1. Kebijakan Penguatan Penerapan
Industri Hijau
Jakarta, 21 April 2022
Disampaikan Pada:
Seminar Nasional dengan Tema Penguatan Industri di Tengah Momentum
Presidensi G20 yang diselenggarakan oleh BSKJI Kemenperin
1
Oleh Pusat Industri Hijau
Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri
Kementerian Perindustrian
2. Arahan Presiden Jokowi tentang Ekonomi Hijau
"Green economy, green
technology and green product
harus diperkuat agar Indonesia
bisa bersaing di pasar global. Kita
memiliki kesempatan yang besar
masuk ke produk hijau dan
ekonomi hijau ini baik dari sisi
produksi, distribusi, dan
konsumsi” ~ Presiden Joko
Widodo (4 Mei 2021) 2
Presidensi G20 Indonesia 2022:
Jadi Contoh Atasi Perubahan Iklim
G20 harus menjadi katalisator pemulihan hijau dan
memastikan tidak ada satu pihak pun yang tertinggal.
Kita perlu pastikan bahwa transisi ke energi baru
terbarukan berjalan seiringan dengan prinsip energy
security, accessibility, and affordability
Presiden Joko Widodo ketika berbicara dalam KTT G20 sesi II dengan topik perubahan
iklim, energi dan lingkungan hidup di La Nuvola, Roma, Italia, Minggu, 31 Oktober 2021.
2
01
02
03
Pembangunan
Arsitektur
Kesehatan Global
Transformasi
Ekonomi Digital
Transisi Energi
3 Fokus Presidensi G20
Indonesia Tahun 2022
3. EKONOMI
HIJAU
Transisi
Energi
NZE
LCDI
Target & Strategi Net Zero Pada Sektor Kunci
Efisiensi energi 10% per PDB pada tahun 2060, produksi EV pada tahun 2025, 48% energi
terbarukan pada tahun 2030, menghapus subsidi bahan bakar fosil dan uji coba pasar
karbon.
Energi
Reboisasi, perlindungan hutan, restorasi lahan gambut dan bakau, serta pertanian
berkelanjutan.
Pertanian, Hutan, dan Tata Guna Lahan
Memastikan pengelolaan limbah yang tepat, memprioritaskan ekonomi sirkular,
mengurangi timbulan limbah per kapita hingga 70%, meningkatkan daur ulang air limbah
industri, efisiensi IPPU, meningkatkan produktivitas manufaktur, dan menciptakan
lapangan kerja baru.
Pengelolaan Limbah & Industri
Sumber:
Bappenas – A Green Economy for a Net-Zero Future: How Indonesia Can Build Back Better After COVID-19 with The Low Carbon Development Initiative (LCDI), 2021.
Ekonomi Hijau
3
4. LATAR BELAKANG PENERAPAN INDUSTRI HIJAU
Perlunya menyelaraskanpertumbuhan
ekonomi dengan perlindungan
lingkungan sesuai prinsip SDGs
(SustainableDevelopmentGoals)
Pembangunan industri
rendah karbon
Trend perdaganganproduk
industrisecara global
Shifting dari ekonomi liner kepada
ekonomi sirkular
Pengembanganproses produksi
mengarahke 4R (Reduce, Reuse,
Recycle, and Recovery)
Isu lingkungan yang harus dihadapi
industri:
penghapusanmerkuri dan bahan
berbahaya lain, penanganan limbah B3,
pengurangansampah laut program
,
5 6
4
1 2 3
4
5. UU 03/2014 tentang
Perindustrian
PP 29/2018
Pemberdayaan
Industri
Peraturan Presiden
59/2017 tentang
Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan
Pembangunan
Berkelanjutan
Circular Economy
Industri 4.0
Pembangunan Rendah Karbon
PP 41/2015
Pembangunan
Sumber Daya
Industri
PP 29/2018
Standar Industri Hijau paling sedikit
memuat ketentuan mengenai:
a. Bahan Baku, bahan penolong, dan
energi;
b. proses produksi;
c. produk;
d. manajemen pengusahaan; dan
e. pengelolaan limbah.
UU No. 3 Tahun 2014
• Perusahaan Industri dan Perusahaan
Kawasan Industri wajib memanfaatkan
sumber daya alam secara efisien, ramah
lingkungan, dan berkelanjutan
• Pemanfaatan sumber daya alam secara
ramah lingkungan dan berkelanjutan
dilakukan melalui pengurangan limbah,
penggunaan kembali, pengolahan kembali,
dan pemulihan.
UU No.6 Tahun 2016
Tentang Pengesahan
Paris Agreement
UU 11/2020 ttg
Cipta Kerja
PP 28/2021 ttg
Penyelenggaraan
Bidang Perindustrian
PP 28/2021
Menegaskan adanya
pengendalian dan
pengawasan terkait: efisiensi
sumber daya, manajemen
energi, manajemen air, dan
Penerapan Standar Industri
Hijau.
DASAR HUKUM PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU
Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
5
6. 4R (Reduce, Reuse,
Recycle, Recovery)
Material, water,
and energy
saving
Alternative
energy
Eco and human
friendly material
New and low
carbon technology
Integrated waste
management
PILAR INDUSTRI HIJAU
Menghijaukan
Industri
Eksisting
1
Penciptaan
Industri Hijau
Baru
2
Perindustrian diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju,
serta Industri Hijau (UU No. 3/2014 Pasal 3 huruf c).
Industri Hijau adalah Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan Industri dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Strategi Industri Hijau
Efisiensi
Biaya
Produksi
Peningkatan
daya saing
mencegah
pencemaran dan
perusakan
lingkungan 6
STRATEGI DAN PILAR DARI INDUSTRI HIJAU
7. Efisiensi dan
ketahanan air sektor
industri
Penerapan
ekonomi sirkular
dan 4R
Penurunan GRK,
emisi, polusi,
dan limbah
Efisiensi energi dan
pemanfaatan energi
bersih/EBT
Peningkatan
pekerjaan hijau
(Green Jobs)
Pengembangan
produk hijau
Peningkatan
efisiensi produksi
dan sumber daya
Arah Kebijakan Industri Hijau untuk Daya Saing Ekonomi yang Berkelanjutan
Standar dan Sertifikasi
Industri Hijau (SIH)
1
Penghargaan Industri
Hijau (PIH)
2
Penurunan Gas Rumah Kaca
dan Pembangunan Rendah
Karbon (PRK)
3
Efisiensi Energi, Air,
dan Pemanfaatan EBT
4
Fasilitasi Fiskal
dan Non Fiskal
5
Penerapan Ekonomi
Sirkular
6
Kawasan Industri Hijau
7
IKM Hijau
8
Jasa Industri Baru
dan Hijau
9
INISIATIF KUNCI INDUSTRI HIJAU
7
8. 2015/2016 2020 2030 2045 ≤ 2060
Persetujuan
Paris
Pembangunan
Rendah Karbon
dan
Berketahanan
Iklim
Target
NDC Indonesia
(Nationally
Determined
Contributions)
Karbon Netral
Indonesia
Agenda 100
Tahun Indonesia
Merdeka
Dari Persetujuan Paris Menuju Karbon Netral 2060
8
10. 10
1) Timeline pencapaian strategis mencapai net zero emission di sektor energi.
2) Peta Jalan ini akan menjadi bentuk komitmen bersama antara pemerintah dan para pemangku kepentingan mencapai NZE 2060.
*) PLTU pada Wilus PLN dan Non-PLN:
Maksimal 30 tahun dan IPP 25-30tahun (sesuai PPA)
Penurunan impor LPG dengan kompor Induksi untuk
18,2 juta RT.
Kendaraan Listrik 2 jt mobil dan 13 juta motor
Jargas untuk 10 juta rumah,
Mobil BBG 300 rb
Pemanfatan DME substitusi LPG untuk 20,4 juta RT
Penerapan Manajemen Energi dan SKEM
Supply:
Tidak ada penambahan pembangkit fosil
Tidak ada PLTD lagi
Retirement PLTU 6 GW*)
Pembangunan Pembangkit EBT: PLTS 99 GW, Hydro 3,1
GW, Bioenergi 3,1 GW dan PLTP 5,6 GW
Pemanfaatan Hidrogen 328 MW
Penggunaan Baterai 7 GW
Demand:
Penggunaan kompor Induksi untuk 28,2 juta RT.
Kendaraan listrik 5,7 juta mobil dan 46,3 juta motor
Jargas untuk 15,3 juta rumah.
Mobil BBG 800 ribu
Penggunaan kompor Induksi untuk 38,2 juta RT.
Kendaraan listrik 12,3 juta mobil dan 105 juta motor
Jargas untuk 20,3 juta rumah.
Mobil BBG 2 juta
Supply:
Retirement PLTU 31 GW*)
Pembangunan Pembangkit EBT: PLTS 180,2 GW, PLTB
17,5 GW, Hydro 13,7 GW, Bioenergi 23 GW, PLTP 3 GW,
PLTAL 1,3 GW dan Nuklir 5 GW
Pemanfaatan Hidrogen 9 GW
Penggunaan Baterai 151 GW
Demand:
Penggunaan kompor Induksi untuk 48,2 juta RT.
Kendaraan listrik 38,2 juta mobil dan 205 juta motor
Jargas untuk 23,4 juta rumah.
Mobil BBG 2,8 juta
Supply:
RetirementPLTU 8 GW*)
RetirementPLTGU 8 GW
Pembangunan Pembangkit EBT: 8,2 GW, PLTB 11,6 GW,
Hydro 37,9 GW, Bioenergi 2,1 GW, PLTP 3 GW, PLTAL
12,1 GW dan Nuklir 30 GW
Pemanfaatan Hidrogen 52 GW
Penggunaan Baterai 140 GW
Demand:
Penggunaan kompor Induksi untuk 58 juta RT.
Kendaraan listrik 69,6 juta mobil dan 229 juta motor
Jargas untuk 23,9 juta rumah.
2021 – 2025 2026 – 2030
Supply:
Pembangunan PLT EBT 10,3 GW pengganti PLTU
Demand:
2031– 2035 2036 – 2040
Supply:
RetirementPLTU 3 GW*)
Pembangunan Pembangkit EBT: PLTS 68,5 GW, PLTB 9,4
GW, Hydro 3,7 GW, Bioenergi 7,8 GW, dan PLTP 1 GW
Pemanfaatan Hidrogen 332 MW
Penggunaan Baterai46 GW
Demand:
2041– 2050 2051 – 2060
2035: Penurunan emisi 475 Juta ton CO2
2025: Penurunan emisi 198 Juta ton CO2
2030: Penurunan emisi 314 Juta ton CO2 2040: Penurunan emisi 796 Juta ton CO2
2050: Penurunan emisi 956 Juta ton CO2
2060: Penurunan emisi 1.526 Juta ton CO2
Teknologi rendah emisi yang inovatif seperti CCS/CCUS dapat diterapkan dalam kondisi tertentu pada pembangkit listrik fosil yang ada untuk
mempercepat pengurangan emisi dalam peralihan ke energi yang lebih bersih dan lebih hijau
Direktorat Jenderal EBTKE @2022
Supply:
Implementasi PLTS Atap 3,6 GW
Pembangunan PLT EBT kapasitas 10,6 GW
Gasifikasi pembangkit gas 1,7 GW
Take out PLTU 8,8 GW pada RUPTL
Konversi PLTD ke Pembangkit EBT
PLTGU0,8 GW sebagai pengganti PLTU
Demand:
Penurunan impor LPG dengan kompor Induksi untuk 8,2 juta
RT.
Kendaraan listrik 400 ribu mobil dan 1,7 juta motor
Jargasuntuk 5,2 juta rumah.
Mobil BBG 100 rb
Penerapan Manajemen Energi dan SKEM
PETA JALAN TRANSISI ENERGI MENUJU KARBON NETRAL
11. AIR
PRODUK
EMISI GAS
RUMAH KACA
PENGELOLAAN
LIMBAH
PROSES
PRODUKSI
Efisiensi penggunaan sumber
daya air dan peningkatan daur
ulang
memenuhi persyaratan
mutu, termasuk
kemasannya
Digitalisasi dan optimalisasi
kinerja proses produksi
Penggunaan teknologi yang
efektif untuk memenuhi
ketentuan baku mutu
lingkungan dan penerapan
ekonomi sirkular
Peningkatan mitigasi GRK
sesuai peta jalan NDC menuju
Karbon Netral 2060
BAHAN BAKU
ENERGI
Efisiensi material & Penggunaan Bahan
Baku/bahan penolong yang ramah
lingkungan (Green Material)
Transisi energi:manajemen
dan efisiensi energi serta
penggunaan energi baru dan
terbarukan
PENERAPAN DAN ASPEK UTAMA INDUSTRI HIJAU
11
12. 12
Inisiatif Kunci Industri Hijau
Energy and resource efficiency;
Electrification;
Solar heating and biomass;
Innovation and new business models (e.g.
bio-refineries);
Industrial symbioses and resource reuse.
Skenario Dekarbonisasi menuju Karbon Netral 2060
melalui Penerapan Industri Hijau
Strategi dekarbonisasi Sektor Industri
Secara Umum
1. Standar Industri Hijau
2. Penghargaan Industri Hijau
3. Penurunan GRK dan Pembangunan Rendah Karbon
(Penerapan Teknologi Rendah Karbon dan Peralatan
Hemat Energi CHP, RDF (Refuse Derived Fuel),
WHR, CCUS, dst)
4. Efisiensi Energi, Air, dan Pemantauan EBT
5. Fasilitasi Fiskal dan Non Fiskal (Green Public
Procurement (GPP) Memberikan Prioritas kepada
produk tersertifikasi SIH dalam pengadaan B/J
Pemerintah, Sertifikasi, Pendampingan)
6. Pengelolaan Limbah B3 & Penerapan Ekonomi Sirkular
7. Pengembangan Kawasan Industri Hijau
8. Pengembangan IKM Hijau
9. Jasa Industri Baru dan Hijau
13. Kegiatan Aksi Pengendalian Perubahan Iklim dan Transisi Energi Sektor Industri
Menyusun baseline dan proyeksi penurunan emisi GRK
Sesuai NDC 2030 telah disusun (2020 -- 2030)
Sesuai NZE 2060 sedang disusun
Menyusun Buku Pedoman MRV
(Monitoring, Reporting and
Verification) GRK dan Pedoman
Teknis Mitigasi (efisiensi energi
dan pengelolaan limbah)
1 2
Membangun Sistem Pelaporan
Online (e-reporting) yang
terintegrasi dengan SIINAS
3
Melakukan verifikasi pelaporan secara rutin, pelatihan,
dan pengembangan kapasitas, serta Fasilitasi/insentif
4
Menyusun Standar Industri Hijau dan Penghargaan
Industri Hijau ( Emisi GRK, IKE, EBT, dan efisiensi material
menjadi parameter dalam SIH dan PIH)
5
13
14. Data Capaian Pengembangan Industri Hijau Tahun 2021
Penghargaan Industri Hijau 2021
Pembinaan Industri Hijau
Peserta
1078 Peserta
70 Peserta
204
Bimtek Akbar Industri Hijau Campaign Industri Hijau Inhouse Training Manajemen Energi
dan Gas Rumah Kaca
152
Jumlah Industri
Peserta
31
44
14
Standar Industri Hijau
(SIH)
Jumlah Industri
tersertifikasi Standar
Industri Hijau (SIH)
Lembaga Sertifikasi
Industri Hijau (LSIH)
Sertifikasi Industri Hijau s/d 2021
14
Solar Panel:
6.244.000
GJ
Biofuel:
1000 GJ
Biomasa:
41.141.000
GJ
Lainnya:
726.000
GJ
Pemanfaatan
Energi Baru dan Terbarukan
15. TANTANGAN TRANSISI ENERGI
Tantangan kedua, terkait dengan masalah
pendanaan, dimana proses transisi energi
membutuhkan dana yang sangat besar.
Tantangan ketiga adalah dukungan riset dan
teknologi untuk menghasilkan teknologi
baru yang lebih efisien dan lebih kompetitif
Pertama terkait dengan akses energi bersih, dunia
menghadapi kenyataan bahwa tidak semua warga
dunia memiliki akses pada energi yang terjangkau,
andal, berkelanjutan, dan modern.
01
02
03
15
16. 16
TANTANGAN KARBON NETRAL DAN MITIGASI GRK SEKTOR INDUSTRI
01
02
03
Instrumen pendanaan rendah karbon atau green/sustainable financing seperti Green Bond,
Green Sukuk, dana lingkungan hidup (BPDLH) telah tersedia namun secara operasional belum
dapat diakses/dimanfaatkan oleh sektor industri secara optimal;
Pengembangan EBT dan pasokan yang stabil untuk industri akan mempercepat capaian karbon
netral sektor industri
Insentif baik fiskal dan non fiskal dapat mendorong industri dalam peningkatan capaian target
Energi efisiensi dan penurunan GRK.
04 Perlu adanya rekomendasi teknologi dan restrukturisasi permesinan dengan teknologi efisien
energi dan karbon rendah.
Perdagangan Karbon (ETS) akan mendukung penurunan emisi GRK sektor industri sedangkan
untuk pajak karbon masih perlu waktu untuk diterapkan karena kalau diterapkan saat ini hanya
akan menambah beban daya saing industri.
05
06 Green Product Procurement perlu dipercepat dengan menambah jumlah produk yang telah
tersertifikasi SIH dalam prioritas pengadaan barang pemerintah (green e-katalog)
17. Tantangan Industri Daur Ulang dan Sirkular Ekonomi
Kesadaran konsumen.
Pemilahan, pengumpulan, dan pengangkutan limbah
yang dapat didaur ulang.
Perizinan pemanfaatan limbah B3 (yang memiliki
potensi untuk dimanfaatkan sebagai substitusi material
atau energi).
Masih didominasi sektor informal.
Kelengkapan & akurasi data sampah (jumlah & lokasi).
17
18. Potensi Kerja sama dan Investasi
Peralatan industri (motors,
compressors, pumps,
transformers, dsb.)
Peralatan Industri yang
Efisien Energi
E-bike, e-car, e Scooter,
baterai dan seluruh
komponennya
Kendaraan Listrik
Solar PV dan seluruh
komponennya
Industri Energi Surya
Ko-gen, CHP (Combined Heat and
Power), WHR, Waste to Energy,
CCHP, dsb.
Teknologi Rendah Karbon
18
19. 19
Prioritas Tindak Lanjut dan Program Kedepan
Penambahan SIH baru dan
Revisi
Pendampingan Intensif
Industri dalam rangka
sertifikasi IH
Sertifikasi Industri Hijau
Dibayar Pemerintah (SIHDP)
Harmonisasi Kebijakan
Pengelolaan Limbah B3, Transisi
Energi, Perdagangan Karbon, Batas
Atas Emisi, Harga EBT, EV, dll.
Substitusi Impor dengan Bahan
Ramah Lingkungan Hasil
Industri Daur Ulang
Pengembangan Jasa Industri
Hijau di Balai/UPT di bawah
Kemenperin
Penyediakan Buku Pedoman
dan Pelatihan bagi Industri
Green ISO (Energi, Air, LCA, dst),
Perhitungan GRK, dan Simulasi
Perdagangan Karbon, IKM Hijau, dll
Peningkatan praktik Green
Public Procurement (GPP)
Menambah Produk SIH dalam e katalog
produk ramah lingkungan
20. 20
Pusat Industri Hijau
Gedung Kementerian Perindustrian Lt 20
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta
Selatan
Hotline : (021) 5252746
T : (021) 5255509 Ext. 4042
F : (021) 5252746
E : industrihijaukemenperin@gmail.com
W : www.kemenperin.go.id
24. INDUSTRI
SEMEN
1. Penggunaan Bahan Bakar Alternatif RDF,
2. Penggunaan High Momentum Burner
3. Melakukan Calciner Improvement
4. Penggunaan Waste Heat Recovery
Power Generator
5. Inverter Power Saving
1. Substitusi sumber panas dari high
pressure steam (HPS) ke medium
pressure steam (MPS) pada
Pengering Saringan Molekuler
2. Mengganti teknologi exhaust
processing dari metode Cryogenic
ke Permeable Membrane
3. Optimasi gas buang (tail gas)
sebagai bahan bakar
4. Meningkatkan isolasi reformer
5. Menurunkan rasio Steam to Carbon
1. Pemanfaatan Waste Water Biogas
2. Penggunaan Biomass Boiler
3. Efisiensi Energi di Boiler Waste Heat
Recovery, Sistem Steam, Electric
Motors, Thermal dan Electricity
1. Pemulihan panas pada pabrik sinter
2. Program pemanasan dalam
pembuatan kokas
3. Perbaikan proses dengan
penggantian teknologi smelter dan
penggunaan scrap
INDUSTRI
PUPUK INDUSTRI
PULP KERTAS
INDUSTRI
BESI BAJA
Sumber : Profil Emisi Gas Rumah Kaca di Sektor
Industri, Kemenperin 2018)
PROGRAM EFISIENSI ENERGI DI INDUSTRI
25. INDUSTRI
KACA
KERAMIK
1. Pemasangan Roof Top PV Cells
2. Penggunaan Alumina Ball Mill Linings &
Media
3. Penggunaan Heat Recovery ke Dryer,
Pre-heated Combustion Air, Heat
Recovery ke Spray Dryer
Spinning :
1. Pemasangan Variable Frequency Drives
(VFD) pada mesin Autoconer
2. Pemasangan drive frekuensi variabel (VFD)
untuk motor pompa pencuci di plant
humidifikasi
3. Penggantian impeler kipas aluminium alloy
eksisting dengan FRP atau impeler fiberglass
yang diperkuat plastik
Weaving :
1. Penggunaan arus balik-arus untuk proses
cuci
2. Penggunaan kumparan uap sebagai
pengganti pemanasan uap langsung dalam
mesin pencelupan (winch dan jigger)
3. Konversi sistem pemanas fluida termik
untuk mengarahkan sistem pembakaran gas
pada stenter dan pengering
1. Penggunaan Feedwater Economizers
untuk Waste Heat Recovery
2. Menerapkan reduced compressor
working pressure
3. Industri yang menggunakan udara
terkompresi untuk berbagai proses,
menggunakan berbagai jenis
pengering termasuk pengering
berpendingin, baik cycling maupun
noncycling
4. Pemulihan panas dari air daur ulang
sebelum kondensor
5. Pemulihan uap selama sterilisasi
1. Pemantauan steam trap online
2. Penggunaan Electro Static Precipitator (ESP)
Boiler dan Absorpsi chiller
INDUSTRI
TEKSTIL INDUSTRI
MAKANAN
MINUMAN
INDUSTRI
KIMIA
Sumber : Profil Emisi Gas Rumah Kaca di Sektor
Industri, Kemenperin (2018)
PROGRAM EFISIENSI ENERGI DI INDUSTRI (2)
26. Aksi Mitigasi
Potensi Penurunan
(Ton CO2e)
Abatement Cost
(USD / Ton CO2e)
Total Biaya
(USD)
Inverter Power Saving 318.050 -83 -26.506.609
WHRPG 2.155.850 -33 -71.767.473
Calciner Improvement 1.496.350 -27 -39.974.487
Blended Cement PCC 2.830.480 -19 -52.496.167
High Momentum Burner 466.284 -15 -7.019.447
Blended Cement PPC 2.830.480 -11 -31.039.233
AFR-RDF (avg. material
cost) 4.006.300 -9 -37.581.265
INDUSTRI SEMEN
Aksi Mitigasi
Potensi Penurunan
(Ton CO2e)
Abatement Cost
(USD / Ton CO2e)
Total Biaya
(USD)
Replacement of Coal for energy to NG in East
Kalimantan and South Sumatera factories 960 -112,705 -108.211,0
Switch HS to MS as dryer at Mol Sieve 3,0 -105,17 -320,6
Install Pressure Release at 132 F 28,0 -100,80 -2.822,4
Switch Cryogenic to membrane at PGRU 150,4 -100,65 -15.137,2
Optimization tail gas as fuel 75,2 -100,40 -7.544,8
Install Integration Line for Start-up 102,6 -75,75 -7.772,0
Instal new PHE at CO2 stripper 297,0 9,55 2.835,5
Install CO2 liquefaction plant 140,5 20,85 2.929,1
INDUSTRI PUPUK
Dalam pencapaian target NDC
untuk CM2 sebesar 41%, maka
dibutuhkan bantuan dari luar.
Kementerian Perindustrian pada
tahun 2019 telah membuat Estimasi
Nilai Investasi untuk Aksi Mitigasi di
4 Sektor Industri.
(-) menunjukkan biaya dalam USD
yang harus dikeluarkan oleh
industri untuk mengurangi 1 ton
CO2 equivalent
27. Revitalisasi dan Restrukturisasi Mesin Industri
Revitalisasi Mesin di Industri Tekstil dan Alas Kaki
(2007–2015) dg anggaran Rp. 1,18 T dan telah
mendorong kegiatan investasi mesin/peralatan
sebesar Rp. 14,84 T, peningkatan produktivitas
sebesar 6-10%, efisiensi energi sebesar 25% dan
penyerapan tenaga kerja sebesar 17%.
Revitalisasi Mesin di Industri Gula, (2010-2012)
mampu meningkatkan efektifitas giling dengan
performa 91,48%;
Retrukturisasi di Industri Pupuk sesuai dengan
Instruksi Presiden No. 2 tahun 2010, untuk 4 Pabrik
Pupuk (PKC, PKG, PKT, Pusri)
Bantuan Revitalisasi mesin/peralatan untuk IKM (2017 –
sekarang)
Kredit Karbon Joint Crediting Mechanism (JCM),
Indonesia - Jepang
Refrigetor for Cold Storage and for frozen food Industry (PT.
Adib Global Food Supplay-2016)
Semen Indonesia, Penurunan emisi CO2 dg
memanfaatkan gas buang sebagai pembangkit listrik
(Waste Heat Recovery Power Generator, WHRPG) dg
kapasitas WHRPG sebesar 26 MVA (2017)
Chiller at Textile Factory (PT. Primatexco Factory & PT.
Nikawa Textile Industries-2018)
Energy Efficiency Waste Paper Production (PT. Fajar Surya
Wisesa Factory-2019)
Air Saving loom (PT. Indonesia Synthetic Textile Milles, PT.
Easterntex & PT. Century Textile Industry-2019)
FASILITASI NON FISKAL – KERJASAMA PENDANAAN
28. Proyek Penggunaan RDF pada
Industri Semen dan Kerjasama
Project CDM (Clean Development
Mechanism)
Pemerintah perlu mendorong
PEMDA untuk mengolah limbah
domestik menjadi RDF, khususnya
daerah yang terdapat pabrik
semen di wilayahnya, sebagai salah
satu solusi persampahan saat ini
(Pilot project sudah dijalankan di
TPA Jeruk Legi Cilacap bekerja
sama dengan PT Solusi Bangun
Indonesia Plant Cilacap)
Proyek CDM pada Industri Semen dg
mendapatkan Certied Emission
Reduction dari UNFCC untuk : PT
Holcim Indonesia (2011-2012); PT.
Indocement TP (2005-2014)
Bantuan IPAL pada Sentra Industri
dan Pilot Project Mini Depo
Bantuan IPAL mobile di daerah
Muncar dan Magetan (Jawa Timur),
Padang (Sumatera Barat), Sukaregang
– Garut (Jawa Barat)
Pilot Project Mini Depo bekerjasama
dengan UNDP di Cirebon (2019),
dengan harapan ke depannya dapat
direplikasi di daerah lainnya
Proyek Indonesia – Jepang melalui
Energy Conservation Center Japan
(ECCJ)
Pilot Project Energy Management
System (EnMS) di Sektor Industri
kerjasama dengan Energy
Conservation Center Japan)
(2014 – 2017) untuk total 9
Perusahaan di Industri Semen,
Baja, Pulp-Kertas, Tekstil
FASILITASI NON FISKAL – KERJASAMA PENDANAAN