SlideShare a Scribd company logo
MOCH. RAFI ZUHRI HENDITIYANA
NON REGULER - C
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Usep Saepullah, M.Ag
Pengertian Perkawinan
Perkawinan dalam hukum Islam adalah ikatan lahir batin antara pria dan
wanita untuk membentuk keluarga yang bahagia, didasarkan pada Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Perkawinan Menurut para ahli :
● Abdurrahman Al-Jaziri mengatakan bahwa perkawinan adalah suatu perjanjian suci antara seorang lakilaki
dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia. Definisi itu memperjelas pengertian bahwa
perkawinan adalah perjanjian.
● menurut Ahli Fiqih, nikah pada hakikatnya adalah akad yang diatur oleh agama untuk memberikan kepada
pria hak memiliki dan menikmati faraj dan atau seluruh tubuh wanita itu dan membentuk rumah tangga.
Tujuan Perkawinan
Berbakti kepada
Allah;
Memenuhi atau mencukupkan
kodrat hidup manusia yang telah
menjadi hukum bahwa antara
pria dan wanita saling
membutuhkan
Mempertahankan
keturunan Umat
Manusia
Mencetak Generasi
Umat beragama
Menyempurnakan
Agama
Membentuk Sebuah
Keluarga
Esensi Perkawinan ditinjau dari Perundang-undangan
Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam kaitan ini Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dan Instruksi Presiden Nomor 1
Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam yang merumuskan demikian: “Perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Definisi ini
tampak jauh lebih representatif dan lebih jelas serta tegas dibandingkan dengan definisi perkawinan
dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merumuskannya sebagai berikut: “Perkawinan menurut
hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mīṫsāqan galīḍan untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Jika kedua rumusan perkawinan dalam peraturan perundang-undangan di atas dicermati dengan
seksama, terdapat garis perbedaan yang cukup signifikan meskipun tidak bersifat konfrontatif.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud ialah:
Pertama, dalam rumusan undang-undang, tercermin keharusan ada ijab-kabul (‘aqdun nikāḥ) pada
sebuah perkawinan seperti tersurat dalam anak kalimat: “Ikatan lahir-batin”. Sedangkan Kompilasi
Hukum Islam meskipun di dalamnya di sebutkan kata “akad yang sangat kuat”, lebih mengisyaratkan
pada terjemahan kata-kata mīṫ āqan galīḍan yang terdapat sesudahnya yang tidak menggambarkan
pengertian pernikahan, akan tetapi lebih menunjukkan kepada sebutan atau julukan lain dari
sebutan akad nikah
Esensi Perkawinan ditinjau dari Perundang-undangan
Kedua, kata-kata: “antara seorang pria dengan seorang wanita”, menafikan kemungkinan
ada perkawinan antara sesama pria (gay) atau antara sesama wanita (lesbian) di negara
hukum Indonesia, seperti yang terjadi di beberapa negara lain beberapa tahun terakhir
ini. Di antaranya ialah Negara Belanda, Belgia, dan sebagian Negara bagian Canada.
Sedangkan KHI sama sekali tidak menyebutkan dua pihak yang berakad ini sungguhpun
dapat diyakini bahwa KHI sangat mendukung peniadaan kemungkinan menikah antara
sesama jenis yang dilarang oleh UndangUndang Perkawinan.
Sedangkan KHI sama sekali tidak menyebutkan dua pihak yang berakad ini dapat
diyakini bahwa KHI sangat mendukung peniadaan kemungkinan menikah antara sesama
jenis yang dilarang oleh Undang Undang Perkawinan.
Esensi Perkawinan ditinjau dari Perundang-undangan
Ketiga, Undang-Undang Perkawinan menyebutkan tujuan perkawinan yakni
“membentuk keluarga (rumahtangga) bahagia dan kekal”, sementara KHI yang memuat
tujuan perkawinan secara tersendiri dalam pasal 3 lebih menginformasikan nilai-nilai
ritual dari perkawinan seperti terdapat dalam kalimat: “untuk mentaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah”.
Bagi umat Islam, perkawinan tidak hanya dianggap sakral, tetapi juga bermakna ibadah,
karena kehidupan berkeluarga, selain melestarikan kelangsungan hidup anak manusia,
juga menjamin stabilitas social dan eksistensi yang bermartabat bagi laki-laki dan
perempuan. Perkawinan mempunyai tujuan yang agung dan motif yang mulia, karena
perkawinan merupakan tempat persemian cinta, kasih sayang serta hubungan timbal
balik yang mesra antara suami dan istri. Namun dalam prakteknya, hubungan suami istri
seringkali diwarnai berbagai konflik, perselisihan, kekerasan dan dominasi suami
terhadap istri sehingga pada akhirnya perkawiann menjadi penjara atau belenggu bagi
kebebasan perempuan.
Landasan Pokok Perkawinan
Dalam at-Tanzīl al-Ḥakīm, perkawinan disebutkan dalam dua landasan pokok. Pertama
adalah hubungan seksual (miḥwār al-‘alaqah al-jinsiyyah) seperti dalam firman Allah:
َ‫ن‬ ۡ
‫و‬ُ‫ظ‬ِ‫ف‬ ٰ‫ح‬ ۡ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫ج‬ ۡ
‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ِ‫ل‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ن‬ۡ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ال‬ َ‫و‬
٥
ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫ا‬َ‫ف‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬ۡ‫ي‬َ‫ا‬ ۡ
‫ت‬َ‫ك‬‫ـ‬َ‫ل‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ ۡ
‫و‬َ‫ا‬ ۡ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫اج‬ َ‫و‬ ۡ
‫ز‬َ‫ا‬ ‫ى‬ٰٰٓ‫ل‬َ‫ع‬ َّ
‫َّل‬ِ‫ا‬
َ‫ن‬ۡ‫ي‬ِ‫م‬ ۡ
‫و‬ُ‫ل‬َ‫م‬ ُ‫ر‬ۡ‫َي‬َ ۡ‫م‬
٦
َ‫ن‬ ۡ
‫ُو‬‫د‬ٰ‫ع‬ۡ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِٕ‫ٮ‬ٰٰٓ‫ول‬ُ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ ٰ‫ذ‬ َ‫ء‬ٰٓ‫ا‬َ‫ر‬ َ‫و‬ ‫ى‬ٰ‫غ‬َ‫ت‬ۡ‫اب‬ ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬
٧
“…dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau
budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui
batas” (Qs. Al-Mu‟minun (23): 5-7).
Landasan Pokok Perkawinan
Kedua adalah landasan hubungan kemanusiaan dan bermasyarakat (miḥwār al-alaqah
al-insāniyyah al-ijtimā’iyyah), seperti dalam firman-Nya:
َ‫ع‬َ‫ج‬ َّ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ ْ‫ز‬َ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِّ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ُ ‫ه‬
‫ّٰللا‬ َ‫و‬
َ‫ح‬ َ‫و‬ َ‫ْن‬‫ي‬ِّ‫ن‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ ِّ‫اج‬ َ‫و‬ ْ‫ز‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬
ً‫ة‬َ‫د‬َ‫ف‬
ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ق‬ َ‫ز‬ َ‫ر‬ َّ‫و‬
ِّ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫ي‬ ِّ‫ل‬ِّ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ِّ‫ب‬َ‫ف‬َ‫ا‬ ِِّۗ‫ت‬ٰ‫ب‬ِّ‫ي‬َّ‫الط‬ َ‫ن‬ِّ‫م‬
ْ‫م‬ُ‫ه‬ ِّ ‫ه‬
‫ّٰللا‬ ِّ‫ت‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِّ‫ن‬ِّ‫ب‬ َ‫و‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬
َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ْ‫ك‬َ‫ي‬
‫۝‬
٧٢
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu” (Qs. An-Nahl [16]:
72).
Landasan Pokok Perkawinan
Hukum taklifi untuk perkawinan disebut oleh beberapa ulama dengan istilah „sifat yang
disyariatkan dalam sebuah perkawinan‟. Sifat tersebut berbeda-beda sesuai dengan
kondisi seseorang, yaitu dilihat dari sisi kemampuannya dalam menunaikan
kewajibannya dan dari sisi rasa takut akanterjerumus pada jurang kemaksiatan. Untuk
itu, hukum perkawinan bagi seorang mukalaf itu ada empat macam.
Pertama, wajib. Apabila seorang mukalaf yakin, bahwa ia akan terjerumus pada
perbuatan zina jika ia tidak menikah, sedangakn di sisi lain ia memiliki kemampuan
member nafkah dan takkan menzalimi istrinya kelak. Pada kondisi seperti ini,
perkawinan menajdi fardhu, karena zina itu haram. Sebab, zina tidak dapat dihindari,
kecuali dengan perkawinan maka kaidah syariat menyatakan, bahwa “segala sesuatu
yang dapat mendukung seseorang untuk dapat meninggalkan yang haram hukumnya
adalah wajib”.
Landasan Pokok Perkawinan
Kedua, haram. Apabila seorang mukalaf tersebut tidak mampu memberi nafkah dan
pasti berlaku zalim kepada istrinya kelak. Karena, perkawinan hanya akan menjadi jalan
menuju sesuatu yang haram. Segala sesuatu yang di tetapkan untuk menjaga keharaman
maka ia menjadi haram, tapi keharamannya itu berlaku pada yang lain, bukan pada dzat
perkawinan itu sendiri.
Ketiga, makruh. Apabila seorang mukalaf lebih mengira bahwa dirinya akan berlaku
zalim apabila ia menikah.
Keempat, sunah apabila orang mukalaf itu normal keadaannya, yaitu tidak takut berzina
apabila tidak menikah dan tidak takut berbuat zalim
Perkawinan Dalam Hukum Adat
Menurut hukum adat pada umumnya di Indonesia perkawinan itu bukan saja berarti
sebagai “perikatan perdata”, tetapi juga merupakan “perikatan adat‟ dan sekaligus
merupakan “perikatan kekerabatan ketetanggaan‟. Jadi terjadinya suatu ikatan
perkawinan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan-hubungan
keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami istri, harta bersama, kedudukan anak, hak
dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan-nubungan adat istiadat
kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan serta menyangkut upacara-
upacara adat dan keagamaan. Begitu juga menyangkut kewajiban mentaati perintah dan
larangan keagamaan, baik dalam hubungan manusia dengan dengan tuhannya (ibadah)
maupun hubungan manusia sesama manusia (mu‟amalah) dalam pergaulan hidup agar
selamat di dunia dan selamat di akhirat.
Perkawinan Dalam Hukum Adat
Minangkabau
“perkawinan semanda” di mana pelamaran dilakukan
oleh pihak wanita kepada pihak pria dan setelah
perkawinan suami mengikuti tempat kedudukan dan
kediaman istri,
Jawa
pelamaran dilakukan oleh pihak
pria dan setelah perkawinan kedua suami
istri bebas menentukan tempat kedudukan
dan kediaman mereka,
menurut kehendak mereka
Batak – Lampung - Bali
perkawinan itu dapat berbentuk dan bersistem
“perkawinan jujur” di mana pelamaran dilakukan
oleh pihak pria kepada pihak wanita dan setelah
perkawinan istri mengikuti tempat kedudukan
dan kediaman suami
Kesimpulan
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hakikat perkawinan bukan sekedar ikatan
formal belaka, tetapi juga bermakna ibadah, karena untuk memenuhi tuntutan hajat
tabiat kemanusiaan dalam kehidupan berkeluarga, selain melestarikan kelangsungan
hidup anak manusia, juga menjamin stabilitas sosial dan eksistensi yang bermartabat
bagi laki-laki dan perempuan. Perkawinan mempunyai tujuan yang agung dan motif
yang mulia, karena perkawinan merupakan tempat persemian cinta, kasih sayang, untuk
memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat serta hubungan timbal balik yang
mesra antara suami dan istri.
Dalam hukum adat pada umumnya di Indonesia perkawinan itu bukan saja berarti
sebagai “perikatan perdata‟, tetapi juga merupakan “perikatan adat‟ dan sekaligus
merupakan “perikatan kekerabatan ketetanggaan‟. Jadi terjadinya suatu ikatan
perkawinan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan-hubungan
keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami istri, harta bersama, kedudukan anak, hak
dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan-nubungan adat istiadat
kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan serta menyangkut upacara-
upacara adat dan keagamaan.
_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx

More Related Content

Similar to _Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx

Tujuan dan hikmah pernikahan 2
Tujuan dan hikmah pernikahan  2Tujuan dan hikmah pernikahan  2
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
Arya D Ningrat
 
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptxPPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
ZidanKirii
 
Ketentuan Perkawinan.pptx
Ketentuan Perkawinan.pptxKetentuan Perkawinan.pptx
Ketentuan Perkawinan.pptx
MuhammadFahreziHarjo
 
Pernikahan tekpen
Pernikahan tekpenPernikahan tekpen
Pernikahan tekpen
ikafia maulidia
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
heckaathaya
 
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptxHUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
nuradam15
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifRizki Gumilar
 
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agamaPedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama
pjj_kemenkes
 
Keperawatan agama modul 3 kb2
Keperawatan agama modul 3 kb2Keperawatan agama modul 3 kb2
Keperawatan agama modul 3 kb2
Anton Saja
 
Ketentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluargaKetentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluargaYulia Fauzi
 
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptxMATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
YudhistiraPutra9
 
KLP 1 MUNAKAHAT.pdf
KLP 1 MUNAKAHAT.pdfKLP 1 MUNAKAHAT.pdf
KLP 1 MUNAKAHAT.pdf
AzyarSusanto1
 
Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2
tyasputri9
 
Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2
tyasputri9
 
Polambu dalam aspek agama dan budaya
Polambu dalam aspek agama dan budayaPolambu dalam aspek agama dan budaya
Polambu dalam aspek agama dan budaya
Operator Warnet Vast Raha
 
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3NPROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
ARZEN MUTAKIN
 
Munakahat kelompok 7
Munakahat   kelompok 7Munakahat   kelompok 7
Munakahat kelompok 7
Mai Hasibuan
 
Fiqih III
Fiqih IIIFiqih III
Fiqih III
ikmalabas
 

Similar to _Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx (20)

Tujuan dan hikmah pernikahan 2
Tujuan dan hikmah pernikahan  2Tujuan dan hikmah pernikahan  2
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
 
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptxPPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
 
Ketentuan Perkawinan.pptx
Ketentuan Perkawinan.pptxKetentuan Perkawinan.pptx
Ketentuan Perkawinan.pptx
 
Pernikahan tekpen
Pernikahan tekpenPernikahan tekpen
Pernikahan tekpen
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
 
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptxHUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
 
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agamaPedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama
 
Keperawatan agama modul 3 kb2
Keperawatan agama modul 3 kb2Keperawatan agama modul 3 kb2
Keperawatan agama modul 3 kb2
 
Ketentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluargaKetentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluarga
 
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptxMATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
 
KLP 1 MUNAKAHAT.pdf
KLP 1 MUNAKAHAT.pdfKLP 1 MUNAKAHAT.pdf
KLP 1 MUNAKAHAT.pdf
 
Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2
 
Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2
 
Polambu dalam aspek agama dan budaya
Polambu dalam aspek agama dan budayaPolambu dalam aspek agama dan budaya
Polambu dalam aspek agama dan budaya
 
Makalah polambu123
Makalah polambu123Makalah polambu123
Makalah polambu123
 
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3NPROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
 
Pernikahan
PernikahanPernikahan
Pernikahan
 
Munakahat kelompok 7
Munakahat   kelompok 7Munakahat   kelompok 7
Munakahat kelompok 7
 
Fiqih III
Fiqih IIIFiqih III
Fiqih III
 

Recently uploaded

Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
muhammadmasyhuri9
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
AhmadBarkah2
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
indrawatiahmad62
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
SriayuAnisaToip
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
repyjayanti
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
LabibAqilFawaizElB
 

Recently uploaded (20)

Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 

_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx

  • 1. MOCH. RAFI ZUHRI HENDITIYANA NON REGULER - C Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Usep Saepullah, M.Ag
  • 2. Pengertian Perkawinan Perkawinan dalam hukum Islam adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita untuk membentuk keluarga yang bahagia, didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan Menurut para ahli : ● Abdurrahman Al-Jaziri mengatakan bahwa perkawinan adalah suatu perjanjian suci antara seorang lakilaki dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia. Definisi itu memperjelas pengertian bahwa perkawinan adalah perjanjian. ● menurut Ahli Fiqih, nikah pada hakikatnya adalah akad yang diatur oleh agama untuk memberikan kepada pria hak memiliki dan menikmati faraj dan atau seluruh tubuh wanita itu dan membentuk rumah tangga.
  • 3. Tujuan Perkawinan Berbakti kepada Allah; Memenuhi atau mencukupkan kodrat hidup manusia yang telah menjadi hukum bahwa antara pria dan wanita saling membutuhkan Mempertahankan keturunan Umat Manusia Mencetak Generasi Umat beragama Menyempurnakan Agama Membentuk Sebuah Keluarga
  • 4. Esensi Perkawinan ditinjau dari Perundang-undangan Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam kaitan ini Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam yang merumuskan demikian: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Definisi ini tampak jauh lebih representatif dan lebih jelas serta tegas dibandingkan dengan definisi perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merumuskannya sebagai berikut: “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mīṫsāqan galīḍan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Jika kedua rumusan perkawinan dalam peraturan perundang-undangan di atas dicermati dengan seksama, terdapat garis perbedaan yang cukup signifikan meskipun tidak bersifat konfrontatif. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud ialah: Pertama, dalam rumusan undang-undang, tercermin keharusan ada ijab-kabul (‘aqdun nikāḥ) pada sebuah perkawinan seperti tersurat dalam anak kalimat: “Ikatan lahir-batin”. Sedangkan Kompilasi Hukum Islam meskipun di dalamnya di sebutkan kata “akad yang sangat kuat”, lebih mengisyaratkan pada terjemahan kata-kata mīṫ āqan galīḍan yang terdapat sesudahnya yang tidak menggambarkan pengertian pernikahan, akan tetapi lebih menunjukkan kepada sebutan atau julukan lain dari sebutan akad nikah
  • 5. Esensi Perkawinan ditinjau dari Perundang-undangan Kedua, kata-kata: “antara seorang pria dengan seorang wanita”, menafikan kemungkinan ada perkawinan antara sesama pria (gay) atau antara sesama wanita (lesbian) di negara hukum Indonesia, seperti yang terjadi di beberapa negara lain beberapa tahun terakhir ini. Di antaranya ialah Negara Belanda, Belgia, dan sebagian Negara bagian Canada. Sedangkan KHI sama sekali tidak menyebutkan dua pihak yang berakad ini sungguhpun dapat diyakini bahwa KHI sangat mendukung peniadaan kemungkinan menikah antara sesama jenis yang dilarang oleh UndangUndang Perkawinan. Sedangkan KHI sama sekali tidak menyebutkan dua pihak yang berakad ini dapat diyakini bahwa KHI sangat mendukung peniadaan kemungkinan menikah antara sesama jenis yang dilarang oleh Undang Undang Perkawinan.
  • 6. Esensi Perkawinan ditinjau dari Perundang-undangan Ketiga, Undang-Undang Perkawinan menyebutkan tujuan perkawinan yakni “membentuk keluarga (rumahtangga) bahagia dan kekal”, sementara KHI yang memuat tujuan perkawinan secara tersendiri dalam pasal 3 lebih menginformasikan nilai-nilai ritual dari perkawinan seperti terdapat dalam kalimat: “untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”. Bagi umat Islam, perkawinan tidak hanya dianggap sakral, tetapi juga bermakna ibadah, karena kehidupan berkeluarga, selain melestarikan kelangsungan hidup anak manusia, juga menjamin stabilitas social dan eksistensi yang bermartabat bagi laki-laki dan perempuan. Perkawinan mempunyai tujuan yang agung dan motif yang mulia, karena perkawinan merupakan tempat persemian cinta, kasih sayang serta hubungan timbal balik yang mesra antara suami dan istri. Namun dalam prakteknya, hubungan suami istri seringkali diwarnai berbagai konflik, perselisihan, kekerasan dan dominasi suami terhadap istri sehingga pada akhirnya perkawiann menjadi penjara atau belenggu bagi kebebasan perempuan.
  • 7. Landasan Pokok Perkawinan Dalam at-Tanzīl al-Ḥakīm, perkawinan disebutkan dalam dua landasan pokok. Pertama adalah hubungan seksual (miḥwār al-‘alaqah al-jinsiyyah) seperti dalam firman Allah: َ‫ن‬ ۡ ‫و‬ُ‫ظ‬ِ‫ف‬ ٰ‫ح‬ ۡ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫ج‬ ۡ ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ِ‫ل‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ن‬ۡ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ال‬ َ‫و‬ ٥ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫ا‬َ‫ف‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬ۡ‫ي‬َ‫ا‬ ۡ ‫ت‬َ‫ك‬‫ـ‬َ‫ل‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ ۡ ‫و‬َ‫ا‬ ۡ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫اج‬ َ‫و‬ ۡ ‫ز‬َ‫ا‬ ‫ى‬ٰٰٓ‫ل‬َ‫ع‬ َّ ‫َّل‬ِ‫ا‬ َ‫ن‬ۡ‫ي‬ِ‫م‬ ۡ ‫و‬ُ‫ل‬َ‫م‬ ُ‫ر‬ۡ‫َي‬َ ۡ‫م‬ ٦ َ‫ن‬ ۡ ‫ُو‬‫د‬ٰ‫ع‬ۡ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِٕ‫ٮ‬ٰٰٓ‫ول‬ُ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ ٰ‫ذ‬ َ‫ء‬ٰٓ‫ا‬َ‫ر‬ َ‫و‬ ‫ى‬ٰ‫غ‬َ‫ت‬ۡ‫اب‬ ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ٧ “…dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas” (Qs. Al-Mu‟minun (23): 5-7).
  • 8. Landasan Pokok Perkawinan Kedua adalah landasan hubungan kemanusiaan dan bermasyarakat (miḥwār al-alaqah al-insāniyyah al-ijtimā’iyyah), seperti dalam firman-Nya: َ‫ع‬َ‫ج‬ َّ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ ْ‫ز‬َ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِّ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ُ ‫ه‬ ‫ّٰللا‬ َ‫و‬ َ‫ح‬ َ‫و‬ َ‫ْن‬‫ي‬ِّ‫ن‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ ِّ‫اج‬ َ‫و‬ ْ‫ز‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬ ً‫ة‬َ‫د‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ق‬ َ‫ز‬ َ‫ر‬ َّ‫و‬ ِّ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫ي‬ ِّ‫ل‬ِّ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ِّ‫ب‬َ‫ف‬َ‫ا‬ ِِّۗ‫ت‬ٰ‫ب‬ِّ‫ي‬َّ‫الط‬ َ‫ن‬ِّ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ِّ ‫ه‬ ‫ّٰللا‬ ِّ‫ت‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِّ‫ن‬ِّ‫ب‬ َ‫و‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ْ‫ك‬َ‫ي‬ ‫۝‬ ٧٢ “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu” (Qs. An-Nahl [16]: 72).
  • 9. Landasan Pokok Perkawinan Hukum taklifi untuk perkawinan disebut oleh beberapa ulama dengan istilah „sifat yang disyariatkan dalam sebuah perkawinan‟. Sifat tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi seseorang, yaitu dilihat dari sisi kemampuannya dalam menunaikan kewajibannya dan dari sisi rasa takut akanterjerumus pada jurang kemaksiatan. Untuk itu, hukum perkawinan bagi seorang mukalaf itu ada empat macam. Pertama, wajib. Apabila seorang mukalaf yakin, bahwa ia akan terjerumus pada perbuatan zina jika ia tidak menikah, sedangakn di sisi lain ia memiliki kemampuan member nafkah dan takkan menzalimi istrinya kelak. Pada kondisi seperti ini, perkawinan menajdi fardhu, karena zina itu haram. Sebab, zina tidak dapat dihindari, kecuali dengan perkawinan maka kaidah syariat menyatakan, bahwa “segala sesuatu yang dapat mendukung seseorang untuk dapat meninggalkan yang haram hukumnya adalah wajib”.
  • 10. Landasan Pokok Perkawinan Kedua, haram. Apabila seorang mukalaf tersebut tidak mampu memberi nafkah dan pasti berlaku zalim kepada istrinya kelak. Karena, perkawinan hanya akan menjadi jalan menuju sesuatu yang haram. Segala sesuatu yang di tetapkan untuk menjaga keharaman maka ia menjadi haram, tapi keharamannya itu berlaku pada yang lain, bukan pada dzat perkawinan itu sendiri. Ketiga, makruh. Apabila seorang mukalaf lebih mengira bahwa dirinya akan berlaku zalim apabila ia menikah. Keempat, sunah apabila orang mukalaf itu normal keadaannya, yaitu tidak takut berzina apabila tidak menikah dan tidak takut berbuat zalim
  • 11. Perkawinan Dalam Hukum Adat Menurut hukum adat pada umumnya di Indonesia perkawinan itu bukan saja berarti sebagai “perikatan perdata”, tetapi juga merupakan “perikatan adat‟ dan sekaligus merupakan “perikatan kekerabatan ketetanggaan‟. Jadi terjadinya suatu ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan-hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami istri, harta bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan-nubungan adat istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan serta menyangkut upacara- upacara adat dan keagamaan. Begitu juga menyangkut kewajiban mentaati perintah dan larangan keagamaan, baik dalam hubungan manusia dengan dengan tuhannya (ibadah) maupun hubungan manusia sesama manusia (mu‟amalah) dalam pergaulan hidup agar selamat di dunia dan selamat di akhirat.
  • 12. Perkawinan Dalam Hukum Adat Minangkabau “perkawinan semanda” di mana pelamaran dilakukan oleh pihak wanita kepada pihak pria dan setelah perkawinan suami mengikuti tempat kedudukan dan kediaman istri, Jawa pelamaran dilakukan oleh pihak pria dan setelah perkawinan kedua suami istri bebas menentukan tempat kedudukan dan kediaman mereka, menurut kehendak mereka Batak – Lampung - Bali perkawinan itu dapat berbentuk dan bersistem “perkawinan jujur” di mana pelamaran dilakukan oleh pihak pria kepada pihak wanita dan setelah perkawinan istri mengikuti tempat kedudukan dan kediaman suami
  • 13. Kesimpulan Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hakikat perkawinan bukan sekedar ikatan formal belaka, tetapi juga bermakna ibadah, karena untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan dalam kehidupan berkeluarga, selain melestarikan kelangsungan hidup anak manusia, juga menjamin stabilitas sosial dan eksistensi yang bermartabat bagi laki-laki dan perempuan. Perkawinan mempunyai tujuan yang agung dan motif yang mulia, karena perkawinan merupakan tempat persemian cinta, kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat serta hubungan timbal balik yang mesra antara suami dan istri. Dalam hukum adat pada umumnya di Indonesia perkawinan itu bukan saja berarti sebagai “perikatan perdata‟, tetapi juga merupakan “perikatan adat‟ dan sekaligus merupakan “perikatan kekerabatan ketetanggaan‟. Jadi terjadinya suatu ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan-hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami istri, harta bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan-nubungan adat istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan serta menyangkut upacara- upacara adat dan keagamaan.