SlideShare a Scribd company logo
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 11
Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan
Disposisi Matematis Siswa
Application Of Supervised Enquiry Approach On Students Skills In Mathematical
Communication And Mathematical Disposition
Berta Sefalianti
Bertasep86@gmail.com
Program Pascasarjana Universitas Terbuka
Graduate Studies Program Indonesia Open University
ABSTRAK
Penelitian eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaaan kemampuan
komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
inkuiri terbimbing dibandingkan pembelajaran konvensional. Data penelitian ini diperoleh
dari tes dan angket. Instrumen tes berupa soal uraian yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan komunikasi matematis, sedangkan angket diberikan untuk mengetahui
disposisi matematis. Kedua instrumen tersebut diberikan pada akhir pembelajaran. Hasil
analisis menunjukan bahwa ada perbedaan kemampuan komuniksi matematis baik pada
semua tingkat kemampuan awal matematika maupun untuk keseluruhan kelompok, antara
kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok
siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional (sig. 0,000, = 0,025). Pada diposisi
matematis, tidak ada perbedaan disposisi matematis pada semua tingkat kemampuan awal
matematika antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Namun ada
perbedaan disposisi matematis pada keseluruhan kelompok antara kelompok siswa yang
mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok siswa yang mendapatkan
pembelajaran konvensional (sig. 0,000, = 0,025).
Kata kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis, Disposisi Matematis, Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing.
ABSTRACT
This experimental study was conducted to know the difference between mathematical
communication and mathematical dispositions skills of students that followed supervised
enquiry and students that followed conventional instruction. Data were obtained by
writing tests and answering questionnaires. The test consist of a query that aimed at
identifying mathematical communication skills, while the questionnaire was designed to
know mathematical disposition. Both of these instruments were given by the end of the
experiment. The results showed that there were different abilities in mathematical
communication at the beginning as well as at the comprehensive level between students
groups with supervised enquiry instruction and students group with conventional
instruction (sig. 0,000, = 0,025) While for mathematical disposition, there was no
difference in mathematical disposition at the beginning level of mathematical ability
between students groups with supervised enquiry instruction with students group with
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 12
conventional instruction. In general there were differences in mathematical disposition
skills between student that received supervised enquiry instruction with student groups
that received conventional instruction (sig. 0,009, = 0,025).
Keywords : Mathematical Communication Skills, Mathematical Disposition, Supervised
Enquiry Instruction.
PENDAHULUAN
Menurut Depdiknas (2007), salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar
siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara akurat, efisien, dan tepat dalam
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk
memperjelas masalah. Pelajaran matematika juga dapat menuntun siswa untuk lebih logis
dalam menentukan masalah serta siswa dituntun untuk sering menggunakan tahap-tahap
deduktif dalam penyelesaian masalah sehari-hari.
Tujuan pembelajaran matematika dapat terwujud, jika siswa memiliki kemampuan
matematis. Dalam kurikulum KTSP 2006 disebutkan lima kemampuan matematis adalah
pemahaman konsep, penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan representasi
matematis. Dari uraian tersebut jelas bahwa kemampuan komunikasi dan sikap positif
(disposisi) terhadap matematika merupakan bagian kopetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran matematika.
Kemampuan komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang
harus dimiliki oleh siswa. Menurut The National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM, 2000), membangun komunikasi matematika dapat memberikan manfaat pada
siswa berupa: 1) memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara
aljabar; 2) merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan
matematika dalam berbagai situasi; 3) mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-
gagasan matematika; 4) menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika; 5) mengkaji gagasan
matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan; 6) memahami nilai dari notasi
dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematika.
Whitin (Nirmala, 2008) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi menjadi
penting ketika antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan,
menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menyatakan dan bekerjasama sehingga dapat
membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Hal ini juga di
ungkapkan oleh Pimm (1996) yang menyatakan bahwa anak-anak yang diberikan
kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data,
mereka menunjukkan kemajuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu
dengan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang
menjadi pendapat kelompok. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.
Kemampuan komunikasi matematika siswa di Indonesia masih rendah. Seperti hasil
penelitian yang dilakukan oleh Program for Internasional Assessment (PISA). Pada PISA
2009, skor matematika siswa Indonesia 371 dan berada pada posisi 61 dari 65 negara.
Hanya 0,1 % siswa Indonesia yang mampu mengembangkan dan mengerjakan permodelan
matematika. (Mardhiyanti, 2013).
Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa juga terjadi di kelas VII
SMP Negeri 2 Way Seputih, dari hasil wawancara dengan guru matematika, diperoleh
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 13
keterangan bahwa pada dasarnya sebagian besar siswa tidak memahami konsep serta
kemampuan siswa akan komunikasi matematika masih tergolong rendah. Hal ini dapat
dilihat dari 1) siswa ketika diberikan kesempatan bertanya siswa tidak bertanya, namun
ketika diberikan soal latihan siswa kebingungan dalam menentukan solusi; 2) siswa lebih
cenderung menghapal rumus dari pada memahaminya, karena siswa cenderung
menyelesaikan masalah siswa berkomunikasi diluar materi yang sedang diajarkan; 3)
siswa tidak mampu melakukan komunikasi antar siswa saat mengerjakan tugas kelompok,
siswa cenderung mengerjakan sendiri kemudian teman yang lain mengikuti saja. Dari
beberapa fakta tersebut terlihat bawa kemampuan komunikasi dalam pembelajaran
matematika sangat rendah.
Selain mengembangkan kemampuan kognitif, pembelajaran matematika juga
mengembangkan sikap afektif. Seperti pendapat Popham (dalam Depdiknas, 2008) bahwa
ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang berminat dalam
suatu mata pelajaran akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Salah satu afektif
siswa dalam pembelajaran matematika saat ini dikenal dengan istilah disposisi matematis.
Menurut Sumarmo (2005) disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran dan
dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai
kegiatan matematika. Permana (2010) menyatakan bahwa disposisi matematis siswa
dikatakan baik jika siswa tersebut menyukai masalah-masalah yang merupakan tantangan
serta melibatkan dirinya secara langsung dalam menemukan/menyelesaikan masalah.
Selain itu siswa merasakan dirinya mengalami proses belajar saat menyelesaikan tantangan
tersebut. Dalam prosesnya siswa merasakan munculnya kepercayaan diri, pengharapan dan
kesadaran untuk melihat kembali hasil berpikirnya. Pada saat ini disposisi matematis
belum sepenuhnya tercapai. Hal ini karena pembelajaran masih cenderung berpusat kepada
guru. Syaban (2008), Suatu strategi pembelajaran efektif yang dapat diterapkan untuk
menumbuhkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis ini salah satunya adalah
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing.
Adapun tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sanjaya
(2008) antaralain adalah 1) Orentasi, pada tahap ini guru melakukan langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif; 2) Merumuskan masalah, pada
tahap ini siswa dihadapkan pada suatu permasalahan; 3) Merumuskan dugaan (konjektur).
Dugaan (konjektur) adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, konjektur perlu diuji kebenarannya; 4) Menguji dugaan
(konjektur), pada tahap ini siswa diharapkan dapat menentukan jawaban yang diaggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data;
5) Merumuskan kesimpulan, merupakan proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian konjektur.
Dari langkah-langkah tersebut, pembelajaran dengan metode inkuiri siswa akan
mendapatkan kemampuan komunikasi yang lebih baik mengenai matematika dan akan
lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan
penemuan sendiri. Pembelajaran dengan metode inkuiri merupakan metode pembelajaran
yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam
proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecakan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek belajar,
sedangakan peran guru dalam pembelajaran metode inkuiri adalah sebagai pembimbing
dan fasilitator.
Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing ini, siswa dibimbing untuk dapat
mempergunakan atau mengkomunikasikan ide-ide matematikanya, konsep, dan
keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan suatu pengetahuan baru.
Setiap siswa berkesempatan untuk memikirkan permasalahan yang telah disajikan oleh
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 14
guru atau permasalahan yang muncul dari siswa sendiri sehingga siswa akan mampu
mengkaji permasalahan tersebut dan mampu untuk menemukan konsep atau prinsip
matematika melalui beberapa proses serta bimbingan guru sebatas yang diperlukan saja.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini berpusat pada siswa sehingga siswa
benar-benar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Adanya keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut mampu mendorong siswa untuk
mendapatkan suatu pemahaman konsep atau prinsip matematika yang lebih baik sehingga
siswa akan lebih tertarik terhadap matematika. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Bilgin (2009:1038) juga menyebutkan bahwa siswa dengan kelompok
inkuiri terbimbing yang belajar secara kooperatif mempunyai pemahaman yang lebih baik
terhadap penguasaan konsep materi pelajaran dan menunjukkan sikap yang positif.
Penelitian lain yang sama juga diungkapkan oleh Kubicek (2005:1) bahwa pembelajaran
berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan melibatkan siswa dalam
proses kegiatan pembelajaran secara aktif, sehingga konsep yang dicapai lebih baik.
Salah satu unsur yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah kemapuanan
awal siswa menurut Widodo, (2004) menyebutkan salah satu unsur penting dalam
lingkungan pembelajaran konstruktivisme adalah memperhatikan dan memanfaatkan
pengetahuan awal siswa. Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru
dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Oleh karena itu,
pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan awal siswa dan memanfaatkan teknik-
teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Pada penelitian ini ada dua subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen
melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dan kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional. Kedua kelompok ini dilakukan postes
dengan menggunakan instrumen yang sama yang dikenal dengan posttest only control
group design
Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Kelas Eksperimen A : X O
Kelas Kontrol A : O
Keterangan:
A = Pengambilan sampel kelas secara acak
O = Postest only
X = Pembelajaran matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing
Penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu
pembelajaran matematika dengan menggunakan motede inkuiri sedangkan variabel
terikatnya yaitu kemampuan komunikasi dan disposisi matematis.
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Temuan penelitain tentang komunikasi matematis dan disposisi matematis
semuannya terangkum dalam Table 1 dan Tabel 2 berikut:
Tabel 1: Skor Kemampuan Komunikasi Matematis
KAM N Ì… S
Kemampuan
Komunikasi
Matematis
Kelas Inkuiri
Terbimbing
Tinggi 10 18 12 14,80 2,10
Sedang 18 12 8 10,06 1,43
Rendah 4 8 6 6,75 0,96
Total 32 18 6 11,13 3,16
Kelas
Konvensional
Tinggi 5 13 10 11,40 1,14
Sedang 17 9 5 7,12 1,21
Rendah 6 5 3 4,33 0,81
Total 28 13 3 7,29 2,51
Berdasarkan Tabel 1 terlihat perolehan skor kemampuan komunikasi matematis di
kelas inkuiri terbimbing nilai tetinggi 18, nilai terendah 13, rata-rata 11,13 dan simpangan
baku 3,16 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional nilai tertinggi 13, nilai
terendah 3, rata-rata 7,29 dan simpangan baku 2,51. Pada siswa KAM tinggi skor
kemampuan komunikasi di kelas inkuiri terbimbing nilai rata-rata 14,80 dan simpangan
baku 2,10 lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional yaitu nilai rata-rata 11,40 dan
simpangan baku 1,14. Pada siswa KAM sedang skor kemampuan komunikasi di kelas
inkuiri terbimbing sebesar nilai rata-rata 10,06 dan simpangan baku 1,43 lebih tinggi
dibandingkan kelas konvensional nilai rata-rata 11,40 dan simpangan baku 1,14. Pada
siswa KAM rendah di kelas inkuiri terbimbing skor kemampuan komunikasi sebesar nilai
rata-rata 6,75 dan simpangan baku 1,96 lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional nilai
rata-rata 4,33 dan simpangan baku 0,81. Berdasarkan hasil analisis data terhadap hipotesis
statistik dengan uji t dengan taraf signifikansi 0,05 ternyata kemampuan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbeda daripada
siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional baik secara umum maupun
berdasarkan tingkatan kemampuan awal matematika yang berbeda.
Tabel 2 : Skor Disposisi Matematis
KAM N Ì… S
Disposisi
Matematis
Kelas Inkuiri
Terbimbing
Tinggi 10 72 53 60,20 7,46
Sedang 18 74 46 62,77 6,74
Rendah 4 69 57 61,25 5,31
Total 32 74 46 61,76 6,73
Kelas
Konvensional
Tinggi 5 65 53 57,40 4,51
Sedang 17 65 53 58,88 3,33
Rendah 6 61 45 53,50 5,32
Total 28 65 45 57,46 4,43
Dari Table 2, diperolehan skor disposisi matematis di kelas inkuiri terbimbing nilai
tertinggi 74, nilai terendah 46, rata-rata 61,76 dan simpangan baku 6,73 lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas konvensional nilai tertinggi 65, nilai terendah 45, rata-rata
57,46 dan simpangan baku 4,43. Pada siswa KAM tinggi skor disposisi di kelas inkuiri
terbimbing nilai rata-rata 60,20 dan simpangan baku 7,46 lebih tinggi dibandingkan di
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 16
kelas konvensional nilai rata-rata 57,46 dan simpangan baku 4,51. Pada siswa KAM
sedang skor disposisi di kelas inkuiri terbimbing sebesar 62,77 dan simpangan baku 6,74
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa KAM sedang di kelas konvensional yaitu skor
rata-rata disposisi matematis 58,88 dan simpangan baku 3,33. Skor disposisi pada KAM
rendah di kelas inkuiri terbimbing sebesar 61,25 dan simpangan baku 5,31 lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas konvensional nilai rata-rata disposisi matematis 53,50 dan
simpangan baku 5,32. Berdasarkan hasil analisis data terhadap hipotesis statistik dengan
uji t dengan taraf signifikansi 0,05 ternyata secara umum disposisi matematis siswa yang
belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbeda daripada siswa yang belajar
dengan pembelajaran konvensional. Sedangakan berdasarkan tingkatan kemampuan awal
matematika yang berbeda disposisi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing tidak ada perbedaan daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran
konvensional.
Perbedaan kemampuan antara siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan pembelajaran konvensional adalah sangat wajar. Pembelajaran inkuiri
terbimbing mengawali kegiatan pembelajarannya, siswa dihadapkan dengan suatu
masalah. Siswa mencari informasi tentang cara menyelesaikan masalah tersebut dengan
berkelompok. Dengan kegiatan kelompok siswa dapat menyampaikan ide-ide dan
pengetahuan yang mereka miliki, dan siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan
menanggapi masalah. Hal ini akan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa.
Hal tersebut sejalan dengan Pimm (1996) yang menyatakan bahwa anak-anak yang
diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan
menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik disaat mereka saling mendengarkan
ide yang satu dengan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun
kesimpulan yang menjadi pendapat kelompok. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari
berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka.
Adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara kelas inkuiri
terbimbing dengan kelas konvensional hal ini sudah terlihat saat proses pembelajaran
berlangsung. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan alat bantu LKS yang
mengacu pada tahap-tahap pembelajaran inkuiri yaitu siswa membuat dugaan sementara
atas suatu penyelesaian masalah kemudian mencari informasi, menyelesaikan suatu
masalah dengan membuktikan kebenaran dugaan tersebut kemudian menyimpulakannya.
Hal ini membangun proses bernalar siswa pembelajaran lebih bermakna.
Selain itu suatu kegiatan yang tidak kalah penting dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah siswa belajar untuk mencurahkan pendapatnya saat diskusi baik diskusi
antar siswa maupun antar kelompok berlangsung. Sehingga terjadi komunikasi dua arah
dan pembelajaran lebih efektif. Hal ini juga ditunjukkan dengan adanya beberapa
pertanyaan yang ditujukan kepada guru namun siswa lainnya mampu menjawabnya
sebelum guru menjawab.
Dalam pembelajaran inkuiri juga terjadi pembelajaran antar teman sejawat, mereka
saling bertukar informasi antar siswa. Pada siswa berkemampuan tinggi di kelas inkuiri
mereka lebih antusias dalam menyelesaikan suatu masalah kemudian mereka mencari
informasi-informasi kebenaran tentang pendapat yang mereka miliki. Pada siswa
berkemampuan sedang di kelas inkuiri terbimbing siswa lebih sering bertanya kepada
teman kelompoknya dan memberikan beberapa masukan. Sedangkan pada siswa
berkemampuan rendah siswa lebih cenderung mendengarkan dan memahaminya saja. Pada
saat diskusi antar kelompok terjadi interaksi yang sangat baik. Siswa yang berkemampuan
awal tinggi lebih mendominasi diskusi, mereka saling mengemukakan pendapatnya
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 17
masing-masing. Hal-hal tersebut tentunya meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa, seperti indikator komunikasi matematis yang ada pada NCTM (1989).
Lain halnya dengan pembelajaran konvensional, guru masuk kelas menjelaskan
materi dan konsep-konsep dan siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian
guru memberikan soal-soal latihan yang dikerjakan secara individu. Jika ada anak yang
bertanya maka guru menjelaskan secara klasikal. Setelah siswa selesai mengerjakan soal
maka beberapa siswa disuruh maju untuk mengerjakan soal di papan tulis. Guru lebih aktif
dalam menyampaikan informasi kepada siswa, komunikasi yang terjadi pada kelas
konvensional lebih banyak satu arah. Kemampuan komunikasi siswanya sangat minim hal
ini ditunjukkan dengan saat proses pembelajaran berlangsung, jika siswa diberikan
kesempatan bertanya siswa memilih untuk diam namun ketika diberikan pertanyaan oleh
guru siswa tidak mampu menjawabnya. Sehingga siswa tidak mampu menyampaikan apa
yang menjadi kesulitan dalam menerima informasi.
Pembelajaran konvensional menjadikan belajar tidak bermakna sehingga siswa lebih
sering melupakan informasi-informasi yang telah diberikan sebelumnya. Selain tidak
efektif pembelajaran konvensional juga tidak efisien, waktu yang digunakan lebih banyak
terbuang untuk mengulang pelajaran yang sebelumnya.
Perbedaan kemampuan komunikasi matematis juga terlihat dari jawaban tes
komunikasi matematis seperti pada soal nomor 5, pada kelas inkuiri siswa dapat
menjelaskan alasan-alasan dari jawaban mereka sedangkan pada kelas konvensional siswa
tidak mampu mengemukakan alasan. Hal ini disebabkan siswa pada kelas inkuiri
terbimbing mereka terbiasa menemukan sendiri dan berani mengungkapkan pendapat-
pendapat baik lisan maupun tulisan. Pada soal nomor 1 sub soal b pada kelas konvensional
siswa banyak menjawab salah dikarenakan mereka tidak dapat membedakan jenis dengan
sifat suatu sudut. Pada kelas inkuiri terbimbing siswa terbiasa membuktikan sendiri suatu
masalah, oleh sebab itu akan mudah mengingat dan membedakan antara jenis dan sifat
suatu sudut. Seperti dikatakan Sanjaya (2008) bahwa tujuan dari penggunaan strategi
inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental,
akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran,
akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Pada data disposisi matematis pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki rata-rata
yang lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Ini ditunjukkan pada
hipotesis kelima yang menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan pembelajaran konvensional. Namun pada hipotesis enam, tujuh dan
delapan perbedan tersebut tidak terjadi.
Jika kita melihat lebih rinci dengan melihat rata-rata skor perindikator angket
disposisi matematis kelas inkuiri terbimbing memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan
nilai pada kelas konvensional. Pada indikator kepercayaan diri jumlah skor rata-rata di
kelas inkuiri terbimbing 84,4 dan kelas konvensional 71,6. Pada minat dan keingintahuan
jumlah skor rata-rata di kelas inkuiri terbimbing 101,5 dan kelas konvensional 79. Pada
ketekunan jumlah skor rata-rata di kelas inkuiri terbimbing 91 dan kelas konvensional
74,6. Pada fleksibilitas jumlah skor rata-rata di kelas inkuiri terbimbing 98,25 dan kelas
konvensional 81,75. Pada reflektif dan rasa senang jumlah skor rata-rata di kelas inkuiri
terbimbing 96,5 dan kelas konvensional 77,25.
Perbedaan jumlah skor rata-rata pada indikator kepercayaan diri antara kelas inkuiri
terbimbing dengan kelas konvensional dikarenakan siswa pada kelas inkuiri terbimbing
terbiasa mengerjakan tugas-tugas dari LKS sehingga membangun kepercayaan diri yang
kuat untuk menyelesaikan suatu masalah-masalah yang muncul dalam matematika. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sanjaya (2008) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang
menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri terbimbing salah satunya adalah seluruh
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 18
aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
Berbeda pada kelas konvensional siswa terbiasa untuk menerima informasi juga terhadap
penyelesaian suatu masalah siswa selalu mengacu pada jawaban guru. Sehingga
memunculkan sikap tidak mandiri dan percaya diri.
Perbedaan jumlah skor rata-rata juga terjadi pada indikator minat dan keingintahuan.
Skor jumlah rata-rata pada indikator minat dan keingintahuan merupakan skor tertinggi
dibandingkan indikator lainnya. Ini dikarenakan pada pembelajaran inkuiri terbimbing
siswa dalam mengerjakan LKS diajak untuk menemukan sendiri penyelesaian dari suatu
masalah dengan informasi yang telah dimilikinya. Hal ini mendorong minat dan
keingintahuan setiap siswa pada penyelesaian suatu masalah yang ada pada matematika.
Kegiatan menemukan sendiri juga mendorong ketekunan siswa untuk mencari informasi
lebih banyak tentang matematika. Oleh sebab itu perbedaan jumlah skor rata-rata juga
terjadi pada indikator ketekunan.
Pada indikator fleksibilitas serta reflektif dan rasa senang juga memilki nilai rata-rata
yang berbeda. Hal ini dikarenakan pada kelas inkuiri terbimbing siswa dibagai menjadi
kelompok-kelompok yang mengharuskan mereka untuk berkomunikasi satu sama lain dan
lebih aktif, sehingga memunculkan sikap fleksibilitas serta sikap reflektif dan rasa senang
pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan pada kelas konvensional siswa cenderung
pasif dalam proses pembelajaran sehingga menimbulkan kesan jenuh dan membosankan.
Semua perbedaan skor disposisi tersebut tidak terjadi pada setiap kelompok
kemampuan awal matematis siswa pada kelas inkuiri terbimbing dengan kelas
konvensional. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang fungsi dari angket
sehingga memunculkan ketidakjujuran dalam pengisian angket dan tidak dapat dipungkiri
pula setiap orang ingin selalu mendapatkan kesan positif atas sikap yang mereka miliki.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemamapuan komunikasi matematis dan
disposisi matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dan
pembelajaran konvensional dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang
menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada siswa berkemampuan
awal tinggi antara siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada siswa berkemampuan
awal sedang antara siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
4. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada siswa berkemampuan
awal rendah untuk siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
5. Terdapat perbedaan disposisi matematis antara siswa yang menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
6. Tidak terdapat perbedaan disposisi matematis pada siswa berkemampuan awal antara
siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 19
7. Tidak terdapat perbedaan disposisi matematis pada siswa berkemampuan awal sedang
untuk siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
8. Tidak terdapat perbedaan disposisi matematis pada siswa berkemampuan awal rendah
untuk siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing dapat dijadikan sebagai suatu
alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa.
2. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan disposisi matematis
siswa. Oleh karena itu direkomendasikan kepada guru untuk melakukan penelitian
tentang aspek afektif yang lain guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi guru, mahasiswa yang akan melakukan penelitian lebih lanjut disarankan untuk
menambahkan alat ukur untuk mengetahui disposisi matematis seperti wawancara,
observasi dan lainnya.
DAFTAR PUTAKA
Bilgin, I. 2009. The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating a Cooperative
Learning Approach on University Students’ Achievement of Acid and Bases
Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and
Essay Vol.4 (10), p: 1038-1046
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
________. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Gulo,W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Kubicek, P. J. 2005. Inquiry-based learning, the nature of science, and computer
technology: New possibilities in science education. Canadian Journal of Learning
and Technology. Vol 31(1). Page: 1-5
Mardhiyanti. D. (2013). Pengembangan Matematika Model PISA untuk Mengukur
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar:
ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/download/334/100 (di unduh tanggal 27
Novemver 2013)
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston,
VA: Authur.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: Authur.
Nirmala. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan pemecahan Masalah
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa
Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Bandung:UPI
Pimm, D. (1996). Meaningful Comunication Among Children: Data Collection.
Comunication in mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM
Permana, Y. (2010). Mengembangkan Pemahaman, Komunikasi dan Disposisi matematis.
Tesis tidak diterbitkan. Bandung: UPI
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2
ISSN : 2356-3915 20
Sumarmo, (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum
Tahun 2002 Sekolah Menengah. Disajikan dalam Seminar Pendidikan Matematika
Tidak diterbitkan. Bandung: UPI
Syaban, M. (2009). Menumbuh Kembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Investigasi. (online)
http://file.upiedu/Direktori/Jurnal/EDUCATIONIST/Vol._III_Ni._2-
Juli_2009/08_Mumun_Syaban.pdf. (diunduh tanggal 30 November 2013)

More Related Content

What's hot

Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...umdatus
 
4 7-1-sm (2)
4 7-1-sm (2)4 7-1-sm (2)
4 7-1-sm (2)
Nurul Rafiqah Nst
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Sulistiawati .
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
siskaningsih
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb
Fppi Unila
 
Komunikasi Matematika
Komunikasi MatematikaKomunikasi Matematika
Komunikasi Matematika
Nailul Hasibuan
 
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan selfMeningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
RoihanHan IthoeSiicg
 
1 st, Try
1 st, Try1 st, Try
1 st, TryReni Adja
 
Pp pemahaman matematis Tina Lisdianti
Pp pemahaman matematis Tina LisdiantiPp pemahaman matematis Tina Lisdianti
Pp pemahaman matematis Tina LisdiantiInterest_Matematika_2011
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahLukman
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispisrirejeki345
 
Koneksi Matematika
Koneksi MatematikaKoneksi Matematika
Koneksi Matematika
Nailul Hasibuan
 
pola argumentasi
pola argumentasipola argumentasi
pola argumentasi
ssuser489844
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalMas Becak
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solving
elita takarai
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open ended
Dini Safitri
 

What's hot (19)

Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
 
4 7-1-sm (2)
4 7-1-sm (2)4 7-1-sm (2)
4 7-1-sm (2)
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb
 
Komunikasi Matematika
Komunikasi MatematikaKomunikasi Matematika
Komunikasi Matematika
 
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan selfMeningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
 
1 st, Try
1 st, Try1 st, Try
1 st, Try
 
Pp pemahaman matematis Tina Lisdianti
Pp pemahaman matematis Tina LisdiantiPp pemahaman matematis Tina Lisdianti
Pp pemahaman matematis Tina Lisdianti
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
 
Koneksi Matematika
Koneksi MatematikaKoneksi Matematika
Koneksi Matematika
 
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsdAnalisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
 
pola argumentasi
pola argumentasipola argumentasi
pola argumentasi
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solving
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open ended
 

Viewers also liked

Prosiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswariProsiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswari
Fppi Unila
 
Ipi288264
Ipi288264Ipi288264
Ipi288264
Fppi Unila
 
T1 192006033 full text
T1 192006033 full textT1 192006033 full text
T1 192006033 full text
Fppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Fppi Unila
 
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
Fppi Unila
 
Risqi rahman
Risqi rahmanRisqi rahman
Risqi rahman
Fppi Unila
 
Ipi288304
Ipi288304Ipi288304
Ipi288304
Fppi Unila
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
Fppi Unila
 
3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb
Fppi Unila
 
Metodologi penelitian upi
Metodologi penelitian upiMetodologi penelitian upi
Metodologi penelitian upi
Fppi Unila
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematis
Fppi Unila
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014
Fppi Unila
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
Fppi Unila
 
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaBab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Fppi Unila
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syaban
Fppi Unila
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014
Fppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Fppi Unila
 
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarUnimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Fppi Unila
 
Timss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreportTimss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreport
Fppi Unila
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011
Fppi Unila
 

Viewers also liked (20)

Prosiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswariProsiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswari
 
Ipi288264
Ipi288264Ipi288264
Ipi288264
 
T1 192006033 full text
T1 192006033 full textT1 192006033 full text
T1 192006033 full text
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
 
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
 
Risqi rahman
Risqi rahmanRisqi rahman
Risqi rahman
 
Ipi288304
Ipi288304Ipi288304
Ipi288304
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb
 
Metodologi penelitian upi
Metodologi penelitian upiMetodologi penelitian upi
Metodologi penelitian upi
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematis
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaBab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syaban
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
 
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarUnimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
 
Timss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreportTimss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreport
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011
 

Similar to Ipi183134

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
NERRU
 
Penelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smpPenelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smp
Fenty Simanungkalit
 
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
girisatria
 
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
IbnuRizki8
 
rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati
Maryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solvingkaffah
 
Bab i.3 doc
Bab i.3 docBab i.3 doc
Bab i.3 doc
Arif Mbojo
 
Artikel publikasi
Artikel publikasiArtikel publikasi
Artikel publikasi
aya Uzumika
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
yudha saputra
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmtsiskaryane
 
A410050066
A410050066A410050066
A410050066Athian Haq
 
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayatWahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
dinamaulina25
 
JURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docxJURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docx
syamsahfitri1
 
Paper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbingPaper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbing
Diah Dwi
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
Maryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematikaPemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
osnimaure
 
eva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfeva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdf
Anastasya161
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
antiantika
 
Seminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitianSeminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitianNeneng Khairani
 

Similar to Ipi183134 (20)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
 
147
147147
147
 
Penelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smpPenelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smp
 
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
 
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
 
rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solving
 
Bab i.3 doc
Bab i.3 docBab i.3 doc
Bab i.3 doc
 
Artikel publikasi
Artikel publikasiArtikel publikasi
Artikel publikasi
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt
 
A410050066
A410050066A410050066
A410050066
 
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayatWahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
 
JURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docxJURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docx
 
Paper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbingPaper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbing
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematikaPemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
 
eva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfeva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdf
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Seminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitianSeminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitian
 

More from Fppi Unila

Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046
Fppi Unila
 
Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091
Fppi Unila
 
2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pbFppi Unila
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb
Fppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Fppi Unila
 
T03 intlmatrpt
T03 intlmatrptT03 intlmatrpt
T03 intlmatrpt
Fppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Fppi Unila
 

More from Fppi Unila (7)

Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046
 
Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091
 
2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
 
T03 intlmatrpt
T03 intlmatrptT03 intlmatrpt
T03 intlmatrpt
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
 

Recently uploaded

VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 

Recently uploaded (20)

VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 

Ipi183134

  • 1. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 11 Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Application Of Supervised Enquiry Approach On Students Skills In Mathematical Communication And Mathematical Disposition Berta Sefalianti Bertasep86@gmail.com Program Pascasarjana Universitas Terbuka Graduate Studies Program Indonesia Open University ABSTRAK Penelitian eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaaan kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan pembelajaran konvensional. Data penelitian ini diperoleh dari tes dan angket. Instrumen tes berupa soal uraian yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis, sedangkan angket diberikan untuk mengetahui disposisi matematis. Kedua instrumen tersebut diberikan pada akhir pembelajaran. Hasil analisis menunjukan bahwa ada perbedaan kemampuan komuniksi matematis baik pada semua tingkat kemampuan awal matematika maupun untuk keseluruhan kelompok, antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional (sig. 0,000, = 0,025). Pada diposisi matematis, tidak ada perbedaan disposisi matematis pada semua tingkat kemampuan awal matematika antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Namun ada perbedaan disposisi matematis pada keseluruhan kelompok antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional (sig. 0,000, = 0,025). Kata kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis, Disposisi Matematis, Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. ABSTRACT This experimental study was conducted to know the difference between mathematical communication and mathematical dispositions skills of students that followed supervised enquiry and students that followed conventional instruction. Data were obtained by writing tests and answering questionnaires. The test consist of a query that aimed at identifying mathematical communication skills, while the questionnaire was designed to know mathematical disposition. Both of these instruments were given by the end of the experiment. The results showed that there were different abilities in mathematical communication at the beginning as well as at the comprehensive level between students groups with supervised enquiry instruction and students group with conventional instruction (sig. 0,000, = 0,025) While for mathematical disposition, there was no difference in mathematical disposition at the beginning level of mathematical ability between students groups with supervised enquiry instruction with students group with
  • 2. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 12 conventional instruction. In general there were differences in mathematical disposition skills between student that received supervised enquiry instruction with student groups that received conventional instruction (sig. 0,009, = 0,025). Keywords : Mathematical Communication Skills, Mathematical Disposition, Supervised Enquiry Instruction. PENDAHULUAN Menurut Depdiknas (2007), salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara akurat, efisien, dan tepat dalam mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas masalah. Pelajaran matematika juga dapat menuntun siswa untuk lebih logis dalam menentukan masalah serta siswa dituntun untuk sering menggunakan tahap-tahap deduktif dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika dapat terwujud, jika siswa memiliki kemampuan matematis. Dalam kurikulum KTSP 2006 disebutkan lima kemampuan matematis adalah pemahaman konsep, penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan representasi matematis. Dari uraian tersebut jelas bahwa kemampuan komunikasi dan sikap positif (disposisi) terhadap matematika merupakan bagian kopetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika. Kemampuan komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleh siswa. Menurut The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000), membangun komunikasi matematika dapat memberikan manfaat pada siswa berupa: 1) memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar; 2) merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi; 3) mengembangkan pemahaman terhadap gagasan- gagasan matematika; 4) menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika; 5) mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan; 6) memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematika. Whitin (Nirmala, 2008) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi menjadi penting ketika antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menyatakan dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Hal ini juga di ungkapkan oleh Pimm (1996) yang menyatakan bahwa anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dengan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompok. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka. Kemampuan komunikasi matematika siswa di Indonesia masih rendah. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Program for Internasional Assessment (PISA). Pada PISA 2009, skor matematika siswa Indonesia 371 dan berada pada posisi 61 dari 65 negara. Hanya 0,1 % siswa Indonesia yang mampu mengembangkan dan mengerjakan permodelan matematika. (Mardhiyanti, 2013). Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa juga terjadi di kelas VII SMP Negeri 2 Way Seputih, dari hasil wawancara dengan guru matematika, diperoleh
  • 3. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 13 keterangan bahwa pada dasarnya sebagian besar siswa tidak memahami konsep serta kemampuan siswa akan komunikasi matematika masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari 1) siswa ketika diberikan kesempatan bertanya siswa tidak bertanya, namun ketika diberikan soal latihan siswa kebingungan dalam menentukan solusi; 2) siswa lebih cenderung menghapal rumus dari pada memahaminya, karena siswa cenderung menyelesaikan masalah siswa berkomunikasi diluar materi yang sedang diajarkan; 3) siswa tidak mampu melakukan komunikasi antar siswa saat mengerjakan tugas kelompok, siswa cenderung mengerjakan sendiri kemudian teman yang lain mengikuti saja. Dari beberapa fakta tersebut terlihat bawa kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika sangat rendah. Selain mengembangkan kemampuan kognitif, pembelajaran matematika juga mengembangkan sikap afektif. Seperti pendapat Popham (dalam Depdiknas, 2008) bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Salah satu afektif siswa dalam pembelajaran matematika saat ini dikenal dengan istilah disposisi matematis. Menurut Sumarmo (2005) disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Permana (2010) menyatakan bahwa disposisi matematis siswa dikatakan baik jika siswa tersebut menyukai masalah-masalah yang merupakan tantangan serta melibatkan dirinya secara langsung dalam menemukan/menyelesaikan masalah. Selain itu siswa merasakan dirinya mengalami proses belajar saat menyelesaikan tantangan tersebut. Dalam prosesnya siswa merasakan munculnya kepercayaan diri, pengharapan dan kesadaran untuk melihat kembali hasil berpikirnya. Pada saat ini disposisi matematis belum sepenuhnya tercapai. Hal ini karena pembelajaran masih cenderung berpusat kepada guru. Syaban (2008), Suatu strategi pembelajaran efektif yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis ini salah satunya adalah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Adapun tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sanjaya (2008) antaralain adalah 1) Orentasi, pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif; 2) Merumuskan masalah, pada tahap ini siswa dihadapkan pada suatu permasalahan; 3) Merumuskan dugaan (konjektur). Dugaan (konjektur) adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, konjektur perlu diuji kebenarannya; 4) Menguji dugaan (konjektur), pada tahap ini siswa diharapkan dapat menentukan jawaban yang diaggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data; 5) Merumuskan kesimpulan, merupakan proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian konjektur. Dari langkah-langkah tersebut, pembelajaran dengan metode inkuiri siswa akan mendapatkan kemampuan komunikasi yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan penemuan sendiri. Pembelajaran dengan metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecakan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek belajar, sedangakan peran guru dalam pembelajaran metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing ini, siswa dibimbing untuk dapat mempergunakan atau mengkomunikasikan ide-ide matematikanya, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan suatu pengetahuan baru. Setiap siswa berkesempatan untuk memikirkan permasalahan yang telah disajikan oleh
  • 4. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 14 guru atau permasalahan yang muncul dari siswa sendiri sehingga siswa akan mampu mengkaji permasalahan tersebut dan mampu untuk menemukan konsep atau prinsip matematika melalui beberapa proses serta bimbingan guru sebatas yang diperlukan saja. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini berpusat pada siswa sehingga siswa benar-benar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut mampu mendorong siswa untuk mendapatkan suatu pemahaman konsep atau prinsip matematika yang lebih baik sehingga siswa akan lebih tertarik terhadap matematika. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bilgin (2009:1038) juga menyebutkan bahwa siswa dengan kelompok inkuiri terbimbing yang belajar secara kooperatif mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap penguasaan konsep materi pelajaran dan menunjukkan sikap yang positif. Penelitian lain yang sama juga diungkapkan oleh Kubicek (2005:1) bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan melibatkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran secara aktif, sehingga konsep yang dicapai lebih baik. Salah satu unsur yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah kemapuanan awal siswa menurut Widodo, (2004) menyebutkan salah satu unsur penting dalam lingkungan pembelajaran konstruktivisme adalah memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa. Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Oleh karena itu, pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan awal siswa dan memanfaatkan teknik- teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada penelitian ini ada dua subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dan kelompok kontrol dengan menggunakan metode konvensional. Kedua kelompok ini dilakukan postes dengan menggunakan instrumen yang sama yang dikenal dengan posttest only control group design Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Kelas Eksperimen A : X O Kelas Kontrol A : O Keterangan: A = Pengambilan sampel kelas secara acak O = Postest only X = Pembelajaran matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing Penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan motede inkuiri sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan komunikasi dan disposisi matematis.
  • 5. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan penelitain tentang komunikasi matematis dan disposisi matematis semuannya terangkum dalam Table 1 dan Tabel 2 berikut: Tabel 1: Skor Kemampuan Komunikasi Matematis KAM N Ì… S Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Inkuiri Terbimbing Tinggi 10 18 12 14,80 2,10 Sedang 18 12 8 10,06 1,43 Rendah 4 8 6 6,75 0,96 Total 32 18 6 11,13 3,16 Kelas Konvensional Tinggi 5 13 10 11,40 1,14 Sedang 17 9 5 7,12 1,21 Rendah 6 5 3 4,33 0,81 Total 28 13 3 7,29 2,51 Berdasarkan Tabel 1 terlihat perolehan skor kemampuan komunikasi matematis di kelas inkuiri terbimbing nilai tetinggi 18, nilai terendah 13, rata-rata 11,13 dan simpangan baku 3,16 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional nilai tertinggi 13, nilai terendah 3, rata-rata 7,29 dan simpangan baku 2,51. Pada siswa KAM tinggi skor kemampuan komunikasi di kelas inkuiri terbimbing nilai rata-rata 14,80 dan simpangan baku 2,10 lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional yaitu nilai rata-rata 11,40 dan simpangan baku 1,14. Pada siswa KAM sedang skor kemampuan komunikasi di kelas inkuiri terbimbing sebesar nilai rata-rata 10,06 dan simpangan baku 1,43 lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional nilai rata-rata 11,40 dan simpangan baku 1,14. Pada siswa KAM rendah di kelas inkuiri terbimbing skor kemampuan komunikasi sebesar nilai rata-rata 6,75 dan simpangan baku 1,96 lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional nilai rata-rata 4,33 dan simpangan baku 0,81. Berdasarkan hasil analisis data terhadap hipotesis statistik dengan uji t dengan taraf signifikansi 0,05 ternyata kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbeda daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional baik secara umum maupun berdasarkan tingkatan kemampuan awal matematika yang berbeda. Tabel 2 : Skor Disposisi Matematis KAM N Ì… S Disposisi Matematis Kelas Inkuiri Terbimbing Tinggi 10 72 53 60,20 7,46 Sedang 18 74 46 62,77 6,74 Rendah 4 69 57 61,25 5,31 Total 32 74 46 61,76 6,73 Kelas Konvensional Tinggi 5 65 53 57,40 4,51 Sedang 17 65 53 58,88 3,33 Rendah 6 61 45 53,50 5,32 Total 28 65 45 57,46 4,43 Dari Table 2, diperolehan skor disposisi matematis di kelas inkuiri terbimbing nilai tertinggi 74, nilai terendah 46, rata-rata 61,76 dan simpangan baku 6,73 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional nilai tertinggi 65, nilai terendah 45, rata-rata 57,46 dan simpangan baku 4,43. Pada siswa KAM tinggi skor disposisi di kelas inkuiri terbimbing nilai rata-rata 60,20 dan simpangan baku 7,46 lebih tinggi dibandingkan di
  • 6. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 16 kelas konvensional nilai rata-rata 57,46 dan simpangan baku 4,51. Pada siswa KAM sedang skor disposisi di kelas inkuiri terbimbing sebesar 62,77 dan simpangan baku 6,74 lebih tinggi dibandingkan dengan siswa KAM sedang di kelas konvensional yaitu skor rata-rata disposisi matematis 58,88 dan simpangan baku 3,33. Skor disposisi pada KAM rendah di kelas inkuiri terbimbing sebesar 61,25 dan simpangan baku 5,31 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional nilai rata-rata disposisi matematis 53,50 dan simpangan baku 5,32. Berdasarkan hasil analisis data terhadap hipotesis statistik dengan uji t dengan taraf signifikansi 0,05 ternyata secara umum disposisi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbeda daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Sedangakan berdasarkan tingkatan kemampuan awal matematika yang berbeda disposisi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing tidak ada perbedaan daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan kemampuan antara siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pembelajaran konvensional adalah sangat wajar. Pembelajaran inkuiri terbimbing mengawali kegiatan pembelajarannya, siswa dihadapkan dengan suatu masalah. Siswa mencari informasi tentang cara menyelesaikan masalah tersebut dengan berkelompok. Dengan kegiatan kelompok siswa dapat menyampaikan ide-ide dan pengetahuan yang mereka miliki, dan siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi masalah. Hal ini akan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal tersebut sejalan dengan Pimm (1996) yang menyatakan bahwa anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik disaat mereka saling mendengarkan ide yang satu dengan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompok. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka. Adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara kelas inkuiri terbimbing dengan kelas konvensional hal ini sudah terlihat saat proses pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan alat bantu LKS yang mengacu pada tahap-tahap pembelajaran inkuiri yaitu siswa membuat dugaan sementara atas suatu penyelesaian masalah kemudian mencari informasi, menyelesaikan suatu masalah dengan membuktikan kebenaran dugaan tersebut kemudian menyimpulakannya. Hal ini membangun proses bernalar siswa pembelajaran lebih bermakna. Selain itu suatu kegiatan yang tidak kalah penting dalam pembelajaran inkuiri terbimbing adalah siswa belajar untuk mencurahkan pendapatnya saat diskusi baik diskusi antar siswa maupun antar kelompok berlangsung. Sehingga terjadi komunikasi dua arah dan pembelajaran lebih efektif. Hal ini juga ditunjukkan dengan adanya beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada guru namun siswa lainnya mampu menjawabnya sebelum guru menjawab. Dalam pembelajaran inkuiri juga terjadi pembelajaran antar teman sejawat, mereka saling bertukar informasi antar siswa. Pada siswa berkemampuan tinggi di kelas inkuiri mereka lebih antusias dalam menyelesaikan suatu masalah kemudian mereka mencari informasi-informasi kebenaran tentang pendapat yang mereka miliki. Pada siswa berkemampuan sedang di kelas inkuiri terbimbing siswa lebih sering bertanya kepada teman kelompoknya dan memberikan beberapa masukan. Sedangkan pada siswa berkemampuan rendah siswa lebih cenderung mendengarkan dan memahaminya saja. Pada saat diskusi antar kelompok terjadi interaksi yang sangat baik. Siswa yang berkemampuan awal tinggi lebih mendominasi diskusi, mereka saling mengemukakan pendapatnya
  • 7. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 17 masing-masing. Hal-hal tersebut tentunya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, seperti indikator komunikasi matematis yang ada pada NCTM (1989). Lain halnya dengan pembelajaran konvensional, guru masuk kelas menjelaskan materi dan konsep-konsep dan siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian guru memberikan soal-soal latihan yang dikerjakan secara individu. Jika ada anak yang bertanya maka guru menjelaskan secara klasikal. Setelah siswa selesai mengerjakan soal maka beberapa siswa disuruh maju untuk mengerjakan soal di papan tulis. Guru lebih aktif dalam menyampaikan informasi kepada siswa, komunikasi yang terjadi pada kelas konvensional lebih banyak satu arah. Kemampuan komunikasi siswanya sangat minim hal ini ditunjukkan dengan saat proses pembelajaran berlangsung, jika siswa diberikan kesempatan bertanya siswa memilih untuk diam namun ketika diberikan pertanyaan oleh guru siswa tidak mampu menjawabnya. Sehingga siswa tidak mampu menyampaikan apa yang menjadi kesulitan dalam menerima informasi. Pembelajaran konvensional menjadikan belajar tidak bermakna sehingga siswa lebih sering melupakan informasi-informasi yang telah diberikan sebelumnya. Selain tidak efektif pembelajaran konvensional juga tidak efisien, waktu yang digunakan lebih banyak terbuang untuk mengulang pelajaran yang sebelumnya. Perbedaan kemampuan komunikasi matematis juga terlihat dari jawaban tes komunikasi matematis seperti pada soal nomor 5, pada kelas inkuiri siswa dapat menjelaskan alasan-alasan dari jawaban mereka sedangkan pada kelas konvensional siswa tidak mampu mengemukakan alasan. Hal ini disebabkan siswa pada kelas inkuiri terbimbing mereka terbiasa menemukan sendiri dan berani mengungkapkan pendapat- pendapat baik lisan maupun tulisan. Pada soal nomor 1 sub soal b pada kelas konvensional siswa banyak menjawab salah dikarenakan mereka tidak dapat membedakan jenis dengan sifat suatu sudut. Pada kelas inkuiri terbimbing siswa terbiasa membuktikan sendiri suatu masalah, oleh sebab itu akan mudah mengingat dan membedakan antara jenis dan sifat suatu sudut. Seperti dikatakan Sanjaya (2008) bahwa tujuan dari penggunaan strategi inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Pada data disposisi matematis pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Ini ditunjukkan pada hipotesis kelima yang menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pembelajaran konvensional. Namun pada hipotesis enam, tujuh dan delapan perbedan tersebut tidak terjadi. Jika kita melihat lebih rinci dengan melihat rata-rata skor perindikator angket disposisi matematis kelas inkuiri terbimbing memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai pada kelas konvensional. Pada indikator kepercayaan diri jumlah skor rata-rata di kelas inkuiri terbimbing 84,4 dan kelas konvensional 71,6. Pada minat dan keingintahuan jumlah skor rata-rata di kelas inkuiri terbimbing 101,5 dan kelas konvensional 79. Pada ketekunan jumlah skor rata-rata di kelas inkuiri terbimbing 91 dan kelas konvensional 74,6. Pada fleksibilitas jumlah skor rata-rata di kelas inkuiri terbimbing 98,25 dan kelas konvensional 81,75. Pada reflektif dan rasa senang jumlah skor rata-rata di kelas inkuiri terbimbing 96,5 dan kelas konvensional 77,25. Perbedaan jumlah skor rata-rata pada indikator kepercayaan diri antara kelas inkuiri terbimbing dengan kelas konvensional dikarenakan siswa pada kelas inkuiri terbimbing terbiasa mengerjakan tugas-tugas dari LKS sehingga membangun kepercayaan diri yang kuat untuk menyelesaikan suatu masalah-masalah yang muncul dalam matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2008) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri terbimbing salah satunya adalah seluruh
  • 8. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 18 aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Berbeda pada kelas konvensional siswa terbiasa untuk menerima informasi juga terhadap penyelesaian suatu masalah siswa selalu mengacu pada jawaban guru. Sehingga memunculkan sikap tidak mandiri dan percaya diri. Perbedaan jumlah skor rata-rata juga terjadi pada indikator minat dan keingintahuan. Skor jumlah rata-rata pada indikator minat dan keingintahuan merupakan skor tertinggi dibandingkan indikator lainnya. Ini dikarenakan pada pembelajaran inkuiri terbimbing siswa dalam mengerjakan LKS diajak untuk menemukan sendiri penyelesaian dari suatu masalah dengan informasi yang telah dimilikinya. Hal ini mendorong minat dan keingintahuan setiap siswa pada penyelesaian suatu masalah yang ada pada matematika. Kegiatan menemukan sendiri juga mendorong ketekunan siswa untuk mencari informasi lebih banyak tentang matematika. Oleh sebab itu perbedaan jumlah skor rata-rata juga terjadi pada indikator ketekunan. Pada indikator fleksibilitas serta reflektif dan rasa senang juga memilki nilai rata-rata yang berbeda. Hal ini dikarenakan pada kelas inkuiri terbimbing siswa dibagai menjadi kelompok-kelompok yang mengharuskan mereka untuk berkomunikasi satu sama lain dan lebih aktif, sehingga memunculkan sikap fleksibilitas serta sikap reflektif dan rasa senang pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan pada kelas konvensional siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran sehingga menimbulkan kesan jenuh dan membosankan. Semua perbedaan skor disposisi tersebut tidak terjadi pada setiap kelompok kemampuan awal matematis siswa pada kelas inkuiri terbimbing dengan kelas konvensional. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang fungsi dari angket sehingga memunculkan ketidakjujuran dalam pengisian angket dan tidak dapat dipungkiri pula setiap orang ingin selalu mendapatkan kesan positif atas sikap yang mereka miliki. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemamapuan komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 2. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada siswa berkemampuan awal tinggi antara siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 3. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada siswa berkemampuan awal sedang antara siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 4. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada siswa berkemampuan awal rendah untuk siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 5. Terdapat perbedaan disposisi matematis antara siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 6. Tidak terdapat perbedaan disposisi matematis pada siswa berkemampuan awal antara siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
  • 9. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 19 7. Tidak terdapat perbedaan disposisi matematis pada siswa berkemampuan awal sedang untuk siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 8. Tidak terdapat perbedaan disposisi matematis pada siswa berkemampuan awal rendah untuk siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing dapat dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. 2. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan disposisi matematis siswa. Oleh karena itu direkomendasikan kepada guru untuk melakukan penelitian tentang aspek afektif yang lain guna meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Bagi guru, mahasiswa yang akan melakukan penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambahkan alat ukur untuk mengetahui disposisi matematis seperti wawancara, observasi dan lainnya. DAFTAR PUTAKA Bilgin, I. 2009. The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating a Cooperative Learning Approach on University Students’ Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay Vol.4 (10), p: 1038-1046 Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. ________. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Gulo,W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Kubicek, P. J. 2005. Inquiry-based learning, the nature of science, and computer technology: New possibilities in science education. Canadian Journal of Learning and Technology. Vol 31(1). Page: 1-5 Mardhiyanti. D. (2013). Pengembangan Matematika Model PISA untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar: ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/download/334/100 (di unduh tanggal 27 Novemver 2013) NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: Authur. NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: Authur. Nirmala. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Bandung:UPI Pimm, D. (1996). Meaningful Comunication Among Children: Data Collection. Comunication in mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM Permana, Y. (2010). Mengembangkan Pemahaman, Komunikasi dan Disposisi matematis. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: UPI Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
  • 10. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 2 ISSN : 2356-3915 20 Sumarmo, (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Disajikan dalam Seminar Pendidikan Matematika Tidak diterbitkan. Bandung: UPI Syaban, M. (2009). Menumbuh Kembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Investigasi. (online) http://file.upiedu/Direktori/Jurnal/EDUCATIONIST/Vol._III_Ni._2- Juli_2009/08_Mumun_Syaban.pdf. (diunduh tanggal 30 November 2013)