikap ramah guru dalam
bertanya diproses pembelajaran da-
pat mengembangkan sikap postif da-
lam pembelajaran siswa, sehingga
siswa lebih mudah mengungkapkan
argumen yang merupakan salah satu
indikator dalam kemampuan berpikir
kritis.
Pendekatan pembelajaran da-
lam penelitian ini menggunakan pen-
dekatan kontekstual. Pendekatan
pembelajaran kontekstual merupakan
pembelajaran yang bermula dari
penyajian permasalahan riil bagi
siswa, pendekatan ini efektif untuk
metode Socrates karena menurut
Johnson (Yunarti, 2011: 16) dalam
pembelajaran kontekstual para siswa
dilatih untuk bersosialisasi dengan
kelompok-kelompok kerja mereka.
Selain itu, penelitian ini juga men-
coba mengikuti anjuran pemerintah
Indonesia untuk melakukan penge-
nalan masalah yang sesuai dengan
situasi (contextual problem) dalam
pembelajaran matematika. Anjuran
pemerintah ini terdapat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Na-
sional Nomor 22 Tahun 2006.
Menurut guru-guru di MGMP
Matematika SMA di Bandar Lam-
pung (Yunarti, 2011:17) hampir se-
mua guru matematika SMA di Bandar
Lampung masih menyajikan pem-
belajaran secara konvensional. Hal ini
merupakan kesempatan untuk mem-
perkenalkan metode Socrates dengan
pendekatan kontekstual pada pembel-
ajaran matematika diseluruh SMA di
Bandar Lampung. Karena berbagai
keterbatasan, dipilihlah SMA negeri
untuk dijadikan subjek penelitian
dengan pertimbangan siswa-siswa
SMA negeri sudah menjalani seleksi
masuk yang dilaksanakan oleh pe-
merintah daerah, yang dalam hal ini
adalah SMAN 17 Bandar Lampung.
Dipilihnya SMA Negeri 17
Bandar Lampung sebagai subjek pe-
nelitian ini dengan pertimbangan sis-
wa-siswa SMA negeri 17 Bandar
Lampung sudah menjalani seleksi
masuk yang dilaksanakan oleh peme-
rintah daerah. Dengan demikian, di-
harapkan mereka siap secara fisik,
mental, dan akademik untuk meneri-
ma berbagai perlakuan dalam peneli-
tian ini.
Berdasarkan hasil rata-rata ni-
lai UN tahun 2012 dikota Bandar
Lampung, didapat bahwa SMA Ne-
geri 17 Bandar Lampung berada di-
urutan ke 47 dari 50 sekolah yang
ada di kota Bandar Lampung. Berda-
sarkan hasil wawancara dengan guru
bidang studi matematika kelas X di
SMA Negeri 17 Bandar Lampung
diketahui bahwa siswa kelas X cen-
derung bersikap pasif dalam proses
KBM dan kemampuan berpikir kritis
siswa masih tergolong rendah karena
berdasarkan nilai matematika yang
dicapai siswa masih tergolong
rendah.
Oleh karena itu, dilakukan pe-
nelitian dengan tujuan untuk menge-
tahui bagaimanakah penerapan me-
tode Socrates dengan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran ma-
tematika ditinjau dari proses belajar
dan kemampuan berpikir kritis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dengan jenis
penelitian adalah penelitian deskri-
ptif. Poerwandari (2005) mengung-
kapkan bahwa, dalam penelitian ku-
alitatif dapat menghasilkan dan
mengolah data yang sifatnya deskrip-
tif, seperti transkip wawancara, ca-
tatan lapangan, gambar proses dan
hasil penelitian, foto-foto proses pe-
nelitian serta foto-foto hasil peneli-
tian, rekaman video selama proses
penelitian, dan lain-lain.
Dalam penelitian kualitatif
proses penelitian, pemahaman,
kompleksitas, interaksi, dan manusia
adalah beberapa kata kunci yang di-
gunakan. Dalam penelitian kuali-
tatif peneliti lebih berfokus pada pro-
ses dari pada hasil akhir yang ingin
dituju. Penelitian kualitatif dipan-
dang dapat mengetahui apakah pro-
ses pembelajaran matematika meng-
gunakan penerapan metode Socrates
dengan pendekatan kontekstual dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir
kritis siswa ditinjau dari proses bel-
ajar siswa.
Penelitian ini bertempat di
SMA Negeri 17 Bandar Lampung
yang dimulai dari tanggal 09 Januari
sampai dengan 27 April 2013. Da-
lam tiap minggu ada dua kali perte-
muan yaitu hari Rabu (2 jam pelajar-
an), dan hari Sabtu (2 jam pelajaran)
dengan jumlah siswa sebanyak 30
orang.
Subjek Penelitian ini adalah
siswa kelas X3 SMA Negeri 17
Bandar Lampung. Objek Penelitian
ini adalah proses belajar dan kemam-
puan berpikir kritis siswa kelas X3
SMA Negeri 17 Bandar Lampung
pada materi Logika Matematika dan
Trigonometri pada tahun ajaran
2012/2013.
Data dalam penelitian ini ber-
upa data proses belajar dan kemam-
puan berpikir kritis siswa. Data pro-
ses belajar siswa tiap pertemuan di-
dapat melalui pengamatan aktivitas
siswa selama penelitian berlangsung
berupa data kualitatif. Data kemam-
puan berpikir kritis siswa diperoleh
setelah dilakukan uji blok pada setiap
akhir pokok bahasan berupa data
kuantitatif.
Instrumen dalam penelitian ini
adalah pedoman observasi, alat pere-
kam dan soal tes uji blok. Pedoman
observasi digunakan agar observasi
yang dilakukan tidak menyimpang
dari tujuan penelitian. Alat Perekam
berguna sebagai alat bantu pada saat
observasi, agar peneliti dapat berkon-
sentrasi pada proses pengambilan da-
ta tanpa harus berhenti untuk menca-
tat jawaban-jawaban dari subjek.
Soal tes uji blok diberikan pada akhir
pokok bahasan yang digunakan un-
tuk mengetahui kemampuan berpikir
kritis siswa dengan metode pembel-
ajaran Socrates kontekstual.
Tahap-tahap dalam penelitian
ini adalah tahap persiapan, tahap pe-
laksanaan dan tahap analisis data.
Tahap Persiapan Penelitian dimana
tahapan ini terdiri dari, 1) meng-
identifikasi masalah yang terjadi
dalam pembelajaran matematika di
kelas X SMA Negeri 17 Bandar
Lampung. 2) Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pe-
nelitian. RPP ini dibuat sesuai deng-
an metode yang akan digunakan se-
lama penelitian yaitu RPP dengan
metode Socrates dengan pendekatan
kontekstual. 3) Memilih lapangan
penelitian, mengurus perizinan pene-
litian, menilai keadaan lapangan, dan
menyiapkan perlengkapan penelitian.
Selanjutnya dilakukan tahap pelaksa-
naan penelitiaan dengan tahap-tahap
: 1) melakukan pembelajaran di
kelas dengan menerapkan metode
Socrates dengan pendekatan konteks-
tual. Secara umum, urutan pembel-
ajaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut. a) Kegiatan pendahuluan
kegiatan yang dilakukan adalah men-
jelaskan tujuan pembelajaran,
memotivasi siswa tentang materi
yang akan dipelajari, dan mena-
nyakan kepada siswa tentang materi
yang akan dipelajari serta mengulang
secara sepintas tentang materi sebe-
lumnya. b) Pada tahap inti, dilaku-
kan pembelajaran Socrates dengan
pendekatan kontekstual dimana sis-
wa diminta untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan uji silang
yang digunakan untuk menyakinkan
validitas kebenaran dari jawaban
yang dikemukakan oleh siswa, atas
dasar kecerdasan dan kemampuan
siswa itu sendiri. Siswa juga dikon-
disikan secara berkelompok untuk
mengerjakan lembar aktivitas siswa
(LAS) yang telah disediakan oleh
peneliti. Selama mengerjakan LAS
guru (dalam hal ini peneliti) meman-
tau kerja siswa sambil mengarahkan
siswa yang mengalami kesulitan
dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan uji silang tersebut. Sete-
lah waktu yang diberikan oleh guru
cukup untuk mengerjakan LAS se-
lesai, guru meminta perwakilan sis-
wa untuk mempresentasikan jawab-
annya didepan kelas, dan bagi ke-
lompok lain yang tidak sependapat
dipersilahkan untuk berargumen dan
menjelaskan jawabnya. Dalam
kegiatan pembelajaran ini guru ber-
peran sebagai fasilitator untuk me-
lihat apakah siswanya mampu ber-
pikir kritis. c) Pada tahap penutupan
dipembelajaran dengan pendekatan
Socrates kontekstual, setelah materi
pelajaran telah disampaikan dan di-
bahas. Guru membimbing siswa un-
tuk membuat rangkuman dari hasil-
hasil selama proses belajar. Setelah
proses kegiatan belajar mengajar se-
lesai maka dilakukan uji blok untuk
mengetahui kemampuan berpikir
kritis siswa per materi yang dipel-
ajari. Setelah itu, dilakukan analisis
data dan dilanjutkan dengan penyu-
sunan kesimpulan dan memberikan
saran-saran untuk penelitian selan-
jutnya.
Dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan
adalah sebagai berikut, 1) Observasi
partisipatif adalah observasi dimana
peneliti ikut terlibat dalam proses
belajar siswa kelas X3 SMA Negeri
17 Bandar Lampung. Dalam pene-
litian ini peneliti berperan menjadi
guru, peneliti dapat mengamati ba-
gaimana perilaku siswa selama pro-
ses belajar dan membantu siswa
dalam proses belajar dan lain-lain.
2) Wawancara, dalam penelitian ini
dilakukan wawancara tidak terstru-
ktur yang bertujuan untuk menemu-
kan permasalahan yang harus diteliti.
3) Dokumentasi dalam penelitian ini
adalah berupa hasil ujian semester
ganjil matematika kelas X SMA
Negeri 17 Bandar lampung, tujuan
mengambil data dokumentasi adalah
untuk kelengkapan dari penggunaan
metode observasi dan wawancara. 4)
Tes dalam penelitian ini adalah be-
rupa soal uraian yang diberikan ke-
pada siswa setelah satu pokok ba-
hasan selesai dipelajari.
Analisis data yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah analisis
data proses belajar siswa selama ke-
giatan pembelajaran berlangsung me-
lalui observasi. Setiap siswa selama
proses pembelajaran diamati keaktif-
annya dalam proses pembelajaran
dengan memberi tanda (√) pada lem-
bar observasi jika sesuai dengan in-
dikator proses belajar yang diamati.
Data kemampuan berpikir kritis sis-
wa diperoleh dari hasil tes uji blok.
Uji blok ini berfungsi untuk menge-
tahui tinggi, sedang dan rendahnya
kemampuan berpikir kritis siswa.
Untuk keperluan mengklarifikasi
kualitas kemampuan berpikir kritis
siswa dikelompokkan menjadi kate-
gori sangat baik, baik, cukup, ku-
rang, dan sangat kurang dengan
menggunakan skala lima menurut
Suherman (1990: 272) yaitu sebagai
berikut :
Tabel 1 Kriteria Penentuan Ting-
kat Kemampuan Siswa
No
Kemampuan
Berpikir Kritis
Siswa
Interval Skor
Tes
1 Sangat Tinggi
81 sampai
dengan 100
2 Tinggi
61 sampai
dengan 80
3 Sedang
41 sampai
dengan 60
4 Rendah
21 sampai
dengan 40
5 Sangat Rendah
0 sampai
dengan 20
Dalam penelitian ini diguna-
kan keabsahan konstruk (Construct
validity). Keabsahan konstruk ada-
lah keabsahan bentuk batasan ber-
kaitan dengan suatu kepastian bahwa
yang berukur benar-benar merupakan
variabel yang ingin diukur. Keab-
sahan ini juga dapat dicapai dengan
proses pengumpulan data yang tepat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian ini didapat
hasil tes dan proses kegiatan belajar
mengajar di kelas. Berikut ini, data
proses kegiatan belajar mengajar dan
hasil tes.
Berdasarkan hasil observasi,
pada pertemuan pertama, jumlah sis-
wa yang aktif dalam menjawab per-
tanyaan guru adalah 4 orang atau
13,33% dan keaktifan siswa dalam
mengerjakan LAS adalah 25 atau
83,33% dari 30 siswa yang hadir.
Pada pertemuan ini, siswa masih be-
lum terbiasa karena baru beradaptasi
dan masih takut untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang guru
ajukan.
Pada pertemuan ke dua, jumlah
siswa yang aktif dalam menjawab
pertanyaan guru mengalami pening-
katan dari pertemuan sebelumnya ya-
itu sebesar 16,67% dan siswa yang
aktif dalam mengerjakan tugas se-
banyak 14 orang atau 46,67% dari 30
siswa yang hadir. Pada pertemuan
ini, siswa mulai berani menjawab
pertanyaan dari guru, walaupun guru
harus sedikit memberi umpan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang guru ajukan.
Pada pertemuan ke tiga, siswa
yang aktif dalam menjawab perta-
nyaan guru adalah sebanyak 7 orang
atau 23,33% dari 30 siswa yang hadir
dan semua siswa aktif mengerjakan
LAS. Siswa mulai terbiasa dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang guru sampaikan, namun siswa
yang bertanya masih sama pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya,
siswa yang lain masih belum berani
menjawab pertanyaan yang guru
tanyakan.
Pada pertemuan ke empat, sis-
wa yang aktif dalam menjawab per-
tanyaan guru adalah sebanyak 2
orang atau 6,67% dan 21 orang atau
70% dari 30 siswa yang hadir aktif
mengerjakan tugas. Pada pertemuan
ini, respon siswa dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang guru
sampaikan tergolong pasif karena
hanya 2 orang yang menjawab per-
tanyaan-pertanyaan guru, namun sis-
wa yang menjawab dan maju kede-
pan masih sama pada pertemuan
sebelumnya.
Pada pertemuan ke lima, siswa
yang aktif dalam menjawab perta-
nyaan guru adalah sebanyak 2 orang
atau 8% dan 25 orang atau 100% dari
25 siswa yang hadir aktif
mengerjakan tugas. Pada pertemuan
ini respon siswa dalam menjawab
pertanya-an-pertanyaan yang guru
sampaikan tergolong pasif karena
hanya 2 orang yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru. Kesim-
pulan pada proses kegiatan belajar
mengajar dipertemuan ini adalah sis-
wa sudah terbiasa dengan metode
yang guru gunakan dalam pem-
belajaran terlihat dari siswa dapat
menjelaskan tentang konvers, invers,
kontraposisi dan menentukan nilai
kebenarannya yang menjadi tujuan
pembelajaran pada pertemuan ini.
Pada pertemuan ke enam, sis-
wa yang aktif dalam menjawab per-
tanyaan guru adalah sebanyak 3
orang dan 8 orang dari 30 siswa yang
hadir aktif mengerjakan tugas. Pada
pertemuan ini respon siswa dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang guru sampaikan mengalami
peningkatan dari pertemuan sebe-
lumnya. Dalam mengerjakan tugas
siswa terlihat mengalami penurunan
dari pertemuan sebelumnya. Kesim-
pulan pada proses kegiatan belajar
mengajar dipertemuan ini adalah ada
peningkatan dalam respon siswa un-
tuk menjawab pertanyaan yang guru
sampaikan.
Pada pertemuan ke tujuh, siswa
yang aktif dalam menjawab per-
tanyaan guru adalah sebanyak 1
orang dan 13 orang dari 30 siswa
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
Pada pertemuan ini respon siswa da-
lam menjawab pertanyaan-perta-
nyaan yang guru sampaikan meng-
alami penurunan dari pertemuan se-
belumnya. Dalam mengerjakan tu-
gas siswa terlihat mengalami pening-
katan dari pertemuan sebelumnya.
Pada pertemuan ke delapan,
siswa yang aktif dalam menjawab
pertanyaan guru adalah sebanyak 1
orang dan 27 orang dari 27 siswa
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
Pada pertemuan ini, respon siswa
dalam menjawab pertanyaan-perta-
nyaan yang guru sampaikan sangat
pasif karena hanya 1 orang yang
menjawab pertanyaan yang guru
ajukan. Dalam mengerjakan tugas
siswa terlihat mengalami pening-
katan dari pertemuan sebelumnya.
Pada pertemuan ke sembilan,
dari 27 siswa yang hadir, siswa yang
aktif dalam menjawab pertanyaan
guru adalah sebanyak 2 orang dan 7
orang aktif mengerjakan tugas. Pada
pertemuan ini, respon siswa dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang guru sampaikan masih tergo-
long pasif karena hanya 2 orang yang
menjawab pertanyaan yang guru
ajukan. Dalam mengerjakan tugas
siswa terlihat mengalami penurunan
dari pertemuan sebelumnya.
Pada pertemuan ke sepuluh,
siswa yang aktif dalam menjawab
pertanyaan guru adalah sebanyak 1
orang dan 11 orang dari 30 siswa
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
Pada pertemuan ini, respon siswa da-
lam menjawab pertanyaan-pertanya-
an yang guru sampaikan masih tergo-
long pasif karena hanya 1 orang yang
menjawab pertanyaan yang guru aju-
kan. Dalam mengerjakan tugas sis-
wa terlihat mengalami penurunan da-
ri pertemuan sebelumnya. Kesim-
pulan pada proses kegiatan belajar
mengajar dipertemuan ini siswa lebih
banyak diam dan memahami pen-
jelasan-penjelasan yang guru mau-
pun siswa yang menjawab perta-
nyaan yang guru tanyakan tentang
dapat membuktikan keabsahan suatu
penarikan kesimpulan menggunakan
prinsip logika matematika.
Pada pertemuan ke sebelas, sis-
wa yang aktif dalam menjawab per-
tanyaan guru adalah sebanyak 1
orang dan 8 orang dari 30 siswa yang
hadir aktif mengerjakan tugas. Pada
pertemuan ini, respon siswa dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan ya-
ng guru sampaikan masih tergolong
pasif karena hanya 1 orang yang
menjawab pertanyaan yang guru
ajukan. Dalam mengerjakan tugas
siswa terlihat mengalami penurunan
dari pertemuan sebelumnya.
Kesimpulan pada proses kegiatan
belajar mengajar di pertemuan ini
siswa sudah terbiasa dengan per-
tanyaan yang guru tanyakan, terlihat
siswa dapat membuktikan suatu per-
nyataan dengan bukti langsung, tidak
langsung dan induksi matematika.
Namun, keaktifan siswa masih pasif
hanya 1 siswa yang aktif dan berani
menjawab pertanyaan dari guru, sis-
wa yang lainnya cenderung diam dan
memperhatikan saja.
Pada pertemuan ke dua belas,
siswa yang aktif dalam menjawab
pertanyaan guru adalah sebanyak 1
orang dan 10 orang dari 30 siswa
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
Pada pertemuan ini respon siswa
dalam menjawab pertanyaan-perta-
nyaan yang guru sampaikan masih
tergolong pasif karena hanya 1 orang
yang menjawab pertanyaan yang gu-
ru ajukan. Kesimpulan pada proses
kegiatan belajar mengajar diperte-
muan ini siswa cukup bisa mengikuti
penjelasan yang guru sampaikan na-
mun dalam mengerjakan LAS keba-
nyakan siswa harus dituntun oleh
guru.
Setelah proses pembelajaran
dengan metode Socrates meng-
gunakan pendekatan kontekstual
selesai dilaksanakan maka dilakukan
uji blok. Dari uji blok, didapatkan
hasil. Dari 30 siswa yang mengikuti
uji blok, siswa yang tuntas dalam
kegiatan belajar mengajar adalah 9
orang dengan nilai tertinggi 80 dan
nilai terendah adalah 37,5 dengan
rata-rata nilai siswa adalah 47.
Pada pertemuan ke tiga belas,
siswa yang aktif dalam menjawab
pertanyaan guru adalah sebanyak 3
orang dan 28 orang dari 28 siswa
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
Kesimpulan pada proses kegiatan
belajar mengajar pada awal perte-
muan dimateri trigonometri siswa
yang aktif hampir sama dengan ma-
teri sebelumnya, kebanyakan siswa
hanya menjadi penonton saja. Keak-
tifan siswa masih pasif hanya ada 3
siswa yang terlihat aktif selama pro-
ses kegiatan belajar. Siswa lainnya
cenderung pasif dan kurang berani
menjawab pertanyaan dari guru.
Pada pertemuan ke empat
belas, siswa yang aktif dalam men-
jawab pertanyaan guru adalah seba-
nyak 3 orang dan 28 orang dari 28
siswa yang hadir aktif mengerjakan
tugas. Pada pertemuan ini, respon
siswa dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang guru sampaikan ma-
sih tergolong pasif karena hanya 3
orang yang menjawab pertanyaan
yang guru ajukan. Kesimpulan pada
proses kegiatan belajar mengajar di-
pertemuan ini siswa mampu meng-
ikuti proses belajar dengan baik wa-
laupun hanya siswa yang sudah biasa
menjawab pertanyaan dari guru yang
mau menjawab pertanyaan yang di-
sampaikan pada pertemuan ini. Ke-
aktifan siswa masih pasif hanya ada
3 siswa yang terlihat aktif selama
proses kegiatan belajar.
Pada pertemuan ke lima belas,
siswa yang aktif dalam menjawab
pertanyaan guru adalah sebanyak 3
orang dan 19 orang dari 30 siswa
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
Kesimpulan pada proses kegiatan
belajar mengajar pada ini adalah
siswa cenderung pasif dan butuh
banyak bimbingan guru agar dapat
menentukan nilai perbandingan
trigonometri dari sudut-sudut khusus
disemua kuadraan. Keaktifan siswa
masih pasif terlihat hanya ada 3 sis-
wa yang terlihat aktif selama proses
kegiatan belajar. Siswa lainnya cen-
derung pasif dan kurang berani men-
jawab pertanyaan dari guru.
Pada pertemuan ke enam belas,
siswa yang aktif dalam menjawab
pertanyaan guru adalah sebanyak 2
orang dan 14 orang dari 30 siswa
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
Kesimpulan pada proses kegiatan
belajar mengajar dipertemuan ini
tidak ada perubahan mencolok siswa
selama proses belajar hanya siswa-
siswa yang terbiasa menjawab per-
tanyaan yang aktif selama proses
belajar. Keaktifan siswa masih pasif
terlihat hanya ada 2 siswa yang ter-
lihat aktif selama proses kegiatan
belajar. Siswa lainnya cenderung
pasif dan kurang berani menjawab
pertanyaan dari guru.
Pada pertemuan ke tujuh belas,
siswa yang aktif dalam menjawab
pertanyaan guru adalah sebanyak 2
orang dan 16 orang dari 30 siswa
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
Kesimpulan pada proses kegiatan
belajar mengajar dipertemuan ini
adalah siswa sudah terbiasa dengan
proses belajar tanya-jawab namun
guru kurang dapat memancing siswa
lain untuk menjawab pertanyaan
yang guru sampaikan hal ini terlihat
dari keaktifan siswa. Keaktifan sis-
wa masih pasif terlihat hanya 2 siswa
yang aktif dan berani menjawab per-
tanyaan guru. Lainnya cenderung
menjadi penonton.
Pada pertemuan ke delapan
belas, siswa yang aktif dalam men-
jawab pertanyaan guru adalah se-
banyak 1 orang dan 25 orang dari 30
siswa yang hadir aktif mengerjakan
tugas. Kesimpulan pada proses
kegiatan belajar mengajar diperte-
muan ini adalah siswa cenderung pa-
sif karena harus menentukan perhi-
tungan dengan menggunakan aturan
sinus dan cosinus. Keaktifan siswa
masih pasif terlihat bahwa hanya ada
1 siswa yang terlihat aktif selama
proses kegiatan belajar. siswa
lainnya cenderung pasif dan kurang
berani menjawab pertanyaan dari
guru.
Setelah proses pembelajaran
dengan metode Socrates mengguna-
kan pendekatan kontekstual selesai
dilaksanakan pada materi trigono-
metri maka dilakukan uji blok,
didapatkan hasil. Dari 30 siswa yang
mengikuti uji blok jumlah siswa
yang tuntas dalam KBM adalah 5
orang dengan nilai tertinggi adalah
80 dan nilai terendah adalah 27,5
dengan rata-rata siswa mendapat
nilai 36,6. Dengan demikian, ke-
mampuan berpikir kritis siswa dalam
materi trigonometri tergolong dalam
indikator rendah.
Setelah data dianalisis dan
dibandingkan dengan keaktifan siswa
selama proses belajar mengajar da-
lam penerapan dengan pendekatan
kontekstual dapat membantu siswa
memiliki kemampuan berpikir kritis
yang baik. Hal ini dikarenakan sela-
ma proses belajar yang diberikan
oleh guru kepada siswa, siswa diajak
untuk lebih mampu untuk mengem-
bangkan kemampuan berpikir kritis
siswa dan guru hanya membantu.
Dalam pembelajaran dengan pende-
katan kontekstual, siswa memper-
oleh konsep dari pertanyaan-perta-
nyaan yang bersifat menggali
(probing) dan menuntun (prompting)
yang diberikan oleh guru.
Pada proses pembelajaran
Socrates dengan pendekatan konteks-
tual dipertemuan pertama cukup sulit
dilakukan dan tidak efisien karena
siswa belum terbiasa diberikan se-
rangkaian pertanyaan kontekstual ya-
ng mengarahkan siswa untuk berpikir
kritis kedalam topik materi yang di-
bahas dan siswa masih terbiasa
dengan pembelajaran yang sebelum-
nya mereka lakukan selama proses
belajar mengajar terjadi. Namun,
untuk pertemuan-pertemuan selan-
jutnya siswa mulai terbiasa dibe-
rikan pertanyaan-pertanyaan dan
berani mengemukakan jawabannya
sehingga meningkatkan partisipasi
siswa selama proses belajar meng-
ajar.
Walaupun penerapan pem-
belajaran Socrates dengan pen-
dekatan kontekstual dalam pembel-
ajaran matematika yang ditinjau dari
proses belajar dan kemampuan ber-
pikir kritis siswa dimateri Logika
Matematika lebih baik daripada
materi trigonometri, namun masih
banyak siswa yang belum tuntas
belajar dan tidak ada siswa yang
memperoleh nilai sempurna
(mendapatkan skor 100). Belum
optimalnya hasil yang diperoleh dari
pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dikarenakan masih
adanya kelemahan-kelemahan dalam
penelitian, adalah, waktu penelitian
yang terlalu singkat sehingga
mempersulit adaptasi siswa terhadap
pembelajaran Socrates dengan pen-
dekatan Kontekstual yang baru bagi
siswa masih belum baik. Kurangnya
kemampuan peneliti dalam pengelo-
laan kelas agar siswa tetap berkonse-
nterasi dalam proses pembelajaran
sehingga penerapan pembelajaran
Socrates dengan pendekatan kon-
tekstual masih belum bisa berjalan
dengaan efektif. Keterbatasan ke-
mampuan peneliti dalam memberi-
kan pertanyaan-pertanyaan yang baik
dan bersifat menggali dan menuntun
serta menggarahkan kepertanyaan
uji. Pertanyaan yang diberikan
masih kurang menggali pengetahuan
siswa untuk dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis.
Kelemahan dalam penelitian
ini mengakibatkan proses belajar
kurang kondusif. Karena masih
banyak siswa yang melakukan
kegiatan lain yang kurang mendu-
kung pembelajaran, adanya siswa
yang ribut dan mengobrol saat proses
pembela-jaran, kurangnya konsen-
trasi siswa saat belajar, dan kurang-
nya kepercayaan diri siswa dalam
mengemukakan jawabannya. Dengan
demikian, penerapan pembelajaran
Socrates dengan pendekatan konteks-
tual yang ditinjau dari proses belajar
dan kemampuan berpikir kritis siswa
masih belum sempurna sehingga
indikator kemampuan berpikir siswa
masih kurang dapat menggambarkan
kemampuan berpikir kritis siswa
secara optimal.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan, maka dapat diper-
oleh simpulan sebagai berikut, meto-
de Socrates dengan pendekatan kon-
tekstual bisa diterapkan pada siswa
kelas X3 SMA Negeri 17 Bandar
Lampung, karena membuat siswa
aktif untuk berani menjawab per-
tanyaan uji silang yang guru sam-
paikan. Respon siswa terhadap pene-
rapan metode Socrates dengan pen-
dekatan kontekstual cukup baik. Sis-
wa sedikit mengalami kesulitan un-
tuk mengikuti metode pembelajaran
yang dilakukan peneliti. Kemampu-
an berpikir kritis siswa kelas X3
SMA Negeri 17 Bandar Lampung
dalam materi logika matematika dan
trigonometri secara umum tergolong
kategori sedang dan rendah. Siswa
yang aktif selama proses belajar
lebih dapat mengembangkan kemam-
puan berpikir kritisnya, hal ini ter-
lihat dari hasil ujiblok siswa yang
aktif selama pembelajaran Socrates
dengan pendekatan kontekstual
cenderung mendapatkan nilai yang
baik. Siswa yang kurang aktif sela-
ma proses belajar sering melakukan
kesalahan dalam menjawab soal.
Kesalahan siswa yang sering terjadi
dalam menjawab soal karena ku-
rangnya pemahaman materi dan
kurangnya latihan soal.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2010.
Proses Pembelajaran Kreatif
dan Inovatif dalam Kelas.
Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya.
Suherman Erman dan Yaya Sukjaya
K. 1990. Evaluasi Pendidikan
Matematika.Bandung: Wijaya-
kusumah 157 Bandung.
Kunandar. 2009. Guru Professional
Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta:
Rajawali Pers.
Poerwandari, E. Kristi. 2005. Pende-
katan Kualitatif Untuk
Penelitian Perilaku Manusia.
Depok: LPSP3 UI.
Tim Penyusun. 2008. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional
No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh
Metode Socrates Terhadap
Kemampuan dan Disposisi
Berpikir Kritis Matematis
Siswa Sekolah Menengah Atas.
FPMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia: Tidak
Diterbitkan.

More Related Content

What's hot

Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
Ipi288304
Ipi288304Ipi288304
Ipi288304
Fppi Unila
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tes
anggadiyan
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...maritje
 
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Ghaniy Bahtiar
 
Bab i.3 doc
Bab i.3 docBab i.3 doc
Bab i.3 doc
Arif Mbojo
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Nailul Hasibuan
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb
Fppi Unila
 
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi Kurnia
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open ended
Dini Safitri
 
PTK METODE NTH
PTK METODE NTHPTK METODE NTH
PTK METODE NTH
Terry Brengost
 
Analisis Jurnal Penelitian Strategi Belajar Mengajar
Analisis Jurnal Penelitian Strategi Belajar MengajarAnalisis Jurnal Penelitian Strategi Belajar Mengajar
Analisis Jurnal Penelitian Strategi Belajar Mengajar
Ginanjar Nur Prasetyo
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG
 
108 235-1-sm
108 235-1-sm108 235-1-sm
108 235-1-sm
almunir sihotang
 
Artikel PTK
Artikel PTKArtikel PTK
Artikel PTK
Fakhrudin Sujarwo
 
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung SemarangLaporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
dewisetiyana52
 
Ptk mami2
Ptk mami2Ptk mami2
Ptk mami2
Diah Ngapain Si
 

What's hot (20)

Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
Ipi288304
Ipi288304Ipi288304
Ipi288304
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tes
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
 
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
 
Bab i.3 doc
Bab i.3 docBab i.3 doc
Bab i.3 doc
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
Bahasa d elon selesai
Bahasa d elon selesaiBahasa d elon selesai
Bahasa d elon selesai
 
Disertasi 1(16-10-2010)
Disertasi 1(16-10-2010)Disertasi 1(16-10-2010)
Disertasi 1(16-10-2010)
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb
 
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open ended
 
PTK METODE NTH
PTK METODE NTHPTK METODE NTH
PTK METODE NTH
 
Ao vs di
Ao vs diAo vs di
Ao vs di
 
Analisis Jurnal Penelitian Strategi Belajar Mengajar
Analisis Jurnal Penelitian Strategi Belajar MengajarAnalisis Jurnal Penelitian Strategi Belajar Mengajar
Analisis Jurnal Penelitian Strategi Belajar Mengajar
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
 
108 235-1-sm
108 235-1-sm108 235-1-sm
108 235-1-sm
 
Artikel PTK
Artikel PTKArtikel PTK
Artikel PTK
 
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung SemarangLaporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
 
Ptk mami2
Ptk mami2Ptk mami2
Ptk mami2
 

Similar to 2531 5071-1-pb

Ipi288264
Ipi288264Ipi288264
Ipi288264
Fppi Unila
 
7 1038-1-sm
7 1038-1-sm7 1038-1-sm
7 1038-1-sm
Mas Rudi
 
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
bemgusti
 
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.ThGustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
gustav nuwa
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solvingkaffah
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
srilinda_w
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
Fppi Unila
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
Maryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
IAIN SEKH NURJATI CIREBON
 
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfs_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
MyData19
 
eva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfeva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdf
Anastasya161
 
Karil Muhamad Syahril
Karil Muhamad SyahrilKaril Muhamad Syahril
Karil Muhamad Syahril
Muhamad Syahril
 
Artikel publikasi
Artikel publikasiArtikel publikasi
Artikel publikasi
aya Uzumika
 
Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amaliarichimaryadi
 
Tugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaTugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaBunda Dewi
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsiSayid Barca
 

Similar to 2531 5071-1-pb (20)

Ipi288264
Ipi288264Ipi288264
Ipi288264
 
7 1038-1-sm
7 1038-1-sm7 1038-1-sm
7 1038-1-sm
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
 
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.ThGustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solving
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
 
Jurnal widodo winarso at-tarbiyah_2014
Jurnal widodo winarso at-tarbiyah_2014Jurnal widodo winarso at-tarbiyah_2014
Jurnal widodo winarso at-tarbiyah_2014
 
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfs_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
 
eva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfeva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdf
 
Karil Muhamad Syahril
Karil Muhamad SyahrilKaril Muhamad Syahril
Karil Muhamad Syahril
 
Artikel publikasi
Artikel publikasiArtikel publikasi
Artikel publikasi
 
Ppt filsafat pendidikan
Ppt filsafat pendidikanPpt filsafat pendidikan
Ppt filsafat pendidikan
 
Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amalia
 
Artikel ptk
Artikel ptkArtikel ptk
Artikel ptk
 
Tugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaTugas hesti cepriana
Tugas hesti cepriana
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsi
 

More from Fppi Unila

Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046
Fppi Unila
 
Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091
Fppi Unila
 
Ipi183134
Ipi183134Ipi183134
Ipi183134
Fppi Unila
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
Fppi Unila
 
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaBab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Fppi Unila
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
Fppi Unila
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01
Fppi Unila
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
Fppi Unila
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm
Fppi Unila
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb
Fppi Unila
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syaban
Fppi Unila
 
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarUnimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Fppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Fppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Fppi Unila
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014
Fppi Unila
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011
Fppi Unila
 
Prosiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswariProsiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswari
Fppi Unila
 
Timss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreportTimss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreport
Fppi Unila
 
T03 intlmatrpt
T03 intlmatrptT03 intlmatrpt
T03 intlmatrpt
Fppi Unila
 
T1 192006033 full text
T1 192006033 full textT1 192006033 full text
T1 192006033 full text
Fppi Unila
 

More from Fppi Unila (20)

Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046
 
Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091
 
Ipi183134
Ipi183134Ipi183134
Ipi183134
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaBab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syaban
 
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarUnimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011
 
Prosiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswariProsiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswari
 
Timss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreportTimss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreport
 
T03 intlmatrpt
T03 intlmatrptT03 intlmatrpt
T03 intlmatrpt
 
T1 192006033 full text
T1 192006033 full textT1 192006033 full text
T1 192006033 full text
 

2531 5071-1-pb

  • 1. PEMBELAJARAN SOCRATES DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PROSES BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Andyka Martha Kesuma1 , Tina Yunarti2 , Rini Asnawati2 andyka.martha@yahoo.co.id 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK This descriptive research aimed to describe learning process and the critical thinking skills of students that using Socratic learning with contextual approach. Subjects of this research were students of class X3, State Senior High School 17 of Bandarlampung in odd semester academic year 2012/2013 that consisted of 30 students. Based on the results of research, it was concluded that students' critical thinking skills belong to low criteria. It shown from the average of student learning outcomes at 53.33 and 83.33 from 30 students. During the learning process, it was known that Socratic contextual learning could lead students to be more active and daring to voice their opinions. Based on the results of the analysis of data it was concluded that, generally, students who active during the socratic learning had better results than students who less active. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran Socrates dengan pendekatan kontekstual. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 17 Bandarlampung semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 30 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa tergolong ke dalam kriteria rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa sebesar 53,33 dan 83,33 dari 30 siswa. Selama proses pembelajaran diketahui bahwa pembelajaran Socrates kontekstual dapat memacu siswa untuk lebih aktif dan berani mengutarakan pendapatnya. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa, secara umum siswa yang aktif saat pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Socrates Kontekstual menunjukan hasil yang cenderung lebih baik daripada siswa yang kurang aktif. Kata Kunci : kemampuan berpikir kritis, pembelajaran Socrates dengan pende- katan kontekstual, proses belajar.
  • 2. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara yang tengah berkembang harus dapat men- ciptakan lulusan yang mampu meng- hadapi kehidupan secara kompetitif dan inovatif agar menghasilkan sum- ber daya manusia (SDM) yang ber- kualitas tinggi secara global. Dalam upaya meningkatkan SDM yang ber- kualitas kearah yang lebih baik, pe- merintah sedang giat-giatnya menye- lenggarakan perbaikan dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah kini juga melaku- kan berbagai macam perubahan, di- antaranya melakukan revisi kuriku- lum, dari Kurikulum 2004 (KBK) menjadi Kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendi- dikan (KTSP) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan (kompe- tensi) untuk melakukan tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, yaitu berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Kunandar (2009: 133)). Pembelajaran KTSP berpusat pada siswa (Student Centered Learning), dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dan senantiasa am- bil bagian dalam aktivitas belajar. Dalam KTSP guru mempunyai sepe- rangkat tugas yang berhubungan dengan siswa seperti berperan se- bagai fasilitator yang berguna mem- beri dorongan kepada siswa untuk lebih aktif dan ikut serta dalam kegi- atan belajar. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar bertujuan supaya siswa dapat mengembangkan ke- mampuan berpikir kritisnya. Sugiarto dalam Amri dan Ah- madi (2010: 62) berpendapat bahwa, “berpikir kritis diperlukan dalam ke- hidupan di masyarakat karena manu- sia selalu dihadapkan pada perma- salahan yang memerlukan pemecah- an”. Mata pelajaran di sekolah yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah mata pe- lajaran matematika. Pentingnya ma- tematika bisa dilihat dari manfaat dan kegunaan matematika dalam ke- hidupan sehari-hari, juga bagi per- kembangan ilmu pengetahuan. Jika para siswa tidak dibekali dengan ke- mampuan berpikir kritis dan kreatif maka mereka tidak akan mampu mengolah menilai dan megambil in- formasi yang butuhkannya untuk menghadapi tantangan tersebut. Oleh
  • 3. karena itu kemampuan berpikir kritis dan kreatif adalah merupakan ke- mampuan yang penting dalam mata pelajaran matematika. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat diperlukan oleh siswa mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkem- bang sangat pesat dan memungkin- kan siapa saja bisa memperolah in- formasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sum- ber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya per- ubahan tatanan hidup serta perubah- an global dalam kehidupan, namun dalam proses mempelajari matemati- ka, banyak siswa yang mengalami kesulitan dan beranggapan bahwa matematika merupakan ilmu yang sukar untuk dipelajari. Hal ini tak terlepas metode dan pendekatan yang digunakan pada pembelajaran. Un- tuk itu diperlukan kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan su- atu metode pembelajaran, sehingga siswa aktif dalam proses pembelajar- an dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Kemampuan berpikir kritis me- rupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa, maka guru hen- daknya berupaya agar siswa dapat memiliki kemampuan tersebut. Sa- lah satu cara melatih kemampuan berpikir kritis adalah dengan membe- rikan pertanyaan. Pentingnya mem- berikan pertanyaan dalam pem- belajaran didasari bahwa seseorang akan berpikir dan menentukan sikap jika dihadapkan oleh suatu perta- nyaan seperti yang dikatakan oleh para pemikir dari The Critical Thinking Community (Yunarti, 2011: 12), bahwa ”Thinking is not driven by answers but by questions”. Agar dapat berpikir, seseorang harus ber- hadapan dengan pertanyaan yang merangsang pemikirannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan dalam dialog siswa diarahkan untuk menemukan penyelesaian suatu ma- salah dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan serta jawabannya. Di- alog yang terjadi dapat berupa dialog guru dengan siswa atau dialog antar siswa. Salah satu metode pembela- jaran yang memuat dialog-dialog da- lam proses pembelajaran adalah me- tode Socrates. Karaterisitik metode Socrates yang tidak terdapat pada metode tanya-jawab lain adalah adanya uji silang suatu pertanyaan. Pertanyaan seperti “Bagaimana jika
  • 4. ...?” atau “Seandainya..., apa yang terjadi?”, merupakan bentuk perta- nyaan yang dapat guru gunakan un- tuk menyakinkan siswa terhadap ja- wabnya. Sikap ramah guru dalam bertanya diproses pembelajaran da- pat mengembangkan sikap postif da- lam pembelajaran siswa, sehingga siswa lebih mudah mengungkapkan argumen yang merupakan salah satu indikator dalam kemampuan berpikir kritis. Pendekatan pembelajaran da- lam penelitian ini menggunakan pen- dekatan kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang bermula dari penyajian permasalahan riil bagi siswa, pendekatan ini efektif untuk metode Socrates karena menurut Johnson (Yunarti, 2011: 16) dalam pembelajaran kontekstual para siswa dilatih untuk bersosialisasi dengan kelompok-kelompok kerja mereka. Selain itu, penelitian ini juga men- coba mengikuti anjuran pemerintah Indonesia untuk melakukan penge- nalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem) dalam pembelajaran matematika. Anjuran pemerintah ini terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Na- sional Nomor 22 Tahun 2006. Menurut guru-guru di MGMP Matematika SMA di Bandar Lam- pung (Yunarti, 2011:17) hampir se- mua guru matematika SMA di Bandar Lampung masih menyajikan pem- belajaran secara konvensional. Hal ini merupakan kesempatan untuk mem- perkenalkan metode Socrates dengan pendekatan kontekstual pada pembel- ajaran matematika diseluruh SMA di Bandar Lampung. Karena berbagai keterbatasan, dipilihlah SMA negeri untuk dijadikan subjek penelitian dengan pertimbangan siswa-siswa SMA negeri sudah menjalani seleksi masuk yang dilaksanakan oleh pe- merintah daerah, yang dalam hal ini adalah SMAN 17 Bandar Lampung. Dipilihnya SMA Negeri 17 Bandar Lampung sebagai subjek pe- nelitian ini dengan pertimbangan sis- wa-siswa SMA negeri 17 Bandar Lampung sudah menjalani seleksi masuk yang dilaksanakan oleh peme- rintah daerah. Dengan demikian, di- harapkan mereka siap secara fisik, mental, dan akademik untuk meneri- ma berbagai perlakuan dalam peneli- tian ini.
  • 5. Berdasarkan hasil rata-rata ni- lai UN tahun 2012 dikota Bandar Lampung, didapat bahwa SMA Ne- geri 17 Bandar Lampung berada di- urutan ke 47 dari 50 sekolah yang ada di kota Bandar Lampung. Berda- sarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas X di SMA Negeri 17 Bandar Lampung diketahui bahwa siswa kelas X cen- derung bersikap pasif dalam proses KBM dan kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah karena berdasarkan nilai matematika yang dicapai siswa masih tergolong rendah. Oleh karena itu, dilakukan pe- nelitian dengan tujuan untuk menge- tahui bagaimanakah penerapan me- tode Socrates dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran ma- tematika ditinjau dari proses belajar dan kemampuan berpikir kritis. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian adalah penelitian deskri- ptif. Poerwandari (2005) mengung- kapkan bahwa, dalam penelitian ku- alitatif dapat menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskrip- tif, seperti transkip wawancara, ca- tatan lapangan, gambar proses dan hasil penelitian, foto-foto proses pe- nelitian serta foto-foto hasil peneli- tian, rekaman video selama proses penelitian, dan lain-lain. Dalam penelitian kualitatif proses penelitian, pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan manusia adalah beberapa kata kunci yang di- gunakan. Dalam penelitian kuali- tatif peneliti lebih berfokus pada pro- ses dari pada hasil akhir yang ingin dituju. Penelitian kualitatif dipan- dang dapat mengetahui apakah pro- ses pembelajaran matematika meng- gunakan penerapan metode Socrates dengan pendekatan kontekstual dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari proses bel- ajar siswa. Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 17 Bandar Lampung yang dimulai dari tanggal 09 Januari sampai dengan 27 April 2013. Da- lam tiap minggu ada dua kali perte- muan yaitu hari Rabu (2 jam pelajar- an), dan hari Sabtu (2 jam pelajaran) dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.
  • 6. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 17 Bandar Lampung. Objek Penelitian ini adalah proses belajar dan kemam- puan berpikir kritis siswa kelas X3 SMA Negeri 17 Bandar Lampung pada materi Logika Matematika dan Trigonometri pada tahun ajaran 2012/2013. Data dalam penelitian ini ber- upa data proses belajar dan kemam- puan berpikir kritis siswa. Data pro- ses belajar siswa tiap pertemuan di- dapat melalui pengamatan aktivitas siswa selama penelitian berlangsung berupa data kualitatif. Data kemam- puan berpikir kritis siswa diperoleh setelah dilakukan uji blok pada setiap akhir pokok bahasan berupa data kuantitatif. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, alat pere- kam dan soal tes uji blok. Pedoman observasi digunakan agar observasi yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Alat Perekam berguna sebagai alat bantu pada saat observasi, agar peneliti dapat berkon- sentrasi pada proses pengambilan da- ta tanpa harus berhenti untuk menca- tat jawaban-jawaban dari subjek. Soal tes uji blok diberikan pada akhir pokok bahasan yang digunakan un- tuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dengan metode pembel- ajaran Socrates kontekstual. Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah tahap persiapan, tahap pe- laksanaan dan tahap analisis data. Tahap Persiapan Penelitian dimana tahapan ini terdiri dari, 1) meng- identifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 17 Bandar Lampung. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pe- nelitian. RPP ini dibuat sesuai deng- an metode yang akan digunakan se- lama penelitian yaitu RPP dengan metode Socrates dengan pendekatan kontekstual. 3) Memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan pene- litian, menilai keadaan lapangan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian. Selanjutnya dilakukan tahap pelaksa- naan penelitiaan dengan tahap-tahap : 1) melakukan pembelajaran di kelas dengan menerapkan metode Socrates dengan pendekatan konteks- tual. Secara umum, urutan pembel- ajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut. a) Kegiatan pendahuluan kegiatan yang dilakukan adalah men- jelaskan tujuan pembelajaran,
  • 7. memotivasi siswa tentang materi yang akan dipelajari, dan mena- nyakan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari serta mengulang secara sepintas tentang materi sebe- lumnya. b) Pada tahap inti, dilaku- kan pembelajaran Socrates dengan pendekatan kontekstual dimana sis- wa diminta untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan uji silang yang digunakan untuk menyakinkan validitas kebenaran dari jawaban yang dikemukakan oleh siswa, atas dasar kecerdasan dan kemampuan siswa itu sendiri. Siswa juga dikon- disikan secara berkelompok untuk mengerjakan lembar aktivitas siswa (LAS) yang telah disediakan oleh peneliti. Selama mengerjakan LAS guru (dalam hal ini peneliti) meman- tau kerja siswa sambil mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan dengan cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan uji silang tersebut. Sete- lah waktu yang diberikan oleh guru cukup untuk mengerjakan LAS se- lesai, guru meminta perwakilan sis- wa untuk mempresentasikan jawab- annya didepan kelas, dan bagi ke- lompok lain yang tidak sependapat dipersilahkan untuk berargumen dan menjelaskan jawabnya. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru ber- peran sebagai fasilitator untuk me- lihat apakah siswanya mampu ber- pikir kritis. c) Pada tahap penutupan dipembelajaran dengan pendekatan Socrates kontekstual, setelah materi pelajaran telah disampaikan dan di- bahas. Guru membimbing siswa un- tuk membuat rangkuman dari hasil- hasil selama proses belajar. Setelah proses kegiatan belajar mengajar se- lesai maka dilakukan uji blok untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa per materi yang dipel- ajari. Setelah itu, dilakukan analisis data dan dilanjutkan dengan penyu- sunan kesimpulan dan memberikan saran-saran untuk penelitian selan- jutnya. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut, 1) Observasi partisipatif adalah observasi dimana peneliti ikut terlibat dalam proses belajar siswa kelas X3 SMA Negeri 17 Bandar Lampung. Dalam pene- litian ini peneliti berperan menjadi guru, peneliti dapat mengamati ba- gaimana perilaku siswa selama pro- ses belajar dan membantu siswa dalam proses belajar dan lain-lain.
  • 8. 2) Wawancara, dalam penelitian ini dilakukan wawancara tidak terstru- ktur yang bertujuan untuk menemu- kan permasalahan yang harus diteliti. 3) Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa hasil ujian semester ganjil matematika kelas X SMA Negeri 17 Bandar lampung, tujuan mengambil data dokumentasi adalah untuk kelengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara. 4) Tes dalam penelitian ini adalah be- rupa soal uraian yang diberikan ke- pada siswa setelah satu pokok ba- hasan selesai dipelajari. Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah analisis data proses belajar siswa selama ke- giatan pembelajaran berlangsung me- lalui observasi. Setiap siswa selama proses pembelajaran diamati keaktif- annya dalam proses pembelajaran dengan memberi tanda (√) pada lem- bar observasi jika sesuai dengan in- dikator proses belajar yang diamati. Data kemampuan berpikir kritis sis- wa diperoleh dari hasil tes uji blok. Uji blok ini berfungsi untuk menge- tahui tinggi, sedang dan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk keperluan mengklarifikasi kualitas kemampuan berpikir kritis siswa dikelompokkan menjadi kate- gori sangat baik, baik, cukup, ku- rang, dan sangat kurang dengan menggunakan skala lima menurut Suherman (1990: 272) yaitu sebagai berikut : Tabel 1 Kriteria Penentuan Ting- kat Kemampuan Siswa No Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Interval Skor Tes 1 Sangat Tinggi 81 sampai dengan 100 2 Tinggi 61 sampai dengan 80 3 Sedang 41 sampai dengan 60 4 Rendah 21 sampai dengan 40 5 Sangat Rendah 0 sampai dengan 20 Dalam penelitian ini diguna- kan keabsahan konstruk (Construct validity). Keabsahan konstruk ada- lah keabsahan bentuk batasan ber- kaitan dengan suatu kepastian bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Keab- sahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat.
  • 9. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian ini didapat hasil tes dan proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Berikut ini, data proses kegiatan belajar mengajar dan hasil tes. Berdasarkan hasil observasi, pada pertemuan pertama, jumlah sis- wa yang aktif dalam menjawab per- tanyaan guru adalah 4 orang atau 13,33% dan keaktifan siswa dalam mengerjakan LAS adalah 25 atau 83,33% dari 30 siswa yang hadir. Pada pertemuan ini, siswa masih be- lum terbiasa karena baru beradaptasi dan masih takut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang guru ajukan. Pada pertemuan ke dua, jumlah siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru mengalami pening- katan dari pertemuan sebelumnya ya- itu sebesar 16,67% dan siswa yang aktif dalam mengerjakan tugas se- banyak 14 orang atau 46,67% dari 30 siswa yang hadir. Pada pertemuan ini, siswa mulai berani menjawab pertanyaan dari guru, walaupun guru harus sedikit memberi umpan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang guru ajukan. Pada pertemuan ke tiga, siswa yang aktif dalam menjawab perta- nyaan guru adalah sebanyak 7 orang atau 23,33% dari 30 siswa yang hadir dan semua siswa aktif mengerjakan LAS. Siswa mulai terbiasa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang guru sampaikan, namun siswa yang bertanya masih sama pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, siswa yang lain masih belum berani menjawab pertanyaan yang guru tanyakan. Pada pertemuan ke empat, sis- wa yang aktif dalam menjawab per- tanyaan guru adalah sebanyak 2 orang atau 6,67% dan 21 orang atau 70% dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini, respon siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang guru sampaikan tergolong pasif karena hanya 2 orang yang menjawab per- tanyaan-pertanyaan guru, namun sis- wa yang menjawab dan maju kede- pan masih sama pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ke lima, siswa yang aktif dalam menjawab perta- nyaan guru adalah sebanyak 2 orang atau 8% dan 25 orang atau 100% dari 25 siswa yang hadir aktif
  • 10. mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini respon siswa dalam menjawab pertanya-an-pertanyaan yang guru sampaikan tergolong pasif karena hanya 2 orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Kesim- pulan pada proses kegiatan belajar mengajar dipertemuan ini adalah sis- wa sudah terbiasa dengan metode yang guru gunakan dalam pem- belajaran terlihat dari siswa dapat menjelaskan tentang konvers, invers, kontraposisi dan menentukan nilai kebenarannya yang menjadi tujuan pembelajaran pada pertemuan ini. Pada pertemuan ke enam, sis- wa yang aktif dalam menjawab per- tanyaan guru adalah sebanyak 3 orang dan 8 orang dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini respon siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang guru sampaikan mengalami peningkatan dari pertemuan sebe- lumnya. Dalam mengerjakan tugas siswa terlihat mengalami penurunan dari pertemuan sebelumnya. Kesim- pulan pada proses kegiatan belajar mengajar dipertemuan ini adalah ada peningkatan dalam respon siswa un- tuk menjawab pertanyaan yang guru sampaikan. Pada pertemuan ke tujuh, siswa yang aktif dalam menjawab per- tanyaan guru adalah sebanyak 1 orang dan 13 orang dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini respon siswa da- lam menjawab pertanyaan-perta- nyaan yang guru sampaikan meng- alami penurunan dari pertemuan se- belumnya. Dalam mengerjakan tu- gas siswa terlihat mengalami pening- katan dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ke delapan, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru adalah sebanyak 1 orang dan 27 orang dari 27 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini, respon siswa dalam menjawab pertanyaan-perta- nyaan yang guru sampaikan sangat pasif karena hanya 1 orang yang menjawab pertanyaan yang guru ajukan. Dalam mengerjakan tugas siswa terlihat mengalami pening- katan dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ke sembilan, dari 27 siswa yang hadir, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru adalah sebanyak 2 orang dan 7 orang aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini, respon siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
  • 11. yang guru sampaikan masih tergo- long pasif karena hanya 2 orang yang menjawab pertanyaan yang guru ajukan. Dalam mengerjakan tugas siswa terlihat mengalami penurunan dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ke sepuluh, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru adalah sebanyak 1 orang dan 11 orang dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini, respon siswa da- lam menjawab pertanyaan-pertanya- an yang guru sampaikan masih tergo- long pasif karena hanya 1 orang yang menjawab pertanyaan yang guru aju- kan. Dalam mengerjakan tugas sis- wa terlihat mengalami penurunan da- ri pertemuan sebelumnya. Kesim- pulan pada proses kegiatan belajar mengajar dipertemuan ini siswa lebih banyak diam dan memahami pen- jelasan-penjelasan yang guru mau- pun siswa yang menjawab perta- nyaan yang guru tanyakan tentang dapat membuktikan keabsahan suatu penarikan kesimpulan menggunakan prinsip logika matematika. Pada pertemuan ke sebelas, sis- wa yang aktif dalam menjawab per- tanyaan guru adalah sebanyak 1 orang dan 8 orang dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini, respon siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ya- ng guru sampaikan masih tergolong pasif karena hanya 1 orang yang menjawab pertanyaan yang guru ajukan. Dalam mengerjakan tugas siswa terlihat mengalami penurunan dari pertemuan sebelumnya. Kesimpulan pada proses kegiatan belajar mengajar di pertemuan ini siswa sudah terbiasa dengan per- tanyaan yang guru tanyakan, terlihat siswa dapat membuktikan suatu per- nyataan dengan bukti langsung, tidak langsung dan induksi matematika. Namun, keaktifan siswa masih pasif hanya 1 siswa yang aktif dan berani menjawab pertanyaan dari guru, sis- wa yang lainnya cenderung diam dan memperhatikan saja. Pada pertemuan ke dua belas, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru adalah sebanyak 1 orang dan 10 orang dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini respon siswa dalam menjawab pertanyaan-perta- nyaan yang guru sampaikan masih tergolong pasif karena hanya 1 orang yang menjawab pertanyaan yang gu- ru ajukan. Kesimpulan pada proses
  • 12. kegiatan belajar mengajar diperte- muan ini siswa cukup bisa mengikuti penjelasan yang guru sampaikan na- mun dalam mengerjakan LAS keba- nyakan siswa harus dituntun oleh guru. Setelah proses pembelajaran dengan metode Socrates meng- gunakan pendekatan kontekstual selesai dilaksanakan maka dilakukan uji blok. Dari uji blok, didapatkan hasil. Dari 30 siswa yang mengikuti uji blok, siswa yang tuntas dalam kegiatan belajar mengajar adalah 9 orang dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah adalah 37,5 dengan rata-rata nilai siswa adalah 47. Pada pertemuan ke tiga belas, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru adalah sebanyak 3 orang dan 28 orang dari 28 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Kesimpulan pada proses kegiatan belajar mengajar pada awal perte- muan dimateri trigonometri siswa yang aktif hampir sama dengan ma- teri sebelumnya, kebanyakan siswa hanya menjadi penonton saja. Keak- tifan siswa masih pasif hanya ada 3 siswa yang terlihat aktif selama pro- ses kegiatan belajar. Siswa lainnya cenderung pasif dan kurang berani menjawab pertanyaan dari guru. Pada pertemuan ke empat belas, siswa yang aktif dalam men- jawab pertanyaan guru adalah seba- nyak 3 orang dan 28 orang dari 28 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini, respon siswa dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan yang guru sampaikan ma- sih tergolong pasif karena hanya 3 orang yang menjawab pertanyaan yang guru ajukan. Kesimpulan pada proses kegiatan belajar mengajar di- pertemuan ini siswa mampu meng- ikuti proses belajar dengan baik wa- laupun hanya siswa yang sudah biasa menjawab pertanyaan dari guru yang mau menjawab pertanyaan yang di- sampaikan pada pertemuan ini. Ke- aktifan siswa masih pasif hanya ada 3 siswa yang terlihat aktif selama proses kegiatan belajar. Pada pertemuan ke lima belas, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru adalah sebanyak 3 orang dan 19 orang dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Kesimpulan pada proses kegiatan belajar mengajar pada ini adalah siswa cenderung pasif dan butuh banyak bimbingan guru agar dapat
  • 13. menentukan nilai perbandingan trigonometri dari sudut-sudut khusus disemua kuadraan. Keaktifan siswa masih pasif terlihat hanya ada 3 sis- wa yang terlihat aktif selama proses kegiatan belajar. Siswa lainnya cen- derung pasif dan kurang berani men- jawab pertanyaan dari guru. Pada pertemuan ke enam belas, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru adalah sebanyak 2 orang dan 14 orang dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Kesimpulan pada proses kegiatan belajar mengajar dipertemuan ini tidak ada perubahan mencolok siswa selama proses belajar hanya siswa- siswa yang terbiasa menjawab per- tanyaan yang aktif selama proses belajar. Keaktifan siswa masih pasif terlihat hanya ada 2 siswa yang ter- lihat aktif selama proses kegiatan belajar. Siswa lainnya cenderung pasif dan kurang berani menjawab pertanyaan dari guru. Pada pertemuan ke tujuh belas, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru adalah sebanyak 2 orang dan 16 orang dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Kesimpulan pada proses kegiatan belajar mengajar dipertemuan ini adalah siswa sudah terbiasa dengan proses belajar tanya-jawab namun guru kurang dapat memancing siswa lain untuk menjawab pertanyaan yang guru sampaikan hal ini terlihat dari keaktifan siswa. Keaktifan sis- wa masih pasif terlihat hanya 2 siswa yang aktif dan berani menjawab per- tanyaan guru. Lainnya cenderung menjadi penonton. Pada pertemuan ke delapan belas, siswa yang aktif dalam men- jawab pertanyaan guru adalah se- banyak 1 orang dan 25 orang dari 30 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Kesimpulan pada proses kegiatan belajar mengajar diperte- muan ini adalah siswa cenderung pa- sif karena harus menentukan perhi- tungan dengan menggunakan aturan sinus dan cosinus. Keaktifan siswa masih pasif terlihat bahwa hanya ada 1 siswa yang terlihat aktif selama proses kegiatan belajar. siswa lainnya cenderung pasif dan kurang berani menjawab pertanyaan dari guru. Setelah proses pembelajaran dengan metode Socrates mengguna- kan pendekatan kontekstual selesai dilaksanakan pada materi trigono- metri maka dilakukan uji blok,
  • 14. didapatkan hasil. Dari 30 siswa yang mengikuti uji blok jumlah siswa yang tuntas dalam KBM adalah 5 orang dengan nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah adalah 27,5 dengan rata-rata siswa mendapat nilai 36,6. Dengan demikian, ke- mampuan berpikir kritis siswa dalam materi trigonometri tergolong dalam indikator rendah. Setelah data dianalisis dan dibandingkan dengan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar da- lam penerapan dengan pendekatan kontekstual dapat membantu siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Hal ini dikarenakan sela- ma proses belajar yang diberikan oleh guru kepada siswa, siswa diajak untuk lebih mampu untuk mengem- bangkan kemampuan berpikir kritis siswa dan guru hanya membantu. Dalam pembelajaran dengan pende- katan kontekstual, siswa memper- oleh konsep dari pertanyaan-perta- nyaan yang bersifat menggali (probing) dan menuntun (prompting) yang diberikan oleh guru. Pada proses pembelajaran Socrates dengan pendekatan konteks- tual dipertemuan pertama cukup sulit dilakukan dan tidak efisien karena siswa belum terbiasa diberikan se- rangkaian pertanyaan kontekstual ya- ng mengarahkan siswa untuk berpikir kritis kedalam topik materi yang di- bahas dan siswa masih terbiasa dengan pembelajaran yang sebelum- nya mereka lakukan selama proses belajar mengajar terjadi. Namun, untuk pertemuan-pertemuan selan- jutnya siswa mulai terbiasa dibe- rikan pertanyaan-pertanyaan dan berani mengemukakan jawabannya sehingga meningkatkan partisipasi siswa selama proses belajar meng- ajar. Walaupun penerapan pem- belajaran Socrates dengan pen- dekatan kontekstual dalam pembel- ajaran matematika yang ditinjau dari proses belajar dan kemampuan ber- pikir kritis siswa dimateri Logika Matematika lebih baik daripada materi trigonometri, namun masih banyak siswa yang belum tuntas belajar dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai sempurna (mendapatkan skor 100). Belum optimalnya hasil yang diperoleh dari pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dikarenakan masih adanya kelemahan-kelemahan dalam penelitian, adalah, waktu penelitian
  • 15. yang terlalu singkat sehingga mempersulit adaptasi siswa terhadap pembelajaran Socrates dengan pen- dekatan Kontekstual yang baru bagi siswa masih belum baik. Kurangnya kemampuan peneliti dalam pengelo- laan kelas agar siswa tetap berkonse- nterasi dalam proses pembelajaran sehingga penerapan pembelajaran Socrates dengan pendekatan kon- tekstual masih belum bisa berjalan dengaan efektif. Keterbatasan ke- mampuan peneliti dalam memberi- kan pertanyaan-pertanyaan yang baik dan bersifat menggali dan menuntun serta menggarahkan kepertanyaan uji. Pertanyaan yang diberikan masih kurang menggali pengetahuan siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Kelemahan dalam penelitian ini mengakibatkan proses belajar kurang kondusif. Karena masih banyak siswa yang melakukan kegiatan lain yang kurang mendu- kung pembelajaran, adanya siswa yang ribut dan mengobrol saat proses pembela-jaran, kurangnya konsen- trasi siswa saat belajar, dan kurang- nya kepercayaan diri siswa dalam mengemukakan jawabannya. Dengan demikian, penerapan pembelajaran Socrates dengan pendekatan konteks- tual yang ditinjau dari proses belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa masih belum sempurna sehingga indikator kemampuan berpikir siswa masih kurang dapat menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa secara optimal. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diper- oleh simpulan sebagai berikut, meto- de Socrates dengan pendekatan kon- tekstual bisa diterapkan pada siswa kelas X3 SMA Negeri 17 Bandar Lampung, karena membuat siswa aktif untuk berani menjawab per- tanyaan uji silang yang guru sam- paikan. Respon siswa terhadap pene- rapan metode Socrates dengan pen- dekatan kontekstual cukup baik. Sis- wa sedikit mengalami kesulitan un- tuk mengikuti metode pembelajaran yang dilakukan peneliti. Kemampu- an berpikir kritis siswa kelas X3 SMA Negeri 17 Bandar Lampung dalam materi logika matematika dan trigonometri secara umum tergolong kategori sedang dan rendah. Siswa yang aktif selama proses belajar
  • 16. lebih dapat mengembangkan kemam- puan berpikir kritisnya, hal ini ter- lihat dari hasil ujiblok siswa yang aktif selama pembelajaran Socrates dengan pendekatan kontekstual cenderung mendapatkan nilai yang baik. Siswa yang kurang aktif sela- ma proses belajar sering melakukan kesalahan dalam menjawab soal. Kesalahan siswa yang sering terjadi dalam menjawab soal karena ku- rangnya pemahaman materi dan kurangnya latihan soal. DAFTAR PUSTAKA Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Suherman Erman dan Yaya Sukjaya K. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika.Bandung: Wijaya- kusumah 157 Bandung. Kunandar. 2009. Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Poerwandari, E. Kristi. 2005. Pende- katan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3 UI. Tim Penyusun. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates Terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.