1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ْ
ْ ِ َ َ ُْ َ ْ َ
َ ِ ِْ
ْ َ َّ َ
ْونُونَ مجْ موعٍ وما بِه التَحَقْ ¤ فَافــتَحْ وقَــل من بِكَــسره نَطــق
Fathah-kanlah…! terhadap Nun-nya Jamak Mudzakkar Salim berikut Isim yang
mulhaq kepadanya. Ada sedikit orang Arab yang berucap dengan mengkasrahkannya.
ْ ْ ْ َْ ْ
ْ ِ َ ُْ ْ َ َ َ ْ َ
ونُونُ ما ثُنِِّي والملحق بِه ¤ بِعَـــكس ذَاكَ استَعملُوهُ فَانت َِبه
ِ ْ
Adapun Nun-nya Isim yang di-tatsniyah-kan berikut mulhaqnya, mereka (orang
Arab) mengamalakannya dengan kebalikan Jamak mudzakkar salim (yakni,
Nun Tatsniyah lebih banyak diamalkan dengan harakat kasrah) maka
perhatikanlah…!
Huruf Nun ( )نyang ada pada akhir kalimah isim Jama’ Mudzakkar Salim, yang
masyhur diucapkan dengan harakat Fathah untuk semua keadaan i’rabnya.
Demikian juga di-harakat fathah, untuk Nun yang ada pada isim mulhaq jamak
mudzakkar salim. Tidaklah maksud pengharkatan huruf Nun ini sebagai tanda
i’rab, melainkan ia di-i’rab dengan huruf.
Ditemukan juga pada sebagian orang Arab (secara Syadz) meng-kasrahkan
Huruf Nun setelah Ya’ (yakni, ketika keadaan Nashab dan Jar) pada Jama’
Mudzakkar salim dan Mulhaq-nya. Sebagaimana termaktub dalam Syawahid
Syair :
Syair Bahar Wafir oleh Jarir Bin ‘Athiyyah seorang penyair dari Bani Tamim
(28 – 110 H. / 648 – 827 M.) :
َ ْ َ ِ
عَرفنَا جعفَرا ً وبَني أبِيه ¤ وأ َْنكَرنَا زعَانِف آخرين
َ َْ َْ
ِ َِ َ
Kami kenal baik dengan Ja’far dan putra-putra dari ayahnya (Bani Abi Ja’far)
…
2. dan kami mengingkari terhadap Zi’nifah-zi’nifah (bagian kolompok pengikut)
yang lain.
* Lafadz َ ِ نِْرhuruf Nun dikasrahkan bersamaan ia adalah Jamak Mudzakkar
خ خ
Salim. Nashab menjadi sifat bagi isim maf’ul .َن فناخع
ن ن
Juga Syair bahar Wafir oleh Penyair Suhaim bin Wusail Ar-Riyyahi (40 SH. –
60 H. / 583 – 680 M.)
أَكل الدَّهر حل وارتِحال ¤ أَما ي ُْبقي علَي والَ يَقينِي
ْ ِ َ َّ َ ْ ِ َ
َ ْ ٌّ ِ ِ ْ َّ ُ
apakah tetap berlangsung pada setiap masa … berdiam dan pergi ….
tidakkah masa membiarkanku menetap… dan memastikanku…. ???
وماذَا ت َْبت َِغي الشعَراء منِِّي ¤ وقَد جاوزتُ حدَّ األَربَعيْن
ِ ُ َ ُّ
َ َ
ِ ِ ْ َ َْ َ ْ َ
ooo…gerangan
apa…
mereka
para
penyair
akan
memperdayaiku
sungguh masa ini telah aku lewati selama kurun masa empat puluh tahun
* Lafadz َ ِ نَِْْرhuruf Nun dikasrahkan bersamaan ia adalah Isim Mulhaq
ر نخ خ
Jamak Mudzakkar Salim majrur menjadi mudhaf ilaih.
Tidaklah kasrah pada Nun jamak salim dan mulhaqnya tersebut merupakan
logat arab, ikhtilaf bagi mereka yang berdalih sepert itu. Adapun Huruf Nun
pada Isim Mutsanna dan Mulhaq-mulhaqnya, yang masyhur di-harkati kasrah,
sedangkan diharkati Fathah adalah merupakan logat bagi sebagian orang
arab. sebagaimana contoh syawahid syair :
Syair dalam Bahar Thawil oleh Shahabah Nabi Humaid bin Tsaur Al-Hilaliy
ra. (? – 30 H. / ? – 650 M.)
علَى أَحْوذي َّْينَ استَقَلَّتْ عشيَّةً ¤ فَما هي إِالَّ لَمحة وت َِغيْب
َ
ِ َ
َِ
ْ
ُ َ َ ْ
َ ِ َ
dengan kelincahan kedua sayapnya (si burung Qutthah) terbang melesat pada
senja
hari…
tidaklah penglihatan ini melainkan hanya sekilas kemudian ia menghilang…
3. BAB II
PEMBAHASAN
* Lafadz َننر ييَِْرَنhuruf Nun difathahkan bersamaan dengan Ya’ tanda jar
ن خ
dari Isim Mutsanna yang di-jarkan oleh huruf jar.
Bait Alfiyah di atas bukanlah maksud menghukumi jarang penggunaan harkah
Kasrah untuk Nun Jamak Mudzakkar Salim dan Harakat Fathah untuk Nun
Isim Mutsanna. Tetapi maksudnya (sebagaimana dalam kitab syarah kafiyah
as-syafiyah oleh beliau) Harakat Kasrah nun Jama’ Mudzakkar adalah Syadz,
sedangkan Harakat Fathah Isim Mutsanna adalah sebagaian Logat. Dalam hal
ini terdapat dua Qaul: 1. Fathah untuk Nun Mutsanna ketika bersama dengan
Ya’, atau 2. Fathah untuk Nun Mutsanna yang bersama Alif. Dzahirnya
perkataan Mushannif adalah untuk Qaul yang kedua, yakni Fathah Nun
Mutsanna ketika bersama dengan Alif.
Contoh penggunaan Nun yang difathahkan dalam Syawahid Syair dari
seseorang:
َ ََْ َ َْ ِ َ ِ َْ َ
أَعْرف منها الجيدَ والعينَانَا … ومنخريْن أَشبها ظبيانا
َْ ْ َ ْ ِ ْ َ ْ ِ ُ ِ
Aku
mengenalinya….
lehernya…..
kedua
matanya…..
dan kedua lubang hidung tempat ingusnya… menyerupai hidung si Dzabyan….
* Lafadz ََِْينناننhuruf Nun difathahkan bersamaan dengan tetapnya Alif bagi
ر نر
sebagian logat Arab pada Isim Mutsanna yg dinashabkan karena athaf pada isim
manshub.
Status syair diatas ada yang mengatakan mashnu’ (bukan dari bangsa arab),
tidaklah 100% bisa dijadikan sebagai syahid syair. diceritakan oleh Ibnu
Hisyam bahwa kesubhatan status Syair diatas, yaitu terkumpulnya dua logat
dalam satu bait, menetapkan Alif lafazh tatsniyah ketika nashab ( )ََِنْينناننdan
ر ر
lafadz lain menggunakan Ya’ pada (َ .) ِييِْرsedangkan imam Sibawaihi dalam
نرخ ن خ
kitabnya mengatakan bahwa periwayatan syair diatas adalah Tsiqah dapat
dipercaya.
4. َا
Rofa’-kanlah! dengan tanda Alif terhadap Isim Mutsanna, juga lafadz Kilaa
apabila tersambung langsung dengan Dhamir, dengan menjadi Mudhaf.
َ ِْ
كلتَا كذَاكَ اثْنَان واثْنَتَان ¤ كَابنَــيْن وابنَتَيْــن يَجْــريان
َ ِ
ِ َ ِ
ِ ْ َ ِ ْ
ِ
Juga (Rofa’ dg tanda Alif) lafadz Kiltaa, begitupun juga lafadz Itsnaani dan
Itsnataani sama (I’rob-nya) dengan lafadz Ibnaini dan Ibnataini keduanya
contoh yang di jar-kan.
ْ ُ ْ َ
وتَخلُف اليَا فِي جميعها األ َِلف ¤ جــــرا ونَصْـــبَا ً بَعدَ فَتْـــحٍ قَد أ ُ ِلف
ْ
َ ْ
َ ِِْ َ
ْ ْ
َ
Ya’ menggantikan Alif (tanda Rofa’) pada semua lafadz tsb (Mutsanna dan
Mulhaq-mulhaqnya) ketika Jar dan Nashab-nya, terletak setelah harakah
Fathah yang tetap dipertahankan.
Kitab Hasyiyah Al-Khudhari penjelasan Syarah Ibnu 'Aqil
Telah disebutkan sebelumnya tanda I’rab dengan huruf sebagai pengganti dari
I’rab Harakah yaitu pada Asmaus-Sittah. Selanjutnya pada Bait ini, Kiyai
Mushannif Ibnu Malik menerangkan tentang I’rab pengganti asal bagian kedua,
yaitu untuk tanda I’rob Isim Mutsanna (Kata benda dual) dan Muhaqnya (Isim
yang diserupakan Isim Tatsniyah/Mutsanna).
Definisi Isim Tatsniyah/Mutsanna dalam ilmu nahwu dan Sharaf adalah: Satu
lafazh kalimah yg menunjukkan dua buah objek, dikarenakan ada penambahan
huruf zaidah di akhirnya, dapat dibentuk mufrad/tunggal beserta dapat dipisah
dan diathafkan terdiri dari dua lafazh yang sama. Contoh Isim Tatsniyah:
زيدَان, ضَربَان, مسلمان
ِ َ ِْ ُ ِ ْ
ِ َْ
Dua Zaid, dua pukulan, dua orang Muslim.
4
macam
kategori
lafazh
kalimah
tidak
bisa
dikatakan
Isim
Tatsniyah/Mutsanna:
1. Lafazh menunjukkan dua objek, tapi bukan sebab huruf tambahan. Contoh:
َْ
شفع
5. Sepasang
2. Lafazh ada tambahan huruf zaidah semisal Isim Tatsniyah, tapi tidak
menunjukkan dua objek. Contoh:
Menunjukkan Mufrad/tunggal dari isim sifat:
َْ
ُرجْ الَنُ، رحْ مانُ، شبعَانُ، جوعَانُ، سكرانُ، نَدمان
َْ
َْ
َْ
َ َ
َ
Pejalan kaki, pengasih, yang kenyang, yang lapar, yang mabuk, tukang minum.
Menunjukkan Mufrad/tunggal dari isim alam / nama:
ُعثْمانُ، عفَّانُ، حسان
َ
َ َ
َ ُ
Utsman, ‘Affan, Hasan
Menunjukkan Jamak dari jama’ taksir:
ْ ُ
صنوان, غلمان, صردَان, رغفَان, جرذَان
ُْ
ْ ِ
َْ ِ
َ ِْ
Saudara-saudara sekandung, anak-anak muda, kumpulan burung-burung
sejenis, adonan-adonan roti/keju, kumpulan tikus-tikus.
Masing-masing ketiga jenis contoh-contoh kalimah diatas di-I’rab dengan
Harkah Zhahir pada Nun shighah bukan Nun maqom tanwin, sedangkan
Alifnya adalah Lazim pada semua I’rabnya.
3. Lafazh menunjukkan dua buah tapi tidak dapat dimufrodkan/tunggal. Contoh:
اثْنان
ِ َ
Dua
Tidak bisa dimufrodkan atau tidak bisa membuang huruf zaidah atau tidak bisa
ث
dilafalkanَ.ِ ر
4. Lafazh menunjukkan dua buah objek, ada tambahan huruf zaidah, bisa
dimufrodkan/tunggal, bisa dipisah berikut diathafkan tapi bukan terdiri dari dua
lafazh yang sama. Contoh sebagaimana orang arab mengatakan:
القَمريْن
ِ ََ
Dua planet yg menyinari bumi
Karena setelah dipisah dan di-athafkan menjadi َِْرمق اَِسنم
َر ل ن ر ن ل
اَبَويْن
ِ َ
Dua orang tua.
6. Karena setelah dipisah dan di-athafkan menjadi َِ نُ اِ ل
ل
أل
Tanda I’rob Isim Mutsanna/Tatsniyah
Tanda I’rob untuk Isim Mutsanna adalah Rofa’ dengan huruf Alif sebagai ganti
dari I’rob asal harakah Dhammah, Nashab dengan Huruf Ya’ sebagai ganti dari
Fathah juga Jar dengan huruf Ya’ sebagai ganti dari Kasroh. Contoh:
َ
قَال رجالَن منَ الَّذينَ يَخافُونَ أ َْنعَم اَّللُ علَيْهما
ِ ِ ِ ُ َ َ
َ ِ َ َّ َ
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya.
فَوجدَ فِيها رجلَيْن يَقتَتِالَن هذَا من شيعَتِه وهذَا من عدُوه
ِ ِ ِّ َ ْ ِ َ َ ِ ِ ْ ِ َ ِ ْ ِ ُ َ َ َ َ
didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang
dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum
Fir’aun).
ْ ِ
ْ
قَد كَانَ لَكم آيَة فِي فِئَتَيْن التَقَتَا
ُْ
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah
bertemu (bertempur).
Demikianlah I’rob Isim Tatsniyah menurut sebagian besar logat orang Arab.
Dan sebagian lain (logat bani Kinanah, Bani Harits bin Ka’ab, bani ‘Ambar,
bani Bakar bin Wa’il, bani Zubaid, bani Kats’am, bani Hamdan, bani ‘Udzrah)
mengamalkan Isim Mutsanna dan Mulhaqnya dengan tanda Alif secara
muthlaq; baik rofa’, nashab dan jarnya. contoh:
جاء الزيدَان كالَهما- رأَيْتُ الزيدَان كالَهما- مررتُ بِالزيدَان كالَهما
ْ َ َ َ ُ ِ ِ ْ َّ
َ ُ ِ ِ ْ َّ
َ َ ُ ِ ِ ْ َّ َ َ
Dua Zaid telah datang kedua-duanya – Aku melihat dua Zaid kedua-duanya –
Aku bertemu dengan dua Zaid kedua-duanya.
Demikian juga sebagian Qiraah membaca Inna ditasydid pada Ayat:
قَالُوا إِن هذَان لَساحران
ِ َ ِ َ ِ َ ْ
Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli
sihir…”
7. BAB III
KESIMPULAN
Isim Mutsanna/Tatsniyah di rofa’-kan dengan Alif, demikian juga Kilaa dan
Kiltaa dengan syarat mudhaf dan mudhaf ilaih-nya harus isim dhamir.
Sedangkan itsnaani dan itsnataani diberlakukan seperi Isim Mutsanna
sebagaimana Ibnaani dan ibnataani. Adapun ketika dalam keadaan Nashab atau
Jar, maka tanda irob-nya adalah Ya’ menempati tempatnya Alif ketika Rofa’.
Semua tanda irab Isim Mutsanna dan mulhaq-nya jatuh sesudah harakah Fathah,
karena fathah ini biasa berlaku untuk alif Tatsniyah. Maka tetap dipertahankan
ketika bersama dengan Ya’.
8. DAFTAR PUSTAKA
Http://ajaranislamyanghaq.wordpress.com/penghuni-ketujuh-bumi/
http://nahwusharaf.wordpress.com/2010/11/02/syawahid-syair-harakatnun-jamak-mudzakkar-salim-dan-mutsanna-%c2%bb-penjelasan-alfiyahbait-39-40/
http://nahwusharaf.wordpress.com/2010/10/13/pengertian-tandai%e2%80%99rob-isim-mutsannatatsniyah-dan-mulhaq-nya-%c2%bbalfiyah-bait-32-33-34/
9. TUGAS MAKALAH INDIVIDU
BAHASA ARAB
( MUNTSANA BI’ILLAH)
DISUSUN OLEH :
HANAPIA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SYARIF MUHAMMAD RAHA
2013 / 2014
10. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
BAB III PENUTUP................................................................................................7
2.1 Kesimpulan..................................................................................................7
2.2 Saran...........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................8
11. KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “MUNTSANA BI’ILLAH”
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau
menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Raha, November 2013
"Penulis"