Dokumen tersebut membahas tentang rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2009-2014. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, visi, misi, dan tujuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Ciamis. Dokumen ini juga menyajikan data penyakit terbanyak di RSUD Ciamis tahun 2011, di mana benigna prostat hiperplasia menempati urutan ketiga setelah tumor jinak lunak dan HIL."
1. KUMPULANASKEP
Jumat, 05 Agustus 2011
Akep BPH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut, merupakan upaya seluruh potensi bangsa baik pemerintah, swasta dan masyarakat.
Agar upaya usaha kesehatan yang dilaksanakan dapat berdaya guna dan berhasil guna
khususnya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka perlu disusun rencana
strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2009-2014. Renstra dinas
kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat visi, misi,
tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan.
Sebagai mana visi Indonesia sehat 2014, Dinas Kesehatan Kabun Ciamis memiliki visi
dengan tema : “Mewujukan Masyarakat Ciamis Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Tahun 2014”
yang mengandung makna bahwa masyarakat Ciamis yang ada di Ujung Timur Provinsi Jawa
Barat memiliki jiwa menumbuhkan kemandirian di bidang kesehatan sehingga akan tercapai
suatu kondisi yang sejahtra dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi dalam rentang waktu 5 tahun ke depan, di mulai dari tahun
2009 sampai dengan 2014 (Dinkes Kab. Ciamis).
2. Untuk mewujudkan visi sebagaimana tersebut diatas, maka misi yang diemban Dinas
Kesehatan Kabupaten Ciamis dalam rangka mewujudkan visi dan misi sebagai di atas adalah :
a. Meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan yang bermutu
b. Meningkatkan sumberdaya kesehatan yang merata, memadai serta mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Memberdayakan masyarakat melalui Promosi Kesehatan
d. Mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan
Salah satu unit pelayanan kesehatan di Wilayah kerja Dinkes Kabupaten Ciamis adalah
RSUD Ciamis, yang melakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
melakukan asuhan keperawatan dan dilaksanakan dengan pendekatan proses keperawatan,
asuhan keperawatan yang logis, sistematis dan teratur. RSUD Ciamis juga memiliki visi dan misi
diantaranya :
1. Visi
“Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Ciamis Menjadi Rumah sakit yang profesional,
mandiri, dan berdaya saing yang diminati masyarakat”
2. Misi
Untuk mencapai visi tersebut RSUD kelas C Kabupaten Ciamis mempunyai 3 misi yaitu :
a. Menerapkan mutu pelayanan standar yang memuaskan pelanggan,
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prosfesional dan terjangkau
c. Mewujudkan kemandirian rumah sakit dengan prinsip otonomi dalam pengelolaan keuangan dan
SDM.
Pelaksanaan proses keperawatan selalu berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan
dasar manusia salah satunya yaitu kebutuhan eliminasi yang normal, merupakan bagian dari
3. kebutuhan fisiologis yang paling dasar dalam keperawatan. Tim keperawatan diharapkan dapat
merawat berbagai penyakit yang di derita masyarakat dianataranya adalah, penyakit sistem
kardiovaskuler, sistem integumen, sistem neurologi dan sistem perkemihan. Salah satu penyakit
yang diderita masyarakat, yaitu sistem pekemihan yang merupakan suatu tatanan yang terdiri
dari ginjal, ureter, vesicourinaria, dan uretra yang menyelenggarakan serangkaian tujuan
diantaranya untuk keseimbangan elektrolit tubuh. Penyakit sistem pekemihan, diantaranya
adalah gagal ginjal, sindrom nefrotik, BPH, dan urolithiasis (Nefrolithiasis Uretrolithiasis dan
Vesicolithiasis) (Rumoharbo, 2000).
Benigna merupakan salah satu penyakit sistem pekemihan dimana benigna prostat
hiperthropi adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak sebelah inferior buli-buli dan
membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran organ ini menekan uretra pars
prostatika dan menyebabkan terhamabatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Purnomo, 2000).
Kondisi benigna postat hperthropy sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya
sebagai peran perawat.
Data penyakit bedah terbanyak di RSUD Ciamis Triwulan I (Januari – Maret) dan
Triwulan II (April-Juni) 2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data 15 Besar Kasus Penyakit Bedah
Di RSUD Ciamis Triluan I (Januari – Maret) dan
Triwulan II (April-Juni) 2011
No Nama Penyakit
Jumlah Penderita Kasus
Penyakit Bedah (Triwulan
I dan Triwulan II) 2011
Persentase
(%)
1 Tumor jinak lunak
(TJL)
36 13,77
2 HIL 32 12,21
3 BPH 29 11,07
4. 4 Abces 27 10,31
5 Katarak 23 8,78
6 App 20 7,63
7 Hernia 19 7,25
8 Ulcus DM 16 6,11
9 Uretro litiasis 13 4,96
10 CKR (Cidra Kepala
Ringan)
12 4,58
11 Hemoroid 10 3,82
12 Illeus Obstruktif 9 3,44
13 CA Mamae 7 2,67
14 HI 6 2,29
15 Trauma Capitis 3 1,15
Jumlah Total 262 100
Sumber : Medical Record RSUD Ciamis
Berdasarkan tabel di atas terlihat dari seluruh klien yang mengalami gangguan benigna
mencapai urutan ke 3 sebanyak 29 orang dengan presentase 11,07% dari 15 kasus penyakit
bedah yang ada di RSUD Ciamis pada tahun 2011. Mengingat kondisi tersebut diperlukan
perhatian dan penanganan yang intensif terhadap penyakit BPH (Benigna Prostat Hiperthropi)
karena dapat menimbulkan dampak terhadap kebutuhan manusia diantaranya rasa nyaman nyeri,
pola nutrisi, imobilisasi dan penurunan volume cairan.
Prostat penempatan kelenjar aksesori pada pria : tebalnya + 2 cm dan panjangnya + 3 cm
dengan lebarnya + 4 cm, dan berat 20 gram. Prostat mengelilingi uretra pars prostatika dan
ditembus dibagian posterior oleh 2 buah duktus ejakulatoris (Grenserr, 2001).
Dampak Begina Porstat Hiperthropy terhadap KDM diantaranya gangguan pada eliminasi
adalah :
1. Retensi urine berulang (berat), yaitu retensi urine yang gagal dengan pemasangan cateter urine
sedikitnya 1 kali.
2. Infeksi saluran kencing berulang
3. Gross hematuria berulang
5. 4. Batu buli-buli
5. Insufisiensi ginjal
6. Divertikula buli-buli
(http//:www.go.id)
Peran perawat dalam meberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
perkemihan : benigna postat hyperthropy sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya
sebagai perawat.
Hasil pengkajian pre dan post Operasi Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy di
Ruang Bougenvill pada tanggal 25-29 Juli 2011 penulis menemukan data sebagai berikut, pre
operasi BPH yaitu : klien sulit BAK, nyeri berhubungan dengan obstruksi disaluran ureter,
cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien cemas di karenakan
akan di operasi, depisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri personal hygiene. Sedangkan pada post operasi BPH yaitu : perubahan
pola eliminasi urine behubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria, nyeri
berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan, resiko infeksi berhubungan dengan
adanya jalan untuk invasi bakteri.
Berdasarkan hal tersebut penulis teratarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang
disusun dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. I dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Pre dan Post Operasi Prostatectomy : Benigna Postrat
Hiperthropy (BPH) di Ruang Bougenvil RSUD Ciamis”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
6. Memperoleh pengalaman secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem perkemihan : Pre Operasi Benigna Prostat Hyperthropy dengan melalui
tahap proses keperawatan dan mendokumentasikannya dalam bentuk karya tulis.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan secara komporhensif pada kasus pre dan post operasi
Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH), maka penulis mampu :
a. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan pre dan post operasi Prostatectomy : benigna
prostat hyperthropy (BPH) secara komprehensif, menganalisa data.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien pre dan post operasi Prostatectomy : benigna
prostat hyperthropy (BPH).
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kasus pre dan post operasi
Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH).
d. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan kasus pre dan post operasi Prostatectomy : benigna
prostat hyperthropy (BPH).
f. Melakukan pendokumentasian pada klien pre dan post operasi Prostatectomy : benigna prostat
hyperthropy (BPH).
C. Metode Penelaahan
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif dalam
bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang memberikan gambaran nyata
7. dalam asuhan keperawatan yang diberikan, sedangkan tekhnik pengumpulan data dilakukan
melalui : (1) Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab dengan klien, keluarga
dan tim kesehatan lain sebagai data subjektif yang berhubungan dengan masalah kesehatan lain,
(2) Observasi, yaitu mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang tingkat
kesehatan klien, (3) Pemeriksaan fisik dilakukan secara keseluruhan dari kepala sampai ujung
kaki dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi, (4) Studi Dokumenter, yaitu
pengumpulan data yang didapat dari buku status perkembangan klien selama di RSUD Ciamis,
(5) Studi Kepustakaan, yaitu studi melalui literatur dengan melihat dari buku sumber yang
berkaitan dengan kasus yang diambil dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
D. Sistematika Penulisan
Dalam sistem penulisan ini, penulis memberikan gambaran secara umum mengenai uraian
pembuatan karya tulis. Adapun sistem penulisannya sebagai beirkut :
BAB I : PENDAHULUAN
Memberikan informasi mengenai karya tulis yang meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode penelaahan, sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Konsep dasar dan tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan meliputi pengertian, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, phatway, manajemen medik dan dampak terhadap kebutuhan
dasar manusia. Asuhan keperawatan pada klien Benigna Prostat Hyperthorpy yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencnaan, implementasi dan evaluasi.
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINAJAUAN KASUS
8. Merupakan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan :
Pre dan Post Operasi Prostatectomy : Benigna Prosta Hytperthropy yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan evaluasi dan catatan perkembangan.
B. PEMBAHASAN
Berisi tentang kesenjangan dan kesamaan yang ditemukan antara pendekatan teoritis dengan
pelaksanaan pada kasus Pre dan Post Operasi Prostatectomy : Benigna Prostat Hyperthoropy
(BPH)
BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Merupakan bagian akhir yang berisi tentang kejadian yang digambarkan dalam karya tulis ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) adalah suatu pembesaran dari kelenjar prostat yang
disebabkan oleh bertambahnya sel-sel glanduler interstitial, sehingga sebenarnya lebih tepat
disebut hyperplasia atau abdomen prostat, namun istilah hyperthropy ini sudah umum di pakai
(Rumah Orbo, 2000 :70).
Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat
(secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai deratajat obstruksi
uretral dan pembatasan aliran urinarius (Marilyn, E.D, 2000 : 671).
9. Tindakan bedah untuk menangani kasus benigna prostat hyperthropy disebut dengan
istilah prostataektomy yaitu tindakan reseksi bedah bagian prostat yang memeotong uretra untuk
memperbaiki aliran urine dan menghilangkan retensi urinaria akut (Doengeos, 2000 : 679).
2. Anatomi
Gambar 1 Kelenjar Prostat
10. Kelenjar prostat berbentuk dan berukuran hampir sama dengan horse chestnut. Kelenjar
ini mengelilingi bagian utama uretra. Kelenjar ini terletak di bawah kandung kemih, di belakang
simfisis pubis, dna di depan rektum. Dilewati oleh uretra dan duktus ejakulatorius. Terdiri dari
sejumlah kelenjar tubulat dan jaringan fibromuskular, seluruhnya dibungkus didalam kapsul
(John Gibson, 2003 : 335).
3. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketehaui namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya
dengan BPH adalah proses penuaan, ada beberapa faktor kemungkinan penyebab antara lain :
a. Dhydro testosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
b. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron pada proses penuaan pada pria terjadi
peningkatan hormon estrogen dan penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
11. c. Interaksi stroma-epitel, peningkatan epidermal gorwht atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
d. Berkurangnya sel yang mati, estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
e. Teori sel stem, sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
(Rumahorbo, 2000 : 70)
4. Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika
prostat membesar akan meluas ke atas (bleadder), didalam mempersempit saluran uretra
prostatika dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan-tekanan
intravesikal, sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan
buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Perubahan struktur pada
buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau lower urinary
tract symton / LUTS (Basuki, 2000 : 76).
Pada fase-fase awal dari prostat hyperplasia, komplensasi oleh muskulus desklusor
berhasil dengan sempurna, artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Lama
kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola kualitas miksi berubah,
kekuatan seta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga
tersisihlah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir. Seringkali prostat hiperpalesia
12. menambah kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan peningkatan tekanan intra
abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang di sertai timbulnya hernia dan hemoroid.
Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidakmampuan otot destrusor memompa
urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran
fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999 : 11)
Gambar 2
Patway Pre Dan Post Operasi Benigna Prostat Hyperthropy
13. 5. Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigna Prostat Hypertheropy disebut sebagai
syndroma protatisme, syndroma protatisme dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala obstruktif
- Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan mengejan yang
disebabkan oleh karena otot destrusor, buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan
tekanan intravesikal guna mengatasi daya tekanan dalam uretra prostatika.
- Intermiency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidak mampuan
otot destruktor dalam mempertahankan tekanan intravesikal sampai berakhirnya miksi.
- Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada air kencing.
- Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrusor memerlukan waktu untuk
dapat melampaui tekanan di uretra.
- Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
14. b. Gejala iritasi
- Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
- Frekuency yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari
(noeturia) dan pada siang hari.
- Disturia yaitu nyeri pada waktu kencing.
6. Derajat Benigna Prostat Hyperthropy
Benigna prostat hyperthropy terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :
a. Derajat I, keluhan protatisme ditemukan penonjolan prostat 1-2 cm, sisa urine kurang 50 cc,
pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
b. Derajat II, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia, bertambah berat, panas badan
tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa
urine 50-100 cc dan beratnya 40 gram.
c. Derajat III, gangguan lebih berat dari derajat II, batas tak teraba, sisa urine lebih 100 cc,
penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram.
d. Derajat IV, inkontinesia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit ginjal seperti gagal
ginjal, hydroneprosis.
7. Dampak Kebutuhan Manusia Yang Muncul Pada klien Pre Operasi Prostatektomi :
Benigna Prostat Hyperthropy (BPH)
Benigna Prostat Hypertophy selalu terjadi pada orang tua, namun terdapat dampak
kebutuhan manusia yang muncul pada klien pre operasi prostatektomi : benigna prostat
15. hypertrophy akan tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu
:
8. Peroes Keperawatan Pre Operasi Benigna Prostat Hyperthropy
9. Pemeriksaan Fisik
a. Perhatian khusus pada abdomen : defisiensi, nutrisi, edema, pruritus, Echymosis menunjukkan
renal insufsiensi dari obstruksi yang lama.
b. Distensi kandung kemih
c. Insepeksi : penonjolan pada daerah supra pubik, retensi urine.
d. Palpasi : akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan klien ingin buang air kecil,
retensi urine.
e. Perkusi : redup, residual urine.
f. Pemeriksaan penis : uretra kemungkinan aanya penyebab lain mislanya stenose meatus, striktur
uretra, baut uretra/ kemosis.
g. Pemeriksaan rectal tocuher (colok dubur), posisi knee chest
Syarat : buli-buli kosong/ dikosongkan
Tujuan : menentukan konsitensi prostat, menentukan besar prostat.
10. Pemeriksan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi ditunjukan untuk
a. Menentukan volume Beningna Prostat Hyperthropy
b. Menentukan derajat dsifungsi buli-buli dan volume residual urine
16. c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan benigna prostat hyperthropy,
diantaranya ada beberapa pemeriksaan radiologi yaitu:
- Intra Vena Pyclografi (IVP) : gambaran trebakulasi buli, residual urine postat, miksi, dipertikal
buli.
Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonojol disertai urolitiasis
Tanda BPH : impresi prostat, hockey stick ureter
- BOF : untuk mengetahui adanya kelainan pada renal
- Retrografi dan voiding cys houretrografi : untuk melihat ada tidaknya refleks vesiko ureter /
striktur uretra.
- USG : untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan menilai pembesaran prostat
jinak/ganas.
- Pemeriksaan endoskopi
- Pemeriksaan uroflowmetri, berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan
obstruksi leher buli-buli :
Q max : > 15 ml/detik, non obstruksi
10-15 ml/detik, borderline
< 10 ml/detik, obstruktif.
- Pemeriksaan laborat
Urinalisis (tes glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na/K, Protein/Albumin, PH
dan Urnie Kultur).
RFT, Evaluasi fungsi renal
11. Penatalaksanaan
17. a. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan
klien.
b. Medikamentosa
Terapi ini, di indikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disetai
penyulit. Obat yang digunakan berasal dari : phitroterapi (misal : hipoksis, rosperi, serenoa
repens, Dll) gelombang alfa blocker, dang golongan supresor androen.
c. Pembedahan
1) Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
a) Klien yang mengalami retensi urine akut atau pernah retensi urine akut.
b) Klien dengan residual urine > 100 ml
c) Klien dengan penyulit
d) Terapi medikamentosa tidak berhasil
e) Flowmetri menunjukkan pola obstruktif
2) Pembedahan dapat dilakukan dengan
a) TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat 90-95%)
b) Retropubic atau ekstravecikal prostatetctomy
c) Perianal prostatectomy
d) Supara pubic atau transvecikal prostatectomy
d. Alternatif lain (misalnya : kryoterapi, hipertermia, termotrapi, terapi ultrasonik).
B. Diagnosa dan Perencanaan Benigna Prostat Hyperthropy (BPH)
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut
18. 1. Pre oprasi
a. Obstruksi akut/ kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesarabn prostat,
dekompensasi otot destrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi secara
adekuat
1) Tujuan : tidak terjadi obstruksi
2) Kriteria hasil :
o Berkemih dalam jumlah yang cukup
o Tidak teraba sistensi kandung kemih
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.1
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 1
No Interverensi Rasional
1. Dorong klien untuk berkemih
tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan
Meminimalensikan retensi urine
distensi berlebihan pada kandung
kemih
2. Observasi aliran urine perhatikan
ukuran dan kekuatan pancaran
urine
Untuk mengevaluasi obstruksi dan
pilihan intervensi
3. Awasi dan catat waktu serta
jumlah setiap kali berkemih
Retensi urine meningkatkan tekanan
dalam saluran perkemihan yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal
4. Berikan cairan sampai 3000 ml
sehari dalam toleransi jantung
Peningkatan aliran cairan
meningkatkan perfusi ginjal, kandung
kemih dari pertumbuhan bakteri
5. Berikan obat sesuai indikasi
(antispamodik)
Mengurangi spasme kandung kemih
dan mempercepat penyembuhan
19. Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa buli-buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal
infeksi urinaria.
1) Tujuan : nyeri hilang/ terkontrol
2) Kriteria hasil :
o Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
o Menunjukkan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu
o Tampak rileks, tidur/istirahat dengan tepat
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.2
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 2
No Interverensi Rasional
1. Dorong klien untuk berkemih
tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan
Meminimalensikan retensi urine
distensi berlebihan pada kandung
kemih
2. Observasi aliran urine perhatikan
ukuran dan kekuatan pancaran
urine
Untuk mengevaluasi obstruksi dan
pilihan intervensi
3. Awasi dan catat waktu serta
jumlah setiap kali berkemih
Retensi urine meningkatkan tekanan
dalam saluran perkemihan yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal
4. Berikan cairan sampai 3000 ml
sehari dalam toleransi jantung
Peningkatan aliran cairan
meningkatkan perfusi ginjal, kandung
kemih dari pertumbuhan bakteri
5. Berikan obat sesuai indikasi
(antispamodik)
Mengurangi spasme kandung kemih
dan mempercepat penyembuhan
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
c. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis
20. 1) Tujuan : keseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara
2) Kriteria hasil :
o Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan tanda-tanda vital stabil, nadi priver, teraba,
pengisian perifer baik, membran mukosa lembab dan keluarnya urine tepat.
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.3
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 3
No Interverensi Rasional
1. Awasi keluaran tiap jam bila
diindikasikan. Perhatikan
keluaran 100-200 ml
Diuresis yang cepat dapat mengurangi
volume total karena ketidak cukupan
jumlah natrium diabsorbsi tubulus ginjal
2. Pantau masukan dan keluaran
cairan
Indikator keseimbangan cairan dan
kebutuhan penggantian
3. Awasi tanda-tanda vital,
perhatikan peningkatan nadi dan
pernafasan, penurunan tekanan
darah, diaforesis, pucat
Deteksi dini terhadap hipovelemik
sistemik
4. Tingkatkan tirah baring dengan
kepala lebih tinggi
Menurunkan kerja jantung memudahkan
hemeostatis sirkulasi
5. Kolaborasi dalam memantau
pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi, contoh : Hb/Ht, jumlah
sel darah merah, pemeriksaan
koagulasi, jumlah trombosit
Berguna dalam evaluasi kehilangan darah
/ kebutuhan penggantian. Serta dapat
mengindikasikan terjadinya komplikasi
misalnya penurunan faktorpembekuan
darah
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan/menghadapi prosedur bedah
1) Tujuan : Klien tampak rileks
2) Kriteria hasil :
21. o Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
o Menunjukan rentang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.4
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 4
No Interverensi Rasional
1. Dampingi klien dan bina
hubungan saling percaya
Menunjukan perhatian dan keinginan
untuk membantu
2. Memberikan informasi tentang
prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Membantu klien dalam memahami tujuan
dari suatu tindakan
3. Dorong klien atau orang terdekat
untuk menyatakan masalah atau
perasaan
Memberikan kesempatan pada klien dan
solusi pemecahan masalah
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
e. Resiko tinggi infeksi
Infeksi berhubungan dengan prosedur inpasif : alat selama pembedahan, kateter irigasi kandung
kemih sering.
1) Tujuan : klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
2) Kriteria hasil :
o Klien tidak mengalami infeksi
o Dapat mencapai waktu penyembuhan
o Tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda shcok
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.5
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 5
No Interverensi Rasional
22. 1. Pertahankan sitem kateter steril,
berikan perawatan kateter
dengan steril
Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi
2. Anjurkan intake cairan yang
cukup (2500-3000) sehingga
dapat menurunkan potensial
infeksi
Meningkatkan output urine sehingga
resiko terjadi ISK dikurangi dan
mempertahankan bakteri ke kandung
kemih
3. Pertahankan posisi urobag
dibawah
Menghindari reflek balik urine yang
dapat memasukan bakteri ke kandung
kemih
4. Observasi tanda-tanda vital,
laporkan tanda-tanda shock dan
demam
Mencegah sebelum terjadi shock
5. Observasi urine : warna, jumlah,
bau.
Mengidentifikasi adanya infeksi
6. Kolaborasi dengan dokter untuk
memberi obat antibiotik
Untuk mencegah infeksi dan membantu
proses penyembuhan
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
f. Resiko tinggi Perdarahan berhubugnan dengan tindakan pembedahan
1) Tujuan : tidak terjadi perdarahan
2) Kriteria hasil :
o Klien tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan
o Tanda-tanda vital dalam batas normal
o Urin lancar lewat kateter
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.6
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 6
No Interverensi Rasional
1. Jelaskan pada klien tentang
sebab terjadi perdarahan setelah
Menurunkan kecemasan klien
mengetahui tanda-tanda perdarahan
23. pembedahan dan tanda-tanda
perdarahan
2. Irigasi aliran kateter jika
terdeteksi gumpalan dalam
saluran kateter
Gumpalan dapat menyumbat kateter,
menyebabkan peregangan dan perdarahan
kandung kemih
3. Sediakan diet makanan tinggi
serat dan memberi obat untuk
memudahkan defekasi
Dengan peningkatan tekanan pada fosa
prostatik yang akan mengendapkan
perdarahan
4. Mencegah pemakaian
termometer rektal, pemeriksaan
rektal atau huknah, untuk
sekurang-kurangnya satu minggu
Dapat menimbulkan perdarahan prostat
5. Pantau traksi kateter : catat
waktutraksi dipasang dan kapan
traksi di lepas
Traksi kateter menyebabkan
pengembangan balon ke sisi fosa
prostatik, menurunkan perdarahan.
Umumnya di lepas 3-6 jam setelah
pembedahan
6. Observasi : tanda-tanda vital tiap
4 jam, masukan dan keluaran
warna urine
Deteksi awal terhadap komplikasi,
dengan intervensi yang tepat mencegah
kerysakan jaringan yang permanen
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
g. Resiko tinggi seksual berhubungan dengan ketakuan akan impoten akibat dari TUR-P
1) Tujuan : Fungsi seksual dapat dipertahankan
2) Kriteria hasil :
o Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun
o Klien menyatakan pemahaman situasi individual
o Klien menunjukan keterampilan pemewcahan masalah
o Klien mengerti tentang TUT-P pada seksual
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.7
24. Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 7
No Interverensi Rasional
1. Bri kesempatan pada klien untuk
memperbincangkan tentang
pengaryh TUR-P terhadap
seksual
Untuk mengetahui masalah klien
2. Jelaskan tentang : kemungkinan
kembali ketingkat tinggi seperti
semula dan kejadian ejakulasi
retrogad (air kemih seperti susu)
Kurang pengetahuan dapat
membangkitkan cemas dan berdampak
disfungsi seksual
3. Mencegah hubungan seksual 3-4
minggu setelah operasi
Bisa terjadi perdarahan dan
ketidaknyamanan
4. Dorong klien untuk menanyakan
kedokter selama di rawat di
rumah sakit dan kunjungan
lanjutan
Untuk mengklarifikasi kekhawatiran dan
memberikan akses kepada klien
penjelasan yang spesifik.
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
2. Implementasi
Implementasi yaitu pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Nasrul Effendy, 1995 : 40).
3. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan rencana tentang kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya (Effendy, 1995 : 460).
25. Evaluasi dibagi menjadi dua jenis yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif yaitu dilihat
langsung setelah tindakan dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah dilihat setelah adanya
rentang waktu perawatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Klien
: Tn. I
: 70 Tahun
min : Laki-laki
: Islam
: SD
: Wiraswasta
a : Sunda/Indonesia
ital : Kawin
asuk RS : 23 Juli 2011
Rec : 241391
mar : Bougenville / III
Medis : Pre dan Post Operasi Prostatomy (BPH)
ngkajian : 25 Juli 2011
: Karangsari RT. 04/11 Maleber – Ciamis
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 32 Tahun
Alamat : Karangsari Rt.04/11 Maleber Ciamis
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan Klien : Anak Kandung
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien nyeri BAK
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien sebelum masuk Rumah Sakit + 3 minggu mengeluh nyeri susah BAK dan klien datang ke
IGD RSUD Ciamis tanggal 23 Juli 2011, dengan keluhan nyeri BAK rasa sakit yang menusuk,
pada saat dikaji tanggal 25 Juli 2011 klien diperiksa dengan dilakukannya palpasi di daerah
abdomen bagian bawah Dan klien masih nyeri BAK
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit, klien baru pertama dirawat dan belum
pernah menderita penyakit berat atau keturunan.
26. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit berat ataupun keturunan.
c. Keadaan Umum
1) Penampilan Umum : Klien tampak Lemah
2) Kesadaran :
- Kwalitas : Compos mentis
- Kwantitas : E = 4 M = 5 V = 6
- Fungsi Kortikal (orientasi) : Klien dapat mengenal orang-orang disekitarnya dapat membedakan
waktu dan tempat.
3) Berat Badan/Tinggi Badan :
- Berat Badan Seblum Sakit : 50 kg
- Berat Badan Saat Sakit : 45 kg
- Tinggi Badan : + 165 cm
4) Tanda-tanda Vital
T = 150/80 mm Hg R = 20x/menit
P = 82x/menit S = 360C
d. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Neurologik
(a) Kesadaran : Composmentis
(b) Kepala dan Rambut
Bentuk kepala bulat, rambut pendek, warna rambu hitam bercampur dengan uban, kulit kepala
kotor.
(c) Mata
Konjungtiva ananemis, sklera an ikterik, pupil isulus, bentuk bulat, reflek pupil terhadap cahaya
baik, tidak ada keluhan.
(d) Telinga
Bentuk simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada cerumen dikedua telinga kanan dan kiri.
(e) Hidung
Bentuk simetris, penciuman baik, dapat membedakan bau/aroma, tidak ada keluhan.
2) Tes Fungsi Neurvus cranial, motorik dan sensorik
(a) Nervus I Olfactory
Penciuman baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan bisa membedakan bau yang lain.
(b) Nervus II Optik
Penglihatan baik, klien dapat melihat dengan jelas konjungtiva ananemis sklera anikterik pupil
isokor.
(c) Nervus III Oculomotorik :
Penglihatan baik, klien dapat melihat dengan jelas
(d) Nervus IV Trochlear :
Klien dapat menggerakkan matanya ke atas dan kebawah
(e) Nervus V Trigeminus :
Klien dapat menutup rahang dan mengunyah
(f) Nervus VI Abdusen :
27. Klien dapat melihat atau menggerakkan mata kesamping
(g) Nervus VII Faisal :
Otot wajah baik, dahi dapat digerakkan ke atas kebawah
(h) Nervus VIII Akustik
Klien dapat mendengar getaran garputala dengan jelas ditandai dengan menjawab pertanyaan
perawat
(i) Nervus IX Glaspharingeal :
Klien dapat menelan makanan dengan baik.
(j) Nervus X Vagus :
Klien dapat menggerakkan kepala dan bahu
(k) Nervus XI Asesoris :
Gerakan kepala dan bahu baik, dapat digerakkan ke segala arah dan tidak ada gangguan.
(l) Nervus XII Hipoglosus : Lidah klien dapat digerakkan kesegala arah.
3) Sistem Pernapasan
(a) Dada
Bentuk simetris, pola nafas teratur, frekuensi nafas 20x / menit, bunyi nafas reguler, tidak ada
keluhan.
(f) Pola Pernafasan
Pola nafas teratur 20x/menit
(g) Bunyi Pernapasan
Tidak terdengar wezzhing, bunyi paru vesikuler.
4) Sistem Kardiovaskuler
(a) Peninggian JVP tidak ada
(b) Irama jantung normal, bunyi jantung leguer, vena jugalaris tidak mengalami peningkatan.
5) Sistem Gastrointestinal
(a) Mulut dan Kerongkongan
Keadaan mulut bersih, tidak ada lesi, gigi putih bersih
(b) Abdomen
Bentuk datar, simetris, bising usus 9x/menit, pada saat palpasi tidak ada pembesaran ada nyeri
tekan pada supra pubik.
(c) Hati
Tidak terdapat pembesaran hati dan limpa
(d) Anus
Tidak ada odema, tidak ada keluhan
6) Sistem Perkemihan
(a) Ginjal
Pada saat palpasi, ginjal tidak teraba, nyeri tidak ada
(b) Kandung kemih
Tidak ada rasa nyeri
(c) Pola urinaria
Frekuensi 4x/hari, warna kuning jernih.
(d) Terpasang drain kateter
28. 7) Sistem muskuloskeletal
(a) Ekstrimitas atas
Bentuk simetris, jari tangan lengkap, tidak ada atropi otot dan kaku sendi.
(b) Ekstrimitas bawah
5
5
5
5
Kaki kanan dan kiri tidak terdapat luka dan kelainan tidak ada variasi nilai kekuatan otot :
Kekuatan otot : 5
Klien dapat menggerakkan ekstremitas tanpa adanya hambatan
8) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid.
9) Sistem genetalia
Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan, BAK tidak normal, adanya nyeri saat BAK
dan terpasang drain kateter.
e. Pola Aktivitas
Tabel 3.1
Data Activity Daily Living (ADL)
No Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi dan Cairan
Nutrisi :
(a) Jenis
(b) Frekuensi
(c) Tambahan
(d) Pantangan
(e) Keluhan
Nasi lauk pauk, sayur
mayur, buah-buahan 3x
sehari dengan porsi
Sedang dan habis
Buah-buahan dan Kue
Tidak ada
Tidak ada
Nasi, tanpa kalori, tanpa
protein, 3x sehari
dengan porsi
Sedang dan habis
Buah-buahan dan Kue
Tidak ada
Tidak ada
Cairan :
(a) Jenis
(b) Frekuensi
(c) Jumlah
(d) Keluhan
Air putih
+ 5-6x sehari
+ 2000 cc/hari
Tidak ada
Air putih
+ 4-5x sehari
+ 1500 cc/hari
Tidak ada
2 Eliminasi
BAB
(a) Warna
(b) Frekuensi
(c) Konsistensi
(d) Gangguan
Kuning khas
1x sehari
Lembek
Tidak ada
Kuning khas
1x sehari
Lembek
Tidak ada
BAK
(a) Warna Kuning jernih Kuning jernih
29. (b) Frekuensi
(c) Jumlah
Tidak tentu
+ 1500 cc/hari
Tidak tentu dan
terpasang DC
+ 1000 cc/hari
3 Istirahat dan Tidur
(a) Kualitas
(b) Kuantitas
Malam
Siang
Nyenyak
8-9 jam
1-2 jam
Kurang nyenyak
6-7 jam
1 jam
4 Personal Hygiene
(a) Mandi
(b) Cuci rambut
(c) Goso Gigi
(d) Ganti pakaian
(e) Gunting kuku
2x sehari pakai sabun
2x sehari
2x sehari
2x sehari
1x seminggu
1x diseka
1x selama dirawat
1x selama dirawat
1x selama dirawat
1x selama dirawa
f. Data Penunjang
1) Data Sosial
Klien mampu berinteraksi dengan lingkungan rumah sakit, dengan perawat, dokter dan
klien/keluarga lainnya dalam 1 ruangan klien dirawat.
2) Data Ekonomi
Klien merupakan keluarga kurang mampu, terbukti klien di rawat di ruang kamar III dengan
pembayaran menggunakan pasien umum.
3) Data Spiritual
Klien beragama Islam, klien selalu berdo’a untuk kesembuhannya.
4) Data Psikologis
Ekspresi wajah klien tampak cemas, sering bertanya tentang kondisinya sekarang dan tentang
kesembuhannya, emosi klien stabil.
g. Konsep Diri
1) Body Image
Klien mengatakan belum pernah sakit, sampai dirawat di RS tapi sekarang klien dirawat di RS.
2) Harga Diri
Klien merasa tidak berguna, karena sekarang dirawat dan tidak bisa menafkahi keluarganya.
3) Ideal Diri
Klien mengharapkan setelah sembuh akan beraktifitas lagi sebagaimana mestinya.
4) Identitas Diri
Klien menyadari siapa dirinya dan kondisi keluarganya.
5) Kecemasan
Klien merasa khawatir menghadapi operasi
- Ekspresi wajah tidak ceria
- Bertanya tentang tindakan operasi
h. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 23 Juli 2011 Pre Operasi
No Pemeriksaan Hematologi Hasil Nilai Normal
30. 1 Hematologi Analizer
Hemoglobin (HGB)
Jml. Leukosit (WBC)
Hematokrit (HCT)
Jml. Trombosit (PCT)
Laju Endap Darah (LED)
13,0 g/d
4,4 10^3/ul
38,1%
261 10^3/ul
21 mm/jam
14-18
Dws 5,0 -10,0
40-50
150-350
<15
2 Kimia Klinik
Gula darah swaktu (GDS)
Ureum
Kreatinin
Korestrol total
S6OT (ASAT)
S6PT (ALAT)
104 mg/dl
26 mg/dl
0,9 mg/dl
163 mg/dl
28 u/L/37^OC
12 u/L/37^OC
70-120
10-50
0,5-1,1
<200
10-34
9-46
3) Urine Rutine Pre Operasi
Pemeriksaan Hasil Normal
- Warna urine
- Kekeruhan
- Keasaman pH
- Berat jenis BJ
- Protein
- Reduksi
- Urobilonogen
- Bilirubin
- Nitrit
- Leukosit
- Eritrosit
- Sel epitel
- Silinder
Merah
Jernih
9,0
< = 1,005
(++)
(-)
2,4 eu/dl
(-)
(-)
(1,2)
(6,8)
(1,2)
-
Kuning muda
Kuning agak Tua
Asam 5,5-7,0
1,005-1030
-
-
-
-
-
-
< 6 / LPB
< 3 / LPB
/ LPB
-
i. Terapi mulai diberikan tanggal 26-07-2011
1) Kalnex : berfungsi sebagai penghenti perdarahan
Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Parental (Intra vena)
2) Terpacef : berfungsi sebagai anti biotik
Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Parental (Intra vena)
3) Vit. K : berfunsi sebagai pembekuan darah
Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Parental (Intra vena)
4) Katro : berfunsi sebagai anti nyeri
Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Intra Muscular (Im)
31. 5) Infus RL : brfungsi sebagai cairan elektrolit
Dosis : 20 gtt/menit, cara pemberian : Parental (Intra vena)
Tabel 3.3
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 26 Juli 2011 Post Operasi
No Pemeriksaan
Hematologi
Hasil Nilai Normal
1
Hemoglobin 12.5 gr % 12-16 %
2
Leukosit
10.9 gr %
4.0-10.0 10^2 /ul Dewasa
3
Trombosit
390 gr %
140-400 10^3 /ul
4
Hematokrit
40 gr %
p. 35-45 % L. 40-50 %
2. Analisis Data
Tabel 3.4
Analisa Data Pre dan Post operasi
No Data Penyebab Masalah
1 DS :
- Klien meringis menahan
sakit
- Klien terlihat
memegang daerah perut
yang terasa sakit
DO :
- Klien sakit saat BAK
dengan skala 3 dari 0-5
- Klien mengatakan nyeri
pada bagian uretra
Adanya nyeri kelenjar prostat
Terpasangnya kateter
Lecet pada uretra
Diterima oleh reseptor nyeri
Nyeri dipersepsikan
Gangguan rasa
nyaman nyeri
2 DS :
- Ekspresi klien tidak
cerita
- Klien bertanya tentang
tindakan operasi
DO :
- Klien merasa khawatir
menghadapi operasi
- Klien mengeluh cemas
akan kesehatannya
dikarenakan akan
operasi
Ancaman perubahan status
kesehatan
Stressor psikologis
Pola koping in efektif
Cemas
Gangguan rasa
aman cemas
3 DS : Mengakibatkan penurunan pola Defisit
32. No Data Penyebab Masalah
- Rambut dan kepala klie
terdapat ketombe/kotor
- Ada cerumen di telinga
kanan dan kiri
- Kuku panjang
- Gigi kotor
DO :
- Klien mengatakan dan
mengaku belum keramas
tidak menggosok gigi,
tidak membersihkan
telinga
hidup sehat (PHBS)
Penurunan motivasi diri
Kurangnya tindakan dalam
merawat diri
Defisit Perawatan Diri
Perawatan Diri
4 DS :
- Luka masih basah
- Luka tampak merah
DO :
- Klien mengatakan luka
masih tampak panas
- Klien mengatakan urine
keluar dari jatihan dan
draine
Tindakan operasi
Terputusnya continuitas jaringan
Adanya jalan untuk muasi
bakteri melalui luka operasi dan
drainase
Perawatan tidak adekuat
Resiko Infeksi
5 DS :
- Klien terlihat
pembekuan darah pada
selang DC
- Klien terlihat BAK
menggunakan DC
DO :
- Klien mengatakan tidak
bisa BAK normal
- Urine keluar dari lubang
jahitan operasi dan DC
- Dokter mengatakan
terjadi perdarahan
Tindakan prostatektomy
Perdarahan
Kurangnya mengontrol dari
tenaga medis, terhadap
perdarahan di dalam vesika
urinaria
Terjadi bendungan darah
didalam vesika urinaria post
BPH
Perubahan
pola eliminasi
BAK
6 DS :
- Adanya luka operasi
pada abdomen bagian
bawah + 10 cm
sebanyak 8 jahitan
- Klien tampak menahan
nyeri saat dipalpasi
DO :
- Klien mengatakan selalu
Post BPH
Terputusnya Countinuitas
Jaringan
Serabut saraf perifer
menghentikan rongga nyeri
Diterima oleh reseptor nyeri
Nyeri
33. No Data Penyebab Masalah
nyeri saat merubah
posisi
Nyeri dipersepsikan
3. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter
b) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan cemas dikarenakan akan
operasi
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
perawatan diri personal hygiene
d) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria
e) Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuiotas jaringan
f) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
34. 4. Proses Keperawatan
Nama : Tn. I Tanggal masuk RS
: 23 Juli 2011
Umur : 70 Tahun No. Med. Rec.
: 241391
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis
: Pre dan Post Operasi Prostatomy
Tabel 3.5
Proses Keperawatan
Tanggal/
Jam
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
25-07-2011
Jam 09.00
Perubahan pola eliminasi
urine berhubungan dengan
obstruksi diseluran ureter
ditandai dengan :
DO :
- Klien meringis menahan
sakit
- Klien terlihat memegang
daerah perut yang terasa
sakit
DS :
- Klien mengeluh sakit saat
BAK dengan skala nyeri 3
dari 0-5
Tupan :
Setelah 2x pertemuan
klien mengerti dan
mampu mengatasi nyeri,
dengan relaksasi secara
mandiri
Tupen
Setelah 1x24 jam, nyeri
berkurang dengan kriteria
:
- Klien tidak mengeluh
nyeri
- Observasi keadaan umum
klien
- Kaji tingkat nyeri dengan
skala nyeri 1-5
- Relaksasi dan destraksi
- Kolaborasi pemberian
therapy
- Kolaborasi untuk tindakan
bedah
- Dengan mengobservasi ke
umum diharapkan dapat dik
tingkat perkembangan klien.
- Mengidentifikasi nyeri yang
diberikan sejauhmana
mempengaruhi aktivitas
25-07-2011
Jam 10.00
Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan akan
operasi ditandai dengan:
DO :
- Klien tampak cemas
DS :
- Klien mengeluh cemas akan
kesehatannya dikarenakan
operasi
Tupan :
Setelah 1x24 jam cemas
hilang dan klien percaya
diri
Tupen
Dalam waktu 1x24 jam
cemas berkurang dengan
kriteria
- Klien mengerti tentang
penyakitnya
- Klien tampak tenang
- Klien tidak cemas lagi
- Berikan dukungan moril
kepada klien untuk
menambah ketenangan
- Kaji aplikasi prosedur dari
harapan masa depan
- Kaji tingkat pengetahuan
klien tentang penyakitnya.
- Dengan memberikan duk
moril diharapkan akan mena
ketenangan klien dan keya
bahwa klien akan sembuh
- Memberikan dasar penget
dimana klien dapat mencer
pilihan informasi
- Dengan mengkaji t
pengetahuan klien te
penyakitnya
25-07-2011
Jam 10.30
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya
perawatan diri ditandai
dengan :
Tupan :
- Personal hygiene dapat
dipenuhi dengan bantuan
perawat dan keluarga
- Klien mampu melakukan
perawatan diri personal
- Observasi keadaan dari klien
- Libatkan keluarga dalam
perawatan diri klien secara
mandiri
- Mengidentifikasi kekur
dalam perawatan diri klien
- Meningkatkan keadaran klien
kebutuhan personal hygiene
- Meningkatkan keterl
keluarga dalam memudahkan
35. Tanggal/
Jam
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
DO :
- Rambut klien tampak kotor
- Gigi klien tampak kotor
DS :
- Klien mengaku belum
keramas serta gosok gigi
hygiene secara mandiri. tindakan terhadap klien.
26-07-2011
Jam 09.00
Perubahan pola eliminasi
urine berhubungan dengan
beku darah di dalam vesika
urinaria, ditandai dengan :
DO :
- Terlihat pembekuan darah
pada selang drainase
- Klien terlihat BAK dengan
menggunakan DC
DS :
- Klien mengatakan tidak bisa
BAK dengan normal
- Dokter menyatakan
terjadinya perdarahan
Tupan :
Klien bisa BAK dengan
normal
Tupen
Setelah 2x24 jam
dilakukan perawatan BAK
klien normal dengan
kriteria :
- Urine mengalir lancar
melalui kateter
- Bekuan darah bisa
menghilang secara
bertahap
- Intake dan output urine
dapat diketahui
- Anjurkan klien untuk banyak
minum 3000 ml sesuai
toleransi
- Catat intake dan output
cairan
- Lakukan spooling DC
- Mempertahankan hidrasi ad
dan perfusi ginjal untuk aliran
- Indikator keseimbangan caira
kebutuhan penggantian
- Membantu mempermudah
urine jika tejradi sumbatan
kandung kemih
26-07-2011
Jam 10.00
Nyeri berhubungandengan
countinuitas jaringan
ditandai dengan :
DO :
- Adanya luka operasi pada
abdomen bagian bawah + 10
cm sebanyak +8 jahitan
- Klien tampak menahan nyeri
saat dipalpasi
DS :
- Klien mengatakan selalu
nyeri saat merubah posisi
Tupan :
Luka operasi sembuh
sehingga rasa nyeri klien
hilang
Tupen :
Dalam waktu 2x24 jam
rasa nyeri klien berkurang
- Klien tidak meringis
kesakitan saat merubah
posisi
- Klien dapat mengetahui
teknik relaksasi untuk
mengurangi rasa nyeri
(merubah posisi, mika
miki dan menarik nafas
dalam)
Tupan
Setelah diberikan tindakan
keperawatan dalam waktu
72 jam iritasi tidak terjadi
- Kaji tingkat nyeri dengan
skala 3 0-5
- Anjurkan teknik mengurangi
nyeri (mobilisasi, relaksasi
dan distraksi )
- Komunikasi yang informatif
dengan keluarga
- Kolaborasidengan dokter
dalam pemberian therapy
sesuai prosedur
(a) Kalnex 2x1/hari
(b) Terpacef 2x1 amp
(c) Vit K 2x1 amp
(d) Katro 2x1 amp
(e) Infus RL 20 gtt/menit
- Diharapkan dapat meng
sejauhmana tingkat nyeri
dirasakan klien.
- Dengan menganjurkan
mengurangi nyeri (mob
relaksasi dan distraksi) dihar
klien nyeri berkurang
- Komunikasi yang info
dengan keluarga
- Dengan memberikan therapi s
dengan prosedur diharapkan
nyeri, klien berkurang/hilang
26-07-2011
Jam 10.45
Resiko infeksi berhubungan
dengan adanya jalan untuk
Tupan :
Tanda-tanda infeksi
- Kaji tanda-tanda infeksi
dengan cara infeksi
- Untuk mengetahui adanya t
tanda infeksi pada daerah luka
36. Tanggal/
Jam
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
invasi bakteri, ditandai
dengan :
DO :
- Luka masih basah
- Luka tampak merah
DS :
- Klien mengatakan luka
terasa panas dan nyeri
- Klien mengatakan urine
keluar dari jahitan dan
drainase
hilang dan luka sembuh
Tupen
Setelah 2x24 jam tanda-
tanda infeksi berkurang
- Mikrosis tidak ada
- Klien tidak mengeluh
panas pada daerah luka
- Luka kering
- Observasi suhu tubuh setiap
4 jam sekali dan laporkan
bila suhu lebih dari 380
C
- Kolaborasi pemberian
therapi dan pemberian sesuai
prosedur
- Lakukan perawatan luka
dengan teknik antisep dan
antiseptik setiap 3x hari
operasi
- Untuk mengetahui gejala
terjadinya infeksi
- Diharapkan dapat memper
proses penyembuhan dan men
serta membunuh bakteri pen
infeksi melalui sirkulasi sis
yang kemudian dikirim ke d
luka operasi
- Diharapkan dapat mem
proses penyembuhan luka
mencegah kuman
berkembang biak pada daerah
sehingga akan memperberat k
luka.
37. 5. Implementasi dan Evaluasi
Nama : Tn. I Tanggal masuk RS
: 23 Juli 2011
Umur : 70 Tahun No. Med. Rec.
: 241391
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis
: Pre dan Post Operasi Prostatomy
Tabel 3.6
Impementasi dan Evaluasi
Tanggal/
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Hasil/Respon Paraf
25-07-2011
Jam 09.00
DX I a. Mengobservasi TTV
T : 150/80 mmHg
P : 82x/menit
R : 20x/menit
S : 360
C
b. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 3 yaitu
nyeri dirasa pada saat merobah posisi
- Perubahan pola eliminasi urine
T : 130/80 mmHg
P : 82x/menit
R : 20x/menit
S : 360
C (Aji Haidir Rahma
25-07-2011
Jam 10.00
DX II a. Memberikan dukungan moril serta
mengalihkan perhatiannya kepada hal yang
lain sehingga rasa cemas berkurang
b. Mengkaji aplikasi prosedur dan
memberikan informasi tentang penyakit
klien
c. Memberikan penyuluhan terhadap klien
tentang penyakitnya dan memberikan
informasi yang jelas sehingga mengurangi
kecemasan klien
Rasa cemas klien teratasi dengan
kriteria :
- Klien mengerti tentang penyakitnya
- Klien tampak tenang
- Klien tidak cemas (Aji Haidir Rahma
25-07-2011
Jam 10.30
DX III a. Mengobservasi keadaan kebersihan klien
b. Menginformasikan pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri personal hygiene
c. Melibatkan keluarga dalam setiap tindakan
perawatan diri personal hyeine
- Klien mengaku sudah keramas
dengan dibantu perawat
- Klien mengakui sudah gosok gigi
dibantu perawat
- Klien sudah melakukan personal
hygiene dengan dibantu perawat
(Aji Haidir Rahma
26-07-2011
Jam 09.00
DX IV a. Menganjurkan klien untuk minum sebanyak
3.000 ml
b. Mencatat intake output
c. Spooling denganmenggunakan NaCl 10 cc
Eliminasi urine belum terpenuhi
ditandai dengan :
- Bekuan darah dalam vesika urinaria
masih ada
- Urine masih keluar melalui lubang
jahitan operasi dan bukan melalui
selang kateter
- Output urine tidak diketahui
(Aji Haidir Rahma
26-07-2011
Jam 10.00
DX V a. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 2 yaitu
nyeri saat merubah posisi
b. Mengkaji TTV
c. Menganjurkan dan menjelaskan teknik
mengurangi rasa nyeri yaitu :
- Mobilisasi (mika miki)
Nyeri klien berkurang ditandai dengan
:
- Klien mengatakan nyeri berkurang
dengan skala nyeri 2, yaitu nyeri
dengan tidak nyaman
- Teknik distraksi dan relaksasi
(Aji Haidir Rahma
38. Tanggal/
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Hasil/Respon Paraf
- Distraksi (mengobrol)
- Relaksasi (nafas dalam)
d. Memberikan terapi :
Ko
- Kalnex 2x1/hari
- Terpacef 2x1 amp
- Vit K 2x1 amp
- Infus RL 20 gtt/menit
dilaksanakan
26-07-2011
Jam 10.45
DX VI a. Mengkaji tanda-tanda infeksi daerah luka
b. Mengkaji TTV
c. Memberikan therapi antibiotik (terrpacef IV
2x1 amp)
d. Mengganti balutan dengan teknik antisep
dan antiseptik (instrumen steril)
Tanda-tanda infeksi masih ada,
ditandai dengan :
- Jaringan mikosis masih ada
- Klien masih mengeluh panas pada
daerah luka
- Klien mengatakan nyeri masih ada
dengan skala 3, yaitu nyeri apabila
merubah posisi
(Aji Haidir Rahma
39. 6. Catatan Perkembangan
Nama : Tn. I Tanggal masuk RS : 23 Juli 2011
Umur : 70 Tahun No. Med. Rec : 241391
a Medis : Pre dan Post OperasiProstatomy
No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
1 25-07-2011
Jam 09.30
DX I S :
O:
A:
P:
I:
E:
R
:
Klien mengatakan dapat BAK sedikit demi
sedikit disertai nyeri
Klien masih tampak meringis
Masalah teratasisebagian
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi output urine
Gangguan pola eliminasi teratasisebagian,
klien masih mengeluh nyeri dengan skala 3
0 1 2 3 4 5
Kaji kembali penyebab gangguan pola
eliminasi teratasisebagian
(Aji)
2 25-07-2011
Jam 10.00
DX II S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan dapat mengatasi rasa
cemasnya
Klien tidak cemas
Masalah teratasisebagian
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi rasa cemas klien
Klien dioperasi
Kaji kembali rasa cemas klien
(Aji)
3 25-07-2011
Jam 10.30
DX III S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan senang karena sudah
dilakukannya keramas dan gosok gigi
Klien terlihat segar
Masalah teratasisebagian
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi kembali kondisi, kebersihan
klien karena tanggal 26-07-2011 klien dioperasi
Defisit perawatan diri teratasisebagian
Kaji kembali personal hygiene karena sudah
dioperasi
50
(Aji)
4 26-07-2011
Jam 09.00
DX IV S:
O:
A:
P :
I:
Klien mengatakan tampak sedikit semi sedikit
disertai nyeri
Klien masih tampak meringis
Masalah teratasisebagian
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi output urine
(Aji)
40. No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
E:
R:
Gangguan pola eliminasi teratasi, sebagian,
klien masih mengeluh nyeri skala 3
0 1 2 3 4 5
Kaji kembali penyebab gangguan pola
eliminasi teratasisebagian
5 26-07-2011
Jam 10.00
DX V S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
-
-
Resiko terjadinya infeksi
ObservasiTTV
T = 120/80 mmHg
P = 82x/menit
R = 20x/menit
S = 360
C
Mengobservasi jumlah protein dalam urine
Jumlah protein dalam urine menurun
Intervensi lanjutkan
(Aji)
6 26-07-2011
Jam 10.45
DX VI S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien masih tampak meringis
Masalah teratasisebagian
Intervensi lanjutkan
- Mengobservasi keadaan umum klien, dengan
mengukur TTV
T = 120/80 mmHg
P = 82x/menit
R = 20x/menit
S = 360
C
- Kaji tingkat nyeri skala 3
0 1 2 3 4 5
Gangguan nyaman nyeri teratasisebagian
karena klien masih mengeluh nyeri dengan
skala 3
Kaji kembali penyebab klien masih mengeluh
nyeri, dengan skala 3
(Aji)
1 27-07-2011
Jam 10..30
DX IV S:
O:
A:
- Klien mengatakan urine masih keluar dari luka
jahitan operasi dan drainase
- Klien mengatakan masih belum bisa BAK
dengan normal
- Urine masih keluar dari lubang jahitan operasi
dan drainase
- Bekuan darah didalam vesika urinaria masih
ada
Perubahan eliminasi urine
Lanjutkan intervensi
(Aji)
41. No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
P :
I:
E:
R:
- Menganjurkan klien banyak minum +3.000 ml
sesuai toleransi
- Mencatat intake dan output cairan
- Melakukan spooling DC
Eliminasi urine belum terpenuhi
Observasikembali bendungan darah didalam
veika urinaria
2 27-07-2011
Jam 10.00
DX V S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien masih mengeluh panas dan nyeri pada
daerah luka, dengan skala 3, yaitu nyeri bila
ubah posisi
Luka masih ada dan basah
Infeksi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tanda-tanda infeksi
- Mengobservasi suhu 3620
C
- Memberikan antibiotik terpacef 2x1/hari 1000
mg
Tanda-tanda infeksi masih ada
Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah luka
(Aji)
3 27-07-2011
Jam 10.45
DX VI S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka
operasi (fistel urine) dengan skala nyeri 3 bila
ubah posisi
- Klien tampak tenang diam
- Terdapat luka operasi pada daerah perut
bawah +10 cm dan 8 jahitan
- Klien tampak meringis kesakitan saat di
palpasi dan pada saat diganti balutan
Nyeri bertambah dengan skala 3, bila ubah
posisi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat nyeri
- Mengajarkan dan melatih mobilisasi dan
relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
- Memberikan analgetik
Nyeri berkurang skala nyeri 3 (bila ubah posisi)
Kaji tingkat nyeri
(Aji)
1 28-07-2011
Jam 10..30
DX IV S:
O:
A:
P :
I:
- Klien mengatakan urine masih keluar dari luka
jahitan operasi dan drainase
- Klien mengatakan masih belum bisa BAK
dengan normal
- Urine masih keluar dari luka jahitan operasi
dan drainase
- Bekuan darah didalam vesika urinaria masih
ada
Perubahan pola eliminasi urine
Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan klien banyak minum +3.000 ml
- Mencatat intake dan output cairan
- Melakukan spooling DC
42. No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
E:
R:
Eliminasi urine belum terpenuhi
Observasikembali bendungan darah didalam
veika urinaria
2 27-07-2011
Jam 10.00
DX V S:
O:
A:
I:
E:
R:
Klien masih mengeluh panas dan nyeri pada
daerah luka, dengan skala 3, yaitu nyeri bila
ubah posisi
Luka masih ada dan masih basah
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tanda-tanda infeksi
- Mengobservasi suhu 360
C
- Memberikan antibiotik terpacef 2x1/hari 1000
mg
Tanda-tanda infeksi masih ada
Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah luka
3 27-07-2011
Jam 10.45
DX VI S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka
operasi dengan skala nyeri 3 bila ubah posisi
- Klien tampak banyak diam
- Terdapat luka operasi +10 cm dan 8 jahitan
- Klien tampak meringis kesakitan saat di
palpasi dan pada saat diganti balutan
Nyeri bertambah dengan skala 3, bila ubah
posisi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat nyeri
- Mengajarkan dan melatih mobilisasi dan
relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
- Memberikan analgetik Kaltro 2x1
Nyeri berkurang skala nyeri 3 (bila ubah posisi)
Kaji tingkat nyeri
1 29-07-2011
Jam 10..30
DX IV S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
- Klien mengatakan urine keluar dari luka
jahitan operasi dan drainase
- Klien mengatakan masih belum bisa BAK
dengan normal
- Urine masih keluar dari lubang jahitan operasi
dan drainase
- Bekuan darah didalam vesika urinaria masih
ada
Perubahan pola eliminasi urine
Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan klien banyak minum +3.000 ml
- Mencatat intake dan output cairan
- Melakukan spooling DC
Eliminasi urine belum terpenuhi
Observasikembali bendungan darah didalam
veika urinaria
2 27-07-2011
Jam 10.00
DX V S: Klien masih mengeluh panas dan nyeri pada
daerah luka, dengan skala 3, yaitu nyeri bila
ubah posisi
43. No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
O:
A:
P:
I:
E:
R:
Luka masih ada dan masih basah
Infeksi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tanda-tanda infeksi
- Mengobservasi suhu 360
C
- Memberikan antibiotik terpacef 2x1 amp/iv
Tanda-tanda infeksi masih ada
Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah luka
3 27-07-2011
Jam 10.45
DX VI S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka
operasi dengan skala nyeri 3 bila ubah posisi
- Klien tampak banyak diam
- Terdapat luka operasi +10 cm dan 8 jahitan
- Klien tampak meringis kesakitan saat di
palpasi atau ganti balutan
Nyeri bertambah dengan skala 3, bila ubah
posisi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat nyeri
- Mengajarkan dan melatih mobilisasi dan
relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
- Memberikan therapi analgetik
Nyeri berkurang skala nyeri 3 (bila ubah posisi)
Kaji tingkat nyeri
B. PEMBAHASAN
Setelah melaksanakan praktek asuhan keperawatan secara langsung pada klien,
penulis memahami bahwa proses keperawatan tidak jauh berbeda dengan teori yang didapat.
Proses tersebut terdiri dari pengkajian, interverensi, implementasi, dan evaluasi. Tetapi disini
penulis mendapatkan kesenjangan yang muncul antara teori dan kenyataan di lapangan, untuk
itu dalam pembahasan ini penulis akan mencoba membahas beberapa kesenjangan yang
dijumpai selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sistem
perkemihan : Pre dan Post opoerasi Benigna Prostat Hiypertrophy (BPH). Adpun beberapa
kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan dapat penulis uraikan yaitu :
44. 1. Pengkajian
Dalam tahap ini penulis mengkaji klien secara komperhensif yang meliputi aspek bio,
psiko, sosio dan spiritual. Data yang diperoleh penulis berasal dari klien, keluarga, catatan
status klien dan tim kesehatan lain (dokter dan perawat ruangan) dengan wawancara
langsung, observasi langsung dn pengkajian fisik.
Data hasil pengkajian pada klien pre dan post operasi BPH adalah klien meringis
menahan sakit, terlihat memegang perut yang terasa sakit, mengeluh sakit saat BAK dengan
skala nyeri 3 dari 0-5. Klien tampak cemas, klien mengeluh cemas akan kesehatannya
dikarenakan akan dioperasi, rambut klien tampak kotor, gigi klien tampak kotor, klien
mengaku belum keramas serta gosok gigi, terlihat pembekuan darah pada selang drinase,
klien terlihat BAK dengan menggunakan cateter, klien mengatakan tidak bisa BAK dengan
normal, dokter mengatakan terjadi perdarahan, adanya luka operasi pada abdomen bagian
bawah ± 10 cm sebanyak ± 8 jahitan, klien tampak menahan nyeri saat dipalpasi, klien
mengatakan selalu nyeri saat merubah posisi, luka masih basah, luka tampak merah, klien
mengatakan luka terasa panas dan nyeri, klien mengatakan urine keluar dari jahitan dan
drinase. Setelah dianalisa data-data tersebut sesuai dengan data tinjauan teoritis.
Namun dapat perbedaan antara tinjauan teoritis dan hasil pengkajian adalah masalah
yang timbul adalah Nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter, cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien cemas dikarenakan akan
operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri personal hygiene. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan
dengan bendunagan darah di dalam vesika urinaria, nyeri berhubungan dengan terputusnya
continuitas jarinagan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
Interverensi yang dilakukan adalah observasi keadaan umum klien, kaji tingkat nyeri dengan
skala nyeri 1-5, relaksai dan distraksi, kloaborasi pemberian therapy, kolaborasi untuk
tindakan bedah, berikan dukungan moril kepada klien untuk menambah ketenangan klien,
kaji aplikasi prosedur dan harapan masa depan, kaji tingkat pengetahuan klien tentang
penyakitnya, observasi keadaan diri klien, libatkan keluarga dalam perawatan diri klien
secara mandiri, anjurkan klien untuk banyak minum 3.000 ml sesuai toleransi, catat intake
dan output cairan, kaji tingkat nyeri dengan sekala numerik 0-5, anjurkan teknik mengurangi
nyeri (mobilisasi, relaksasi, dan distraksi), komunikasi yang informatif dengan keluarga,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai prosedur (Kaltro 2 x 1 im), kaji
tanda-tanda infeksi dengan cara inpeksi, observasi suhu tubuh setiap 4 jam sekali dan
laporkan bila suhu lebih dari 38º C, kloaborasi pemberian antibiotik dan pemberian sesuai
prosedur, lakukan perwatan luka dengan teknik antisep dan antiseptik setiap 3 x /hari.
Masalah yang teratasi adalah defisit perawatan diri, resiko terjadinya infeksi,
sedangkan masalah yang masih teratasi sebagian adalah nyeri berhubungan dengan
terputusnya continuitas jaringan, dan cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diadnosa yang ditemukan penulis di lapangan pada klien pre dan post operasi Benigna
Prostat Hyipertrophy (BPH) yaiyu : nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter,
cemas merhubungan dengan kurangnya pengetahuan di tandai dengan klien cemas
dikarenakan akan di operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene sedanghkan pada post
operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di
dalam vesika urinaria, nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jarinagan, resiko
infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
45. Sedangkan masalah yang ditemukan oleh penulis di lapangan pada klien pre dan post
operasi BPH adalah gangguan rasa nyeri, cemas, perubahan pola eliminasi, infeksi dan resiko
tinggi terhadap iritasi.
Penulis menyimpulkan diagnosa keperawatan yang timbul pada tinjauan kasus sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis, hal tersebut didukung oleh
refrensi yang memadai dan pengefektifan waktu dalam menganalisa data.
3. Perencanaan
Dalam perencanaan pada masalah keperawatan yang tidak muncul diantaranya
gangguan pola pernafasan, penurunan volume cairan, perubahan nutrisi, gangguan integritas
jaringan, retensi urine, dan perencanaan dibuat sesuai dengan kebutuhan. Pen ulis tidak
menemukan hambatan, karena sikap koopratif klien, tanggapan positif dari keluarga,
sehingga tahapan-tahapan perencanaan dapat dipahami dan diterima klien serta keluarga juga
dukungan dari perawat ruangan yang memebrikan masukan dan saran terhadap penyusunan
perencanaan.
4. Pelaksanaan
Penulis melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dalam perencanaan dengan cara kerjasama antara klien dan keluarga, perawat ruangan, dan
tim kesehatan lain. Sehingga penulis dapat pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
Pada tahap pelaksanaan ini penulis menemukan beberapa hambatan dan kesulitan
diantaranya : pada saat perawatan luka, pengunjung kurang dibatasi. Adapun untuk
mengatasinya penulis mencoba membatasi pengunjung pada saat perawatan luka dan hanya
dua orang yang diperbolehkan untuk menemani klien.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang dilakukan
dengan mengacu pada tujuan yang terdapat pada perencanaan, dimana tahap ini berguna
untuk memulai kemajuan atau kemunduran kesehatan klien setelah dilakukan rencana asuhan
keperawatan. Dari asuhan keperawatan didapat klien dan keluarga sangat koopratif, sehingga
dapat berkolaborasi dalam pelaksanaan evaluasi yang disesuaikan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. I dengan gangguan sistem
perkemihan : pre dan post operasi benigna prostat hyipertrophy, ditemukan adanya masalah-
masalah baru yaitu pada hari ke-5 setelah operasi masalah yang timbul pada klien Tn. I
diantaranya nyeri perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan terputusnya
continuitas jaringan, dan resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi
bakteri. Dari ketiga masalah yang timbul tersebut, masalah yang belum teratasi yaitu nyeri
berhubungan dengan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di dalam
vesika urinaria.
6. Pendokumentasian
Dalam pendokumentasian hasil asuhan keperawatan pada klien pre dan post operasi
BPH dalam bentuk karya tulis ilmiah, masalah yang dihadapi penulis adalah kurang
tersedianya literatur di perpustakaan sehingga penulis harus meminjam ke perpustakaan lain.
Adapun hal-hal yang mendukung di dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
diantaranya :
46. a. Dukungan dari perawat ruangan dan saran dari pembimbing yang sangat membantu dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
b. Klien dan keluarga dapat diajak kerjasama sehingga lebih memudahkan untuk memberikan
asuhan keperawatan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN RKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sistem
perkemihan : pre dan post operasi BPH, maka penulis dapat menarik kesimpulan dari proses
keperawatan yang terdiri dari :
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian dilakukan secara komperhensif meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual.
Pengkajian dilakukan menggunakan alat pemeriksaan fisik yang memadai untuk
mendapatkan data dan menemukan permasalahan klien, kerjasama dengan klien dan perawat
ruangan. Pengkajian dilakukan dengan pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki,
serta menggali informasi dari klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita oleh klien.
2. Diagnosa keperawatan pre operasi yang muncul pada Tn. I dengan gangguan sistem
perkemihan : akibat Benigna Prostat Hypertrophy, yaitu : klien sulit BAK, nyeri berhubungan
dengan obstruksi di saluran ureter, cemas berhubungsn dengan kurangnya pengetahuan
ditndai dengan klien cemas dikarenakan akan di operasi, defisit perawatan diri berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene.
Sedangkan pada post operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine berhubungan
dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria, nyri berhubungan dengan terputusnya
continuitas jaringan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
3. Perncanaan dibuat terfokus pada tujuan dan berdasarkan analisa data yang telah didapat.
Intrverensi yang tersusun dari Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan pre dan post operasi
BPH adalah observasi keadaan umum klien, kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri 1-5,
47. relaksasi dan distraksi, kolaborasi pemberian therapy, kolaborasi untuk tindakan bedah.
Sedangkan post operasi BPH adalah anjurkan klien untuk banyak minum 3.000 ml sesuai
toleransi, catat intake dan output cairan, lakukan spoeling DC, kaji tingkat nyeri dengan skala
numerik 0-5, anjurkan teknik mengurangi nyeri (mobilisasi, relaksasi dan distraksi),
komunikasi yang informatif dengan keluarga, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik sesuai prosedur (Kaltro 2 x 1 im), kaji tanda-tanda infeksi dengan cara inpeksi,
observasi suhu tubuh setiap 4 jam sekali dan laporkan bila suhu lebih dari 38º C, kolaborasi
pemberian anti biotik dan pemberian sesuai prosedur, lakukan perawatan luka dengan teknik
antisep dan antiseptik setiap 3 x /hari.
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. I dilakukan berdasarkan rencana yang ditetapkan
melaui kerjasama dengan klien, keluarga klien, perawat ruangan dan tim kesehatan lain,
antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji tingkat nyeri, menganjurkan dan
melatih nafas dalam serta cara menahan nyeri, dan mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri,
memberikan obat analgetik, obsrvasi bising usus, melatih teknik mobilisasi, menganjurkan
klien untuk merubah posisi, memberikan pendidikan kesehatan tentang teknik mobilisasi,
mengatur posisi tidur senyaman mungkin, menciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenangdengan merapihkan lingkungan tempat tidur dan membatasi pengunjung, memandikan
klien dengan cara diseka, menganjurkan kepada keluarga untuk memenuhi kebutuhan
personal hygiene klien setiap hari, mengkaji kecemasan klien, memberikan penjelasan
tentang faktor-faktor penyembuhan, mengkaji tanda-tanda infeksi disekitar luka, merawat
luka dan mengkompres luka dengan antiseptik, mengkolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian therapy antibiotik.
5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana berguna untuk memilih
kemajuan atau kemunduran kesehatan klien, mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal, dan menentukan penyebab apabila tujuan tidak teratasi. Terdapat enam masalah
48. yang ditemukan pada Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan : pre dan post operasi BPH
diantaranya yaitu pada pre operasi BPH : nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran
ureter, cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien cemas
dikarenakan akan di operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene. Sedangkan pada post
operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di
dalam vesika urinaria, nyri berhubungan dengan trputusnya continuitas jaringan, resiko
infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri. Pada akhir evaluasi masalah
teratasi dengan data fisik : nyeri, klien terlihat tenang, temperatur 36º C, Pluse 83 x/menit,
respirasi 20 x/menit, spignomanometer 110/80 MmHg sesuai intruksi dokter dengan
melaksanakan catatan perkembangan sebanyak 3 x masalah yang teratasi adalah nyeri,
gangguan pola eliminasi dari ke enam masalah yang timbul, sebagian belum teratasi.
B. Rekomendasi
Upaya untuk mewujudkan perbaikan dan peningkatan pelayanan keperawatan kepada
klien pre dan post operasi akibat Benigna Prostat Hypertrophy, maka penulis ingin
menyampaikan beberapa pemikiran sebagai berikut :
1. Untuk Rumah Sakit
Khusus klien pre dan post operasi BPH, harus diperhatikan teknik steril untuk mencegah
infeksi nasokominal, maka pihak Rumah Sakit harus lebih melengkapi alat-alat atau
instrument untuk perawatan luka. Sehingga tujuan asuhan keperawatan yang optimal dapat
dicapai. Pelayanan khususnya dibidang perawatan sudah tertata dan berjalan dengan
fungsinya, serta diharapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan unggulan yang sejajar dengan
Rumah Sakit pendidikan lainnya di Indonesia.
49. 2. Untuk Ruang Perawatan Bedah
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien pre dan post operasi BPH harus dilakukan
secara komperhensif dan mengambil data-data yang objektif.
b. Dalam melakukan tindakan keperawatan teknik septik dan antiseptik harus ditingkatkan serta
harus dioperhatikan.
3. Untuk klien dan Keluarga
Perlu ditingkatkan usaha dari klien dan keluarga untuk mempertahankan hasil yang telah
dicapai diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan peran serta dalam upaya pemeliharaan
kesehatan. Klien dan keluarga hendaknya memahami anjuran yang diberikan dan
melanjutkan perawatan selama di rumah serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan
terdekat.
4. Untuk Intitusi Pendidikan
Kerjasama maupun komunikasi antar mahasiswa dengan dosen atau pembimbing telah
berjalan dengan baik. Akan tetapi mohon diperbanyak jenis dan jumlah literatur serta format
asuhan keperawatan bedah tentang gangguan sistem perkemihan khususnya mengenai
tindakan prostatectomy akibat Benigna Prostat Hypertrophy serta adanya alat yang dapat
digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan praktek.
Diposkan oleh Neo Beach di 10.49
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
50. Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
follower
about me
Neo Beach
orangnya cue-x,tukang jail
hehe...
Lihat profil lengkapku
blog archives
▼ 2011 (2)
o ▼ Agustus (2)
Askep Jiwa
Akep BPH
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.