Analisis kemampuan calon guru matematika dalam menerapkan pendekatan saintifi...Mathematics Sport
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan calon guru matematika dalam menerapkan pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah calon guru matematika (guru PPL) yang magang di SMP Negeri 2 Jember. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, observasi, dan hasil supervisi pada saat ujian praktik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan checklist dan alur analisis model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemahaman guru PPL tentang model pembelajaran melalui pendekatan saintifik diperoleh sebanyak 28,57% berada pada kategori mampu dan sebanyak 71,43% berada pada kategori cukup mampu; (2) kemampuan guru PPL dalam menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan struktur kurikulum 2013 diperoleh sebanyak 100% berada pada kategori mampu; (3) kemampuan guru PPL dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diperoleh sebanyak 57,14% berada pada kategori mampu dan sebanyak 42,86% berada pada kategori cukup mampu; (4) kemampuan guru PPL dalam menyusun dan melaksanakan penilaian autentik diperoleh sebanyak 28,57% berada pada kategori mampu dan sebanyak 71,43% berada pada kategori cukup mampu; (5) respon siswa terhadap guru PPL selama mengajar (magang) diperoleh sebanyak 42,86% berada pada kategori sangat sesuai dengan karakteristik siswa sebagai guru matematika dan sebanyak 57,14% berada pada kategori sesuai dengan dengan karakteristik siswa sebagai guru matematika. Sedangkan hambatan yang dialami oleh guru PPL adalah minimnya pengalaman dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran terutama pada kegiatan bertanya dan menalar, pengaturan alokasi waktu, dan masih kesulitan dalam melakukan penilaian yang berdasarkan Kurikulum 2013.
Kata Kunci: Kemampuan, Guru PPL, Pendekatan Saintifik, Kurikulum 2013.
Peningkatan efektivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi p...Mathematics Sport
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika dengan suatu upaya tertentu yang dilaksanakan pada riset ini. Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencari suatu startegi pembelajaran aktif dan efisien dalam mengajar materi aljabar di SMPN 2 Jember dengan cara mengaktifkan siswa pada pembelajaran. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus, dimana pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Alat bantu yang digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan kepada siswa dalam kelompok besar dan kelompok kecil. Sedangkan yang menjadi subjek pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas 8D SMPN 2 Jember dan objeknya adalah pembelajaran materi Aljabar pada mata pelajaran Matematika yang diajarkan dengan cara mengaktifkan siswa dalam kelompok kecil dan kelompok besar. Dari hasil penelitian yang diadakan dengan meneliti kondisi awal siswa yang diukur dengan alat tes tertulis dan hasil penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus terlihat adanya peningkatan hasil yang dicapai siswa dalam menguasai materi Aljabar yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kondisi awal siswa mencapai ketuntasan belajar hanya 52,94%, (2) kondisi siklus I mencapai ketuntasan sebesar 67,64%, dan (3) pada kondisi siklus II mencapai ketuntasan sebesar 97,06%. Sehingga ada peningkatan penguasaan materi ini mulai dari siklus I siswa dapat meningkat sebesar 27,77% dari kondisi awal sedangkan dari kondisi di siklus I setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat sebesar 43,47%. Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini maka peneliti merekomendasikan pada pengambil jabatan ataupun pelaksana pembelajaran dalam hal ini yaitu pengajar untuk mengajarkan materi pembelajaran dalam kelompok kecil dan dengan tekhnik mengaktifkan siswa.
Kata-kata kunci: Efektivitas pembelajaran, pembelajaran aktif, pembelajaran efektif, strategi pembelajaran, aljabar.
Analisis kemampuan calon guru matematika dalam menerapkan pendekatan saintifi...Mathematics Sport
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan calon guru matematika dalam menerapkan pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah calon guru matematika (guru PPL) yang magang di SMP Negeri 2 Jember. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, observasi, dan hasil supervisi pada saat ujian praktik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan checklist dan alur analisis model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemahaman guru PPL tentang model pembelajaran melalui pendekatan saintifik diperoleh sebanyak 28,57% berada pada kategori mampu dan sebanyak 71,43% berada pada kategori cukup mampu; (2) kemampuan guru PPL dalam menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan struktur kurikulum 2013 diperoleh sebanyak 100% berada pada kategori mampu; (3) kemampuan guru PPL dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diperoleh sebanyak 57,14% berada pada kategori mampu dan sebanyak 42,86% berada pada kategori cukup mampu; (4) kemampuan guru PPL dalam menyusun dan melaksanakan penilaian autentik diperoleh sebanyak 28,57% berada pada kategori mampu dan sebanyak 71,43% berada pada kategori cukup mampu; (5) respon siswa terhadap guru PPL selama mengajar (magang) diperoleh sebanyak 42,86% berada pada kategori sangat sesuai dengan karakteristik siswa sebagai guru matematika dan sebanyak 57,14% berada pada kategori sesuai dengan dengan karakteristik siswa sebagai guru matematika. Sedangkan hambatan yang dialami oleh guru PPL adalah minimnya pengalaman dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran terutama pada kegiatan bertanya dan menalar, pengaturan alokasi waktu, dan masih kesulitan dalam melakukan penilaian yang berdasarkan Kurikulum 2013.
Kata Kunci: Kemampuan, Guru PPL, Pendekatan Saintifik, Kurikulum 2013.
Peningkatan efektivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi p...Mathematics Sport
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika dengan suatu upaya tertentu yang dilaksanakan pada riset ini. Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencari suatu startegi pembelajaran aktif dan efisien dalam mengajar materi aljabar di SMPN 2 Jember dengan cara mengaktifkan siswa pada pembelajaran. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus, dimana pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Alat bantu yang digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan kepada siswa dalam kelompok besar dan kelompok kecil. Sedangkan yang menjadi subjek pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas 8D SMPN 2 Jember dan objeknya adalah pembelajaran materi Aljabar pada mata pelajaran Matematika yang diajarkan dengan cara mengaktifkan siswa dalam kelompok kecil dan kelompok besar. Dari hasil penelitian yang diadakan dengan meneliti kondisi awal siswa yang diukur dengan alat tes tertulis dan hasil penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus terlihat adanya peningkatan hasil yang dicapai siswa dalam menguasai materi Aljabar yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kondisi awal siswa mencapai ketuntasan belajar hanya 52,94%, (2) kondisi siklus I mencapai ketuntasan sebesar 67,64%, dan (3) pada kondisi siklus II mencapai ketuntasan sebesar 97,06%. Sehingga ada peningkatan penguasaan materi ini mulai dari siklus I siswa dapat meningkat sebesar 27,77% dari kondisi awal sedangkan dari kondisi di siklus I setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat sebesar 43,47%. Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini maka peneliti merekomendasikan pada pengambil jabatan ataupun pelaksana pembelajaran dalam hal ini yaitu pengajar untuk mengajarkan materi pembelajaran dalam kelompok kecil dan dengan tekhnik mengaktifkan siswa.
Kata-kata kunci: Efektivitas pembelajaran, pembelajaran aktif, pembelajaran efektif, strategi pembelajaran, aljabar.
Gemar Belajar Matematika 6 Untuk Siswa SD/MI Kelas VISetiadji Sadewo
Gemar Belajar Matematika 6 Untuk Siswa SD/MI Kelas VI | Aep Saepudin, Babudin, Dedi Mulyadi, Adang | Edisi 2009 | Buku Sekolah Elektronik | Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
1. PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN
MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
DAN BERPIKIR KRITIS SISWA MA WAHID HASYIM KELAS X
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Matematika
Diajukan Oleh:
Suparno
07600082
Kepada
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
2.
3.
4.
5. v
MOTTO
Jangan pernah meragukan keberhasilan
Sekelompok kecil orang yang bertekad mengubah dunia
Karena hanya kelompok seperti itulah yang pernah berhasil melakukannya
(Margaret Mead)
Tataplah masa depan dengan penuh keyakinan
Niscaya selalu ada jalan
(Ino_zebastian)
6. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN
UNTUK :
BAPA SARENG EMA
Anu parantos nuntun ti alit dugi ka ageung ku
kasabaranna.
Mudah-mudahan Alloh SWT mangparinan kasaean
kanggo bapa sareng ema di dunia sareng aheratna
Amien...
ALMAMATERKU
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
7. vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Model
Learning Cycle 7E Terhadap Pemahaman Konsep Dan Berfikir Kritis Siswa MA
Wahid Hasyim Kelas X Yogyakarta
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta pengikut-
pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Penulisan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa untuk
penulis. Tanpa beliau berdua penulis takan bisa melangkah sejauh ini.
2. Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Dr. Ibrahim, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi.
4. Mulin Nu’man, M.Pd, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta telah
meluangkan waktu ditengah kesibukan sehingga penulis dapat meyelesaikan
skripsi ini.
5. Iwan Kuswidi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan selama ini.
6. Syariful Fahmi, S.Pd.I, yang telah membantu, membimbing menjadi validator
sehingga penelitian dapat berjalan lancar.
7. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan Karyawan
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
8. viii
8. Siswa siswi kelas XI IPS , XC dan XD MA Wahid Hasyim Yogyakarta yang
telah bersedia bekerja sama dengan penulis.
9. Tak lupa untuk semua keluarga besar dirumah, Nini, Ce Isem, Ce Emar, Ang
Mul, Ang Taqin, Agus, Tarman, Enci, Lana, Epul, Eneng, yang telah
memberikan dukungan dan doa selama ini, sehingga penyusunan skripsi ini
berjalan dengan lancar.
10. Untuk sahabat-sahabat terdekatku Ghotenk (alias Andi), Gondes (alias Surur),
Tugino (alias Nendi), Otong (alias Eka), Bos Angkring (alias Yuli), Sasak
Brangasan (alias Habib), Akied, Patur, Ariel, Mas Yusup beserta Istri, Zola,
Alfan, Guliston, Yamin dan teman-teman seperjuangan di Prodi Pendidikan
Matematika yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Kalian telah
memberikan warna dalam sebuah persahabatan. Senang sekali bisa kenal
kalian semua.
11. Untuk Adeku tersayang Deasy Andriani yang selalu menemani disaat suka
maupun duka, mudah-mudahan cepet selesai kuliahnya.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dan motivasi dari mereka akan
tergantikan dengan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun selalu di harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi
ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Yogyakarta, 29 Mei 2013
Penulis
Suparno
07600082
9. ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
hALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI.................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................ iv
MOTTO ..................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii
ABSTRAK .......................................................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 10
C. Batasan Masalah .................................................................................... 11
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 11
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 12
G. Definisi Operasional ............................................................................... 13
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 16
A. Landasan Teori ...................................................................................... 16
1. Pengaruh Pembelajaran..................................................................... 16
2. Pembelajaran Matematika ................................................................ 19
3. Model Learning Cycle 7E (LC 7E)................................................... 20
4. Pemahaman Konsep ......................................................................... 25
5. Berpikir Kritis................................................................................... 26
6. Materi Logika Matematika ............................................................... 31
B. Penelitian yang Relevan.......................................................................... 34
10. x
C. Kerangka Berfikir............................................................................................. 36
D. Hipotesis ............................................................................................... 37
BAB III : METODE PENELITIAN ................................................................. 38
A. Metode dan Desain Penelitian ............................................................... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................ 39
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 39
1. Populasi ........................................................................................... 39
2. Sampel ............................................................................................. 40
D. Variabel Penelitian ................................................................................ 40
1. Variabel Bebas (Independent) ........................................................ 40
2. Variabel Terikat (Dependent) ......................................................... 41
3. Variabel Kontrol ............................................................................. 41
E. Prosedur Penelitian................................................................................ 41
a. Pra Eksperimen................................................................................ 42
b. Eksperimen ...................................................................................... 42
c. Pasca Eksperimen ............................................................................ 43
F. Instrumen Penelitian dan Analisis Instrumen........................................ 43
1. Instrumen Pengumpulan Data.......................................................... 44
2. Instrumen Pembelajaran .................................................................. 44
3. Analisis Instrumen Penelitian ......................................................... 44
1) Validitas Soal ............................................................................ 45
2) Reliabilitas Soal .......................................................................... 46
3) Tingkat Kesukaran Soal ............................................................. 48
4) Daya Pembeda Butir Soal .......................................................... 49
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 53
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 54
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 54
1. Kegiatan Penelitian.......................................................................... 54
2. Hasil Pretest..................................................................................... 54
3. Hasil Posttest ................................................................................... 56
11. xi
4. Hasil Gain........................................................................................ 58
B. Analisis Data................................................................................................... 60
C. Pembahasan .......................................................................................... 70
BAB V : PENUTUP ............................................................................................ 76
A. Kesimpulan ........................................................................................... 76
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 76
C. Saran-Saran............................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 81
12. xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebenaran Konjungsi .......................................................................... 31
Tabel 2.2 Kebenaran Disjungsi............................................................................. 31
Tabel 2.3 Kebenaran Implikasi ............................................................................. 32
Tabel 2.4 Kebenaran Biimplikasi.......................................................................... 33
Tabel 3.1 Desain Penelitian Eksperimen ............................................................ 38
Tabel 3.2 Jadwal Pembelajaran............................................................................. 39
Tabel 3.3 Populasi Kelas X................................................................................... 40
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai ݎଵଵ ............................................................................. 47
Tabel 3.5 Reliabilitas Tes ..................................................................................... 47
Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran ............................................................ 48
Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep........................................ 49
Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Tes Berpikir Kritis................................................. 49
Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................... 51
Tabel 3.10 Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep............................................ 51
Tabel 3.11 Daya Pembeda Berpikir Kritis............................................................ 51
Tabel 3.12 Ketentuan Tes .................................................................................... 52
Tabel 4.1 Deskripsi Pretest Pemahaman Konsep ................................................. 55
Tabel 4.2 Deskripsi Pretest Berfikir Kritis ........................................................... 55
Tabel 4.3 Deskripsi Posttest Pemahaman Konsep ............................................... 56
Tabel 4.4 Deskripsi Posttest Berfikir Kritis.......................................................... 57
Tabel 4.5 Deskripsi Gain Pemahaman Konsep .................................................... 58
Tabel 4.6 Deskripsi Gain Berfikir Kritis............................................................... 59
Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Pretest Pemahaman Konsep ............................... 61
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Pretest Berfikir Kritis ......................................... 61
Tabel 4.9 Correlations Data Pemahaman Konsep................................................ 62
Tabel 4.10 Correlations Data Berpikir Kritis ....................................................... 62
Tabel 4.11 Uji Normalitas Skor Gain Pemahaman Konsep ................................ 63
Tabel 4.12 Uji Homogenitas Skor Gain Pemahaman Konsep.............................. 64
Tabel 4.13 Uji t Skor Gain Pemahaman Konsep .................................................. 66
Tabel 4.14 Uji Normalitas Skor Gain Berpikir Kritis........................................... 67
Tabel 4.15 Uji Mann-Whitney Skor Gain Berpikir Kritis..................................... 69
13. xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Hasil Wawancara Pra Penelitian .................................................. 82
Lampiran 1.2 Daftar Nilai Ulangan Harian ....................................................... 84
Lampiran 1.3 Catatan Lapangan Pra Penelitian ................................................. 86
Lampiran 2.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen............ 88
Lampiran 2.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .................. 111
Lampiran 2.3 Lembar Kerja Siswa ...................................................................... 127
Lampiran 2.4 Latihan Soal ................................................................................ 132
Lampiran 3.1 Kisi-kisi Soal Ujicoba ................................................................. 136
Lampiran 3.2 Soal Ujicoba ............................................................................... 138
Lampiran 3.3 Pedoman Pensekoran Soal Ujicoba ............................................ 140
Lampiran 3.4 Alternatif Jawaban Soal Ujicoba ................................................ 142
Lampiran 3.5 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ............................................. 146
Lampiran 3.6 Soal Pretest dan Posttest ............................................................ 148
Lampiran 3.7 Pedoman Penskoran Soal Pretest dan Posttest ............................. 152
Lampiran 3.8 Alternatif Jawaban Soal Pretest dan Posttest ............................. 154
Lampiran 4.1 Daftar Skor Hasil Ujicoba Instrumen .......................................... 161
Lampiran 4.2 Hasil Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda
Pemahaman Konsep .................................................................... 163
Lampiran 4.3 Hasil Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda
Berpikir Kritis .............................................................................. 167
Lampiran 5.1 Data Nilai Pretest, Posttest, dan Skor Gain Pemahaman
Konsep ......................................................................................... 172
Lampiran 5.2 Data Nilai Pretest, Posttest, dan Skor Gain Berfikir Kritis ....... 174
Lampiran 5.3 Output Analisis Data Pemahaman Konsep .................................. 176
Lampiran 5.4 Output Analisis data Berfikir Kritis ............................................ 181
Lampiran 5.5 Catatan Lapangan ......................................................................... 186
Lampiran 6.1 Curruiculum Vitae......................................................................... 195
Lampiran 6.2 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian........................... 196
14. xiv
Lampiran 6.3 Surat Bukti Seminar Proposal........................................................ 197
Lampiran 6.4 Surat Izin Penelitian dari Sekda Yogyakarta ................................ 198
Lampiran 6.5 Surat Keterangan Penelitian dari MA Wahid Hasyim .................. 199
Lampiran 6.6 Surat Izin Observasi ...................................................................... 200
15. xv
PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN
MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
DAN BERFIKIR KRITIS SISWA MA WAHID HASYIM KELAS X
YOGYAKARTA
Oleh:
Suparno
07600082
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh pembelajaran
matematika menggunakan model learning cycle 7E lebih baik dibanding model
pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment)
dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Variabel bebas berupa
penggunaan model learning cycle 7E, sedangkan variabel terikatnya pemahaman
konsep dan berpikir kritis. Populasi adalah seluruh siswa kelas X. Dalam
penelitian ini teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah Sampling
Purposive. Dengan kelas XC sebagai kelas eksperimen dan kelas XD sebagai
kelas kontrol. Metode pengumpulan data penelitian dilakukan menggunakan
instrumen tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah Independent Sample
T-Test untuk tes pemahaman konsep dan Mann-Whitney U-Test untuk tes berpikir
kritis dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows.
Hasil uji Independent Sample T-Test pada tes pemahaman konsep
matematika dengan tingkat signifikan 0,05, diperoleh sig.(1-tailed) adalah 0,017.
Nilai sig.(1-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya rata-rata skor
pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model learning cycle
7E lebih tinggi dibanding yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Hasil uji Mann-Whitney U-Test pada tes berpikir kritis matematis siswa dengan
tingkat signifikan 0,05, diperoleh sig.(1-tailed) adalah 0,0105. Nilai sig.(1-tailed)
< 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya rata-rata skor kemampuan
berpikir kritis siswa yang menggunakan model learning cycle 7E lebih tinggi
dibanding yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan model learning cycle 7E lebih baik
dibanding model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep dan
berpikir kritis siswa.
Keyword: Learning cycle 7E, pemahaman konsep, berpikir kritis.
16. 1
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) mempunyai
potensi besar memainkan strategi untuk menghadapi era industrialisasi dan
globalisasi, yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia dalam
menyiapkan sumber daya manusia. Dengan kualitas sumber daya manusia yang
bermutu akan menjamin keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk
pembangunan di Indonesia. Kualitas tersebut meliputi kemampuan berpikir siswa
yang logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Peningkatan mutu pendidikan tidak lepas dari berbagai upaya perbaikan
maupun pembaharuan kurikulum. Perbaikan dan pembaharuan kurikulum ini
dilakukan untuk dapat mengembangkan potensi pada diri siswa untuk
memaksimalkan proses belajar-mengajar yang menghasilkan manusia yang
cerdas, mandiri, dan dapat bersaing. Dalam upaya peningkatan pendidikan,
pemerintah telah menetapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
dikenal dengan kurikulum 2004 dan dikembangkan lagi menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikenal dengan kurikulum 2007. Pada
KTSP, guru diberi kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
mengharuskan para siswa dan guru untuk mendapatkan sumber informasi atau
sumber belajar sebanyak-banyaknya.
17. 2
KTSP merupakan suatu kurikulum yang konstruktivistik dan kontekstual.
Pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah berada. Selain itu,
siswa dilatih untuk mengkonstruk pemikirannya sendiri dalam pembelajaran. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan suatu model pembelajaran yang
konstruktivistik dan kontekstual. Guru diharapkan mampu memberikan suatu
model pembelajaran yang dapat mengkonstruk sendiri pemahaman konsep siswa
serta kontekstual dengan keadaan siswa. Proses belajar mengajar menjadi proses
dimana siswa dapat termotivasi untuk belajar dan berusaha menyelesaikan
masalah-masalah dalam materi pembelajaran sehingga proses belajar mengajar
akan lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, siswa diharapkan dapat mengerti
kegunaan konsep materi yang dipelajari dalam kehidupan sehingga suatu saat
siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. KTSP merupakan
suatu gagasan dalam memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia.
Mutu pendidikan di Indonesia dinilai masih kurang. Dalam surat kabar
Republika, tujuh penyebab kenapa mutu pendidikan di Indonesia berkurang antara
lain: 1) pembelajaran hanya pada buku paket, 2) mengajar satu arah, 3) kurangnya
sarana belajar, 4) aturan yang mengikat, 5) guru tak menanamkan diskusi dua
arah, 6) metode pertanyaan terbuka tak dipakai, 7) budaya mencontek.1
Informasi tersebut memperlihatkan mutu pendidikan pada pembelajaran
langsung di tingkat satuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran, kegiatan
belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok, karena berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
1
http://www.republika.co.id/berita/event/bagimu-guru/12/07/01/m6gwld-7-penyebab-mutu-
pendidikan-di-indonesia-rendah
18. 3
belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional. Agar proses
belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, salah satu
strateginya adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai.
Matematika merupakan induk dari ilmu sains. Matematika merupakan
bahasa dari ilmu sains. Hakikat matematika dan aplikasinya menjadi salah satu
tujuan pendidikan matematika.2
Tujuan pembelajaran matematika pendidikan
dasar dan menengah antara lain adalah memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep serta mengaplikasikan konsep dengan tepat
dalam pemecahan masalah. Siswa juga diharapkan dapat mengkomunikasikan
gagasan, mengembangkan rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.3
Berdasarkan hal tersebut maka, pemahaman konsep sangatlah penting dalam
pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika diorientasikan untuk mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang
selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.4
Pembelajaran matematika bukan
hanya berorientasi pada hasil akhir, tetapi lebih menekankan pada proses selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sehingga siswa tidak hanya mampu
2
Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1979), hlm. 75
3
Sri Wardhani, Prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMP Berbasis Kompetensi,
(Disampaikan pada Diklat Guru Pengembang SMP Wilayah Indonesia Timur Jenjang Dasar
tanggal 22 September-5 Oktober 2006 Di PPPG Matematika Yogyakarta), hlm. 12
4
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Jurdik
Matematika Fakultas Pendidikan MIPA UPI, 2003), hlm. 58
19. 4
menyelesaikan sebuah soal dalam matematika, tetapi juga mampu memberikan
penjelasan dan interpretasi terhadap apa yang di pelajari. Belajar matematika bagi
para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu
pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-
pengertian itu.5
Dalam hal ini maka kemampuan siswa untuk berpikir kritis sangat
diperlukan,yaitu sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi, kemampuan untuk
mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain.6
Menurut Wina Sanjaya dalam buku “Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan”, strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi
pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan dengan
strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi
pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. Strategi pembelajaran ekspositori
dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup
luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. Melalui strategi
pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan
(kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau
mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). Keuntungan lain adalah
5
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Jurdik
Matematika Fakultas Pendidikan MIPA UPI, 2003), hlm. 57
6
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, (Bandung: Mizan Learning Center,
2006), cet. Ke-1, hlm. 183
20. 5
strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas
besar. Namun strategi ekspositori ternyata dipandang kurang bisa memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi
pelajaran.7
Kegiatan pembelajaran matematika yang terjadi di MA Wahid Hasyim
Yoyakarta juga masih didominasi oleh model konvensional dengan metode
ekspositori. Hal tersebut dilakukan guru dengan berbagai alasan, diantaranya
materi pembelajaran lebih terkontrol dan waktu pembelajaran dapat lebih
disesuaikan.
Hasil observasi peneliti di kelas X MA Wahid Hasyim Yogyakarta
menunjukkan bahwa siswa cenderung masih sulit jika diminta untuk mengerjakan
soal di depan kelas. Selain itu, kurang siapnya siswa dalam pembelajaran
mengakibatkan siswa hanya menerima apa yang diperoleh dari guru.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas X MA
Wahid Hasyim Yogyakarta, masih banyak siswa yang kesulitan dalam memahami
konsep. Hal ini ditunjukkan dari hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM
yang ditentukan. Adapun datanya sebagai berikut: Nilai KKM matematika kelas X
MA Wahid Hasyim adalah 75. Data rata-rata nilai ulangan harian terakhir
matematika siswa yang diberikan oleh guru bidang studi adalah 57,5 dari 51 orang
siswa. Siswa yang sudah mencapai ketuntasan minimal berjumlah 11 orang siswa
atau hanya 22% saja siswa yang dinyatakan telah mencapai ketuntasan minimal.
Selain itu kurang siapnya siswa dalam proses pembelajaran mengakibatkan siswa
7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
Kencana. 2006),Hlm. 190-191
21. 6
kesulitan apabila diminta mengulang kembali materi yang telah dipelajari
sebelumnya. 8
Sikap kritis siswa masih kurang diantaranya dalam menyampaikan
gagasan dan mencari informasi. Dalam menyampaikan gagasan mereka masih
belum percaya diri. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang masih kebingungan
ketika diminta gurunya menjelaskan tentang permasalahan yang diberikan.
Mereka akan lebih suka jika menjelaskan bersama-sama dibandingkan
menjelaskan secara individu. Selain itu, kurangnya dalam mencari informasi atau
materi dari sumber-sumber dan referensi lain, menyebabkan siswa masih belum
dapat merumuskan sendiri permasalahan dalam matematika. Siswa lebih
cenderung menyelesaikan soal-soal sesuai dengan cara yang diajarkan guru.
Kesadaran siswa untuk mencari solusi dengan prosedur yang berbeda masih
belum optimal, sehingga siswa belum dapat mengambil kesimpulan sendiri
terhadap apa yang telah mereka pelajari.
MA Wahid Hasyim merupakan yayasan pondok pesantren yang memiliki
kebijakan kurikulun sendiri, yaitu untuk materi pembelajaran yang umum
disampaikan setelah MID smester pertama, hal ini bertujuan agar pembelajaran
pondok (yayasan) dapat fokus kemudian pembelajaran yang bersifat umumpun
dapat dimaksimalkan setelah MID smester pertama. Berdasarkan hal tersebut
siswa dituntut untuk belajar lebih ekstra agar dapat mengejar materi yang
tertinggal.
8
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Muslimah Guru matematika kelas X MA Wahid Hasyim
Yogyakarta pada hari senin 5 November 2012. Pkl.09.30 WIB.
22. 7
Untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir
kritis siswa khususnya dalam mata pelajaran matematika, guru perlu menyajikan
model pembelajaran yang dapat membawa siswa melatih kemampuan pemahaman
konsep dan berpikir kritis matematikanya. Salah satu alternatif dalam mengatasi
permasalahan di atas adalah dengan menerapkan model Learning Cycle 7E yang
dikembangkan oleh Eisencraft.9
Model Learning Cycle 7E (LC 7E) merupakan suatu model pembelajaran
yang konstruktivistik dan kontekstual. Siswa mencoba mengkonstruk sendiri
pemikirannya sehingga model Learning Cycle 7E merupakan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilakukan bukan Cuma searah (guru ke
siswa) tetapi peran aktif siswa lebih diutamakan sehingga akan terjadi proses
pembelajaran dari berbagai arah. Proses diskusi antar siswa, antar kelompok, guru
ke siswa ataupun siswa ke guru terjadi dalam pembelajaran ini.
Model Learning Cycle 7E memberi kebebasan kepada siswa untuk
berpendapat akan konsep yang dipelajari sehingga tercipta suasana sosial dalam
pembelajaran ini. Siswa juga diarahkan pada masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan materi agar siswa lebih tertarik dan
memahami. Guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa
agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki,
untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau
belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan
9
Eisenkraft, A. (2003). Expanding the 5E Model. The Science Teacher. Published by the National
Science Teachers Association, 1840 Wilson Blvd., Arlington, VA 22201-3000.
23. 8
yang mereka miliki dalam proses pembelajaran.10
Guru berfungsi sebagai
fasilitator, mengarahkan jika ada kesalahan konsep, serta motivator agar siswa
lebih bersemangat pada proses belajar mengajar. Guru mempunyai tugas untuk
memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan
demi tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, guru harus dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif, kreatif, menarik, dan
menyenangkan. Dengan pembelajaran ini diharapkan semua potensi siswa dapat
berkembembang sesuai dengan latar belakang usia dan latar belakang lainnya dari
masing-masing individu siswa. Karena dalam pembelajaran berpusat pada siswa,
peran guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan yang lebih aktif
adalah siswa.
Model Learning Cycle 7E menekankan siswa untuk dapat mengkonstruk
sendiri pemikirannya sehingga pemahaman siswa akan konsep yang diajarkan
diperoleh siswa dengan cara olah fikir kognitifnya sendiri. Selain itu, model ini
memberikan aktivitas-aktivitas sosial (semisal diskusi, praktikum, ataupun tugas
kerja siswa) sehingga merangsang siswa untuk mengkritisi dari apa yang dilihat,
didengar, maupun yang dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, model Learning
Cycle 7E dimungkinkan akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan latar belakang dari berbagai permasalahan di atas, model
Learning Cycle 7E merupakan salah satu solusi dalam pembelajaran di sekolah
tersebut. Pada fase elicite dan engange, guru memberikan permasalahan-
10
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 13
24. 9
permasalahan untuk mengetahui kemampuan awal serta membangkitkan motivasi
dan minat siswa dengan masalah-masalah yang kontekstual. Masalah-masalah
tersebut akan menjadikan siswa berusaha untuk memecahkannya. Pada fase
tersebut guru tidak menghakimi pendapat siswa jika salah. Siswa saling
berargumentasi untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang diberikan oleh
guru. Setelah itu, siswa dibawa pada fase eksplorasi untuk membuktikan konsep
dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Hasil ekplorasi siswa dipresentasikan
di depan teman-teman yang lain. Siswa akan semakin aktif dalam pembelajaran
ini. Argumentasi siswa untuk mempertahankan konsep serta pertanyaan-
pertanyaan siswa yang lain jika terjadi perbedaan akan terlihat dalam
pembelajaran Learning Cycle 7E sehingga akan merangsang berpikir kritis siswa.
Fase elaborasi akan menjadikan konsep siswa semakin mendalam sehingga
diharapkan dengan model Learning Cycle 7E pemahaman konsep siswa menjadi
lebih baik.
Alasan peneliti memilih sekolah MA Wahid Hasyim sebagai tempat
penelitian dikarenakan di sekolah tersebut menggunakan sistem boarding school
dan berbasis sistem pondok pesantren yang jumlah mata pelajarannya lebih
banyak dibandingkan dengan sekolah lain di Yogyakarta. Sehingga hal tersebut
membuat peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat kemampuan matematika di
sekolah tersebut.
Pemilihan kelas X sebagai kelas penelitian dikarenakan pada usia tersebut
merupakan masa perubahan pemikiran dari tahap operasi kongkrit ke tahap
operasi formal, hal ini didasari dari teori perkembangan Jean Piaget yang
25. 10
mengemukakan bahwa pada umur 11 tahun ke atas anak mampu melakukan
penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak.
Pemilihan materi logika matematika oleh peneliti dengan alasan logika
berasal dari bahasa Yunani yang berarti ucapan, kata, pengertian, pikiran atau
ilmu. Sehingga dapat diartikan logika adalah kecakapan menalar, berfikir dengan
tepat (the science and art of correct thingking) sehingga pemahaman akan konsep
dan berpikir kritis sangat sesuai dengan materi ini.
Berdasarkan dari teori, data, observasi dan wawancara dengan guru
melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Learning Cycle 7E Terhadap
Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa MA Wahid Hasyim Yogyakarta
Kelas X ”. Penelitian tersebut dilaksanakan pada pokok bahasan logika
matematika sub bab pernyataan majemuk dan nilai kebenarannya tahun ajaran
2012/2013.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat identifikasi
masalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran matematika masih didominasi oleh model konvensional
(ekspositori).
b. Kurangnya pemahaman materi yang ditunjukkan dengan masih banyak
siswa yang belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan.
c. Masih kurangnya kemampuan pemahaan konsep siswa.
d. Masih kurangnya kemempuan berpikir kritis siswa.
26. 11
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
pengaruh pembelajaran matematika menggunakan model Learning Cycle 7E
terhadap pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa MA Wahid Hasyim
Yogyakarta kelas X dalam pembelajaran matematika pada materi pelajaran yang
diteliti adalah logika matematika sub bab pernyataan majemuk dan nilai
kebenarannya tahun ajaran 2012/2013.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengaruh penggunaan model Learning Cycle 7E lebih baik
dibanding model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman
konsep siswa MA Wahid Hasyim kelas X?
2. Apakah pengaruh penggunaan model Learning Cycle 7E lebih baik
dibanding model konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa MA Wahid Hasyim Kelas X?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan Model Learning Cycle 7E lebih baik dibanding
model konvensional terhadap pemahaman konsep siswa MA Wahid
Hasyim kelas X.
27. 12
2. Pengaruh penggunaan Model Learning Cycle 7E lebih baik dibanding
model konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa MA Wahid
Hasyim kelas X.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
dunia pendidikan secara umum. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Mengetahui pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap pemahaman
konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Memberikan gambaran tentang penggunaan model pembelajaran yang
sesuai dengan penanganan masalah dalam proses pembelajaran.
c. Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan acuan bagi penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan alternatif pembelajaran matematika yang melibatkan peran
aktif siswa.
b. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para guru untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pelajaran matematika.
c. Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran matematika.
28. 13
G. Definisi Operasional
1. Pengaruh Pembelajaran
Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu daya atau
kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda sehingga
memberikan perubahan terhadap pembelajaran. Pembelajaran menggunakan
model Learning Cycle 7E dikatakan berpengaruh lebih baik terhadap pemahaman
konsep dan berpikir kritis siswa jika hasil analisis data menunjukan pengaruh
penggunaan model Learning Cycle 7E pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibanding model konvensional pada kelas kontrol.
2. Model konvensional
Model konvensional adalah model pembelajaran yang biasa dilakukan di MA
Wahid Hasyim kelas X Yogyakarta dalam pembelajaran matematika yaitu dengan
menggunakan metode ekspositori yang diawali dengan salam, menyampaikan
tujuan pembelajaran, meyampaikan materi dengan ceramah, tanya jawab,
mengerjakan latihan soal, kesimpulan pembelajaran, pemberian PR, dan ditutup
dengan doa.
3. Model Learning Cycle 7E
Model Learning Cycle 7E yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran yang menyajikan perencanaan kegiatan belajar bertahap atau
bersiklus yaitu elicite, engange, explore, explain, elaborate, evaluate, extend.
Pada fase elicite dan engange, guru memberikan permasalahan-permasalahan
untuk mengetahui kemampuan awal serta membangkitkan motivasi dan minat
siswa dengan masalah-masalah yang kontekstual. Masalah-masalah tersebut akan
29. 14
menjadikan siswa berusaha untuk memecahkannya. Setelah itu, siswa dibawa
pada fase eksplorasi untuk membuktikan konsep dari permasalahan yang
diberikan oleh guru. Hasil ekplorasi siswa dipresentasikan di depan teman-teman
yang lain. Siswa akan semakin aktif dalam pembelajaran ini. Argumentasi siswa
untuk mempertahankan konsep serta pertanyaan-pertanyaan siswa yang lain jika
terjadi perbedaan akan terlihat dalam pembelajaran Learning Cycle 7E sehingga
akan merangsang berpikir kritis siswa. Fase elaborasi akan menjadikan konsep
siswa semakin mendalam sehingga diharapkan dengan model Learning Cycle 7E
pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik.
4. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemahaman oleh siswa berkaitan dengan mata pelajaran matematika yang
menunjuk pada indikator-indikator yang berupa:
a. Menyatakan ulang sebuah konsep.
b. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
30. 15
5. Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam melaksanakan berpikir kritis, terlibat disposisi berpikir yang dicirikan
dengan: bertanya secara jelas dan beralasan, berusaha memahami dengan baik,
menggunakan sumber yang terpercaya, mempertimbangkan situasi secara
keseluruhan, berusaha tetap mengacu dan relevan ke masalah pokok, mencari
berbagai alternatif, bersikap terbuka, berani mengambil posisi, bertindak cepat,
bersikap atau berpandangan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang
kompleks, memanfaatkan cara berpikir orang lain yang kritis, dan bersikap
sensisif terhadap perasaan orang lain.
Berdasarkan Penjelasan dan uraian di atas, maka peneliti mengambil
indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Kemampuan merumuskan masalah.
b. Kemampuan menganalisis permasalahan.
c. Kemampuan berpikir terbuka (mencari alternatif).
d. Kemampuan membuat kesimpulan.
31. 76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengaruh penggunaan model Learning Cycle 7E lebih baik dibanding
model pembelajaran konvensional (ekspositori) terhadap pemahaman
konsep siswa MA Wahid Hasyim kelas X pada materi logika matematika
sub bab pernyataan majemuk dan nilai kebenarannya.
2. Pengaruh penggunaan model Lerning Cycle 7E lebih baik dibanding
model pembelajaran konvensional (ekspositori) terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa MA Wahid Hasyim kelas X pada materi logika
matematika sub bab pernyataan majemuk dan nilai kebenarannya.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa kekurangan antara lain:
1. Penelitian hanya dilakukan pada pokok bahasan pernyataan majemuk dan
nilai kebenarannya untuk mencapai target yang diharapkan, model
Learning Cycle 7E yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep
matematika dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa
membutuhkan jam pelajaran yang lebih lama, sehingga pembatasan
materi dilakukan dan belum dapat diterapkan untuk semua materi.
2. Penelitian hanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, sehingga
data yang diperoleh terbatas yang dapat peneliti lakukan selama
penelitian berlangsung.
32. 77
C. Saran-Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai masukan bagi beberapa pihak.
1. Pembelajaran matematika menggunakan model Learning Cycle 7E dapat
digunakan sebagai alternatif dalam mengajar yang dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Penelitian lanjutan dapat dikembangkan, model Learning Cycle 7E dapat
diterapkan sebagai model pembelajaran untuk mengukur variabel lain
selain pemahaman konsep dan berpikir kritis serta dapat diterapkan
dalam materi pembelajaran lainya sebagai penelitian lanjutan dari
penelitian ini.
3. Guru harus teliti untuk mengawasi siswa ketika berkelompok, karena jika
dibiarkan berdiskusi sendiri tanpa pengawasan dari guru beberapa siswa
tidak selesai mengerjakan LKS dan kurang aktif untuk bertanya serta
berdiskusi.
33. 78
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Pius dan M Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Lengkap. Surabaya:
Arloka.
Ali, Mohammad. 2011. Memahami Riset Prilaku Dan Sosial. Bandung: CV.
Pustaka Cendikia Utama.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_________________. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Akasara.
Aunurrahman. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Alfabet.
Bahri. Syaiful Djamarah dan Awin Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Berling, Dkk. 1990. Pengantar filsafat Ilmu. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas).
Elane B. Johnson. 2006. ContexStual Teaching and Learning. Menjadikan
Kegiatan Belajar-mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung:
Mizan Learning Center.
Eisenkraft, A. (2003). Expanding the 5E Model. The Science Teacher. Published
by the National Science Teachers Association, 1840 Wilson Blvd.,
Arlington, VA 22201-3000.
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hudojo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan
pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajara. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
John W. Santrok. 2007. Psikologi pendidikan edisi ke 2 jakarta: kencana prenada
media grup.
Joko S, Muhammad. 2006. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajarn. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UAD.
34. 79
Kürşat Yenilmez. International Journal of Instruction January 2008. Vol.1, No.1.
ISSN: 1694-609X . www.e-iji.net
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.Yogyakarta:
Kanisius.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sanjaya.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembeljaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
____________. 2008. Startegi Pembeljaran cet ke-5. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.
Selahattin Gonen. Turkish Online Journal of Distance Education-TOJDE January
2010 ISSN 1302-6488 Volume: 11 Number: 1 Article 6
Septian, Damar. 2011. Pengaruh Model LC 7E Dalam Pembelajaran Fisika
Terhadap Hasil Belajar Fisiska MAN Rembang Tahun Ajaran
2010/2011. Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Beljar Mengajar. Bandung:
Rosdakarya.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D”. Bandung: Alfabeta
________. 2009. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta
Suherman, Erman. Dkk. 2003. Starategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI.
Sufyanto A, Tri. 2010. Penerapan Model pembelajaran Learning Cycle 5E (Lc
5E) Dengan memperhatikan Gaya Belajar Siswa Kelas X MAN
Yogyakarta I. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Sukardi. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative learning: teori dan aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
______________. 2010. Cooperative learning: teori dan aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Surapranata, Sumarna. 2006. Analisis, Vaaliditas, Reliabiits, dan Interpretsi Hasil
Tes: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
35. 80
Surya, H. Mohammad. 2004. Psikologi pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Blajar. Jakarta: Raja Grafindo Persda.
Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran Seri 3. Jakarta:
CV. IPA Abong.
Wardhani, Sri. 2006. Prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMP Berbasis
kompetensi. Yogyakarta: PPPG.
Topatimasag, Roem. Dkk. 2005. Pendidikan Populer Membangun Kesadaran
Kritis. Yogyakarta: INSIST Press.
Trianto. 2009. Mendesain Mosel Pembelajaran Inovaatif- Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2012/02/02/teori-teori-belajar/
http://massofa.wordpress.com/2012/01/06/pembelajaran-dengan-model-siklus-
belajar-learning-cycle/
http://massofa.wordpress.com/2012/09/12/677
http://www.fk.undip.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=120&I
temid=31/2012/10/12
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBcQFjAA&url=ht
tp%3A%2F%2Fwww.nsta.org%2Fhighschool%2Fconnections%2F2008
09ASalivatingInquiryExperience.pdf&ei=A5JDTd6gBYvMrQeBkvhX&
usg=AFQjCNEhQdwZ5fyR3NFoNzDHrtpKXruM1A/2012/09/12
http://www.republika.co.id/berita/event/bagimu-guru/12/07/01/m6gwld-7-
penyebab-mutu-pendidikan-di-indonesia-rendah
http://zalfaasatira.blogspot.com/2008/09/12/677
36. 81
LAMPIRAN 1
Pra Penelitian
1.1 Hasil Wawancara Pra Penelitian
1.2 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa
1.3 Catatan Lapangan Pra Penelitian
37. 82
HASIL WAWANCARA GURU PRA PENELITIAN
Hari, Tanggal : 12 November 2012
Subjek : Guru Bidang Studi Matematika Kelas X MAWahid Hasyim
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : Pukul 9.30 WIB
Wawancara antara peneliti (P) dengan guru bidang studi (G).
P : “Assalamu’alaikum, maaf bu mengganggu”.
G : “Wa’alaikumsalam, iya gak apa-apa. Bagaimana dek, ada yang bisa
dibantu ?”
P : “Begini bu, saya berencana melakukan penelitian pembelajaran untuk
skripsi saya disini, kira-kira bisa apa tidak ya bu?’
G : “Bisa saja, yang penting ijin pihak sekolah dulu. Kira-kira kelas berapa
dan materi apa?”.
P : ” Saya berencana mengadakan penelitian skripsi di kelas X, untuk materi
saya ambil semester genap, kalau materi Logika bagaimana bu?”
G : ”Oh ya sudah ga pa-pa. Rencananya mau berapa kali pertemuan dek?”.
P : “Kalau ga ada halangan sekitar 5 pertemuan bu, 3 kali buat treatment dan
2 kali buat test”
G : “Oh ya bisa-bisa, tapi diurus dulu perizinannya ya!”.
P : “Iya bu,
G : “Kalau boleh tahu judul skripsinya apa Dek?”
P :“Judulnya Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Model Learning Cycle 7E Terhadap Pemahaman Konsep Dan Berfikir
Kritis”.
G : “ Prosedur penelitiannya nanti seperti apa Dek?”.
P : “Penelitiannya ini penelitian eksperimen semu, jadi nanti saya
membandingkan model pembelajaran saya dengan model pembelajaran
yang biasanya ibu gunakan. Jadi nanti dari kelas X saya ambil 2 kelas
untuk kelas control dan kelas eksperimen. Untuk kelas X disini ada berapa
kelas bu?”.
Lampiran 1.1
38. 83
G : “ada 4 kelas Dek. Kelas XA sampai XD”.
P : “Sebelum penelitian saya bisa observasi dulu bu?”.
G : “Ya bisa. Kapan mau observasi?”
P : “kalau hari ini Ibu ada ngajar tidak?”.
G :“Ya,ada. Nanti Ibu ngajar jam 12.30 sampai jam 01.50. Gimana mau ikut
sekarang?”.
P : “Iya bu, Saya ikut. Tapi sebelumnya saya mau tanya tentang pemahaman
konsep dan berfikir kritis siswa gimana bu?”
G : “Pemahaman konsep siswa memang masi banyak yang belum maksimal,
kemaren saja pas ulangan harian mereka masih banyak yang belum
mencapai KKM.”
G : “Kemudian untuk berfikir kritis siswa juga masih kurang diantaranya
dalam menyampaikan gagasan dan informasi. Siswa masih belum percaya
diri. Pada intinya mereka akan lebih suka menjelaskan bersama-sama
dibanding menjelaskan secara individu.”
P ; “Terus kalo boleh tahu metode apa yang ibu lakukan selama mengajar?”
G : “Metode ekspositori dek, karena dengan metode ini materi pembelajaran
akan lebih terkontrol dan waktu pembelajaran dapat lebih disesuaikan.
G : “Di MA WH ini merupakan sekolah yang berbasis pondok pesantren,
dimana kebijakan kurikulumnya berbeda dengan sekolah-sekolah pada
umumnya. Di sekolah ini materi pelajaran umum dilaksanakan setelah
MID semester pertama, dengan alasan agar pembelajaran pondok dapat
fokus kemudian pembelajaran yang bersifat umumpun dapat
dimaksimalkan setelah MID.”
P :“Terima kasih bu, atas informasi dan bantuannya. Nanti jam 12.30 insa
Alloh saya ikut ibu ngajar”
G : “Sama-sama Dek, nanti ruangannya yang sebelah timur deket dengan
lapangan ya”.
P : “Iya bu. Assalamu’alaikum…”.
G : “ Wa’alaikumussalam…”.
41. 86
Catatan Lapangan Pra-Penelitian
Hari/Tanggal : Senin/ 05 November 2012
Tempat : Kelas X MA Wahid Hasyim
Sumber Data : Observasi
==========================================================
Hasil:
Pembelajaran dimulai pukul 12.30-01.50. Guru melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disusun, dimulai dengan apersepsi, motivasi,
menyampaikan tujuan pembelajaran dan dilanjutkan dengan proses pembelajaran.
Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab.
Adapun suasana di kelas menurut hasil pengamatan peneliti masih belum
kondusif, hal ni dapat dilihat dari adanya beberapa siswa yang ngobrol dibelakang
saat guru menyampaikan materi, ada pula siswa yang tertidur dikelas, dan ada
siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Setelah selesai memberikan
materi guru memberikan latihan soal untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa tentang materi yang baru saja dipelajari. Siswa masih banyak yang
mengeluh kesulitan memahami maksud soal. Dan ketika diminta maju kedepan
menuliskan hasil jawaban mereka, banyak yang enggan. Alasannya karena tidak
bisa menjelaskan atau kurang percaya diri di depan teman-temannya, meskipun
setelah peneliti amati ada beberapa siswa yang bisa mengerjakan latihan soal yang
diberikan.
Secara umum pembelajaran masih belum dapat dikatakan maksimal, karena
pada proses pembelajaran yang terjadi siswa masih belum dapat memaksimalkan
kemampuannya.
Lampiran 1.3
42. 87
LAMPIRAN 2
Instrument Pembelajaran
2.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran kelas Eksperimen
2.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
2.3 Lembar Kerja Siswa
2.4 Latihan Soal
43. 88
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MA Wahid Hasyim
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X1/Genap
Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Pertama
Standar Kompetensi : 4. Menggunakan logika matematika dalam pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk
dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : 4.2. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor
Indikator:
- Menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran konjungsi.
- Menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran disjungsi.
A. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat memahami permasalahan yang berkaitan dengan nilai
kebenaran konjungsi.
- Siswa dapat memahami permasalahan yang berkaitan dengan nilai
kebenaran disjungsi.
- Siawa mampu menuliskan hl-hal yang diketahui dari soal yang berkaitan
dengan nilai kebenaran konjungsi dan disjungsi.
B. Materi Pelajaran : Logika Matematika
Sub Materi : Pernyataan Majemuk dan Nilai Kebenarannya
C. Strategi Pembelajaran
Model : Learning Cycle 7E (LC 7E)
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit):
a. Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar kepada siswa.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Lampiran 2.1
44. 89
2. Kegiatan inti (70 menit):
No. Tahap
Learning
Cycle 7E
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Guru Siswa
1. Tahap Elicite
(menimbulkan/
mendatangkan)
Membangkitkan minat dan
motivasi siswa tentang
logika matematika dengan
menceritakan kejadian di
sekitar yang berhubungan
dengan konjungsi dan
disjungsi.
Memperhatikan apa yang
dismpaikan guru dengan
seksama.
2. Tahap
Engange
(keterlibatan)
Melibatkan siswa untuk
aktif dalam pembelajaran
dengan memberikan
permasalahan yang
berhubungan dengan nilai
kebenaran konjungsi dan
disjungsi.
Terlibat aktif dalam
pembelajaran dan
diharapkan sudah punya
gambaran tentang
permasalahan yang
disampaikan.
5 menit
3. Tahap Explore
(penyelidikan/
penjajakan)
- Membagi kelas menjadi
beberapa kelompok (satu
kelompok terdiri dari 3-4
siswa),
- Membagikan LKS tentang
konjungsi dan disjungsi
yang sudah disiapkan.
- Mempersilahkan siswa
untuk berdiskusi
berdasarkan klompoknya
dalam menyelesaikan LKS
tentang konjungsi dan
disjungsi serta dapat
membuat satu kesimpulan
bersama (kelompok)
tentang konjungsi dan
disjungsi.
- Guru berkeliling
memantau jalannya diskusi
dan memberikan bantuan
- Berkumpul berdasarkan
kelompok yang sudah di
tentukan.
- Berdiskusi bersama
kelompok masing-
masing untuk
menyelesaikan LKS
tentang konjungsi dan
disjungsi.
- Menyimpulkan hasil
diskusi berdasarkan
kelompok masing-
masing.
25 menit
45. 90
kepada kelompok yang
membutuhkan.
4. Tahap Explain
(menjelaskan)
- Mepersilahkan kepada
perwakilan masing-
masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan
kelas.
- Memberikan kesempatan
bertanya bagi siswa yang
belum jelas kepada
presentator atau
kelompoknya.
- Menggeneralisasi apa
yang disampaikan
perwakilan siwa di depan
kelas dan meluruskan jika
ada kesalahan konsep.
- Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
- Siswa yang lain
memperhatikan dan
bertanya jika ada yang
kurang jelas.
- Memperhatikan dengan
seksama generalisasi
yang dismpaikan oleh
guru dan memahaminya.
20 menit
5. Tahap
Elaborate
(mengaitkan)
Meminta siswa untuk
memberikan contoh tentang
nilai kebenaran konjungsi
dan disjungsi yang baru
dipelajari pada situasi dan
kasus yang brbeda.
Mencari contoh tentang
nilai kebenaran konjungsi
dan disjungsi pada situasi
dan kasus yang berbeda.
6. Tahap
Evaluate
(mengevaluasi)
Guru memberikan latihan
soal tentang nilai kebenaran
konjungsi dan disjungsi
kepada siswa untuk
dikerjakan.
Mengerjakan latihan soal
yang diberikan oleh guru.
15 menit
7. Tahap Extend
(memperluas)
Guru menguatkan materi
tentang nilai kebenaran
konjungsi dan disjungsi
yang sudah dipelajari
dengan wacana yang lebih
meluas.
Memperhatikan dengan
seksama
5 menit
3. Penutup (5 menit):
a. Guru memberikan PR (pekerjaan rumah)
b. Mengakhiri pembelajran dengan mengucapkan salam
46. 91
4. Alat dan Sumber Bahan
Alat : spidol, whiteboard, LKS
Sumber :
- Yanti Mulyati dkk. 2008. Matematika untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarta: Piranti
- Sartono Wirodikromo. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga
5. Penilaian
Teknik Penilaian: tes tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian
Yogyakarta,27 Maret 2013
Guru Mata Pelajaran
Siti Muslimah, S.Pd.Si.
Peneliti
Suparno
NIM. 07600082
47. 92
Materi Pelajaran
1. Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q
yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung “dan”.
Dilambangkan p ∧ q (dibaca p dan q)
Nilai kebenaran suatu konjungsi adalah:
p ∧ q benar, jika p benar dan q benar
p ∧ q salah, jika salah satu p atau q salah
atau p salah dan q salah
Tabel kebenaran konjungsi
p q p ∧ q
(1)
(2)
(3)
(4)
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
S
(1) (2) (3)
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran dari setiap konjungsi berikut ini.
a) 6 + 2 = 8 dan Ibukota Jawa Barat adalah Bandung.
b) -6 adalah bilangan bulat dan 6 adalah bilangan prima.
Jawab:
a) dan
B B
konjungsi bernilai benar
b) dan ,
B S
Konjungsi bernilai salah.
Catatan:
Nilai kebenaran pernyataan p dan q pada kolom (1) dan (2) disusun demikian,
dengan tujuan untuk mendapatkan pasangan yang tidak sama pada setiap barisnya.
Ibukota Jawa Barat adalah Bandung6 + 2 = 8
6 adalah bilangan prima-6 adalah bilangan bulat
48. 93
Konjungsi pada contoh a), jelas bahwa pernyataan “6 + 2 = 8” dengan
pernyataan “ibukota Jawa Barat adalah Bandung” tidak memiliki hubungan arti.
Dengan demikian, konjungsi itu tidak mempunyai arti. Dalam logika matematika
yang dipentingkan bukan arti dari sebuah pernyataan, tetapi nilai kebenarannya.
Dalam beberapa hal, seringkali dijumpai kalimat yang berbentuk “p(x) ∧ q”
dengan p(x) merupakan suatu kalimat terbuka dan q merupakan suatu pernyataan.
Kalimat “p(x) ∧ q” dapat diubah menjadi konjungsi yang benar/salah dengan cara
menentukan nilai-nilai x pada kalimat terbuka p(x).
Contoh:
Carilah nilai-nilai x agar kalimat berikut menjadi konjungsi yang benar.
1 – ݔ = 2ݔ – 8 dan 10 adalah bilangan komposit.
Jawab:
Kalimat “1 – ݔ = 2ݔ – 8 dan 10 adalah bilangan komposit” terdiri atas kalimat
tebuka p(x): 1 – ݔ = 2ݔ – 8 dan pernyataan q: 10 adalah bilangan komposit.
Pernyataan q bernilai benar. Agar kalimat itu menjadi konjungsi yang benar,
maka kalimat terbuka p(x): 1 – ݔ = 2ݔ – 8 harus diubah menjadi pernyataan
yang benar. Nilai x yang menyebabkan kalimat terbuka p(x): 1 – ݔ = 2ݔ – 8
menjadi pernyataan yang benar adalah penyelesaian dari kalimat itu, yaitu untuk
x = 3.
Jadi, kalimat “1 – ݔ = 2ݔ – 8 dan 10 adalah bilangan komposit” menjadi
konjungsi yang benar untuk nilai x = 3.
2. Disjungsi
Disungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q
yang dirangkai menggunakan kata hubung “atau”.
Dilambangkan dengan p ∨ q (dibaca: p atau q)
Nilai kebenaran disjungsi p ∨ q adalah :
- p ∨ q benar, jika salah satu diantara p dan q atau p dan q dua-duanya
benar
- p ∨ q salah, jika p dan q dua-duanya salah
49. 94
Tabel kebenaran disjungsi
p q p ∨ q
(1)
(2)
(3)
(4)
B
B
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
(1) (2) (3)
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran dari setiap disjungsi berikut ini:
a) 5 x 7 = 35 atau 35 adalah bilangan ganjil.
b) 5 x 7 = 35 atau 35 adalah bilangan genap.
c) 5 x 7 = 12 atau 10 adalah bilangan genap.
d) 5 x 7 = 12 atau 10 adalah bilangan ganjil.
Jawab:
a) atau ,
B B
disjungsi bernilai benar.
b) atau
B S
disjungsi bernilai benar.
c) zz atau
S B
disjungsi bernilai benar.
d) atau
S S
disjungsi bernilai salah.
Catatan:
Pada baris (1) dibaca: jika p benar atau q benar, maka p ∨ q benar.
Pada baris (2) dibaca: jika p benar atau q salah, maka p ∨ q benar.
Pada baris (1) dibaca: jika p salah atau q benar, maka p ∨ q benar.
Pada baris (1) dibaca: jika p salah atau q salah, maka p ∨ q salah.
35 adalah bilangan ganjil5 x 7 = 35
35 adalah bilangan genap5 x 7 = 35
10 adalah bilangan genap5 x 7 = 12
10 adalah bilangan ganjil5 x 7 = 12
50. 95
Dalam beberapa hal, seringkali dijumpai kalimat yang berbentuk “p(x) ∨ q”
dengan p(x) merupakan suatu kalimat terbuka dan q merupakan suatu pernyataan.
Kalimat “p(x) ∨ q” dapat diubah menjadi konjungsi yang benar/salah dengan cara
menentukan nilai-nilai x pada kalimat terbuka p(x).
Contoh:
Carilah nilai x agar kalimat berikut menjadi disjungsi yang benar.
5 – 2ݔ = ݔ – 1 atau 9 adalah bilangan prima.
Jawab:
“5 – 2ݔ = ݔ – 1 atau 9 adalah bilangan prima” terdiri atas kalimat terbuka p(x):
5 – 2ݔ = ݔ – 1 dan pernyataan q: 9 adalah bilangan prima. Agar kalimat itu
menjadi disjungsi yang benar, maka kalimat terbuka p(x): 5 – 2ݔ = ݔ – 1 harus
bernilai benar sebab pernyataan q sudah jelas bernilai salah. Nilai x yang
menjadikan kalimat terbuka p(x): 5 – 2ݔ = ݔ – 1 menjadi pernyataan yang
benar adalah penyelesaian dari kalimat terbuka itu, yaitu untuk x = 2. Jadi,
kalimat ” 5 – 2ݔ = ݔ – 1 atau 9 adalah bilangan prima” menjadi disjungsi yang
benar dengan nilai x = 2.
51. 96
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MA Wahid Hasyim
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X1/Genap
Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Kedua
Standar Kompetensi : 4. Menggunakan logika matematika dalam pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk
dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : 4.2. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor
Indikator:
- Menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran implikasi.
- Menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran biimplikasi.
A. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai
kebenaran dari implikasi.
- Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai
kebenaran dari biimplikasi.
- Siswa dapat menentukan kesimpulan nilai kebenaran implikasi dan
biimplikasi.
B. Materi Pelajaran : Logika Matematika
Sub Materi : Pernyataan Majemuk dan Nilai Kebenarannya
C. Strategi Pembelajaran
Model : Learning Cycle 7E
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit):
a. Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar kepada siswa.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
52. 97
2. Kegiatan inti (70 menit):
No. Tahap
Learning
Cycle 7E
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Guru Siswa
1. Tahap Elicite
(menimbulkan/
mendatangkan)
Membangkitkan minat dan
motivasi siswa tentang
logika matematika dengan
menceritakan kejadian di
sekitar yang berhubungan
dengan implikasi dan
biimplikasi.
Memperhatikan apa yang
dismpaikan guru dengan
seksama.
2. Tahap
Engange
(keterlibatan)
Melibatkan siswa untuk
aktif dalam pembelajaran
dengan memberikan
permasalahan yang
berhubungan dengan nilai
kebenaran implikasi dan
biimplikasi.
Terlibat aktif dalam
pembelajaran dan
diharapkan sudah punya
gambaran tentang
permasalahan yang
disampaikan.
5 menit
3. Tahap Explore
(penyelidikan/
penjajakan)
- Membagi kelas menjadi
beberapa kelompok (satu
kelompok terdiri dari 3-4
siswa),
- Membagikan LKS tentang
implikasi dan biimplikasi
yang sudah disiapkan.
- Mempersilahkan siswa
untuk berdiskusi
berdasarkan klompoknya
dalam menyelesaikan LKS
tentang implikasi dan
biimplikasi serta dapat
membuat satu kesimpulan
bersama (kelompok)
tentang implikasi dan
biimplikasi.
- Guru berkeliling
memantau jalannya
diskusi dan memberikan
- Berkumpul berdasarkan
kelompok yang sudah di
tentukan.
- Berdiskusi bersama
kelompok masing-
masing untuk
menyelesaikan LKS
tentang implikasi dan
biimplikasi.
- Menyimpulkan hasil
diskusi berdasarkan
kelompok masing-
masing.
25 menit
53. 98
bantuan kepada kelompok
yang membutuhkan.
4. Tahap Explain
(menjelaskan)
- Mepersilahkan kepada
perwakilan masing-
masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di
depan kelas.
- Memberikan kesempatan
bertanya bagi siswa yang
belum jelas kepada
presentator atau
kelompoknya.
- Menggeneralisasi apa
yang disampaikan
perwakilan siwa di depan
kelas dan meluruskan jika
ada kesalahan konsep.
- Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
- Siswa yang lain
memperhatikan dan
bertanya jika ada yang
kurang jelas.
- Memperhatikan dengan
seksama generalisasi yang
dismpaikan oleh guru dan
memahaminya.
20 menit
5. Tahap
Elaborate
(mengaitkan)
Meminta siswa untuk
memberikan contoh
tentang nilai kebenaran
implikasi dan biimplikasi
yang baru dipelajari pada
situasi dan kasus yang
brbeda.
Mencari contoh tentang
nilai kebenaran implikasi
dan biimplikasi pada
situasi dan kasus yang
berbeda.
6. Tahap
Evaluate
(mengevaluasi)
Guru memberikan latihan
soal tentang nilai kebenaran
implikasi dan biimplikasi
kepada siswa untuk
dikerjakan.
Mengerjakan latihan soal
yang diberikan oleh guru.
15 menit
7. Tahap Extend
(memperluas)
Guru menguatkan materi
tentang nilai kebenaran
implikasi dan biimplikasi
yang sudah dipelajari
dengan wacana yang lebih
meluas.
Memperhatikan dengan
seksama
5 Menit
3. Penutup (5 menit):
a. Guru memberikan PR (pekerjaan rumah)
b. Mengakhiri pembelajran dengan mengucapkan salam
54. 99
E. Alat dan Sumber Bahan
Alat : spidol, whiteboard, LKS
Sumber :
- Yanti Mulyati dkk. 2008. Matematika untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:
Piranti
- Sartono Wirodikromo. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga
F. Penilaian
Teknik Penilaian: Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian
Yogyakarta,01 April 2013
Guru Mata Pelajaran
Siti Muslimah, S.Pd.Si.
Peneliti
Suparno
NIM. 07600082
55. 100
Materi Pelajaran
1. Implikasi
Implikasi atau pernyataan bersyarat/kondisional adalah pernyataan
majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan p dan q dalam bentuk jika p
maka q.
Dilambangkan dengan p ⟹ q (dibaca: jika p maka q)
Dalam berbagai penerapan, implikasi p ⟹ q dapat dibaca:
(i) p hanya jika q
(ii) q jika p
(iii) p syarat cukup bagi q
(iv) q syarat perlu bagi p
Nilai kebenaran disjungsi p ⟹ q adalah :
- p ⟹ q dinyatakan salah, jika p benar dan q salah.
- p ⟹ q dinyatakan benar untuk kemungkinan yang lain.
Tabel kebenaran implikasi
p q p ⟹ q
(1)
(2)
(3)
(4)
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
B
(1) (2) (3)
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran setiap implikasi berikut.
a) Jika 3 + 2 = 5, maka 5 adalah bilangan prima.
b) Jika 9 adalah bilangan genap, maka Surabaya ibukota Jawa Timur.
c) Jika Semarang ibukota Jawa Tengah, maka Medan ibukota Sumatra Barat.
d) Jika log 3 + log 5 = log 8, maka 103
+ 105
= 108
.
56. 101
Jawab:
a) Jika maka
B B
Implikasi bernilai benar, karena alasan benar dan kesimpulan benar.
b) Jika maka
S B
Implikasi bernilai benar, karena alasan salah dan kesimpulan benar.
c) Jika maka
B S
Implikasi bernilai salah, karena alasan benar dan kesimpulan salah.
d) Jika maka
S S
Implikasi bernilai benar, karena alasan dan kesimpulan salah.
Seperti halnya dalam disjungsi dan konjungsi, dalam implikasi juga
dijumpai kalimat yang berbentuk “p(x) ⟹ q” atau “p ⟹ q(x)”, dengan p(x) dan
q(x) merupakan kalimat-kalimat terbuka, p dan q merupakan pernyataan-
pernyataan. Kalimat-kalimat “p(x) ⟹ q” atau “p ⟹ q(x)”, dapat diubah menjadi
implikasi yang benar/salah dengan cara menentukan nilai-nilai x pada kalimat
terbuka p(x) atau q(x).
Contoh:
Carikan nilai x agar kalimat berikut menjadi implikasi yang benar.
Jika ݔ – 3 = 5 maka 4 adalah bilangan prima.
Jawab: Kalimat “Jika ݔ – 3 = 5 maka 4 adalah bilangan prima” dapat dituliskan
dalam bentuk “p(x)⟹q” dengan p(x): x – 3 = 5 merupakan suatu kalimat
terbuka dan q: 4 adalah bilangan prima merpakan suatu pernyataan. Agar
kalimat “Jika x – 3 = 5 maka 4 adalah bilangan prima” menjadi implikasi
yang bernilai benar, maka kalimat terbuka p(x): x– 3 = 5 harus diubah
menjadi pernyataan yang salah, sebab pernyataan q sudah jelas bernilai salah.
Nilai x yang menyebabkan kalimat terbuka p(x): x– 3 = 5 menjadi pernyataan
yang salah adalah x ≠ 8.
5 adalah bilangan prima3 + 2 = 5
Semarang ibukota Jawa tengah7 adalah bilangan genap
Riau ibukota Sumatra BaratSurabaya ibukota Jawa Timur
103
+ 105
= 108
log 3 + log 5 = log 8
57. 102
2. Biimplikasi
Biimplikasi atau implikasi dua arah adalah pernyataan majemuk yang
disusun dari dua buah pernyataan p dan q dalam bentuk p jika dan hanya jika
q. dan dilambangkan p ⇔ q (dibaca: p jika dan hanya jika q)
Dalam beberapa penerapan, biimplikasi p ⇔ q dapat juga dibaca
sebagai berikut:
(i) Jika p maka q dan jika q maka p
(ii) p syarat perlu dan cukup bagi q.
(iii) q syarat perlu dan cukup bagi p.
Nilai kebenaran suatu biimplikasi adalah:
- p ⇔ q dinyatakan benar, jika τ(p) = τ(q) (dibaca: p dan q
mempunyai nilai kebenaran yang sama)
- p ⇔ q dinyatakan benar, jika τ(p) ≠ τ(q) (dibaca: p dan q
mempunyai nilai kebenaran yang tidak sama)
Tabel kebenaran biimplikasi
p q p ⇔ q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
B
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran setiap biimplikasi berikut.
a) ሺ4ሻ
1
2 = 2 jika dan hanya jika 16
log 4 =
1
2
.
b) ݔଶ
− 6ݔ + 5 = 0 mempunyai akar real jika dan hanya jika ݔ2
− 6ݔ + 5 = 0
tidak mempunyai akar real.
Jawab:
a) jika dan hanya jika
B B
Merupakan biimplikasi yang bernilai benar
ሺ4ሻ
భ
మ = 2
16
log 4 =
ଵ
ଶ
58. 103
b) Jika dan hanya jika
B
S
Merupakan biimplikasi yang bernlai salah.
Seperti halnya dalam disjungsi, konjungsi, dan implikasi, dalam biimplikasi
juga sering dijumpai kalimat yang berbentuk “p(x) ⇔ q” atau “p ⇔ q(x)”, dengan
p(x) dan q(x) merupakan kalimat-kalimat terbuka, p dan q merupakan pernyataan-
pernyataan. Kalimat-kalimat “p(x) ⇔ q” atau “p ⇔ q(x)”, dapat diubah menjadi
biimplikasi yang benar/salah dengan cara menentukan nilai-nilai x pada kalimat
terbuka p(x) atau q(x).
Contoh:
Carilah nilai-nilai x agar kalimat berikut menjadi biimplikasi yang bernilai benar.
4ݔ – 5 = 3ݔ + 3 jika dan hanya jika 8 adalah bilangan genap.
Jawab:
Kalimat “4ݔ – 5 = 3ݔ + 3 jika dan hanya jika 8 adalah bilangan genap” dapat
dituliskan dalam bentuk “p(x) ⇔ q” dengan p(x): 4ݔ – 5 = 3ݔ + 3 merupakan
suatu kalimat terbuka dan q: 8 adalah bilangan genap merupakan suatu
pernyataan. Agar kalimat “4ݔ – 5 = 3ݔ + 3 jika dan hanya jika 8 adalah
bilangan genap” menjadi biimplikasi yang bernilai benar maka kalimat terbuka
p(x): 4x – 5 = 3ݔ + 3ݔ haruslah diubah menjadi pernyataan yang benar, sebab
pernyataan q sudah jelas bernilai benar. Nilai x yang menyebabkan kalimat
terbuka p(x): 4x – 5 = 3ݔ + 3 menjadi pernyataan yang benar adalah
himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka itu, yaitu untuk x = 8. Jadi, kalimat
“4x – 5 = 3ݔ + 3 jika dan hanya jika 8 adalah bilangan genap” menjadi
biimplikasi yang bernilai benar untuk x = 8.
ݔଶ
− 6ݔ + 5 = 0 mempunyai akar real
ݔଶ
− 5ݔ + 5 = 0 tidak mempunyai akar real
59. 104
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MA Wahid Hasyim
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X1 /Genap
Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Ketiga
Standar Kompetensi : 4. Menggunakan logika matematika dalam pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk
dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : 4.2. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor
Indikator:
- Menyelesaikan masalah tentang pernyataan majemuk dan nilai
kebenarannya.
- Menentukan kesimpulan tentang pernyataan majemuk dan nilai
kebenarannya
A. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menyelesaikan masalah tentang pernyataan majemuk dan
nilai kebenarannya
- Siswa dpat menentukan kesimpulan tentang pernyataan majemuk dan
nilai kebenarannya
B. Materi Pelajaran : Logika Matematika
Sub Materi : Pernyataan Majemuk dan Nilai Kebenarannya
C. Strategi Pembelajaran
Model : Learning Cycle 7E
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit):
a. Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar kepada siswa.
60. 105
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan inti (70 menit):
No. Tahap
Learning
Cycle 7E
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Guru Siswa
1. Tahap Elicite
(menimbulkan/
mendatangkan)
Membangkitkan minat dan
motivasi siswa tentang
logika matematika dengan
menceritakan kejadian di
sekitar yang berhubungan
dengan pernyataan
majemuk.
Memperhatikan apa yang
dismpaikan guru dengan
seksama.
2. Tahap
Engange
(keterlibatan)
Melibatkan siswa untuk
aktif dalam pembelajaran
dengan memberikan
permasalahan yang
berhubungan dengan
pernyataan mjemuk.
Terlibat aktif dalam
pembelajaran dan
diharapkan sudah punya
gambaran tentang
permasalahan yang
disampaikan.
5 menit
3. Tahap Explore
(penyelidikan/
penjajakan)
- Membagi kelas menjadi
beberapa kelompok (satu
kelompok terdiri dari 3-4
siswa),
- Membagikan LKS tentang
pernyataan majemuk yang
sudah disiapkan.
- Mempersilahkan siswa
untuk berdiskusi
berdasarkan klompoknya
dalam menyelesaikan LKS
tentang pernyataan
majemuk serta dapat
membuat satu kesimpulan
bersama (kelompok)
tentang pernyataan
majemuk.
- Guru berkeliling
memantau jalannya
- Berkumpul berdasarkan
kelompok yang sudah di
tentukan.
- Berdiskusi bersama
kelompok masing-
masing untuk
menyelesaikan LKS
tentang pernyataan
majemuk.
- Menyimpulkan hasil
diskusi berdasarkan
kelompok masing-
masing.
25 menit
61. 106
diskusi dan memberikan
bantuan kepada kelompok
yang membutuhkan.
4. Tahap Explain
(menjelaskan)
- Mepersilahkan kepada
perwakilan masing-
masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di
depan kelas.
- Memberikan kesempatan
bertanya bagi siswa yang
belum jelas kepada
presentator atau
kelompoknya.
- Menggeneralisasi apa
yang disampaikan
perwakilan siwa di depan
kelas dan meluruskan jika
ada kesalahan konsep.
- Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
- Siswa yang lain
memperhatikan dan
bertanya jika ada yang
kurang jelas.
- Memperhatikan dengan
seksama generalisasi yang
dismpaikan oleh guru dan
memahaminya.
20 menit
5. Tahap
Elaborate
(mengaitkan)
Meminta siswa untuk
memberikan contoh
tentang pernyataan
majemuk pada situasi dan
kasus yang brbeda.
Mencari contoh tentang
pernyataan majemuk pada
situasi dan kasus yang
berbeda.
6. Tahap
Evaluate
(mengevaluasi)
Guru memberikan latihan
soal tentang pernyataan
majemuk kepada siswa
untuk dikerjakan.
Mengerjakan latihan soal
yang diberikan oleh guru.
15 menit
7. Tahap Extend
(memperluas)
Guru menguatkan materi
tentang pernyataan
majemuk yang sudah
dipelajari dengan wacana
yag lebih meluas.
Memperhatikan dengan
seksama
5 menit
3. Penutup (5 menit):
c. Guru memberikan PR (pekerjaan rumah)
d. Mengakhiri pembelajran dengan mengucapkan salam
62. 107
E. Alat dan Sumber Bahan
Alat : spidol, whiteboard, LKS
Sumber :
- Yanti Mulyati dkk. 2008. Matematika untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarta: Piranti
- Sartono Wirodikromo. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga
F. Penilaian
Teknik Penilaian: Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian
Yogyakarta,03 April 2013
Guru Mata Pelajaran
Siti Muslimah, S.Pd.Si.
Peneliti
Suparno
NIM. 07600082
63. 108
PERNYATAAN MAJEMUK
Pernyataan majemuk dan nilai kebenarannya
Sampai saat ini kita telah mempelajari pernyataan-pernyataan yang
dirangkai dari dua pernyataan p dan q, yaitu:
(i) Disjungsi : p ∨ q
(ii) Konjungsi : p ∧ q
(iii) Implikasi : p ⟹ q
(iv) Biimplikasi : p ⟺ q
Pernyataan-pernyataan (i), (ii), (iii), dan (iv) disebut pernyataan majemuk.
Kata-kata hubung atau (∨), dan (∧), jika… maka… (⟹), dan jika dan hanya jika
(⟺) disebut kata hubung logika. Pernyataan-pernyataan tunggal p dan q, yang
membentuk pernyataan majemuk itu, disebut komponen atau pernyataan
perangkai.
Jadi, pernyataan majemuk adalah pernyataan yang dibentuk dari beberapa
pernyataan tunggal (komponen) yang dirangkai dengan menggunakan kata
hubung logika.
Disamping pernyataan-pernyataan sederhana, seringkali dijumpai
pernyataan-pernyataan majemuk yang lebih rumit. Pernyataan majemuk yang
rumit terdiri atas pernyataan-pernyataan p, q, r, …, dan seterusnya, disertai
gabungan operasi ingkaran (~), disjungsi (∨), konjungsi (∧), implikasi (⟹), dan
biimplikasi (⟺). Berikut ini adalah beberapa contoh pernyataan majemuk yang
rumit.
(i) (~p ∧ q) ⟹ p
(ii) q ⟺ (p ∨ ~q)
(iii) ~[p ∧ (p ⟹ q)]
(iv) [(p ∨ q) ⟺ r]
Nilai kebenaran pernyataan majemuk seperti di atas dapat ditentukan
dengan menggunakan pertolongan table kebenaran dasar. Untuk memahami cara
menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk, simaklah contoh berikut:
64. 109
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk ~ (p ∨ ~q).
Jawab:
Ada dua cara untuk menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk, yaitu:
Cara 1
Table kebenaran pernyataan ~ (p ∨ ~q) ditentukan melalui langkah-langkah
berikut:
(1) (2) (3) (4) (5) kolom ke-
p q ~q (p ∨ ~q) ~(p ∨ ~q) baris judul
(1)
(2)
(3)
(4)
B
B
S
S
B
S
B
S
S
B
S
B
B
B
S
B
S
S
B
S
nilai
kebenaran
1) 2) 3) 4) langkah ke-
1. Tentukan semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan p dan
pernyataan q. Pernyataan p dan q beserta nilai kebenarannya dituliskan pada
kolom (1) dan (2).
2. Tentukan nilai kebenaran ~q. Pernyataan ~q beserta nilai kebenarannya
dituliskan pada kolom (3).
3. Tentukan nilai kebenaran (p ∨ ~q). Pernyataan (p ∨ ~q) beserta nilai
kebenarannya dituliskan pada kolom (4).
4. Tentukan nilai kebenaran ~(p ∨ ~q). Pernyataan ~(p ∨ ~q) beserta nilai
kebenarannya dituliskan pada kolom (5).
Nilai kebenara pernyataan ~(p ∨ ~q) dapat dibaca dari atas ke bawah pada kolom
(5), yaitu: S, S, B, S. Dengan menggunakan lambang, nilai kebenaran pernyataan
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.
߬ሾ~ሺ ∨ ∼ ݍሻሿ = ܵ ܵ ܤ ܵ
65. 110
Cara 2
Langkah-langkah yang digunakan sama seperti pada cara 1, hanya saja operasi-
operasi dan pernyataan-pernyataan ditulis secara berurutan pada baris judul. Jadi,
baris judul pada table kebenaran ditulis ~, (p, ∨, ~, dan q) seperi berikut:
(1) (2) (3) (4) (5) kolom ke-
~ (p ∨ ~ q) baris judul
(1)
(2)
(3)
(4)
S
S
B
S
B
B
S
S
B
B
S
B
S
B
S
B
B
S
B
S
nilai
kebenaran
4) 1) 3) 2) 1) langkah ke-
1. Tentukan semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan p dan q. nilai
kebenaran pernyataan p dan q ditulis pada kolom (2) dan (5).
2. Tentukan nilai kebenaran ~q. nilai kebenaran ~q ditulis pada kolom (4).
Perhatikan baris judul pada kolom (4) hanya ditulis ~ saja.
3. Tentukan nilai kebenaran (p ∨ ~q). nilai kebenaran (p ∨ ~q) ditulis pada
kolom (3). Perhatikan baris judul pada kolom (3) hanya ditulis ∨ saja.
4. Tentukan nilai kebenaran ~(p ∨ ~q). nilai kebenaran ~(p ∨ ~q) ditulis pada
kolom (1). Perhatikan baris judul pada kolom (1) hanya ditulis ~ saja.
Nilai kebenaran pernyataan ~(p ∨ ~q) dapat dibaca dari atas ke bawah pada kolom
(1), yaitu: S, S, B, S. Dengan menggunakan lambang, nilai kebenaran pernyataan
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.
߬ሾ~ሺ ∨ ∼ ݍሻሿ = ܵ ܵ ܤ ܵ
66. 111
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MA Wahid Hasyim
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X / Genap
Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : pertama
Standar Kompetensi : 4. Menggunakan logika matematika dalam pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk
dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : 4.2. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor
Indikator:
- Menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran disjungsi.
- Menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran konjungsi.
A. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran
dari disjungsi.
- Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran
dari konjungsi.
B. Materi Pelajaran : Logika Matematika
C. Strategi Pembelajaran
Strategi : Ekspositori
D. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Belajar Waktu
1. Pendahuluan
- Pembelajaran dimulai dengan salam dan do’a.
- Apersepsi : siswa mengingat kembali materi sebelumnya tentang
pernyataan dalam matematika dan negasinya
- Motivasi : dengan belajar logika, siswa dapat menentukan nilai
kebenaran suatu disjungsi dan konjungsi
5 menit
Lampiran 2.2
67. 112
2. Kegiatan Inti
1. Guru menyampaikan materi dengan ceramah.
2. Siswa mencatat dan menanggapi apa yang disampaikan guru.
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada yang belum dipahami.
4. Siswa mengerjakan latihan soal di LKS secara individu.
5. Siswa menuliskan hasil pekerjaannya di dipapan tulis untuk
didiskusikan.
6. Siswa bertanya apabila ada yang tidak dipahami dari soal yang
telah dikerjakan.
7. Guru menyampaikan kesimpulan dari pembelajran.
25 menit
5 menit
20 menit
10 menit
5 menit
5 menit
3. Penutup
1. Guru meminta siswa mempelajari materi selanjutnya yaitu
implikasi dan biimplikasi.
2. Guru memberikan PR
3. Pembelajaran ditutup dengan salam dan do’a.
5 menit
E. Alat dan Sumber Bahan
Alat : spidol, whiteboard, LKS
Sumber :
- Yanti Mulyati dkk. 2008. Matematika untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarta: Piranti
- Sartono Wirodikromo. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga
F. Penilaian
Teknik Penilaian: Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian
Yogyakarta,30 Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Siti Muslimah, S.Pd.Si Suparno
NIM. 07600082
68. 113
Materi Pelajaran
1. Disjungsi
Disungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q
yang dirangkai menggunakan kata hubung “atau”.
Dilambangkan dengan p q (dibaca: p atau q)
Nilai kebenaran disjungsi p q adalah :
- p q benar, jika salah satu diantara p dan q atau p dan q dua-duanya
benar
- p q salah, jika p dan q dua-duanya salah
Tabel kebenaran disjungsi
p q p q
(1)
(2)
(3)
(4)
B
B
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
(1) (2) (3)
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran dari setiap disjungsi berikut ini:
a) 3 x 5 = 15 atau 15 adalah bilangan ganjil.
b) 3 x 5 = 15 atau 15 adalah bilangan genap.
c) 3 x 5 = 8 atau 8 adalah bilangan genap.
d) 3 x 5 = 8 atau 8 adalah bilangan ganjil.
Catatan:
Pada baris (1) dibaca: jika p benar atau q benar, maka p q benar.
Pada baris (2) dibaca: jika p benar atau q salah, maka p q benar.
Pada baris (3) dibaca: jika p salah atau q benar, maka p q benar.
Pada baris (4) dibaca: jika p salah atau q salah, maka p q salah.
69. 114
Jawab:
a) atau ,
B B
disjungsi bernilai benar.
b) atau ,
B S
disjungsi bernilai benar.
c) atau ,
S B
disjungsi bernilai benar.
d) atau ,
S S
disjungsi bernilai salah.
2. Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q
yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung “dan”.
Dilambangkan p q (dibaca p dan q)
Nilai kebenaran suatu konjungsi adalah:
p q benar, jika p benar dan q benar
p q salah, jika salah satu p atau q salah
atau p salah dan q salah
Tabel kebenaran konjungsi
p q p q
(1)
(2)
(3)
(4)
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
S
(1) (2) (3)
3 x 5 = 15 15 adalah bilangan ganjil
3 x 5 = 15
3 x 5 = 8
3 x 5 = 8 8 adalah bilangan ganjil
8 adalah bilangan genap
15 adalah bilangan genap
70. 115
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran dari setiap konjungsi berikut ini.
a) 4 + 2 = 6 dan Ibukota Jawa Timur adalah Surabaya.
b) -4 adalah bilangan bulat dan 4 adalah bilangan prima.
Jawab:
a) dan , ,
B B
konjungsi bernilai benar
b) dan ,
B S
Konjungsi bernilai salah.
Konjungsi pada contoh a), jelas bahwa pernyataan “4 + 2 = 6” dengan
pernyataan “ibukota Jawa Timur adalah Surabaya” tidak memiliki hubungan arti.
Dengan demikian, konjungsi itu tidak mempunyai arti. Dalam logika matematika
yang dipentingkan bukan arti dari sebuah pernyataan, tetapi nilai kebenarannya.
Dalam beberapa hal, seringkali dijumpai kalimat yang berbentuk “p(x) q”
dengan p(x) merupakan suatu kalimat terbuka dan q merupakan suatu pernyataan.
Kalimat “p(x) q” dapat diubah menjadi konjungsi yang benar/salah dengan cara
menentukan nilai-nilai x pada kalimat terbuka p(x).
Catatan:
Nilai kebenaran pernyataan p dan q pada kolom (1) dan (2) disusun demikian,
dengan tujuan untuk mendapatkan pasangan yang tidak sama pada setiap
barisnya.
4 + 2 = 6 Ibukota Jawa Timur adalah Surabaya
4 adalah bilangan prima-4 adalah bilangan bulat
71. 116
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MA Wahid Hasyim
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X/ Genap
Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : kedua
Standar Kompetensi : 4. Menggunakan logika matematika dalam pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk
dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : 4.2. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor
Indikator:
- Menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran implikasi.
- Menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai kebenaran biimplikasi.
A. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai
kebenaran dari implikasi.
- Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan nilai
kebenaran dari biimplikasi.
B. Materi Pelajaran : Logika Matematika
Sub Materi : Pernyataan Majemuk dan Nilai Kebenarannya
C. Strategi Pembelajaran
Strategi : Ekspositori
D. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Belajar Waktu
1. Pendahuluan
- Pembelajaran dimulai dengan salam dan do’a.
- Apersepsi : siswa mengingat kembali materi sebelumnya
tentang disjungsi dan konjungsi.
- Motivasi : dengan belajar implikasi dan biimplikasi, siswa
dapat menentukan nilai kebenaran suatu implikasi dan
biimplikasi
5 menit
72. 117
2. Kegiatan Inti
1. Guru menyampaikan materi dengan ceramah.
2. Siswa mencatat dan menanggapi apa yang disampaikan guru.
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
apabila ada yang belum dipahami.
4. Siswa mengerjakan latihan soal di LKS secara individu.
5. Siswa menuliskan hasil pekerjaannya di dipapan tulis untuk
didiskusikan.
6. Siswa bertanya apabila ada yang tidak dipahami dari soal
yang telah dikerjakan.
7. Guru menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran.
25 menit
5 menit
20 menit
10 menit
5 menit
5 menit
3. Penutup
- Guru meminta siswa mempelajari materi selanjutnya yaitu
pernyataan majemuk yang lebih rumit
- Guru memberikan PR
- Pembelajaran ditutup dengan salam dan do’a.
5 menit
E. Alat dan Sumber Bahan
Alat : spidol, whiteboard, LKS
Sumber :
- Yanti Mulyati dkk. 2008. Matematika untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarta: Piranti
- Sartono Wirodikromo. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga
F. Penilaian
Teknik Penilaian: Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian
Yogyakarta, 01 April 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Siti Muslimah, S.Pd.Si. Suparno
NIM. 07600082
73. 118
Materi Pelajaran
1. Implikasi
Implikasi atau pernyataan bersyarat/kondisional adalah pernyataan
majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan p dan q dalam bentuk jika p
maka q.
Dilambangkan dengan p q (dibaca: jika p maka q)
Dalam berbagai penerapan, implikasi p q dapat dibaca:
(i) p hanya jika q
(ii) q jika p
(iii) p syarat cukup bagi q
(iv) q syarat perlu bagi p
Nilai kebenaran disjungsi p q adalah :
- p q dinyatakan salah, jika p benar dan q salah.
- p q dinyatakan benar untuk kemungkinan yang lain.
Tabel kebenaran implikasi
p q p q
(1)
(2)
(3)
(4)
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
B
(1) (2) (3)
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran setiap implikasi berikut.
a) Jika 3 + 2 = 5, maka 5 adalah bilangan prima.
b) Jika 9 adalah bilangan genap, maka Surabaya ibukota Jawa Timur.
c) Jika Semarang ibukota Jawa Tengah, maka Medan ibukota Sumatra Barat.
d) Jika log 3 + log 5 = log 8, maka 103
+ 105
= 108
.
74. 119
Jawab:
a) Jika , maka
B B
Implikasi bernilai benar, karena alasan benar dan kesimpulan benar.
b) Jika , maka
S B
Implikasi bernilai benar, karena alasan salah dan kesimpulan benar.
c) Jika , maka
B S
Implikasi bernilai salah, karena alasan benar dan kesimpulan salah.
d) Jika , maka
S S
Implikasi bernilai benar, karena alasan dan kesimpulan salah.
Seperti halnya dalam disjungsi dan konjungsi, dalam implikasi juga
dijumpai kalimat yang berbentuk “p(x) q” atau “p q(x)”, dengan p(x) dan
q(x) merupakan kalimat-kalimat terbuka, p dan q merupakan pernyataan-
pernyataan. Kalimat-kalimat “p(x) q” atau “p q(x)”, dapat diubah menjadi
implikasi yang benar/salah dengan cara menentukan nilai-nilai x pada kalimat
terbuka p(x) atau q(x).
2. Biimplikasi
Biimplikasi atau implikasi dua arah adalah pernyataan majemuk yang
disusun dari dua buah pernyataan p dan q dalam bentuk p jika dan hanya jika
q. dan dilambangkan p q (dibaca: p jika dan hanya jika q)
Dalam beberapa penerapan, biimplikasi p q dapat juga dibaca
sebagai berikut:
(i) Jika p maka q dan jika q maka p
(ii) p syarat perlu dan cukup bagi q.
(iii) q syarat perlu dan cukup bagi p.
3 + 2 = 5 5 adalah bilangan prima
Surabaya ibukota Jawa Timur9 adalah bilangan genap
Medan ibukota Sumatra Barat
103
+ 105
= 108
+ =
Semarang ibukota Jawa Tengah
75. 120
Nilai kebenaran suatu biimplikasi adalah:
- p q dinyatakan benar, jika τ(p) = τ(q) (dibaca: p dan q
mempunyai nilai kebenaran yang sama)
- p ⇔ q dinyatakan benar, jika τ(p) ≠ τ(q) (dibaca: p dan q
mempunyai nilai kebenaran yang tidak sama)
Tabel kebenaran biimplikasi
p q p q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
B
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran setiap biimplikasi berikut.
a) ሺ16ሻ
భ
మ = 4 jika dan hanya jika 16
log 4 =
ଵ
ଶ
.
b) x2
– 4x + 3 = 0 mempunyai akar real jika dan hanya jika x2
– 4x = 0 tidak
mempunyai akar real.
Jawab:
a) jika dan hanya jika
B B
Merupakan biimplikasi yang bernilai benar
b) Jika dan hanya jika
B
S
Merupakan biimplikasi yang bernlai salah.
= 4
16
x2
– 4x + 3 = 0 mempunyai akar real
x2
– 4x = 0 tidak mempunyai akar real
76. 121
Seperti halnya dalam disjungsi, konjungsi, dan implikasi, dalam biimplikasi juga
sering dijumpai kalimat yang berbentuk “p(x) q” atau “p q(x)”, dengan
p(x) dan q(x) merupakan kalimat-kalimat terbuka, p dan q merupakan
pernyataan-pernyataan. Kalimat-kalimat “p(x) q” atau “p q(x)”, dapat
diubah menjadi biimplikasi yang benar/salah dengan cara menentukan nilai-nilai
x pada kalimat terbuka p(x) atau q(x).
Contoh:
Carilah nilai-nilai x agar kalimat berikut menjadi biimplikasi yang bernilai
benar.
3x – 4 = 2x + 2 jika dan hanya jika 6 adalah bilangan genap.
Jawab:
Kalimat “3x – 4 = 2x + 2 jika dan hanya jika 6 adalah bilangan genap” dapat
dituliskan dalam bentuk “p(x) q” dengan p(x): 3x – 4 = 2x + 2 merupakan
suatu kalimat terbuka dan q: 6 adalah bilangan genap merupakan suatu
pernyataan. Agar kalimat “3x – 4 = 2x + 2 jika dan hanya jika 6 adalah bilangan
genap” menjadi biimplikasi yang bernilai benar maka kalimat terbuka p(x): 3x –
4 = 2x + 2 haruslah diubah menjadi pernyataan yang benar, sebab pernyataan q
sudah jelas bernilai benar. Nilai x yang menyebabkan kalimat terbuka p(x): 3x –
4 = 2x + 2 menjadi pernyataan yang benar adalah himpunan penyelesaian dari
kalimat terbuka itu, yaitu untuk x = 6. Jadi, kalimat “3x – 4 = 2x + 2 jika dan
hanya jika 6 adalah bilangan genap” menjadi biimplikasi yang bernilai benar
untuk x = 6.
77. 122
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MA Wahid Hasyim
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X2/Genap
Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Ketiga
Standar Kompetensi : 4. Menggunakan logika matematika dalam pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk
dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : 4.2. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor
Indikator:
- Menyelesaikan masalah tentang kalimat majemuk dan nilai kebenarannya.
A. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menyelesaikan masalah tentang kalimat majemuk dan nilai
kebenarannya.
B. Materi Pelajaran : Logika Matematika
Sub Materi : Pernyataan Majemuk dan Nilai Kebenarannya
C. Strategi Pembelajaran
Strategi : Ekspositori
D. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Belajar Waktu
1. Pendahuluan
- Pembelajaran dimulai dengan salam dan do’a.
- Apersepsi : siswa mengingat kembali materi sebelumnya
tentang nilai kebenaran disjungsi, konjungsi, implikasi, dan
biimplikasi.
- Motivasi : dengan belajar nilai kebenaran dari pernyataan
majemuk, siswa dapat menyelesaikan masalah dengan
menggunakan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk.
5 menit
78. 123
2. Kegiatan Inti
1. Guru bersama siswa mengoreksi pekerjaan rumah
2. Guru menyampaikan materi dengan ceramah.
3. Siswa mencatat dan menanggapi apa yang disampaikan
guru.
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
apabila ada yang belum dipahami.
5. Siswa mengerjakan latihan soal di LKS secara individu.
6. Siswa menuliskan hasil pekerjaannya di dipapan tulis untuk
didiskusikan.
7. Siswa bertanya apabila ada yang tidak dipahami dari soal
yang telah dikerjakan.
8. Guru menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran.
5 menit
20 menit
5 menit
5 menit
20 menit
10 menit
5 menit
3 menit
3. Penutup
- Pembelajaran ditutup dengan salam dan do’a.
2 menit
E. Alat dan Sumber Bahan
Alat : spidol, whiteboard, LKS
Sumber :
- Yanti Mulyati dkk. 2008. Matematika untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarta: Piranti
- Sartono Wirodikromo. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga
F. Penilaian
Teknik Penilaian: Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian
Yogyakarta, 6 April 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Siti bMuslimah, S.Pd. Suparno
NIM. 07600082
79. 124
PERNYATAAN MAJEMUK
Pernyataan majemuk dan nilai kebenarannya
Sampai saat ini kita telah mempelajari pernyataan-pernyataan yang
dirangkai dari dua pernyataan p dan q, yaitu:
(i) Disjungsi : p q
(ii) Konjungsi : p q
(iii) Implikasi : p q
(iv) Biimplikasi : p q
Pernyataan-pernyataan (i), (ii), (iii), dan (iv) disebut pernyataan majemuk.
Kata-kata hubung atau ( ), dan ( ), jika… maka… ( ), dan jika dan hanya jika (
) disebut kata hubung logika. Pernyataan-pernyataan tunggal p dan q, yang
membentuk pernyataan majemuk itu, disebut komponen atau pernyataan
perangkai.
Jadi, pernyataan majemuk adalah pernyataan yang dibentuk dari beberapa
pernyataan tunggal (komponen) yang dirangkai dengan menggunakan kata
hubung logika.
Disamping pernyataan-pernyataan sederhana, seringkali dijumpai
pernyataan-pernyataan majemuk yang lebih rumit. Pernyataan majemuk yang
rumit terdiri atas pernyataan-pernyataan p, q, r, …, dan seterusnya, disertai
gabungan operasi ingkaran (~), disjungsi ( ), konjungsi ( ), implikasi ( ), dan
biimplikasi ( ). Berikut ini adalah beberapa contoh pernyataan majemuk yang
rumit.
(i) (~p q) p
(ii) q (p ~q)
(iii) ~[p (p q)]
80. 125
(iv) [(p q) r]
Nilai kebenaran pernyataan majemuk seperti di atas dapat ditentukan
dengan menggunakan pertolongan table kebenaran dasar. Untuk memahami cara
menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk, simaklah contoh berikut:
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk ~ (p ~q).
Jawab:
Ada dua cara untuk menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk, yaitu:
Cara 1
Table kebenaran pernyataan ~ (p ~q) ditentukan melalui langkah-langkah
berikut:
(1) (2) (3) (4) (5) kolom ke-
p q ~q (p ~q) ~(p ~q) baris judul
(1)
(2)
(3)
(4)
B
B
S
S
B
S
B
S
S
B
S
B
B
B
S
B
S
S
B
S
nilai
kebenaran
1) 2) 3) 4) langkah ke-
1. Tentukan semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan p dan
pernyataan q. Pernyataan p dan q beserta nilai kebenarannya dituliskan pada
kolom (1) dan (2).
2. Tentukan nilai kebenaran ~q. Pernyataan ~q beserta nilai kebenarannya
dituliskan pada kolom (3).
3. Tentukan nilai kebenaran (p ~q). Pernyataan (p ~q) beserta nilai
kebenarannya dituliskan pada kolom (4).
4. Tentukan nilai kebenaran ~(p ~q). Pernyataan ~(p ~q) beserta nilai
kebenarannya dituliskan pada kolom (5).
81. 126
Nilai kebenara pernyataan ~(p ~q) dapat dibaca dari atas ke bawah pada kolom
(5), yaitu: S, S, B, S. Dengan menggunakan lambang, nilai kebenaran pernyataan
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.
߬ሾ~ሺ ∨ ∼ ݍሻሿ = ܵ ܵ ܤ ܵ
Cara 2
Langkah-langkah yang digunakan sama seperti pada cara 1, hanya saja operasi-
operasi dan pernyataan-pernyataan ditulis secara berurutan pada baris judul. Jadi,
baris judul pada table kebenaran ditulis ~, (p, , ~, dan q) seperi berikut:
(1) (2) (3) (4) (5) kolom ke-
~ (p ∨ ~ q) baris judul
(1)
(2)
(3)
(4)
S
S
B
S
B
B
S
S
B
B
S
B
S
B
S
B
B
S
B
S
nilai
kebenaran
4) 1) 3) 2) 1) langkah ke-
1. Tentukan semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan p dan q. nilai
kebenaran pernyataan p dan q ditulis pada kolom (2) dan (5).
2. Tentukan nilai kebenaran ~q. nilai kebenaran ~q ditulis pada kolom (4).
Perhatikan baris judul pada kolom (4) hanya ditulis ~ saja.
3. Tentukan nilai kebenaran (p ~q). nilai kebenaran (p ~q) ditulis pada
kolom (3). Perhatikan baris judul pada kolom (3) hanya ditulis saja.
4. Tentukan nilai kebenaran ~(p ~q). nilai kebenaran ~(p ~q) ditulis pada
kolom (1). Perhatikan baris judul pada kolom (1) hanya ditulis ~ saja.
Nilai kebenaran pernyataan ~(p ~q) dapat dibaca dari atas ke bawah pada kolom
(1), yaitu: S, S, B, S. Dengan menggunakan lambang, nilai kebenaran pernyataan
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.
߬ሾ~ሺ ∨ ∼ ݍሻሿ = ܵ ܵ ܤ ܵ