SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Konsep Dasar
Matematika
RENCANA PERKULIAHAN
Mey Prihandani Wulandari, M.Pd.
085785789500
meyprihandani13@gmail.com
Deskripsi Singkat Mata Kuliah
Mata kuliah ini mengkaji tentang konsep bilangan real; himpunan; persamaan dan
pertidaksamaan linear, persamaan kuadrat, trigonometri, matriks, turunan dan integral
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
1. Mampu menerapkan konsep bilangan real dalam penyelesaian permasalahan sehari-hari.
2. Mampu menerapkan konsep himpunan dalam penyelesaian permasalahan sehari-hari.
3. Mampu menganalisis penyelesaian permasalahan sehari-hari dengan menggunakan konsep
persamaan linear.
4. Mampu menganalisis penyelesaian permasalahan sehari-hari dengan menggunakan konsep
pertidaksamaan linear.
5. Mampu menganalisis penyelesaian permasalahan sehari-hari dengan menggunakan konsep
persamaan kuadrat.
6. Mampu menganalisis penyelesaian permasalahan sehari-hari dengan menggunakan konsep
trigonometri.
7. Mampu mengoperasikan data menggunakan konsep matriks.
8. Mampu membuktikan hubungan turunan dan integral.
MATERI PERTEMUAN
Kontrak perkuliahan dan Miskonsepsi dalam Matematika 1
Konsep Himpunan, Logika dan Penalaran Dalam Matematika 2-3
Persamaan dan Pertidaksamaan, Fungsi, dan Grafik Fungsi
Linear
4-5
Persamaan, Fungsi, dan Grafik Fungsi kuadrat 6-7
UTS 8
Trigonometri (Sudut, aturan sin, aturan cos, dan jumlah
sudut)
9-11
Matriks 12-13
Turunan dan Integral 14-15
UAS
Rencana Perkuliahan
Miskonsepsi
dalam Matematika
SD
Konsep Dasar Matematika
Mey Prihandani Wulandari, M.Pd.
085785789500
meyprihandani13@gmail.com
Pengertian Miskonsepsi
 Satu masalah pokok yang sangat serius mengenai sulitnya belajar
matematika yaitu miskonsepsi siswa yang telah diperoleh dari pengalaman
siswa sebelumnya mungkin masih tidak cukup,atau siswa tidak
mengingatnya dengan baik.
 Dikutip dari Oxford Learner‟s Pocket Dictionary edisi keempat:
“Misconception (about) belief or idea that is not based on correct
information.”
Miskonsepsi mencakup pemahaman atau pemikiran yang tidak
berlandaskan pada informasi yang tepat.
 Miskonsepsi adalah kesalahan pemahaman terhadap suatu konsep.
Miskonsepsi matematika perlu diminimalisir karena sebagian besar konsep
matematika saling berkaitan.
 Keabsahan suatu informasi merujuk pada sumber yang tepat serta disertai
bukti-bukti yang otentik. Mengubah kerangka kerja siswa merupakan kunci
tercapainya tujuan untuk memperbaiki miskonsepsi matematika
Bentuk Miskonsepsi di SD
1. Prakonsepsi
2. Undergeneralization
3. Overgeneralization
4. Modelling Error (Kesalahan Pemodelan)
5. Prototyping Error (Kesalahan Contoh Baku)
6. Process Object Error (Kesalahan mengolah objek)
Prakonsepsi
Konseptualisasi adalah proses pembelajaran yang mengasimilasi pengalaman baru
ke dalam struktur yang memperluas skemata kognitif dan skemata konseptual.
Undergeneralization
 Undergeneralization dinyatakan dalam pemahaman yang terbatas dan kemampuan terbatas untuk
menerapkan konsep-konsep. Pemahaman yang terbatas ini, menjelaskan berbagai keadaan
mengenai pengetahuan siswa pada saat seluruh ide-ide matematika berkembang.
 Beberapa ujian/tes dapat menggambarkan bagaimana pemahaman yang terbatas tersebut
merusak konsepsi kunci-kunci gagasan matematika.
 Sebagai contoh, seorang siswa dengan pemahaman terbatas mengenai bilangan rasional
mungkin tidak beranggapan 6:7 sama dengan 6/7 karena bentuk yang dikembangkan dalam
konteks belajar tentang rasio sedangkan pembelajaran yang terakhir ia pahami yaitu tentang
konteks pembagian (operasi hitung). Seorang siswa mungkin tidak memahami 3/4 sebagai
hubungan keseluruhan-keseluruhan atau sebagian-sebagian, karena siswa memahami rasio
hanya sebagai hubungan bagian-keseluruhan.
 Contoh lain, Siswa tidak dapat melakukan operasi hitung pada bilangan yang tidak
diketahui/dirahasiakan, siswa tidak dapat mengenali bagian-bagian tertentu dalam bentuk
umum dan tidak dapat menerapkan bentuk umum untuk kasus tertentu. Sebagai contoh, siswa
tersebut tidak dapat memahami persamaan seperti "2x + 3 = 8 - x" karena "2x + 3" tidak
membentuk "8 - x."
Overgeneralization
 Kesalahan interpretasi menyebabkan pemahaman yang keliru namun berbeda-beda cara,
seperti pada kasus overgeneralization dan penerapan konsep yang kurang dipahami dan
aturan yang mereka anggap tidak relevan.
 Overgeneralization muncul ketika siswa mengerjakan operasi pengurangan bilangan yang
memiliki dua digit dengan cara mengurangi bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang
lebih besar (contoh: 32 – 17 = 25).
 Pemahaman siswa bahwa perkalian selalu memunculkan hasil yang lebih besar (atau
pembagian selalu memunculkan hasil yang lebih kecil)
 Siswa mengabaikan lambang yang mengindikasi bahwa bilangan tersebut merupakan
bilangan desimal, pecahan, persen, atau bilangan negatif. Dengan demikian, 30% dianggap
sebagai 30, bilangan bulat -5 dibaca sebagai 5, atau menghilangkan simbol koma (,) seperti
contoh: 1,2 +3 = 1,5. Hal yang serupa terjadi pada operasi hitung 5 – 9 = 4 dan 1 ÷ 7 = 7 yang
merupakan jenis kesalahan pembatasan perspektif bilangan bulat.
Modelling Error (Kesalahan Pemodelan)
 Ketika guru mennggunakan tehnik pemodelan sebagai cara untuk menghubungkan
matematika dengan kehidupan sehari-hari, hal ini mewakili penggunaan matematika
yang kontekstual.
 Contoh pada kehidupan sehari-hari yaitu saat mendengarkan komentator olahraga
mengucapkan “0,32"detik ketika mengumumkan hasil finish dalam acara olahraga.
Bahasa informal yang digunakan mungkin memaknai “0,32“ sebagai 32 dalam
ratusan. Namun hal ini lebih parah lagi ketika siswa berhadapan dengan desimal yang
panjangnya berbeda, misal “0,5“ dan ”0,32”, siswa akan mengalami miskonsepsi
bahwa 0,5 pasti lebih kecil dari 0,32.
 Contoh lain:
Prototyping Error (Kesalahan Contoh Baku
 Ketika siswa mempelajari suatu hal, siswa cenderung tidak mempelajarinya tidak
secara matematis. Hal ini tampak dari perkembangan pengerjaan dari konsep
yang lebih bersifat baku. Dengan menggunakan contoh baku untuk sebuah
konsep yang kita anggap sebagai tipe contoh satu-satunya.
 Dari sebuah eksperimen, siswa mengikuti segala hal yang dipaparkan atau
dikemukakan oleh guru. Mintalah siswa anda membayangkan sebuah segi
empat. Tanynakan seperti apa bentunya? Apakah segi empat itu diletakkan
mendatar dengan sisi panjang yang sejajar horizontal? Apakah tingginya
setengah dari sisi panjang atau justru tingginya tiga kali lebih panjang dari sisi
panjangnya?
 Pada kelas tinggi, ditemukan bahwa hanya satu atau dua dari Gambar 3 yang
dianggap sebagai persegi. Berpikir secara baku ini tidak mencakup bujur sangkar
sebagai contoh dari persegi.
Prototyping Error (Kesalahan Contoh Baku)
Kesalahan lazim lainnya yaitu dalam membaca skala (lihat gambar 4), siswa
membacanya 2,2 bukan 2,4. Umumnya siswa akan menganggap satu skala sebagai 1,
sehingga sangat jarang siswa yang menganggap satu skala mewakili 2 atau 4 satuan.
Oleh karena itu siswa cenderung menyalahartikan. Pada kasus seperti ini, siswa
harus mencoba mengukur dengan skala berbeda, sehingga mereka mengetahui
kesalahan mereka dan menghitung ulang dengan cara mencoba dan mengubah
basisnya.
Prototyping Error (Kesalahan Contoh Baku)
Kesalahan contoh baku juga ditemukan dalam konsep bangun datar dan
bangun ruang pada permasalahan pencerminan atau transformasi, yang terjadi
ketika siswa menggunakan contoh baku pencerminan (atau titik pusat pada sumbu
putar). Pada contoh baku biasanya menggunakan cermin sejajar sumbu vertikal atau
horizontal, dan jika disajikan cermin dalam posisi diagonal maka bayangan dalam
cermin bukan merupakan hasil pencerminannya.
Process Object Error (Kesalahan mengolah objek)
Masalah siswa yang paling awal dijumpai ketika mengenal bilangan, yaitu saat
siswa menjawab pertanyaan misalnya „ada berapa banyak kancing?" yang diajukan
oleh guru, jawabannya yaitu bilangan terakhir yang diucapkan saat siswa
membilang banyaknya kancing yang disediakan oleh guru, seperti 1, 2, 3, 4,….8.
Ketika ditanya kembali „ada berapa banyak kancing?" siswa mungkin berpikir untuk
menjumlahkan kancing yang disediakan oleh guru. Dengan demikian, kata kunci
„ada berapa banyak….." merupakan petunjuk untuk menjumlahkan. Namun proses
menjumlahkan ini belum disadari sebagai bentuk objek yang terdiri dari 8 kancing.
Kebanyakan hasilnya diperoleh dengan cara membilang sejumlah kancing tersebut.
Belajar matematika melibatkan banyak pengolahan antar objek dan kesalahan
pada pembelajaran seringkali dianggap sebagai kesalahan siswa saat menyelesaikan
pengolahan objek „pemisalan". Siswa menganggap bahwa 548 menupakan jawaban
dari penjumlahan µ – 1452 = 2000. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa
terhadap soal tidak memadai, terutama pada simbol sama dengan (=). Siswa
pertama-tama memahami tanda sama dengan, sebagai instruksi untuk
menghasilkan bilangan melalui proses aritmatik, contoh: 3 + 5 = ? Proses yang
terjadi saat siswa melihat tanda sama dengan, yaitu memproses 3 ditambahkan
dengan 5 menghasilkan 8. Lambang sama dengan seharusnya dimaknai sebagai
„setara dengan" atau „adalah sama dengan". Sehingga 8 setara dengan 3 ditambah 5.
Pada konteks pengukuran panjang, siswa mungkin kesulitan mengidentifikasi
hubungan antara label bilangan dengan cara mengukur yang digunakan. Dengan
demikian, label 5 pada penggaris menunjukkan adanya 5 unit panjang (misal,
sentimeter) yang diukur mencapai label 5, jika diukur dari label nol pada penggaris.
Jelaskan pada siswa bahwa 5 unit tersebut adalah interval diantara angka-angka
pada penggaris yang sebenarnya terdapat enam angka yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5.
Penjelasan tentang hubungan interval ini mungkin dapat menjelaskan banyaknya
kesalahan dalam operasi hitung meskipun masih menggunakan proses penjumlahan
pada garis bilangan. Siswa mungkin menjawab 18 – 14 = 15 dengan cara
menghitung mundur angka 18, 17, 16, 15, atau menghitung pada garis bilangan
tanpa melihat interval diantara bilangan tersebut.
Process Object Error (Kesalahan mengolah objek)
Aktivitas
Carilah contoh miskonsepsi pembelajaran matematika di
SD lainnya (minimal 3 miskonsepsi) beserta cara mengatasi
miskonsepsi tersebut dengan benar!

More Related Content

Similar to 1. Kontrak Perkuliahan & Miskonsepsi Pemb Mtk di SD-Kondas Mtk.pptx

Outline penerapan model pembelajaran matematika realistik
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistikOutline penerapan model pembelajaran matematika realistik
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistik
Aby Nonsense
 

Similar to 1. Kontrak Perkuliahan & Miskonsepsi Pemb Mtk di SD-Kondas Mtk.pptx (20)

Onday
OndayOnday
Onday
 
Ptk ilham dani,s.pd sma n 18 tebo
Ptk ilham dani,s.pd sma n 18  teboPtk ilham dani,s.pd sma n 18  tebo
Ptk ilham dani,s.pd sma n 18 tebo
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
 
PPT -MODUL 4 KB 3 pembelajaran mtk sd.pptx
PPT -MODUL 4 KB 3 pembelajaran mtk sd.pptxPPT -MODUL 4 KB 3 pembelajaran mtk sd.pptx
PPT -MODUL 4 KB 3 pembelajaran mtk sd.pptx
 
Tajuk 1 pengenalan
Tajuk 1 pengenalanTajuk 1 pengenalan
Tajuk 1 pengenalan
 
Slaid slot 1
Slaid slot 1Slaid slot 1
Slaid slot 1
 
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistik
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistikOutline penerapan model pembelajaran matematika realistik
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistik
 
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
 
Penalaran Matematika
Penalaran MatematikaPenalaran Matematika
Penalaran Matematika
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F - [modulguruku.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F - [modulguruku.com]Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F - [modulguruku.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F - [modulguruku.com]
 
Modul Persamaan Kuadrat 2
Modul Persamaan Kuadrat 2Modul Persamaan Kuadrat 2
Modul Persamaan Kuadrat 2
 
Tugas pembelajaran matermatika
Tugas pembelajaran matermatikaTugas pembelajaran matermatika
Tugas pembelajaran matermatika
 
Standar Kompetensi dan Daftar Pertanyaan
Standar Kompetensi dan Daftar PertanyaanStandar Kompetensi dan Daftar Pertanyaan
Standar Kompetensi dan Daftar Pertanyaan
 
Modul e book wenni mts-muh 1 bjm
Modul e book wenni mts-muh 1 bjmModul e book wenni mts-muh 1 bjm
Modul e book wenni mts-muh 1 bjm
 
Modul e book bilangan bulat wenni m ts-muh 1 bjm
Modul e book bilangan bulat wenni m ts-muh 1 bjmModul e book bilangan bulat wenni m ts-muh 1 bjm
Modul e book bilangan bulat wenni m ts-muh 1 bjm
 
Rpp ke1
Rpp ke1Rpp ke1
Rpp ke1
 
Aplikom_Unsri_Orizazatifa_Word_Abstrak_Tabel&Grafik
Aplikom_Unsri_Orizazatifa_Word_Abstrak_Tabel&GrafikAplikom_Unsri_Orizazatifa_Word_Abstrak_Tabel&Grafik
Aplikom_Unsri_Orizazatifa_Word_Abstrak_Tabel&Grafik
 
Aplikom_Unsri_Orizazatifa_Word_Abstrak_Tabel&Grafik
Aplikom_Unsri_Orizazatifa_Word_Abstrak_Tabel&GrafikAplikom_Unsri_Orizazatifa_Word_Abstrak_Tabel&Grafik
Aplikom_Unsri_Orizazatifa_Word_Abstrak_Tabel&Grafik
 
UAS EVALUASI.pptx
UAS EVALUASI.pptxUAS EVALUASI.pptx
UAS EVALUASI.pptx
 
Aproksimasi
AproksimasiAproksimasi
Aproksimasi
 

Recently uploaded

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Recently uploaded (20)

PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 

1. Kontrak Perkuliahan & Miskonsepsi Pemb Mtk di SD-Kondas Mtk.pptx

  • 1. Konsep Dasar Matematika RENCANA PERKULIAHAN Mey Prihandani Wulandari, M.Pd. 085785789500 meyprihandani13@gmail.com
  • 2. Deskripsi Singkat Mata Kuliah Mata kuliah ini mengkaji tentang konsep bilangan real; himpunan; persamaan dan pertidaksamaan linear, persamaan kuadrat, trigonometri, matriks, turunan dan integral Capaian Pembelajaran Mata Kuliah 1. Mampu menerapkan konsep bilangan real dalam penyelesaian permasalahan sehari-hari. 2. Mampu menerapkan konsep himpunan dalam penyelesaian permasalahan sehari-hari. 3. Mampu menganalisis penyelesaian permasalahan sehari-hari dengan menggunakan konsep persamaan linear. 4. Mampu menganalisis penyelesaian permasalahan sehari-hari dengan menggunakan konsep pertidaksamaan linear. 5. Mampu menganalisis penyelesaian permasalahan sehari-hari dengan menggunakan konsep persamaan kuadrat. 6. Mampu menganalisis penyelesaian permasalahan sehari-hari dengan menggunakan konsep trigonometri. 7. Mampu mengoperasikan data menggunakan konsep matriks. 8. Mampu membuktikan hubungan turunan dan integral.
  • 3. MATERI PERTEMUAN Kontrak perkuliahan dan Miskonsepsi dalam Matematika 1 Konsep Himpunan, Logika dan Penalaran Dalam Matematika 2-3 Persamaan dan Pertidaksamaan, Fungsi, dan Grafik Fungsi Linear 4-5 Persamaan, Fungsi, dan Grafik Fungsi kuadrat 6-7 UTS 8 Trigonometri (Sudut, aturan sin, aturan cos, dan jumlah sudut) 9-11 Matriks 12-13 Turunan dan Integral 14-15 UAS Rencana Perkuliahan
  • 4. Miskonsepsi dalam Matematika SD Konsep Dasar Matematika Mey Prihandani Wulandari, M.Pd. 085785789500 meyprihandani13@gmail.com
  • 5. Pengertian Miskonsepsi  Satu masalah pokok yang sangat serius mengenai sulitnya belajar matematika yaitu miskonsepsi siswa yang telah diperoleh dari pengalaman siswa sebelumnya mungkin masih tidak cukup,atau siswa tidak mengingatnya dengan baik.  Dikutip dari Oxford Learner‟s Pocket Dictionary edisi keempat: “Misconception (about) belief or idea that is not based on correct information.” Miskonsepsi mencakup pemahaman atau pemikiran yang tidak berlandaskan pada informasi yang tepat.  Miskonsepsi adalah kesalahan pemahaman terhadap suatu konsep. Miskonsepsi matematika perlu diminimalisir karena sebagian besar konsep matematika saling berkaitan.  Keabsahan suatu informasi merujuk pada sumber yang tepat serta disertai bukti-bukti yang otentik. Mengubah kerangka kerja siswa merupakan kunci tercapainya tujuan untuk memperbaiki miskonsepsi matematika
  • 6. Bentuk Miskonsepsi di SD 1. Prakonsepsi 2. Undergeneralization 3. Overgeneralization 4. Modelling Error (Kesalahan Pemodelan) 5. Prototyping Error (Kesalahan Contoh Baku) 6. Process Object Error (Kesalahan mengolah objek)
  • 7. Prakonsepsi Konseptualisasi adalah proses pembelajaran yang mengasimilasi pengalaman baru ke dalam struktur yang memperluas skemata kognitif dan skemata konseptual.
  • 8.
  • 9. Undergeneralization  Undergeneralization dinyatakan dalam pemahaman yang terbatas dan kemampuan terbatas untuk menerapkan konsep-konsep. Pemahaman yang terbatas ini, menjelaskan berbagai keadaan mengenai pengetahuan siswa pada saat seluruh ide-ide matematika berkembang.  Beberapa ujian/tes dapat menggambarkan bagaimana pemahaman yang terbatas tersebut merusak konsepsi kunci-kunci gagasan matematika.  Sebagai contoh, seorang siswa dengan pemahaman terbatas mengenai bilangan rasional mungkin tidak beranggapan 6:7 sama dengan 6/7 karena bentuk yang dikembangkan dalam konteks belajar tentang rasio sedangkan pembelajaran yang terakhir ia pahami yaitu tentang konteks pembagian (operasi hitung). Seorang siswa mungkin tidak memahami 3/4 sebagai hubungan keseluruhan-keseluruhan atau sebagian-sebagian, karena siswa memahami rasio hanya sebagai hubungan bagian-keseluruhan.  Contoh lain, Siswa tidak dapat melakukan operasi hitung pada bilangan yang tidak diketahui/dirahasiakan, siswa tidak dapat mengenali bagian-bagian tertentu dalam bentuk umum dan tidak dapat menerapkan bentuk umum untuk kasus tertentu. Sebagai contoh, siswa tersebut tidak dapat memahami persamaan seperti "2x + 3 = 8 - x" karena "2x + 3" tidak membentuk "8 - x."
  • 10. Overgeneralization  Kesalahan interpretasi menyebabkan pemahaman yang keliru namun berbeda-beda cara, seperti pada kasus overgeneralization dan penerapan konsep yang kurang dipahami dan aturan yang mereka anggap tidak relevan.  Overgeneralization muncul ketika siswa mengerjakan operasi pengurangan bilangan yang memiliki dua digit dengan cara mengurangi bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang lebih besar (contoh: 32 – 17 = 25).  Pemahaman siswa bahwa perkalian selalu memunculkan hasil yang lebih besar (atau pembagian selalu memunculkan hasil yang lebih kecil)  Siswa mengabaikan lambang yang mengindikasi bahwa bilangan tersebut merupakan bilangan desimal, pecahan, persen, atau bilangan negatif. Dengan demikian, 30% dianggap sebagai 30, bilangan bulat -5 dibaca sebagai 5, atau menghilangkan simbol koma (,) seperti contoh: 1,2 +3 = 1,5. Hal yang serupa terjadi pada operasi hitung 5 – 9 = 4 dan 1 ÷ 7 = 7 yang merupakan jenis kesalahan pembatasan perspektif bilangan bulat.
  • 11. Modelling Error (Kesalahan Pemodelan)  Ketika guru mennggunakan tehnik pemodelan sebagai cara untuk menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, hal ini mewakili penggunaan matematika yang kontekstual.  Contoh pada kehidupan sehari-hari yaitu saat mendengarkan komentator olahraga mengucapkan “0,32"detik ketika mengumumkan hasil finish dalam acara olahraga. Bahasa informal yang digunakan mungkin memaknai “0,32“ sebagai 32 dalam ratusan. Namun hal ini lebih parah lagi ketika siswa berhadapan dengan desimal yang panjangnya berbeda, misal “0,5“ dan ”0,32”, siswa akan mengalami miskonsepsi bahwa 0,5 pasti lebih kecil dari 0,32.  Contoh lain:
  • 12. Prototyping Error (Kesalahan Contoh Baku  Ketika siswa mempelajari suatu hal, siswa cenderung tidak mempelajarinya tidak secara matematis. Hal ini tampak dari perkembangan pengerjaan dari konsep yang lebih bersifat baku. Dengan menggunakan contoh baku untuk sebuah konsep yang kita anggap sebagai tipe contoh satu-satunya.  Dari sebuah eksperimen, siswa mengikuti segala hal yang dipaparkan atau dikemukakan oleh guru. Mintalah siswa anda membayangkan sebuah segi empat. Tanynakan seperti apa bentunya? Apakah segi empat itu diletakkan mendatar dengan sisi panjang yang sejajar horizontal? Apakah tingginya setengah dari sisi panjang atau justru tingginya tiga kali lebih panjang dari sisi panjangnya?  Pada kelas tinggi, ditemukan bahwa hanya satu atau dua dari Gambar 3 yang dianggap sebagai persegi. Berpikir secara baku ini tidak mencakup bujur sangkar sebagai contoh dari persegi.
  • 13. Prototyping Error (Kesalahan Contoh Baku) Kesalahan lazim lainnya yaitu dalam membaca skala (lihat gambar 4), siswa membacanya 2,2 bukan 2,4. Umumnya siswa akan menganggap satu skala sebagai 1, sehingga sangat jarang siswa yang menganggap satu skala mewakili 2 atau 4 satuan. Oleh karena itu siswa cenderung menyalahartikan. Pada kasus seperti ini, siswa harus mencoba mengukur dengan skala berbeda, sehingga mereka mengetahui kesalahan mereka dan menghitung ulang dengan cara mencoba dan mengubah basisnya.
  • 14. Prototyping Error (Kesalahan Contoh Baku) Kesalahan contoh baku juga ditemukan dalam konsep bangun datar dan bangun ruang pada permasalahan pencerminan atau transformasi, yang terjadi ketika siswa menggunakan contoh baku pencerminan (atau titik pusat pada sumbu putar). Pada contoh baku biasanya menggunakan cermin sejajar sumbu vertikal atau horizontal, dan jika disajikan cermin dalam posisi diagonal maka bayangan dalam cermin bukan merupakan hasil pencerminannya.
  • 15. Process Object Error (Kesalahan mengolah objek) Masalah siswa yang paling awal dijumpai ketika mengenal bilangan, yaitu saat siswa menjawab pertanyaan misalnya „ada berapa banyak kancing?" yang diajukan oleh guru, jawabannya yaitu bilangan terakhir yang diucapkan saat siswa membilang banyaknya kancing yang disediakan oleh guru, seperti 1, 2, 3, 4,….8. Ketika ditanya kembali „ada berapa banyak kancing?" siswa mungkin berpikir untuk menjumlahkan kancing yang disediakan oleh guru. Dengan demikian, kata kunci „ada berapa banyak….." merupakan petunjuk untuk menjumlahkan. Namun proses menjumlahkan ini belum disadari sebagai bentuk objek yang terdiri dari 8 kancing. Kebanyakan hasilnya diperoleh dengan cara membilang sejumlah kancing tersebut. Belajar matematika melibatkan banyak pengolahan antar objek dan kesalahan pada pembelajaran seringkali dianggap sebagai kesalahan siswa saat menyelesaikan pengolahan objek „pemisalan". Siswa menganggap bahwa 548 menupakan jawaban dari penjumlahan µ – 1452 = 2000. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap soal tidak memadai, terutama pada simbol sama dengan (=). Siswa pertama-tama memahami tanda sama dengan, sebagai instruksi untuk menghasilkan bilangan melalui proses aritmatik, contoh: 3 + 5 = ? Proses yang terjadi saat siswa melihat tanda sama dengan, yaitu memproses 3 ditambahkan dengan 5 menghasilkan 8. Lambang sama dengan seharusnya dimaknai sebagai „setara dengan" atau „adalah sama dengan". Sehingga 8 setara dengan 3 ditambah 5.
  • 16. Pada konteks pengukuran panjang, siswa mungkin kesulitan mengidentifikasi hubungan antara label bilangan dengan cara mengukur yang digunakan. Dengan demikian, label 5 pada penggaris menunjukkan adanya 5 unit panjang (misal, sentimeter) yang diukur mencapai label 5, jika diukur dari label nol pada penggaris. Jelaskan pada siswa bahwa 5 unit tersebut adalah interval diantara angka-angka pada penggaris yang sebenarnya terdapat enam angka yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5. Penjelasan tentang hubungan interval ini mungkin dapat menjelaskan banyaknya kesalahan dalam operasi hitung meskipun masih menggunakan proses penjumlahan pada garis bilangan. Siswa mungkin menjawab 18 – 14 = 15 dengan cara menghitung mundur angka 18, 17, 16, 15, atau menghitung pada garis bilangan tanpa melihat interval diantara bilangan tersebut. Process Object Error (Kesalahan mengolah objek)
  • 17. Aktivitas Carilah contoh miskonsepsi pembelajaran matematika di SD lainnya (minimal 3 miskonsepsi) beserta cara mengatasi miskonsepsi tersebut dengan benar!