Pengujian kekuatan sobek kain dengan cara lidah menggunakan alat uji kekuatan tarik. Kain dijepit pada jarak 7 cm lalu disobek dengan tarikan laju mundur 30 cm/menit untuk mengetahui daya tahan kain terhadap sobekan sepanjang arah lusi dan pakan. Hasil dianalisis untuk mengetahui kekuatan sobek kain.
1. PENGUJIAN KONSTRUKSI KAIN
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui apa yang dimaksud konstruksi kain, alat yang digunakan untuk pengujian, cara
pengujian konstruksi kain, dan kegunaan konstruksi kain tenun.
TUJUAN
Mampu menggambar anyaman kain yang diuji.
Mampu menghitung nomor benang dari kain.
Mampu menghitung tetal benang pada kain.
Mampu menghitung mengkeret benang dari kain.
II. TEORI DASAR
A. Anyaman Kain Tenun
Anyaman kain tenun adalah silangan benang lusi dan benang pakan sehingga
terbentuk kain tenun. Benag lusi adalah benang yang sejajar dengan panjang kain tenun
dan biasanya digambarkan ke arah vertical, sedangkan benang pakan adalah benag yang
sejajar dengan lebar kain dan biasanya digambarkan ke arah horizontal.
Untuk menyatakan anyaman suatu kain tenun dapat dilakukan dengan cara :
Dengan menyebut nama anyaman
Nama anyaman beragam dari mulai anyaman dasar, yaitu anyaman polos
(plain/plat), anyaman keper (twill),dan anyaman satin (satine). Anyaman lain adalah
turunan dari anyaman dasar misalnya anyaman panama, anyaman keper
runcing,dan lain-lain.
Dengan gambar anyaman
Anyaman selain dinyatakan dengan nama anyaman juga dapat dinyatakan dengan
gambar yang disebut gambar disain anyaman. Penggambaran anyaman dapat
dilakukan dengan cara :
Dengan gambar
Untuk menempatkan gambar anyaman diperlukan kertas disain, yang berupa
kertas kotak-kotak, dengan ukuran sesuai dengan perbandingan tetallusi dan
tetalpakan. Kotak-kotak ke arah vertical mewakili benang lusi dan ke arah
horizontal mewakili benang pakan. Tiap kotak mewakili satu titik persilangan.
2. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
Cara penggambaran silangan sebagai berikut : jika benang lusi berada diatas
benang pakan maka pada kotak tersebut diberi tanda silang atau arsir, tetapi bila
benang pakan berada diatas benang lusi makakotak tersebut dibiarkan kosong.
Dengan tanda
Tanda-tanda yang digunakan berupa angka diatas garis datar,angka dibawah
garis datar, garis miring, dan angka dibelakang garis miring. Angka diatas garis
datar menunjukkan efek lusi dan dibawah garis datar menunjukkan efek pakan
dengan cara pembacaan angka mulai dari angka paling kiri atas kemudian
bawah dan seterusnya. Garis miring menunjukkan arah dari pergeseran benang
dan angka dibelakang garis miring merupakan angka loncat dari anyaman.
B. Nomor Benang
Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan dalam
satuan berat setiap panjang tertentu atau panjang setiap berat tertentu.
Table 1.1 Satuan Inggris
Satuan Berat Satuan Panjang
1 pound (lbs) = 16 ounces
= 7000 grains
= 453,6 gram
1 hank = 840 yard
= 768 meter
1 lea = 120 yard
1 yard = 36 inchi = 0,914 meter
1 inchi = 2,54 cm
Tabel 1.2 Satuan Metrik
Satuan Berat Satuan Panjang
Kilogram (kg)
Gram (g)
Milligram (mg)
Dst
Kilometer
Meter
Centimeter
Milimeter, dst
Penomoran benang dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
Penomoran langsung
Penomoran langsung adalah penomoran benang yang didasarkan pada berat
benang setiap panjang tertentu. Nomor benang langsung yaitu :
3. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
Nomor benang cara Denier (TD)
TD = berat (gram) / panjang (9000 m)
= [9000 x berat (gram)] / panjang (m)
Nomor benang caraTex
Tex = berat (gram) / panjang (1000 m)
= [1000 x berat (gram)] / panjang (m)
Penomoran Tidak langsung
Penomoran benang tidak langsung adalah penomoran benang yang didasarkan
pada panjang benang setiap berat tertentu. Nomor benang tidak langsung yaitu :
Penomoran cara Inggris
Ne1 = panjang (hank) / berat (lbs)
Penomoran cara Metrik
Nm = panjang (m) / berat (gram)
Table 1.3 Rumus Cepat Untuk Menghitung Konversi Nomor Benang
Nomor Ne1 Nm TD Tex
Ne1 - 0,59 Nm 5315/TD 590/Tex
Nm 1,69 Ne1 - 9000/TD 1000/Tex
TD 5315/Ne1 9000/Nm - 9 Tex
Tex 590/Ne1 1000/Nm TD/9 -
C. Tetal Benang
Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang setiap satuan
panjang tertentu, misalnya jumlah benang setiang inchi atau cm. Ada beberapa cara
menentukan tetal benang, yaitu :
Dengankaca pembesar
Dengan kaca penghitung secara bergeser
Dengan cara urai
Dengan proyektor
Dengan parallel line grating
Dengan taper line grating
5. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
Untuk kain grey bila kedua benang adalah benang tunggal maka yang dikanji
adalah benang lusi.
Tetal lusi biasanya lebih tinggi dari tetal pakan.
Tentukan pada kertas disain yang mewakili lusi dan pakan.
Pada kain tentukan mana yang dipakai acuan sebagai lusi pertama dan pakan
pertama, demikian juga pada kertas disain.
Dengan kaca pembesar dan dibantu jarum, buka dan amati lusi pertama dan
pakan pertama, kedua, ketiga ,dan seterusnya,untuk efeklusi diberi tanda silanga
tau arsiran pada kertas disain.
Seterusnya amati lusi kedua dan seterusnya.
Apabila dengan cara diatas sukar maka yang dibuka adalah pakan pertama dan
lihat efeknya terhadap lusi pertama, kedua, dan seterusnya. Untuk efeklusi diberi
tanda silanga tau arsiran pada kertas disain.
Apabila efekanyamansudah berulang bersrti satu raport anyaman telah tercapai
dan pada kertas pola diberi tanda satu raport anyamannya.
Gambar pada kertas disain satu raport anyaman, buat rumus anyamannya dan
nama anyamannya.
B. Pengujian Nomor Benang
1. Peralatan
Meteran dengan skala milimeter
Jarum
Gunting
Timbangan
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar contoh uji.
3. Cara Pengujian
Potong contoh uji sejajar dengan benang lusi dan benang pakan dengan ukuran
20 cm x 20 cm.
Ambil 20 helai benang lusi/pakan dari kain diatas, masing-masing 10 helai dari
kedua pinggirnya.
6. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
Timbang 20 helai benang lusi/pakan dengan timbangan (sensitifitas 0,01 mg),
kemudian ukur panjang masing-masing benang lusi/pakan dengan tegangan
benang tidak terlalu besar juga tidak kendor.
Hitung nomor benang dalam Ne1, Nm, TD, dan Tex.
C. Pengujian Tetal Benang Lusi/Pakan
1. Peralatan
Kaca pembesar dengan skala inci
Jarum
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
3. Cara Pengujian
Ratakan kain tanpa tegangan pada meja pemeriksaan.
Dengan kaca pembesar dibantu jarum, hitung jumlah lusi atau pakan setiap inci.
Pengujian dilakukan paling sedikit di lima tempat yang berbeda secara merata.
Jika tetal lusi atau pakan kurang dari 10 helai tiap cm maka lakukan pengujian
setiap 7,5 cm.
Jika lebar kain kurang dari 7,5 cm maka seluruh benang dihitung.
Hitung rata-rata tetal lusi dan tetal pakan.
D. Pengujian Mengkeret Lusi/Pakan
1. Peralatan
Meteran dengan skala milimeter
Gunting
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
3. Cara Pengujian
Potong contoh uji sejajar benang lusi dan benang pakan dengan ukuran 20 cm x
20 cm.
7. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
Ambil 20 helai benang lusi/pakan dari kain ditas, masing-masing 10 helai dari
kedua pinggirnya.
Ukur panjang masing-masing benang lusi / pakan dengan tegangan benang tidak
terlalu besar juga tidak kendor.
Hitung panjang rata-ratanya.
Hitung mengkeret benang lusi/pakan dengan rumus :
Mengkeret = [(Pb – Pk) / Pb] x 100%
8. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA LIDAH
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui apa yang dimaksud kekuatan kain, terdiri dari apa saja kekuatan kain, alat yang
digunakan untuk pengujian, macam-macam cara pengujian kekuatan kain, dan kegunaan
konstruksi kain tenun.
TUJUAN
Mampu melakukan pengujian kekuatan sobek kain cara lidah.
Mampu menggunakan alat pengujian.
Mampu menganalisis hasil pengujian.
II. TEORI DASAR
Kekuatan kain dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :
Kekuatan tarik kain
Kekuatan sobek kain
Kekuatan jebol kain
Kekuatan Sobek Kain
Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji daya tahan kain terhadap sobekan.
Pengujian kekuatan sobekkain sangat diperlukan untuk kain-kain militer seperti kain untuk
kapal terbang, payung udara, dan tidak kalah pentingnya juga untuk kain sandang. Pengujian
kekuatan sobek kain dapat dikakukan dengan tiga cara, yaitu :
Kekuatan sobek kain cara trapesium
Pengujian cara trapesium ini meniru keadaan dari kejadian sebagai berikut : apabila
sepotong kain ditarik dan digunting pada bagian pinggir kain, dan contoh dipegang
dengan kedua tangan, kemudian disobek mulai dari sobekan yang telah dibuat.
Kekuatan sobek kain cara lidah
Pengujian kekuatan sobek cara lidah, yaitu apabila sepotong kain digunting menjadi
dua sampai kira-kira setengahnya, kain kemudian disobek dengan memegangkedua
lidah kemudian ditarik. Pengujian dengan cara lidah tidak dapat dilakukan pada kain
tidak seimbang. Kain dengan tetal lusi lebih besar dari tetal pakan, apabila disobek
pada arah lusi, maka arah sobekan pada saat pengujian akan berubah ke arah
9. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
pakan yang lebih lemah. Oleh karena itu orang lebih suka melakukan pengujian
dengan cara trapesium.
Kekuatan sobek kain cara Elmendorf
Pengujian kekuatan sobek kain cara Elmendorf menggunakan alat khusus yaitu
Elmendorf, dengan system ayunan pendulum, berbeda dengan cara trapesium dan
cara lidah yang menggunakan alat uji kekuatan tarik kain untuk mengujinya.
III. PRAKTIKUM
1. Peralatan
Alat uji kekuatan tarik sistem laju mundur (Instron)
Jarak jepit 7 cm untuk cara lidah
Kecepatan penarikan 30 ± 1 cm/menit
Ukuran klem 7,5 cm x 2,5 cm
Penggerak mesin
Gunting
Kertas grafik
Pena/tinta
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
Potong contoh uji dengan ukuran seperti gambar dibawah ini sebanyak 5 helai lusi dan
5 helai pakan
20 cm
7,5 cm
7,5 cm sobekan
10. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
3. Cara Pengujian
a) Kalibrasi Alat
Nyalakan mesin dengan menekan tombol ON.
Pasang kertas grafik pada tempat yang disediakan.
Pasang load cell yang sesuai untuk pengujian kekuatan sobek kain.
Pasang klem atas dan bawah.
Pasang pena penunjuk harga skala pengujian.
Pindahkan switch uji kekuatan tarik dan mulur pada posisi ON.
Atur posisi pena pada posisi 0 (nol) tanpa beban/tombol beban pada 0 (nol),
kemudian pindahkan posisi tombol beban pada 5 kg atur posisi pena pada 0 (nol).
Pasang beban 5 kg pada klem atas, lihat posisi pena harus pada skala 10, jika
tidak maka atur sehingga pada posisi 10.
Untukmengecek kebenaran pembacaan, pindahkan beban pada skala 10, cek
apakah pena pada posisi angka 5, jika tidak ulangi langkah diatas.
b) Pengujian
Atur posisi tombol beban pada skala 5 kg atau 10 kg (sesuai dengan kekuatan
sobek kain).
Pasang kain contoh uji pada klem.
Pindahkan switch kekuatan tarik dan mulur pada posisi ON.
Atur kertas grafik sehingga kedudukan pena pada kertas grafik berada pada salah
satu titik potong absis dan ordinat grafik.
Tekan tombol UP sehingga mesin bergerak menarik contoh uji keatas.
Biarkan penarikan sampai selesai (dalam grafik didapat mulur 5 cm).
Setelah itu hentikan mesin dengan menekan tombol OFF.
Off kan switch kekuatan tarik dan mulur,kemudian turunkan klem dengan menekan
tombol down.
Lakukan pengujian pada lima sampel arah lusi dan pakan.
Beri tanda pada lima titik puncak tertinggi dan hitung rata-rata lima titik puncak
tertinggi.
Hitung rata-rata, standar deviasi dan koefisien variasi dari data hasil pengujian.
11. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
PENGUJIAN KEMAMPUAN KAIN UNTUK KEMBALI DARI KEKUSUTAN
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui apa yang dimaksud kemampuan kembali dari kekusutan, alat yang digunakan
untuk pengujian, cara pengujian, dan kegunaan pengujian kemampuan kain untuk kembali
dari kekusutan.
TUJUAN
Mampu melakukan pengujian kemampuan kain untuk kembali dari kekusutan.
Mampu menggunakan alat pengujian.
Mampu menganalisa hasil pengujian.
II. TEORI DASAR
Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk
memperbaiki kekurangan ini banyakdilakukan dalam proses penyempurnaan. Wol merupakan
serat yang elastisitasnya sangat baik, sehingga mudah pulih dari kekusutan. Sifat ini menjadi
dasar untuk mengukur sudut kembali dari kekusutan.
Kemampuan kembali dari kekusutan adalah sifat dari kain yang memungkinkan untuk
kembali dari lipatan. Alat uji untuk ketahanan terhadap kekusutan ada dua jenis, yaitu :
Pengujian Tootal
Prinsip pengujian dengan cara ini adalah kain dipotong dengan ukuran 4 cm x 1 cm,
kemudian dilipat dan ditekan dengan beban 500 gram untuk mengusutkan selama 5
menit. Kain diambil dan digantungkan pada kawat selama 3 menit supaya kembali dari
kekusutannya, setelah itu jarak antara dua ujung pita (V) diukur. Untuk wol yang
mempunyai mutu crease recovery yang baik jarak antara kedua ujung pita 33 – 35 mm.
Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester
Prinsip pengujiannya sama seperti Tootal tetapi yang diukur adalah sudut (V) nya
bukan jaraknya. Alat terdiri dari beban pemberat dan piringan busur derajat yang
dipasang dan dapat berputar pada porosnya. Tepat pada 0 0
dipasang penjepit untuk
menjepit contoh uji. Tepat dibawah poros piringan, pada dudukan terdapat lempeng
penunjuk. Disamping itu terdapat pula garis penunjuk sudut pada skala.
Prinsip pengujiannya dengan cara kain dipotong berbentuk pita kemudian dilipat dan
ditekan dengan beban tertentu selamawaktu tertentu. Kemudian contoh uji dipasang
12. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
pada lempeng busur derajat, dibiarkan pulih dari lipatan dan diatur ujung contoh uji yang
bebas lurus dengan lempeng petunjuk. Setelah waktu tertentu atur kembali penunjuk
sesuai arah ujung kain dan baca sudut kembali dari kekusutan tersebut. Prinsip
pengujian dan alat dari Shirley dan AATCC sama tetapi kondisi pembebanan dan waktu
pembebanan serta waktu pembacaan sudut berbeda.
III. PRAKTIKUM
A. Pengujian Dengan Alat Shirley Recovery Tester
1. Peralatan
Shirley Recovery Tester, yang dilengkapi dengan :
Beban penekan 800 gram
Busur derajat pengukur sudut kembali dari lipatan
Lempeng pemegang contoh uji
Jarum penunjuk skala
Gunting
Pinset
Mistar
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
Gunting kain yang akan diuji dengan ukuran 4 cm x 1,5 cm masing-masing 4
contoh arah lusi dan pakan.
3. Cara Pengujian
Lipat contoh uji menjadi dua bagian kearah panjang.
Jepit contoh uji dengan pinset dan letakkan dibawah beban penekan 800 gram dan
biarkan selama 3 menit.
Setelah 3 menit, ambil salah satu ujung kain contoh uji dengan pinset, kemudian
ujung lain contoh uji dimasukkan ke dalam penjepit pada alat. Posisi bagian lipatan
menempel tepat pada ujung penjepit dan ujung lainnya menjuntai ke bawah
segaris dengan garis penunjuk vertikal, dan diamkan selama 3 menit.
Setelah 3 menit, contoh uji yang menjuntai diatur kembali posisinya segaris
dengan penunjuk vertikal, baca penunjuk sampai derajat terdekat dari busur
derajat.
13. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain pada contoh uji
yang berbeda.
B. Pengujian Dengan Alat AATCC Recovery Tester
1. Peralatan
AATCC Recovery Tester, yang dilengkapi dengan :
Gunting
Pinset
Mistar
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan pengujian standar.
Gunting kain yang akan diuji dengan ukuran 4 cm x 1,5 cm masing-masing 4
contoh uji arah lusi dan pakan.
3. Cara Pengujian
Pegang pemegang contoh uji dengan tangan kiri, contoh uji diletakkan dengan
menggunakan penjepit diantara lempeng pemegang contoh dan salah satu ujung
tepat berada dibawah garis 18 mm. Dengan menggunakan penjepit ujung yang
bebas dilipat ke belakang sampai tepat pada tanda garis 18 mm pada lempeng
logam yang lebih pendek dan dipegang dengan kuku ibu jari kiri. Harus dicegah
agar contoh uji tidak dipegang didekat daerah pelipatan meskipun menggunakan
penjepit. Pada bagian ini tidak boleh ada pelipatan atau penekanan tetapi harus
ada dalam keadaan melengkung.
Buka plastik penekan dengan tangan kanan kemudian pemegang dan contoh uji
dimasukkan kedalam plastik penekan sedemikian sehingga lempeng plastik yang
mempunyai tempelan plastik menempel dan sejajar dengan lempeng panjang dan
pemegang contoh. Bagian yang lebih tebal dari lempeng plastik diatur sehingga
tepat berada diatas contoh uji. Ujung lempeng plastik penekan ditutup perlahan-
lahan, asal cukup untuk memegang contoh uji sehingga garis pada lempeng
pendek, pemegang contoh uji, ujung bebas contoh uji,dan ujung plastik penekan
terletak satu garis. Cara ini harus membentuk lipatan kira-kira 1 mm dari ujung
lempeng logam.
14. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
Letakkan penekan bersama-sama contoh uji diatas dan dengan perlahan-lahan
pemberat 500 gram diletakkan diatas bagian yang tebal. Setelah 5 menit ± 5 detik
pemberat diambil pemegang bersama penekan diambil bersama-sama, ujung
pemegang contoh dimasukkan pada penjepit yang terpasang pada permukaan
piringan alat uji. Plastik penekan segera dilepaskan. Ujung contoh uji dijaga
supaya tidak tergulung dan letak pemegang contoh uji diatur dengan baik.
Lipatan harus tepat terletak pada titik tengah piringan dan bagian contoh uji yang
tergantung harus segaris dengan garis penunjuk vertikal. Pengerjaan-pengerjaan
ini harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak menyentuh atau meniup bagian
contoh uji yang tergantung atau menempelkannya pada permukaan piringan
dengan menekan pemegang contoh uji kebelakang dan pengerjaan tersebut harus
dilakukan secepat mungkin.
Untuk menghilangkan pengaruh daya tarik bumi, bagian contoh uji yang
tergantung dibiarkan segaris dengan garis penunjuk vertikal selama 5 menit waktu
kembali. Apabila diperlukan hasil yang lebih teliti maka pengaturan setiap 15 detik
pada menit pertama dan selanjutnya setiap 1menit.
Setelah 5 menit ± 5 detik dari pengambilan beban (10 menit dari pembebanan)
bagian contoh uji yang tergantung diatur lagi segaris dengan garis vertikal untuk
yang terakhir, dan baca besarnya sudut kembali sampai derajat terdekat dari busur
derajat.
15. Laporan Praktikum Evaluasi Fisika Tekstil, Oleh : Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
DAFTAR PUSTAKA
N.M. Susyami Hitariat, Widayat, Totong. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil
III (Evaluasi Kain). Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi
Tekstil.
Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung :
Institut Teknologi Tekstil.