Dokumen tersebut membahas strategi Indonesia dalam mengembangkan energi baru terbarukan untuk mencapai komitmen penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29-41% pada 2030 dan net zero emission pada 2060, meliputi peningkatan porsi energi baru terbarukan di sektor ketenagalistrikan, transportasi, industri, dan bangunan serta penggunaan teknologi hijau seperti penangkapan karbon.
Towards cleaner energy - a collaborative world efforts
EBT Menuju Net Zero
1. Dr. Sampe L. Purba
Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam
PENGEMBANGAN EBTKE
MENUJU NET ZERO
EMISSION
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
Tangerang | 17 Desember 2022
2. 2
KONSUMSI MINYAK LEBIH BESAR
DIBANDING PRODUKSI
Produksi minyak terus menurun, sementara
konsumsi relatif meningkat. Dampak:
peningkatan impor dan defisit neraca
perdagangan.
-1500
-1000
-500
0
500
1000
1500
2000
Oil Gap
Oil Production
Oil Consumption
1965 2020
2003
Perlu utilisasi sumber energi alternatif untuk
mengurangi ketergantungan dan impor
BBM.
01
02
Produksi
+ 700 ribu bopd
Konsumsi
+ 1,5 juta bopd
FLUKTUASI HARGA ENERGI ENERGI TRILEMA
Keberlanjutan
Lingkungan
Kesetaraan Energi
Ketahanan
Energi
Rp
Kesetaraan Energi (Energy Equity)
Energi yang disediakan dapat diakses dan
terjangkau oleh semua orang.
Ketahanan Energi (Energy Security)
Upaya penyediaan energi dengan tetap
memperhatikan rantai pasok sumber dalam
dan luar negeri serta kemampuan
memenuhi permintaan yang terus
meningkat dengan infrastruktur yang andal.
01
02
Keberlanjutan Lingkungan (Environmental
Sustainability)
Pembangunan infrastruktur berbasis energi
terbarukan dan sumber energi rendah karbon
lainnya serta peningkatan efisiensi energi baik
dari sisi supply maupun demand.
03
159
204
288
324 322
319
795 775
940
750 670
650
590
Dec-21
Feb-22
Apr-22
Jun-22
Aug-22
Oct-22
CP Aramco
USD/MT USD/ton
Harga energi fosil berfluktuasi mengikuti pasar
energi global
Energi sebagai modal pembangunan nasional
(bukan komoditas)
01
02
Harga Energi Terbarukan tidak mengikuti harga
pasar energi
03
Gas Bumi Batubara
73
96
114 110 107
94
86
Dec-21
Feb-22
Apr-22
Jun-22
Aug-22
ICP
USD/barrel
Minyak Bumi
Sumber: Ditjen Migas; Ditjen Minerba; https://3mgas.vn/
KONDISI ENERGI NASIONAL MASIH DIPENGARUHI PASAR ENERGI GLOBAL
3. 3
Pemanfaatan EBT sebagai upaya memenuhi komitmen NDC dan menggerakkan transisi energi Indonesia
Menurunkan emisi GRK 29% dari BaU (kemampuan sendiri)
atau 41% (dengan bantuan internasional) pada 2030 sesuai
NDC*.
* Indonesia akan mengumumkan Enhanced NDC pada COP27 Mesir
(November 2022) yang meningkatkan komitmen penurunan emisi
menjadi 31,9 – 43,2 % di tahun 2030.
UNFCCC - COP21, DESEMBER 2015
COP 26, 2 NOVEMBER 2021
Indonesia akan mampu berkontribusi dalam percepatan
perwujudan global Net-Zero Emission.
PRESIDENSI G20 “Recover Together, Recover Stronger”
1. Sekuritas Aksesibilitas Energi,
2. Peningkatan Teknologi Energi
Cerdas & Bersih,
3. Memajukan Pembiayaan
Energi.
Memperkuat Sistem Energi Bersih
Global & Transisi yang Adil melalui:
PIDATO pada SIDANG TAHUNAN, 16 Agustus 2022
Energi bersih dari panas matahari, panas bumi, angin, ombak
laut dan energi bio akan menarik industrialisasi penghasil
produk-produk rendah emisi. Kawasan Industri Hijau di Kaltara
akan menjadi Green Industrial Park terbesar di dunia.
KOMITMEN PEMERINTAH DALAM PENURUNAN EMISI
1. Kesehatan global yang inklusif,
2. Transformasi ekonomi berbasis
digital,
3. Transisi menuju energi yang
berkelanjutan.
Fokus terletak pada 3 isu utama:
1. Memperkuat kejelasan pada perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan secara nasional.
2. Menjaga ketahanan, stabilitas pasar, dan
keterjangkauan terhadap energi.
3. Mengamankan suplai, infrastruktur, dan sistem
energi yang tangguh, berkelanjutan, dan andal.
4. Meningkatkan efisiensi energi.
5. Diversifikasi energi serta penurunan emisi-nya.
6. Mempermudah investasi yang inklusif dan
berkelanjutan dalam skala besar.
7. Berkolaborasi dalam mobilisasi seluruh sumber
pendanaan untuk membantu mencapai tujuan
Paris Agreement 2030.
8. Memperbesar skala produksi pada teknologi
yang inovatif, terjangkau, smart, bersih ,dan
rendah emisi.
9. Mengembangkan ekosistem inovasi teknologi
bersih.
BALI COMPACT – ETMM G20, Sep 2022
4. 4
POTENSI EBT & STRATEGI PENGEMBANGAN
POTENSI DAN PEMANFAATAN EBT
▪ Potensi hidro tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Kaltara, NAD,
Sumbar, Sumut, dan Papua
▪ Potensi Surya tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di NTT, Kalbar, dan
Riau memiliki radiasi lebih tinggi
▪ Potensi Angin (>6 m/s) terutama terdapat di NTT, Kalsel, Jabar, Sulsel, NAD dan
Papua
▪ Potensi Energi Laut tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama Maluku, NTT,
NTB dan Bali
▪ Potensi Panas Bumi tersebar pada kawasan ring of fire, meliputi Sumatera, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku
Indonesia memiliki potensi EBT besar, tersebar, dan beragam, untuk mendukung
ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT
Strategi Pengembangan EBT:
1. Pembangunan PLT EBT On Grid (berbasis RUPTL PLN 2021-2030),
termasuk PLTS Terapung (Target Kapasitas Terpasang PLT EBT pada
2025: 18.5 GW)
2. Implementasi PLTS Atap (Target 2025: 3.610 MW)
3. Konversi PLTD ke PLT EBT (PLT Gas sebagai transisi) (Target 2025: 499
MW)
4. Mandatori B30 (Target 2025: 11,6 juta kL)
5. Co-Firing Biomassa pada PLTU (Target 2025: 10,2 juta ton)
6. Penyediaan Akses Energi Modern dengan EBT (skala kecil seperti PLTMH,
PLTS) (Target 2025: 1,36 MW)
7. Eksplorasi Panas Bumi oleh Pemerintah (Target 2025: 9 wilayah panas
bumi dengan potensi pengembangan sebesar 295 MW)
8. Implementasi EBT Off Grid dan Pemanfaatan Langsung (Target 2025:
100% RE dan 100% RDB – Biogas 30.043 ribu m3)
Program Pendukung:
9. Retirement PLTU (Target: tidak ada pembangunan PLTU Baru mulai
2026)
10. Peningkatan Infrastruktur Ketenagalistrikan (Smart Grid)
11. Elektrifikasi pada Kendaraan dan Peralatan Rumah Tangga (kompor)
(Target 2025: 400rb mobil; 1,7 jt motor; kompor induksi untuk 8,2 juta RT)
12. Pajak Karbon dan Perdagangan Karbon (Target 2025: Implementasi
perdagangan karbon secara penuh)
4
ENERGI
POTENSI
(GW)
PEMANFAATAN
(MW)
SURYA 3.295 260
HIDRO 95 6.679
BIOENERGI 57 3.073
BAYU 155 154
PANAS BUMI 24 2.343
LAUT 60 0
TOTAL 3.686 12.509
5. 5
BAURAN EBT DAN KOMITMEN PENURUNAN GRK
1. Pembangunan PLT EBT on-grid
(berdasarkan pada PLN RUPTL 2021-
2030), termasuk PLTS Terapung
2. Implementasi PLTS Atap
3. Program Dedieselisasi menjadi PLT
EBT (atau PLT Gas sebagai transisi)
4. Mandatori B30
5. Co-Firing Biomassa pada PLTU
1. Pengurangan emisi: 93% dari BaU, optimalisasi
suplai dengan menggunakan EBT dan demand
dengan menerapkan efisiensi energi.
2. EBT sebagai sumber listrik secara keseluruhan.
3. Sumber energi baru yang lebih beragam akan
dimanfaatkan, antara lain nuklir untuk
pembangkit listrik dan hidrogen untuk
transportasi.
4. Mengenalkan penerapan inovasi dan teknologi
modern, seperti carbon capture dan smart grid.
Enhanced NDC 2030
Net Zero Emission 2060
▪ Melalui enhanced NDC Indonesia menaikkan
target penurunan emisi karbon, sektor energi
mengalami peningkatan dari 314 Juta ton
CO2e menjadi 358 Juta ton CO2e
▪ Realisasi penurunan emisi GRK sektor energi
semakin meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 2021, sektor energi berhasil
menurunkan emisi GRK sebesar 70 Juta ton
CO2e
▪ Strategi realisasi: Penerapan EBT yang
massif, efisiensi energi, fuel switching, dll.
Strategi Percepataan
5
126.0 143.2
163.2 175.8
8.6% 9.2%
11.2%
12.2%
11.6% 12.2%
13.4% 14.5%
15.7%
17.9%
19,5%
23%
0
200
400
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
22%
24%
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Realisasi (MBOE) Target (MBOE)
366,4
448,6
522,9
659,3
EBT
Minyak
Bumi
32,4%
Gas
Bumi 16,82%
37,62%
Batubara
12,16%
23% Bauran EBT pada 2025 Bauran Energi
Nasional
No Sektor
Emisi GRK
2010 (Juta
Ton CO2e)
Emisi GRK pada 2030 Penurunan
BaU CM1 CM2 CM1 CM2
1. Energy 453.2 1,669 1,311 1,223 358 446
2. Waste 88 296 256 253 40 45.3
3. IPPU 36 70 63 61 7 9
4. Agriculture 111 120 110 108 10 12
5. FOLU 647 714 217 -15 500 729
TOTAL 1,334 2,869 1,953 1,632 915 1,240
Ket: CM: Counter Measure; CM1: self effort; CM2: international
assistance; IPPU: industrial processes and production use
540.5
590.2
681.6
748.2
748.6
710.4
609.0
422.0
327.5
129.4
555.3
656.3
821.4
1009.5
1136.2
1340.2
1412.51465.8
1680.1
1927.4
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050 2055 2060
Industry Transportation
Household Commercial
Others Generation
BAU
6. 6
*) PLTU pada Wilus PLN dan Non-PLN:
Maksimal 30 tahun dan IPP 25-30 tahun (sesuai PPA)
Teknologi rendah emisi yang inovatif seperti CCS/CCUS dapat diterapkan dalam kondisi tertentu pada pembangkit listrik fosil yang ada untuk
mempercepat pengurangan emisi dalam peralihan ke energi yang lebih bersih dan lebih hijau
PETA JALAN TRANSISI ENERGI MENUJU KARBON NETRAL 2060
1) Timeline pencapaian strategis mencapai net zero emission di sektor energi.
2) Peta Jalan ini akan menjadi bentuk komitmen bersama antara pemerintah dan para pemangku kepentingan mencapai NZE 2060.
Supply:
➢ Pengembangan PLT EBT sesuai RUPTL PT PLN
(Persero) 2021-2030
➢ Pemanfaatan pump storage mulai tahun 2025
Demand:
▪ Kompor Induksi untuk 18,1 juta RT.
▪ Kendaraan Listrik 2 jt mobil dan 13 juta motor
▪ Jargas untuk 10,2 juta RT
▪ Pemanfaatan biofuels pada sektor industri dan
transportasi mencapai 40%
▪ Manajemen energi dan SKEM untuk 11 peralatan
Supply:
➢ Produksi EBT Green Hydrogen mulai 2031 untuk
sektor transportasi
➢ Battery Energy Storage System (BESS) tahun 2034
➢ Kapasitas terpasang PLTP mencapai 11 GW pada
tahun 2035
Demand:
▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 28,2 juta RT.
▪ Kendaraan listrik 9,3 juta mobil dan 51 juta motor
▪ Jargas untuk 15,2 juta RT.
▪ Penggunaan biofuels 40%
▪ Penambahan penerapan manajemen energi dan
peralatan SKEM
▪ Penerapan hidrogen di sektor transportasi
Supply:
➢ Pemanfaatan nuklir untuk pembangkit listrik mulai
tahun 2039
➢ Pengembangan EBT, terutama solar PV secara
massif, dilanjutkan dengan PLT Bayu baik secara
onshore dan offshore mulai tahun 2037
Demand:
▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 37,9 juta RT.
▪ Kendaraan listrik 23 juta mobil dan 101 juta motor
▪ Jargas untuk 20,2 juta rumah.
▪ Penggunaan biofuels 40%
▪ CCS untuk industri semen dan baja mulai tahun 2036
Supply:
➢ Produksi EBT Green hydrogen untuk substitusi gas
alam untuk proses industri dengan temperatur tinggi
mulai tahun 2041
➢ Bauran energi primer didominasi oleh EBT
Demand:
▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 46,6 juta RT.
▪ Kendaraan listrik 50,2 juta mobil dan 163 juta motor
▪ Jargas untuk 22,7 juta rumah.
▪ Penggunaan biofuels 40%
▪ Penerapan hidrogen di sektor industri
Supply:
➢ Tidak ada pembangkit listrik berbahan bakar fossil
dan tersisa emisi sebesar 129 juta ton CO2 pada
sektor industri dan transportasi
➢ Semua listrik dihasilkan dari PLT EBT
Demand:
▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 54,3 juta RT.
▪ Kendaraan listrik 65 juta mobil dan 175 juta motor
▪ Jargas untuk 22,7 juta rumah.
▪ Pemanfaatan CCS pada industri sebesar 13 juta ton
CO2
▪ Proyeksi konsumsi listrik sebesar 1.942 TWh,
setara dengan 5.862 kWh/kapita
2021 – 2025 2026 – 2030 2031– 2035 2036 – 2040 2041– 2050 2051 – 2060
2035: Penurunan emisi 388 Juta ton CO2
2025: Penurunan emisi 231,2 Juta ton CO2
2030: Penurunan emisi 327,9 Juta ton CO2 2040: Penurunan emisi 629,4 Juta ton CO2
2050: Penurunan emisi 1.043,8 Juta ton CO2
2060: Penurunan emisi 1.798 Juta ton CO2
Supply:
➢ Pengembangan PLT EBT sesuai RUPTL PT PLN
(Persero) 2021-2030
➢ Implementasi PLTS Atap
➢ Percepatan pengembangan PLT Sampah
➢ Pengembangan PLT Biomassa skala kecil
➢ Cofiring PLTU Batu Bara
Demand:
▪ Kompor Induksi untuk 8,1 juta RT.
▪ Kendaraan listrik 300 ribu mobil dan 1,3 juta motor
▪ Jargas untuk 5,2 juta RT.
▪ DME sebagai substitusi LPG pada RT
▪ Mandatori biodiesel 30% pada 2025
7. 7
DIGITALISASI DI SEKTOR ENERGI
Smart grid memungkinkan fleksibilitas
supply dan demand, sehingga PLT EBT
dapat berkembang dengan memperha-
tikan keseimbangan sistem
1
Teknologi digital dan modernisasi infrastruktur
ketenagalistrikan adalah pendorong terkuat untuk
transisi energi yang sedang berlangsung. Untuk
menjaga stabilitas sistem ketenagalistrikan dan
mengakomodir peningkatan pemanfaatan energi
terbarukan.
Digitalisasi dalam sistem ketenagalistrikan antara lain:
Penyiapan aplikasi terintegrasi Single
Gateway SPKLU, menjadi pusat informasi
bagi pengguna untuk mengetahui lokasi
SPKLU/SPBKLU.
2
Permen ESDM No 26 Tahun 2021
tentang PLTS Atap mengamanatkan
mekanisme pelayanan berbasis
aplikasi. Sebagai informasi proses
pelayanan selama masa transisi masih
manual.
3
Digitalisasi dalam Aplikasi Pelayanan
o Kepastian SLA dan lebih cepat
o Pengajuan kapanpun dan
dimanapun
o Papperless
o Proses bisa dimonitor
Perizinan Online
➢ Perizinan Online EBTKE dapat diakses pada Perizinan.esdm.go.id/ebtke
:
1. Izin Panas Bumi
2. Rekomendasi Impor Barang
Panas Bumi
3. Registrasi Usaha Penunjang
Panas Bumi
4. Persetujuan FS Panas Bumi
5. Izin Gudang Handak Panas Bumi
6. Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Langsung Panas Bumi
7. Izin Usaha Niaga Bahan Bakar
Nabati
8. Rekomendasi Ekspor/Impor Bahan
Bakar Nabati
➢ Integrasi Sistem Perizinan EBTKE
Merupakan aplikasi sistem
informasi berbasis web yang
menampilkan berbagai
informasi geospasial (peta)
tematik sektor Energi dan
Mineral. Alamat:
https://onemap.esdm.go.id
Aplikasi One Map Indonesia
8. 8
ENABLING
FACTORS
Supply Demand
▪ Feedstock
▪ Harga Karbon
▪ Phase Down/
Retirement PLTU
▪ Power Wheeling
▪ Super Grid
▪ Power Wheeling
▪ Insentif fiskal dan non
fiskal
▪ Hibah dan Pinjaman
▪ Pendanaan /
Pembiayaan
▪ CCS/CCUS
▪ Hidrogen/ Energi
Baru
▪ Manajemen Energi
▪ SKEM
▪ Labelling
▪ KBLBB dan SPKLU
▪ Jaringan Gas Kota
▪ Kompor Induksi
▪ Efisiensi Energi
▪ Inovasi Konservasi
Energi
Dukungan
Kebijakan
▪ Insentif fiskal dan non
fiskal
▪ Hibah dan Pinjaman
▪ Pendanaan /
Pembiayaan
Infrastruktur
Dukungan
Pendanaan
R&D dan
Teknologi
Keekonomian & Teknologi
TANTANGAN PENGEMBANGAN EBT
1
Inovasi teknologi dan good engineering practices di
bidang EBT mendorong keamanan, keandalan sistem
tenaga listrik dan harga yang semakin kompetitif.
Infrastruktur
2
Ketersediaan infrastruktur pendukung dalam
pembangunan EBT yang dikembangkan secara in-situ.
Supply & Demand
3
Pengembangan pembangkit listrik EBT dan Non Listrik
mempertimbangkan keseimbangan supply &
pertumbuhan demand.
Pendanaan
4
Nilai investasi yang tinggi, keterbatasan pendanaan,
dan tingginya risiko pengembangan, dll.
Dinamika Sosial
5
Tata Kelola yang menyeimbangkan aspek
kemasyarakat (people centered development).
TANTANGAN & ENABLING FACTORS PENGEMBANGAN EBT
+
Kerjasama dan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan,
termasuk pengembangan sumber daya manusia, diperlukan untuk
mencapai Transisi Energi yang Adil dan memenuhi Tujuan Mitigasi
Perubahan Iklim.
9. 9
Dukungan pendidikan berbasis EBT dan teknologi reduksi emisi GRK berperan penting dalam implementasi transisi energi
Pendidikan/ Keahlian
Penyediaan Energi
Pemanfaatan
Energi
Tata Kelola & strategi bisnis
PLTS Atap, PLTS, PLTA, PLTP , PLTBm,
PLTBg, PLTSa, PLTB, PLT Arus Laut,
PLTN, Cofiring PLTU Batu Bara, Baterai,
Pump Storage, produksi Hidrogen,
CCS/CCUS
Kendaraan Listrik, penggunaan bahan
bakar nabati, penerapan hidrogen,
Kompor Induksi, Jargas, penggunaan
DME, CCS/CCUS, Penerapan
Manajemen Energi dan peralatan
SKEM, pasar karbon
Manajemen proyek,
Peraturan/kontrak, Akuntabilitas,
Insentif, Risiko, Investasi, Proses
Bisnis, Pedoman, Keberlanjutan
✓ Industri, Elektro, Mesin, Kimia, Fisika, Nuklir, Sipil, Planologi, Biologi, Pertanian,
Teknologi Informasi, informatika, Teknologi Pangan, K3 dan Lingkungan,
statistika, Geosains (termasuk pertambangan), kelautan
✓ Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, bisnis, administrasi perkantoran, Hukum
KEAHLIAN YANG DIPERLUKAN DALAM TRANSISI ENERGI
10. 10
JADILAH BAGIAN DARI
TRANSISI ENERGI INDONESIA
Indonesia punya peluang energi terbarukan yang belum
termanfaatkan optimal, mimpi besar transisi energi hanya
dapat diwujudkan melalui aksi nyata anak bangsa
Mulailah untuk berfikir berbuat sesuatu untuk memberi dampak bagi
lingkungan
Ikut terlibat secara langsung dan
memberikan sumbangsih dalam
pengembangan EBT serta mulai ikut
menerapkan/menggunakan EBT
Membantu sosialisasi/kampanye
pentingnya penggunaan EBT untuk
mendukung ketahanan energi
Menciptakan inovasi-inovasi di bidang
energi terbarukan, yang langsung dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Memanfaatkan limbah menjadi berkah,
melalui pembuatan biogas, pelet/briket
biomasa.
Memanfaatkan potensi setempat menjadi
bahan bakar, seperti pembuatan bioethanol
dari tanaman aren, sagu dll.
Melakukan pendampingan bagi
masyarakat dalam pengembangan EBT.
Mengembangkan start-up / internet of
things untuk aplikasi penghematan energi,
dll.
Peran Generasi Muda
1
5
2
3
4
6
7
11. Jl. Medan Merdeka Selatan No.18
Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10110
Terima
kasih
www.esdm.go.id
Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
@KementerianESDM
@kesdm
KementerianESDM
Ikuti kami di akun media sosial:
Untuk update berita dan informasi sektor ESDM