Pengujian tahan luntur warna dan daya serap kain. Pengujian tahan luntur warna digunakan untuk mengetahui sejauh mana warna kain tahan terhadap gosokan kering dan basah, sedangkan pengujian daya serap kain mengukur kemampuan kain dalam menyerap air. Kedua pengujian ini penting untuk mengetahui kualitas hasil pencelupan atau pencapan kain.
1. PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil dengan baik
yaitu dengan melakukan pengujian tahan luntur warna.
TUJUAN
Mampu menguji tahan luntur warna kain hasil
pencelupan atau pencapan terhadap
gosokan, baik gosokan kering maupun gosokan basah.
Mempelajari bagaimana cara melakukan pengujian tahan luntur warna terhadap gosokan.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahan luntur warna terhadap gosokan.
II. TEORI DASAR
A.
TEORI DASAR TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN
Cara ini dimaksudkan untuk menguji penodaan dari bahan berwarna pada kain, yang
disebabkan karena gosokan dan dipakai untuk bahan tekstil berwarna dari segala macam
serat, baik dalam bentuk benang maupun kain.
Dalam pengujiannya, dilakukan dua kali pengujian, yaitu gosokan dengan kain kering
dan gosokan dengan kain basah. Contoh uji ukuran 5 x 15 cm dipasang pada Crockmeter,
kemudian pada alat tersebut digosokkan kain putih kering dengan kondisi tertentu.
Penggosokan ini diulangi dengan kain putih basah. Penodaan pada kain putih dinilai dengan
menggunakan .
Kain putih yang dipakai adalah kain kapas dengan konstruksi 100 x 96/inchi2 dan berat
135,3 g/m2 yang telah diputihkan, tidak dikanji dan tidak disempurnakan, dipotong dengan
ukuran 5 cm x 5 cm. Apabila bahan yang diuji berupa benang, maka hendaknya dirajut
terlebih dahulu kemudian dipotong dengan ukuran 5 cm x 15 cm atau boleh juga dibelitkan
sejajar pada suatu karton menurut arah panjangnya dan berukuran 5 cm x 15 cm.
B.
TEORI DASAR PENILAIAN TAHAN LUNTUR WARNA
Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya perubahan warna asli
sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup berubah, dan berubah sama sekali.
Penilaian secara visual dilakukan dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi
dengan suatu standar perubahan warna. Standar yang telah dikenal adalah standar yang
2. dibuat oleh Society of Dyes and Colorist (SDC) di Inggris dan oleh American Assotiation of
Textile Chemist and Colorist (AATCC) di Amerika Serikat, yaitu berupa Gray Scale untuk
perubahan warna karenakelunturan warna, dan Staining Scale untuk perubahan warna
karena penodaan pada kain putih. Standar Gray Scale dan Staining Scale digunakan untuk
menilai perubahan yang terjadi pada pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian,
keringat, gosokan, setrika, khlor, sinar matahari, zat-zat kimia, air, airlaut, dan sebagainya.
Gray Scale
Terdiri dari 9 pasangan standar lempeng abu-abu, setiap pasangan mewakili
perbedaan warna atau kekontrasan warna (shade and strength) sesuai dengan
penilaian tahan luntur dengan angka.
Penilaian tahan luntur warna dan perubahan warna yang sesuai, dilakukan dengan
membandingkan perbedaan pada contoh yang telah diuji dengan contoh asli terhadap
perbedan standar perubahan warna yang digambarkan oleh Gray Scale, dan
dinyatakan dengan rumus beda warna CIE ; I.a.b. yang ada pada tabel berikut :
Rumus Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai Tahan
Perbedaan Warna
Toleransi Untuk Standar
Luntur Warna
(CIE ; I.a.b.)
Kerja (CIE ; I.a.b.)
5
0
± 0,2
4-5
0,8
± 0,2
4
1,7
± 0,3
3-4
2,5
± 0,3
3
3,4
± 0,4
2-3
4,8
± 0,5
2
6,8
± 0,6
1-2
9,6
± 0,7
1
13,6
± 1,0
Keterangan :
Nilai 5 berarti tidak ada perubahan dan seterusnya sampai nilai 1 yang berarti
perubahan warna sangat besar. Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua
lempeng yang identik yang diletakkan berdampingan berwarna abu-abu netral dengan
reflektansi 12 ± 1 %. Perbedaan warna sama dengan nol.
3. Nilai tahan luntur 4-5 sampai dengan 1 ditunjukkan oleh lempeng pembanding yang
identik dan yang digunakan untuk tingkat 5, berpasangan dengan lempeng abu-abu
netral yang sama tetapi lebih muda. Perbedaan secara visual dari pasanganpasangan nilai 4, 3, 2, dan 1 adalah tingkat geometrik dari perbedaan warna atau
kekontrasan seperti tabel diatas.
Staining Scale
Terdiri dari 1 pasangan lempeng putih dan 8 pasang standar lempeng abu-abu dan
putih, dan setiap pasang mewakili perbedaan atau kekontrasan warna (shade and
strength) sesuai dengan penilaian penodaan dengan angka.
Staining Scale digunakan untuk mengevaluasi penodaan pada kain putih pada
pengujian tahan luntur warna. Spesifikasi kalorimetrik yang tepat dari Staining Scale
diberikan sebagai nilai yang tetap untuk membandingkan terhadap standar-standar
yang mungkin telah berubah.
Penilaian penodaan warna pada kain putih didalam pengujian tahan luntur warna
dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang dinodai dan
kain putih yang tidak dinodai, terhadap perbedaan yang digambarkan oleh Staining
Scale, dan dinyatakan dengan Nilai Kekhromatikan Adam seperti pada Gray Scale,
hanya besar perbedaan warnanya berbeda, yaitu :
Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai Tahan
Perbedaan Warna
Toleransi Untuk Standar
Luntur Warna
(CIE ; I.a.b.)
Kerja (CIE ; I.a.b.)
5
0
± 0,2
4-5
2,2
± 0,3
4
4,3
± 0,3
3-4
6,0
± 0,4
3
8,5
± 0,5
2-3
12,0
± 0,7
2
16,9
± 1,0
1-2
24,0
± 1,5
1
34,1
± 2,0
4. Keterangan :
Penilaian tahan luntur warna dan perbedaan warna yang sesuai dengan rumus
beda warna CIE ; I.a.b. pada lajur pertama dan kedua tabel diatas. Nilai tahan
luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang diletakkan
berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%, perbedaan warna
sama dengan nol.
Nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan oleh lempeng putih pembanding yang
identik dengan yang digunakan untuk nilai 5, berpasangan dengan lempeng yang
sama tetapi berwarna abu-abu netral. Perbedaan secara visual dari pasangan nilai
4, 3. 2, dan 1 adalah tingkat geometrik dari perbedaan warna atau kekontrasan
seperti tabel diatas.
III. PRAKTIKUM
A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat Crockmeter, mempunyai jari dengan diameter 1,5 cm, yang bergerak satu kali
maju mundur sejauh 10 cm setiap kali putaran, dengan gaya tekanan pada kain
seberat 900 gram.
Staining Scale.
Air suling.
Kain kapas dengan konstruksi 100 x 96/inchi dan berat 135,3 g/m2 yang telah
diputihkan, tidak dikanji dan tidak disempurnakan, dipotong dengan ukuran 5 cm x 5
cm.
B. PERSIAPAN CONTOH UJI
Potong kain penggosok dengan ukuran 5 cm x 5 cm.
Potong contoh uji dengan ukuran 5 cm x 15 cm arah diagonal.
C. CARA PENGUJIAN
Gosokan Kering
Letakkan contoh uji rata diatas alat penguji dengan sisi yang panjang searah
dengan arah gosokan.
Bungkus jari crockmeter dengan kain putih kering dengan anyamannya miring
terhadap arah gosokan.
5. Gosokkan 10 kali maju mundur (20 kali gosokan) dengan memutar alat pemutar 10
kali dengan kecepatan satu putaran per detik. Kain putih diambil dan dievaluasi.
Bandingkan kain penggosok dengan Staining Scale.
Gosokan Basah
Kain putih dibasahi dengan air suling, kemudian diperas diantara kertas saring,
sehingga kadar air dalamkain menjadi 65 ± 5 % terhadap berat kain contoh uji.
Kerjakan seperti pada cara gosokan kering secepat mungkin untuk menghindarkan
penguapan. Kain putih dikeringkan diudara sebelum dievaluasi.
Bandingkan kain penggosok dengan Staining Scale.
D. DATA PRAKTIKUM
8. PENGUJIAN DAYA SERAP KAIN (UJI TETES)
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui dan mampu melakukan pengujian daya serap kain terhadap air.
TUJUAN
Mampu melakukan pengujian daya serap kain tidak berbulu dengan uji tetes.
Mengetahui sifat penting kain (daya serap kain) yang akan dicelup yang berhubungan
dengan ketuaan dan kerataan hasil pencelupan.
II. TEORI DASAR
Pada dasarnya, pengujian daya serap air sangat diperlukan karena daya serap kain
merupakan salah satu diantara beberapa faktor yang menentukan kesesuaian kain untuk
keperluan tertentu seperti pada kain handuk. Hasil kerataan dan ketuaan hasil pencelupan
sangat tergantung pada daya serap kain terhadap airnya.
Prinsip pengujian daya serap kain tidak berbulu dilakukan dengan meneteskan setetes
air dari ketinggian tertentu ke permukaan kain. Waktu yang diperlukan oleh pantulan cahaya
karena setetes air untuk menghilang diukur dan dicatat sebagai waktu basah. Sedangkan
untuk kain berbulu seperti handuk, cara seperti ini tidak dapat digunakan karena tetesan air
akan segera tertutup oleh ketinggian bulu-bulu tersebut.
Prinsip pengujian daya serap kain tidak berbulu dilakukan dengan menjatuhkan kain
contoh uji dari ketinggian tertentu ke permukaan air. Waktu yang diperlukan oleh kain contoh
uji sampai tenggelam diukur dan dicatat sebagai waktu basah. Kapasitas serap kain dihitung
dari selisih berat basah kain contoh uji setelah tenggelam dikurangi berat kering kain contoh
uji dibandingkan berat kain contoh uji kering dinyatakan dalam persen.
III. PRAKTIKUM
A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
Simpai bordir dengan diameter 150 mm atau lebih.
Buret dengan 15-25 tetesan air tiap mililiter.
stopwatch
9. B. PERSIAPAN CONTOH UJI
Sepotong kain yang cukup untuk dipasang rata pada simpai bordir. Kemudian
contoh uji dikondisikan dalam ruangan dengan kondisi standar pengujian.
C. CARA PENGUJIAN
Pasang kain pada simpai bordir sehingga permukaan kain bebas dari kerutan-kerutan
tetapi tanpa mengubah struktur kain.
Letakkan simpai bordir tersebut dibawah buret dengan jarak 10 ± 1 mm dari ujung
buret. Teteskan setetes air pada permukaan kain.
Ukur waktu yang diperlukan hingga pantulan cahaya tetesan hilang menggunakan
stopwatch. Pengamatan dilakukan dengan meletakkan simpai bordir diantara
pengamat dan sumber cahaya (jendela atau lampu duduk) dengan sudut sedemikian
sehingga pantulan cahaya dari permukaan tetesan air mudah dilihat. Ketika tetesan air
sedikit demi sedikit terserap, luas permukaanpantulan cahaya menyusut dan akhirnya
hilang seluruhnya dan meninggalkan bulatan basah yang suram. Saat itu stopwatch
dihentikan dan waktu yang berlangsung dicatat. Jika waktu basah melebihi 60 detik,
pengukuran waktu dihentikan dan waktu basah dilaporkan .
Pengujian dilakukan lima kali.
D. DATA PRAKTIKUM
11. F. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
N.M. Susyami Hitariat, Widayat, Totong. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil
III (Evaluasi Kain). Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi
Tekstil.
Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung :
Institut Teknologi Tekstil.