Kaidah-kaidah I'lal Ilmu Shorof menjelaskan aturan-aturan dalam mengubah huruf Waw dan Ya menjadi Alif atau memindahkan harkahnya berdasarkan posisi dan huruf sebelumnya dalam kata. Terdapat 3 kaidah yang membahas tentang mengubah Waw dan Ya menjadi Alif jika berharkah sesudah Fathah, memindahkan harkahnya jika pada 'Ain fi'il dan huruf sebelumnya mati, serta mengub
1. TERJEMAH QAWA'IDUL I'LAL ILMU
SHOROF
Totoh Khoerudin 23:37 Terjemah Kitab
19 KAIDAH I'LAL ILMU SHOROF
KAIDAH KE 1
ِلآ اَتَلِدْبُأ اَمِْهيَتَمِلَك ْيِف ٍةَل ِصَّتُم ٍةَحْتَف َدْعَب ُءاَيْلا َو ُاو َوْلا ِتَكَّرَحَت اَذإَعَيَب ُهُلْصَأ َعاَبَو َنَوَص ُهُلْصَأ َانَص ُلْثِم اًف .
Apabilah ada Wawu atau Yya’ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu
kalimah, maka Wawu atau Ya’ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh َانَصasalnya
َنَوَص, dan َعاَبasalnya َعَيَب.
Praktek I’lal :
َانَصasalnya َن َوَص ikut pada wazan َلَعَف. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya
ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi َانَص.
َعاَبasalnya َعَيَبikut pada wazan َلَعَف. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada
Huruf berharkah Fathah, maka menjadi َعاَب.
اََزغasalnya َوََزغikut pada wazan َلَعَف. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada
Huruf berharkah Fathah, maka menjadi .غزا
ْىَمَرasalnya َيَمَرikut pada wazan َلَعَف. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada
Huruf berharkah Fathah, maka menjadi َيَمَ.ر (*Alif pada lafazh ْىَمَرdinamakan Alif Layyinah).
Perhatian:
1. Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya
bukan asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh َم ْوَقْلاا ُوَعَد.
2. Apabila setelah wawu atau ya’ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan sbb:
Jika Wawu atau Ya’ tsb bukan pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh di-I’lal, karena
dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: انَيَب, ْليِوَط, َقنْر ََوخ.
Jika Wawu dan Ya’ tsb berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah I’lal ini.
Contoh َن َْوشْخَيasalnya َن ُْويَشْخَي. Namun disyaratkan huruf yg mati/sukun setelah Wawu dan
Ya’ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya’ tasydid, maka yang demikian juga tidak boleh di-
I’lal. Contoh: اَيَمَ,ر يِوَلَع, ا َوََزغ.
KAIDAH KE 2
ْتَلِقُن ًاحْي ِحَص اًنِكاَس اَمُهَلْبَق اَم ََانكَو ٍفَْوجَأ ْنِم ًَةكِِّرَحَتُم اًنْيَع ُءاَيْلا َو ُاو َوْلا ِتَعَقَو اَذِإاَهَلْبَق اَم َإلى اَمُهُتَكْرَح , ُهُلْصَأ ُمْوُقَي ُْوحَن
ُمُوْقَي, ُعِيْبَي ُهُلْصَأ ُعْيِبَي.
2. Apabila wau atau ya’ berharokat berada pada ‘ain fi’il Bina’ Ajwaf dan huruf sebelumnya
terdiri dari huruf Shahih yang mati/sukun, maka harakat wawu atau ya’ tsb harus
dipindah pada huruf sebelumnya. Contoh: ُمْوُقَيasalnya ُمُوْقَيdan ُعْيِبَيasalnya َيُعِيْب .
Praktek I’lal:
ُمْوُقَي
ُم ْوُقَي asalnya ُم ُوْقَيikut pada wazan ُلُعْفَي. harkah wawu dipindah pada huruf sebelumnya, karena
wawu-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk menolak beratnya
mengucapkannya, maka menjadi َيُم ْوُق
ُعْيِبَي
ُعْيِبَيasalnya ُعِيْبَيikut pada wazan ُلِعْفَيharkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya, karena Ya’-
nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk menolak beratnya
mengucapkannya, maka menjadi ُعْيِبَي
Perhatian:
Perpindahan Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca Wau atau Ya’ tersebut dalam Kaidah ini, tidak
berlaku apabila setelah Wawu atau Ya’ terdapat Huruf yang di-tasydid-kan. Contoh: ُّد َوْسَي
KAIDAH KE 3
ُأ ٍةَدِئا َز ٍفِلآ َدْعَب ُءاَيْلا َو ُاو َوْلا ِتَعَقَو اَذِإٍَردْصَم ْيِف اًفَرَطَو ِلِعاَفْلا ِْمسا ْيِف اًنْيَع اَنْوُكَت ْنَأ ِطَْرشِب ًةَزْمَه اَتَلِدْب , ُهُلْصَأ ٌنِئاَص ُْوحَن
ٌنِواَص, ٌرِياَس ُهُلْصَأ ٌرِئاَس, ٌايَقِل ُهُلْصَأ ٌءاَقِل.
Apabila ada wawu atau ya’ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan
syarat wau atau ya’ tersebut berada pada ‘Ain Fi’il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada
pada akhir kalimah bentuk masdar. Contoh: ٌنِئاَصasalnya ٌنِواَص dan ٌرِئاَسasalnya ٌرِياَس dan
ٌءاَقِلasalnya ٌايَقِل
Praktek I’lal:
ٌنِئاَص
نِئاَصasalnya نِواَصikut pada wazan لِعاَف. wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif
Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi نِئاَص
ٌرِئاَس
رِئاَسasalnya رِياَسikut pada wazan لِعاَف. Ya’ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah
dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi رِئاَس
ٌءاَطَع
اءَطَعasalnya اوَطَعikut pada wazan الَعَفwawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah
dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi اءَطَع.
ِلٌءاَق
اءَقِلasalnya ايَقِلikut pada wazan الَعِفYa’ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan
berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi اءَقِل.
KAIDAH KE 4
3. َبَسَو ٍةَد ِاح َو ٍةَمِلَك ْيِف ُءاَيْلا َو ُاو َوْلا ِتَعَمَتْجا اَذِإٌِّتِيَم ُْوحَن ِةَّيِناَّالث يِف ىَلْوُألْا ُءاَيْلا ِتَمِغْدُا َو ًءاَي ُاو َوْلا ِتَلِدْبُا ِنْوُكُّسالِب اَمُهَادْحِا ْتَق
ٌيْوُمْرَم ُهُلْصَأ ٌّيِمْرَمَو ٌتِوْيَم ُهُلْصَأ.
Apabila wau dan ya’ berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan
sukun, maka wau diganti ya’. Kemudian ya’ yang pertama di-idgham-kan pada ya’ yang
kedua. Contoh lafadz ٌِّتِيَمasalnya adalah ٌتِوْيَمdan ٌّيِمْرَمasalanya adalah ُمْرَمٌيْو
Praktek I’lal:
ٌِّتِيَم
ِّتِيَمasalnya تِوْيَمmengikuti wazan لِعْيَف. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu kalimah
dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi تِيْيَم. Kemudian ya’ yang pertama di-
idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ِّتِيَم
ٌّيِمْرَم
يِمْرَمasalnya ي ْوُمْرَمmengikuti wazan ل ْوُعْفَم. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu
kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi ْييُمْرَم. Kemudian ya’ yang
pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi يِمْرَم
KAIDAH KE 5
ُلْصَأ ْيِمْرَيَو ُوُزْغَي ُهُلْصَأ ا ْوُزْغَي ُْوحَن اَتَنِكْسُا ًةَمْوُمْضَم اَتَنَاكَو ُءاَيْلا َو ُاو َوْلا ِتَفَّرَطَت اَذِإُيِمْرَي ُه
Apabila Wau atau Ya’ menempati ujung akhir kalimah, dan ber-harakah dhammah, maka
disukunkan. Contoh: ا ْوُزْغَيasalnya ُوُزْغَيdan ْيِمْرَيasalnya ُيِمْرَي
Praktek I’lal:
ْوُزْغَي
ْوُزْغَيasalnya ُوُزْغَيmengikuti wazan ُلُعْفَي. Wau di ujung akhir kalimah ber-harakah dhammah,
maka disukunkan menjadi ْوُزْغَي.
ْيِمْرَي
ْيِمْرَيasalnya ُيِمْرَيmengikuti wazan ُلُعْفَي. Ya’ di ujung akhir kalimah ber-harkah dhammah, maka
disukunkan menjadi ْيِمْرَي.
Perhatian:
ٍازَغ
ٍَازغasalnya و َِازغmengikuti wazan لِعاَف. Wau diganti Ya’, karena jatuh sesudah harakah kasrah,
maka menjadi ي َِازغ, kemudan Ya’ disukunkan karena beratnya harkah dhammah atas Ya’ maka
menjadi ْي ٍَازغ, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Ya’ dan
Tanwin, maka menjadi ٍَازغ
ٍارَس
ٍارَسasalnya ي ِارَسmengikuti wazan لِعاَف. Ya’ disukunkan karena beratnya harakah dhammah atas
Ya’ maka menjadi ْي ٍارَس, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Ya’
dan Tanwin, maka menjadi ٍارَس
َاٍقا َو
ٍقا َوَاasalnya ُيِقا َو َوmengikuti wazan ُلِعا َوَفwau pada fa’ fi’il diganti Hamzah, karena kedua wau
berkumpul dalam satu kalimah, maka menjadi ْيِقا َوَا. Kemudian Ya’ dibuang untuk
4. meringankannya, maka menjadi ِقا َوَا. Dan didatangkanlah tanwin sebagai pengganti dari Ya’
yang dibuang, maka menjadi ٍقا َوَا.
KAIDEAH KE 6
ًءاَي ُاو َوْلا ِتَلِدْبُأ اًمْوُمْضَم اَهَلْبَق اَم ْنُكَي ْمَلَو ِفْرَّطال يِف اًدِعاَصَف ًةَعِبا َر ُاو َوْلا ِتَعَقَو اَذِاُهُلْصَأ ْيِِّكَُزي ُْوحَنُهُلْصَأ ْيِاطَعُي َو ُوِِّكَُزي
ُوِاطَعُي
Apabila wau menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan sebelum wau
tidak ada huruf yang didhammahkan, maka wau tsb diganti ya’. Contoh: ْيِِّكَُزيasalnya ُوِِّكَُزي
dan ْيِاطَعُيasalnya ُوِاطَعُي.
Praktek I’lal:
ْيِِّكَُزي
ْيِِّكَُزيasalnya ُوِِّكَُزيmengikuti wazan ُلِِّعَفُيwau diganti ya’, karena berada pada akhir kalimah empat
huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi ْيِِّكَُزي
ْيِاطَعُي
ْيِاطَعُيasalnya ُوِاطَعُيmengikuti wazan ُلِعاَفُيwau diganti ya’, karena berada pada akhir kalimah
empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi ْيِاطَعُي
Perhatian:
ىًطْعَم
ىًطْعَمasalnya ا ًوَطْعُمikut wazan ًالَعْفًم. wau diganti ya’, karena berada pada akhir kalimah empat
huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi ًايَطْعُمkemudian ya’
diganti alif karena berharkah jatuh sesudah harkah fathah, maka menjadi ْاىًطْعُمkemudian alif
dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Alif dan Tanwin, maka menjadi ىًطْعَم
KAIDAH KE 7
ِعَي ُْوحَن ْفَذْحُت ِةَعَارَضُمْلا ُفْرَح اَهَلْبَقَو ِةَقَّقَحُمْلا ِةَْرسَكْلا َو ِةَحْتَفْلا َْنيَب ُاو َوْلا ِتَعَقَو اَذِاُدِئْوَي ُهُلْصَأ ُدَِِي و ُدِعْوَي ُهُلْصَأ ُد
Apabila wau ada diantara harkah fathah dan kasrah nyata, dan sebelumnya ada huruf
mudhara’ah, maka wau tersebut dibuang. Contoh: ُدِعَيasalnya ُدِعْوَيdan ُدَِِيasalnya ْوَي ُدِئ
Praktek I’lal:
ُدِعَي
ُدِعَيasalnya ُدِع ْوَيmengikuti wazan ُلِعَفَي. wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah nyata
dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi ُدِعَي
ُعَضَي
ُعَضَيasalnya ُع ِض ْوَيmengikuti wazan ُلِعَفَي. wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah
nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi ُع ِضَي. Kemudian Dhad-nya
difathahkan untuk meringankan huruf ithbaq juga huruf Halaq yaitu ‘Ain, maka menjadi ُعَضَي
Perhatian:
Huruf Mudhara’ah : –أ ن– –ي ت
5. Huruf Halaq : –أ –ح –خ –ع –غ هـ
Huruf Ithbaq : –ص –ض –ط ظ
KAIDAH KE 8
ْصَأ ٍازَغ َو ُوِِّكَُزي ُهُلْصَأ ْيِِّكَُزي ُْوحَن ًءاَي ْتَلِدْبُأ ٍلْعِف ْأو ٍْمسا ْيِف ةَْرسَك َدْعَب ُاو َوْلا ِتَعَقَو اَذإٌو ِازَغ ُهُل
Bilmana ada Wau jatuh setelah harkah Kasrah dalam Kalimah Isim atau Kalimah Fi’il,
maka Wau tersebut harus diganti Ya’. Contoh: ْيِِّكَُزيasalnya ُوِِّكَُزيdan ٍازَغasalnya ٌو ِازَغ
Praktek I’lal:
ْيِِّكَُزي
ْيِِّكَُزيasalnya ُوِِّكَُزيikut wazan ُلِِّعَفُي, wau diganti Ya’ karena jatuh sesudah harkah kasrah, maka
menjadi ْيِِّكَُزي
ِازَغ
َِازغasalnya و َِازغ(praktek I’lalnya telah disebut pada Kaidah I’lal ke 5)
KAIDAH KE 9
اَتَفِذُح َرَخآ ٍنِكاَس ٍفْرَحب ِانَتَنِكَّاسال ُءاَيْلا َو ُاو َوْلا ِتَيِقَل اَذإْرِس َو ْنُْوصُأ ُهُلْصَأ ُْنص ُْوحَن اَمُهَلْبَق اَم ىَلِا اَمُهُتَكْرَح ْتَلِقُن ْنَا َدْعَب
ْرِيْسِا ُهُلْصَأ.
Bilamana ada Wau atau Ya’ sukun, bertemu dengan husuf sukun lainnya, maka Wau tau
Ya’ tersebut dibuang, ini setelahmemindahkan harakah keduanya (Wau atau Ya’) kepada
huruf sebelumnya (lihat kaidah I’lal ke 2). Contoh: ُْنصasalnya ْنُْوصُأdan ْرِسasalnya ْرِيْسِا
Praktek I’lal:
ُْنص
ْنُصasalnya ْن ُوْصُأmengikuti wazan ْلُعْفُا, harkah Wau dipindah ke huruf sebelumnya, karena Wau
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk menolak
beratnya mengucapkan, maka menjadi ْن ْوُصُا, maka Wau dibuang untuk menolak bertemunya dua
mati/sukun, maka menjadi ْنُصُا, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan
lagi, maka menjadi ْنُص
ْرِس
ْرِسasalnya ْرِيْسِاmengikuti wazan ْلِعْفِا, harkah Ya’ dipindah ke huruf sebelumnya, karena Ya’
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk menolak
beratnya mengucapkan, maka menjadi ْْريِسِا, maka Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua
mati/sukun, maka menjadi ْرِسِا, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan
lagi, maka menjadi ْرِس
KAIDAH KE 10
َّالث يِف ُلَّوَألْا مِغْدُي ِجَرْخَمْلا يِف ِانَب ِارَقَتُم ْوَأ ٍد ِاح َو ٍسْن ِج ْنِم ِانَفْرَح ٍةَمِلَك ْيِف َعَمَتْجا اَذِا ِِِلْعَج َدْعَب ْيِناْيِناَّالث َلْثِم ْنيَب ِارَقَتُمْلا
َلَصَتِْوا ُهُلْصَأ َلَصَّتا َو ْدُدْمُا ُهُلْصَأ ِِّدُم َو َدَدَم ُهُلْصأ َّدَم ُْوحَن ِرََّركُمْلا ِلْقَثِل
6. Bilamana ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul dalam satu
kalimah, maka huruf yang pertama harus di-idghamkan pada huruf yang kedua,–ini
setelahmenjadikan huruf yang hampir sama makhrajnya serupa dengan huruf yg kedua
(lihat kaidah i’lal ke 18 insyaallah)–, karena beratnya pengulangan/memilah-milahnya.
contoh َّدَمasalnya َدَدَمdan ِِّدُمasalnya ْدُدْمُا, dan َلَصَّتاasalnya َلَصَتِْوا.
Praktek I’lal:
َّدَم
َّدَمasalnya َدَدَمikut pada wazan َلَعَف, huruf dal yang pertama disukunkan untuk melaksanakan
syarat Idgham, maka menjadi َدْدَم, kemudian huruf Dal yang pertama di-idgamkan pada huruf Dal
yang kedua, maka menjadi َّدَم
ِِّدُم/َّدُم/ُّدُم
ِِّدُم/َّدُم/ ُّدُمasalnya ْدُدْمُاmengikuti wazan ْلُعْفُا, harkah Dal yang pertama dipindah pada huruf
sebelumnya untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi ْدْدُمُا, bertemu dua huruf
mati/sukun yaitu kedua Dal, maka Dal yang kedua diberi harkah untuk menolak bertemunya dua
mati/sukun, baik diberi harkah kasrah karena kaidah; “apabilah ada huruf mati mau diberi
harkah, berilah harkah kasrah”. atau diberi harkah fathah karena ia paling ringannya harkah. atau
diberi harkah dhammah, karena mengikuti harkah ‘Ain fi’il pada fi’il mudhari’nya, maka
menjadi ِدْدُمُا/َدْدُمُا/ُدْدُمُا, kemudian Dal yang pertama di-idgham-kan pada Dal yg kedua maka
menjadi ِِّدُمُا/َّدُمُا/ُّدُمُا, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi,
maka menjadi ِِّدُم/َّدُم/ُّدُم.
َلَصَّتا
Praktek I’lal untuk lafazh َلَصَّتاada pada Kaidah I’lal ke 18, InsyaAllah. tunggu update.
KAIDAH KE 11
ٍةَد ِاح َو ٍةَمِلَك ْيِف اَتَقَتْلا اَذِا ِانَتَزْمَهْلاَمْأَأ ُهُلْصَا َنَمآ ُْوحَن ْىَلْوُألْا ِةَكْرَح ىَلِا َبَساَن ٍفْرَحِب ِةَيِناِّالث ُلَادْبِا َبَجَو ٌةَنِكاَس اَمُهُتَيِناَثَو َن
ْمِدْئِإ ُهُلْصَا ْمِدْيِا َو ْلُمْؤُأ ُهُلْصَا ْلُمْوُ.أ
Bilamana terdapat dua huruf Hamzah berkumpul sejajar dalam satu kalimah, yang
nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan huruf yang sesuai dengan
harakah Hamzah yang pertama. contoh آمنasalnya أأمنdan أوملasalnya .أؤمل
Praktek I’lal:
َنَمآ
نَمآ ََasalnya َنَمْأَأmengikuti wazan َلَعْفَأ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang
kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti alif, karena ia sukun dan sebelumnya ber-
harkah fathah. maka menjadi َنَمآ
ْلُمْوُأ
لُم ْوُأ َْasalnya لُمْؤُأmengikuti wazan ْلُعْفُ;أ berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang
kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya ber-
harkah dhammah. maka menjadi لُم ْوُأ
ْمِدْيِا
7. مِدْيِا َْasalnya مِدْئإmengikuti wazan ْلِعْفِاberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang
kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti Ya’, karena ia sukun dan sebelumnya ber-
harkah kasrah. maka menjadi مِدْيِا.
ْذُخ
ْذُخasalnya ذُخْأُأmengikuti wazan ْلُعْفُ;أ berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang
kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya ber-
harkah dhammah. maka menjadi ذُخ ْوُأkemudian wau-nya dibuang untuk meringankan ucapan,
maka menjadai ذُخُأselanjutnya hamzah-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi, maka
menjadi ْذُخ
Perhatian :
Wau pada lafazh ذُخ ْوُأ dibuang untuk meringankan ucapan, sedangkan pada lafazh لُم ْوُأcukup
tanpa membuang wau, karena menjaga dari keserupaan dengan fi’il amar-nya lafazh َلاَم– ُل ْوُمَي
– ْلُم .
KAIDAH KE 12
َءاَيْلا َو َاو َوْلا َّنِإىَلِا اُمُهُتَكْرَح ْتَلِقُن ْنَأِب ٍِّيِلْصَأ َْريَغ اَمُهُنْوُكُس ََانك اَذِإ َّالِإ اًفِلآ ِنَالَدْبُت َال ِْنيَتَنِكَّاسالُهُلْصَأ َابَجَأ ُْوحَن اَمُهَلْبَق اَم
َنَيْبَأ ُهُلْصَأ َانَبَأ َو َبَْوجَأ.
Wau atau ya’ yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif, kecuali jika sukunnya tidak
asli –dengan sebab pergantian harkat keduanya pada huruf sebelumnya– (lihat kaidah ilal
ke 2). Contoh: َابَجَأasalnya َبَْوجَأdan َانَبَأasalnya َنَيْبَأ.
Praktek I’lal:
َابَجَأ
َابَجَأasalnya َب َوْجَأmengikuti wazan َلَعْفَأharkah wau dipindah pada huruf sebelumnya karena ia
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena beratnya mengucapkan, maka
menjadi َب ْوَجَأ(lihat kaidah I’lal ke 2). Kemudian wau diganti alif, karena asalnya wau berharkah
dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I’lal ke 1). Maka menjadi َابَجَأ.
َانَبَأ
َانَبَأasalnya َنَيْبَأmengikuti wazan َلَعْفَأharkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena beratnya mengucapkan, maka
menjadi َن ََْيَبَأ(lihat kaidah I’lal ke 2). Kemudian Ya’ diganti Alif, karena asalnya Ya’ berharkah
dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I’lal ke 1). Maka menjadi َانَبَأ.
KAIDAH KE 13
ْسَك ُةَّمَّضال ِتَبِلُقَف ًءاَي ْتَلِدْبُأ ِلْصَألْا يِف ٍنِِّكَمَتُم ٍْمسا ْيِف ٍِّمَض َدْعَب اًفْرَط ُاو َوْلا ِتَعَقَو اَذِإُهُلْصَأ ًايِاطَعَت ُْوحَن ًءاَي ِوا َوْلا ِلْيِدْبَت َدْعَب ًةَر
َتا ًوُّدَعَت ُهُلْصَأ ًايِِّدَعَت َو ا ًوُطاَع .
Bilamana ada wau berada di akhir kalimah jatuh sesudah harkah dhammah didalam asal
kalimah Isim yang Mutamakkin (bisa menerima tanwin), maka wau tsb diganti ya’,
kemudian setelahitu harkah dhammah diganti kasrah. Contoh: ًايِاطَعَتasalnya ا ًوُطاَعَتdan
ًايِِّدَعَتasalnya ا ًوُّدَعَت.
Praktek I’lal:
8. ًايِاطَعَت
ًايِاطَعَتasalnya ا ًوُطاَعَتmengikuti wazan ًالُعاَفَتwau diganti ya’ karena berada di akhir kalimah Isim
Mutamakkin dan sebelumnya ada harkah dhammah, maka menjadi ا ًًَيُطاَعَتkemudian huruf
Tha’nya dikasrahkan untuk memantaskan Ya’. Maka menjadi ًايِاطَعَت.
ًايِِّدَعَت
ًايِِّدَعَتasalnya ا ًُّودَعَتmengikuti wazan ًالُعاَفَتwau diganti ya’ karena berada di akhir kalimah Isim
Mutamakkin dan sebelumnya ada harkah dhammah, maka menjadi ا ًًَيُّدَعَتkemudian huruf
Dal’nya dikasrahkan untuk memantaskan Ya’. Maka menjadi ًايِِّدَعَت.
KAIDAH KE 14
ِتَنَاك اَذِإُهُلْصَأ ٌرِسْوُم َو ُرِسْيُي ُهُلْصَأ ُرِسُْوي ُْوحَن ا ًاو َو ْتَلِدْبُأ اًمْوُمْضَم اَهَلْبَق اَم ََانكَو ًةَنِكاَس ُءاَيْلاٌرِسْيُم
Bilamana terdapat Ya’ sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan maka ya’
tersebut harus diganti wau. contoh: ِسُْويُر asalnya ُرِسْيُيdan ٌرِسْوُم asalnya ٌرِسْيُم
Praktek I’lal:
ُرِسُْوي
ُرِس ُْويasalnya ُرِسْيُيmengikuti wazan ُلِعْفُيya’ yang nomor dua diganti wau karena ia sukun dan
sebelumnya ada huruf yang didhammahkan, maka menjadi ُرِس ُْوي.
ٌرِسْوُم
رِس ْوُم asalnya رِسْيُم mengikuti wazan لِعْفُمya’ diganti wau karena ia sukun dan sebelumnya ada
huruf yang didhammahkan, maka menjadi رِس ْوُم.
KAIDAH KE 15
ٍوا َو ُفْذَح َبَجَو ِْنيَعْلا ِِّلَتْعُم ْنِم َِ َِ َِ ََانك اَذإ ِلُْوعْفَمْلا َمْسا َّنِإِهْيَوَبْيِس َدْنِع ُهْنِم ِلُْوعْفَمْلاٌْريِسَم َو ٌنْوُْوصَم ُهُلْصَأ ٌنُْوصَم ُْوحَن
ٌرُْويْسَم ُهُلْصَأ
Sesungguhnya Isim Maf’ul bilamana ia terbuat dari Fi’il Mu’tal ‘Ain (Bina’ Ajwaf) maka
wajib membuang wau maf’ulnya menurut Imam Syibawaihi (menurut Imam lain yg
dibuang adalah Ain Fi’ilnya). contoh: ٌنُْوصَمasalnya ٌنْوُْوصَمdan ٌْريِسَمasalnya ٌرُْويْسَم
Praktek I’lal:
ٌنُْوصَم
ن ْوُصَمasalnya ن ْو ُوْصَمmengikuti wazan ل ْوُعْفَمharkah wau dipindah pada huruf sebelumnya
karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi
ن ْو ْوُصَم(lihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (dua wau) untuk menolak beratnya
mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi) maka menjadi ن ْوُصَم.
ٌْريِسَم
ْريِسَمasalnya ر ُْويْسَمmengikuti wazan ل ْوُعْفَمharkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia
berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi ر ْْويُسَم(lihat
i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (ya’ dan wau) untuk menolak beratnya
mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi)maka menjadi ْريِسَم.
9. KAIDAH KE 16
ِقْطَّنال ُِّرسَعَتِل ًءاَط ُهُؤاَت ْتَبِلُق ًءاَظ ْوَأ ًءاَط ْوَأ اًداَض ْوَأ اًداَص َلَعَتِْفا ُءاَفْلا ََانك اَذِإِاءَّطالِب ُءاَّتال ُبَلْقُت اَمَّنِإ َو ِفْوُُرحْلا ِهِذَه َدْعَب اَهِب
َبَرَتْضِا ُهُلْصَأ َبَرَطْضِا َو َحَلَتْصِا ُهُلْصَأ َحَلَطْصِا ُْوحَن ًاجَرْخَم اَمِهِبْرُقِل.
Bilamana Fa’ Fi’il kalimah wazan َلَعَتِْفا berupa huruf Shad, atau Dhad, atau Tha’, atau
Zha’ (huruf Ithbaq), maka huruf Ta’ yg jatuh sesudah huruf Ithbaq tersebut harus diganti
Tha’, demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta’ dengan Tha’ karena dekatnya
makhraj keduanya. contoh: َحَلَطْصِاasalnya َحَلَتْصِاdan َبَرَطْضِاasalnya ِاَبَرَتْض
Praktek I’lal:
َحَلَطْصِا
َحَلَطْصِا asalnya َحَلَتْصِا mengikuti wazan َلَعَتْفِاTa’ diganti Tha’ karena demi mudahnya
mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya,
maka menjadi َحَلَطْصِا.
َبَرَطْضِا
َبَرَطْضِا asalnya َبَرَتْضِا mengikuti wazan َلَعَتْفِاTa’ diganti Tha’ karena demi mudahnya
mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya,
maka menjadi َبَرَطْضِا.
َدَرَّطِا
َدَرَّطِا asalnya َدَرَتْطِاmengikuti wazan َلَعَتْفِاTa’ diganti Tha’ karena demi mudahnya
mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya,
maka menjadi َدَرَطْطِاkemudian Tha’ pertama di-idghamkan karena dua huruf sejenis, maka
menjadi َدَرَّطِا.
َرَهَّظِا
َرَهَّظِا asalnya َرَهَتِظا mengikuti wazan َلَعَتْفِا Ta’ diganti Tha’ karena demi mudahnya
mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya,
maka menjadi َرَهَطِظاkemudian Tha’ diganti Zha’ karena sama-sama huruf isti’la’, maka
menjadi َرَهَظْظِا kemudian Zha’ pertama di-idghamkan karena dua huruf sejenis, maka
menjadi َرَهَّظِا.
KAIDAH KE 17
ا ِْرسُعِل ًالَاد ُهُؤاَت ْتَبِلُق ًايا َز ْأو ًالاَذ ْأو ًالَاد َلَعَتِْفا ُءاَف ََانك اَذِإًاجَرْخَم اَمِهِبْرُقِل ِلاَّدالِب ُءاَّتال ُبَلْقُت اَمَّنإ َو ِفْوُُرحْلا ِهِذَه َدْعَب اَهِب ِقْطُّنل
َرَجَتِْزا ُهُلْصَأ َرَجَدِْزا َو ََركَتِْذا ُهُلْصَأ ََركَِّذا َوَأ َرَتْدِا ُهُلْصَأ َأ َرَّدِا ُْوحَن.
Bilamana Fa’ Fi’il wazan berupa huruf Dal, atau Dzal, atau Zay, maka huruf Ta’ (Ta’
zaidah wazan َلَعَتِْفا ) yang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti Dal, demi
mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta’ dengan Dal’ karena dekatnya makhraj
keduanya. contoh: َأ َرَّدِا asalnya َأ َرَتْدِا dan ِاََركَّذ asalnya ََركَتِْذاdan َرَجَدِْزاasalnya َرَجَتِْزا.
Praktek I’lal:
َأ َرَّدِا
َأََّردِا asalnya َأَرَتْدِا mengikuti wazan َلَعَتْفِاTa’ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf
Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi َأَرَدْدِا.
10. kemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi
َأََّردِا.
ََركَِّذا
َرَكَّذِا asalnya َرَكَتْذِا mengikuti wazan َلَعَتْفِاTa’ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf
Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi
َرَكَدْذِا.kemudian Huruf Dal diganti Dzal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi
َرَكَذْذِا kemudian dzal yang pertama di-idghamkan pada dzal yang kedua karena satu jenis, maka
menjadi َرَكَّذِا. (juga boleh dibaca Dal dengan di-i’lal sbb: kemudian Huruf Dzal diganti Dal
kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi َرَكَدْدِا kemudian dal yang pertama di-
idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi َرَكَّدِا.)
َرَجَدِْزا
َرَجَدِْزا asalnya َرَجَتِْزا mengikuti wazan َلَعَتْفِاTa’ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan
huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Zay dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi
َرَجَدِْزا.
KAIDAH KE 18
ِنِكَّاسال ِْنيَّلال ِفْرَحِب ِقْطُّنال ِْرسُعِل ًءاَت ُهُؤاَف ْتَبِلُق ًءاَث ْأو ًءاَي ْأو ا ًاو َو َلَعَتِْفا ُءاَف ََانك اَذِإِةاَفاَنُمَو ِجَرْخَمْلا ِةَبَارَقُم ْنِم اَمُهَنْيَب اَمِل ِِ
َفْرَح َّنَألِ ِْفصَوْلاٌةَسْوُمْهَم ُءاَّتال َو ٌةَرُْوهْجَم ِْنيَّلالَرَغَتِْثا ُهُلْصَأ َرَغَّتِا َو َرَسَتِْوا ُهُلْصَأ َرَسَّتِا َو َلَصَتِْوا ُهُلْصَأ َلَصَّتِا ُْوحَن . (ٌةَمِهُم)
يِف اَمِهِداَحِِّتِال ًءاَث َلَعَتِْفا ِاءَت ُبْلُق ُزُْوجَي ًءاَث ْتَنَاك ْإن َوَرَغَتِْثا ُهُلْصَأ َرَغَِّثا ُْوحَن ِةَّيِسْوُمْهَمْلا .
Bilamana Fa’ Fi’il wazan َلَعَتِْفا berupa huruf wau, atau Ya’, atau Tsa’, maka huruf Fa’
Fi’ilnya tersebut harus diganti Ta’ karena sukarnya mengucapkah huruf “Layn” (ْنيَل)
sukun dengan huruf yang diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrajnya dan
bertentangan sifatnya, karena huruf “layin” ( –و )ي bersifat Jahr sedangkan huruf Ta’
bersifat Hams. Contoh: َلَصَّتِا asalnya َلَصَتِْوا dan َرَسَّتِا asalnya َرَسَتِْوا dan َرَغَّتِا asalnya َرَغَتِْثا.
(penting) dan apabila Fa’ Fi’il-nya tsb berupa huruf Tsa’, boleh mengganti Ta’nya wazan
َلَعَتِْفاdengan Tsa’, karena keduanya sama-sama bersifat Hams. contoh: َرَغَِّثاasalnya َرَغَتِْثا.
Praktek I’lal:
َلَصَّتِا
َلَصَّتِا asalnya َلَصَت ِْوا mengikuti wazan َلَعَتْفِاWau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan huruf
Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf
Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi َلَصَتْتِاkemudian Ta’ pertama di-
idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi َلَصَّتِا.
َرَسَّتِا
َرَسَّتِا asalnya َرَسَت ِْوا mengikuti wazan َلَعَتْفِاWau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan huruf
Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf
Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi َرَسَتْتِا kemudian Ta’ pertama di-
idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi َرَسَّتِا.
َرَغَّتِا
11. ََرغَّتِا asalnya ََرغَتْثِا mengikuti wazan َلَعَتْفِاhuruf Tsa’ diganti Ta’ karena sama-sama bersifat Hams,
maka menjadi ََرغَتْتِا kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang
sejenis maka menjadi ََرغَّتِا
Dan boleh juga dibaca Tsa’ َرَغ ِِّ ِِّ ِِّ ِِّ َِّثاdengan Praktek I’lal sbb:
ََرغ َِّ َِّ َِّ َِّ َِّثا asalnya ََرغَتْثِا mengikuti wazan َلَعَتْفِاhuruf Ta’ diganti Tsa’ karena sama-sama bersifat
Hams, maka menjadi ََرغَثْثِا kemudian Tsa’ pertama di-idghamkan pada Tsa’ kedua karena dua
huruf yang sejenis maka menjadi َّتِاََرغ
Penting untuk diketahui:
َذَخَّتِا
َذَخَّتِا asalnya َذَخَتْئِاmengikuti wazan َلَعَتْفِاhuruf Hamzah yang kedua diganti Ya’ karena ia sukun
dan sebelumnya ada huruf berharkah kasrah, maka menjadi َذَخَتْيِا kemudian huruf Ya’ diganti Ta’
(tanpa mengikuti kias*) maka menjadi َذَخَّتِا.
* Pergantian Ya’ dengan Ta’ tidak mengikuti Qias yakni termasuk dari perihal Syadz.
KAIDAH KE 19
َأ اًنْيِش ْوَأ اًنْيِس ْأو ًايا َز ْوَأ َالاَذ ْأو ًالَاد ْأو ًءاَث ْوَأ ًءاَت َلَعاَفَتَو َلَّعَفَت ُءاَف ََانك اَذإاَمِهِئاَت ُبْلَق ُزُْوجَي ًءاَظ ْوَأ ًءاَط ْوَأ اًداَض ْوَأ اًداَص ْو
ْثِم ِْنيَب ِارَقَتُمْلا ِلَّوَأ ِلْعَج َدْعَب ِةَّيِناَّالث يِف ىَلْوُالْا ِتَمِغْدُأ َّمُث ِجَرْخَمْلا ي ِِ ِف ُهُب ِارَقُي اَمِبَوْلا ِةَزْمَه ِبََاِتْجا َعَم ِةَسَناَجُمْلِل ْيِناَّالث َلِلْص
ُهُلْصِّأ َلَقاَِّثا َو َسَّرَتَت ُهُلْصِّأ ِسَرَّتِا ُْوحَن ِنِكَّاسالِب ُءَادِتْبِالْا َنِكْمُيِلُهُلْصِّأ َرَّثَّدِا َو َلَقاَثَتُهُلْصِّأ َرَّكَِّذاو َرََّثدَتُهُلْصِّأ ََّرجَِّزا َو َرَّكَذَتََّرجَزَت
ُهُلْصِّأ َعَّمَّسِا َوَقَّقَّشِا َو َعَّمَسَتُهُلْصِّأ َقَّدَّصِا َو َقَّقَشَت أصلهُهُلْصِّأ َعَّرَّضِا َو َقَّدَصَتُهُلْصِّأ ََّرهَّظِا َو َعَّرَضَتَرَهاَّطِا َو ََّرهَظَت
ُهُلْصِّأَرَهاَطَت .
Bilamana Fa’ Fi’il wazan َلَّعَفَت dan َلَعاَفَتberupa huruf س ،ز ،ذ ،د ،ث ،,ت ,ش ض ،,ص ,ط ،ظmaka
boleh Ta’ dari kedua wazan tersebut diganti dengan huruf yang mendekati dalam
Makhrajnya, kemudian huruf yang pertama di-idghamkan pada huruf yang kedua,
demikian ini setelahhuruf yang pertama dari kedua huruf yang berdekatan makhrajnya
tersebut, dijadikan serupa dengan huruf yang kedua. berikut memasang Hamzah Washal
agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. contoh: ِسَرَّتِا asalnya َسَّرَتَتdan َلَقاَِّثا
asalnya َلَقاَثَتdan َرَّثَّدِا asalnya َرََّثدَت dan َرَّكَّذ asalnya َرَّكَذَت dan ََّرجَِّزا asalnya ََّرجَزَت dan َعَّمَّسِا asalnya
َعَّمَسَت dan َقَّقَّشِا asalnya َقَّقَشَت dan َقَّدَّصِا asalnya َقَّدَصَت dan َعَّرَّضِا asalnya َعَّرَضَت dan ََّرهَّظِا asalnya
ََّرهَظَت dan َرَهاَّطِا asalnya َرَهاَطَت .
Praktek I’lal :
َسَرَّتِا
َسَرَّتِاasalnya َسَّرَتَتmengikuti wazan َلَّعَفَتhuruf Ta’ yang pertama disukunkan sebagai sebab
syarat idgham maka menjadi َسَّرَتْتmaka Ta’ yang pertama di-idghamkan pada Ta’ yang kedua
karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar memungkinkan
permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi َسَرَّتِا
َلَقاَِّثا
َلَقاَّثِاasalnya َلَقاَثَت mengikuti wazan َلَعاَفَتhuruf Ta’ diganti Tsa’ karena berdekatan
Makhrojnyamaka menjadi َلَقاَثَثkemudian huruf Tsa’ yang pertama disukunkan sebagai sebab
12. syarat idgham maka menjadi َلَقاَثَث maka Tsa’ yang pertama di-idghamkan pada Tsa’ yang kedua
karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar memungkinkan
permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi َلَقاَّثِا
Perhatian :
I’lal dalam Kaidah ke 19 ini cuma bersifat Jaiz atau boleh, bukan suatu ketentuan musti. Sebagai
pengalaman bagi kita, karena ini jarang ditemukan. dan yang banyak digunakan adalah berupa
bentuk asalnya.
ALHAMDULIILAH TAMAT