SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung setelah sekurangkurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan (Bobak,
2004). Definisi ini mengandung arti suatu ketidakmampuan untuk hamil atau
mengandung anak sampai anak tersebut lahir hidup pada saat pasangan memutuskan
untuk memperoleh anak. Ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak secara
mengejutkan dialami oleh 15% sampai 20% orang dewasa yang sehat (Evans, dkk,
1989 dalam Bobak, 2004). Gangguan konsep diri seksual seringkali dialami individu.
Pasangan yang meminta bantuan untuk mengatasi gangguan fertilitas pasti telah
memutuskan untuk memiliki seorang anak.
Kehidupan dalam keluarga tanpa kehadiran anak, terasa tidak lengkap, sebab salah
satu fungsi keluarga belum terpenuhi. Keluarga merasa tersisih, masing-masing
anggota keluarga merasa tidak normal dibanding keluarga lainnya. Mereka merasa
rendah diri, mudah tersinggung, emosinya labil, gairah untuk mencapai prestasi yang
lebih tinggi berkurang, karena merasa tidak punya generasi penerus yang bisa
meneruskan cita-citanya.
Melihat kondisi seperti ini harus segera diatasi, karena tekanan jiwa atau emosi yang
berkelanjutan bisa menurunkan kesuburan pasangan, sehingga makin tertekan
jiwanya semakin sulit untuk mendapatkan keturunan. Tekanan jiwa pada istri akan
menyebabkan terganggunya ovulasi, sel telur tidak bisa dan jarang berproduksi.
2

Pada tekanan ini pula bisa menyebabkan saluran telur mengalami (spasme),
sehingga sulit dilewati sel telur atau spermatozoa. Selain itu, karena tekanan jiwa,
hubungan suami istri menjadi terganggu, malas dan tidak bergairah. Keadaan ini
semuanya menyebabkan kesuburan tersebut lebih parah lagi (Samsul, 2004). Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Zamralita,Psi dan Henny E. Wirawan, M. Hum,
Psi dalam jangka waktu antara tanggal 12 Juli-30 Oktober 2000 dengan melibatkan
responden berjumlah 4 orang, semuanya perempuan telah didiagnosis infertil secara
medis, didapatkan hasil penelitian terhadap keempat responden membuktikan dasar
teori yang dikemukakan oleh Keye et al (1995), Miller dan Brooten (1996), serta
Wentz et al (1998) bahwa infertilitas yang dialami oleh seorang istri menyebabkan
dampak psikologis pada dirinya, seperti munculnya perasaan frustasi, depresi yang
cukup berat, stress, perasaan tidak sempurna dan kurang berarti serta hubungan suami
istri juga mengalami masalah.
Dari hasil studi pendahuluan di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo
Surabaya, diperoleh data bahwa pada tahun 2004 terdapat 228 pasangan infertilitas
yang tercatat sebagai pasien baru dan 920 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai
pasien lama. Tahun 2005 terdapat 172 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai
pasien baru dan 607 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai pasien lama dan pada
tahun 2006 terdapat 181 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai pasien baru dan
365 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai pasien lama. Dari hasil studi
pendahuluan yang telah dilakukan tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan
antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan
Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya.
3

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian
adakah hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di
Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita

infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2

Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr
Soetomo Surabaya.
1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan
Infertil RSU. Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita
infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Bidan
Meningkatkan pengetahuan bidan tentang hubungan antara infertilitas dengan
tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo
Surabaya.
4

1.4.2

Bagi Institusi Pendidikan

Merupakan masukan untuk meningkatkan pengetahuan khususnya tentang
hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas.
1.4.3

Bagi Peneliti

Memperluas wawasan berpikir terutama dalam mengenal hubungan antara
infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas.
5

BAB 2
5

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Infertilitas
2.1.1 Pengertian Infertilitas
Pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta telah berusaha selama satu
tahun tetapi belum hamil (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1999).
Bila sepasang suami istri, setelah bersenggama secara teratur (2-3 kali/minggu),
tanpa mengalami metode pencegahan, belum mengalami kehamilan selama satu
tahun (Mansjoer, 2002).
Ketidakmampuan untuk mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun
melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan (Bobak, dkk, 2004).
Suatu keadaan pasangan yang sudah menikah lebih dari satu setengah tahun
tanpa kontrasepsi, tidak punya anak (Taher, Akmal, 2004).
2.1.2 Macam-Macam Infertilitas
2.1.2.1 Infertilitas Primer
Keadaan dimana istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Wiknjosastro, Hanifa, 2005).
2.1.2.2 Infertilitas Sekunder
Keadaan dimana istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan
lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama
12 bulan (Wiknjosastro, Hanifa, 2005).
6

2.1.3 Penyebab
Sebab-sebab gangguan fertilitas kadang sulit diketahui, baik pada wanita
maupun pada pria (Wilson, Carrington, 1991 dalam Bobak, dkk, 2004). Faktor pada
pria mungkin hanya bertanggung jawab sebesar 30% pada pasangan yang tidak fertil,
tetapi pada pasangan lain faktor ini mungkin memberi kontribusi sebesar 10%. Faktor
tuba diidentifikasi pada sekitar 25% pasangan infertilitas, gangguan ovulasi pada
sekitar 20% pasangan infertilitas atau faktor serviks pada sekitar 15% pasangan
infertilitas. Faktor lain (5%) atau faktor yang tidak dapat dijelaskan (5%) bertanggung
jawab sebagai penyebab sisanya.
2.1.3.1 Faktor Tuba (Peritoneum)
Infertilitas tuba dan ujung fimbrianya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adesi atau tumor. Infeksi klamidia secara negatif mempengaruhi fungsi tuba dan
mengalami fertilitas (Eggert, Kruse, dkk, 1990 dalam Bobak, dkk, 2004). Pada kasus
yang jarang, salah satu tuba dapat tidak ditemukan. Adalah mungkin untuk
menemukan salah satu relatif lebih pendek daripada tuba yang lain. Kondisi ini
seringkali dihubungkan dengan uterus yang berkembang secara tidak normal.
Inflamasi di dalam tuba atau keterlibatan bagian luar tuba atau ujung fimbria
merupakan penyebab utama gangguan fertilitas. Adesi tuba, yang disebabkan infeksi
pelvis (misalnya ruptur apendiks), dapat menyebabkan gangguan fertilitas. Apabila
infeksi yang disertai rabas purulen pada akhirnya sembuh, terbentuk adesi jaringan
parut. Dalam proses tersebut, tuba dapat menjadi tertutup di suatu titik di sepanjang
badan tuba tersebut. Tuba dapat tertutup di ujung fimbria atau tuba menjadi rusak dan
berkelok-kelok akibat adesi. Adesi dapat memungkinkan sperma yang kecil melewati
7

tuba, tetapi mungkin mencegah sebuah telur yang dibuahi untuk sampai ke rongga
uterus. Hal ini menyebabkan kehamilan ektopik yang dapat merusak tuba secara
keseluruhan (Bobak, dkk, 2004).
2.1.3.2 Faktor Uterus
Kelainan kongenital uterus jauh lebih banyak yang terjadi daripada yang diduga.
Anomali perkembangan minor uterus cukup umum tenjadi, anomali mayor lebih
jarang terjadi. Histerosalpingografi dapat menunjukkan uterus ganda atau variaasi
kongenital yang anomali. Tumor miometrium dan tumor endometrium (misalnya
polip atau mioma juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan sinar-X pada wanita
infertilitas.
Sindroma Asherman, suatu adesi uterus atau jaringan parut, ditandai oleh
hipomenorea atau amenore. Adesi yang sebagian atau secar total menutup kavum
uterus, merupakan akibat intervensi bedah, seperti kuretase dalam skala besar
(scraping), setelah suatu aborsi (elektif atau spontan). Histeroskop bermanfaat untuk
memverifikasi anomali intrauterin.
Endometritis (inflamasi endometrium) dapat diakibatkan oleh sebab-sebab infeksi
serviks atau tuba uterina (misalnya infeksi klamidia). Wanita yang memiliki banyak
pasangan seks lebih rentan terhadap infeksi endometrium daripada wanita yang
monogami (Bobak, dkk, 2004).
2.1.3.3 Faktor Vaginal-Servikal
Infeksi vaginal-serviks (misalnya trikomonas vaginitis) meningkatkan
keasaman cairan vagina dan menurunkan sifat basa lendir serviks. Dengan demikian,
infeksi vagina seringkali merusak atau secara drastis mengurangi jumlah sperma yang
8

bergerak sebelum sperma sampai di kanal serviks. Jumlah lendir dan perubahan
fisiknya dipengaruhi oleh adanya darah, bakteri patogen, dan iritan, seperti IUD atau
tumor. Stres emosi berat, terapi antibiotik, dan penyakit, seperti diabetes melitus,
mengubah keasaman lendir.
Sekitar 20% wanita infertilitas memiliki antibodi sperma. Produksi antibodi salah
satu anggota spesies melawan sesuatu yang biasanya ditemukan di dalam spesies
tersebut disebut isoimunisasi. Sperma dapat tidak bergerak di dalam lendir serviks
atau tidak mampu berpindah ke dalam uterus. Suatu insiden aglutinasi sperma yang
lebih besra terjadi pada wanita yang mengalami gangguan fertilitas yang tidak dapat
dijelaskan. Namun signifikasi dan realibilitas tes yang benar untuk imobilisasi sperma
atau aglutinasi tidak pasif (Bobak, dkk, 2004).
2.1.4

Faktor yang mempengaruhi fertilitas

2.1.4.1 Umur
Masa reproduksi merupakan masa yang terpenting bagi wanita dan
berlangsung kira – kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada
alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi
kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada
umur 40 tahun ke atas perempuan masih dapat dihamilkan, fertilitas menurun cepat
sesudah umur tersebut (Wiknjosastro, H, 2005). Untuk pria puncak kesuburan adalah
usia 24-25 tahun dan 21-24 tahun untuk wanita, sebelum usia tersebut kesuburan
belum benar matang dan setelahnya berangsur menurun.
9

2.1.4.2 Lama perkawinan
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan
menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57% dalam 3 bulan,
72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu
median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8
bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian
kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah
infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan (Wiknjosastro, Hanifa, 2005).
2.1.4.3 Psikologis
Sekalipun tidak jelas, tetapi nyata dapat menghambat kehamilan antara lain
karena masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil, masih dalam pendidikan
dan emosi karena didahului orang lain hamil (Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001).
Tekanan jiwa pada istri akan menyebabkan terganggunya ovulasi, sel telur
tidak bisa diproduksi. Pada tekanan ini pula bisa menyebabkan saluran telur
mengalami spasme sehingga sulit dilewati sel telur atau spermatozoa (Samsul, 2004).
Inf ertilitas
Frustasi: Faktor emos i ketegangan
Spasme tuba fallopii
bersalah, berdosa dan marah
Ovulasi defek
isolasi diri
Frekuensi hubungan seks berkurang
Impoten psikologis
Sebagai gambaran
daMpatsadliajahbEajrakkaunlas
esibagai berikut: Orgasme
jarang

10

(Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001)
2.1.4.4 Makanan dan lingkungan
Walaupun belum jelas mekanismenya, kekurangan

protein dan vitamin

tertentu dapat menyebabkan infertilitas. Lingkungan baik fisik, khemis maupun
biologis (panas, radiasi, rokok, narkotik dan alkohol).
1. Merokok
Pada pria bisa menyebabkan oligozoospermia dan pada wanita bisa
menyebabkan abortus, gangguan pertumbuhan bayi intrauterin (IUGR).
2. Alkohol
Pada pria dapat menyebakan gangguan spermatogenesis, radiasi, dan
penyakit infeksi, dan dapat menurunkan kesuburan baik pria maupun wanita.
11

3. Pekerjaan
Pekerjaan yang dekat dengan faktor panas dalam waktu yang lama
dapat mempengaruhi kesuburan suami, juga adanya radiasi atau zat kimiawi
dalam pekerjaan.
2.1.4.5 Gangguan hubungan seksual
Hubungan seksual yang normal akan menghasilkan timbunan semen di vagina.
Hal ini tidak akan terjadi, jika dijumpai

keadaan seperti yang tercantum pada

(Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001):
1. Kesalahan teknik senggama
Penetrasi tidak sempurna ke vagina.
2. Gangguan psikososial
Impotensi ejakulasi prekoks dan vaginismus.
3. Ejakulasi abnormal
Kegagalan ejakulasi akibat pengaruh obat, ejakulasi retrograd ke dalam vesika
urinaria pasca rostatektomi.
4. Kelainan anatomi
Hipospadia, epispadia, dan penyakit peyronie.
2.1.4.6 Penyakit
Perlu dilakukan pemeriksaan fisik lengkap secara menyeluruh dan diikuti
pengkajian spesifik traktus reproduksi. Perkembangan karakteristik seks sekunder yan
tidak adekuat (seperti distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai) dapat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipofisis hipotalamus atau aberasi genetik
misalnya Sindrom Turner. Wanita yang menderita Sindrom Turner biasanya pendek ,
12

payudaranya tidak bisa berkembang dan gonadnya abnormal. Wanita ini infertil.
Harus dicari bukti kelainan sistem tubuh yang lain, yaitu:
1. Gangguan endokrin
Sebelum insulin ditemukan pada awal tahun 1920-an, diabetes dan kehamilan
sangat tidak berhubungan. Banyak wanita diabetes pada masa usia subur tidak
fertil dan sebagian besar dari mereka yang hamil tidak mampu mengandung
sampai usia cukup bulan.
2. Gangguan thyroid
1)

Hipertiroidisme
Hipertiroidisme pada wanita dapat menyebabkan anovulasi dan amenore.

Apabila pengontrolan hipertiroidisme tidak adekuat selama masa hamil, risiko
kelahiran prematur dan lahir mati meningkat (Bobak, dkk, 2004).
2)

Hipotiroidisme
Hipotiroidisme selama masa hamil jarang terjadi karena wanita dengan

kondisi ini seringkali infertil. Wanita hamil dengan hipotiroidisme memiliki risiko
lebih tinggi mengalami aborsi seperti pada trimester pertama (Bobak, dkk, 2004).
13

2.2. Konsep Dasar Depresi
14

2.2.1 Batasan
Gangguan dalam suasana perasaan yang sifatnya menetap (Ibrahim, A, 1999
dalam Mardianto, dkk, 2002).
Gangguan alam perasaan yang sering ditemukan ditandai dengan penurunan
afek, gangguan psikomotor, kognitif dan vegetatif (Hagop, S, 1995 dalam Joyce, dkk,
2000).
Salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood
disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup,
perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, D, 2004).
2.2.2 Etiologi Depresi
Bila ada seorang menderita depresi maka ternyata bahwa ada salah satu diantara
kesembilan penyebab di bawah ini pada penderita depresi, antara lain (Iskandar, Y,
1988 dalam Zulkarnaen, dkk, 1995):
2.2.2.1 Kekecewaan
2.2.2.2 Terperangkap (Problem perkawinan/problem rumah tangga)
2.2.2.3 Penolakan cinta
2.2.2.4 Pasca kuasa
2.2.2.5 Tujuan yang terlalu mudah
2.2.2.6 Kurang percaya diri
2.2.2.7 Perbandingan yang pincang
2.2.2.8 Penyakit dan obat
2.2.2.9 Kehamilan dan persalinan
2.2.3 Ciri Kepribadian Depresif
15

Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresi apabila yang
bersangkutan tidak mampu menanggulangi

stresor psikososial yang dialaminya.

Selain daripada itu ada juga yang lebih rentan (vulnerable) jatuh dalam keadaan
depresi dibandingkan dengan orang lain. Orang yang lebih rentan ini (beresiko tinggi)
biasanya mempunyai corak kepribadian depresif, yang ciri-cirinya antara lain sebagai
berikut:
2.2.31Pemurung, sukar untuk bisa senang, sukar untuk merasa bahagia
2.2.32Pesimis menghadapi masa depan
2.2.33Memandang diri rendah
2.2.34Mudah merasa bersalah dan berdosa
2.2.35Mudah mengalah
2.2.36Enggan bicara
2.2.37Mudah merasa haru, sedih dan menangis
2.2.38Gerakan lamban, lemah, lesu, kurang energik
2.2.39Seringkali mengeluh sakit ini dan itu (keluhan-keluhan psikosomatik)
2.2.310Mudah tegang, agitatif, gelisah
2.2.311Serba cemas, khawatir, takut
2.2.312Mudah tersinggung
2.2.313Tidak ada kepercayaan diri
2.2.314Merasa tidak mampu dan tidak berguna
2.2.315Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi
2.2.316Suka menarik diri, pemalu dan pendiam
2.2.317Lebih suka menyisihkan diri, tidak suka bergaul dan pergaulan sosial
16

amat terbatas
2.2.318Lebih suka menjaga jarak, menghindari keterlibatan dengan orang
2.2.319Suka mencela, mengkritik, konvensional
2.2.320Sulit mengambil keputusan
2.2.321Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif
2.2.322Pengendalian diri terlampau kuat, menekan dorongan/impuls diri
2.2.323Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan
2.2.324Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik ataupun konfrontasi
Ciri-ciri kepribadian depresif tersebut di atas pada setiap diri seseorang tidak
harus sama mencakup semua gejala-gejala secara keseluruhan. Seseorang baru
dikatakan mengalami gangguan depresi manakala yang bersangkutan mengalami
gangguan di bidang fisik (somatik) maupun psikis sedemikian rupa sehingga
mengganggu

fungsi

dalam

kehidupannya

sehari-hari

baik

di

rumah,

di

sekolah/kampus, di tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya.
2.2.4 Gejala Klinis Depresi
Gejala klinis depresi adalah sebagai berikut:
2.2.41Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak
semangat, merasa tidak berdaya
2.2.42Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan
2.2.43Nafsu makan menurun
2.2.44Berat badan menurun
2.2.45Konsentrasi dan daya ingat menurun
2.2.46Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya
17

hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini seringkali disertai dengan
mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah
meninggal.
2.2.47Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya)
2.2.48Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan
hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun
2.2.49Gangguan seksual (libido menurun)
2.2.410Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.
Gejala depresi dapat pula diderita oleh orang yang mengalami stresor
psikososial

yang

berkaitan

dengan

hilangnya

kedudukan/jabatan/kekuasaan.

Sekumpulan gejala-gejala mental dalam istilah umum disebut post power syndrome
(sindrom pasca kuasa) dan gejala depresi yang ditimbulkannya disebut depresi pasca
kuasa. Selain daripada itu gejala depresi dapat pula dialami oleh orang yang
mengalami stroke, disebut sebagai depresi pasca stroke.
2.2.5 Penatalaksanaan Depresi
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa
memerlukan tambahan terapi fisik. Jenios terapi bergantung dari diagnosis, berat
penyakit, umur pasien, dan respons terhadap terapi sebelumnya (Utama, H, 2005).
2.2.5.1 Psikoterapi
Merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhankeluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku
maladaptif. Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan yang
profesional antara terapis dengan pasien.
18

Psikoterapi dapat diberikan secara individu, kelompok, atau
pasangan sesuai dengan gangguan psikologik yang mendasarimya. Beberapa hal
dapat menjadi pertimbangan untuk pemilihan jenis psikoterapi yang diindikasikan.
Beberapa pasien dan klinisi sangat meyakini manfaat intervensi psikoterapi tetapi ada
pula yang sebaliknya yaitu tidak percaya dengan psikoterapi. Berdasarkan ini,
keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi oleh penilaian dokter
maupun pasiennya.
1. Terapi Kognitif
Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan gejala depresi melalui usaha
yang sistematis yaitu merubah cara pikir maladaptif dan otomatik pada
pasien-pasien depresi. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa
kepercayaan-kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia,
dan masa depan dapat menyebabkan depresi. Pasien harus menyadari cara
berpikirnya yang salah. Kemudian, ia harus belajar cara merespons cara pikir
yang salah tersebut dengan cara yang lebih adaptif.
2. Terapi Perilaku
Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi kognitif yang
bertujuan meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugastugas yang dapat meningkatkan perasaan menyenangkan.
3. Psikoterapi Suportif
Psikoterapi ini membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
emosinya. Membantu memecahkan problem eksternal (misalnya masalah
pekerjaan dan rumah tangga). Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda
19

dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin dan secara
teratur, tetapi jangan samapai selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien
depresi dapat memprovokasi kemarahan terapis (melalui kemarahan dan
tuntutan yang tidak masuk akal).
4. Psikoterapi Psikodinamik
Dasar terapi ini adalah kerentanan psikologik terjadi akibat konflik
perkembangan yang tidak selesai. Terapi ini dilakukan dalam periode jangka
panjang. Perhatian pada terapi ini adalah defisit psikologik yang menyeluruh
yang diduga mendasari gangguan depresi. Misalnya, problem yang berkaitan
dengan rasa bersalah, rasa rendah diri, berkaitan dengan pengalaman yang
memalukan.
5.

Psikoterapi Dinamik Singkat

Berlangsung lebih pendek dan bertujuan menciptakan lingkungan yang
aman buat pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat
mengekspresikannya.
6. Terapi Kelompok
Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesifik. Ada
beberapa keuntungan terapi kelompok antara lain:
1) Biaya lebih murah
2) Ada destigmatisasi dalam memandang orang lain dengan
problem yang sama
3) Memberikan kesempatan untuk memainkan peran dan
mempraktikkan keterampilan perilaku interpersonal yang
20

baru
4) Membantu pasien dalam mengaplikasikan keterampilan
baru
Terapi kelompok sangat efektif untuk terapi jangka pendek
pasien rawat jalan. Ia juga lebih efektif untuk depresi ringan. Untuk depresi
yang lebih berat, terapi individu lebih efektif.
7. Terapi Perkawinan
Problem perkawinan dan keluarga sering menyertai depresi. Ia dapat
mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan
perkawinan merupakan hal penting dalam terapi ini.
8. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Jangka terapi cukup lama, berguna pada pasien depresi minor kronik
tertentu dan beberapa pasien dengan deprei mayor yang mengalami remisi
tetapi mempunyai konflik.
2.2.5.2 Terapi Biologik
1. Lithium
Bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa
depresi unipolar. Ia cukup efektyif paad bipolar serta untuk mempertahankan
remisi dan begitu pula pada beberapa pasien unipolar.
2. Antikonvulsan
Terlihat sama baiknya dengan lithium meskipun kurang efektif
untuk pemeliharaan. Antidepresan dan lithium dapat dimulai secara bersamasama dan lithium diteruskan setelah remisi.
21

3.

Terapi Kejang Listrik

Merupakan terapi pilihan bila:
1) Obat tidak berhasil
2) Kondisi

pasien

menuntut

remisi

segera

(misalnya: bunuh diri yang akut)
3) Pada beberapa depresi psikotik
4) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat
(misalnya:

pasien

tua

yang

berpenyakit

jantung). Lebih dari 90% pasien memberikan
respons.
4. Latihan Fisik
Lari dan renang dapat memperbaiki depresi dengan mekanisme biologis
yang belum dimengerti dengan baik.
2.2.6 Pencegahan depresi
Pola kehidupan modern yang cenderung mengutamakan pekerjaan membuat
pola biologis tubuh menjadi terganggu. Perubahan ini terkadang tidak hanya sebatas
fisik, tetapi berpengaruh juga terhadap metabolisme tubuh. Dalam mencegah dan
mengatasi stress , umumnya kerja jantung menjadi lebih cepat sehingga sirkulasi
darah juga lebih cepat. Perbaikan sistem kekebalan tubuh dapat membantu
mengurangi stress. Perbaikan ini dibantu oleh mineral seng (zinc), vitamin C dan
vitamin B12, serta asam amino lisin. Mekanisme lainnya adalah dengan
mengendalikan kadar glukosa darah yang dilakukan oleh biotin dan niasin.
Pemeliharaan dan peredaan ketegangan saraf serta pencegahan depresi juga dibantu
22

oleh vitamin B1 (tiamin), asam folat, dan asam pantotenat. Vitamin B6 dan vitamin C
yang ada pada susu turut membantu pembentukan serotonin dan hormon melatonin
(Astawan, Made, 2007).
Faktor yang mempengaruhi:
nfertilitas
Umur I
Lama pernikahan
Psikologis
Makanan dan lingkungan
Gangguan hubungan seksual
Penyakit

Gejala

23

1. Depresi
Perubahan selera makan
Perubahan
23
waBkAtuBti3dur
Khawatir dan curiga
KERANGPaKnAik KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Kehilangan ketertarikan
Gangguan konsentrasi
3.1 Kerangka KonseptuaMl erasa tidak berguna
Mudah marah dan frustasi
Kehilangan nafsu seksual
Menyendiri
Berpikir lebih baik mati

Ket:

: diteliti
: tidak diteliti

Gambar 3.1

Kerangka Konseptual Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat
Depresi pada Wanita Infertilitas

Infertilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, lama pernikahan,
psikologis, makanan dan lingkungan, gangguan hubungan seksual, dan penyakit.
Dalam hal ini, infertilitas akan menyebabkan depresi, perubahan selera makan, dan
gejala lainnya. Dalam penelitian ini, akan diteliti hubungan antara infertilitas dengan
tingkat depresi pada wanita infertilitas.
24

3.1

Hipotesis
Menurut Soekidjo Notoatmodjo hipotesis pada hakekatnya adalah dugaan

sementara terhadap terjadinya hubungan variabel yang akan diteliti. Untuk itu agar
analisis penelitian terarah maka perlu dirumuskan suatu hipotesis penelitian.
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara infertilitas dengan tingkat
depresi pada wanita infertilitas.
25
25
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses
penelitian (Notoatmodjo, 2002).
Penelitian ini bersifat analitik menggunakan desain penelitian cross sectional,
dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel sesaat, variabel sebab
atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek yang diukur atau
dikumpulkan secara simultan (dalam waktu bersamaan).
Gangguan mood
Depresi ringan
Infertil primer

Depresi sedang
Depresi parah
Depresi ekstrim

Wanita infertilitas
Gangguan mood
Depresi ringan
Infertil sekunder

Depresi sedang
Depresi parah
Depresi ekstrim

Gambar 4.1 Desain Penelitian Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi
pada Wanita Infertilitas
4.2 Kerangka Kerja
Menentukan populasi Pasangan
infertilitas yang memeriksakan
diri di Unit Rawat Jalan Infertil
RSU Dr. Soetomo
Menentukan sampling
Simple Random Sampling

Mengambil sampel Wanita
infertilitas yang memeriksakan
dirinya di Unit Rawat Jalan Infertil
RSU Dr. Soetomo Surabaya mulai
tanggal 25 Juni – 09
Juli 2007
Memberikan kuesioner pengukur
Depresi Beck
Mengolah data
Editing, coding, tabulating

Menganalisis data
Uji korelasi dari Spearman’s Rho

Menyajikan hasil penelitian

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat
Depresi pada Wanita Infertilitas
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut dari masalah
yang diteliti. Variabel tersebut berupa orang, kejadian, perilaku atau sesuatu lain yang
akan dilakukan pada penelitian ( Nursalam, 2003 ).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan infertilitas yang memeriksakan
diri di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan dari objek yang diteliti dan dianggap
mewakili populasi ( Notoatmodjo, 2002 ). Sampel dalam penelitian ini adalah wanita
infertilitas yang memeriksakan dirinya di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo
Surabaya mulai tanggal 25 Juni – 09 Juli 2007.
4.3.2.1 Kriteria inklusi sampel
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Adapun kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah:
1) Wanita infertilitas yang berkunjung di Unit Rawat Jalan Infertil RSU
Dr. Soetomo Surabaya.
2) Wanita infertilitas yang mampu membaca dan menulis
3) Wanita infertilitas yang bersedia dilakukan penelitian
4.3.2.2 Besar sampel
Dalam penentuan besar sampel dimana populasi < 1000, maka digunakan
rumus (Nursalam, 2003):
N. Z². p. q
n=
d (N – 1) + Z. p. q
Keterangan:
n

= Perkiraan jumlah sampel

N = Perkiraan besar populasi
Z

= Nilai standar normal untuk α = 0,05

(1,96) p

= Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui

dianggap 50 % q

= 1 – p (100 % - p)

D = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
Maka, besar sampel:
546. 1,96². 0,5. 0,5
n=
0,05 (546 – 1) + 1,96. 0,5. 0,5
= 18,90
= 19
Jadi, besar sampel adalah 19 wanita infertilitas
4.3.3 Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dan populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan dengan cara simple random sampling, yaitu bahwa setiap anggota atau unit
dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dll) (Soepato, taat Putra, dan Haryanto, 2000
dalam Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu:
4.4.1.1 Variabel Independen
Merupakan variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam,
2003). Dalam penelitian ini, variabel independen adalah infertilitas.
4.4.1.2 Variabel Dependen
Merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dalam
penelitian ini variabel dependen adalah tingkat depresi.
4.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
Variabel
Infertilitas

Depresi

Definisi
operasional
Pasangan suami
istri setelah
bersenggama
secara teratur
(2 – 3 kali
seminggu),
tanpa
mengalami
metode
pencegahan dan
belum
mengalami
kehamilan
selama satu
tahun.
Gangguan
kejiwaan yang
ditandai dengan
kemurungan,
kelesuan,
ketiadaan gairah
hidup, perasaan
tidak berguna,
dan putus asa.

Kategori

Skala

Infertilitas ada 2 Nominal
macam yaitu:
1. Infertilit
as
primer
2. Infertilit
as
sekunder

Ordinal
Dari seluruh
pernyataan pada
pengukur
Depresi Beck
kemudian
hasilnya
diinterpretasikan
pada kriteria
sebagai berikut:
perasaan wajar,
gangguan mood,
depresi ringan,
sedang, parah
dan ekstrim.

Alat ukur
Kuesioner

Kuesioner

Skor
1. Infertilitas primer
adalah keadaan
dimana istri belum
pernah hamil
walaupun
bersenggama dan
dihadapkan kepada
kemungkinan
kehamilan selama 12
bulan.
2. Infertilitas sekunder
adalah keadaan
dimana istri pernah
hamil, akan tetapi
tidak terjadi kehamilan
lagi walaupun
bersenggama dan
dihadapkan kepada
kemungkinan
kehamilan selama 12
bulan.
Jawaban diberi skor sesuai
dengan jumlah dari
pernyataan yang dipilih dari
tiap nomor dan
diinterpretasikan dalam
kategori pengukur Depresi
Beck sebagai berikut:
Perasaan wajar: nilai 1 – 10
Gangguan mood: nilai 11 – 16
Depresi ringan: nilai 17 – 20
Depresi sedang: 21 – 30
Depresi parah: 31 – 40
Depresi ekstrim: nilai ≥ 40

4.5 Instrumen Penelitian
Alat atau instrumen adalah alat- alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan
data (Notoadmodjo, 2002). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui infertilitas adalah kuesioner dengan menanyakan lama menikah dan
jumlah kehamilan. Sedangkan untuk mengukur tingkat depresi menggunakan
kuesioner pengukur depresi beck yang merupakan sebuah alat ukur pengukur
kemurungan yang dapat dipercaya, yang mendeteksi ada atau tidaknya depresi serta
secara tepat menunjukkan tingkat keparahannya (Burns, M, 1988).

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr.Soetomo mulai tanggal
25 Juni – 09 Juli 2007.

4.7 Pengumpulan Data
Adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan
karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003).
Pengumpulan data dilakukan pada wanita infertil di Unit Rawat Jalan Infertil RSU
Dr. Soetomo Surabaya yang memenuhi kriteria menggunakan instrumen penelitian.

4.8 Analisis Data
Cara menilai infertil:
Infertilitas primer : Keadaan dimana istri belum pernah hamil walaupun
bersenggama

dan

dihadapkan

kepada

kemungkinan

kehamilan selama 12 bulan.
Infertilitas sekunder : Keadaan dimana istri pernah hamil, akan tetapi tidak terjadi
kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
Cara menilai tingkat depresi:
Menggunakan kuesioner pengukur Depresi Beck menggunakan Hamilton
Rating Scale for Depression (HRS-D). Kuesioner ini bersifat terbuka dengan
menggunakan skor dimana responden hanya memilih pernyataan yang tersedia.
Setelah menyelesaikan kuesioner tersebut, maka nilai dari masing – masing
pernyataan dijumlahkan seluruhnya. Karena nilai tertinggi yang bisa diperoleh pada
satu pertanyaan adalah tiga, maka jumlah total tertinggi yang mungkin bagi seluruh
kuesioner dengan jumlah nomor dua puluh satu adalah enam puluh tiga (yang berarti
bahwa responden melingkari nilai tiga di setiap nomor). Karena nilai terendah di
setiap nomor adalah nol, maka nilai total terendah pada test adalah nol (yang berarti
bahwa responden melingkari nilai nol di setiap nomor). Kemudian dianalisis dengan
skor penilaian menggunakan pengukur depresi beck dengan kriteria hasil seperti di
bawah ini:
Nilai total

Tingkat-tingkat depresi*
1.10

Naik turunnya perasaan ini tergolong wajar

11.16

Gangguan ”mood” atau rasa murung yang
ringan

17-20

Garis batas depresi ringan

21-30

Depresi sedang

31-40

Depresi parah

≥40

Depresi ekstrim
*Nilai 17 atau di atasnya yang menetap menunjukkan bahwa anda mungkin
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi dari Spearman’s
Rho karena tujuan uji penelitian ini bersifat korelasi dengan skala variabel ordinal.
4.9 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data sebagai berikut:
4.9.1 Editing
Editing adalah proses memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan, ini
berarti bahwa semua kuesioner harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan
pengisian dan kejelasan penelitiannya. Jika terdapat jawaban yang tidak jelas
penulisannya atau ada butir pertanyaan yang tidak terisi, maka yang bersangkutan
diminta untuk memperjelas atau melengkapinya.
4.9.2 Coding
Merupakan pemberian kode pada setiap kategori yang ada dalam variabel
terutama data klasifikasi.
4.9.3 Tabulating
Merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa dengan membuat tabel-tabel
sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

4.10Masalah Etika
4.10.1 Informed consent
Merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada responden kemudian
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, jika responden bersedia untuk
menjadi responden maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika
tidak bersedia diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa.

4.10.2 Anonymity
Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data.
4.10.3 Confidentiality
Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dlam
penelitian. Kerahasiaan data yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.
BAB 5
HASIL PENELITIAN, ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian tentang
hubungan infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat
Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya. Data hasil penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan akan diberikan uraian secara deskriptif di
bawahnya.
Berikut ini pada data akan ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dengan
dua bentuk yaitu data umum dan data khusus. Data umum menampilkan karakteristik
responden meliputi umur dan lama menikah. Sedangkan data khusus akan
menggambarkan hubungan antar variabel yang akan disajikan dalan bentuk tabulasi
silang.
Untuk mengetahui hubungan antar variabel akan diuji dengan uji korelasi dari
Spearman’s Rho. Tingkat kemaknaan dalam penelitian ini adalah ≤ 0,05 dengan
tingkat signifikasi adalah p= 0,000, artinya bila korelasi lebih besar dari tingkat
signifikasi maka H0 ditolak dan H1 diterima.
5.1.1 Data Umum
35
Data ini menggambarkan karakteristik responden yang terdapat di Unit Rawat
Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya, yang meliputi sebagai berikut

5.1.1.1 Umur
Umur responden yang terdapat di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo
Surabaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Unit Rawat Jalan
Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya pada 25 Juni – 09 Juli 2007
Umur
< 21 tahun
21-40 tahun
Jumlah

Frekuensi
19
19

Prosentase (%)
0,00
100,00
100,00

Analisis Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, semuanya
(100,00%) berumur antara 21-40 tahun.

5.1.1.2 Lama Menikah
Lama menikah responden yang terdapat di Unit Rawat jalan RSU Dr. Soetomo
Surabaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menikah di Unit Rawat
Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya pada 25 Juni – 09 Juli 2007
Lama Menikah
≥ 1 – 2 tahun
≥ 2 – 5 tahun

Frekuensi
6
8

Prosentase (%)
31,58
42,11
≥ 5 – 10 tahun
≥ 10 tahun
Jumlah

4
1
19

21,05
5,26
100,00

Analisis Data :
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebanyak 8
wanita infertilitas (42,11%) yang lama menikah diantara ≥ 2 – 5 tahun.

5.1.2 Data Khusus
Berikut ini pada data khusus akan ditampilkan tabel distribusi frekuensi
berdasarkan macam infertilitas dan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit
Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya.
5.1.2.1 Macam Infertilitas
Macam infertilitas responden yang terdapat di Unit Rawat jalan Infertil RSU
Dr. Soetomo Surabaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Macam Infertilitas pada Wanita
Infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya pada
25 Juni – 09 Juli 2007
Macam Infertilitas

Frekuensi

Prosentase (%)

Primer

16

84,21

Sekunder

3

15,79

Jumlah

19

Analisis Data :

100,00
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebanyak 16
responden (84,21 %) adalah wanita infertilitas primer.
5.1.2.2 Tingkat Depresi
Tingkat depresi responden yang terdapat di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr.
Soetomo Surabaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Depresi di Unit
Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya pada 25 Juni – 09 Juli
2007
Tingkat Depresi

Frekuensi

Prosentase (%)

Normal

6

31,58

Gangguan Mood

4

21,05

Garis Batas Depresi Ringan

4

21,05

Depresi Sedang

5

Jumlah

19

26,32
100,00

Analisis Data :
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebanyak 5
responden (26,32%) berada dalam depresi sedang.
5.1.2.3 Tabulasi Silang Hubungan Antara Infertilitas dengan tingkat Depresi pada
Wanita Infertilitas
Hubungan antara infertil dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di
Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi pada
Wanita Infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo
Surabaya pada 25 Juni – 09 Juli 2007
Tingkat Depresi
Macam

Total

Infertil
Normal
%

n

Depresi

Depresi

Mood
n

Ganguan

Ringan

Sedang

%

n

%

n

%

n

%

Primer
Sekunder

5

31,25 3

18,75

4

25,00 4

25,00

16 100,00

1

33,33 1

33,33

0

0,00 1

33,33

3

Jumlah

6

31,58 4

21,05

4

21,05 5

26,32

19 100,00

100,00

Analisis Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebanyak 4
responden (25,00%) adalah wanita infertilitas primer dengan tingkat depresi ringan.

5.2 Analisis Uji Korelasi dari Spearman Untuk Mengetahui Hubungan Antara
Infertilitas dengan Tingkat Depresi pada Wanita Infertilitas
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas
setelah dilakukan analisis uji korelasi dari Spearman’s Rho dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 5.6 Analisis Uji Korelasi dari Spearman’s Rho untuk Mengetahui Hubungan
Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi Pada Wanita Infertilitas di Unit
Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya

Spearman’s rho Koefisien korelasi macam infertil
Koefisien korelasi tingkat depresi

Macam
Infertil
1,000
-0,027

Tingkat
Depresi
-0,027
1,000

Analisis Data :
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien korelasi lebih kecil
dari tingkat signifikasi maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara
Infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita Infertilitas.

5.3 Pembahasan
5.3.1 Data Umum
5.3.1.1 Umur
Dalam penelitian ini diperoleh prosentase umur responden berumur antara 21
– 40 tahun yaitu 19 responden (100,00%). Menurut Hanifa Wiknjosastro (2005), pada
umur 40 tahun ke atas perempuan masih dapat dihamilkan dan fertilitas akan
menurun cepat sesudah umur tersebut. Dalam hal ini, semua responden masih dapat
dihamilkan karena masih berada dalam masa reproduksi sehat.
5.3.1.2 Lama Menikah
Pada penelitian ini diperoleh prosentase lama menikah responden antara ≥ 1 –
5 tahun yaitu 14 responden (73,69 %). .Menurut Hanifa Wiknjosastro (2005), makin
lama pasangan menikah tanpa kehamilan semakin turun kejadian kehamilannya.
Dapat dijelaskan bahwa hampir seluruh responden masih mempunyai sisa waktu yang
panjang untuk kemungkinan bisa dihamilkan.

5.3.2 Data Khusus
5.3.2.1 Macam Infertilitas
Pada penelitian ini diperoleh prosentase macam infertilitas responden adalah
infertilitas primer yaitu 16 responden (84,21 %). Hal ini disebabkan karena pada
wanita infertilitas primer akan lebih mengalami gangguan konsep diri seksual
dibandingkan dengan wanita dengan infertilitas sekunder walaupun wanita dengan
infertilitas sekunder tersebut pernah mengalami kehamilan tapi keguguran (abortus).
5.3.2.2 Tingkat Depresi
Pada penelitian ini diperoleh prosentase tingkat depresi responden adalah
sebanyak 10 responden (52,63 %) tidak mengalami depresi. Hal ini dihubungkan
dengan umur dan lama menikah responden, dimana semua responden masih berada
dalam masa reproduksi sehat dan masih mempunyai sisa waktu yang panjang untuk
dapat dihamilkan.
5.3.2.3 Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi pada Wanita Infertilitas
Pada penelitian ini diperoleh prosentase hubungan antara infertilitas dengan
tingkat depresi pada wanita infertilitas yaitu masing-masing 4 responden (25,00%)
adalah wanita infertilitas primer dengan tingkat depresi ringan dan sedang, tiga
responden (18, 75 %) adalah wanita infertilitas primer dengan tingkat depresi
gangguan mood, dan 5 responden (31,25 %) adalah wanita infertilitas primer dengan
tingkat depresi berada dalam batas normal (tidak mengalami depresi), dan masingmasing 1 responden (33,33%) adalah wanita infertilitas sekunder dengan tingkat
depresi sedang, ringan dan berada di dalam batas normal (tidak mengalami depresi).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi dari Spearman’s Rho
didapatkan bahwa koefisien korelasi lebih kecil dari tingkat signifikasi yang berarti
tidak ada hubungan antara infertlitas dengan tingkat depresi pada wanita infetilitas.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keye et al (1995),
Miller dan Brooten (1996), serta Wentz et al (1998) bahwa infertilitas yang dialami
oleh seorang istri menyebabkan dampak psikologis pada dirinya seperti munculnya
perasaan frustasi, depresi yang cukup berat, stress, perasaan tidak sempurna dan
kurang berarti serta hubungan suami istri juga mengalami masalah.
Dari tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, semuanya (100,00 %)
berumur antara 21 – 40 tahun. Hal itu berarti bahwa semua responden masih berada
dalam masa reproduksi sehat dan masih mempunyai rentang waktu yang cukup
panjang untuk dapat dihamilkan.
Dari tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebagian besar
responden (73,69 %) lama menikahnya antara ≥ 1 – 5 tahun sehingga sebagian besar
reponden masih mempunyai rentang waktu yang panjang untuk dapat dihamilkan.
Terkait dengan kesimpulan dari tabel 5.1, dapat dijelaskan bahwa walaupun semua
responden merupakan wanita infertilitas baik primer maupun sekunder namun mereka
masih berada dalam masa reproduksi sehat dan sebagian besar masih mempunyai
rentang waktu yang panjang untuk kemungkinan bisa dihamilkan.
Hal ini menunjukkan bahwa wanita infertilitas yang tidak mengalami depresi
masih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain umur dan lama menikah.
Karena selama wanita infertilitas tersebut masih berada dalam masa reproduksi sehat
dan lama menikah belum terlalu lama, maka masih besar kemungkinan wanita
infertilitas dapat dihamilkan dan selama masih ada kemungkinan tersebut secara
langsung hal ini akan mempengaruhi tingkat depresi responden.
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan penghitungan statistik pada bab ini akan ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
6.1.1 Dari 19 responden di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya
hampir seluruhnya merupakan wanita infertilitas primer.
6.1.2 Dari 19 responden di Unit Rawat jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya
sebagian besar tidak mengalami depresi.
6.1.3 Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji korelasi dari Spearman
diperoleh bahwa koefisien korelasi lebih kecil dari tingkat signifikasi dengan
demikian H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara
infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas.

6.2 Saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan pada penelitian di atas maka peneliti
menyarankan untuk penelitian selanjutnya untuk lebih memperbanyak jumlah sampel
44
dan memperluas tujuan penelitian yaitu dengan ikut meneliti faktor yang
mempengaruhi infertilitas misalnya umur dan lama pernikahan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Infertilitas Picu Gangguan Mental [Internet] 16th, May. Available
from: http://www.radarsulteng.com [accessed November, 9th, 2006]
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Bobak. Lowdermilk. Dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC
Hanifa, W. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Hawari, D. 2004. Manajemen Stress dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Ismari. 2006. Konsep diri pada Wanita Infertil di Unit Rawat Jalan RSU. Dr.
Soetomo Surabaya. Surabaya
Joyce, K. Yuniar, S. dan Haniman, F.2000. Depresi pada Ibu yang Mempunyai Anak
Autistik di Poliklinik Jiwa Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita (Jilid 2) Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan
Nenek. Bandung: Mandar Maju
Koblinsky, M. Timyan, J. dan Gay, J. 1997. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif
Global. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mantja, Z, A. Dan Hartono. 1995. Aspek Depresi pada Penyandang Epilepsi.
Semarang
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. dan Siti Pariani, 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta: CV. Info Medika
Pecherney, A, H. Polan, M, L. Lee, R, D. dan Boyers, P, S. 1997. Seri Skema
Diiagnosis dan Penatalaksanaan Infertilitas. Jakarta: Binarupa Aksara
Samsul. 2004. Tatkala Si Mungil Memanggil Papah atau Mamah [Internet] 22nd,
May. Available from: http://www.bkkbn.go.id [accessed November, 9th,
2006]
Tjokronegoro, A. dan Utama, H. 2004. Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zamralitan. dan Wirawan, H. 2003. Dampak Psikologis pada Diri Seorang Istri yang
Mengalami Infertilitas [Internet] 21st, April. Available from:
http://www.psikologi-untar.com [accessed November, 9th, 2006]
Infertilitas dan Depresi
Infertilitas dan Depresi

More Related Content

What's hot

Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiRetnoWulan32
 
Gangguan pada kesehatan reproduksi
Gangguan pada kesehatan reproduksiGangguan pada kesehatan reproduksi
Gangguan pada kesehatan reproduksiAyunina2
 
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggiAsuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggiAmalia Senja
 
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)Juwita Wulandari
 
KESEHATAN WANITA USIA SUBUR
KESEHATAN WANITA USIA SUBURKESEHATAN WANITA USIA SUBUR
KESEHATAN WANITA USIA SUBURAnnisa Nabila
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitaskenggi
 
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. DwianaMerencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. DwianaAisyah N
 
Infertilitas pak ,ak
Infertilitas  pak ,akInfertilitas  pak ,ak
Infertilitas pak ,akfikri asyura
 

What's hot (18)

Bab i aborsi
Bab i aborsiBab i aborsi
Bab i aborsi
 
Kespro infertilitas
Kespro infertilitasKespro infertilitas
Kespro infertilitas
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
Jurnal Aborsi
Jurnal AborsiJurnal Aborsi
Jurnal Aborsi
 
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
 
Gangguan pada kesehatan reproduksi
Gangguan pada kesehatan reproduksiGangguan pada kesehatan reproduksi
Gangguan pada kesehatan reproduksi
 
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggiAsuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggi
 
Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksiKesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi
 
Aborsi dan kehamilan yang tidak diinginkan
Aborsi dan kehamilan yang tidak diinginkanAborsi dan kehamilan yang tidak diinginkan
Aborsi dan kehamilan yang tidak diinginkan
 
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
 
KESEHATAN WANITA USIA SUBUR
KESEHATAN WANITA USIA SUBURKESEHATAN WANITA USIA SUBUR
KESEHATAN WANITA USIA SUBUR
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
PPT Abortus
PPT AbortusPPT Abortus
PPT Abortus
 
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. DwianaMerencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
 
Jurnal kdk 4
Jurnal kdk 4Jurnal kdk 4
Jurnal kdk 4
 
ABORSI
ABORSIABORSI
ABORSI
 
Infertilitas pak ,ak
Infertilitas  pak ,akInfertilitas  pak ,ak
Infertilitas pak ,ak
 
Infertilitas dasar
Infertilitas dasarInfertilitas dasar
Infertilitas dasar
 

Viewers also liked (20)

Induction address to sec 3 2014
Induction address to sec 3 2014Induction address to sec 3 2014
Induction address to sec 3 2014
 
Guia rapido gerenciamento de projetos
Guia rapido gerenciamento de projetos Guia rapido gerenciamento de projetos
Guia rapido gerenciamento de projetos
 
Planos seriados
Planos seriadosPlanos seriados
Planos seriados
 
Thank you letter from Syria tel
Thank you letter from Syria telThank you letter from Syria tel
Thank you letter from Syria tel
 
Sangri cg
Sangri cgSangri cg
Sangri cg
 
120262739 anc-fisiologis
120262739 anc-fisiologis120262739 anc-fisiologis
120262739 anc-fisiologis
 
CadeConnerResume
CadeConnerResumeCadeConnerResume
CadeConnerResume
 
Certificate of Management Consulting
Certificate of Management ConsultingCertificate of Management Consulting
Certificate of Management Consulting
 
Slot waddin
Slot waddinSlot waddin
Slot waddin
 
Function
FunctionFunction
Function
 
Famous Accounting Scandals
Famous Accounting ScandalsFamous Accounting Scandals
Famous Accounting Scandals
 
Resume Nov 2015
Resume Nov 2015Resume Nov 2015
Resume Nov 2015
 
Movie maker
Movie makerMovie maker
Movie maker
 
5 steps you have to do on social media before launching
5 steps you have to do on social media before launching5 steps you have to do on social media before launching
5 steps you have to do on social media before launching
 
Urbanismo como detonante de violencia
Urbanismo como detonante de violenciaUrbanismo como detonante de violencia
Urbanismo como detonante de violencia
 
Tabuladores cg
Tabuladores cgTabuladores cg
Tabuladores cg
 
Melanie Richard, RHIT 2016
Melanie Richard, RHIT 2016Melanie Richard, RHIT 2016
Melanie Richard, RHIT 2016
 
Tugas pratikum 1
Tugas pratikum 1Tugas pratikum 1
Tugas pratikum 1
 
autism wheel power point
autism wheel power pointautism wheel power point
autism wheel power point
 
Paduan agamanya ila
Paduan agamanya ilaPaduan agamanya ila
Paduan agamanya ila
 

Similar to Infertilitas dan Depresi

Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Septian Muna Barakati
 
Refreshing dismenore
Refreshing   dismenoreRefreshing   dismenore
Refreshing dismenoreFauzan Zanne
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppmartaagustinasirait
 
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfPertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfEka Safitri
 
Tingkat kesuburan
Tingkat kesuburanTingkat kesuburan
Tingkat kesuburanAya Ndutt
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhfhradillah
 
Presentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptxPresentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptxSuryadiSuryadi65
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriWarnet Raha
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Infertilitas dan Depresi (20)

Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
 
Refreshing dismenore
Refreshing   dismenoreRefreshing   dismenore
Refreshing dismenore
 
Coba coba nulis proposal
Coba coba nulis proposalCoba coba nulis proposal
Coba coba nulis proposal
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
 
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfPertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptxKELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
 
Referat infertilitas
Referat infertilitasReferat infertilitas
Referat infertilitas
 
Tingkat kesuburan
Tingkat kesuburanTingkat kesuburan
Tingkat kesuburan
 
askep infertilisasi
askep infertilisasiaskep infertilisasi
askep infertilisasi
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Presentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptxPresentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptx
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Infertilitas dan Depresi

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung setelah sekurangkurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan (Bobak, 2004). Definisi ini mengandung arti suatu ketidakmampuan untuk hamil atau mengandung anak sampai anak tersebut lahir hidup pada saat pasangan memutuskan untuk memperoleh anak. Ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak secara mengejutkan dialami oleh 15% sampai 20% orang dewasa yang sehat (Evans, dkk, 1989 dalam Bobak, 2004). Gangguan konsep diri seksual seringkali dialami individu. Pasangan yang meminta bantuan untuk mengatasi gangguan fertilitas pasti telah memutuskan untuk memiliki seorang anak. Kehidupan dalam keluarga tanpa kehadiran anak, terasa tidak lengkap, sebab salah satu fungsi keluarga belum terpenuhi. Keluarga merasa tersisih, masing-masing anggota keluarga merasa tidak normal dibanding keluarga lainnya. Mereka merasa rendah diri, mudah tersinggung, emosinya labil, gairah untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi berkurang, karena merasa tidak punya generasi penerus yang bisa meneruskan cita-citanya. Melihat kondisi seperti ini harus segera diatasi, karena tekanan jiwa atau emosi yang berkelanjutan bisa menurunkan kesuburan pasangan, sehingga makin tertekan jiwanya semakin sulit untuk mendapatkan keturunan. Tekanan jiwa pada istri akan menyebabkan terganggunya ovulasi, sel telur tidak bisa dan jarang berproduksi.
  • 2. 2 Pada tekanan ini pula bisa menyebabkan saluran telur mengalami (spasme), sehingga sulit dilewati sel telur atau spermatozoa. Selain itu, karena tekanan jiwa, hubungan suami istri menjadi terganggu, malas dan tidak bergairah. Keadaan ini semuanya menyebabkan kesuburan tersebut lebih parah lagi (Samsul, 2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zamralita,Psi dan Henny E. Wirawan, M. Hum, Psi dalam jangka waktu antara tanggal 12 Juli-30 Oktober 2000 dengan melibatkan responden berjumlah 4 orang, semuanya perempuan telah didiagnosis infertil secara medis, didapatkan hasil penelitian terhadap keempat responden membuktikan dasar teori yang dikemukakan oleh Keye et al (1995), Miller dan Brooten (1996), serta Wentz et al (1998) bahwa infertilitas yang dialami oleh seorang istri menyebabkan dampak psikologis pada dirinya, seperti munculnya perasaan frustasi, depresi yang cukup berat, stress, perasaan tidak sempurna dan kurang berarti serta hubungan suami istri juga mengalami masalah. Dari hasil studi pendahuluan di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya, diperoleh data bahwa pada tahun 2004 terdapat 228 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai pasien baru dan 920 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai pasien lama. Tahun 2005 terdapat 172 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai pasien baru dan 607 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai pasien lama dan pada tahun 2006 terdapat 181 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai pasien baru dan 365 pasangan infertilitas yang tercatat sebagai pasien lama. Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya.
  • 3. 3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian adakah hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr Soetomo Surabaya. 1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU. Dr. Soetomo Surabaya. 1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Bidan Meningkatkan pengetahuan bidan tentang hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya.
  • 4. 4 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Merupakan masukan untuk meningkatkan pengetahuan khususnya tentang hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas. 1.4.3 Bagi Peneliti Memperluas wawasan berpikir terutama dalam mengenal hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas.
  • 5. 5 BAB 2 5 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Infertilitas 2.1.1 Pengertian Infertilitas Pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta telah berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1999). Bila sepasang suami istri, setelah bersenggama secara teratur (2-3 kali/minggu), tanpa mengalami metode pencegahan, belum mengalami kehamilan selama satu tahun (Mansjoer, 2002). Ketidakmampuan untuk mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan (Bobak, dkk, 2004). Suatu keadaan pasangan yang sudah menikah lebih dari satu setengah tahun tanpa kontrasepsi, tidak punya anak (Taher, Akmal, 2004). 2.1.2 Macam-Macam Infertilitas 2.1.2.1 Infertilitas Primer Keadaan dimana istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Wiknjosastro, Hanifa, 2005). 2.1.2.2 Infertilitas Sekunder Keadaan dimana istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Wiknjosastro, Hanifa, 2005).
  • 6. 6 2.1.3 Penyebab Sebab-sebab gangguan fertilitas kadang sulit diketahui, baik pada wanita maupun pada pria (Wilson, Carrington, 1991 dalam Bobak, dkk, 2004). Faktor pada pria mungkin hanya bertanggung jawab sebesar 30% pada pasangan yang tidak fertil, tetapi pada pasangan lain faktor ini mungkin memberi kontribusi sebesar 10%. Faktor tuba diidentifikasi pada sekitar 25% pasangan infertilitas, gangguan ovulasi pada sekitar 20% pasangan infertilitas atau faktor serviks pada sekitar 15% pasangan infertilitas. Faktor lain (5%) atau faktor yang tidak dapat dijelaskan (5%) bertanggung jawab sebagai penyebab sisanya. 2.1.3.1 Faktor Tuba (Peritoneum) Infertilitas tuba dan ujung fimbrianya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adesi atau tumor. Infeksi klamidia secara negatif mempengaruhi fungsi tuba dan mengalami fertilitas (Eggert, Kruse, dkk, 1990 dalam Bobak, dkk, 2004). Pada kasus yang jarang, salah satu tuba dapat tidak ditemukan. Adalah mungkin untuk menemukan salah satu relatif lebih pendek daripada tuba yang lain. Kondisi ini seringkali dihubungkan dengan uterus yang berkembang secara tidak normal. Inflamasi di dalam tuba atau keterlibatan bagian luar tuba atau ujung fimbria merupakan penyebab utama gangguan fertilitas. Adesi tuba, yang disebabkan infeksi pelvis (misalnya ruptur apendiks), dapat menyebabkan gangguan fertilitas. Apabila infeksi yang disertai rabas purulen pada akhirnya sembuh, terbentuk adesi jaringan parut. Dalam proses tersebut, tuba dapat menjadi tertutup di suatu titik di sepanjang badan tuba tersebut. Tuba dapat tertutup di ujung fimbria atau tuba menjadi rusak dan berkelok-kelok akibat adesi. Adesi dapat memungkinkan sperma yang kecil melewati
  • 7. 7 tuba, tetapi mungkin mencegah sebuah telur yang dibuahi untuk sampai ke rongga uterus. Hal ini menyebabkan kehamilan ektopik yang dapat merusak tuba secara keseluruhan (Bobak, dkk, 2004). 2.1.3.2 Faktor Uterus Kelainan kongenital uterus jauh lebih banyak yang terjadi daripada yang diduga. Anomali perkembangan minor uterus cukup umum tenjadi, anomali mayor lebih jarang terjadi. Histerosalpingografi dapat menunjukkan uterus ganda atau variaasi kongenital yang anomali. Tumor miometrium dan tumor endometrium (misalnya polip atau mioma juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan sinar-X pada wanita infertilitas. Sindroma Asherman, suatu adesi uterus atau jaringan parut, ditandai oleh hipomenorea atau amenore. Adesi yang sebagian atau secar total menutup kavum uterus, merupakan akibat intervensi bedah, seperti kuretase dalam skala besar (scraping), setelah suatu aborsi (elektif atau spontan). Histeroskop bermanfaat untuk memverifikasi anomali intrauterin. Endometritis (inflamasi endometrium) dapat diakibatkan oleh sebab-sebab infeksi serviks atau tuba uterina (misalnya infeksi klamidia). Wanita yang memiliki banyak pasangan seks lebih rentan terhadap infeksi endometrium daripada wanita yang monogami (Bobak, dkk, 2004). 2.1.3.3 Faktor Vaginal-Servikal Infeksi vaginal-serviks (misalnya trikomonas vaginitis) meningkatkan keasaman cairan vagina dan menurunkan sifat basa lendir serviks. Dengan demikian, infeksi vagina seringkali merusak atau secara drastis mengurangi jumlah sperma yang
  • 8. 8 bergerak sebelum sperma sampai di kanal serviks. Jumlah lendir dan perubahan fisiknya dipengaruhi oleh adanya darah, bakteri patogen, dan iritan, seperti IUD atau tumor. Stres emosi berat, terapi antibiotik, dan penyakit, seperti diabetes melitus, mengubah keasaman lendir. Sekitar 20% wanita infertilitas memiliki antibodi sperma. Produksi antibodi salah satu anggota spesies melawan sesuatu yang biasanya ditemukan di dalam spesies tersebut disebut isoimunisasi. Sperma dapat tidak bergerak di dalam lendir serviks atau tidak mampu berpindah ke dalam uterus. Suatu insiden aglutinasi sperma yang lebih besra terjadi pada wanita yang mengalami gangguan fertilitas yang tidak dapat dijelaskan. Namun signifikasi dan realibilitas tes yang benar untuk imobilisasi sperma atau aglutinasi tidak pasif (Bobak, dkk, 2004). 2.1.4 Faktor yang mempengaruhi fertilitas 2.1.4.1 Umur Masa reproduksi merupakan masa yang terpenting bagi wanita dan berlangsung kira – kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada umur 40 tahun ke atas perempuan masih dapat dihamilkan, fertilitas menurun cepat sesudah umur tersebut (Wiknjosastro, H, 2005). Untuk pria puncak kesuburan adalah usia 24-25 tahun dan 21-24 tahun untuk wanita, sebelum usia tersebut kesuburan belum benar matang dan setelahnya berangsur menurun.
  • 9. 9 2.1.4.2 Lama perkawinan Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57% dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan (Wiknjosastro, Hanifa, 2005). 2.1.4.3 Psikologis Sekalipun tidak jelas, tetapi nyata dapat menghambat kehamilan antara lain karena masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil, masih dalam pendidikan dan emosi karena didahului orang lain hamil (Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001). Tekanan jiwa pada istri akan menyebabkan terganggunya ovulasi, sel telur tidak bisa diproduksi. Pada tekanan ini pula bisa menyebabkan saluran telur mengalami spasme sehingga sulit dilewati sel telur atau spermatozoa (Samsul, 2004).
  • 10. Inf ertilitas Frustasi: Faktor emos i ketegangan Spasme tuba fallopii bersalah, berdosa dan marah Ovulasi defek isolasi diri Frekuensi hubungan seks berkurang Impoten psikologis Sebagai gambaran daMpatsadliajahbEajrakkaunlas esibagai berikut: Orgasme jarang 10 (Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001) 2.1.4.4 Makanan dan lingkungan Walaupun belum jelas mekanismenya, kekurangan protein dan vitamin tertentu dapat menyebabkan infertilitas. Lingkungan baik fisik, khemis maupun biologis (panas, radiasi, rokok, narkotik dan alkohol). 1. Merokok Pada pria bisa menyebabkan oligozoospermia dan pada wanita bisa menyebabkan abortus, gangguan pertumbuhan bayi intrauterin (IUGR). 2. Alkohol Pada pria dapat menyebakan gangguan spermatogenesis, radiasi, dan penyakit infeksi, dan dapat menurunkan kesuburan baik pria maupun wanita.
  • 11. 11 3. Pekerjaan Pekerjaan yang dekat dengan faktor panas dalam waktu yang lama dapat mempengaruhi kesuburan suami, juga adanya radiasi atau zat kimiawi dalam pekerjaan. 2.1.4.5 Gangguan hubungan seksual Hubungan seksual yang normal akan menghasilkan timbunan semen di vagina. Hal ini tidak akan terjadi, jika dijumpai keadaan seperti yang tercantum pada (Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001): 1. Kesalahan teknik senggama Penetrasi tidak sempurna ke vagina. 2. Gangguan psikososial Impotensi ejakulasi prekoks dan vaginismus. 3. Ejakulasi abnormal Kegagalan ejakulasi akibat pengaruh obat, ejakulasi retrograd ke dalam vesika urinaria pasca rostatektomi. 4. Kelainan anatomi Hipospadia, epispadia, dan penyakit peyronie. 2.1.4.6 Penyakit Perlu dilakukan pemeriksaan fisik lengkap secara menyeluruh dan diikuti pengkajian spesifik traktus reproduksi. Perkembangan karakteristik seks sekunder yan tidak adekuat (seperti distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai) dapat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipofisis hipotalamus atau aberasi genetik misalnya Sindrom Turner. Wanita yang menderita Sindrom Turner biasanya pendek ,
  • 12. 12 payudaranya tidak bisa berkembang dan gonadnya abnormal. Wanita ini infertil. Harus dicari bukti kelainan sistem tubuh yang lain, yaitu: 1. Gangguan endokrin Sebelum insulin ditemukan pada awal tahun 1920-an, diabetes dan kehamilan sangat tidak berhubungan. Banyak wanita diabetes pada masa usia subur tidak fertil dan sebagian besar dari mereka yang hamil tidak mampu mengandung sampai usia cukup bulan. 2. Gangguan thyroid 1) Hipertiroidisme Hipertiroidisme pada wanita dapat menyebabkan anovulasi dan amenore. Apabila pengontrolan hipertiroidisme tidak adekuat selama masa hamil, risiko kelahiran prematur dan lahir mati meningkat (Bobak, dkk, 2004). 2) Hipotiroidisme Hipotiroidisme selama masa hamil jarang terjadi karena wanita dengan kondisi ini seringkali infertil. Wanita hamil dengan hipotiroidisme memiliki risiko lebih tinggi mengalami aborsi seperti pada trimester pertama (Bobak, dkk, 2004).
  • 14. 14 2.2.1 Batasan Gangguan dalam suasana perasaan yang sifatnya menetap (Ibrahim, A, 1999 dalam Mardianto, dkk, 2002). Gangguan alam perasaan yang sering ditemukan ditandai dengan penurunan afek, gangguan psikomotor, kognitif dan vegetatif (Hagop, S, 1995 dalam Joyce, dkk, 2000). Salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, D, 2004). 2.2.2 Etiologi Depresi Bila ada seorang menderita depresi maka ternyata bahwa ada salah satu diantara kesembilan penyebab di bawah ini pada penderita depresi, antara lain (Iskandar, Y, 1988 dalam Zulkarnaen, dkk, 1995): 2.2.2.1 Kekecewaan 2.2.2.2 Terperangkap (Problem perkawinan/problem rumah tangga) 2.2.2.3 Penolakan cinta 2.2.2.4 Pasca kuasa 2.2.2.5 Tujuan yang terlalu mudah 2.2.2.6 Kurang percaya diri 2.2.2.7 Perbandingan yang pincang 2.2.2.8 Penyakit dan obat 2.2.2.9 Kehamilan dan persalinan 2.2.3 Ciri Kepribadian Depresif
  • 15. 15 Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresi apabila yang bersangkutan tidak mampu menanggulangi stresor psikososial yang dialaminya. Selain daripada itu ada juga yang lebih rentan (vulnerable) jatuh dalam keadaan depresi dibandingkan dengan orang lain. Orang yang lebih rentan ini (beresiko tinggi) biasanya mempunyai corak kepribadian depresif, yang ciri-cirinya antara lain sebagai berikut: 2.2.31Pemurung, sukar untuk bisa senang, sukar untuk merasa bahagia 2.2.32Pesimis menghadapi masa depan 2.2.33Memandang diri rendah 2.2.34Mudah merasa bersalah dan berdosa 2.2.35Mudah mengalah 2.2.36Enggan bicara 2.2.37Mudah merasa haru, sedih dan menangis 2.2.38Gerakan lamban, lemah, lesu, kurang energik 2.2.39Seringkali mengeluh sakit ini dan itu (keluhan-keluhan psikosomatik) 2.2.310Mudah tegang, agitatif, gelisah 2.2.311Serba cemas, khawatir, takut 2.2.312Mudah tersinggung 2.2.313Tidak ada kepercayaan diri 2.2.314Merasa tidak mampu dan tidak berguna 2.2.315Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi 2.2.316Suka menarik diri, pemalu dan pendiam 2.2.317Lebih suka menyisihkan diri, tidak suka bergaul dan pergaulan sosial
  • 16. 16 amat terbatas 2.2.318Lebih suka menjaga jarak, menghindari keterlibatan dengan orang 2.2.319Suka mencela, mengkritik, konvensional 2.2.320Sulit mengambil keputusan 2.2.321Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif 2.2.322Pengendalian diri terlampau kuat, menekan dorongan/impuls diri 2.2.323Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan 2.2.324Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik ataupun konfrontasi Ciri-ciri kepribadian depresif tersebut di atas pada setiap diri seseorang tidak harus sama mencakup semua gejala-gejala secara keseluruhan. Seseorang baru dikatakan mengalami gangguan depresi manakala yang bersangkutan mengalami gangguan di bidang fisik (somatik) maupun psikis sedemikian rupa sehingga mengganggu fungsi dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya. 2.2.4 Gejala Klinis Depresi Gejala klinis depresi adalah sebagai berikut: 2.2.41Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya 2.2.42Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan 2.2.43Nafsu makan menurun 2.2.44Berat badan menurun 2.2.45Konsentrasi dan daya ingat menurun 2.2.46Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya
  • 17. 17 hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini seringkali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal. 2.2.47Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya) 2.2.48Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun 2.2.49Gangguan seksual (libido menurun) 2.2.410Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri. Gejala depresi dapat pula diderita oleh orang yang mengalami stresor psikososial yang berkaitan dengan hilangnya kedudukan/jabatan/kekuasaan. Sekumpulan gejala-gejala mental dalam istilah umum disebut post power syndrome (sindrom pasca kuasa) dan gejala depresi yang ditimbulkannya disebut depresi pasca kuasa. Selain daripada itu gejala depresi dapat pula dialami oleh orang yang mengalami stroke, disebut sebagai depresi pasca stroke. 2.2.5 Penatalaksanaan Depresi Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Jenios terapi bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur pasien, dan respons terhadap terapi sebelumnya (Utama, H, 2005). 2.2.5.1 Psikoterapi Merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhankeluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptif. Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan yang profesional antara terapis dengan pasien.
  • 18. 18 Psikoterapi dapat diberikan secara individu, kelompok, atau pasangan sesuai dengan gangguan psikologik yang mendasarimya. Beberapa hal dapat menjadi pertimbangan untuk pemilihan jenis psikoterapi yang diindikasikan. Beberapa pasien dan klinisi sangat meyakini manfaat intervensi psikoterapi tetapi ada pula yang sebaliknya yaitu tidak percaya dengan psikoterapi. Berdasarkan ini, keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi oleh penilaian dokter maupun pasiennya. 1. Terapi Kognitif Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan gejala depresi melalui usaha yang sistematis yaitu merubah cara pikir maladaptif dan otomatik pada pasien-pasien depresi. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan dapat menyebabkan depresi. Pasien harus menyadari cara berpikirnya yang salah. Kemudian, ia harus belajar cara merespons cara pikir yang salah tersebut dengan cara yang lebih adaptif. 2. Terapi Perilaku Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi kognitif yang bertujuan meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugastugas yang dapat meningkatkan perasaan menyenangkan. 3. Psikoterapi Suportif Psikoterapi ini membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya. Membantu memecahkan problem eksternal (misalnya masalah pekerjaan dan rumah tangga). Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda
  • 19. 19 dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin dan secara teratur, tetapi jangan samapai selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan terapis (melalui kemarahan dan tuntutan yang tidak masuk akal). 4. Psikoterapi Psikodinamik Dasar terapi ini adalah kerentanan psikologik terjadi akibat konflik perkembangan yang tidak selesai. Terapi ini dilakukan dalam periode jangka panjang. Perhatian pada terapi ini adalah defisit psikologik yang menyeluruh yang diduga mendasari gangguan depresi. Misalnya, problem yang berkaitan dengan rasa bersalah, rasa rendah diri, berkaitan dengan pengalaman yang memalukan. 5. Psikoterapi Dinamik Singkat Berlangsung lebih pendek dan bertujuan menciptakan lingkungan yang aman buat pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat mengekspresikannya. 6. Terapi Kelompok Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesifik. Ada beberapa keuntungan terapi kelompok antara lain: 1) Biaya lebih murah 2) Ada destigmatisasi dalam memandang orang lain dengan problem yang sama 3) Memberikan kesempatan untuk memainkan peran dan mempraktikkan keterampilan perilaku interpersonal yang
  • 20. 20 baru 4) Membantu pasien dalam mengaplikasikan keterampilan baru Terapi kelompok sangat efektif untuk terapi jangka pendek pasien rawat jalan. Ia juga lebih efektif untuk depresi ringan. Untuk depresi yang lebih berat, terapi individu lebih efektif. 7. Terapi Perkawinan Problem perkawinan dan keluarga sering menyertai depresi. Ia dapat mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan perkawinan merupakan hal penting dalam terapi ini. 8. Psikoterapi Berorientasi Tilikan Jangka terapi cukup lama, berguna pada pasien depresi minor kronik tertentu dan beberapa pasien dengan deprei mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik. 2.2.5.2 Terapi Biologik 1. Lithium Bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar. Ia cukup efektyif paad bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada beberapa pasien unipolar. 2. Antikonvulsan Terlihat sama baiknya dengan lithium meskipun kurang efektif untuk pemeliharaan. Antidepresan dan lithium dapat dimulai secara bersamasama dan lithium diteruskan setelah remisi.
  • 21. 21 3. Terapi Kejang Listrik Merupakan terapi pilihan bila: 1) Obat tidak berhasil 2) Kondisi pasien menuntut remisi segera (misalnya: bunuh diri yang akut) 3) Pada beberapa depresi psikotik 4) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misalnya: pasien tua yang berpenyakit jantung). Lebih dari 90% pasien memberikan respons. 4. Latihan Fisik Lari dan renang dapat memperbaiki depresi dengan mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik. 2.2.6 Pencegahan depresi Pola kehidupan modern yang cenderung mengutamakan pekerjaan membuat pola biologis tubuh menjadi terganggu. Perubahan ini terkadang tidak hanya sebatas fisik, tetapi berpengaruh juga terhadap metabolisme tubuh. Dalam mencegah dan mengatasi stress , umumnya kerja jantung menjadi lebih cepat sehingga sirkulasi darah juga lebih cepat. Perbaikan sistem kekebalan tubuh dapat membantu mengurangi stress. Perbaikan ini dibantu oleh mineral seng (zinc), vitamin C dan vitamin B12, serta asam amino lisin. Mekanisme lainnya adalah dengan mengendalikan kadar glukosa darah yang dilakukan oleh biotin dan niasin. Pemeliharaan dan peredaan ketegangan saraf serta pencegahan depresi juga dibantu
  • 22. 22 oleh vitamin B1 (tiamin), asam folat, dan asam pantotenat. Vitamin B6 dan vitamin C yang ada pada susu turut membantu pembentukan serotonin dan hormon melatonin (Astawan, Made, 2007).
  • 23. Faktor yang mempengaruhi: nfertilitas Umur I Lama pernikahan Psikologis Makanan dan lingkungan Gangguan hubungan seksual Penyakit Gejala 23 1. Depresi Perubahan selera makan Perubahan 23 waBkAtuBti3dur Khawatir dan curiga KERANGPaKnAik KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS Kehilangan ketertarikan Gangguan konsentrasi 3.1 Kerangka KonseptuaMl erasa tidak berguna Mudah marah dan frustasi Kehilangan nafsu seksual Menyendiri Berpikir lebih baik mati Ket: : diteliti : tidak diteliti Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi pada Wanita Infertilitas Infertilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, lama pernikahan, psikologis, makanan dan lingkungan, gangguan hubungan seksual, dan penyakit. Dalam hal ini, infertilitas akan menyebabkan depresi, perubahan selera makan, dan gejala lainnya. Dalam penelitian ini, akan diteliti hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas.
  • 24. 24 3.1 Hipotesis Menurut Soekidjo Notoatmodjo hipotesis pada hakekatnya adalah dugaan sementara terhadap terjadinya hubungan variabel yang akan diteliti. Untuk itu agar analisis penelitian terarah maka perlu dirumuskan suatu hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas.
  • 25. 25 25 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bersifat analitik menggunakan desain penelitian cross sectional, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel sesaat, variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek yang diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu bersamaan). Gangguan mood Depresi ringan Infertil primer Depresi sedang Depresi parah Depresi ekstrim Wanita infertilitas Gangguan mood Depresi ringan Infertil sekunder Depresi sedang Depresi parah Depresi ekstrim Gambar 4.1 Desain Penelitian Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi pada Wanita Infertilitas
  • 26. 4.2 Kerangka Kerja Menentukan populasi Pasangan infertilitas yang memeriksakan diri di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Menentukan sampling Simple Random Sampling Mengambil sampel Wanita infertilitas yang memeriksakan dirinya di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya mulai tanggal 25 Juni – 09 Juli 2007 Memberikan kuesioner pengukur Depresi Beck Mengolah data Editing, coding, tabulating Menganalisis data Uji korelasi dari Spearman’s Rho Menyajikan hasil penelitian Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi pada Wanita Infertilitas
  • 27. 4.3 Populasi, Sampel dan Sampling 4.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut dari masalah yang diteliti. Variabel tersebut berupa orang, kejadian, perilaku atau sesuatu lain yang akan dilakukan pada penelitian ( Nursalam, 2003 ). Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan infertilitas yang memeriksakan diri di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya. 4.3.2 Sampel Sampel adalah bagian dari keseluruhan dari objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi ( Notoatmodjo, 2002 ). Sampel dalam penelitian ini adalah wanita infertilitas yang memeriksakan dirinya di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya mulai tanggal 25 Juni – 09 Juli 2007. 4.3.2.1 Kriteria inklusi sampel Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Wanita infertilitas yang berkunjung di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya. 2) Wanita infertilitas yang mampu membaca dan menulis 3) Wanita infertilitas yang bersedia dilakukan penelitian
  • 28. 4.3.2.2 Besar sampel Dalam penentuan besar sampel dimana populasi < 1000, maka digunakan rumus (Nursalam, 2003): N. Z². p. q n= d (N – 1) + Z. p. q Keterangan: n = Perkiraan jumlah sampel N = Perkiraan besar populasi Z = Nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96) p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 % q = 1 – p (100 % - p) D = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) Maka, besar sampel: 546. 1,96². 0,5. 0,5 n= 0,05 (546 – 1) + 1,96. 0,5. 0,5 = 18,90 = 19 Jadi, besar sampel adalah 19 wanita infertilitas 4.3.3 Sampling Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dan populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling, yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel.
  • 29. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Variabel Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll) (Soepato, taat Putra, dan Haryanto, 2000 dalam Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu: 4.4.1.1 Variabel Independen Merupakan variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini, variabel independen adalah infertilitas. 4.4.1.2 Variabel Dependen Merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah tingkat depresi. 4.4.2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
  • 30. Variabel Infertilitas Depresi Definisi operasional Pasangan suami istri setelah bersenggama secara teratur (2 – 3 kali seminggu), tanpa mengalami metode pencegahan dan belum mengalami kehamilan selama satu tahun. Gangguan kejiwaan yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa. Kategori Skala Infertilitas ada 2 Nominal macam yaitu: 1. Infertilit as primer 2. Infertilit as sekunder Ordinal Dari seluruh pernyataan pada pengukur Depresi Beck kemudian hasilnya diinterpretasikan pada kriteria sebagai berikut: perasaan wajar, gangguan mood, depresi ringan, sedang, parah dan ekstrim. Alat ukur Kuesioner Kuesioner Skor 1. Infertilitas primer adalah keadaan dimana istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. 2. Infertilitas sekunder adalah keadaan dimana istri pernah hamil, akan tetapi tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Jawaban diberi skor sesuai dengan jumlah dari pernyataan yang dipilih dari tiap nomor dan diinterpretasikan dalam kategori pengukur Depresi Beck sebagai berikut: Perasaan wajar: nilai 1 – 10 Gangguan mood: nilai 11 – 16 Depresi ringan: nilai 17 – 20 Depresi sedang: 21 – 30 Depresi parah: 31 – 40 Depresi ekstrim: nilai ≥ 40 4.5 Instrumen Penelitian Alat atau instrumen adalah alat- alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan
  • 31. data (Notoadmodjo, 2002). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui infertilitas adalah kuesioner dengan menanyakan lama menikah dan jumlah kehamilan. Sedangkan untuk mengukur tingkat depresi menggunakan kuesioner pengukur depresi beck yang merupakan sebuah alat ukur pengukur kemurungan yang dapat dipercaya, yang mendeteksi ada atau tidaknya depresi serta secara tepat menunjukkan tingkat keparahannya (Burns, M, 1988). 4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr.Soetomo mulai tanggal 25 Juni – 09 Juli 2007. 4.7 Pengumpulan Data Adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003). Pengumpulan data dilakukan pada wanita infertil di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya yang memenuhi kriteria menggunakan instrumen penelitian. 4.8 Analisis Data Cara menilai infertil: Infertilitas primer : Keadaan dimana istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Infertilitas sekunder : Keadaan dimana istri pernah hamil, akan tetapi tidak terjadi
  • 32. kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Cara menilai tingkat depresi: Menggunakan kuesioner pengukur Depresi Beck menggunakan Hamilton Rating Scale for Depression (HRS-D). Kuesioner ini bersifat terbuka dengan menggunakan skor dimana responden hanya memilih pernyataan yang tersedia. Setelah menyelesaikan kuesioner tersebut, maka nilai dari masing – masing pernyataan dijumlahkan seluruhnya. Karena nilai tertinggi yang bisa diperoleh pada satu pertanyaan adalah tiga, maka jumlah total tertinggi yang mungkin bagi seluruh kuesioner dengan jumlah nomor dua puluh satu adalah enam puluh tiga (yang berarti bahwa responden melingkari nilai tiga di setiap nomor). Karena nilai terendah di setiap nomor adalah nol, maka nilai total terendah pada test adalah nol (yang berarti bahwa responden melingkari nilai nol di setiap nomor). Kemudian dianalisis dengan skor penilaian menggunakan pengukur depresi beck dengan kriteria hasil seperti di bawah ini: Nilai total Tingkat-tingkat depresi* 1.10 Naik turunnya perasaan ini tergolong wajar 11.16 Gangguan ”mood” atau rasa murung yang ringan 17-20 Garis batas depresi ringan 21-30 Depresi sedang 31-40 Depresi parah ≥40 Depresi ekstrim
  • 33. *Nilai 17 atau di atasnya yang menetap menunjukkan bahwa anda mungkin Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi dari Spearman’s Rho karena tujuan uji penelitian ini bersifat korelasi dengan skala variabel ordinal. 4.9 Pengolahan Data Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data sebagai berikut: 4.9.1 Editing Editing adalah proses memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan, ini berarti bahwa semua kuesioner harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan pengisian dan kejelasan penelitiannya. Jika terdapat jawaban yang tidak jelas penulisannya atau ada butir pertanyaan yang tidak terisi, maka yang bersangkutan diminta untuk memperjelas atau melengkapinya. 4.9.2 Coding Merupakan pemberian kode pada setiap kategori yang ada dalam variabel terutama data klasifikasi. 4.9.3 Tabulating Merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa dengan membuat tabel-tabel sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. 4.10Masalah Etika 4.10.1 Informed consent Merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada responden kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, jika responden bersedia untuk menjadi responden maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika
  • 34. tidak bersedia diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa. 4.10.2 Anonymity Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. 4.10.3 Confidentiality Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dlam penelitian. Kerahasiaan data yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.
  • 35. BAB 5 HASIL PENELITIAN, ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian tentang hubungan infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya. Data hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan akan diberikan uraian secara deskriptif di bawahnya. Berikut ini pada data akan ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dengan dua bentuk yaitu data umum dan data khusus. Data umum menampilkan karakteristik responden meliputi umur dan lama menikah. Sedangkan data khusus akan menggambarkan hubungan antar variabel yang akan disajikan dalan bentuk tabulasi silang. Untuk mengetahui hubungan antar variabel akan diuji dengan uji korelasi dari Spearman’s Rho. Tingkat kemaknaan dalam penelitian ini adalah ≤ 0,05 dengan tingkat signifikasi adalah p= 0,000, artinya bila korelasi lebih besar dari tingkat signifikasi maka H0 ditolak dan H1 diterima. 5.1.1 Data Umum
  • 36. 35 Data ini menggambarkan karakteristik responden yang terdapat di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya, yang meliputi sebagai berikut 5.1.1.1 Umur Umur responden yang terdapat di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya pada 25 Juni – 09 Juli 2007 Umur < 21 tahun 21-40 tahun Jumlah Frekuensi 19 19 Prosentase (%) 0,00 100,00 100,00 Analisis Data : Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, semuanya (100,00%) berumur antara 21-40 tahun. 5.1.1.2 Lama Menikah Lama menikah responden yang terdapat di Unit Rawat jalan RSU Dr. Soetomo Surabaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menikah di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya pada 25 Juni – 09 Juli 2007 Lama Menikah ≥ 1 – 2 tahun ≥ 2 – 5 tahun Frekuensi 6 8 Prosentase (%) 31,58 42,11
  • 37. ≥ 5 – 10 tahun ≥ 10 tahun Jumlah 4 1 19 21,05 5,26 100,00 Analisis Data : Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebanyak 8 wanita infertilitas (42,11%) yang lama menikah diantara ≥ 2 – 5 tahun. 5.1.2 Data Khusus Berikut ini pada data khusus akan ditampilkan tabel distribusi frekuensi berdasarkan macam infertilitas dan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya. 5.1.2.1 Macam Infertilitas Macam infertilitas responden yang terdapat di Unit Rawat jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Macam Infertilitas pada Wanita Infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya pada 25 Juni – 09 Juli 2007 Macam Infertilitas Frekuensi Prosentase (%) Primer 16 84,21 Sekunder 3 15,79 Jumlah 19 Analisis Data : 100,00
  • 38. Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebanyak 16 responden (84,21 %) adalah wanita infertilitas primer. 5.1.2.2 Tingkat Depresi Tingkat depresi responden yang terdapat di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Depresi di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya pada 25 Juni – 09 Juli 2007 Tingkat Depresi Frekuensi Prosentase (%) Normal 6 31,58 Gangguan Mood 4 21,05 Garis Batas Depresi Ringan 4 21,05 Depresi Sedang 5 Jumlah 19 26,32 100,00 Analisis Data : Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebanyak 5 responden (26,32%) berada dalam depresi sedang. 5.1.2.3 Tabulasi Silang Hubungan Antara Infertilitas dengan tingkat Depresi pada Wanita Infertilitas Hubungan antara infertil dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
  • 39. Tabel 5.5 Tabulasi Silang Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi pada Wanita Infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya pada 25 Juni – 09 Juli 2007 Tingkat Depresi Macam Total Infertil Normal % n Depresi Depresi Mood n Ganguan Ringan Sedang % n % n % n % Primer Sekunder 5 31,25 3 18,75 4 25,00 4 25,00 16 100,00 1 33,33 1 33,33 0 0,00 1 33,33 3 Jumlah 6 31,58 4 21,05 4 21,05 5 26,32 19 100,00 100,00 Analisis Data : Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebanyak 4 responden (25,00%) adalah wanita infertilitas primer dengan tingkat depresi ringan. 5.2 Analisis Uji Korelasi dari Spearman Untuk Mengetahui Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi pada Wanita Infertilitas Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas setelah dilakukan analisis uji korelasi dari Spearman’s Rho dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
  • 40. Tabel 5.6 Analisis Uji Korelasi dari Spearman’s Rho untuk Mengetahui Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi Pada Wanita Infertilitas di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya Spearman’s rho Koefisien korelasi macam infertil Koefisien korelasi tingkat depresi Macam Infertil 1,000 -0,027 Tingkat Depresi -0,027 1,000 Analisis Data : Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien korelasi lebih kecil dari tingkat signifikasi maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara Infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita Infertilitas. 5.3 Pembahasan 5.3.1 Data Umum 5.3.1.1 Umur Dalam penelitian ini diperoleh prosentase umur responden berumur antara 21 – 40 tahun yaitu 19 responden (100,00%). Menurut Hanifa Wiknjosastro (2005), pada umur 40 tahun ke atas perempuan masih dapat dihamilkan dan fertilitas akan menurun cepat sesudah umur tersebut. Dalam hal ini, semua responden masih dapat dihamilkan karena masih berada dalam masa reproduksi sehat. 5.3.1.2 Lama Menikah Pada penelitian ini diperoleh prosentase lama menikah responden antara ≥ 1 – 5 tahun yaitu 14 responden (73,69 %). .Menurut Hanifa Wiknjosastro (2005), makin lama pasangan menikah tanpa kehamilan semakin turun kejadian kehamilannya.
  • 41. Dapat dijelaskan bahwa hampir seluruh responden masih mempunyai sisa waktu yang panjang untuk kemungkinan bisa dihamilkan. 5.3.2 Data Khusus 5.3.2.1 Macam Infertilitas Pada penelitian ini diperoleh prosentase macam infertilitas responden adalah infertilitas primer yaitu 16 responden (84,21 %). Hal ini disebabkan karena pada wanita infertilitas primer akan lebih mengalami gangguan konsep diri seksual dibandingkan dengan wanita dengan infertilitas sekunder walaupun wanita dengan infertilitas sekunder tersebut pernah mengalami kehamilan tapi keguguran (abortus). 5.3.2.2 Tingkat Depresi Pada penelitian ini diperoleh prosentase tingkat depresi responden adalah sebanyak 10 responden (52,63 %) tidak mengalami depresi. Hal ini dihubungkan dengan umur dan lama menikah responden, dimana semua responden masih berada dalam masa reproduksi sehat dan masih mempunyai sisa waktu yang panjang untuk dapat dihamilkan. 5.3.2.3 Hubungan Antara Infertilitas dengan Tingkat Depresi pada Wanita Infertilitas Pada penelitian ini diperoleh prosentase hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas yaitu masing-masing 4 responden (25,00%) adalah wanita infertilitas primer dengan tingkat depresi ringan dan sedang, tiga
  • 42. responden (18, 75 %) adalah wanita infertilitas primer dengan tingkat depresi gangguan mood, dan 5 responden (31,25 %) adalah wanita infertilitas primer dengan tingkat depresi berada dalam batas normal (tidak mengalami depresi), dan masingmasing 1 responden (33,33%) adalah wanita infertilitas sekunder dengan tingkat depresi sedang, ringan dan berada di dalam batas normal (tidak mengalami depresi). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi dari Spearman’s Rho didapatkan bahwa koefisien korelasi lebih kecil dari tingkat signifikasi yang berarti tidak ada hubungan antara infertlitas dengan tingkat depresi pada wanita infetilitas. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keye et al (1995), Miller dan Brooten (1996), serta Wentz et al (1998) bahwa infertilitas yang dialami oleh seorang istri menyebabkan dampak psikologis pada dirinya seperti munculnya perasaan frustasi, depresi yang cukup berat, stress, perasaan tidak sempurna dan kurang berarti serta hubungan suami istri juga mengalami masalah. Dari tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, semuanya (100,00 %) berumur antara 21 – 40 tahun. Hal itu berarti bahwa semua responden masih berada dalam masa reproduksi sehat dan masih mempunyai rentang waktu yang cukup panjang untuk dapat dihamilkan. Dari tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa dari 19 responden, sebagian besar responden (73,69 %) lama menikahnya antara ≥ 1 – 5 tahun sehingga sebagian besar reponden masih mempunyai rentang waktu yang panjang untuk dapat dihamilkan. Terkait dengan kesimpulan dari tabel 5.1, dapat dijelaskan bahwa walaupun semua responden merupakan wanita infertilitas baik primer maupun sekunder namun mereka masih berada dalam masa reproduksi sehat dan sebagian besar masih mempunyai
  • 43. rentang waktu yang panjang untuk kemungkinan bisa dihamilkan. Hal ini menunjukkan bahwa wanita infertilitas yang tidak mengalami depresi masih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain umur dan lama menikah. Karena selama wanita infertilitas tersebut masih berada dalam masa reproduksi sehat dan lama menikah belum terlalu lama, maka masih besar kemungkinan wanita infertilitas dapat dihamilkan dan selama masih ada kemungkinan tersebut secara langsung hal ini akan mempengaruhi tingkat depresi responden.
  • 44. BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan analisis data dan penghitungan statistik pada bab ini akan ditarik kesimpulan sebagai berikut : 6.1.1 Dari 19 responden di Unit Rawat Jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya hampir seluruhnya merupakan wanita infertilitas primer. 6.1.2 Dari 19 responden di Unit Rawat jalan Infertil RSU Dr. Soetomo Surabaya sebagian besar tidak mengalami depresi. 6.1.3 Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji korelasi dari Spearman diperoleh bahwa koefisien korelasi lebih kecil dari tingkat signifikasi dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas. 6.2 Saran Berdasarkan dari hasil kesimpulan pada penelitian di atas maka peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya untuk lebih memperbanyak jumlah sampel
  • 45. 44 dan memperluas tujuan penelitian yaitu dengan ikut meneliti faktor yang mempengaruhi infertilitas misalnya umur dan lama pernikahan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Infertilitas Picu Gangguan Mental [Internet] 16th, May. Available from: http://www.radarsulteng.com [accessed November, 9th, 2006] Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Bobak. Lowdermilk. Dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Hanifa, W. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Hawari, D. 2004. Manajemen Stress dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ismari. 2006. Konsep diri pada Wanita Infertil di Unit Rawat Jalan RSU. Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya Joyce, K. Yuniar, S. dan Haniman, F.2000. Depresi pada Ibu yang Mempunyai Anak Autistik di Poliklinik Jiwa Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita (Jilid 2) Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Bandung: Mandar Maju Koblinsky, M. Timyan, J. dan Gay, J. 1997. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Mantja, Z, A. Dan Hartono. 1995. Aspek Depresi pada Penyandang Epilepsi. Semarang Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
  • 46. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. dan Siti Pariani, 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Info Medika Pecherney, A, H. Polan, M, L. Lee, R, D. dan Boyers, P, S. 1997. Seri Skema Diiagnosis dan Penatalaksanaan Infertilitas. Jakarta: Binarupa Aksara Samsul. 2004. Tatkala Si Mungil Memanggil Papah atau Mamah [Internet] 22nd, May. Available from: http://www.bkkbn.go.id [accessed November, 9th, 2006] Tjokronegoro, A. dan Utama, H. 2004. Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Zamralitan. dan Wirawan, H. 2003. Dampak Psikologis pada Diri Seorang Istri yang Mengalami Infertilitas [Internet] 21st, April. Available from: http://www.psikologi-untar.com [accessed November, 9th, 2006]