Surat berharga adalah dokumen yang diterbitkan oleh perusahaan sebagai bukti utang untuk membayar jumlah uang tertentu. Terdapat beberapa jenis surat berharga seperti wesel, cek, saham, dan surat sanggup yang masing-masing memiliki syarat formal yang berbeda.
1. Surat Berharga
Dalam bahasa Belanda disebut dengan “waarde paper”,sedangkan dalam bahasa inggris disebut
dengan istilah “negotiable instrument”. Yang dimaksud dengan surat berharga adalah sebuah
dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran
sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang didalamnya berisikan suatu perintah
untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang diberikan
surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga kepada siapa surat berharga tersebut telah
dialihkan. (Munir Fuady, 2008:163)
Surat berharga atau commercial paper (negotiable instruments) merupakan alat bayar dalam
transaksi perdagangan modern saat ini. Surat berharga ini digunakan sebagai pengganti uang yang
selama ini telah digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan khususnya oleh kalangan pebisnis
atau para pengusaha. Hal ini disebabkan karena menggunakan surat berharga dianggap lebih aman,
praktis, dan merupakan suatu presitse tersendiri (lebih bonafit), sedang ”mode atau trend” , surat
berharga sudah menjadi komoditi dalam kegiatan bisnis atau objek perjanjian, sehingga lebih
menguntungkan dan lebih bervariasi (Joni Emirzon, 2001:7)
Secara Yuridis, suatu surat berharga mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Sebagai alat pembayaran (alat tukar)
2) Sebagaialat Pemindah hak tagih (karena dapat diperjualbelikan)
3) Sebagai surat legistimasi ( surat bukti hak tagih)
Jika dlihat dari segi fungsinya, dikenal tiga macam surat berharga, yakni sebagai berikut :
1. Surat Yang Bersifat Hukum Kebendaan (zakenrechtlijke papieren) contoh: surat berharga
golongan ini adalah konosemen(bill of lading)
2. Surat tanda keanggotaan dari suatu persekutuan (lidmaatschaps papieren) contoh: surat
berharga golongan ini adalah surat saham.
3. Surat tagihan hutang (schuldvorderingspapieren) contoh : surat berharga golongan ini adalah
wasel, cek, surat sanggup, dan lain-lain.
Surat berharga diatur dalam Perundang undangan sebagai berikut :
Kitab UNdang-Undang Hukum Dagang, missal terhadap cek wesel aksep dan promes.
Perundang-undangan lain untuk surat berharga lain
Secara fisik, surat berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi menganggap dia begitu
kuatnya mengingat secara hokum. Adapun yang merupakan kausa yuridis sehingga, suatu surat
berharga mempunyai kekuatan mengikat tersimpul dalam empat teori sebagai berikut (Munir Fuady,
2008:104) :
2. Teori Kreasi (creatietheorie)
Menurut teori ini, sebabnya surat berharga penerbitnya adalah karena tindakan penerbit
menandatangani surat berharga tersebut. Karena pendatangan tersebut, penerbit terikat, meskipun
pihak pemegang surat berharga sudah beralih kepada pihak lain dari pemegang semula.
Teori Kepatutan (redelijkheidstheorie)
Teori ini hampir sama dengan teori kreasi, tetapi dengan pembatasan tertentu. Menurut teori
kepatutan ini penerbit surat berharga terikat dan harus membayar surat berharga kepada siapun
pemegangnya. Akan tetapi, jika pemegang surat berharga tergolong “tidak pantas”, misalnya surat
berharga tersebut diperoleh dengan jalan mencurinya, maka penerbit surat berharga tidak terikat
untuk membayar kepada orang tersebut.
Teori Perjanjian (overeenkomstheorie)
Menurut teori ini sebabnya surat berharga mengikat penerbitnya adalah karena penerbit telah
membuat suatu perjanjian dengan pihjak pemegang surat berharga tersebut, yakni perjanjian untuk
membayarnya, termasuk jika surat berharga tersebut dialihkan kepada pihak ketiga.
Teori Penunjukan (vertoningstheorie)
Menurut teori ini sebabnya surat berharga mengikat penerbitnya adalah karena pihak pemegang
surat berharga tersebut menunjukan surat berharga tersebut kepada penerbit untuk mendapat
pembayarannya. Sebelum surat berharga tersebut ditunjukan kepada penerbit, menurut teori ini,
keterikatan dari penerbit untuk membayar belum ada.
Model Surat Berharga
Wesel
Wesel dalam bahasa belanda disebut dengan istilah “wissel”, dalam bahasa jerman disebut dengan
istilah “wechsel”, dan dalam bahasa Prancis disebut dengan istilah “letter de change”. Dalam teori
system hokum angio saxon untuk wesel ini disebut dengan istilah “ bill Of Exchange”. Wesel
merupakan suatu surat berharga bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, yang
merupakan perintah tanpa syarat oleh penarik (penerbit) untuk membayar kepada pihak pemegang
tersebut (tertunjuk) , pembayarannya mana dilakukan oleh pihak pembayar (tertarik) (Munir Fuady,
2008:165)
Dalam pengertian lainWesel adalah surat berharga yang memuat kata wessel di dalamnya, diberikan
tanggal dan ditandatangani di suatu tempat, dalam mana si penerbit memberi perintah tanpa syarat
kepada tersangkut untuk pada hari bayar membayar sejumlah uang kepada orang (penerima) yang
ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya di suatu tempat tertentu. Syarat-syarat formil bagi suatu
wessel diatur dalam pasal 100 KUHD bahwa suatu surat wessel harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
Kata “wesel”, disebut dalam teksnya sendiri dan di istilahkan dalam bahasa surat itu.
3. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
Nama si pembayar/tertarik.
Penetapan hari bayar.
Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
Nama Orang/pihak kepada siapa atau pihak lain yang ditunjuk olehnya pembayaran harus dilakukan.
Tanggal dan tempat ditariknya surat wesel.
Tanda tangan pihak yang mengeluarkan (penarik).
Kedelapan syarat tersebut diatas harus selalu tercantum dalam surat wesel. Tidak dipenuhinya salah
satu syarat tersebut maka surat itu tidak berlaku sebagai surat wesel kecuai dalam hal-hal berikut:
Kalau tidak ditetapkan hari bayarnya maka wesel itu dianggap harus dibayar pada hari
ditunjukkannya (wesel tunjuk).
Kalau tidak ditetapkan tempat pembayaran tempat yang ditulis disamping namavtertarik dianggap
sebagai tempat pembayaran dari tempat dimana tertarik berdomisili.
Kalau tidak disebutkan tempat wesel itu ditarik, maka tempat yang disebut disamping nama penarik
dianggap tempat ditariknya wesel itu.
Bagi surat wesel yang penyimpangannya tidak seperti tersebut di atas, maka surat wesel itu bukan
wesel yang sah, dan pertanggunganjawabannya dibebankan kepada orang yang menandangani surat
wesel itu.
Cek
Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana penerbitannya
memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang namanya
disebut dalam cek, penggantinya, pembawanya pada saat ditunjukkan. Dalam pasal 178 KUHD
ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu cek dan kalau salah satu syarat dalam pasal,
tersebut tidak dipenuhi, maka kertas itu tidak dapat diperlakukan sebagai cek.
Syarat-syarat cek tersebut adalah:
Pada setiap cek harus terdapat kata cek dan dinyatakan dalam bahasa cek itu ditulis.
Perintah tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.
Nama orang (bankir) yang harus membayar.
Penunjukkan tempat dimana pembayaran harus terjadi.
Penyebutan tanggal serta ‘tempat dimana cek ditertibkan.
Tanda tangan dari orang yang menerbitkan cek.
4. Surat sanggup
Surat sanggup adalah surat berharga yang memuat kata “aksep” atau promes dalam mana penerbit
menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada orang yang disebut dalam surat sanggup itu
atau penggantinya atau pembawanya pada hari bayar.
Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan surat sanggup kepada
pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN Purwosutjipto, menyebutkan surat sanggup
kepada pengganti dengan “surat sanggup” saja, sedangkan surat sanggup kepada pembawa
disebutnya “surat promes”.
Surat sanggup mirip dengan surat wesel, tetapi berapa syarat pada surat wesel tidak berlaku pada
surat sanggup, perbedaannya dengan surat wesel adalah:
Surat sanggup tidak mempunyai tersangkut.
Penerbit dalam surat sanggup tidak memberi perintah untuk membayar, tetapi menyanggupi untuk
membayar.
Penerbit surat sanggub tidak menjadi debitur regres, tetapi debitur surat sanggup.
Penerbit tidalk menjamin seperti pada penerbit wesel, tetapi melakukan pembayaran sendiri sebagai
debitur surat sanggup.
Penerbit surat sanggup merangkap kedudukan sebagai akseptan pada wesel yaitu mengikatkan diri
untuk membayar.
Sebagaimana dengan surat wesel, Undang-Undang juga mengharuskan adanya berapa syarat yang
harus terdapat dalam surat sanggup supaya dapat disebutkan surat seperti yang diatur dalam pasal
174 KUH Dagang, yaitu :
Baik clausula: “sanggub”, maupun nama “surat sanggub” atau promes atas pengganti yang
dimuatkan didalam teks sendiri, dan dinyatakan dalam bahasa dengan mana surat itu disebutkan .
Janji yang tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.
Penunjukan hari gugur.
Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus terjadi.
Nama orang, kepada siapa atau kepada penggantinya pembayaran itu harus dilakukan.
Penyebutan hari penanggalan, beserta tempat, dimana surat sanggub itu ditanda tangani.
Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat itu.
Bilyet giro
Bilyet Giro adalah surat perintah tak bersayarat dari nasabah yang telah dibakukan bentuknya
kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening giro yang
bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya, kepada bank yang sama atau
5. kepada bank lainnya (Purwosutjipto). Dengan demikian pembayaran dana Bilyet Giro tidak dapat
dilakukan dengan uang tunai dan tidak dapat di pindah tangan kan melalui endosemen (SK Direksi
Bank Indonesia No.4/670, Sub 1). Kedudukan Bilyet Giro dengan cek hampir sama, hanya bedanya
cek adalah alat pembayaran tunai sedangkan bilyet giro merupakan alat pembayaran yang bersifat
giral, dengan cara memindahbukukan sejumlah dana dari si penerbit.
Pengaturan mengenai Bilyet Giro ini didasarkan kepada SEBI No. 4/670
UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972 yang berisikan tentang :
Pengertian dari bilyet giro.
Bentuk bilyet giro.
Tenggang waktu berlakunya bilyet giro.
Pengisian bilyet giro.
Kewajiban menyediakan dana dan sanksi bilyet giro kosong.
Pembatalan bilyet giro.
Tata cara perhitungan bilyet giro antar bank setempat.
Penyimpangan bentuk/masa peralihan.
Persyaratan Formal Surat Berharga
Syarat-syarat penerbitan surat berharga komersial ini dapat ditemukan pada ketentuan pasal 2
sampai dengan pasal 5 dari Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/52/KEP/DIR tanggal 11
Agustus 1995 yaitu :
Kriteria
Berjangka waktu paling lama 270 (dua ratus tujuh puluh) hari
Diterbitkan oleh perusahaan bukan bank dalam Pasal 1 angka 9 surat keputusan ini.
Mencantumkan
surat sanggup dan kata-kata “Surat Sanggup” di dalam teksnya dan dinyatakan dalam bahasa
Indonesia.
· Janji tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
· Penetapan hari bayar
· Penetapan pembayaran
· Nama pihak yang harus menerima pembayaran atau penggantinya
· Tanggal dan tempat surat sanggup diterbitkan
6. · Tanda tangan penerbit
Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa
tujuan pemodai membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut. Masyarakat
pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan speculator. Investor disini adalah masyarakat yang
membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatkan deviden dan capitat gain
dalam jangka panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera
dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa
saham memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain.
Ada berbagai definisi saham yang telah dikemukakan oleh para ahli maupun berbagai buku-buku
teks, antara lain:
a) Menurut Gitman:
Saham adalah bentuk paling murni dan sederhana dari kepemilikan perusahaan. (Gitman:2000, 7)
b) Menurut Bernstein:
Saham adalah selembar kertas yang menyatakan kepemilikan dari sebagian perusahaaan.
(Bernstein:1995, 197)
c) Menurut Mishkin:
Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah
perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang
peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen
keuangan. (Mishkin:2001, 4).
Jenis Saham :
Dalam transaksi jual-beli di Bursa Efek, saham atau sering pula disebut shares merupakan instrumen
yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat diterbitkan dengan cara atas nama
atau atas iinjuk. Selanjutnya saham dapat dibedakan antara saham biasa (common stoks) dan saham
preferen (preffered stocks).
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah efek dari penyertaan pemilikan (equity security) dari badan usaha yang
berbentuk Perseroan Terbatas. Saham biasa memberikan jaminan untuk turut serta daiam
pembagian laba daiam bentuk deviden, apabila perusahaan tersebut memperoleh laba.
Menurut Dahlan Siamat (1995:385), ciri - ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:
1) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
2) Memiliki hak suara (one share one vote).
7. 3) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut dilakukan setelah semua
kewajiban perusahaan dilunasi.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa.
Adapun ciri - eiri dari saham preferen menurut Dahlan Siamat (1995:385)adalah:
1) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden.
2) Tidak memiliki hak suara,
3) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.
4) Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur
apabila perusahaan dilikuidasi.
Harga Saham :
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang
menerbitkan kertas (saham) tersebut. Seiembar saham mempunyai niiai atau harga. Menurut
Sawidji Widoatmojo (1996;46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga):
a. Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oieh emiten untuk menilai setiap
lembar saham yang dikeluarkan. Besaraya harga nominal membenkan arti penting saham karena
deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga ini merapakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek.
Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan
emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada
masyarakat biasanya imtuk menentukan harga perdana.
c. Harga pasar
Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar
adalah harga jual dari irwestor yang satu dengan investor yang lam. Harga ini terjadi setelah saham
tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten daii penjamin emisi harga
ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga
perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga
investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media
lain adalah harga pasar.
8. Faktor yangMempengarahi Harga Saham
Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-
27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba,
proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya
yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternai seperti kegiatan
perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Investasi haras henar-benar
menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntimgan tidak menutup kemungkinan mereka
akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan
investor menganalisis keadaan harga saham rnerapakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh
banyak faktor termasuk diantaranya kondisi [performance) dari perusahaan, kendala-kendala
eksteraal, kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam
menganalisis investasi saham. Menurut Sawidji (1996:81) : "Faktor utama yang menyebabkan harga
saham adalah persepsi yang berbeda dari masing-masing investor sesuai dengan informasi yang
didapat".
Obligasi
Obligasi merupakan sekuritas yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman. Pihak
peminjam menerbitkan (menjual) obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah
uang, jadi obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak peminjam. Perjanjian
tersebut mewajibkan penerbit obligasi (pihak peminjam) untuk melakukan pembayaran tertentu
kepada pemegang obligasi pada waktu yang telah ditentukan. Obligasi berbunga pada umumnya
mewajibkan pihak penerbit untuk melakukan pembayaran bunga tengah tahunan hingga masa jatuh
tempo kepada pemegang obligasi.
Obligasi (bond) adalah kontrak jangka panjang dimana peminjam dana setuju untuk membayar
bunga dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepada pemegang obligasi tersebut (Brigham dan
Houston, 2006). Sedangkan menurut Weygandt et al. (2005) bonds are a form of interest-bearing
notes payable issued by corporations, universities and governmental entities.
Obligasi (bond) adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi meminjam sebuah
dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar untuk membayar bunga secara
berkala, dan kewajiban melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi tersebut ( Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Bond atau obligasi adalah suatu kontrak jangka panjang dimana peminjam dana setuju untuk
membayar bunga dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepada pemegang obligasi (Rodoni
dan Herni Ali, 2010).
Obligasi merupakan surat tanda utang kepada kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti
yang tertera pada surat obligasi yang di dalamnya tercantum bunga yang harus dibayarkan,
termasuk ketentuan pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo (Harmono,
2009).
9. Obligasi merupakan instrumen utang jangka panjang yang digunakan oleh kelompok bisnis dan
pemerintah untuk mendapatkan sejumlah besar uang, khususnya dari berbagai kelompok pemberi
pinjaman (Arief Sugiono, 2009).
Obligasi berdasarkan jenisnya :
Obligasi bunga tetap ( fixed rate bond) - Obligasi yang menawarkan bunga tetap selama jangka
waktu obligasi tersebut
Obligasi bunga mengambang (floating rate bond) - Obligasi yang pembayaran bunganya tidak tetap
dan disesuaikan dengan tingkat bunga pasar secara berkala
Obligasi tanpa bunga ( zero coupon bond) - Obligasi jenis ini dijual dengan harga yang lebih rendah
daripada nilai nominal obligasinya (discounted basis) pada saat jatuh tempo, obligasi tersebut
dilunasi sesuai dengan nilai nominalnya.
Obligasi konversi - obligasi konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukarkan dengan saham biasa.
Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi.
Dividen
Dividen adalah hasil yang diperoleh oleh pemegang saham atas penyertaan modal (saham yang
dimilikinya) di dalam suatu perusahaan yang menerbitkan saham. Dividen dapat dimiliki perorangan
ataupun dimiliki oleh badan, seseorang atau badan yang memiliki saham di suatu perusahaan berhak
memperoleh dividen, baik itu dividen dari saham biasa maupun dividen dari saham preferen sesuai
dengan ketentuan yang ada. Dalam pembagian dividen oleh perusahaan, haruslah melalui
pertimbangan yang matang seperti (1) pertimbangan kondisi keuangan, dan (2) pertimbangan
legalitas.
Pertimbangan kondisi keuangan, ketika perusahaan akan melakukan pembagian dividen, kondisi
keuangan perusahaan haruslah memungkinkan untuk membagikan dividen kepada para pemegang
saham.
Pertimbangan legalitas, dalam membagikan dividen kepada para pemegang saham, perusahaan
harus memperhatikan hukum yang berlaku di tempat dimana perusahaan itu berdiri, pembagian
dividen harus sesuai dengan hukum yang berlaku di wilayah perusahaan itu berdiri.
Jenis-Jenis Dividen
Dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham dapat berupa beberapa
bentuk, setiap bentuk dividen tersebut menyebabkan munculnya beberapa jenis dividen yang
berbeda-beda. Ada lima jenis dividen, yaitu :
Dividen Tunai, dividen yang dibagikan dalam bentuk tunai
Dividen Skrip, dividen yang dibagikan dalam bentuk wesel bayar
Dividen Properti, dividen yang dibagikan dapat dalam bentuk investasi ataupun bentuk lainnya,
bentuk investasi dapat berupa saham.
10. Dividen Saham, dividen yang dibagikan dalam bentuk saham, perbedaan antara dividen properti
yang berupa saham dan dividen saham.
Dividen Likuidasi, dividen yang dibagikan dengan menggunakan modal yang telah disetor oleh para
pemegang saham, dengan kata lain perusahaan hanya melakukan pengembalian atas investasi yang
dilakukan oleh pemegang saham, hal ini bisa dilakukan ketika suatu perusahaan akan dibubarkan.
Kebijakan Dividen
Menurut Aharony dan Swary (1980) dalam Nurhidayati (2006) mengemukakan bahwa informasi
yang diberikan pada saat pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi
para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain
yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut didapat
dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan.
The dividend should be distributed to the shareholders in order to maximize their wealth as they
have invested their money in the expectation of being made better off financially (Prasanna
Chandra;1997 dalam Azhagaiah dan Sabari:181).
Kebijakan dividen menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:253) merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakn dividen (dividend policy)
merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Kebijakan dividen menurut Gitman (2000) dalam Lani Siaputra (2005:72) adalah rencana tindakan
yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen.
Menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M. (2002:305), perusahaan akan tumbuh dan berkembang,
kemudian pada waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang
ditahan dan laba yang dibagikan.Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan salah satu
sumber dana yang paling penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar
pembiayaan perusahaan yang berasal dari: laba yang ditahan di tambah penyusutan aktiva tetap,
maka makin kuat posisi finansial perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan
sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Mengenai penentuan besarnya dividen
yang akan dibandingkan itulah yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan perusahaan.
Menurut James C. Van Horne (2002), evaluasi pengaruh rasio pembayaran dividen terhadap
kekayaan pemegang saham dapat dilakukan dengan melihat kebijakan dividen perusahaan sebagai
keputusan pendanaan yang melibatkan laba di tahan. Setiap periode, perusahaan harus
memutuskan apakah laba yang diperoleh akan ditahan atau didistribusikan sebagian atau seluruhnya
pada pemegang saham sebagai dividen. Sepanjang perusahaan memiliki proyek investasi dengan
pengembalian melebihi yang diminta, perusahaan akan menggunakan laba untuk mendanai proyek
tersebut. Jika terdapat kelebihan laba setelah digunakan untuk mendanai seluruh kesempatan
investasi yang diterima, kelebihan itu akan di distribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen kas. Jika tidak ada kelebihan, maka dividen tidak akan di bagikan.
11. Kebijakan dividen dalam Werner R.Murhadi (2008:4) merupakan suatu kebijakan yang dilakukan
dengan pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan dana dalam
jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran
dividen yang stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan
tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang mampu untuk
membagikan dividen. Banyak perusahaan yang selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya
memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan untuk
membayar dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen, memberikan
tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan mampu
untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya.
Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi.
Dividend is the share of a company's net profits distributed by the company to a class of its
stockholders. The dividend is paid in a fixed amount for each share of stock held. Although most
companies make quarterly payments in cash (checks), dividends also may be in the form of property,
scrip, or stock (Farlex Financial Dictionary,2009).
Dividend Policy is the amount of a dividend that a publicly-traded company decides to pay out to
shareholders. The dividend policy may change from time to time. Factors affecting a dividend policy
include the company's earnings for the relevant period and its expected performance in the near
future. Many companies, especially startups, have a rather stingy dividend policy because they plow
back much of their earnings into further development. Established companies, such as blue chips,
tend to have relatively liberal dividend policies. However, some research, notably Miller and
Modigliani's irrelevance proposition, suggests that a company's dividend policy does not impact its
performance in any way. See also: Dividend clientele, Signaling approach (Farlex Financial
Dictionary,2009).
Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon oleh pasar. Menurut
Arifin (1993) dalam Nurhidayati (2006:24), pengumuman dividen dan pengumuman laba pada
periode sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer
untuk menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan.
Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:255-256) sejauh ini pembahasan dividen hanya
menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijakan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan
suatu kebijakan dan memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan
kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Beberapa pertimbangan manajer
dalam pembayaran dividen antara lain:
1. Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar
dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru
sisanya untuk pembayaran dividen.
2. Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena
dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas
12. perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila
manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar
mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam
jumlah yang besar.
3. Kemampuan untuk meminjam
Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan
terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan
untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang,
manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.
4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap
pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan
perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase
maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemn perusahaan
dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan demikian
manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang saham.
Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan tersebut.
5. Pengendalian perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahaan mungkin
menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai
kesempatan investasi yang menguntungkan.
Dividen diumumkan secara priodik oleh dewan direktur. Biasanya tiap setengah tahun atau tiap satu
tahun. Pembayaran dividen menjadi sulit karena komposisi pemegang saham berubah-ubah.
Pengukuran jual-beli saham sangat cepat berubah-ubah. Karena cepatnya perpindahan pemegang
saham maka sulit untuk dipantau daftar pemegang saham. Dividen mengkin dapat diberikan kepada
pemegang saham baru lima hari kerja setelah pembelian saham (Sunariyah, 2004).
Sedangkan beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan
kebijakan dividen menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.(2002) antara lain:
1. Posisi likuiditas perusahaan.
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.
2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang.
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk
membayar dividen makin kecil.
13. 3. Rencana perluasan usaha.
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk
dividen.
4. Pengawasan terhadap perusahaan.
Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain: laba.
Dengan pertimbangan: apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol
dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
kebijakan dividen adalah:
1. Undang-Undang (UU)
Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan
maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos “laba ditahan” dalam neraca.
2. Posisi likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba
ditahan dari yahun-tahun lalu sudah diinvestasikan pada pabrik, peralatan, persediaan, dan aktiva
lainnya; laba tersebut tidak di simpan dalam bentuk kas.
3. Kebutuhan untuk melunasi hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis
pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar
hutang itu pada soal jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain.
4. Tingkat laba
Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk
membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemegang saham atau menggunakannya di
perusahaan tersebut.
Hal yang paling penting dari kebijakan dividen adalah apakah memungkinkan untuk mempengaruhi
kekayaan pemegang saham dengan mengubah rasio pembayaran dividen, yaitu kebijakan dividen (J.
Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1998:105).
Beberapa teori kebijakan dividen yang di kemukakan oleh Dr.Dermawan Sjahrial, M.M. (2002)
antara lain:
1. Teori dividen tidak relevan dari Modigliani dan Miller
Asumsi-asumsi pendapat ini lemah:
a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. Kenyataannya sulit ditemui
pasar modal yang sempurna.
14. b. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru (flotation cost) itu
masih ada.
c. Tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada.
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya kebijakan investasi perusahaan pasti
berubah.
Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller mengenai dividen tidak relevan dengan
menunjukkan bahwa adanya: biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada
kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru.
Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerbitkan saham
baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan oleh besar-kecilnya laba ditahan yang ditentukan
dividen (Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.,2002: 312-313).
2. Teori the bird in the hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa, biaya modal sendiri (Ks) perusahaan akan naik jika Dividend
Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibanding capital gain.
Karena dividend yield lebih pasti.
Menurut Modigliani dan Miller pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan, karena
akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama
atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.
3. Teori perbedaan pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena adanya pajak terhadap dividen dan
capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak.
4. Teori signaling hypothesis
Menyatakan bahwa, jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan kenaikan harga saham.
Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller kenaikan dividen biasanya merupakan
suatu signal (tanda) kepada para investor, bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu
penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya, suatu penuruna dividen atau kenaikan
dividen yang dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai pertanda bahwa perusahaan
menghadapi masa sulit diwaktu mendatang.
Dividend signaling theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979). Dividend signaling
theory mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan cash dividend mempunyai kandungan
informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa
informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek
perusahaan di masa mendatang. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymetric information
antara manajer dan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai sinyal
tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap sebagai sinyal
positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan reaksi harga
saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal negatif
15. yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga menimbulkan reaksi
harga saham yang negatif (Suluh Pramastuti,2007:8).
5. Teori clientele effect
· Kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda
terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan
penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio (DPR) yang tinggi.
· Jika ada perbedaan pajak bagi individu dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih
senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Dengan demikian, maka kelompok pemegang
saham yang dikenakan pajak lebih tinggi menyukai capital gain.
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang diberikan oleh
perusahaan kepada pemegang saham. Berikut ini beberapa bentuk kebijakan dividen menurut
Sutrisno (2003) adalah:
1) Kebijakan pemberian dividen stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap
perlembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi.
Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh
meningkat dan peningkatannya baik dan stabil, maka deviden juga akan ditingkatkan untuk
selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini
banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni (1) bisa meningkatkan harga
saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil, (2)
bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik
dimasa yang akan datang, (3) akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan
konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.
2) Kebijakan deviden yang meningkat
Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan
jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.
3) Kebijakan dividen dengan rasio yang kostan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh
perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian
pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering
disebut dividend payout ratio (DPR).
4) Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra
Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen
per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividend bila keuntungannya
mencapai jumlah tertentu.
16. Kebijakan dividen stabil menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.(2002: 317) adalah jumlah dividen per
lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif lengkap selama jangka waktu tertentu meskipun laba
per lembar saham per tahunnya berfluktuatif.
Menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M., (2002) alasan-alasan dilaksanakannya kebijakan pembayaran
dividen stabil adalah:
1. Memberikan penjelasan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang
baik di masa-masa mendatang.
2. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen.
3. Pada banyak Negara dalam ketentuan pasar modalnya, hanya diijinkan menanamkan dananya
dalam saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menjalankan kebijakan pembayaran
dividen yang stabil.
Dari uraian tersebut, ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang
bertentangan, oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan yang harus mampu menentukan
kebijakan yang akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa
yang akan datang agar memaksimumkan harga saham.
Dividen dipengaruhi oleh banyak variabel. Contoh, arus kas dan kebutuhan investasi suatu
perusahaan mungkin berubah-ubah dengan cepat sehingga sulit untuk menentukan jumlah dividen
tetap yang tinggi. Di pihak lain, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran dividen yang tinggi
untuk menyalurkan dana yang tidak di butuhkan untuk investasi (J. Fred Weston dan Thomas E.
Copeland (1998)
Hubungan positif antara kebijakan pembayaran dividen dan pergerakan harga saham telah
didokumentasikan oleh beberapa peneliti. Studi klasik yang dilakukan oleh Linter (1956) dalam
Werner R. Murhadi (2008) memperoleh hasil :
1) Perusahaan lebih menekankan pembayaran dividen yang stabil, dan
2) Earning merupakan faktor penentu utama dalam kebijakan dividen.
Manajemen Modal Kerja
Menurut Weston dan Brigham (1981, p.266) Modal Kerja adalah :
“Working Capital is a firm’s investments in short – term assets – cash, short-term securities, account
receivable, and inventories. Gross Working Capital is the firm’s total current assets. Net working
capital is current Assets minus current liabilities. Working Capital Management, which encompases
all aspects of the administration of both current assets and current Liabilities”.
Yang kurang lebih memiliki arti: Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka
pendek seperti kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang dan persediaan. Jadi modal
kerja ini disebut modal kerja bruto ( gross working capital ). Sedang modal kerja bersih ( net working
17. capital ) adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Manajemen modal kerja didefinisikan secara
luas mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva lancar maupun huntang lancar.
Menurut Wasis (1991, p.63) Modal kerja adalah Modal Kerja adalah dana yang ditanamkan dalam
aktiva lancar, oleh karena itu dapat berupa kas, piutang, surat – surat berharga, persediaan dan lain-
lain. Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva / harta lancar yang terdapat dalam sisi debet
neraca. Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar. Dengan perkataan
lain modal kerja neto adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.
Modal kerja menurut Droms (1991:131) adalah The term working capital generally refers to a firm's
investment in current asset over current liabilities. Net working capital refers to the excess of
current assets over current liabilities and can be thought of as the circulating capital of a business
firm. Effective control of this circulating capital is one of the most important Junctions of financial
management.
Jenis Modal Kerja
Menurut WB. Taylor dan Bambang Rianto (1990:54-55) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa
jenis yaitu :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya antara modal kerja
ini terdiri dan :
a. Modal kerja primer (Primary Working Capital)
jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.
b. Modal kerja normal (Normal Working Capital)
modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini
dibagi:
a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capita)
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya.
Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja :
18. Menurut Hampton (1989:180) perusahaan membutuhkan modal kerja ditentukan oleh 4 faktor:
a. Volume Penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi
peningkatan penjualan.
b. Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan mempengaruhi
kebutuhan akan modal kerja.
c. Perubahan dalam Teknologi
Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses produksi dan akan
membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja
d. Kebijakan Perusahaan
Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak terhadap kebutuhan
modal kerja.
Leasing
Pengertian Leasing
Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap setiap pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan
leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung
digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada
pihak lessor.
Melalui pembiayaan leasing perusahaan dapat memperoleh barang-barang modal untuk operasional
dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika kita mengajukan kredit kepada bank yang
memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar. Bagi perusahaan yang modalnya kurang atau
menengah, dengan melakukan perjanjian leasing akan dapat membantu perusahaan dalam
menjalankan roda kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli barang
modal yang bersangkutan. Perusahaan yang memerlukan sebagian barang modal tertentu dalam
suatu proses produksi secara tibatiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, dapat
mengadakan perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan leasing akan lebih
menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai.
19. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing
Dalam leasing ada beberapa pihak-pihak yang terlibat, yaitu pemilik / penyedia aktiva dan pemakai
aktiva, di antaranya :
Lessor
Lessor yaitu perusahaan sewa guna atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak
Lessee dalam bentuk penyediaan barang modal
Lessee
Lesse yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari
pihak Lessor
Supplier
Supplier yaitu perusahaan yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada Lessee
dengan pembayara secara tunai oleh Lessor
Kreditur
Pihak kreditur dalam transaksi sewa guna biasanya adalah bank yang memegang peranan dalam hal
penyediaan dana kepada lessor. Kreditur atau pihak bank juga dapat memberikan kredit kepada
pihak supplier untuk pembelian barang-barang modal yang kemudian akan di jual sebagai objek
sewa guna kepada Lessee atau Lessor.
Jenis – Jenis Leasing
Finance Lease
Finance lease adalah suatu bentuk pembiayaan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
-Objek sewa guna atau barang modal yang dimiliki lessor dapat berupa benda bergerak ataupun
benda tidak bergerak yang memiliki umur maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis
barang tersebut.
-Lesse berkewajiban melakukan pembayaran kepada lessor secara berkala sesuai dengan jumlah dan
jangka waktu yang telah di setujui.
-Lessor tidak dapat secara sepihak membatalkan kontrak atau mengakhiri masa kontrak dalam
jangka waktu perjanjian yang telah disetujui.
-Lessee pada akhir masa kontrak memiliki hak / opsi beli untuk membeli objek sewa guna sesuai
dengan nilai sisa atau residual value.
-Finace leasse sendiri terbagi kedalam beberapa bentuk transaksi. Dua bentuk finance lease yang
umumnya di jumpai adalah :
20. Direct Financial Lease
Merupakan suatu bentuk transaksi sewa guna di mana lessor membeli suatu barang atas permintaan
pihak lessee dan sekaligus menyewakan barang tersebut kepada lessee yang bersangkutan. Tujuan
utama pihak lessee dari transaksi ini adalah untuk mendapatkan pembiayaan dengan cara sewa guna
dalam bentuk perolehan barang modal yang dapat digunakan dalam proses produksi.
Sale and Lease Back
Dalam transaksi sale and lease back pihak lessee sengaja menjual barang modalnya kepada lessor
untuk kemudian dilakukan konrtak sewa guna atas barang tersebut antara lessor dengan lessee yang
dalam hal ini merupakan pihak yang mejual barang untuk digunakan selama sewa guna yang
disetujui kedua belah pihak.
Operating Lease
Operating lease adalah suatu bentuk pembiayaan dengan ciri-ciri yaitu :
-Objek sewa guna digunkan oleh lessee dalam masa kontrak dengan jangka waktu relatif pendek dari
pada umur ekonomisnya
-Jumlah seluruh pembayaran sewa secara berkala yang dilakukan oleh lessee kepada lessor tidak
mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal berikut dengan
harganya, karena pihak lessor justru mengharapkan keuntungan dari penjualan barang setelah
berakhirnya masa kontrak .
-Resiko ekonomis dan biaya pemeliharaan barang modal yang mejadi objek sewa guna ditanggung
oleh pihak lessor.
-Barang modal yang menjadi objek sewa guna harus dikembalikan oleh pihak lessee kepada pihak
lessor pada akhir masa kontrak atau dapat dikatakan bahwa pihak lessee tidak memiliki hak /opsi
untuk membeli objek sewa guna.
-Bersifat cancellable atau pihak lessee dapat secare sepihak membatalkan perjanjian kontrak sewa
guna sewaktu-waktu.
Pengaruh Leasing Dalam Laporan Keuangan
Pembayaran lease data dicatat sebagai beban operasi pada laporan rugi-rugi perusahaan, tetapi
dalam keadaan tertentu, baik aktiva lease maupun kewajiban lease sesuai kontrak lease tidak
muncul dalam neraca perusahaan. Karena itu, leasing seringkali disebut pembiayaan di luar neraca
(off balance sheet financing).
Suatu lease harus diklasifikasikan sebagai lease modal, dan karenanya dikapitalisasikan dan langsung
disajikan di neraca, jika terdapat salah satu dari kondisi berikut :
-Berdasarkan syarat-syarat lease, pemilikan atas property secara efektif berpindah dari lessor
kepada lessee.
21. -Lessee dapat membeli property tersebut atau memperbarui perjanjian lease dengan harga yang
lebih rendah daripada harga pasar wajar pada saat perjanjian lease berakhir
-Lease itu berlaku untuk periode yang sama atau lebih lama daripada 75 persen dari umur aktiva.
Jadi, jika suatu aktiva berumur 10 tahun dan lease ditulis untuk peride lebih dari 7,5 tahun, maka
lease tersebut harus dikapitalisasi
-Nilai sekarang pembayaran lease adalah sama atau lebih besar daripada 90 persen dari nilai awal
aktiva tersebut.
Jadi, lease pada dasarnya diakui sama seperti utang, dan mempunyai pengaruh yang sama seperti
utang terhadap tingkat pengembalian yang disyaratkan atas perusahaan. Oleh karena itu, leasing
pada umumnya tidak akan membungkinkan suatu perusahaan untuk menggunakan leverage
keuangan yang lebih besar daripada yang dapat diperolehnya dari utang konvensional.
Evaluasi Oleh Leasing
Setiap rencana lease harus dievaluasi baik oleh lessee maupun lessor. Lessee harus menentukan
apakah me-lease suatu aktiva lebih murah daripada membelinya, sementara lessor harus
memutuskan apakah lease tersebut akan menghasilkan tingkat pengembalian yang wajar atau tidak.
Pada umumnya, terjadinya perjanjian lease mengikuti urutan yang akan diuraikan berikut ini ;
-Perusahaan memutuskan untuk emperoleh bangunan atau peralatan tertentu. Keputusanini
didasarkan atas prosedur penganggaran modal yang biasa, dan keputusan untuk memperoleh aktiva
tersebut sudah dilaksanakan sebelum analisis lease dimulai. Karena itu, dalam analisis lease kita
hanya mempertimbangkan apakah akan membiayai mesin itu dengan lease atau pinjaman.
-Setelah perusahaan memutuskan memperoleh suatu aktiva, pertanyaan berikutnya adalah
bagaimana membiayainya. Perusahaan yang dikelola dengan baik tidak mempunyai banyak uang kas
yang menganggur, sehingga aktiva baru harus dibiayai dengan cara tertentu.
-Dana untuk membeli aktiva dapat diperoleh dengan meminjam, dengan menahan laba, atau
dengan menerbitkan saham baru. Cara lain adalah dengan melease aktiva tersebut. Karena adanya
ketentuan kapitalisasi/ pengungkapan dalam FASB #13, maka lease akan mempunyai pengaruh yang
sama seperti pinjamanterhadap struktur modal lessee.
-Lease sebanding dengan pinjaman dalam arti bahwa perusahaan diharuskan untuk melakukan
serangkaian pembayaran tertentu, dan kegagalan untuk memenuhi kewajiban pembayaran tersebut
dapat mengakibatkan kebangkrutan. Jadi, sangat tepat untuk membandingkan biaya lease dengan
biaya utang. Analisis ini, harus membandingkan biaya leasing dengan biaya utang tanpa
memeperhatikan bagaimana sesungguhnya akiva terebut dibiayai. Aktiva itu sebenarnya dapat saja
dibeli dengan uang kas yang ada, tetapi karena leasing merupakan alternative bagi pembiayaan
dengan utang, maka perbandingan diantara kedua cara pembiayaan itu masih layak. Pembayaran
lease dapat dilakukan pada awal atau akhir tahun.
22. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Leasing
-Estimasi nilai residu. Lessor akan memiliki aktiva lease setelah berakhirnya masa lease. Estimasi nilai
aktiva setelah berakhirnya masa lease disebut nilai residu (residual value). Jadi, adanya nilai residu
yang besar atas peralatan cenderung tidak menyimpangkan keputusan mengenai leasing.
-Bertambahnya kredit yang tersedia. Leasing ada kalanya memeberikan keuntungan bagi perusahaan
yang ingin memaksimumkan tingkat average keuangan. Pertama, kadang-kadang ada yang
mengatakan bahwa perusahaan dapat memperoleh jumlah uang yang lebih besar, dan dengan
jangka waktu yang lebih lama, menurut perjanjian leasing daripada perjanjian kredit yang dijamin
dengan aktiva. Kedua, karena beberapa lease tidak tercatat di neraca, maka pembiayaan dengan
lease akan menyajikan posisi keuangan yang lebih baik dalam analisis kredit secara sekilas, sehingga
memungkinkan perusahaan untuk menggunakan average yang lebih besar daripada jika perusahaan
itu tidak menggunakan lease.
Aspek Hukum Dan Akuntansi Leasing
Perusahaan sewa guna merupakan perusahaan yang bisnis utamanya adalah menyewakan suatu
aktiva kepada pihak yang memerlukan, janganlah ditafsirkan bahwa perusahaan sewa guna tersebut
mempunyai persediaan berbagai aktiva (mesin, kendaraan, peralatan berat), yang sewaktu-waktu
siap disewakan. Pada dasarnya perusahaan sewa guna hanyalah memberikan jasa pendanaan
kepada perusahaan yang memerlukan suatu aktiva. Dengan demikian apabila suatu perusahaan
memerlukan suatu mesin tertentu, maka resminya perusahaan sewa guna membeli mesin tersebut
dan kemudian menyewakannya kepada perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut
menyatakan akan menyewa mesin tersebut untuk jangka waktu tertentu tanpa bisa membatalkan
persewaannya, maka cara persewaan tersebut disebut sebagai financial leasing.
Dalam financial leasing biasanya dalam kontrak disebutkan tentang :
-Periode persewaan. Selama periode tersebut persewaan tidak dapat dibatalkan.
-Waktu dan jumlah pembayaran sewa selama periode tersebut.
-Kontrak sewa meliputi periode 75% atau lebih dari usai ekonomis aktiva yang disewa tersebut.
-Persyaratan pembayaran biaya pemeliharaan dan reparasi, pajak, asuransi, dan biaya lain-lain.
Dengan net lease penyewa membayar biaya-biaya ini, dengan maintenance lease pihak yang
menyewakan menanggung pemeliharaan aktiva tersebut dan membayar asuransinya.
Sedangkan persewaan yang hanya berjangka pendek, pihak penyewa segera mengembalikan alat
yang disewa segera setelah periode penyewaan berakhir, dan tidak mungkin mempunyai opsi untuk
membeli aktiva yang disewa tersebut (misalnya menyewa kendaraan bermotor untuk 1 minggu),
tipe persewaan ini disebut sebagai operating leasing. Jenis sewa guna ini umumnya mengharuskan
lessor melakukan pemeliharaan terhadap aktiva yang disewa. Biaya pemeliharaan mungkin telah
dimasukkan dalam perhitungan sewa, mungkin pula diperlakukan secara terpisah. Karena sewanya
23. mungkin bersifat jangka pendek dan lebih pendek dari usia ekonomisnya, kontrak sewanya
umumnya tidak menutup harga aktiva yang disewa tersebut.
Perlakuan Akuntansi Dan Pajak
Analisis ekonomi pendanaan dengan menggunakan fasilitas sewa guna tidak bisa dilepaskan dari
peraturan perpajakan yang dikenakan atas lessor maupun lessee. Umumnya peraturan perpajakan
yang diberlakukan adalah bahwa pembayaran sewa oleh lessee merupakan komponen biaya, dan
karenanya dapat dipergunakan untuk mengurangi pajak. Sedangkan bagi lessor, karena aktiva
tersebut merupakan milik mereka, maka penyusutan dapat dipergunakan oleh lessor untuk
mengurangi beban pajak penghasilan mereka.
Di Amerika Serikat, sesuai dengan FASB #13, 1976, dari sudut pandang lessee dua perlakuan
akuntansi terhadap sewa guna adalah capital leases dan operating leases. Suatu sewa guna disebut
sebagai capital leases apabila memenuhi salah satu persyaratan berikut ini:
-Sewa guna tersebut memindahkan kepemilikan kepada lessee pada akhir periode kontrak.
-Kontrak sewa guna memberikan hak kepada penyewa untuk membeli aktiva yang disewa pada
harga yang cukup jauh dibawah nilai yang wajar dari aktiva yang disewa, sehingga kemungkinan hak
tersebut akan dilaksanakan cukup besar.
-Kontrak sewa meliputi periode 75% atau lebih dari usai ekonomis aktiva yang disewa tersebut.
-Present value pembayaran sewa minimum melebihi 90% nilai aktiva yang disewa. Tingkat bunga
yang dipergunakan adalah tingkat buah yang lebih rendah antara tingkat bunga yang dipergunakan
oleh lessor atau tingkat bunga pinjaman dari lessee.
Untuk capital lease, sewa-sewa tersebut harus dikapitalisis, dan ditunjukkan dalam neraca baik
sebagai aktiva tetap maupun kewajiban jangka panjang. Nilai kapitalisasi sesuai dengan perhitungan
present value sebagaimana dijelaskan di atas. Aktiva tersebut harus diatmortisir sesuai dengan
kebijakan penyusutan yang dipergunakan oleh lessee. Selama periode kontrak, setiap pembayaran
sewa harus dipecah untuk pengurang kewajiban dan biaya bunga. Dengan demikian neraca untuk
capital lease akan nampak sebagai berikut.
Neraca untuk capital lease :
Aktiva
Aktiva yang disewa sesuai kontrak capital lease, dikurangi akumulasi amortisasi
Kewajiban
Lancar
Kewajiban capital lease
24. Bukan lancar
Kewajiban capital lease
Selain kapitalisasi nilai kontrak, penjelasan pada catatan kaki yang dinilai cukup perlu dilakukan baik
untuk capital lease maupun operating lease. Penjelasan tersebut pembayaran sewa di masa yang
akan datang, dan kemungkinan adanya contingen rentals untuk jenis operating lease.
Prosedur Mekanisme Leasing
Dalam melakukan perjanjian leasing terhadap prosedur dan mekanisme yang harus di jalankan yang
secara garis besar dapat di uraikan sebagai berikut :
-Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran harga
dan menunjuk supplier peralatan yang memuaskan.
-Setelah lessee mengisi formulir permohonan lessee, maka dikirimkan kepada lessor disertai
dokumen lengkap.
-Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease dengan
syarat dan kondisi yang disetujui lessee (lama kontrak pembayaran sewa lesse), setelah ini maka
kontrak lessee dapat di tandatangani.
-Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang dilease
dengan perusahan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam kontrak lease.
Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
-Supplier dapat mengirimkan peralat yang dilease ke lokasi lessee. Untuk mempertahankan dan
memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian purna jual.
-Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.
-Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti dan pemindahan pemilikan
kepada lessor.
-Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.
-Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
ditentukan dalam kontrak lease.
Keunggulan Leasing
Ada beberapa keunggulan yang diperoleh perusahaan dengan melakukan sewa guna dalam operasi
usahanya, antara lain :
-Transaksi sewa guna dapat dilakukan tanpa harus adanya uang muka, hal ini dapat membantu aliran
kas bagi perusahaan-perusahaan lessee yang baru berdiri dan belum memiliki kondisi finansial yang
solid.
-Dibandingkan pembiayaan melalui kredit perbankan, pembiayaan sewa guna lebih fleksibel kerena
lebih dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan pihak lessee.
25. -Sewa guna merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang bersifat off balance sheet, yang berarti
bahwa transaksi sewa guna tidak tercantum sebagai komponen utang pada neraca perusahaan
lessee, sehingga berdampak positif pada rasio keuangan perusahaan tersebut.
-Salah satu jenis transaksi sewa guna, yaitu operating lease yang berjangka waktu singkat, dapat
mengatasi resiko keuangan yang dihadapi pihak lessee.
-Pembayaran sewa secara periodik dengan jumlah tetap memberikan kemudahan bagi pihak lessee
dalam penyusunan anggaran tahunan.
Metode Pembayaran Leasing
Besarnya uang sewa yang dibayarkan oleh pihak lessee terdiri atas unsur bunga dan cicilan pokok
yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebut semakin kecil sejalan dengan
penurunan saldo pokok. Besarnya pembayaran sewa setiap periodenya ditentukan oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1). Nilai modal yang juga merupakan nilai kontrak sewa guna. Nilai barang modal merupakan
penjumlahan harga barang modal dengan nilai sisanya pada akhir masa kontrak.
2). Simpanan jaminan atau security deposit. Simpanan jaminan merupakan semacam uang muka
pihak lessee atas suatu kontrak sewa guna yang besarnya bergantung pada kesepakatan antara
lessor dengan lessee.
3). Nilai sisa (residual value). Nilai sisa adalah perkiraan wajar atas nilai suatu barang modal yang
dilease pada masa akhir kontrak.
4). Jangka waktu. Jangka waktu kontrak sewa guna berkait erat dengan jangka waktu kegunaan
ekonomis atau manfaat suatu barang modal yang dileasekan. Umumnya kontrak sewa guna di
Indonesia berkisar 2 s.d 5 tahun. Semakin lama waktu sewa guna semakin rendah pula pembayaran
sewa
5). Tingkat bunga. Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayarna sewa guna adalah
tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor.
Perhitungan pembayaran sewa guna dengan cara pembayaran di muka dapat dilihat pada akun
dibawah ini:
Nilai barang modal : Rp 400 juta
Nilai sisa : Rp 40 juta
Simpanan jaminan (10% dari nilai barang) : Rp 40 juta
Tingkat bunga pertahun 24% (per bulan 2%)
Jangka waktu : 12 bulan
Masa kontrak : 1 Januari 2000 s.d 31 Desember 2000
26. Dengan menggunakan formula diatas, dapat dihitung besarnya sewa per bulan sebagai berikut :
Pada periode 1 langsung dilakukan pembayaran sewa sebesar Rp33.373.978.
Resiko Dalam Investasi
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang
berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai
suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat
menimbulkan suatu kerugian.
Manajemen Resiko Keuangan
Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang
timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas. Resiko
volatilitas harga yang dihadapi ini disebut dengan resiko pasar. Risiko pasar terdapat dalam berbagai
bentuk. Meskipun volatilitas harga atau tingkat, akuntan manajemen perlu mempertimbangkan
resiko lainnya:
(1) risiko likuiditas, timbul karena tidak semua produk manajemen dapat diperdagangkan secara
bebas,
(2) diskontinuitas pasar, mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan
harga secara bertahap,
(3) risiko kredit, merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko tidak
dapat memenuhi kewajibannya,
(4) risiko regulasi, adalah risiko yang timbul karena pihak otoritas public melarang penggunaan suatu
produk keuangan untuk tujuan tertentu,
(5) risiko pajak, merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat memperoleh
perlakuan pajak yang diinginkan, dan
(6) risiko akuntansi, adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat selain
bagian dari transaksi yang hendak dilindung nilai.
· MENGAPA MENGELOLA RISIKO KEUANGAN
Pertama, manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan.
Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko
bisnisnya yang utama. Para pemberi saham, karyawan, dan pelanggan juga memperoleh manfaat
dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi risiko lebih rendah
dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk
menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi.
· PERANAN AKUNTANSI
Akuntansi manajemen memainkan peran yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka
membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang terkait
27. dengan strategi respons risiko alternative, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap
risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi program lindung nilai.
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi
dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan
berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu
pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu
perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga
komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relative
terhadap mata uang Negara domnestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestic
mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang
yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang
terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai. Peran lain yang dimainkan
oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan
yang berkaitan dengan alternative strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing adalah salah satu
bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional. Di dalam dunia
kurs mengambang, manajemen risiko mencakup:
(1) antisipasi pergerakan kurs,
(2) pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan,
(3) perancangan strategi perlindungan yang memadai, dan
(4) pembuatan pengendalian manajemen risiko internal.
Manajer keuangan harus memiliki informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan magnitude
perubahan kurs dan dapat menyusun ukuran-ukuran defensive memadai dengan lebih efisien dan
efektif. Potensi terhadap risiko valas timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah nilai aktiva
bersih, laba, dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi
risiko valas ini berpusat pada dua jenis potensi risiko: translasi dan transaksi.
Potensi risiko translasi mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang
domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena
jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang
domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal, pengaruh
translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap laba yang diinginkan. Kelebihan antara aktiva
terpapar resiko dengan kewajiban terpapar (yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang
ditranslasikan berdasarkan kurs kini) menyebabkan timbulnya posisi aktiva terpapar bersih. Posisi ini
sering disebut potensi risiko positif. Devaluasi mata uang asing relatif terhadap mata uang pelaporan
menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing menghasilkan keuntungan translasi.
Sebaliknya, jika perusahaan memiliki posisi kewajiban terpapar bersih atau potensi risiko negatif
apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi mata uang asing
menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang asing menyebabkan kerugian
translasi.
Potensi risiko transaksi, berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing yang
timbul dari penyelesaian transaksi yang berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan
28. kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko transaksi
berisi pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvensional, tetapi
menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang asing,
komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka panjang.
PERLAKUAN AKUNTANSI
FASB menerbitkan FAS No 133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk
memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivative dan
lindung nilai. Provisi dasar standar ini adalah:
- seluruh instrument derivative dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban,
- keuntungan dan kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivative bukankan aktiva
atau kewajiban,
- lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi khusus, yaitu
keuntungan atau kerugian atas instrument lindung niai secara tepat harus mengimbangi keuntungan
dan kerugian sesuatu yang dilindungi nilai
- hubungan lindung nilai haruslah terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pembaca laporan
- keuntungan atau keruhian dari investasi bersih dalam mata uang asing pada awalnya dicatat dalam
laba komprehensif lainnya
- keuntungan atau kerugian lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti
perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba komprehensif.
Proses pencapaian tujuan tidak lepas dari hambatan atau kendala yang akan menghalangi
pencapaian tujuan tersebut. MNC sebagai sebuah perusahaan yang beroperasi di banyak negara
harus mampu melimpahkan wewenang kepada manajer anak perusahaan yang ada di luar negeri.
Biaya dari kondisi ini dikenal dengan nama agency cost. Agency cost pada perusahaan MNC lebih
besar daripada agency cost pada perusahaan domestik. Perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa
hal seperti, sulitnya memonitor manajer-manajer dari anak-anak perusahaan yang letaknya jauh dari
negara asal. Manajer-manajer anak perusahaan luar negeri yang tumbuh dalam budaya yang
berbeda mungkin tidak mau mengejar tujuan yang seragam. Besarnya ukuran dari perusahaan
multinasional raksasa juga menciptakan agency cost yang besar. Besarnya agency cost bervariasi
menurut gaya manajemen suatu perusahaan multinasional. Gaya manajemen terpusat bias
mengurangi agency cost karena gaya semacam ini memungkinkan manajer-manajer perusahaan
induk untuk mengontrol anak perusahaan di luar negeri, sehingga mengurangi kekuasaan manajer-
manajer anak perusahaan. Akan tetapi, manajer-manajer perusahaan induk mungkin tidak sebaik
manajer-manajer anak perusahaan karena manajer-manajer perusahaan induk kurang memiliki
pengetahuan tentang lingkungan anak perusahaan. Sebaliknya, gaya manajemen terdesentralisasi
bias menimbulkan agency cost yang lebih besar jika manajer-manajer anak perusahaan membuat
keputusan-keputusan yang tidak dilandasi oleh tujuan memaksimumkan nilai perusahaan induk
secara keseluruhan. Gaya manajemen ini memiliki kelebihan lain, yaitu dekatnya manajer-manajer
anak perusahaan ke operasi dan lingkungan anak perusahaan.
29. Adanya untung-rugi dari pemakaian salah satu gaya manajemen di atas, sejumlah perusahaan
multinasional berupaya untuk memanfaatkan keunggulan dari kedua gaya manajemen tersebut.
Perusahaan induk memperbolehkan manajer-manajer anak perusahaan membuat keputusan-
keputusan penting mengenai operasi mereka sendiri, tetapi tetap dimonitor oleh manajemen
perusahaan induk untuk menjamin agar keputusan-keputusan tersebut harmonis dengan tujuan
perusahaan induk.
Selain agency cost, ada beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala
lingkungan, kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat dilihat dari perbedaan
karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa perbedaan peraturan setiap negara yang ada
seperti, pajak, aturan-aturan konversi valuta, serta peraturan-peraturan lain yang dapat
mempengaruhi arus kas anak perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek
bisnis yang berbeda-beda di tiap negara.
MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya, secara umum dapat menggunakan metode-metode
berikut.
1. Perdagangan internasional
2. Licensing
3. Franchising
4. Usaha patungan
5. Akuisisi perusahaan
6. Pembentukan anak perusahaan baru di luar negeri
Metode-metode bisnis internasional meminta investasi langsung dalam operasi operasinya di luar
negeri atau lebih dikenal dengan sebutan Direct Foreign Invesment. Perdagangan internasional dan
pemberian lisensi biasanya tidak dianggap sebagai DFI karena keduanya tidak melibatkan investasi
langsung dalam operasi di luar negeri. Franchising dan usaha patungan cenderung meminta investasi
langsung, tetapi dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi dan pendirian anak perusahaan baru merupakan
elemen DFI yang paling besar.
Berbagai peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan muncul. Walaupun
bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC terhadap kondisi-kondisi ekonomi
negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga meningkatkan exposure MNC terhadap
pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis
internasional meminta pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan
pembayaran. Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan
pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan untuk
membayar bisa berubah walaupun pemasoknya tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan
multinasional memasuki pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut
tergantung pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan
multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri. Risiko potik sendiri muncul pada
saat perusahaan multinasional membentuk anak perusahaan di Negara lain, mereka terbuka
30. terhadap risiko politik, yaitu tindakan-tindakan politik yang diambil oleh pemerintah yang dapat
mempengaruhi arus kas perusahaan.
UKURAN KINERJA
Ukuran kinerja ini membahas mengenai sistem ukuran kinerja, yang menggabungkan informasi
keuangan dengan informasi non keuangan. Tujuan dari sistem ukuran kinerja adalah untuk
membantu menerapkan strategi.
1. Sistem Ukuran Kinerja
Cita-cita dari sistem ukuran kinerja adalah untuk mengimplementasikan strategi. Dalam menetapkan
sistem tersebut, manajemen memilih ukuran-ukuran yang paling mewakili strategi perusahaan.
Ukuran ini dapat dilihat sebagai factor keberhasilan penting masa kini dan masa depan.
· Keterbatasan Sistem Pengendalian Keuangan
Tujuan utama dari suatu perusahaan bisnis adalah untuk mengoptimalkan tingkat pengembalian
pemegang saham. Tetapi, megoptimalkan profitabilitas jangka pendek tidak selalu menjamin tingkat
pengembalian yang optimum bagi pemegang saham karena nilai pemegang saham mencerminkan
nilai sekarang bersih (net present value-NPV) dari perkiraan laba masa depan. Beberapa alasan yang
hanya mengandalkan ukuran-ukuran keuangan dapat menjadi fungsional:
Pertama, hal itu dapat mendorong tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan kepentingan
jangka panjang perusahaan. Semakin besar tekanan yang diberikan untuk mencapai tingkat laba saat
ini, semakin besar kemungkinan bahwa manajaer unit bisnis akan mengambil tindakan jangka
pendek yang mungkin salah dalam jangka panjang.
Kedua,, manajer unit bisnis mungkin tidak mengambil tindakan yang berguna untuk jangka panjang,
guna memperoleh laba jangka pendek.
Ketiga, menggunakan laba jangka pendek sebagai satu-satunya tujuan mendistorsi komunikasi
antara manajer unit bisnis dengan manajemen senior. Jika manajer unit bisnis dievaluasi
berdasarkan anggaran laba mereka, mereka mungkin mencoba untuk menetapkan target laba yang
mudah dicapai, sehingga mengarah pada data perencanaan yang salah untuk seluruh perusahaan
karena laba yang dianggarkan mungkin saja lebih rendah dari yang seharusnya dapat dicapai.
Keempat, pengendalian keuangan yang ketat dapat memotivasi manajer untuk memanipulasi data.
Ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Pada satu tingkat, manajer bias saja memilih metode
akuntansi yang meminjam dari laba masa depan untuk memenuhi target periode sekarang.
Kesimpulannya, mengandalkan pada ukuran keuangan saja adalah tidak mencukupi untuk
memastikan bahwa strategi akan dilaksanakan dengan sukses. Solusinya adalah untuk mengukur dan
mengevaluasi manajer unit bisnis menggunakan berbagai ukuran, baik nonkeuangan maupun
keuangan. Ukuran nonkeuangan yang mendukung implementasi strategi disebut factor kunci
keberhasilan atau indicator kunci kinerja.
Perusahaan lebih cenderung untuk menggunakan ukuran nonkeuangan ditingkat yang lebih rendah
dalam organisasi untuk pengendalian tugas dan penilaian keuangan ditingkat yang lebih tinggi untuk
31. pengendalian manajemen. Campuran dari ukuran keuangan dan nonkeuangan sebenarnya
diperlukan di semua tingkatan dalam organisasi.
Balanced Scorecard
Balanced scorecard adalah suatu contoh dari sistem ukuran kinerja. Menurut para pendukung
pendekatan ini, unit bisnis harus diberikan cita-cita dan diukur dari empat perspektif berikut ini:
1. Keuangan (contohnya: margin laba, tingkat pengembalian atas aktiva, arus kas)
2. Pelanggan (contohnya: pangsa pasar, indeks kepuasan pelanggan)
3. Bisnis internal (contohnya: retensi karyawan, pengurangan waktu siklus)
4. Inovasi dan pembelajaran (contohnya persentase penjualan dari produk baru).
Balanced scorecard memlihara keseimbangan antara ukuran-ukuran strategis yang berbeda dalam
suatu usaha mencapai keselarasan cita-sita, sehingga dengan demikian mendorong karyawan untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik organisasi. Dalam menciptakan balanced scorecard,
eksekutif harus memilih bauran dari ukuran yang: (1) scara akurat mencerminkan factor kunci yang
akan menentukan keberhasilan strategi perusahaan;(2) menunjukkan hubungan antara ukuran-
ukuran individual dalam hubungan sebab-akibat, mengindikasikan bagaimana ukuran-ukuran
nonkeuangan memengaruhi hasil keuangan jangka panjang; dan (3) memberikan pandangan luas
mengenai kondisi perusahaan saat ini.
Sistem Penilain Kinerja : Pertimbangan Tambahan
Suatu sistem penilaian kinerja berusaha untuk memenuhi kebutuhan dari pihak pemangku
kepentingan (stakeholders) yang berbeda dari organisasi perusahaan dengan menciptakan
campuran dari ukuran-ukuran strategis, ukuran hasil dan pemicu, ukuran keuangan dan
nonkeuangan, serta ukuran internal dan eksternal.
a. Ukuran Hasil dan Pemicu
jenis-jenis Risiko dalam Investasi Saham di Pasar Modal
Risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian investasidapat dikelompokan
menjadi 2 jenis, yaitu:
Systematic risk
Systematic risk disebut juga risiko pasar karena berkaitan dengan perubahaan yang terjadi di pasar
secara keseluruhan, risiko ini terjadi karena kejadian diluar kegiatan perusahaan, seperti :
Risiko inflasi
Inflasi akan mengurangi daya beli uang sehingga tingkat pengembalian setelah disesuaikan dengan
inflasi dapat menurunkan hasil dari investasi tersebut.
32. Risiko nilai tukar mata uang (kurs)
Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh nilai tukar mata uang asing menjadi risiko dalam
investasi.
Risiko tingkat suku bunga
Jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga, misalnya suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan naik ini dapat menarik minat investor saham untuk
memindahkan dana ke Sertifikat Bank Indonesia, sehingga banyak yang akan menjual saham dan
harga saham akan turun oleh karena itu perubahan suku bunga akan mempengaruhi variabelitas
return suatu investasi.
Systematic risk disebut juga undiversible risk karena risiko ini tidak dapat dihilangkan atau diperkecil
melalui pembentukan portofolio.
33. Makalah Manajemen Keuangan
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama NPM
IPUTU MAHENDRA WIJAYA 2009.21.0062
Dosen Pengampu
Endah Dewi Purnama Sari
NIK :
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
2014