1. a. Pengertian Katoba
Istilah katoba bermula dan popular di Muna tidak terlepas dari ketika Buton dan
Muna didatangi oleh ulama arab yang bernama Sayid Raba
pada masa
pemerintahan Sultan Buton ke-19 La Ngkariri yang bergelar Sakiuddin Darul
Alam yang memerintah tahun 1712-1750 M dan di Muna pada masa pemerintahan
Sangia La Tugho yang memerintah pada tahun 1671-1716 M. Ia dating untuk
meningkatkan keimanan masyarakat terhadap
agama islam. Dia meningkatkan
kapasitas lembaga-lembaga pendidikan yang telah ada dengan memasukan fiqih
islam dalam materi pendidikan norma, terutama setiap dia selesai melakukan
khitanan atau mongkilo/kangkilo atau menyucikan diri.
Masyarakat muna yang mayoritas penduduknya beragama islam mengutamakan
Taubat (Toba) dalam kehidupan sehari-hari agar memiliki sifat-sifat perbuatan
terpuji dan melakukan perbuatan dan menyelamatkan. Orang
Muna merasa
berkewajiban untuk melaksanakan katoba (upacara ikral tobat/taubat) terhadap
anak-anaknya yang menjelang dewasa. Dalam uparara ini anak laki-laki dan
perempuan yang sudah aqil balik mengucapkan istiqfar atau taubat (dalam bahasa
muna dotoba=mereka bertobat yang dipandu oleh pengawai sara atau orang yang
dipandang tua dan memiliki ilmu tentang taubat (toba) serta bisa diteladani
tindak-tanduknya dalam masyarakat dengan kata lain orang yang jadi panutan
dalam masyarakat.
Makna toba dalam bahasa muna artinya sudah jerah/kapok atas perbuatan dosa
yang pernah kita lakukan, tidak akan lagi mendua kali berbuat dosa (dosa hati,
tingkah laku atau perbuatan kita yang jelek) dan kenbali berbuat baik dengan
itikad suci. Setelah itu mulai mendekatkan diri kepada Allah SWT menjalankan
perintahnya, memperbaiki niat dalam beramal baik karena cinta dan takut kepada
Allah SWT. Dalam bahasa Arab asal kata toba adalah : taaba- yatuubu-taubatan,
artinya kembali kepada kesucian sebagaimana sebelum berbuat dosa.
2. b.
Syarat-Syarat Taubat (Toba)
Syarat-syarat taubat atau Toba (bahasa muna) agar diterima Allah SWT adalah
:
1.
Menyesali atas perbuatan dosa yang pernah dilakukan, artinya bahwa dalam
proses katoba , maka salah satu persaratan yang harus dilakukan adalah peserta
yang ditoba harus komitmen moral untuk menyesali dari seluruh perbuatan dosa
yang dilakukan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Mengapa ini
menjadi syarat utama? Menjawab pertanyaan ini bahwa berdasarkan pengertian
secara kebahasaan kata katoba mengandung pengertian
a.
Penobatan yang artinya bahwa seseorang yang ditoba, adalah merupakan
penobatan diri seseorang untuk memasuki islam secara kaffa. Oleh karena itu
seseorang yang ditoba harus menyesali perbuatan yang telah lampau.
b.
Katoba berarti proses penyumpahan seseorang untuk mengingat kembali
perbuatan yang dianggap salah pada masa lalu, sehingga wajib dia sesali untuk
tidak dilakukan lagi karena telah dapat membedakan antara perbuatan yang
benar dan salah.
2.
Menyucikan diri /mencabut perbuatan maksiat yang sudah dilakukan, bahwa
seseorang yang ditoba melafazkan kalimat istigfar sebagai isyarat bahwa ia
menyucikan diri dari perbuatan dosa baik yang sifatnya syirik maupun perbuatan
maksiat yang pada masa kecil dia lakukan. Ikrar ini dilafazkan oleh seseorang
yang ditoba dengan harapan bahwa ketika telah melewati proses katoba, maka
kembali pada status kefitraan.
3.
Bertekad bulat tidak akan mengulangi lagi, artinya untuk melakukan dua hal
yan telah dijelaskan di atas, maka harus diawali dengan niat yang tulus dan ikhlas
untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat mengakibatkan perbuatan mengandung
dosa. Dalam konteks penyesalan dan penyucian diri bahwa untuk mencapai kedua
hal tersebut, maka yang menjadi kuncinya adalah tekad yang dilandasi niat.
Dalam bahasa daerah muna
dikatakan bahwa “ nobhala neati bhe podium
3. rampahano podiu nomaigho welo neati artinya lebihbesar manfaat niat daripada
tingkahlaku, karena tingkahlaku berawal dari niat”.
Tiga syarat tersebut di atas tidak saja selalu mengiringi setiap taubat dari
kejahatan yang berhubungan antara manusia dengan Tuhannya saja akan tetapi
jika pebuatan itu dihubungkan dengan manusia, maka selain tiga syarat tersebut
diwajibkan pula memenuhi syarat ke-4 yaitu tindakan penyesalan dengan orang
yang bersangkutan. Sehubungan dengan syarat-syarat tobat yang dimaksud
orang tua pemandu ikrar tobat ( Toba ) menyampaikan dengan bahasa Muna
sebagai berikut :
“ syaratino thoba itu popaa kabharino, totolu ne allah Taala, se ise nemanusia.
Bhabhaano
tososo,
ruduaghoo
tofomiina,
totlughoo
tobhotuki,
popaghoo
tofosilolonga. Syarati totoluno ini ghuluhano tososoanemu rabu modaino madano
bhe
lumapasino,
damominaemo
netotono
lalonto
dhabhotukiemo paemo damendua darabumo
atawa
badhanto
ini,
diu modaino. Panaembali peda
momano saha; wamba malauno tobat-tobat sambal. Mina naembali peda nagha,
mina natumarimae kakawasa toba peda anagha”.
“ syarat-syarat tobat ada 4 yakni tiga kepada allah dan satu pada manusia.
Pertama;
menyesal,
kedua
meniadakan,
ketiga
memutuskan,
keempat
menyelesaikan. Syarat yang tiga ini bermakna telah menyesali perbuatan dosadosa yang telah lalu, bertekad meniadakan perbutan seperti itu dari hati kita
atau badan kita, diputuskan sama sekali tidak akan berbuat lagi, tidak boleh
ibarat makan Lombok, semasih pedis dia tobat makan Lombok setelah tidak pedis
lagi, maka dia menikmatinya kembali (bahasa indosesianya tobat-tobat sambal)
tidak boleh seperti itu karena Allah tidak menerima tobat yang demikian”.
c.
Proses Pelaksanaan Katoba
sebagaimana masyarakat pasa umumnya, masyarakat Muna juga belajar dari
mulut ke mulut tentang khinatan dan katoba. Akibatnya dalam pelaksanaan
katoba bisa saja berbeda-beda di setiap kampung atau kelompok masyarakat.
4. Lebe
atau Imam yang memandu katoba atau acara
toba berbeda-beda
prosesnya tetapi sama-sama bertujuan memberi tahu mereka yang ditoba
tentang makna tobat.
Dalam proses pelaksanaan katoba ada tahapan-tahapan tertentu yang harus
dilaksanakan secara runtun atau berurutan yaitu sebagai berikut :
1.
Persiapan
pelaksanaan
katoba,
misalnya
dimandikan
dengan
tujuan
membersihkan daki secara lahiriah dan batiniah agar memudahkan pemahaman
nilai-nilai katoba.
2.
Dirias dengan pakain khas muna yaitu pakaian remaja baik laki-laki maupun
perempuan dengan tujuan dalam proses penyumpahan disambut dengan pakaian
kebesaran atau pakaian adat khas muna.
3.
a.
Proses pelaksanaan acara inti katoba :
Peserta yang ditoba duduk bersila di depan imam atau lebe
dengan
memegang sehelai kain putih secara bersama-sama jika pesertanya lebih dari
satu dengan tujuan bahwa kain outih sebagai isyarat kesucian bagi umat islam
dan menjadi semangat kebersamaan dari semua peserta untuk mencapai tujuan
penyumpahan.
b.
Pengucapan istigfar, syarat tobat dan tingkah laku yan baik. Setelah itu lalu
mengikrarkan tobat kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat mengikuti imam
sebagai berikut : ” astaghfirullahaahal adzim” (3x)
c.
Lalu dilanjutkan : “ allazii laa illaha illallah huwal hayyul qayuumu wa tuubu
illahi “.
d.
Pengucapan kalimat tauhid setelah itu mengucapakan dua kalimat syahadat :
“ asyhadu an laa illaha illallah wa asyhadu annaa muhammadar rasulullah”.
e.
Pemberian pengajaran/nasihat
Dalam rangkaian pelaksanaan tobat (toba) sangat dianjurkan agar berbuat baik
sesuai dengan ajaran agama dan adat istiadat, antara sebagai berikut :
1.
Kita harus mencintai sesama manusia sebagai mana mencintai diri sendiri.
5. 2.
Kita harus berlaku adil dan berbuat baik
3.
Kedua hal tersebut sesuai dengan firman allah swt dalam al quran :
a.
Dan berbuatlah kebaikan sebagaimana allah telah berbuat baik kepadamu
b.
Sesungguhnya allah menyuruh berlaku adil dan berbuat baik
c.
Bila mana kamu berbuat baik berarti telah berbuat baik kepada dirimu
sendiri.
Berkaitan dengan anjuran berbuat baik, para orang tua juga menasehatkan agar
tidak menciptakan muduh dalam pergaulan sehari-hari akan tetapi ciptakan
teman sebanyak mungkin karena seorang musuh terlalu banyak sedangkan seribu
teman belum cukup.
Katangarino toba/nasehat tobat dalam bahasa muna antara lain sebagai berikut :
1.
Amanto lansaringino ompu allah taala, toasiane, tootehie, tohurumatie,
toangkataane. Artinya ayah diibaratkan laksana allah yang harus disayangi atau
dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai disanjung hormati
2.
Inanto lansaringano nabii toasiane, tootehie, tohurumatie, toangkataane,
artinya ibu diibaratkan laksana nabi Muhammad saw yang harus disayangi atau
dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai
3.
Isanto lansaringano malaikati toasiane, tootehie, tohurumatie, toangkataane,
artinya ibu diibaratkan laksana nabi Muhammad saw yang harus disayangi atau
dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai
4.
Ainto lansaringano mominini toasiane, tootehie, tohurumatie, toangkataane,
artinya ibu diibaratkan laksana nabi Muhammad saw yang harus disayangi atau
dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai
Pernyataan dalam bahasa Toba (taubat) itu yang mengumpamakan ayah laksanah
allah tidaklah berarti mensyarikatkan allah swt, akan tetapi dimaksudkan ingin
mendekatkan wujud allah dengan ciptaan-Nya sehingga memudahkan bagi anak
untuk paham akan nasihat itu karena tidak mungkin dapat mewujudkan wujud
allah pada saat itu demikian pula wujud nabi Muhammad SAW.
6. Dalam bahasa muna kadang-kadang rawan syirik bilamana kita tidak memahami
benar pengertian etimologi (akar katanya) misalnya kata ompu. Pengertian ompu
paling tidak ada tiga yaitu : ompu allah taalaa /okakawasa (Allah SWT), ompu (to)
yang terambil dari kata omputau yang berarti ompu netau, nefosibala,
sehurumati, netilai, yang artinya raja yang didambakan atau dipelihara,
dibesarkan,
dihormati,
disanjung
hormati,
sedangkan
ompu
lee
berarti
induk/nenek moyang misalnya ompuno otu bukan berarti tuhannya kutu akan
tetapi induknya kutu (nenek moyangnya kutu).
Perumpamaan (bahasa muna = lansaringi) seperti apa yang dikemukakan di atas
adalah bermaksud menghubungkan anak yang melaksanakan taubat dengan tumah
tangga (dunia kecil) serta alam atau dunia luar termasuk masyarakat sehingga
anak yang telah mengikrarkan taubat (toba) akan mencintai dan menghormati
orang tua yang sebaya dengan orang tuanya, demikian pula orangtua yang sebaya
dengan kakaknya dan adiknya sehingga dengan demikian diharakan tidak aka nada
kekerasan dalam jiwanya, tiada faham terorisme; dalam jiwanya hanyalah
perdamaian dan cinta kasih yang tiada bertepi.
Agar terhindari dari pengertian syirik kata “lansaringi” tersebut di atas dapat
diganti dengan kata wakilino sehingga nasihat taubat (toba) dalam bahasa muna
menjadi :
1.
Amanto wakilino ompu allah taala, toasiane, tootehie, tohurumatie,
toangkataane. Artinya ayah diibaratkan laksana allah yang harus disayangi atau
dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai disanjung hormati
2.
Inanto wakilino nabii toasiane, tootehie, tohurumatie, toangkataane, artinya
ibu diibaratkan laksana nabi Muhammad saw yang harus disayangi atau dicintai,
ditakuti/disegani dan dihargai
3.
Isanto wakilino malaikati toasiane, tootehie, tohurumatie, toangkataane,
artinya ibu diibaratkan laksana nabi Muhammad saw yang harus disayangi atau
dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai
7. 4.
Ainto wakilino mominini toasiane, tootehie, tohurumatie, toangkataane,
artinya ibu diibaratkan laksana nabi Muhammad saw yang harus disayangi atau
dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai
Pemakaian kata wakilino yang berarti wakil karena anak dilahirkan oleh orang tua
sesungguhnya
adalah
miliki
allah
yang
diamanahkan
kepada
orangtua
bersangkutan untuk membesarkan serta membinannya agar menjadi manusia
berilmu beriman dan bertaqwa kepada allah swt sesuai petunjuk al quran dan al
hadist.
d. filosofi yang terkandung dalam kaatoba
Sunguh banyak filosofi yang terdapat dalam pelaksanaan katoba dan filosofifilosofi itu mengandung nilai-nilai ajaran yang sangat tinggi. Nilai-nilai itu kalau
dipaahami dan diamalkan akan menjadi dasar pembetukan karakter seseorang
dalam mengarungi kehidupan kelak, nilai-nilai itu yang benar-benar ditanamkan
pemandu toba(Lebe) pada seseorang yang ditoba adalah:
1.
Fefuna, yaitu suatu sifat bagi mereka yang ditoba untuk; mengingat,
memahami, dan mengamalkan dari mater toba yang disampaikan oleh pemandu
toba
2.
Fehuhuli, yaitu suatu sifat dasar bagi mereka yang ditoba untuk senantiasa
mengingat materi yang disampaikan oleh pemandu toba kapanpun dan dimanapun
ia berada, artinya bahwa ketika seseorang melakukan sesuatu yang salah maka
harus segera mengingat pesan-pesan materi toba
3.
Ososo (menyesal) artinya menyesal perbuatan dosa-dosa yang telah lalu dan
berusaha tidak akan mengulanginya lagi.
4.
Obotuki (memutuskan) artinya tidak akan mengulangi lagi perbuataan dosa
yang telah lalu.
5.
Hakuanaasi (hak orang lain) artinya kita tidak boleh mengambil hak orang
lain, haram hukumnya mengambil hakmorang lain tampa minta izin sebelumnya.
8. 6.
Fekakodoho, artinya menjauhkan perbuatan dosa baik kecil maupun dosa
besar.
7.
Adjili, artinya kita harus berbuat adil, sebagai hakim harus berbuat adil
dalam memutuskan sebuah perkara, tidak boleh berat sebelah, sebagai kakak
harus berbuat adilterhadap adik-adiknya, sebagai teman harus adil kepada teman
yang lain.
8.
Menturu, mentara maka Mengkora, artinya bahwa dalam kehidupan ini untuk
mencapai
kesuksesan
atau
keberhasilan,
seseorang
harus
sering
melakukan;mengunjungi, mengerjakan, selain itu seseorang harus sabar, tahan
dan telaten dalam mengerjakan sesuatu, baru bisa mendapatkan atau menuai
keberhasilan.
Contoh: seseorang yang mencari ilmu mullai SD sampai SMA maupun perguruan
tinggi, ia harus sering belajar, sabar dan tahan terhadap cobaan atau halangan,
memudian bila itu dapat dilalui dengan baik, maka orang tersebut bisa menikmati
hasilnya. Masih banyak contoh-contoh yang lainnya.
9.
Fekamaramarasai koano omarasai, Komarasaia omarasaigho, artinya supaya
tidak kekutangan pangan atau sandang atau kebutuhan lainnya yang berkaitan
dengan materi, maka seseorang harus harus hidup hemat, tidak boros, kerja
keras, rajin menabung dan lain dan kalau kita sebaliknya misalnya boros, pemalas,
banyak buang-buang waktu luang, tidak perna menabung, maka kita akan
terancam kekurangan bahkan akan miskin.
10. Hancuru-hancuru badha somano komohancuru liwu, hancuru-hancuru liwi
sumanomo konohancuru adhati, hancuru-hancuru adhati sumano konohancuru
agama.
a.
Hancuru-hancuru badha somano komohancuru liwu artinya : biar badan
hancur/biar badan taruhannya/biar badan jadi korbannya asalkan kampung,
daerah, Negara tidak hancur/tidak tergadai demi kepentingan sesaat yang
sifatnya pribadi.
9. b.
Hancuru-hancuru liwu sumanomo konohancuru adhati artinya : biar kampung,
daerah bahkan Negara hancur asalkan adat tidak hancur, asalkan adat tetap
tegak.
c.
Hancuru-hancuru adhati sumano konohancuru agama artinya : biar adat
hancur, biar adat tidak ditegakan asalkan agama yang ditengakan.
Secara utuh pengertian filosofi di atas mengandung pengertian bahwa penegakan
agama lebih diutamakan dari pada kampung, daaerah ataupun Negara, dan
Negara, daerah, kampung lebih diutamakan dari adat dan adat lebih diutamakan
dari diri/badan seseorang, artinya lebih mengutamakan hubungan dengan Allah
SWT dari pada yang lainnya.
1.
Mina Naembali dokalima-lima/dokala-ala artinya tidak boleh suka/gampang
mengambil barang orang lain (maksudnya tiddak mencuri tetapi mungkin hanya
iseng mengambil barang orang lain tetapi serius).
2.
Dokofendehao, artinya kita hatis selalu menyapa orang lain baik yang kita
kenal maupun tidak kita kenal kalau kita bertemu/berpapasan di jalan atau di
tempat lain.
3.
Dotoropo, artinya kita tidak boleh banyak tingkah, tenang, kosentrasi, teduh,
bertabiat baik kepada sesama.
4.
Dokahao-hao, dokahapu-hapu, dokohawa, artinya kita tidak boleh rakus,
merampas, mengambil sesuatu yang bukan hak/jatah kita, monopoli , arogan dan
lain-lain.