SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil dengan baik
yaitu dengan melakukan pengujian tahan luntur warna.
TUJUAN
Mampu menguji tahan luntur warna kain hasil pencelupan atau pencapan terhadap
pencucian.
Mempelajari bagaimana cara melakukan pengujian tahan luntur warna terhadap
pencucian.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahan luntur warna terhadap pencucian.
II. TEORI DASAR
A. TEORI DASAR TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN
Cara pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan pencucian
komersial adalah metoda pengujian tahan luntur warna bahan tekstil dalam larutan pencuci
dengan menggunakan salah satu kondisi pencucian komersial yang dipilih, untuk
mendapatkan nilai perubahan warna dan penodaan pada kain pelapis. Kondisi pencucian
dapat dipilih sesuai dengan keperluan dari 16 kondisi yang disediakan.
Cara pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna terhadap
pencucian yang berulang-ulang. Berkurangnya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan
oleh larutan dan gosokan 5 kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin, hamper
samadengan 1 kali pengujian ganda (M), sedangkan satu kali pengujian tunggal (S) sama
dengan hasil 1 kali pencucian.
Contoh uji dicuci dalam suatu alat Launder O-meter atau alat yang sejenis dengan
pengatur suhu secara termostatik dan kecepatan putaran 42 rpm. Alat ini dilengkapi dengan
piala baja dan kelereng-kelereng baja yang tahan karat. Proses pencucian dilakukan
sedemikian rupa,sehingga pada kondisi suhu, alkalinitas, pemutihan yang sesuai dan
gosokan sedemikian sehingga berkurangnya warna yang terjadi, didapat dalam waktu yang
singkat. Gosokan diperoleh dengan lemparan, geseran, dan tekanan bersama-sama dengan
digunakan perbandingan larutan yang rendah, dan sejumlah kelereng baja yang sesuai.
Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung suhu yang dikehendaki. Jenis sabun yang
digunakan dalam pencucian ini adalah sabun standard detergen yang dikeluarkan oleh
AATCC atau ECE.
Detergen AATCC :
 Garam natrium alkilsulfonat linier (LAS) : 14,00 ± 0,02%
 Alcohol etoksilat : 2,30 ± 0,02%
 Sabun (berat molekul tinggi) : 2,50 ± 0,02%
 Natrium tripoliposfat : 48,00 ± 0,02%
 Natirum silikat (SiO2 / Na2O = 2/1 ) : 9,70 ± 0,02%
 Natrium sulfat : 15,40 ± 0,02%
 Karboksil metal selulosa (CMC) : 0,25 ± 0,02%
 Air : 1,85 ± 0,02%
Detergen ECE
 Garam natrium alkilsulfonat linier (LAS)
(panjang rata-rata rantai alkana C 11,5) : 8,00 ± 0,02%
 Alcohol lemak dietoksilasi (14 EO) : 2,90 ± 0,02%
 Sabun natrium panjang rantai
C 12 – C 16 : 13% -26%
C 18 – n C 22 : 74% - 87% : 3,50 ± 0,02%
 Natrium silikat (SiO2 / Na2O = 3,3/1 ) : 7,50 ± 0,02%
 Magnesium silikat : 1,90 ± 0,02%
 Karboksil metil selulosa (CMC) : 1,20 ± 0,02%
 Garam natrium dan asam etilena diamida tetra asetat (EDTA) : 0,20 ± 0,02%
 Natrium sulfat : 21,20 ± 0,02%
 Air : 9,90 ± 0,02%
Table Kondisi Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap pencucian
Metode
Uji
Suhu
(0
C)
Jumlah
Larutan
(ml)
Khlor
Aktif
(%)
Natrium
Perborat
(g/l)
Waktu
(menit)
Jumlah
Kelereng
Pengaturan
(pH)
A1S 40 150 - - 30 10* -
A1M 40 150 - - 45 10 -
A2S 40 150 - 1 30 10* -
B1S 50 150 - - 30 25* -
B1M 50 150 - - 45 50 -
B2S 50 150 - 1 30 25* -
C1S 60 50 - - 30 25 10,5 ± 0,1
C1M 60 50 - - 45 50 10,5 ± 0,1
C2M 60 50 - 1 30 25 10,5 ± 0,1
D1S 70 50 - - 30 25 10,5 ± 0,1
D1M 70 50 - - 45 100 10,5 ± 0,1
D2S 70 50 - 1 30 25 10,5 ± 0,1
D3S 70 50 0,015 - 30 25 10,5 ± 0,1
D3M 70 50 0,015 - 45 100 10,5 ± 0,1
E1S 95 50 - - 30 25 10,5 ± 0,1
E1M 95 50 - 1 30 25 10,5 ± 0,1
*) untuk kain-kain ringan dan kain wool atau sutera atau campurannya, tidak perlu
menggunakan kelereng baja. Catat dalam laporan hasil uji bila menggunakan
kelereng baja
B. TEORI DASAR PENILAIAN TAHAN LUNTUR WARNA
Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya perubahan warna asli
sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup berubah, dan berubah sama sekali.
Penilaian secara visual dilakukan dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi
dengan suatu standar perubahan warna. Standar yang telah dikenal adalah standar yang
dibuat oleh Society of Dyes and Colorist (SDC) di Inggris dan oleh American Assotiation of
Textile Chemist and Colorist (AATCC) di Amerika Serikat, yaitu berupa Gray Scale untuk
perubahan warna karenakelunturan warna, dan Staining Scale untuk perubahan warna
karena penodaan pada kain putih. Standar Gray Scale dan Staining Scale digunakan untuk
menilai perubahan yang terjadi pada pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian,
keringat, gosokan, setrika, khlor, sinar matahari, zat-zat kimia, air, airlaut, dan sebagainya.
Gray Scale
 Terdiri dari 9 pasangan standar lempeng abu-abu, setiap pasangan mewakili
perbedaan warna atau kekontrasan warna (shade and strength) sesuai dengan
penilaian tahan luntur dengan angka.
 Penilaian tahan luntur warna dan perubahan warna yang sesuai, dilakukan dengan
membandingkan perbedaan pada contoh yang telah diuji dengan contoh asli terhadap
perbedan standar perubahan warna yang digambarkan oleh Gray Scale, dan
dinyatakan dengan rumus beda warna CIE ; I.a.b. yang ada pada tabel berikut :
Rumus Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai Tahan
Luntur Warna
Perbedaan Warna
(CIE ; I.a.b.)
Toleransi Untuk Standar
Kerja (CIE ; I.a.b.)
5 0 ± 0,2
4-5 0,8 ± 0,2
4 1,7 ± 0,3
3-4 2,5 ± 0,3
3 3,4 ± 0,4
2-3 4,8 ± 0,5
2 6,8 ± 0,6
1-2 9,6 ± 0,7
1 13,6 ± 1,0
Keterangan :
 Nilai 5 berarti tidak ada perubahan dan seterusnya sampai nilai 1 yang berarti
perubahan warna sangat besar. Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua
lempeng yang identik yang diletakkan berdampingan berwarna abu-abu netral dengan
reflektansi 12 ± 1 %. Perbedaan warna sama dengan nol.
 Nilai tahan luntur 4-5 sampai dengan 1 ditunjukkan oleh lempeng pembanding yang
identik dan yang digunakan untuk tingkat 5, berpasangan dengan lempeng abu-abu
netral yang sama tetapi lebih muda. Perbedaan secara visual dari pasangan-
pasangan nilai 4, 3, 2, dan 1 adalah tingkat geometrik dari perbedaan warna atau
kekontrasan seperti tabel diatas.
Staining Scale
 Terdiri dari 1 pasangan lempeng putih dan 8 pasang standar lempeng abu-abu dan
putih, dan setiap pasang mewakili perbedaan atau kekontrasan warna (shade and
strength) sesuai dengan penilaian penodaan dengan angka.
 Staining Scale digunakan untuk mengevaluasi penodaan pada kain putih pada
pengujian tahan luntur warna. Spesifikasi kalorimetrik yang tepat dari Staining Scale
diberikan sebagai nilai yang tetap untuk membandingkan terhadap standar-standar
yang mungkin telah berubah.
 Penilaian penodaan warna pada kain putih didalam pengujian tahan luntur warna
dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang dinodai dan
kain putih yang tidak dinodai, terhadap perbedaan yang digambarkan oleh Staining
Scale, dan dinyatakan dengan Nilai Kekhromatikan Adam seperti pada Gray Scale,
hanya besar perbedaan warnanya berbeda, yaitu :
Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai Tahan
Luntur Warna
Perbedaan Warna
(CIE ; I.a.b.)
Toleransi Untuk Standar
Kerja (CIE ; I.a.b.)
5 0 ± 0,2
4-5 2,2 ± 0,3
4 4,3 ± 0,3
3-4 6,0 ± 0,4
3 8,5 ± 0,5
2-3 12,0 ± 0,7
2 16,9 ± 1,0
1-2 24,0 ± 1,5
1 34,1 ± 2,0
Keterangan :
 Penilaian tahan luntur warna dan perbedaan warna yang sesuai dengan rumus
beda warna CIE ; I.a.b. pada lajur pertama dan kedua tabel diatas. Nilai tahan
luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang diletakkan
berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%, perbedaan warna
sama dengan nol.
 Nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan oleh lempeng putih pembanding yang
identik dengan yang digunakan untuk nilai 5, berpasangan dengan lempeng yang
sama tetapi berwarna abu-abu netral. Perbedaan secara visual dari pasangan nilai
4, 3. 2, dan 1 adalah tingkat geometrik dari perbedaan warna atau kekontrasan
seperti tabel diatas.
III. PRAKTIKUM
A. PERALATAN
a) Launder O-meter, yang dilengkapi dengan :
 Penanggas air dengan pengatur suhu yang terkontrol pada suhu yang ditetapkan
± 2 0
C.
 Tabung baja tahan karat berkapasitas 550 ml ± 50 ml, berdiameter 75 mm ± 5 mm,
dan tinggi 125 mm ± 10 mm.
 Frekuensi putaran tabung 40 putaran per menit ± 2 putaran per menit.
b) Kelereng baja tahan karat dengan diameter ± 6 mm.
c) pH meter dengan ketelitian 0,1.
d) Neraca analitis dengan ketelitian 0,1 g.
e) Kain pelapis masing-masing berukuran 10 cm x 4 cm, dapat digunakan salah satu dari
jenis berikut : kain pelapis multi serat DW, atau kain multiserat TV, atau pasangan kain
pelapis tunggal yang disusun sesuai tabel :
Tabel Pasangan Kain Pelapis Tunggal
Kain Pelapis Pertama Kain Pelapis Kedua (pasangannya)
Untuk Uji A dan B Untuk Uji C, D, dan E
Kapas Wool Rayon Viskosa
Wool Kapas -
Sutera Kapas -
Rayon Viskosa Wool Kapas
Linen Wool Rayon Viskosa
Asetat Triasetat Rayon Viskosa Rayon Viskosa
Poliamida Wool/kapas Kapas
Poliester Wool/kapas Kapas
Akrilat Wool/kapas Kapas
Catatan :
Jenis kain pelapis pertama adalah kain sejenis dengan jenis serat contoh uji.
Untuk kain contoh uji yang terbuat dari serat campuran, kain pelapis pertama
dipakai kain pelapis tunggal yang sejenis dengan jenis serat dominan, dan kain
pelapis kedua adalah kain dengan serat dominan kedua.
f) Sabun tanpa pemutih optik seperti sabun estándar AATCC atau sabun ECE.
g) Grey Scale dan Staining Scale.
h) Air suling.
i) Larutan 0,2 g/l asam asetat glasial.
B. PERSIAPAN CONTOH UJI
Potong contoh dengan ukuran 4 cm x 10 cm, potong pula kain pelapis dengan ukuran
yang sama.
Letakkan contoh uji diantara kain pelapis, kemudian jahit salah satu kain terpendek.
C. CARA PENGUJIAN
Siapkan larutan pencuci dengan melarutkan sabun 4 g/l kedalam air suling. Untuk
kondisi larutan pencuci C, D, dan E atura gar pH sesuai kondisi pada tabel kondisi
pengujian, dengan penambahan kira-kira 1 g/l natrium karbonat. Pada waktu
pengaturan pH,larutan harus dingin (suhu kamar). Untuk kondisi A dan B tidak perlu
pengaturan pH.
Untuk pengujian yang menggunakan perborat, pada saat akan dipakai siapkan larutan
pencuci yang mengandung perborat dengan cara pemanasan pada suhu tidak lebih
dari 60 0
C dengan waktu tidak lebih dari 30 menit.
Untuk pengujian D3S dan D3M, tambahkan larutan natrium hipoklorit atau litium
hipoklorit kedalamlarutan pencuci sesuai dengan tabel kondisi pengujian.
Masukkan larutan pencuci kedalam tabung tahan karat sesuai jumlah larutan pada
tabel kondisi pengujian,kecuali untuk cara D2S dan E2S. Atur suhu larutan sesuai
persyaratan. Masukkan contoh uji dan kelereng baja, kemudian tutup tabung dan
jalankan mesin pada suhu dan waktu sesuai kondisi pengujian.
Untuk pengujian D2S dan E2S, masukkan contoh uji kedalam tabung baja tahan karat
yang berisi larutan pencuci pada suhu kira-kira 60 0
C, tutup tabung dan naikkan suhu
larutan sampai suhu pengujian yang disyaratkan selama waktu tidak lebih dari 10
menit. Perhitungan waktu pencucian tepat dimulai pada saat tabung ditutup. Jalankan
mesin selama waktu sesuai dengan kondisi pengujian.
Keluarkan contoh uji dan bilas dua kali dengan 100 ml air suling selama 1 menit pada
suhu 40 0
C.
Bilas dengan 100 ml larutan 0,2 g/l asam asetat glasila selama 1 menit pada suhu 30
0
C kemudian bilas dengan 100 ml air suling selama 1 menit pada suhu 30 0
C
kemudian peras.
Keringkan contoh uji dengan cara digantung pada suhu tidak lebih dari 60 0
C. Jaga
agar kain pelapis tidak kontak dengan contoh uji kecuali bagian jahitan.
Penilaian.
D. DATA PERCOBAAN
E. DISKUSI
F. KESIMPULAN
PENGUJIAN TOLAK AIR DAN TAHAN AIR KAIN (UJI BUNDESMANN)
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui dan mampu melakukan pengujian tolak air dan tahan air kain .
TUJUAN
Mampu melakukan pengujian tolak air dan tahan air kain dengan menggunakan uji
bundesmann.
Mengetahui sifat penting kain yaitu sifat tolak air dan tahan air kain serta mampu
menggunakan peralatan pengujian.
II. TEORI DASAR
Sifat air yang dapat menembus kain dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu :
 Oleh pembasahan kain, diikuti sifat kapiler yang membawa air menembus kain.
 Oleh tekanan air yang menekannya melalui rongga-rongga pada kain.
 Oleh kombinasi kedua cara tersebut diatas.
Apabila kain dibuat sedemikian rapat sehingga tidak ada rongga-rongga diantara
benang-benang, kain masih mungkin tembus air jika air dapat membasahi kain. Misalnya saja
yang terjadi pada kain kanvas dari kapas yang ditenun sangat rapat. Apabila kain tenun biasa
dibuat dari serat yang diberi proses kimia sehingga tidak dapat dibasahi oleh air, maka kain
akan menggelincir dipermukaan kain tanpa menembusnya, tetapi jika air terkumpul
dipermukaan kain dengan ketebalan tertentu atau air menetesi kain dengan tekanan yang
lebih kuat, air akan menembus kain melalui rongga-rongga pada kain. Hal ini terjadi pada kain
yang disebut kain tahan gerimis. Agar kain benar-benar tidak ditembus air, kain harus dilapisi
dengan pelapis yang tidak tembus air, misalnya untuk jas hujan, kain dilapisi karet, atau untuk
terpal dilapisi sejenis ter. Kain yang diberi pelapis juga bersifat tidak tembus udara, sehingga
tidak nyaman dipakai. Sehingga untuk kebutuhan pakaian biasa diperlukan sifat tahan air
yang cukup namun masih bersifat tembus udara dan uap air.
Penjelasan diatas menunjukkan perbedaan sifat kedap air (waterproof), tahan air (water
resistance), dan tolak air (water repellence).
Kain kedap air adalah kain yang dilapisi dengan zat tidak tembus air sehingga juga tidak
tembus udara.
Tahan air adalah sifat kain untuk mencegah pembasahan dan tembus air, tetapi masih
bersifat tembus udara.
Tolak air adalah sifat serat, benang, atau kain yang menolak pembasahan air.
Kain yang bersifat tolak air dapat ditembus udara dan uap air dan masih mungkin
ditembus air dengan tekanan, misalnya tetesan air hujan yang cukup lebat.
Meskipun terdapat hubungan antara tolak air dan tahan air, untuk tujuan masing-masing
diperlukan pengujian yang berbeda, yaitu :
 Uji siram untuk menilai tolak air.
 Uji hujan untuk menilai tahan air
 Uji tekanan hidrostatik untuk menilai kedap air.
Prinsip pengujian Uji Tahan Hujan
Prinsipnya adalah menyiramkan air dengan tekanan tetesan air tertentu pada
permukaan kain dengan kondisi tertentu selama waktu tertentu. Diukur jumlah air yang
menembus kain dan jumlah air yang terserap kain. Kondisi pengujian yang berhubungan
dengan tekanan tetesan air, seperti besar tetesan air, jarak penyiram dari contoh uji, letak
contoh uji terhadap arah tetesan air dan waktu penyiraman berbeda antara standar satu
dengan standar lainnya.
III. PRAKTIKUM
A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
Bundesmann Rain Tester. Alat terdiri dari penyiram dan tabung-tabung pemegang
contoh uji. Penyiram menghasilkan tetesan-tetesan air dengan ukuran rata-rata 0,075
± 0,005 gram dan diatur dengan jarak tetesan seragam. Penyiram diletakkan 150 cm
diatas empat tabung pemegang contoh uji yang dipasangdalam satu kesatuan dan
berputar dengan kecepatan lima putaran per menit. Posisi tabung pemegang contoh
uji sedemikian sehingga contoh uji membentuk sudut 10-15 0
terhadap horizontal.
Dalam tabung pemegang contoh uji terdapatbatang logampenggosok (wiper) yang
akan berputar bolak-balik menggosok permukaan bawah contoh uji ketika tabung
pemegang contoh uji berputar dibawah siraman air, meniru gesekan yang terjadi pada
jas hujan ketika dipakai. Air yang digunakan dengan pH 6,0-8,0 dan suhu 25-29 0
C.
Pemotong contoh uji berbentuk lingkaran.
Alat pemutar contoh uji untuk meghilangkan tetesan-tetesan air dipermukaan contoh
uji.
B. PERSIAPAN CONTOH UJI
Potong empat buah contoh uji dan kondisikan dalam ruangan standar pengujian.
C. CARA PENGUJIAN
 Rangkaian tabung-tabung pemegang contoh uji, tanpa contoh uji dipasang pada alat.
Tutup penahan siraman air masih menutup dan kran air dibuka. Jalankan motor
pemutar tabung contoh uji, buka tutup penahan siraman air selama 1 menit, kemudian
tutup kembali. Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji, ukur jumlah
air yang tertampung pada masing-masing pemegang contoh uji dengan gelas ukur
sampai milliliter terdekat. Ulangi pekerjaan tersebut dengan mengatur kran tekanan air
sehingga jumlah air yang tertampung dalam tabung pemegang contoh uji 62 – 68
ml/menit/tabung.
 Timbang masing – masing contoh uji yang telah dikondisikan dalam ruangan standar
pengujian sampai miligram terdekat.
 Setelah air dalam masing-masing tabung pemegang contoh uji dikeluarkan,tutup
kembali kran pada tabung tersebut. Pasang contoh uji pada tabung pemegang contoh
uji sehingga tidak terdapat kerutan-kerutan pada permukaan contoh uji.
 Tutup penahan siraman air masih menutup, pasang rangkaian pemegang contoh uji
dengan contoh ujinya pada alat.
 Jalankan motor pemutar rangkaian tabung pemegang contoh uji,kemudian buka tutup
penahan siraman air, sehingga air menyirami contoh uji yang berputar selama 10
menit dan tutup kembali.
 Matikan motor,ambil rangkaian pemegang contoh uji.
 Masing-masing contoh uji diambil dari tabung pemegang contoh uji, pasang pada alat
pemutar contoh uji untuk menghilangkan tetesan-tetesan air pada permukaan contoh
uji. Timbang berat contoh uji tersebut sampai miligram terdekat.
 Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji ,ukur jumlah air yang
tertampung pada masing-masing pemegang contoh uji dengan gelas ukur sampai
mililiter terdekat. Jumlah air yang tertampung tersebut adalah jumlah air yang
menembus contoh uji selama 10 menit.
D. CARA EVALUASI
 Hitung jumlah air yang terserap contoh uji dari selisih berat contoh uji basah
dikurangi berat contoh uji kering dibagi berat contoh uji kering dinyatakan dalam
persen.
 Hitung jumlah air yang menembus contoh uji per tabung dalam mililiter per menit.
E. DATA PRAKTIKUM
 Berat kain kering = 4,12 gram
 Berat kain basah = 7,04 gram
 Jumlah air yang terserap = berat kain basah – berat kain kering x 100%
berat kain kering
= 7,04 g – 4,12 g x 100%
4,12 g
= 70,87 %
 Jumlah air yang menembus kain (10 menit) = 4 ml
 Jumlah air yang menembus kain per menit = (1 / 10 menit) x 4 ml
= 0,4 ml per menit.
F. DISKUSI
G. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
N.M. Susyami Hitariat, Widayat, Totong. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil
III (Evaluasi Kain). Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi
Tekstil.
Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung :
Institut Teknologi Tekstil.

More Related Content

More from Operator Warnet Vast Raha

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 
Kop undangan aqiqah
Kop undangan aqiqahKop undangan aqiqah
Kop undangan aqiqah
 
Surat izin keramaian 2
Surat izin keramaian 2Surat izin keramaian 2
Surat izin keramaian 2
 

Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

  • 1. PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN I. MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD Mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil dengan baik yaitu dengan melakukan pengujian tahan luntur warna. TUJUAN Mampu menguji tahan luntur warna kain hasil pencelupan atau pencapan terhadap pencucian. Mempelajari bagaimana cara melakukan pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahan luntur warna terhadap pencucian. II. TEORI DASAR A. TEORI DASAR TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN Cara pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan pencucian komersial adalah metoda pengujian tahan luntur warna bahan tekstil dalam larutan pencuci dengan menggunakan salah satu kondisi pencucian komersial yang dipilih, untuk mendapatkan nilai perubahan warna dan penodaan pada kain pelapis. Kondisi pencucian dapat dipilih sesuai dengan keperluan dari 16 kondisi yang disediakan. Cara pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna terhadap pencucian yang berulang-ulang. Berkurangnya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan gosokan 5 kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin, hamper samadengan 1 kali pengujian ganda (M), sedangkan satu kali pengujian tunggal (S) sama dengan hasil 1 kali pencucian. Contoh uji dicuci dalam suatu alat Launder O-meter atau alat yang sejenis dengan pengatur suhu secara termostatik dan kecepatan putaran 42 rpm. Alat ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja yang tahan karat. Proses pencucian dilakukan sedemikian rupa,sehingga pada kondisi suhu, alkalinitas, pemutihan yang sesuai dan gosokan sedemikian sehingga berkurangnya warna yang terjadi, didapat dalam waktu yang singkat. Gosokan diperoleh dengan lemparan, geseran, dan tekanan bersama-sama dengan digunakan perbandingan larutan yang rendah, dan sejumlah kelereng baja yang sesuai.
  • 2. Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung suhu yang dikehendaki. Jenis sabun yang digunakan dalam pencucian ini adalah sabun standard detergen yang dikeluarkan oleh AATCC atau ECE. Detergen AATCC :  Garam natrium alkilsulfonat linier (LAS) : 14,00 ± 0,02%  Alcohol etoksilat : 2,30 ± 0,02%  Sabun (berat molekul tinggi) : 2,50 ± 0,02%  Natrium tripoliposfat : 48,00 ± 0,02%  Natirum silikat (SiO2 / Na2O = 2/1 ) : 9,70 ± 0,02%  Natrium sulfat : 15,40 ± 0,02%  Karboksil metal selulosa (CMC) : 0,25 ± 0,02%  Air : 1,85 ± 0,02% Detergen ECE  Garam natrium alkilsulfonat linier (LAS) (panjang rata-rata rantai alkana C 11,5) : 8,00 ± 0,02%  Alcohol lemak dietoksilasi (14 EO) : 2,90 ± 0,02%  Sabun natrium panjang rantai C 12 – C 16 : 13% -26% C 18 – n C 22 : 74% - 87% : 3,50 ± 0,02%  Natrium silikat (SiO2 / Na2O = 3,3/1 ) : 7,50 ± 0,02%  Magnesium silikat : 1,90 ± 0,02%  Karboksil metil selulosa (CMC) : 1,20 ± 0,02%  Garam natrium dan asam etilena diamida tetra asetat (EDTA) : 0,20 ± 0,02%  Natrium sulfat : 21,20 ± 0,02%  Air : 9,90 ± 0,02%
  • 3. Table Kondisi Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap pencucian Metode Uji Suhu (0 C) Jumlah Larutan (ml) Khlor Aktif (%) Natrium Perborat (g/l) Waktu (menit) Jumlah Kelereng Pengaturan (pH) A1S 40 150 - - 30 10* - A1M 40 150 - - 45 10 - A2S 40 150 - 1 30 10* - B1S 50 150 - - 30 25* - B1M 50 150 - - 45 50 - B2S 50 150 - 1 30 25* - C1S 60 50 - - 30 25 10,5 ± 0,1 C1M 60 50 - - 45 50 10,5 ± 0,1 C2M 60 50 - 1 30 25 10,5 ± 0,1 D1S 70 50 - - 30 25 10,5 ± 0,1 D1M 70 50 - - 45 100 10,5 ± 0,1 D2S 70 50 - 1 30 25 10,5 ± 0,1 D3S 70 50 0,015 - 30 25 10,5 ± 0,1 D3M 70 50 0,015 - 45 100 10,5 ± 0,1 E1S 95 50 - - 30 25 10,5 ± 0,1 E1M 95 50 - 1 30 25 10,5 ± 0,1 *) untuk kain-kain ringan dan kain wool atau sutera atau campurannya, tidak perlu menggunakan kelereng baja. Catat dalam laporan hasil uji bila menggunakan kelereng baja B. TEORI DASAR PENILAIAN TAHAN LUNTUR WARNA Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya perubahan warna asli sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup berubah, dan berubah sama sekali. Penilaian secara visual dilakukan dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan suatu standar perubahan warna. Standar yang telah dikenal adalah standar yang dibuat oleh Society of Dyes and Colorist (SDC) di Inggris dan oleh American Assotiation of Textile Chemist and Colorist (AATCC) di Amerika Serikat, yaitu berupa Gray Scale untuk perubahan warna karenakelunturan warna, dan Staining Scale untuk perubahan warna karena penodaan pada kain putih. Standar Gray Scale dan Staining Scale digunakan untuk
  • 4. menilai perubahan yang terjadi pada pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian, keringat, gosokan, setrika, khlor, sinar matahari, zat-zat kimia, air, airlaut, dan sebagainya. Gray Scale  Terdiri dari 9 pasangan standar lempeng abu-abu, setiap pasangan mewakili perbedaan warna atau kekontrasan warna (shade and strength) sesuai dengan penilaian tahan luntur dengan angka.  Penilaian tahan luntur warna dan perubahan warna yang sesuai, dilakukan dengan membandingkan perbedaan pada contoh yang telah diuji dengan contoh asli terhadap perbedan standar perubahan warna yang digambarkan oleh Gray Scale, dan dinyatakan dengan rumus beda warna CIE ; I.a.b. yang ada pada tabel berikut : Rumus Nilai Kekhromatikan Adam Nilai Tahan Luntur Warna Perbedaan Warna (CIE ; I.a.b.) Toleransi Untuk Standar Kerja (CIE ; I.a.b.) 5 0 ± 0,2 4-5 0,8 ± 0,2 4 1,7 ± 0,3 3-4 2,5 ± 0,3 3 3,4 ± 0,4 2-3 4,8 ± 0,5 2 6,8 ± 0,6 1-2 9,6 ± 0,7 1 13,6 ± 1,0 Keterangan :  Nilai 5 berarti tidak ada perubahan dan seterusnya sampai nilai 1 yang berarti perubahan warna sangat besar. Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang diletakkan berdampingan berwarna abu-abu netral dengan reflektansi 12 ± 1 %. Perbedaan warna sama dengan nol.  Nilai tahan luntur 4-5 sampai dengan 1 ditunjukkan oleh lempeng pembanding yang identik dan yang digunakan untuk tingkat 5, berpasangan dengan lempeng abu-abu netral yang sama tetapi lebih muda. Perbedaan secara visual dari pasangan- pasangan nilai 4, 3, 2, dan 1 adalah tingkat geometrik dari perbedaan warna atau kekontrasan seperti tabel diatas.
  • 5. Staining Scale  Terdiri dari 1 pasangan lempeng putih dan 8 pasang standar lempeng abu-abu dan putih, dan setiap pasang mewakili perbedaan atau kekontrasan warna (shade and strength) sesuai dengan penilaian penodaan dengan angka.  Staining Scale digunakan untuk mengevaluasi penodaan pada kain putih pada pengujian tahan luntur warna. Spesifikasi kalorimetrik yang tepat dari Staining Scale diberikan sebagai nilai yang tetap untuk membandingkan terhadap standar-standar yang mungkin telah berubah.  Penilaian penodaan warna pada kain putih didalam pengujian tahan luntur warna dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang dinodai dan kain putih yang tidak dinodai, terhadap perbedaan yang digambarkan oleh Staining Scale, dan dinyatakan dengan Nilai Kekhromatikan Adam seperti pada Gray Scale, hanya besar perbedaan warnanya berbeda, yaitu : Nilai Kekhromatikan Adam Nilai Tahan Luntur Warna Perbedaan Warna (CIE ; I.a.b.) Toleransi Untuk Standar Kerja (CIE ; I.a.b.) 5 0 ± 0,2 4-5 2,2 ± 0,3 4 4,3 ± 0,3 3-4 6,0 ± 0,4 3 8,5 ± 0,5 2-3 12,0 ± 0,7 2 16,9 ± 1,0 1-2 24,0 ± 1,5 1 34,1 ± 2,0 Keterangan :  Penilaian tahan luntur warna dan perbedaan warna yang sesuai dengan rumus beda warna CIE ; I.a.b. pada lajur pertama dan kedua tabel diatas. Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang diletakkan berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%, perbedaan warna sama dengan nol.
  • 6.  Nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan oleh lempeng putih pembanding yang identik dengan yang digunakan untuk nilai 5, berpasangan dengan lempeng yang sama tetapi berwarna abu-abu netral. Perbedaan secara visual dari pasangan nilai 4, 3. 2, dan 1 adalah tingkat geometrik dari perbedaan warna atau kekontrasan seperti tabel diatas. III. PRAKTIKUM A. PERALATAN a) Launder O-meter, yang dilengkapi dengan :  Penanggas air dengan pengatur suhu yang terkontrol pada suhu yang ditetapkan ± 2 0 C.  Tabung baja tahan karat berkapasitas 550 ml ± 50 ml, berdiameter 75 mm ± 5 mm, dan tinggi 125 mm ± 10 mm.  Frekuensi putaran tabung 40 putaran per menit ± 2 putaran per menit. b) Kelereng baja tahan karat dengan diameter ± 6 mm. c) pH meter dengan ketelitian 0,1. d) Neraca analitis dengan ketelitian 0,1 g. e) Kain pelapis masing-masing berukuran 10 cm x 4 cm, dapat digunakan salah satu dari jenis berikut : kain pelapis multi serat DW, atau kain multiserat TV, atau pasangan kain pelapis tunggal yang disusun sesuai tabel : Tabel Pasangan Kain Pelapis Tunggal Kain Pelapis Pertama Kain Pelapis Kedua (pasangannya) Untuk Uji A dan B Untuk Uji C, D, dan E Kapas Wool Rayon Viskosa Wool Kapas - Sutera Kapas - Rayon Viskosa Wool Kapas Linen Wool Rayon Viskosa Asetat Triasetat Rayon Viskosa Rayon Viskosa Poliamida Wool/kapas Kapas Poliester Wool/kapas Kapas Akrilat Wool/kapas Kapas
  • 7. Catatan : Jenis kain pelapis pertama adalah kain sejenis dengan jenis serat contoh uji. Untuk kain contoh uji yang terbuat dari serat campuran, kain pelapis pertama dipakai kain pelapis tunggal yang sejenis dengan jenis serat dominan, dan kain pelapis kedua adalah kain dengan serat dominan kedua. f) Sabun tanpa pemutih optik seperti sabun estándar AATCC atau sabun ECE. g) Grey Scale dan Staining Scale. h) Air suling. i) Larutan 0,2 g/l asam asetat glasial. B. PERSIAPAN CONTOH UJI Potong contoh dengan ukuran 4 cm x 10 cm, potong pula kain pelapis dengan ukuran yang sama. Letakkan contoh uji diantara kain pelapis, kemudian jahit salah satu kain terpendek. C. CARA PENGUJIAN Siapkan larutan pencuci dengan melarutkan sabun 4 g/l kedalam air suling. Untuk kondisi larutan pencuci C, D, dan E atura gar pH sesuai kondisi pada tabel kondisi pengujian, dengan penambahan kira-kira 1 g/l natrium karbonat. Pada waktu pengaturan pH,larutan harus dingin (suhu kamar). Untuk kondisi A dan B tidak perlu pengaturan pH. Untuk pengujian yang menggunakan perborat, pada saat akan dipakai siapkan larutan pencuci yang mengandung perborat dengan cara pemanasan pada suhu tidak lebih dari 60 0 C dengan waktu tidak lebih dari 30 menit. Untuk pengujian D3S dan D3M, tambahkan larutan natrium hipoklorit atau litium hipoklorit kedalamlarutan pencuci sesuai dengan tabel kondisi pengujian. Masukkan larutan pencuci kedalam tabung tahan karat sesuai jumlah larutan pada tabel kondisi pengujian,kecuali untuk cara D2S dan E2S. Atur suhu larutan sesuai persyaratan. Masukkan contoh uji dan kelereng baja, kemudian tutup tabung dan jalankan mesin pada suhu dan waktu sesuai kondisi pengujian. Untuk pengujian D2S dan E2S, masukkan contoh uji kedalam tabung baja tahan karat yang berisi larutan pencuci pada suhu kira-kira 60 0 C, tutup tabung dan naikkan suhu larutan sampai suhu pengujian yang disyaratkan selama waktu tidak lebih dari 10
  • 8. menit. Perhitungan waktu pencucian tepat dimulai pada saat tabung ditutup. Jalankan mesin selama waktu sesuai dengan kondisi pengujian. Keluarkan contoh uji dan bilas dua kali dengan 100 ml air suling selama 1 menit pada suhu 40 0 C. Bilas dengan 100 ml larutan 0,2 g/l asam asetat glasila selama 1 menit pada suhu 30 0 C kemudian bilas dengan 100 ml air suling selama 1 menit pada suhu 30 0 C kemudian peras. Keringkan contoh uji dengan cara digantung pada suhu tidak lebih dari 60 0 C. Jaga agar kain pelapis tidak kontak dengan contoh uji kecuali bagian jahitan. Penilaian. D. DATA PERCOBAAN
  • 11. PENGUJIAN TOLAK AIR DAN TAHAN AIR KAIN (UJI BUNDESMANN) I. MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD Mengetahui dan mampu melakukan pengujian tolak air dan tahan air kain . TUJUAN Mampu melakukan pengujian tolak air dan tahan air kain dengan menggunakan uji bundesmann. Mengetahui sifat penting kain yaitu sifat tolak air dan tahan air kain serta mampu menggunakan peralatan pengujian. II. TEORI DASAR Sifat air yang dapat menembus kain dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu :  Oleh pembasahan kain, diikuti sifat kapiler yang membawa air menembus kain.  Oleh tekanan air yang menekannya melalui rongga-rongga pada kain.  Oleh kombinasi kedua cara tersebut diatas. Apabila kain dibuat sedemikian rapat sehingga tidak ada rongga-rongga diantara benang-benang, kain masih mungkin tembus air jika air dapat membasahi kain. Misalnya saja yang terjadi pada kain kanvas dari kapas yang ditenun sangat rapat. Apabila kain tenun biasa dibuat dari serat yang diberi proses kimia sehingga tidak dapat dibasahi oleh air, maka kain akan menggelincir dipermukaan kain tanpa menembusnya, tetapi jika air terkumpul dipermukaan kain dengan ketebalan tertentu atau air menetesi kain dengan tekanan yang lebih kuat, air akan menembus kain melalui rongga-rongga pada kain. Hal ini terjadi pada kain yang disebut kain tahan gerimis. Agar kain benar-benar tidak ditembus air, kain harus dilapisi dengan pelapis yang tidak tembus air, misalnya untuk jas hujan, kain dilapisi karet, atau untuk terpal dilapisi sejenis ter. Kain yang diberi pelapis juga bersifat tidak tembus udara, sehingga tidak nyaman dipakai. Sehingga untuk kebutuhan pakaian biasa diperlukan sifat tahan air yang cukup namun masih bersifat tembus udara dan uap air. Penjelasan diatas menunjukkan perbedaan sifat kedap air (waterproof), tahan air (water resistance), dan tolak air (water repellence). Kain kedap air adalah kain yang dilapisi dengan zat tidak tembus air sehingga juga tidak tembus udara.
  • 12. Tahan air adalah sifat kain untuk mencegah pembasahan dan tembus air, tetapi masih bersifat tembus udara. Tolak air adalah sifat serat, benang, atau kain yang menolak pembasahan air. Kain yang bersifat tolak air dapat ditembus udara dan uap air dan masih mungkin ditembus air dengan tekanan, misalnya tetesan air hujan yang cukup lebat. Meskipun terdapat hubungan antara tolak air dan tahan air, untuk tujuan masing-masing diperlukan pengujian yang berbeda, yaitu :  Uji siram untuk menilai tolak air.  Uji hujan untuk menilai tahan air  Uji tekanan hidrostatik untuk menilai kedap air. Prinsip pengujian Uji Tahan Hujan Prinsipnya adalah menyiramkan air dengan tekanan tetesan air tertentu pada permukaan kain dengan kondisi tertentu selama waktu tertentu. Diukur jumlah air yang menembus kain dan jumlah air yang terserap kain. Kondisi pengujian yang berhubungan dengan tekanan tetesan air, seperti besar tetesan air, jarak penyiram dari contoh uji, letak contoh uji terhadap arah tetesan air dan waktu penyiraman berbeda antara standar satu dengan standar lainnya. III. PRAKTIKUM A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN Bundesmann Rain Tester. Alat terdiri dari penyiram dan tabung-tabung pemegang contoh uji. Penyiram menghasilkan tetesan-tetesan air dengan ukuran rata-rata 0,075 ± 0,005 gram dan diatur dengan jarak tetesan seragam. Penyiram diletakkan 150 cm diatas empat tabung pemegang contoh uji yang dipasangdalam satu kesatuan dan berputar dengan kecepatan lima putaran per menit. Posisi tabung pemegang contoh uji sedemikian sehingga contoh uji membentuk sudut 10-15 0 terhadap horizontal. Dalam tabung pemegang contoh uji terdapatbatang logampenggosok (wiper) yang akan berputar bolak-balik menggosok permukaan bawah contoh uji ketika tabung pemegang contoh uji berputar dibawah siraman air, meniru gesekan yang terjadi pada jas hujan ketika dipakai. Air yang digunakan dengan pH 6,0-8,0 dan suhu 25-29 0 C. Pemotong contoh uji berbentuk lingkaran. Alat pemutar contoh uji untuk meghilangkan tetesan-tetesan air dipermukaan contoh uji.
  • 13. B. PERSIAPAN CONTOH UJI Potong empat buah contoh uji dan kondisikan dalam ruangan standar pengujian. C. CARA PENGUJIAN  Rangkaian tabung-tabung pemegang contoh uji, tanpa contoh uji dipasang pada alat. Tutup penahan siraman air masih menutup dan kran air dibuka. Jalankan motor pemutar tabung contoh uji, buka tutup penahan siraman air selama 1 menit, kemudian tutup kembali. Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji, ukur jumlah air yang tertampung pada masing-masing pemegang contoh uji dengan gelas ukur sampai milliliter terdekat. Ulangi pekerjaan tersebut dengan mengatur kran tekanan air sehingga jumlah air yang tertampung dalam tabung pemegang contoh uji 62 – 68 ml/menit/tabung.  Timbang masing – masing contoh uji yang telah dikondisikan dalam ruangan standar pengujian sampai miligram terdekat.  Setelah air dalam masing-masing tabung pemegang contoh uji dikeluarkan,tutup kembali kran pada tabung tersebut. Pasang contoh uji pada tabung pemegang contoh uji sehingga tidak terdapat kerutan-kerutan pada permukaan contoh uji.  Tutup penahan siraman air masih menutup, pasang rangkaian pemegang contoh uji dengan contoh ujinya pada alat.  Jalankan motor pemutar rangkaian tabung pemegang contoh uji,kemudian buka tutup penahan siraman air, sehingga air menyirami contoh uji yang berputar selama 10 menit dan tutup kembali.  Matikan motor,ambil rangkaian pemegang contoh uji.  Masing-masing contoh uji diambil dari tabung pemegang contoh uji, pasang pada alat pemutar contoh uji untuk menghilangkan tetesan-tetesan air pada permukaan contoh uji. Timbang berat contoh uji tersebut sampai miligram terdekat.  Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji ,ukur jumlah air yang tertampung pada masing-masing pemegang contoh uji dengan gelas ukur sampai mililiter terdekat. Jumlah air yang tertampung tersebut adalah jumlah air yang menembus contoh uji selama 10 menit.
  • 14. D. CARA EVALUASI  Hitung jumlah air yang terserap contoh uji dari selisih berat contoh uji basah dikurangi berat contoh uji kering dibagi berat contoh uji kering dinyatakan dalam persen.  Hitung jumlah air yang menembus contoh uji per tabung dalam mililiter per menit. E. DATA PRAKTIKUM  Berat kain kering = 4,12 gram  Berat kain basah = 7,04 gram  Jumlah air yang terserap = berat kain basah – berat kain kering x 100% berat kain kering = 7,04 g – 4,12 g x 100% 4,12 g = 70,87 %  Jumlah air yang menembus kain (10 menit) = 4 ml  Jumlah air yang menembus kain per menit = (1 / 10 menit) x 4 ml = 0,4 ml per menit. F. DISKUSI
  • 16. DAFTAR PUSTAKA N.M. Susyami Hitariat, Widayat, Totong. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain). Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil. Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.