SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
HUKUM MARITIM 
DI SUSUN OLEH : 
KELOMPOK 5 
NAMA : - FIDAR SUSILAWATI 
- FEBRIANSYAH 
- DIMAS SAPUTRA 
- YANDI HIDAYAT 
- KAMARUDIM
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Batas wilayah kelautan kadangkala dapat memicu masalah antar kedua Negara. 
Ti d a k j e l a s n y a b a t a s t e r i t o r i d a n b a n y a k n y a p e r a t u r a n p u n j u g a 
me n y e b a b k a n sengketa maritim. Terkadang sengketa tersebut dapat berkembang kearah 
yang lebih s e r i u s s e p e r t i memb u r u k n y a h u b u n g a n d i p l oma t i k k e d u a 
n e g a r a h i n g g a d a p a t menyebabkan kontak senjata. Dalam pasal 2 ayat (3) 
Piagam PBB disebutkan bahwa negara anggota harusmenyelesaikan persengketaan 
Internasional dengan jalan damai dan mempergunakan cara-cara sedemikian rupa 
sehingga perdamaian dan keamanan internasional tidak t e r a n c am. 
P e n y e l e s a i a n s e c a r a d ama i i n i l a h y a n g t e r k a d a n g d i n omo r d u a k a n 
d a n negara yang bersengketa lebih memilih kekerasan daripada perdamaian. Penyelesaian 
sengketa secara damai pun dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang dengan jasa 
baik pihak ket iga, ada yang melalui perundingan, bahkan ada juga yang melalui 
Mahkamah Internasional. Didalam tulisan ini akan dibahas secara j e l a s me n g e n a i 
p e n y e l e s a i a n s e n g k e t a ma r i t im t e r s e b u t . Ba g a ima n a c a r a - 
c a r a penyelesaian sengketa maritim tersebut. 
B. RUMUSAN MASALAH 
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah “ Penyelesaian sengketa kelautan” ini 
adalah : Cara - cara Penyelesaian Sengketa Kelautan.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. PENYELESAIAN SENGKETA KELAUTAN 
1. Empat Macam Cara Penyelesaian Perselisihan 
Dalam hal ini konvensi mengenal 4 macam cara penyelesaian perselisihan , yaitu melalui : 
1. Mahkamah International Hukum Laut ( International Tribunal for the Law of The Sea) 
yang dibentuk berdasarkan ketentuan konvensi ini. 
2. Mahkamah International ( International Court of Justice) 
3. Arbitrase atau Prosedur Arbitrase Khusus ( Arbitration or Special Arbitration Procedures) 
yang diatur dalam Annex VII dan Annex VIII dari Konvensi. 
4. Konsiliasi ( Consiliation): Perselisihan-perselisihan tertentu dapat diselesaikan melalui 
konsiliasi, yang diatur dalam annex V, yaitu melalui prosedur yang keputusannya tidak 
mengikat pihak-pihak yang berselisih. 
Didalam ketentuan umum dari bab tentang penyelesaian perselisihan dari konvensi 
baru ini ditetapkan bahwa pada asasnya Negara - negara peserta konvensilah yang 
menyelesaikan perselisihan mereka tentang interpretasi dan penerapan dari konvensi ini 
melaui jalan damai, menurut ketentuan-ketentuan Piagam PBB. 
Konvensi tidak menghalangi pihak-pihak mencari penyelesaian perselisihan dengan 
jalan damai yang dipilih oleh pihak-pihak bersangkutan. Ketentuan-ketentuan konvensi 
tentang penyelesaian perselisihan hanya diterapkan, apabila pihak-pihak berselisih yang telah 
memilih cara penyelesaian masalah mereka, tidak dapat menghasilkan sesuatu penyelesaian. 
Kemudian diterapkan pula bahwa apabila pihak-pihak yang berselisih menyetujui melaui 
bilateral, regional atau persetujuan umum, untuk mengajukan perselisihan tersebut kepada 
suatu prosedur yang akan memberikan suatu keputusan yang mengikat, prosedur tersebut 
akan diterapkan sebagai pengganti prosedur konvensi. 
2. Konsiliasi 
Salah satu penyelesaian yang dapat diikuti oleh peserta konvensi ialah konsiliasi. Dan 
konsiliasi itu diatur dalam Annex V ( section 1 ) dari konvensi. 
Cara penyelesaian perselisihan menurut prosedur ini dimulai dengan pemberitahuan 
salah satu pihak yang berselisih kepada pihak lainnya. Sekretaris Jendral PBB akan 
memegang nama-nama dari konsiliator ( juru damai ) yang ditunjuk olah Negara-negara
peserta konvensi dimana satu Negara dapat menunjuk empat konsiliator dengan persyratan 
bahwa orang-orang tersebut mempunyai reputasi tinggi, kompetensi dan memiliki Integritas. 
Komisi konsiliasi terdiri dari 5 anggota, 2 dipilih oleh masing-masing pihak, 
sebaiknya dari nama-nama yang ada dalam daftar , dan yang ke-5 dipilih dari daftar oleh 
keempat anggota dan akan menjadi Ketua Komisi ( Chairman ). Dalam hal penunjukan ini 
dapat dilaksanakan, Sekretaris Jendral PBB akan menunjuknya dari daftar, setelah 
mengadakan konsiliasi dengan pihak-pihak yang bersangkutan. 
Keputusan-keputusan tentang masalah prosedural, laporan-laporan dari rekomendasi 
dari komisi, dilaksanakan dari pemungutan suara terbanyak. Komisi dapat meminta perhatian 
dari pihak-pihak yang berselisih terhadap upaya-upaya yang memberikan jalan bagisuatu 
penyelesaian damai. Komisi akan mendengar pihak-pihak yang berselisih, memeriksa klaim 
mereka, serta keberatan-keberatan yang diajukan dan menyiapkan usul-usul untuk 
penyelesaian secara damai. 
Penyelesaian perselisihan dengan memaskai prosedur konsiliasi akan berakhir apabila 
penyelesaian telah tercapai, pada waktu para pihak bersangkutan menerima atau salah satu 
pihak menolak rekomendasai hasil perundingan dengan nota tertulis yang dialamatkan 
kepada Sekretaris Jendral PBB, atau apabila jangka waktu 3 bulan telah lewat, sejak hasil 
perundingan disampaikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. 
Uang jasa pengeluaran-pengeluaran komisi dibebankan kepada pihak-pihak yang 
berselisih . Pihak-pihak yang bersengketa dapat dengan persetujuan yang diterapkan untuk 
perselisihan tertentu tersebut, menyederhanakan ketentuan-ketentuan dari Annex v ini. 
3. Penyelesaian Mengikat 
Apabila tidak tercapai suatu penyelesaian dengan mempergunakan prosedur yang 
telah disepakati pihak-pihak bersangkutan, setiap pihak dapat mengajukan perselisihannya 
kepada pengadilan ( court) atau Mahkamah ( tribunal) yang keputusannya akan mengikat 
pihak-pihak yang berselisih, kecuali kalau perselisihan tersebut mengenai masalah yang 
dikecualikan oleh konvensi dari penyelesaian yang mengikat. 
Setiap Negara pada saat menandatangani konvensi atau masuk konvensi, melalui 
deklarasi tertulis bebas memilih salah satu atau beberapa cara penyelesaian tentang 
interpretasi dan penerapan konvensi ini, yaitu : 
Mahkamah International Hukum Laut yang dibentuk berdasarkan Annex VI. 
Mahkamah International 
Arbitrase ( Arbitral tribunal) yang didirikan menurut Annex VII
Arbitrase khusus menurut Annex VIII ( Special Arbitral Tribunal ) 
Negara peserta yang tidak memberikan deklarasi, dianggap menerima Arbitrase menurut 
Annex VII. 
Dalam hal pihak-pihak yang berselisih menerima prosedur penyelesaian perselisihan yang 
sama, mereka akan mempergunakan prosedur yang disutujui tersebut. 
Apabila pihak-pihak yang berselisih tidak menerima prosedur yang sama untuk 
penyelesaian perselisihan, mereka akan mempergunakan arbitrase menurut Annex VII, 
kecuali kalau pihak yang bersangkutan menghendaki lain.Deklarasi tertilis tersebut diatas 
disimpari dikantor Sekretaris Jendral PBB dan copynya dikirimkan kepada Negara-negara 
peserta konvensi. Deklarasi tersebut tetap berlaku serlama 3 bulan, setelah nota penarikan 
kembali deklarasi tersebut diterima dikantor Sekretaris Jendral PBB. 
Dalam hal perselisihan melibatkan masalah ilmiah atau tenis, mahkamah dapat 
memilih 2 atau lebih tenaga ahli tanpa hak suara. 
Mengenai aturan hukum yang dipakai oleh Mahkamah ( court atau tribunal ) konvensi 
akan menentukan bahwa Mahkamah akan mempergunakan konvensi ini dan aturan-aturan 
hukum International yang tidak bertentangan dengan konvensi. 
4. Prosedur Penyelesaian 
Atas permintaan pihak-pihak, mahkamah akan memeriksa, apakah klaim tersebut 
merupakan penyalagunaan dari proses hukum cukup beralasan. Kemudian apabila mahkamah 
berpendapat bahwa klaim tersebut prima facie tidak beralasan, pemeriksaan atas klaim tidak 
lagi diteruskan. 
Negara bendera kapal yang ditahan dapat mengajukan pembebasannya kepada 
Mahkamah ( court atau tribunal ) atau apabila gagal kepada Mahkamah Hukum Laut. 
Masalah pembebasan kapal harus dilaksanakan tanpa ditunda-tunda dan Negara yang 
menahan kapal harus segera mengikuti keputusan Mahkamah untuk memberikan jaminan 
keuangan atas pelepasan kapal tersebut. 
Perselisihan dapat diajukan untuk diselesaikan menurut konvensi hanya setelah usaha-usaha 
local menemui kegagalan dan hal-hal yang diharuskan oleh Hukum International. 
5. Arbitrase 
Arbitrase diatur oleh Annex VII dan VIII dari konvensi hokum laut 1982. Arbitrase 
menurut Annex VII dimulai dengan pengeriman nota tertilis oleh satu pihak kepada pihak 
lainnya dengan menyebutkan klaimnya serta dasar-dasar hukum dari klaim tersebut.
Setiap Negara mengajukan 4 arbiter, dengan kualifikasi berpengalaman didalam 
masalah kelautan, kompeten dan memiliki integritas. Arbitrase untuk setiap kasus 
mempunyai 5 orang anggota, masing-masing pihak bersengketa memilih satu orang anggota 
dan ketiga anggota lainnya yang adalah warga Negara dari Negara ke tiga ( kecuali kalau 
ditentukan lain oleh pihak-pihak bersangkutan ) dipilih dengan persetujuan pihak-pihak. 
Pihak-pihak bersengketa akan menunjuk Ketua Arbitrase dari 3 orang anggota tersebut. 
Dalam hal tidak tercapai permufakatan Ketua atau Anggota Senior Mahkamah Hukum Laut 
akan melakukan penunjukan. 
Jika salah satu pihak yang bersengketa tidak muncul didepan arbitrase, atau gagal 
mempertahankan kasusnya, pihak lainnya dapat meminta proses pemeriksaan kasus untuk 
diteruskan dengan pemberian suatu keputusan oleh Arbitrase. Sebelum memberikan 
keputusan Arbitrase harus menyakini dirinya atas yuridiksinya untuk kasus tersebut dan juga 
bahwa klaim tersebut mempunyai dasar dalam fakta dan menurut hokum. Keputusan 
Arbitraser akan dibatasi kepada subyek dari kasus dan menyebutkan alasan-alasan yang 
menjadi dasar keputusan. Keputusan bersifat keputusan terakir tanpa dapat memintkan 
banding kecuali kalau pihak-pihak bersangkutan sebelumnya menyutujui suatu prosedur 
banding. 
Setiap kesalahpahaman yang mungkin terjadi diantara pihak-pihak yang bersengketa 
tentang Interprestasi dan cara Implementasi dari keputusan arbitrase dapat diajukan oleh 
masing-masing pihak kepada arbitrase yang akan memberikan leputusan mengenai hal 
tersebut. Kesalapahaman tersebut dapat juga diajukan kepada Mahkamah lainnya ( court atau 
Tribunal ) menurut pasal 287 dari konvensi, dengan persetujuan pihak-pihak bersengketa. 
Ketentuan-ketentuan tentang arbitrase ini juga berlaku untuk badan-badan yang bukan 
Negara. 
6. Arbitrase Khusus 
Arbitraser khusus, prosedurnya ditentukan dalam annex VIII serta diperuntukan bagi 
perselisihan tentang : 
Perikanan 
Perlindungan dan pemeliharaan lingkungan kelautan 
Riset ilmiah kelautan 
Navigasi termasuk polusi dari kapal dan dari dumping. 
Caranya ialah dengan mengirimkan nota tertulis. Nota harus dilampiri dengan 
statement dari hal apa yang dituntut dan dasar-dasar mengajukan klaim tersebut.
Adapun prosedur untuk arbitrase biasa, yaitu pasal-pasal 4-13 dari Annex VII, berlaku 
sebagai prosedur untuk arbitrase khusus ini. Pihak-pihak yang berselisih dapat meminta 
kepada Arbitrase khusus untuk melakukan face finding yaitu untuk melakukan penyelidikan 
dan menunjukan fakta-fakta yang menimbulkan perselisihan tersebut.Findings dari arbitrase 
khusus dapat dipandang mengakhir perselisihan, kecuali kalau pihak-pihak bersangkutan 
berpendapat lain. 
Apabila dikehendaki oleh pihak-pihak berselisih arbitrase khusus dapat menyusun 
suatu rekomendasi, yang tidak memiliki kekuatan yang mengikat, akan tetapi dapat menjadi 
dasar dari peninjauan kembali oleh pihak-pihak bersangkutan tentang masalah yang 
menimbulkan perselisihan. 
7. Batasan-batasan Dan pengecualian 
Konvensi baru ini memberikan pengecualian terhadap jenis-jenis perselisihan tersebut 
dari prosedur penyelesaian mengikat dan memberikan kepada Negara-negara hak untuk 
mengecualikan hal-hal lainnya. 
Hal-hal yang dikecualikan meliputi : 
1. Perselisihan tentang pelaksanaan kedaulatan dan yuridiksi dari Negara pantai, kecuali 
untuk tuduhan pelanggaran untuk Negara pantai. 
2. Perselisihan tentang pelaksanaan hak atau keputusan Negara pantai untuk tidak 
menyetujui riset ilmiah didalam zona Ekonomi Eklusifnya atau pada landas kontinen 
atau keputusan untuk memerintahkan pembatalan atau penghentian dari suatu proyek 
riset. 
3. Perselisihan tentang hak kedaulatan dari Negara pantai atas sumber-sumber hayati 
dari ZEE-nya, termasuk untuk menentukan jumlah tangkapan ikan yang 
diperbolehkan, jumlah musim menangkap ikan yang diperkenankan, penyediaaan 
surplus untuk negera-nerara lain, serta persyaratan dan aturan-aturan perlindungan 
serta pengelolaan, kecuali konsiliasi mengikat. 
Untuk pengecualikan hal-hal lainnya yang diberikan oleh konvensi baru ini kepada 
Negara-negara sebagai pengecualian terhadap prosedur keputusan yang mengikat, ialah 
bvahwa Negara peserta konvensi dapat menyatakan secara tertulis bahwa Negara tersebut 
tidak dapat menerima penyelesaian mengikat tentang salah satu atau semua jenis perselisihan 
sebagai berikut : 
Perselisishan tentang batas-batas laut menurut pasal-pasal 15,74,dan 83 dari konvensi baru 
ini, dengan syarat tetap terikat kepada konsiliasi mengikat dalam hal ini tidak tercapainya
suatu pesetujuan antara pihak-pihak yang berkepentingan. 
Perselisihan tentang kegiatan-kegiatan militer dan perselisihan tentang kegiatan penegakan 
hokum dalam kaitan dengan pelaksanaan kedaulatan atau yuridiksi atas riset ilmiah kelautan 
dan perikanan Perselisishan dalam hubungan dengan Dewan Keamanan PBB fungsinya 
ssesuai dengan Piagam PBB kucuali Dewan Keamanan memutuskan untuk mengeluarkan 
masalah tersebut dari acara sidangnya atau menghimbau pihak-pihak untuk menyelesaiakan 
masalah tersebut dengan upaya-upaya yang disediakan konvensi ini. 
8. Konsiliasi Mengikat ( Compulsory Conciliation ) 
Pihak-pihak yang berselisih menurut Part XV, Section 3 ( tentang batasan-batasan dan 
pengecualian) dapat mengajukan masalah mereka kepada prosedur konsiliasi dengan jalan 
mengirimkan nota tertulis kepada pihak klaimnya. Pihak yang dikirimi nota, diharuskan 
menjalankan prtosedur tersebut. 
Kegagalan dari salah satu pihak yang berselisih mengikuti prosedur ini, tidaklah 
merupakan hambatan bagi prosedur konsiliasi. Terhadap prosedur ini diperlakukan pasal-pasal 
2-10, Secition 1 Annex V. Ketidak sepakatan mengenai apakah kondisi konsiliasi 
mempunyai wewenang terhadap kasus yang bersangkutan, akan diputuskan oleh Komisi 
mengenai hal selebihnya ,ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi konsiliasi pada umumnya 
berlaku pula bagi prosedur ini. 
9. Mahkamah International Hukum Laut 
a. Komposisi, penunjukan dan pemilihan 
Statuta dari Mahkamah International Hukum Laut terdapat didalam Annex VI dari 
konvensi baru ini dengan ketentuan-ketentuan tentang organisasi dan prosedur serta temasuk 
kamar perselisihan dasar laut ( Sea-Bed Disputes chamber ). Mahkamah berkedudukan di 
Hamburg, republic federasi Jerman dan terdiri dari 21 anggota independen yang dipilih dari 
orang-orang yang berepotasi atas kejujuran dan integrasinya dan memiliki kemampuan dalam 
Hukum Laut. 
b. Masa Kerja 
anggota-anggota dari Mahkamah dipilih untuk 9 tahun dan dapat dipilih kembali. 
Anggota-anggota Mahkamah tidak diperkenankan melaksanakan fungsi-fungsi polotik dan 
andministratif, atau secara aktif sedang menjalankan usaha atau mempunyai kepentingan 
keunagan dalan suatu perusahan tertentu tentang ekspolarasi dan exploitasi sumber-sumber 
laut, dasar laut atau pengguanaan komersiil dari dasar laut. Anggota-anggota Mahkamah
tidak diperbolehkan bertindak sebagai agen, penasehat atau pengacara, dan didalam 
melaksanakan tugas Mahkamah diberikan kekebalan diplomati. 
Mahkamah akan memilih ketua ( presiden), Wakil ketua ( vice Presiden) untuk 3 
tahun serta dapat dipilih kembali. Mahkamah akan menunjuk registrar berserta staf yang 
diperlukan. 
c. Quorum 
Diperlukan Quorum dari 11 anggota untuk membentuk Mahkamah. Semua perselisihan dan 
permohonan-permohonan yang diajukan kepada Mahlkamah akan didengar dan diputuskan 
oleh Mahkamah, kecuali untuk masalh-masalah yang ditangani oleh kamar perselisihan dasar 
laut atau oleh kamar khusus. 
d. Kamar Khusus 
Mahkamah dapat membentuk kamar-kamar khusus yang terdiri dari 3 atau lebih dari 
anggota-anggotanya yang dipilih, apabila dipandang perlu untuk menangani perselisihan 
khusus, atas permintaan pihak-pihak berkepantingan guna menangani perselisihan-perselisihan 
khusus dan keputusan dari kamar-kamar khusus akan dipertimbangkan oleh 
Mahkamah 
e. Kompetensi 
Mengenai kompetensi Mahkamah, ditentukan bahwa Mahkamah terbuka untuk Negara-negara 
anggota konvensi dan badan-badan lainnya yang bukan Negara. Yuridiksi Mahkamah 
meliputi nsemua perselisihan dan permohonan-permohonan yang diajukan kepadanya 
menurut ketentuan-ketentuan konvensi beserta semua hal yang ditetapkan didalam 
persewtujuan lainnya yang memberikan yuridiksi kepada Mahkamah. 
Dengan persetujuan pihak-pihak bersangkutan perselisihan tentang interpretasi atau 
penberapan dari perjanjian-perjanjian international tentang masalah-masalah hokum laut 
dapat diajukan kepada Mahkamah. 
f. Prosedur 
mengenai prosedur, perselisihan dapat diajukan dengan nota tentang persetujuan khusus atau 
dengan permohonan tertulis. Mahkamah dapat menetapkan upaya-upaya sementara untuk 
menjaga hak-hak dari pihak-pihak atau mencegah kerusakan serius terhadap lingkungan 
maritime hearing atas kasus terbuka untuk umum, kecualai Mahkamah memutuskan lain atau 
pihak-pihak meminta tidak terbuka untuk umum. Tidak hadirnya pihak-pihak yang berselisih 
atau kegagalannya untuk mempertahankan kasusnay, tidak menjadi halangan bagi 
pemeriksaan kasusu tersebut.
g. keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak 
Keputusan Mahkamah diambil berdasarkan suara terbanyak dari anggota Mahkamah yang 
hadir, dengan ketentuan bahwa ketua Mahkamah dapat meberikan suara penentu dalam hal 
terdapat suara sama banyak. Keputusan menyebutkan alas an-alkasan yang menjadi9 dasar 
keputusan tersebut dan setiap anggota berhak memberikan pendapat tersendiri. Mahkamah 
dapat memutus atas permohonan dari Negara peserta konvensi lainnya, untuk diizinkan 
sebagai pihak tambahan dalam kasus tersebut, dimana negara tersebut membpunyai 
kepentingan hokum. Dalam hal ini akan mengikat nagara tersebut mengena masalah dimana 
Negara tersebut turut sebagai pihak yang tersangkut. 
Keputusan Mahkamah merupakan keputusan terakhir dan semua pihak yang berselisih 
seyogianya mentaatinya. Keputusan hanya mengikat-pihak-pihka mengenai perselisihan 
tersebut. 
h. Amandemen Terhadap Statuta Mahkamah 
Amandemen Terhadap Statuta Mahkamah dapat dilaksanakan menurut “ Simplified 
Procedure “ untuk amandemen konvensi atau melalui consensus pada konfrensi yang 
deselenggarakan sesuai dengan ketentuan konvensi. Amandemen atas kamar sengketa dasar 
laut harus mengikuti prosedur untuk amandemen ketentuan-ketentuan tentang dasar laut dari 
konvensi. Mahkamah dapat mengusulkan amandemen. 
10. Perkiraan yang Mungkin Menjadi Perselisihan antar Negara 
Mengenai kemungkinan timbulnya perselisishan pada ZEE, seperti ditunjukan oleh Agrawala 
dapat terjadi dalam perbedaan penafsiran atas hak yang berhubungan dengan eksploitasi dari 
zona disatu puhak dan kebebasan dilaut lepas dipihak lain.Selama masalahnya bertalian 
dengan eksploitasi ekonomi dari ZEE, masalah ini berada dalam yuridiksi dari Negara pantai, 
tetapi dalam hal yang menyangkut dengan hak-hak lainnya yang berkaitan dengan 3 macam 
kebebasan dilaut lepas yang diterapkan pada ZEE, masalah ini berada dalam yuridiksi Negara 
lain. 
Sebagai Contoh perselisihan perikanan antara Inggris dan Norwegia ( anglo 
Norwegian fisheries case ) dimana Inggris menggugat sahnya penetapan batas perikanan 
ekslusif yang diterapkan oleh Norwegia dalam Firman raja ( Royal Decree) ditahun 1935 
menurut hokum Internaional yang digugat oleh inggris bukanlah lebar jalur wilayah 
Norwegian sebesar 4 Mil akan tetapi cara perikanan garis pangkal lurus yang 
menghubungkan titik-titik terluar pada pantai Norwegia dan melalui deretan pulau dipantai
Inggris oleh karena permasalah itu, Mahkamah International menetapkan konvensi garis 
panggal lurus pada tanggal 28 desember 1951. 
Contoh lain adalah perang ikan antara Inggris Islandia, perang tersebut terjadi bermula dari 
keputusan Islandia secara unilateral dalam bulan juni 1958 yang memperlebar laut 
teritorialnya menjadi 12 mil dan melarang penangkapan ikan oleh Negara lain dalam area 
tersebut. Inggris tidak keberatan asalkan para nelayan bias menangkap ikan diarea tersebut 
karena inggris merupakan Negara penangkap ikan terbesar yang areanya mencakup lepas 
pantai Islandia sampai Norwegia tetapi kemudian Islandia tetap bersih keras karena ikan 
merupakan urat nadi perekonomian dan ekspor terbesar akhirnya pada tahun 1960 tercapai 
persdetujuan antara Inggris dan Islandia dimana Inggris menyetujui areal 12 mil Islandia 
sebagai lanjutan keputusan Bilateral tersebut, Mahkamah International pada tahun 1961 
mengatakan Zona penangkapan Islandia tidak berlaku terhadap Inggris.
BAB III 
PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
Dalam hal ini konvensi mengenal 4 macam cara penyelesaian perselisihan , yaitu melalui : 
1. Mahkamah International Hukum Laut ( International Tribunal for the Law of The 
Sea) yang dibentuk berdasarkan ketentuan konvensi ini. 
2. Mahkamah International ( International Court of Justice) 
3. Arbitrase atau Prosedur Arbitrase Khusus ( Arbitration or Special Arbitration 
Procedures) yang diatur dalam Annex VII dan Annex VIII dari Konvensi. 
4. Konsiliasi ( Consiliation): Perselisihan-perselisihan tertentu dapat diselesaikan 
melalui konsiliasi, yang diatur dalam annex V, yaitu melalui prosedur yang 
keputusannya tidak mengikat pihak-pihak yang berselisih. 
Konvensi tidak menghalangi pihak-pihak mencari penyelesaian perselisihan dengan jalan 
damai yang dipilih oleh pihak-pihak bersangkutan. Ketentuan-ketentuan konvensi tentang 
penyelesaian perselisihan hanya diterapkan, apabila pihak-pihak berselisih yang telah 
memilih cara penyelesaian masalah mereka, tidak dapat menghasilkan sesuatu penyelesaian. 
Kemudian diterapkan pula bahwa apabila pihak-pihak yang berselisih menyetujui melaui 
bilateral, regional atau persetujuan umum, untuk mengajukan perselisihan tersebut kepada 
suatu prosedur yang akan memberikan suatu keputusan yang mengikat, prosedur tersebut 
akan diterapkan sebagai pengganti prosedur konvensi. 
B. SARAN 
Pemerintah Daerah atau Pemerintah Pusat sebaiknya menghargai, melestarikan, 
meningkatkan dan memperhatikan eksistensi masyarakat hukum adat dengan hak-hak 
tradisional yang dimiliki sesuai dengan pengakuan konstitusional dalam UUD Negara 
Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga tidak terjadi benturan diantara peraturan 
perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA 
 http://ilmu27.blogspot.com/2012/08/Sengketa-Laut.html. 
 http:// id.wikipedia.org/wiki/sengketa-kelautan 
 http://4iral0tus.blogspot.com/2010/04/penyelesaian-sengketa-laut.html 
 http://dodzjr.woedpress.com/2012/05/30/makalah-tentang-hukum-kelautan/ 
 www.kajianpustaka.com/2012/10/hukum-kemaritiman.html

More Related Content

What's hot

Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannyaMakalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannyaOperator Warnet Vast Raha
 
Sengketa Internasional
Sengketa InternasionalSengketa Internasional
Sengketa Internasionalzahrinatikah
 
SENGKETA INTERNASIONAL & CARA PENYELESAIAN NYA
SENGKETA INTERNASIONAL & CARA PENYELESAIAN NYASENGKETA INTERNASIONAL & CARA PENYELESAIAN NYA
SENGKETA INTERNASIONAL & CARA PENYELESAIAN NYAekan candra
 
Yoel Immanuella ~ Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional & Cara Penyelesai...
Yoel Immanuella ~ Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional & Cara Penyelesai...Yoel Immanuella ~ Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional & Cara Penyelesai...
Yoel Immanuella ~ Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional & Cara Penyelesai...Yoel Immanuella
 
Makalah sengketa internasional
Makalah sengketa internasionalMakalah sengketa internasional
Makalah sengketa internasionalAminudien neutron
 
Penyebab Sengketa Internasional dan Upaya Penyelesaiannya
Penyebab Sengketa Internasional dan Upaya PenyelesaiannyaPenyebab Sengketa Internasional dan Upaya Penyelesaiannya
Penyebab Sengketa Internasional dan Upaya Penyelesaiannyasallsawulan
 
Uu no 30 tahun 1999
Uu no 30 tahun 1999Uu no 30 tahun 1999
Uu no 30 tahun 1999khairu_zikri
 
ARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional Indonesia
ARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional IndonesiaARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional Indonesia
ARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional Indonesiaalsalcunsoed
 
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketaKurniawan Sukawangi
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalgreycats_media
 
Sengketa internasional dan cara penyelesaiannya
Sengketa internasional dan cara penyelesaiannyaSengketa internasional dan cara penyelesaiannya
Sengketa internasional dan cara penyelesaiannyaOperator Warnet Vast Raha
 
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitraseProsedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitraseettykogoyo
 
MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN
MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN
MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN Fenti Anita Sari
 
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP UndipBahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP UndipardinmarL
 
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketaMakalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketahandy watung
 
PKn Kelas XI "Sengketa internasional"
PKn Kelas XI "Sengketa internasional"PKn Kelas XI "Sengketa internasional"
PKn Kelas XI "Sengketa internasional"elanurlaela _aiueo
 

What's hot (20)

Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannyaMakalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
 
Sengketa Internasional
Sengketa InternasionalSengketa Internasional
Sengketa Internasional
 
SENGKETA INTERNASIONAL & CARA PENYELESAIAN NYA
SENGKETA INTERNASIONAL & CARA PENYELESAIAN NYASENGKETA INTERNASIONAL & CARA PENYELESAIAN NYA
SENGKETA INTERNASIONAL & CARA PENYELESAIAN NYA
 
Yoel Immanuella ~ Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional & Cara Penyelesai...
Yoel Immanuella ~ Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional & Cara Penyelesai...Yoel Immanuella ~ Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional & Cara Penyelesai...
Yoel Immanuella ~ Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional & Cara Penyelesai...
 
Makalah sengketa internasional
Makalah sengketa internasionalMakalah sengketa internasional
Makalah sengketa internasional
 
Sengketa internasional
Sengketa internasionalSengketa internasional
Sengketa internasional
 
Penyebab Sengketa Internasional dan Upaya Penyelesaiannya
Penyebab Sengketa Internasional dan Upaya PenyelesaiannyaPenyebab Sengketa Internasional dan Upaya Penyelesaiannya
Penyebab Sengketa Internasional dan Upaya Penyelesaiannya
 
Uu no 30 tahun 1999
Uu no 30 tahun 1999Uu no 30 tahun 1999
Uu no 30 tahun 1999
 
ARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional Indonesia
ARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional IndonesiaARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional Indonesia
ARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional Indonesia
 
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
Sengketa internasional dan cara penyelesaiannya
Sengketa internasional dan cara penyelesaiannyaSengketa internasional dan cara penyelesaiannya
Sengketa internasional dan cara penyelesaiannya
 
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitraseProsedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
 
Arbitrase
ArbitraseArbitrase
Arbitrase
 
MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN
MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN
MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN
 
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP UndipBahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
 
sengketa internasional
sengketa internasionalsengketa internasional
sengketa internasional
 
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketaMakalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
 
PKn Kelas XI "Sengketa internasional"
PKn Kelas XI "Sengketa internasional"PKn Kelas XI "Sengketa internasional"
PKn Kelas XI "Sengketa internasional"
 
Undang-undang penyelesaian sengketa
Undang-undang penyelesaian sengketaUndang-undang penyelesaian sengketa
Undang-undang penyelesaian sengketa
 

Similar to Hukum maritim kelompok 5

Alternatif penyelesaian sengketa
Alternatif penyelesaian sengketaAlternatif penyelesaian sengketa
Alternatif penyelesaian sengketadionteguhpratomo
 
Hbl, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi s...
Hbl, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi s...Hbl, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi s...
Hbl, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi s...Dyana Anggraini
 
Hbl 2, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi...
Hbl 2, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi...Hbl 2, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi...
Hbl 2, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi...Dyana Anggraini
 
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...FriescaChahyani
 
Makalah mahkama internasional
Makalah mahkama internasionalMakalah mahkama internasional
Makalah mahkama internasionalWarnet Raha
 
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...Hayyu Safitri
 
2. hbl,Chives Radin ,prof.hapzi ali,alternatif resolusi sengketa atau resolus...
2. hbl,Chives Radin ,prof.hapzi ali,alternatif resolusi sengketa atau resolus...2. hbl,Chives Radin ,prof.hapzi ali,alternatif resolusi sengketa atau resolus...
2. hbl,Chives Radin ,prof.hapzi ali,alternatif resolusi sengketa atau resolus...Chives Radin
 
HBL, Chives radin, Prof.Hapzi Ali , Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolus...
HBL, Chives radin, Prof.Hapzi Ali , Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolus...HBL, Chives radin, Prof.Hapzi Ali , Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolus...
HBL, Chives radin, Prof.Hapzi Ali , Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolus...chivesradin1
 
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buanaHbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buanaBella Tri Oktaviana
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018febrysaragih
 
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptxAlternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptxpakpentung
 
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptxdeltarahyudaputra
 
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannyaMakalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannyaSeptian Muna Barakati
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...febrysaragih
 
2. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,sengketa ekonomi, universitas mercu b...
2. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,sengketa ekonomi, universitas mercu b...2. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,sengketa ekonomi, universitas mercu b...
2. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,sengketa ekonomi, universitas mercu b...Maghfira Arsyfa Ganivy
 

Similar to Hukum maritim kelompok 5 (20)

Alternatif penyelesaian sengketa
Alternatif penyelesaian sengketaAlternatif penyelesaian sengketa
Alternatif penyelesaian sengketa
 
Hbl, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi s...
Hbl, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi s...Hbl, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi s...
Hbl, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi s...
 
Hbl 2, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi...
Hbl 2, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi...Hbl 2, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi...
Hbl 2, dyana anggraini, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau resolusi...
 
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
 
Makalah mahkama internasional
Makalah mahkama internasionalMakalah mahkama internasional
Makalah mahkama internasional
 
Indikator
IndikatorIndikator
Indikator
 
pengadilan Arbitrase
pengadilan Arbitrasepengadilan Arbitrase
pengadilan Arbitrase
 
MATERI ARBITRASE I.ppt
MATERI ARBITRASE I.pptMATERI ARBITRASE I.ppt
MATERI ARBITRASE I.ppt
 
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
 
2. hbl,Chives Radin ,prof.hapzi ali,alternatif resolusi sengketa atau resolus...
2. hbl,Chives Radin ,prof.hapzi ali,alternatif resolusi sengketa atau resolus...2. hbl,Chives Radin ,prof.hapzi ali,alternatif resolusi sengketa atau resolus...
2. hbl,Chives Radin ,prof.hapzi ali,alternatif resolusi sengketa atau resolus...
 
HBL, Chives radin, Prof.Hapzi Ali , Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolus...
HBL, Chives radin, Prof.Hapzi Ali , Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolus...HBL, Chives radin, Prof.Hapzi Ali , Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolus...
HBL, Chives radin, Prof.Hapzi Ali , Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolus...
 
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buanaHbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
 
Arbitrase _done.pptx
Arbitrase _done.pptxArbitrase _done.pptx
Arbitrase _done.pptx
 
Pengertian sengketa ekonomi
Pengertian sengketa ekonomiPengertian sengketa ekonomi
Pengertian sengketa ekonomi
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
 
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptxAlternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
 
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
 
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannyaMakalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
 
2. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,sengketa ekonomi, universitas mercu b...
2. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,sengketa ekonomi, universitas mercu b...2. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,sengketa ekonomi, universitas mercu b...
2. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,sengketa ekonomi, universitas mercu b...
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Hukum maritim kelompok 5

  • 1. HUKUM MARITIM DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 5 NAMA : - FIDAR SUSILAWATI - FEBRIANSYAH - DIMAS SAPUTRA - YANDI HIDAYAT - KAMARUDIM
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batas wilayah kelautan kadangkala dapat memicu masalah antar kedua Negara. Ti d a k j e l a s n y a b a t a s t e r i t o r i d a n b a n y a k n y a p e r a t u r a n p u n j u g a me n y e b a b k a n sengketa maritim. Terkadang sengketa tersebut dapat berkembang kearah yang lebih s e r i u s s e p e r t i memb u r u k n y a h u b u n g a n d i p l oma t i k k e d u a n e g a r a h i n g g a d a p a t menyebabkan kontak senjata. Dalam pasal 2 ayat (3) Piagam PBB disebutkan bahwa negara anggota harusmenyelesaikan persengketaan Internasional dengan jalan damai dan mempergunakan cara-cara sedemikian rupa sehingga perdamaian dan keamanan internasional tidak t e r a n c am. P e n y e l e s a i a n s e c a r a d ama i i n i l a h y a n g t e r k a d a n g d i n omo r d u a k a n d a n negara yang bersengketa lebih memilih kekerasan daripada perdamaian. Penyelesaian sengketa secara damai pun dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang dengan jasa baik pihak ket iga, ada yang melalui perundingan, bahkan ada juga yang melalui Mahkamah Internasional. Didalam tulisan ini akan dibahas secara j e l a s me n g e n a i p e n y e l e s a i a n s e n g k e t a ma r i t im t e r s e b u t . Ba g a ima n a c a r a - c a r a penyelesaian sengketa maritim tersebut. B. RUMUSAN MASALAH Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah “ Penyelesaian sengketa kelautan” ini adalah : Cara - cara Penyelesaian Sengketa Kelautan.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. PENYELESAIAN SENGKETA KELAUTAN 1. Empat Macam Cara Penyelesaian Perselisihan Dalam hal ini konvensi mengenal 4 macam cara penyelesaian perselisihan , yaitu melalui : 1. Mahkamah International Hukum Laut ( International Tribunal for the Law of The Sea) yang dibentuk berdasarkan ketentuan konvensi ini. 2. Mahkamah International ( International Court of Justice) 3. Arbitrase atau Prosedur Arbitrase Khusus ( Arbitration or Special Arbitration Procedures) yang diatur dalam Annex VII dan Annex VIII dari Konvensi. 4. Konsiliasi ( Consiliation): Perselisihan-perselisihan tertentu dapat diselesaikan melalui konsiliasi, yang diatur dalam annex V, yaitu melalui prosedur yang keputusannya tidak mengikat pihak-pihak yang berselisih. Didalam ketentuan umum dari bab tentang penyelesaian perselisihan dari konvensi baru ini ditetapkan bahwa pada asasnya Negara - negara peserta konvensilah yang menyelesaikan perselisihan mereka tentang interpretasi dan penerapan dari konvensi ini melaui jalan damai, menurut ketentuan-ketentuan Piagam PBB. Konvensi tidak menghalangi pihak-pihak mencari penyelesaian perselisihan dengan jalan damai yang dipilih oleh pihak-pihak bersangkutan. Ketentuan-ketentuan konvensi tentang penyelesaian perselisihan hanya diterapkan, apabila pihak-pihak berselisih yang telah memilih cara penyelesaian masalah mereka, tidak dapat menghasilkan sesuatu penyelesaian. Kemudian diterapkan pula bahwa apabila pihak-pihak yang berselisih menyetujui melaui bilateral, regional atau persetujuan umum, untuk mengajukan perselisihan tersebut kepada suatu prosedur yang akan memberikan suatu keputusan yang mengikat, prosedur tersebut akan diterapkan sebagai pengganti prosedur konvensi. 2. Konsiliasi Salah satu penyelesaian yang dapat diikuti oleh peserta konvensi ialah konsiliasi. Dan konsiliasi itu diatur dalam Annex V ( section 1 ) dari konvensi. Cara penyelesaian perselisihan menurut prosedur ini dimulai dengan pemberitahuan salah satu pihak yang berselisih kepada pihak lainnya. Sekretaris Jendral PBB akan memegang nama-nama dari konsiliator ( juru damai ) yang ditunjuk olah Negara-negara
  • 4. peserta konvensi dimana satu Negara dapat menunjuk empat konsiliator dengan persyratan bahwa orang-orang tersebut mempunyai reputasi tinggi, kompetensi dan memiliki Integritas. Komisi konsiliasi terdiri dari 5 anggota, 2 dipilih oleh masing-masing pihak, sebaiknya dari nama-nama yang ada dalam daftar , dan yang ke-5 dipilih dari daftar oleh keempat anggota dan akan menjadi Ketua Komisi ( Chairman ). Dalam hal penunjukan ini dapat dilaksanakan, Sekretaris Jendral PBB akan menunjuknya dari daftar, setelah mengadakan konsiliasi dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Keputusan-keputusan tentang masalah prosedural, laporan-laporan dari rekomendasi dari komisi, dilaksanakan dari pemungutan suara terbanyak. Komisi dapat meminta perhatian dari pihak-pihak yang berselisih terhadap upaya-upaya yang memberikan jalan bagisuatu penyelesaian damai. Komisi akan mendengar pihak-pihak yang berselisih, memeriksa klaim mereka, serta keberatan-keberatan yang diajukan dan menyiapkan usul-usul untuk penyelesaian secara damai. Penyelesaian perselisihan dengan memaskai prosedur konsiliasi akan berakhir apabila penyelesaian telah tercapai, pada waktu para pihak bersangkutan menerima atau salah satu pihak menolak rekomendasai hasil perundingan dengan nota tertulis yang dialamatkan kepada Sekretaris Jendral PBB, atau apabila jangka waktu 3 bulan telah lewat, sejak hasil perundingan disampaikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Uang jasa pengeluaran-pengeluaran komisi dibebankan kepada pihak-pihak yang berselisih . Pihak-pihak yang bersengketa dapat dengan persetujuan yang diterapkan untuk perselisihan tertentu tersebut, menyederhanakan ketentuan-ketentuan dari Annex v ini. 3. Penyelesaian Mengikat Apabila tidak tercapai suatu penyelesaian dengan mempergunakan prosedur yang telah disepakati pihak-pihak bersangkutan, setiap pihak dapat mengajukan perselisihannya kepada pengadilan ( court) atau Mahkamah ( tribunal) yang keputusannya akan mengikat pihak-pihak yang berselisih, kecuali kalau perselisihan tersebut mengenai masalah yang dikecualikan oleh konvensi dari penyelesaian yang mengikat. Setiap Negara pada saat menandatangani konvensi atau masuk konvensi, melalui deklarasi tertulis bebas memilih salah satu atau beberapa cara penyelesaian tentang interpretasi dan penerapan konvensi ini, yaitu : Mahkamah International Hukum Laut yang dibentuk berdasarkan Annex VI. Mahkamah International Arbitrase ( Arbitral tribunal) yang didirikan menurut Annex VII
  • 5. Arbitrase khusus menurut Annex VIII ( Special Arbitral Tribunal ) Negara peserta yang tidak memberikan deklarasi, dianggap menerima Arbitrase menurut Annex VII. Dalam hal pihak-pihak yang berselisih menerima prosedur penyelesaian perselisihan yang sama, mereka akan mempergunakan prosedur yang disutujui tersebut. Apabila pihak-pihak yang berselisih tidak menerima prosedur yang sama untuk penyelesaian perselisihan, mereka akan mempergunakan arbitrase menurut Annex VII, kecuali kalau pihak yang bersangkutan menghendaki lain.Deklarasi tertilis tersebut diatas disimpari dikantor Sekretaris Jendral PBB dan copynya dikirimkan kepada Negara-negara peserta konvensi. Deklarasi tersebut tetap berlaku serlama 3 bulan, setelah nota penarikan kembali deklarasi tersebut diterima dikantor Sekretaris Jendral PBB. Dalam hal perselisihan melibatkan masalah ilmiah atau tenis, mahkamah dapat memilih 2 atau lebih tenaga ahli tanpa hak suara. Mengenai aturan hukum yang dipakai oleh Mahkamah ( court atau tribunal ) konvensi akan menentukan bahwa Mahkamah akan mempergunakan konvensi ini dan aturan-aturan hukum International yang tidak bertentangan dengan konvensi. 4. Prosedur Penyelesaian Atas permintaan pihak-pihak, mahkamah akan memeriksa, apakah klaim tersebut merupakan penyalagunaan dari proses hukum cukup beralasan. Kemudian apabila mahkamah berpendapat bahwa klaim tersebut prima facie tidak beralasan, pemeriksaan atas klaim tidak lagi diteruskan. Negara bendera kapal yang ditahan dapat mengajukan pembebasannya kepada Mahkamah ( court atau tribunal ) atau apabila gagal kepada Mahkamah Hukum Laut. Masalah pembebasan kapal harus dilaksanakan tanpa ditunda-tunda dan Negara yang menahan kapal harus segera mengikuti keputusan Mahkamah untuk memberikan jaminan keuangan atas pelepasan kapal tersebut. Perselisihan dapat diajukan untuk diselesaikan menurut konvensi hanya setelah usaha-usaha local menemui kegagalan dan hal-hal yang diharuskan oleh Hukum International. 5. Arbitrase Arbitrase diatur oleh Annex VII dan VIII dari konvensi hokum laut 1982. Arbitrase menurut Annex VII dimulai dengan pengeriman nota tertilis oleh satu pihak kepada pihak lainnya dengan menyebutkan klaimnya serta dasar-dasar hukum dari klaim tersebut.
  • 6. Setiap Negara mengajukan 4 arbiter, dengan kualifikasi berpengalaman didalam masalah kelautan, kompeten dan memiliki integritas. Arbitrase untuk setiap kasus mempunyai 5 orang anggota, masing-masing pihak bersengketa memilih satu orang anggota dan ketiga anggota lainnya yang adalah warga Negara dari Negara ke tiga ( kecuali kalau ditentukan lain oleh pihak-pihak bersangkutan ) dipilih dengan persetujuan pihak-pihak. Pihak-pihak bersengketa akan menunjuk Ketua Arbitrase dari 3 orang anggota tersebut. Dalam hal tidak tercapai permufakatan Ketua atau Anggota Senior Mahkamah Hukum Laut akan melakukan penunjukan. Jika salah satu pihak yang bersengketa tidak muncul didepan arbitrase, atau gagal mempertahankan kasusnya, pihak lainnya dapat meminta proses pemeriksaan kasus untuk diteruskan dengan pemberian suatu keputusan oleh Arbitrase. Sebelum memberikan keputusan Arbitrase harus menyakini dirinya atas yuridiksinya untuk kasus tersebut dan juga bahwa klaim tersebut mempunyai dasar dalam fakta dan menurut hokum. Keputusan Arbitraser akan dibatasi kepada subyek dari kasus dan menyebutkan alasan-alasan yang menjadi dasar keputusan. Keputusan bersifat keputusan terakir tanpa dapat memintkan banding kecuali kalau pihak-pihak bersangkutan sebelumnya menyutujui suatu prosedur banding. Setiap kesalahpahaman yang mungkin terjadi diantara pihak-pihak yang bersengketa tentang Interprestasi dan cara Implementasi dari keputusan arbitrase dapat diajukan oleh masing-masing pihak kepada arbitrase yang akan memberikan leputusan mengenai hal tersebut. Kesalapahaman tersebut dapat juga diajukan kepada Mahkamah lainnya ( court atau Tribunal ) menurut pasal 287 dari konvensi, dengan persetujuan pihak-pihak bersengketa. Ketentuan-ketentuan tentang arbitrase ini juga berlaku untuk badan-badan yang bukan Negara. 6. Arbitrase Khusus Arbitraser khusus, prosedurnya ditentukan dalam annex VIII serta diperuntukan bagi perselisihan tentang : Perikanan Perlindungan dan pemeliharaan lingkungan kelautan Riset ilmiah kelautan Navigasi termasuk polusi dari kapal dan dari dumping. Caranya ialah dengan mengirimkan nota tertulis. Nota harus dilampiri dengan statement dari hal apa yang dituntut dan dasar-dasar mengajukan klaim tersebut.
  • 7. Adapun prosedur untuk arbitrase biasa, yaitu pasal-pasal 4-13 dari Annex VII, berlaku sebagai prosedur untuk arbitrase khusus ini. Pihak-pihak yang berselisih dapat meminta kepada Arbitrase khusus untuk melakukan face finding yaitu untuk melakukan penyelidikan dan menunjukan fakta-fakta yang menimbulkan perselisihan tersebut.Findings dari arbitrase khusus dapat dipandang mengakhir perselisihan, kecuali kalau pihak-pihak bersangkutan berpendapat lain. Apabila dikehendaki oleh pihak-pihak berselisih arbitrase khusus dapat menyusun suatu rekomendasi, yang tidak memiliki kekuatan yang mengikat, akan tetapi dapat menjadi dasar dari peninjauan kembali oleh pihak-pihak bersangkutan tentang masalah yang menimbulkan perselisihan. 7. Batasan-batasan Dan pengecualian Konvensi baru ini memberikan pengecualian terhadap jenis-jenis perselisihan tersebut dari prosedur penyelesaian mengikat dan memberikan kepada Negara-negara hak untuk mengecualikan hal-hal lainnya. Hal-hal yang dikecualikan meliputi : 1. Perselisihan tentang pelaksanaan kedaulatan dan yuridiksi dari Negara pantai, kecuali untuk tuduhan pelanggaran untuk Negara pantai. 2. Perselisihan tentang pelaksanaan hak atau keputusan Negara pantai untuk tidak menyetujui riset ilmiah didalam zona Ekonomi Eklusifnya atau pada landas kontinen atau keputusan untuk memerintahkan pembatalan atau penghentian dari suatu proyek riset. 3. Perselisihan tentang hak kedaulatan dari Negara pantai atas sumber-sumber hayati dari ZEE-nya, termasuk untuk menentukan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan, jumlah musim menangkap ikan yang diperkenankan, penyediaaan surplus untuk negera-nerara lain, serta persyaratan dan aturan-aturan perlindungan serta pengelolaan, kecuali konsiliasi mengikat. Untuk pengecualikan hal-hal lainnya yang diberikan oleh konvensi baru ini kepada Negara-negara sebagai pengecualian terhadap prosedur keputusan yang mengikat, ialah bvahwa Negara peserta konvensi dapat menyatakan secara tertulis bahwa Negara tersebut tidak dapat menerima penyelesaian mengikat tentang salah satu atau semua jenis perselisihan sebagai berikut : Perselisishan tentang batas-batas laut menurut pasal-pasal 15,74,dan 83 dari konvensi baru ini, dengan syarat tetap terikat kepada konsiliasi mengikat dalam hal ini tidak tercapainya
  • 8. suatu pesetujuan antara pihak-pihak yang berkepentingan. Perselisihan tentang kegiatan-kegiatan militer dan perselisihan tentang kegiatan penegakan hokum dalam kaitan dengan pelaksanaan kedaulatan atau yuridiksi atas riset ilmiah kelautan dan perikanan Perselisishan dalam hubungan dengan Dewan Keamanan PBB fungsinya ssesuai dengan Piagam PBB kucuali Dewan Keamanan memutuskan untuk mengeluarkan masalah tersebut dari acara sidangnya atau menghimbau pihak-pihak untuk menyelesaiakan masalah tersebut dengan upaya-upaya yang disediakan konvensi ini. 8. Konsiliasi Mengikat ( Compulsory Conciliation ) Pihak-pihak yang berselisih menurut Part XV, Section 3 ( tentang batasan-batasan dan pengecualian) dapat mengajukan masalah mereka kepada prosedur konsiliasi dengan jalan mengirimkan nota tertulis kepada pihak klaimnya. Pihak yang dikirimi nota, diharuskan menjalankan prtosedur tersebut. Kegagalan dari salah satu pihak yang berselisih mengikuti prosedur ini, tidaklah merupakan hambatan bagi prosedur konsiliasi. Terhadap prosedur ini diperlakukan pasal-pasal 2-10, Secition 1 Annex V. Ketidak sepakatan mengenai apakah kondisi konsiliasi mempunyai wewenang terhadap kasus yang bersangkutan, akan diputuskan oleh Komisi mengenai hal selebihnya ,ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi konsiliasi pada umumnya berlaku pula bagi prosedur ini. 9. Mahkamah International Hukum Laut a. Komposisi, penunjukan dan pemilihan Statuta dari Mahkamah International Hukum Laut terdapat didalam Annex VI dari konvensi baru ini dengan ketentuan-ketentuan tentang organisasi dan prosedur serta temasuk kamar perselisihan dasar laut ( Sea-Bed Disputes chamber ). Mahkamah berkedudukan di Hamburg, republic federasi Jerman dan terdiri dari 21 anggota independen yang dipilih dari orang-orang yang berepotasi atas kejujuran dan integrasinya dan memiliki kemampuan dalam Hukum Laut. b. Masa Kerja anggota-anggota dari Mahkamah dipilih untuk 9 tahun dan dapat dipilih kembali. Anggota-anggota Mahkamah tidak diperkenankan melaksanakan fungsi-fungsi polotik dan andministratif, atau secara aktif sedang menjalankan usaha atau mempunyai kepentingan keunagan dalan suatu perusahan tertentu tentang ekspolarasi dan exploitasi sumber-sumber laut, dasar laut atau pengguanaan komersiil dari dasar laut. Anggota-anggota Mahkamah
  • 9. tidak diperbolehkan bertindak sebagai agen, penasehat atau pengacara, dan didalam melaksanakan tugas Mahkamah diberikan kekebalan diplomati. Mahkamah akan memilih ketua ( presiden), Wakil ketua ( vice Presiden) untuk 3 tahun serta dapat dipilih kembali. Mahkamah akan menunjuk registrar berserta staf yang diperlukan. c. Quorum Diperlukan Quorum dari 11 anggota untuk membentuk Mahkamah. Semua perselisihan dan permohonan-permohonan yang diajukan kepada Mahlkamah akan didengar dan diputuskan oleh Mahkamah, kecuali untuk masalh-masalah yang ditangani oleh kamar perselisihan dasar laut atau oleh kamar khusus. d. Kamar Khusus Mahkamah dapat membentuk kamar-kamar khusus yang terdiri dari 3 atau lebih dari anggota-anggotanya yang dipilih, apabila dipandang perlu untuk menangani perselisihan khusus, atas permintaan pihak-pihak berkepantingan guna menangani perselisihan-perselisihan khusus dan keputusan dari kamar-kamar khusus akan dipertimbangkan oleh Mahkamah e. Kompetensi Mengenai kompetensi Mahkamah, ditentukan bahwa Mahkamah terbuka untuk Negara-negara anggota konvensi dan badan-badan lainnya yang bukan Negara. Yuridiksi Mahkamah meliputi nsemua perselisihan dan permohonan-permohonan yang diajukan kepadanya menurut ketentuan-ketentuan konvensi beserta semua hal yang ditetapkan didalam persewtujuan lainnya yang memberikan yuridiksi kepada Mahkamah. Dengan persetujuan pihak-pihak bersangkutan perselisihan tentang interpretasi atau penberapan dari perjanjian-perjanjian international tentang masalah-masalah hokum laut dapat diajukan kepada Mahkamah. f. Prosedur mengenai prosedur, perselisihan dapat diajukan dengan nota tentang persetujuan khusus atau dengan permohonan tertulis. Mahkamah dapat menetapkan upaya-upaya sementara untuk menjaga hak-hak dari pihak-pihak atau mencegah kerusakan serius terhadap lingkungan maritime hearing atas kasus terbuka untuk umum, kecualai Mahkamah memutuskan lain atau pihak-pihak meminta tidak terbuka untuk umum. Tidak hadirnya pihak-pihak yang berselisih atau kegagalannya untuk mempertahankan kasusnay, tidak menjadi halangan bagi pemeriksaan kasusu tersebut.
  • 10. g. keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak Keputusan Mahkamah diambil berdasarkan suara terbanyak dari anggota Mahkamah yang hadir, dengan ketentuan bahwa ketua Mahkamah dapat meberikan suara penentu dalam hal terdapat suara sama banyak. Keputusan menyebutkan alas an-alkasan yang menjadi9 dasar keputusan tersebut dan setiap anggota berhak memberikan pendapat tersendiri. Mahkamah dapat memutus atas permohonan dari Negara peserta konvensi lainnya, untuk diizinkan sebagai pihak tambahan dalam kasus tersebut, dimana negara tersebut membpunyai kepentingan hokum. Dalam hal ini akan mengikat nagara tersebut mengena masalah dimana Negara tersebut turut sebagai pihak yang tersangkut. Keputusan Mahkamah merupakan keputusan terakhir dan semua pihak yang berselisih seyogianya mentaatinya. Keputusan hanya mengikat-pihak-pihka mengenai perselisihan tersebut. h. Amandemen Terhadap Statuta Mahkamah Amandemen Terhadap Statuta Mahkamah dapat dilaksanakan menurut “ Simplified Procedure “ untuk amandemen konvensi atau melalui consensus pada konfrensi yang deselenggarakan sesuai dengan ketentuan konvensi. Amandemen atas kamar sengketa dasar laut harus mengikuti prosedur untuk amandemen ketentuan-ketentuan tentang dasar laut dari konvensi. Mahkamah dapat mengusulkan amandemen. 10. Perkiraan yang Mungkin Menjadi Perselisihan antar Negara Mengenai kemungkinan timbulnya perselisishan pada ZEE, seperti ditunjukan oleh Agrawala dapat terjadi dalam perbedaan penafsiran atas hak yang berhubungan dengan eksploitasi dari zona disatu puhak dan kebebasan dilaut lepas dipihak lain.Selama masalahnya bertalian dengan eksploitasi ekonomi dari ZEE, masalah ini berada dalam yuridiksi dari Negara pantai, tetapi dalam hal yang menyangkut dengan hak-hak lainnya yang berkaitan dengan 3 macam kebebasan dilaut lepas yang diterapkan pada ZEE, masalah ini berada dalam yuridiksi Negara lain. Sebagai Contoh perselisihan perikanan antara Inggris dan Norwegia ( anglo Norwegian fisheries case ) dimana Inggris menggugat sahnya penetapan batas perikanan ekslusif yang diterapkan oleh Norwegia dalam Firman raja ( Royal Decree) ditahun 1935 menurut hokum Internaional yang digugat oleh inggris bukanlah lebar jalur wilayah Norwegian sebesar 4 Mil akan tetapi cara perikanan garis pangkal lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada pantai Norwegia dan melalui deretan pulau dipantai
  • 11. Inggris oleh karena permasalah itu, Mahkamah International menetapkan konvensi garis panggal lurus pada tanggal 28 desember 1951. Contoh lain adalah perang ikan antara Inggris Islandia, perang tersebut terjadi bermula dari keputusan Islandia secara unilateral dalam bulan juni 1958 yang memperlebar laut teritorialnya menjadi 12 mil dan melarang penangkapan ikan oleh Negara lain dalam area tersebut. Inggris tidak keberatan asalkan para nelayan bias menangkap ikan diarea tersebut karena inggris merupakan Negara penangkap ikan terbesar yang areanya mencakup lepas pantai Islandia sampai Norwegia tetapi kemudian Islandia tetap bersih keras karena ikan merupakan urat nadi perekonomian dan ekspor terbesar akhirnya pada tahun 1960 tercapai persdetujuan antara Inggris dan Islandia dimana Inggris menyetujui areal 12 mil Islandia sebagai lanjutan keputusan Bilateral tersebut, Mahkamah International pada tahun 1961 mengatakan Zona penangkapan Islandia tidak berlaku terhadap Inggris.
  • 12. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dalam hal ini konvensi mengenal 4 macam cara penyelesaian perselisihan , yaitu melalui : 1. Mahkamah International Hukum Laut ( International Tribunal for the Law of The Sea) yang dibentuk berdasarkan ketentuan konvensi ini. 2. Mahkamah International ( International Court of Justice) 3. Arbitrase atau Prosedur Arbitrase Khusus ( Arbitration or Special Arbitration Procedures) yang diatur dalam Annex VII dan Annex VIII dari Konvensi. 4. Konsiliasi ( Consiliation): Perselisihan-perselisihan tertentu dapat diselesaikan melalui konsiliasi, yang diatur dalam annex V, yaitu melalui prosedur yang keputusannya tidak mengikat pihak-pihak yang berselisih. Konvensi tidak menghalangi pihak-pihak mencari penyelesaian perselisihan dengan jalan damai yang dipilih oleh pihak-pihak bersangkutan. Ketentuan-ketentuan konvensi tentang penyelesaian perselisihan hanya diterapkan, apabila pihak-pihak berselisih yang telah memilih cara penyelesaian masalah mereka, tidak dapat menghasilkan sesuatu penyelesaian. Kemudian diterapkan pula bahwa apabila pihak-pihak yang berselisih menyetujui melaui bilateral, regional atau persetujuan umum, untuk mengajukan perselisihan tersebut kepada suatu prosedur yang akan memberikan suatu keputusan yang mengikat, prosedur tersebut akan diterapkan sebagai pengganti prosedur konvensi. B. SARAN Pemerintah Daerah atau Pemerintah Pusat sebaiknya menghargai, melestarikan, meningkatkan dan memperhatikan eksistensi masyarakat hukum adat dengan hak-hak tradisional yang dimiliki sesuai dengan pengakuan konstitusional dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga tidak terjadi benturan diantara peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA  http://ilmu27.blogspot.com/2012/08/Sengketa-Laut.html.  http:// id.wikipedia.org/wiki/sengketa-kelautan  http://4iral0tus.blogspot.com/2010/04/penyelesaian-sengketa-laut.html  http://dodzjr.woedpress.com/2012/05/30/makalah-tentang-hukum-kelautan/  www.kajianpustaka.com/2012/10/hukum-kemaritiman.html