Teks tersebut membahas tentang kenaikan harga bawang di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kurangnya pasokan dan curah hujan yang tinggi, serta dampaknya terhadap inflasi dan rumah tangga. Dibahas pula teori-teori terkait harga dan pasar serta solusi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah kenaikan harga bawang.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Tugas makalah mikro
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kenaikan harga bawang telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia
akhir-akhir ini, baik terhadap bawang merah maupun terhadap bawang putih. BPS
mencatat kenaikan terjadi di 80 kota di Indonesia dan tertinggi di Tarakan.
Kondisi ini turut member sumbangan terhadap terjadinya inflasi semenjak Bulan
Maret 2015, berdasarkan data dari BPS telah terjadi inflasi sebesa 0,17 yang
pemicu utamanya dikarenakan dua kali kenaikan Bahan Bakar Minyak dibulan
Maret 2015 dan kenaikan harga bawang merah di beberapa daerah yang memberi
andil terhadap inflasi sebesar 0,1 persen dengan perubahan harga 29,05 persen
akibat kurangnya pasokan di Pasar dan curah hujan yang masih tinggi.
Hal senada juga datang dari informasi yang disampaikan oleh Kemendag
mengenai kenaikan harga bawang putih dipasaran pada pertengahan bulan April
2015 sebanyak 7 persen dan juga disebabkan oleh jumlah pasokan digudang
importer yang menipis, maklum saja karena 95 persen stok bawang putih nasional
ditutupi oleh impor dari negera lain.
Bawang sebagai bumbu dapur selalu digunakan rumah tangga terutama
ibu-ibu untuk konsumsi sehari-hari sehingga penggunaannya sangat sulit untuk
dikurangi mengingat bawang sendiri sudah menjadi bumbu wajib. Kenaikan
terhadap harga bawang tentu akan berdampak terhadap pengeluaran rumah tangga
dan ini dirasa mempengaruhi anggaran belanja dirumah tangga. Para ibu-ibu harus
dapat mensiasati kenaikan harga ini dengan sebaik mungkin agar kondisi ini tidak
berpengaruh besar terhadap pengelolaan keuangannya di dalam rumah tangga.
Selain itu, dampak ini juga dirasakan bagi Negara karena kenaikan harga
bawang ini merupakan penyumbang kenaikan inflasi . Maka dari itu dalam
makalah ini akan dibahas mengenai masalah kenaikan harga bawang, hal-hal yang
menyebabkan kenaikan harga bawang yang mendorong inflasi dan beberapa
solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
1
2. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merinci adapun rumusan
masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana masalah kenaikan harga bawang ?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga bawang?
3. Apakah harga bawang berdampak terhadap inflasi?
4. Solusi apakah yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kenaikan harga
bawang?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui masalah kenaikan harga bawang
2. Untuk megetahui faktor-faktor penyebabkan terjadinya kenaikan harga
bawang
3. Untuk mengetahui dampak harga bawang terhadap inflasi
4. Untuk mengetahui solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah
kenaikan harga bawang tersebut.
D. Kegunaan Penulisan
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas akhir semester mata kuliah
Teori Ekonomi Mikro Lanjutan pada program Magister Pendidikan Ekonomi
angkatan VI tahun 2015.
2
3. BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Harga
Pengertian harga menurut Philip Kotler & Amstrong (1999; 302 )
adalah :“ The amount of money charged for a product or services, or the sum of
value that consumers exchange for benefet if having or using the product or
service “
artinya harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh suatu produk / jasa atau
sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk memperoleh manfaat dari
penggunaan produk.
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran
suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing
mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi).
Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan
dalam satuan moneter.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena
harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan
dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan
menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang
dapat diperoleh organisasi perusahaan.
B. Tujuan Penetapan Harga
Adapun tujuan pembentukan harga adalah sebagai berikut:
3
4. 1. Mendapatkan keuntungan sebesar- besarnya, dengan menetapkan harga
yang kompetitif maka perusahaan akan mendulang untung yang optimal.
2. Mempertahankan perusahaan
Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk
biaya operasional perusahaan. Contoh : untuk gaji/upah karyawan, untuk
bayar tagihan listrik, tagihan air bawah tanah, pembelian bahan baku,
biaya transportasi, dan lain sebagainya.
3. Menggapai ROI (Return on Investment)
Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam
pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan mempercepat
tercapainya modal kembali / roi.
4. Menguasai Pangsa Pasar, dengan menetapkan harga rendah dibandingkan
produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk
kompetitor yang ada di pasaran.
5. Mempertahankan status quo. Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri,
maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap
mempertahankan pangsa pasar yang ada.
C. Teori Pembentukan Harga
1. Pendekatan Permintaan dan Penawaran (supply demand approach)
Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga
keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu
dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk
jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
2. Pendekatan Biaya (cost oriented approach)
Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan
produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup
pricing dan break even analysis.
3. Pendekatan Pasar (market approach)
Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara
menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti
situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain
4
5. D. Harga dan Pasar
Dalam pengertian yang sederhana atau sempit pasar adalah tempat
terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan pembelian) yang dilakukan oleh
penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu.
Definisi pasar secara luas menurut W.J. Stanton adalah orang-orang yang
mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja serta
kemauan untuk membelanjakannya.
Peranan alokasi dari harga yaitu membantu pembeli memutuskan cara
memperoleh utilitas maksimal sesuai daya belinya.
Peranan informasi dari harga,dapat menunjukkan pada konsumen
mengenai faktor- faktor produk, misalnya kualitas.
Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk/barang atau
jasa dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh
kedua belah pihak yang bertransaksi.
Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses,
pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang
manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor
produksi yang umumnya digunakan adalah tenaga kerja, tanah, dan modal.
Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan
kenaikan harga faktor produksi tersebut.
E. Pengertian Pasar
Menurut Henry Sarnowo dan Dadang Sunyto (2013) Pasar adalah tempat
atau mekanisme bertemunya kepentingan konsumen di satu sisi, dengan
kepentingan produsen di sisi lain. Oleh karena itu, pasar ini mempunyai banyak
fungsi bagi pelaku ekonomi baik konsumen, produsen, maupun pemerintah.
Misalnya pasar berfungsi sebagai sumber informasi bagi konsumen, produsen,
bahkan juga pemerintahan.
Dengan demikian, pasar mempunyai peranan yang sangat strategis bagi
pelaku bisnis (produsen) dan masyarakat secara keseluruhan. Tanpa ada akses
5
6. pasar, maka tidak mungkin suatu bisnis dapat bertahan hidup. Pasar adalah tempat
para produsen bersaing merebut konsumen dalam rangka mencapai tujuan
usahanya. Di samping itu, pasar mempunyai berbagai bentuk struktur yang
mempunyai hukumnya sendiri-sendiri, sehingga berpengaruh dan menentukan
tinggi rendahnya harga yang akan terjadi.
Selanjutnya, dari sisi konsumen, pasar adalah sumber informasi mengenai
pilihan yang dapat dilakukan. Semakin banyak produsen di pasar, dan sebaliknya.
Dengan demikian, konsumen juga berkepentingan terhadap kondisi pasar dari
barang dan jasa yang dibutuhkannya. Dari sisi luas atau ruang lingkupnya,pasar
dapat juga dikelompokkan menjadi pasar domestic pasar ekspor, atau pasar luar
negeri. Dengan demikian, maka pemahamanmengenai pasar ini sangat penting
dalam menganalisis fenomena ekonomi, baik bagi pelaku maupun pembuat
keputusan di bidang bisnis dan ekonomi publik. Dari uraian di atas terlihat bahwa
para pelaku ekonomi, khususnya produsen, perlu mempunyai strategi bersaing
yang andal untuk mencapai tujuan bisnisnya.
F. Pasar Persaingan Sempurna
Menurut Wilson Bangun (2007) Pasar persaingan sempurna (perfect
competition market) merupakan bentuk pasar yang paling tua yaitu sebuah jenis
pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak dan produk yang
dijual bersifat homogeny. Hal serupa juga disampaikan oleh Sadono Sukirno
(2005 ) bahwa pasar persaingan sempurna merupakan industry dimana terdapat
banyak penjual dan pembeli. Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil
interaksi antara penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli tidak
dapat mempengaruhi harga dan hanya berperan sebagai penerima harga ( Price
taker).
Pada dasarnya pasar persaingan sempurna tidak mengenal kompetisi antar
perusahaan karena kesempurnaan yang dimilikinya baik dari sisi produk, penjual,
pembeli, maupun informasi yang dimiliki pembeli dan penjual. Pada Pasar
Persaingan Sempurna semua variabel ekonomi terutam harga tentang harga (price)
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar, dan bukan tindakan
dari perusahaan. Lain lagi pada pasar global, cukup kompetitif perusahaan satu
6
7. dalam menentukan produksinya masih menunggu reaksi dari perusahaan lain. Jadi
kebijakan-kebijakan perusahaan dilakukan dengan pertimbangan keberdaan
perusahaan lain.
Keberadaan Pasar Persaingan Sempurna secara realitas tidak ada, karena ia
hanya ada secara teori. Namun demikian pasar global dewasa ini mengarah pada
konsep Pasar Persaingan Sempurna dalam arti, variabel harga ditentukan oleh
kekuatan tarik menarik antara penawaran dan permintaan pasar.
Dalam pasar persaingan sempurna jumlah perusahaan sangat banyak dan
kemampuan setiap perusahaan dianggap sedemikian kecilnya, sehinga tidak
mampu mempengaruhi pasar. Beberapa karakteristik agar sebuah pasar dapat
dikatakan pasar persaingan sempurna yaitu:
1. Semua perusahaan memproduksi barang yang homogeny (homogenitas
product). Produk yang homogen adalah produk yang mampu member
kepuasan (utilitas) kepada konsumen tanpa perlu mengetahui siapa
produsennya.
2. Produsen dan konsumen memiliki pengetahuan atau informasi sempurna
(perfect knowledge). Para pelaku ekonomi (konsumen dan produsen)
memiliki pengetahuan sempurna tentang harga produk dan input yang dijual
sehingga konsumen tidak akan mengelami perlakuan harga jual yang berbeda
dari suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
3. Output sebuah perusahaan relative kecil disbanding output pasar (small
relatively output). Jumlah output setiap perusahaan secara inividu dianggap
relative kecil disbanding jumlah output seluruh perusahaan dalam industry.
4. Perusahaan menerima harga yang ditentukan pasar (price taken)
Perusahaan menjual produknya dengan berpatokan pada harga yang
ditetapkan pasar (price taker) karena perusahaan tidak mampu mempengaruhi
harga pasar.
5. Semua perusahaan bebas masuk dan keluar pasar (free entry and exit)
Dalam pasar persaingan sempurna faktor mobilitasnya tidak terbatas dan
tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk memindahkan faktor produksi.
7
8. Agar dapat bertahan dalam pasar, maka dalam jangka panjang perusahaan harus
memenuhi 4 persyaratan :
1. Perusahaan harus bekerja sebaik mungkin (doing as well as possible) agar
perusahaan mencapai keadaan yang peling optimal.
2. Tidak mengalami kerugian (not suffering lost) agar dapat mengganti barang
modal yang digunakan dalm produksi. Oleh karena itu biaya rata-rata jangka
pendek harus sama dengan harga jual.
3. Tidak ada inserif bagi perusahaan untuk measuk-keluar, karena laba nol. Laba
nol sisebut juga laba normal yaitu tingkat laba yang memberikan tingkat
pengembalian yang sama jika uang dan factor produksi lain dialokasikan pada
kegiatan alternative.
4. Perusahaan tidak dapat menambah laba lagi, walaupun dengan memperbesar
skala produksi, karena berproduksi pada titik minimum kurva biaya rata-rata
jangka minimum.
G. Ciri-ciri Pasar Persaingan Sempurna
1. Jumlah penjual dan pembeli banyak, satu-satunya komponen yang
dikuasainya hanyalah kuantitas barang, karena sering penjual maupun
pembeli tidak bisa mempengaruhi harga. Penjual hanya sebagai pengambil
harga(price taker),misalnya ada satu penjual barang yang dijual sedikit, maka
jumlah sedikit ini tidak akan menjadikan harga naik sesuai dengan hukum
permintaan. Hal ini disebabkan karena’sedikit’ jumlah barang tersebut masih
kalah banyak secara keseluruhan dengan barang yang ada dipasar. Jadi
pengganti (substitusi) jumlah barang yang pembeli dan/atau penjual adalah
sangat banyak. Jumlah penjual dan pembeli banyak, sehingga tiap penjual dan
tiap pembeli hanya menjual dan membeli sebagian kecil saja dari jumlah
barang yang ada di pasar, perubahan barang yang dijual atau dibeli masing-
masing tidak dapat mempengaruhi harga pasar.
2. Barang homogen, yang dimaksud homogen adalah barang yang sama
diproduksi oleh produsen lain. Sifat barangnya adalah substitusi sempurna
dalam arti pergantian barang ke barang lain yang sejenis tidak menjadikan
masalah pembeli. Standarisasi produk telah jelas dan diketahui secara
8
9. bersama di pasar. Produk yang ada di pasar dengan yang ada di perusahaan
berbeda. Pembeli dalam menentukan pilihannya (preference) dalam keadaan
indifferen, artinya konsumen sama-sama menyukai produk dari perusahaan
satu maupun perusahaan lainnya, seperti beras, gula pasir, dan sebagainya.
Jadi barang yang diproduksi satu perusahaan merupakan barang substitusi
sempurna.
3. Mobilitas sumberdaya sempurna, artinya sumberdaya (modal dan tenaga
kerja) dengan mudah dapat berpindah dari usaha produksi yang lebih
menguntungkan. Adanya kebebasan keluar masuk industry (free entry da
free exit) baik bagi pembeli maupun penjual. Jika penjual merasa lebih
untung untuk pindah, tidak menjadi suatu persoalan da bahkan usaha baru
tersebut ditutup Karen atidak menguntungkan. Kebebasa usaha inila menjadi
jaminan untuk melakukan wirausaha apa saja yang dapat memperoleh
keuntungan.
4. Pengetahuan pembeli dan penjual sama (Perfepck knowledge), Perfeck
knowledge artinya semua penjual da pembeli mempunyai pengetahuan yang
sempurna atau memperoleh informasi yang sempurna tentang keadaan pasar
termasuk harga pasar yang terjadi, sehingga; (i) tidak ada penjual yang
menjual dengan harga yang lebih renda daripada harga pasar; (ii) tidak ada
pembelli yang membeli dengan harga yang lebih tinggi dan (iii) tidak ada
sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi usaha produksi yang
kurang menguntungkan daripada yang lain.
H. Kebaikan Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna memiliki bebarapa kebaikan dibandingkan pasar-
pasar yang lainnya antara lain :
1. Persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi,pasar persaingan sempurna
ditinjau dari sudut efisiensi, terlebih dahulu akan diterangkan dua konsep efisiensi
yaitu:
a. Efisiensi produktif : Untuk mencapai efisiensi produktif harus dipenuhi
dua syarat. Yang pertama, untuk setiap tingkat produksi, biaya yang
dikeluarkan adalah yang paling minimum. Untuk menghasilkan suatu
9
10. tingkat produksi berbagai corak gabungan faktor-faktor produksi dapat
digunakan. Gabungan yang paling efisien adalah gabungan yang
mengeluarkan biaya yang paling sedikit. Syarat ini harus dipenuhi pada
setiap tingkat produksi. Syarat yang kedua, industri secara keseluruhan
harus memproduksi barang pada biaya rata-rata yang paling rendah, yaitu
pada waktu kurva AC mencapai titik yang paling rendah. Apabila suatu
industri mencapai keadaan tersebut maka tingkat produksinya dikatakan
mencapai tingkat efisiensi produksi yang optimal, dan biaya produksi
yang paling minimal.
b. Efisiensi Alokatif: Untuk melihat apakah efisiesi alokatif dicapai atau
tidak, perlulah dilihat apakah alokasi sumber-sumber daya keberbagi
kegiatan ekonomi/produksi telah dicapai tingkat yang maksimum atau
belum. Alokasi sumber-sumber daya mencapai efisiensi yang maksimum
apabila dipenuhi syarat berikut : harga setiap barang sama dengan biaya
marjinal untuk memproduksi barang tersebut. Berarti untuk setiap
kegiatan ekonomi, produksi harus terus dilakukan sehingga tercapai
keadaan dimana harga=biaya marjinal. Dengan cara ini produksi berbagai
macam barang dalam perekonomian akan memaksimumkan
kesejahteraan masyarakat.
Didalam persaingan sempurna, kedua jenis efisiensi yang dijelaskan diatas
akan selalu wujud. Telah dijelaskan bahwa didalam jangka panjang perusahaan
dalam persaingan sempurna akan mendapat untung normal, dan untung normal ini
akan dicapai apabila biaya produksi adalah yang paling minimum. Dengan
demikian, sesuai dengan arti efisiensi produktif yang telah dijelaskan dalam
jangka panjang efisiensi produktif selalu dicapai oleh perushaan dalam persaingan
sempurna.
Telah juga dijelaskan bahwa dalam persaingan sempurna harga = hasil
penjualan marjinal. Dan didalam memaksimumkan keuntungan syaratnya adalah
hasil penjualan marjinal = biaya marjinal. Dengan demikian didalam jangka
panjang keadaan ini berlaku: harga = hasil penjualan marjinal = biaya marjinal.
Kesamaan ini membuktikan bahwa pasar persaingan sempurna juga mencapai
10
11. efisiensi alokatif. Dari kenyataan bahwa efisiensi produktif dan efisiensi alokatif
dicapai didalam pasar persaingan sempurna.
Kebebasan bertindak dan memilih Persaingan sempurna menghindari
wujudnya konsentrasi kekuasaan di segolonan kecil masyarakat. Pada umumnya
orang berkeyakinan bahwa konsentrasi semacam itu akan membatasi kebebasan
seseorang dalam melakukan kegiatannya dan memilih pekerjaan yang disukainya.
Juga kebebasaannya untuk memilih barang yang dikonsumsikannya menjadi lebih
terbatas.
Didalam pasar yang bebas tidak seorang pun mempunyai kekuasaan dalam
menentukan harga, jumlah produksi dan jenis barang yang diproduksikan. Begitu
pula dalam menentukan bagaimana faktor-faktor produksi digunakan dalam
masyarakat, efisiensilah yang menjadi factor yang menentukan pengalokasinya.
Tidak seorang pun mempunyai kekuasan untuk menentukan corak
pengalokasiannya. Selanjutnya dengan adanya kebebasaan untuk
memproduksikan berbagai jenis barang maka masyarakat dapat mempunyai
pilihan yang lebih banyak terhadap barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhannya. Dan masyarakat mempunyai kebebasan yang
penuh keatas corak pilihan yang akan dibuatnya dalam menggunakan factor-faktor
produksi yang mereka miliki.
I. Keburukan Pasar Persaingan Sempurna
Disamping memiliki kebaikan-kebaikan, pasar persaingan sempurna juga
memiliki keburukan-keburukan antara lain :
1) Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi.
Dalam pasar persaingan sempurna teknologi dapat dicontoh dengan mudah
oleh perusahaan lain. Sebagai akibatnya suatu perusahaan tidak dapat
meemperoleh keuntungan yang kekal dari mengembangkan teknologi dan teknik
memproduksi yang baru tersebut. Oleh sebab itulah keuntungan dalam jangka
panjang hanyalah berupa keuntungan normal, Karena walaupun pada mulanya
suatu perusahaan dapat menaikkan efisiensi dan menurunkan biaya, perusahaan-
11
12. perusahaan lain dalam waktu singkat juga dapat berbuat demikian.
Ketidakkekalan keuntungan dari mengembangkan teknologi ini menyebabkan
perusahaan-perusahaan tidak terdorong untuk melakukan perkembangan teknologi
dan inovasi.
Disamping oleh alasan yang disebutkan diatas, segolongan ahli ekonomi
juga berpendapat kemajuan teknologi adalah terbatas dipasar persaingan
sempurna karena perusahaan-perusahan yang kecil ukurannya tidak akan mampu
untuk membuat penyelidikan untuk mengembangkan teknologi yang lebih baik.
Penyelidikan seperti itu sering kali sangat mahal biayanya dan tidak dapat dipikul
oleh perusahaan yang kecil ukurannya.
2) Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya social
Didalam menilai efisiensi perusahaan yang diperhatikan adalah cara
perusahaan itu menggunakan sumber-sumber daya. Ditinjau dari sudut
pandangnan perusahaan, penggunaannya mungkimn sangat efisien. Akan tetapi,
ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat, adakalanya merugikan.
3) Membatasi pilihan konsumen
Karena barang yang dihasilkan perusahaan-perusahan adalah 100 persen
sama, konsumen mempunyai pilihan yang terbatas untuk menentukan barang yang
akan dikonsumsinya.
4) Biaya dalam pasar persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
Didalam mengatakan biaya produksi dalam pasar persaingan sempurna
adalah paling minimum,tersirat (yang tidak dinyatakan)pemisalan bahwa biaya
produksi tidak berbeda. Pemisalan ini tidak selalu benar. Perusahaan-perusahaan
dalam bentuk pasar lainnya mungkin dapat mengurangi biaya produksi sebagai
akibat menikmati skala ekonomi,perkembangan teknologi dan inovasi.
5) Distribusi pendapatan tidak selalu rata
Suatu corak distribusi pendapatan tertentu menimbulkan suatu pola
permintaan tertentu dalam masyarakat. Pola permintaan tersebut akan menentukan
bentuk pengalokasian sumber-sumber daya. Ini berarti distribusi pendapatan
12
13. menentukan bagaimana bentuk dari penggunaan sumber-sumber daya yang
efisien. Kalau distribusi pendapatan tidak merata maka penggunaan sumber-
sumber daya (yang dialokasikan secara efisien) akan lebih banyak digunakan
untuk kepentingan golongan kaya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kondisi Kenaikan Harga Bawang
Kenaikan harga produk hortikultura yang bervariasi memicu
ketidakstabilan harga, khususnya bawang merah dan putih. BPS mencatat
kenaikan terjadi di 80 kota di Indonesia dan yang tertinggi terjadi di Tarakan.
Sebelumnya, harga bawang merah berada di kisaran Rp 24 ribu hingga 28 ribu per
kilogram, saat ini harga melonjak menembus angka Rp 35 ribu per kg bahkan
dibeberapa daerah ada yang mencapai angka Rp.37 ribu. Sedangkan untuk
13
14. bawang putih mengalami kenaikan rata-rata 7 persen yaitu menjadi Rp 23 ribu per
kgdari sebelumnya Rp.15 ribu/ kg. Gejolak kenaikan harga yang bervariasi, jika
tidak diantisipasi, akan dapat berdampak pada kenaikan harga komoditi lainnya.
Secara teknis, gejolak kenaikan harga pangan disebabkan oleh kenaikan
harga bahan bakar minyak, lemahnya infrastruktur distribusi, nilai tukar mata
uang, dan harga input pertanian. Namun ada yang jauh lebih bersifat sistemik,
yaitu terjadinya lonjakan harga karena faktor ulah manusia. Yang termasuk faktor
ulah manusia adalah peran dominan kaum kapitalis, spekulasi di bursa berjangka,
melemahnya peran negara, kebijakan impor yang salah, serta permainan swasta
nasional dalam perdagangan.
Kenaikan harga pangan, khususnya bawang merah dan bawang putih,
tentu membuat pedagang kecil tidak nyaman berusaha. Konsumen berkurang dan
mengeluh. Lonjakan harga pangan hortikultura tak menguntungkan petani kecil,
pedagang, dan konsumen. Dengan demikian, pengawasan stok bawang dan
komoditas pangan hortikultura lainnya mutlak dilakukan. Payung hukum yang
melarang penimbunan perlu diefektifkan. Jaringan informasi distribusi dan harga
bawang harus transparan.
Data Kementerian Perdagangan (12/3) menyebutkan pada pertengahan
April 2015, harga bawang putih rata-rata naik 7 persen.. Sementara itu, bawang
merah rata-rata naik 29,05 persen. Pada bulan Maret 2015 harganya Rp 24 Ribu
hingga Rp 28 ribu per kg, tetapi pada bulan April 2015 menjadi Rp 35 ribu hingga
Rp. 37 Ribu per kg. Data dari BPS menunjukkan kondisi kenaikan harga bawang
dibulan Maret 2015 ini member sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,1 persen.
B. Penyebab Kenaikan Harga Bawang
Ada beberapa hal yang disinyalir menjadi penyebab naiknya harga bawang
yang sedang terjdi akhir-akhir ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Cuaca
Akibat cuaca kurang mendukung dan curah hujan cukup tinggi di berbagai
belahan daerah di Indonesi mengakibatkan tingkat produksi beberapa komoditas
hortikultura menurun, terutama komoditas bawang putih dan bawang merah di
sejumlah Negara termasuk sentra-sentra produksi di wilayah Indonesia.
14
15. Dampaknya, gagal panen dan terganggunya pasokan untuk pasar-pasar konsumsi
di dalam negeri. Harga kedua komoditas tersebut dalam kurun waktu yang relatif
singkat telah beberapa kali meroket akibat makin berkurangnya pasokan.
b. Kurangnya pasokan bawang dari Negara lain terutama bawang putih
Faktor lain pemicu kenaikan harga bawang adalah kurangnya pasokan dan
naiknya harga dari negara asalnya yaitu China, yang merupakan eksportir terbesar
bawang putih ke Indonesia, 95 persen kebutuhan nasional.
Menurut data dari Kemendag menurunnya stok bawang putih digudang
importer diakibatkan Negera China baru saja selesai melakukan panen besar-
besaran dan diharapkan dalam bulan kedepan masalah kelangkaan stok bawang
putih ini dapat teratasi.
c. Pelanggaran aturan importir
Krisis bawang di Indonesia diperkeruh ulah pemodal dan pengusaha besar
ataupun importir, dengan melanggar aturan impor. Beberapa peti kemas dari 599
peti kemas bawang putih impor dari China, tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak,
Surabaya. Diduga ada unsur kesengajaan pihak importir untuk menahan peti
kemas dengan mengulur waktu pengurusan surat persetujuan impor (SPI) dan
dokumen rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH). Harapannya, terjadi
kelangkaan bawang di pasar sehingga akan mendongkrak harga. Komisi
Perdagangan dan Persaingan Usaha (KPPU) mensinyalir 11 importir bawang
putih melakukan praktik kartel dengan cara mengulur waktu pengurusan ijinnya
bagi ke 394 peti kemas produk bawang putih.
d. Kebijakan Pembatasan importasi
Secara umum, dinamika dan kompleksitas suatu masalah akibat
pergerakan harga komoditas tertentu, telah menimbulkan berbagai persoalan
sekaligus sebuah tantangan dan peluang yang perlu dicermati dan di antisipasi
oleh kalangan stakeholder melalui sejumlah langkah kebijakan dan penerapan
strategi yang tepat sasaran, guna mengendalikan dengan menjadikannya lebih
bernilai dan bermanfaat.
Akibat penerapan kebijakan tentang pembatasan importasi pada 13 produk
hortikultura melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66 Tahun 2012, salah
satunya komoditas bawang putih telah menimbulkan terjadinya kenaikan harga
15
16. yang cukup tinggi pada sejumlah pasar konsumsi di daerah-daerah. Pada awalnya
kebijakan tersebut dibuat dengan mempertimbangkan berbagai alasan, antara lain
untuk melindungi hasil produksi/panen para petani lokal yang akan memasuki
panen raya, agar terserap hasil panennya di pasaran dan dapat menjamin tingkat
harga yang lebih menguntungkan agar tidak jatuh pada tingkat yang rendah,
seperti yang dialami pada tahun sebelumnya, serta dapat mengendalikan jumlah
yang ideal atas pasokan yang akan memasuki pasar konsumen dalam negeri,
antara perbandingan jumlah produksi dalam negeri dengan tingkat kebutuhan
impornya.
Berdasarkan data dan angka pemerintah, produksi bawang putih lokal
yang dihasilkan para petani menunjukan rata-rata produksinya sebesar 14.200 ton
per tahun, sementara untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia, rata-rata
per tahun sebesar 400.000 ton. Terlihat cukup besar angka perbandingannya,
antara angka jumlah produksi dan angka jumlah kebutuhan permintaan dalam
negeri, yaitu angkanya sebesar 385.800 ton per tahun.
Akibat kenaikan harga-harga pangan yang terjadi belakangan ini, dampak
yang ditimbulkan sudah cukup meluas bagi hajat hidup orang banyak, dan harus
segera dikendalikan kestabilan harganya sehingga tidak akan menggerus daya beli
masyarakat Indonesia.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, semestinya perlu segera dilakukan
perbaikan regulasi terhadap kebijakan Permentan Nomor 66/2012 mengenai
pembatasan impor hortikultura terutama komoditas bawang putih dan kebijakan
terkait bawang putih lokal, bukan dengan cara menutup rapat keran impornya,
akan tetapi lebih kepada pengendalian pasokannya di dalam negeri dikarenakan
hasil produksi bawang putih kita (lokal) tidak akan mencukupi untuk penyediaan
kebutuhan konsumsi masyarakat.
C. Dampak Kenaikan Harga Bawang Mendorong Inflasi
Secara ekonomi, dampak dari kenaikan harga bawang merah dan bawang
putih ini biasanya akan diikuti oleh kenaikan harga “saudaranya” semacam cabai,
tomat dan sebagainya. Inilah yang bisa menimbulkan terjadinya gejolak ekonomi
atau inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri telah merilis inflasi yang terjadi
16
17. pada bulan Maret 2015 lalu yaitu sebesar 0,1 persen akibat dari kenaikan harga
bawang. Perubahan harganya mencapai 29,05 persen, sementara di tingkat
pengecer atau penjual sayur keliling bisa berlipat-lipat lagi.
BPS sendiri menengarai terjadinya hal seperti ini karana adanya
keterbatasan pasokan di pasar dan masih dibatasinya impor. Adanya kebijakan
pemerintah yaitu pembatasan produk holtikultura yang masuk ke Indonesia
menyebabkan sejumlah komoditas menjadi langka, termasuk bawang merah dan
bawang putih ini. Disamping itu, pengenaan pajak dan biaya transportasi juga
sangat mahal menyebabkan importir berpikir ulang jika akan mendatangkan
barang.
D. Solusi Kenaikan Harga Bawang
Penyebab kenaikan harga kebutuhan pangan, khususnya komoditas
bawang, bila dicermati bisa diakibatkan oleh tiga faktor. Pertama, kelangkaan
barang; kedua, penurunan nilai mata uang yang dipegang masyarakat; dan ketiga,
tingginya permintaan. Dari ketiga faktor tersebut, faktor kedua adalah problem
kenaikan harga (inflasi) pada barang-barang kebutuhan pokok yang biasa terjadi
dalam skala tahunan secara agregat (merata pada suatu masyarakat), dan hal ini
terjadi bukan lantaran kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok tersebut.
Pemecahan yang terbaik memang kita harus mampu memproduksi sendiri.
Entah melalui berbagai kebijakan dan stimulus pemerintah untuk mendorong
masyarakat tani menaman komoditas ini. Atau bisa juga bagi konsumen rumah
tangga di pedesaan yang tingkat konsumsinya tak terkalu banyak, namun secara
reguler dan terus menerus, secara individu menanam sendiri, meski dengan skala
kecil dan memang untuk dikonsumsi sendiri.
Setidaknya ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah
untuk mengatasi kenaikan harga, terutama komoditas bawang, agar menjadi stabil.
a. Menabung Bawang
Kita bisa belajar dari orang-orang (desa) terdahulu, yaitu dengan
“menabung” bawang. Dengan kata lain mereka seringkali ketika panen raya dan
harganya relatif murah membeli dalam jumlah besar untuk komoditas bawang
17
18. merah dan bawang putih. Kemudian mereka menyimpannya di dekat atau di atas
tungku masak (para-para) sehingga tiap hari selalu terkena asap. Akibatnya
bawang merah dan bawang putih lebih tahan lama karena tak terserang ulat busuk
ataupun sejenis ngengat, sehingga cukup untuk menghadapi masa paceklik atau
masa menunggu panen berikutnya.
Di samping itu, biasanya mereka juga menanam bawang merah dan
bawang putih, juga beberapa tanaman bumbu dapur lainnya dalam skala kecil.
Kadang di lahan pekarangan kadang juga di dalam pot-pot yang sekaligus sebagai
hiasan. Bibit-bibitnya diperoleh secara sederhanan dengan mentisihkan atau
menyisakan ketika memasak. Mungkin ini terlalu kecil dan sedikit merepotkan,
tetapi tak ada salahnya model atau semangat mereka kita kembangkan lagi. Dari
pada kita dibuat repot oleh kelangkaan dan mahalnya harga seperti saat ini,
sepertinya lebih baik kita sedikit repot menanam sendiri, dan jangan sampai
menjadi kisah klasik ekonomi Indonesia yang terus berulang terjadi!
b. Mengawasi harga agar terkendali
Pemerintah seharusnya mampu mengawasi harga agar terkendali, tidak
boleh membiarkan harga melambung tinggi yang dinaikkan sepihak oleh penjual
perusahaan swasta, sementara masyarakat menjerit. Praktek-praktek yang
terlarang, seperti penipuan, penimbunan, monopoli, menetapkan harga, dan
menaikkan harga, perlu ditindak dengan sanksi yang tegas.
Di samping itu, pemerintah perlu mendorong berkembangnya sektor riil
saja (pertanian, perikanan, perkebunan, perindustrian, transportasi, dll). Regulasi
yang mengatur barang dan jasa yang boleh atau tidak boleh dilakukan secara
berkelanjutan perlu dibuat secara berkeadilan. Aktivitas perdagangan produk
pangan perlu dijaga agar berjalan sewajarnya, sehat dan adil, tidak merugikan
antara penjual dan pembeli dengan menaikkan harga seperti yang terjadi sekarang
ini.
c. Penurunan biaya sarana produksi
18
19. Pemerintah mesti menurunkan biaya sarana produksi pertanian dan
memperbaiki infrastruktur distribusi hasil pertanian. Tingginya biaya produksi dan
biaya angkut saat ini dinilai sebagai pemicu utama meningkatnya harga pangan,
khususnya bawang. Diperlukan penerapan sanksi yang tegas bagi pelaku
peredaran produk illegal serta pengawasan aturan yang diberlakukan terhadap
terjadinya kenaikan permintaan makanan dan minuman
d. Edukasi terhadap konsumen lokal
Faktor komponen yang perlu serius diperhatikan oleh para pemangku
pembuat kebijakan jika akan dilakukan perbaikan pada regulasi, adalah berupaya
agar dapat menciptakan kegairahan para petani kembali untuk meningkatkan
produktivitas dan produksi bawang putih local, serta upaya yang lebih intensitas
pelaksanaan edukasi kepada para konsumen di dalam negeri agar dapat beralih
(diversifikasi) yang tadinya terbiasa mengolah makanan dengan bawang putih
impor kepada jenis bawang putih lokal yang saat ini masih kurang diminati
penggunaannya.
Dengan demikian, jika kebijakan tersebut dapat mendiversifikasi
permintaan mereka, tentunya akan mempunyai dua keuntungan sekaligus, yaitu
pertama: Para petani akan lebih bergairah untuk menanam kembali sehingga
terjadi peningkatan hasil/panen produksi bawang putih lokal yang impaknya dapat
meningkatkan pendapatan para petani, dan secara tidak langsung akan terjadi
pengurangan jumlah kuota impor produk bawang putih di dalam negeri, akibat
telah tingginya permintaan konsumen yang sudah beralih dan mengemari
penggunaan produk bawang putih lokal sehari-hari.
Dalam jangka panjang, pemerintah perlu menghentikan impor pangan
pada produk yang bisa dihasilkan di dalam negeri seperti bawang, buah-buahan,
sayur-sayuran dan sebagainya. Sebab, impor bahan pangan, selain
menghamburkan devisa, dapat membunuh produsen pangan dalam negeri dan
mengancam kedaulatan pangan nasional. Selain itu, impor pangan hanya akan
memakmurkan para spekulan dan komprador penjual. Di sisi lain, negara dengan
penduduk lebih dari 100 juta orang, tidak mungkin bisa maju, jika kebutuhan
pangannya bergantung pada impor (FAO, 1998). Negara perlu segera menjadikan
19
20. sektor pertanian sebagai sumber kekuatan ekonomi nasional. Akhirnya, seluruh
kebijakan politik-ekonomi menjelang tahun politik ini harus kondusif untuk bisa
mengendalikan kenaikan harga pangan.
e. Pemanfaatan Teknologi
Pertimbangan tambahan yang harus menjadi perhatian bersama adalah
dengan menggalakkan bidang penelitian dan pengembangan dalam pertanian.
Dengan masih lemahnya diseminasi teknologi dan pemanfaatan teknologi tersebut
kepada masyarakat secara luas menjadi salah satu kendala juga bagi adopsi
penerapan teknologi dalam usaha meningkatkan produksi, di tambah lagi
mekanisme investasi dan pembiayaan pertanian yang saat ini masih belum semua
bisa dijangkau oleh masyarakat terutama para petani.
Meningkatkan kemampuan produksi dan menciptakan daya saing yang
tinggi bagi komoditas pertanian dalam negeri terutama komoditas hortikultura
menjelang era perdagangan bebas, menjadi salah satu dasar kekuatan ekonomi
bangsa dan kunci untuk mengulang kesuksesan kembali Indonesia sebagai negara
agraris (swasembada) yang mendukung perekonomian dunia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kenaikan harga bawang merah dan bawang putih ini ditengarai karena
kurangnya pasokan bawang dipasaran dan digudang importir. Disamping itu,
seperti yang diberitakan berbagai media akhir-akhir ini, ada yang
20
21. menyebutkan bahwa kenaikan harga juga dipengaruhi factor alam seperti
curah hujan yang relative tinggi.
2. Ada beberapa hal yang disinyalir menjadi penyebab naiknya harga bawang
yang sedang terjdi akhir-akhir ini, diantaranya adalah sebagai berikut: Cuaca,
Kurangnya pasokan dan naiknya harga bawang di China, Pelanggaran aturan
importer daan Kebijakan Pembatasan importasi.
3. Dampak dari kenaikan harga bawang merah dan bawang putih ini biasanya
akan diikuti oleh kenaikan harga “saudaranya” semacam cabai, tomat dan
sebagainya. Inilah yang bisa menimbulkan terjadinya gejolak ekonomi atau
inflasi
4. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
kenaikan harga, terutama komoditas bawang, agar menjadi stabil yaitu
Mengawasi harga agar terkendali, Penurunan biaya sarana produksi, Edukasi
terhadap konsumen lokal dan Pemanfaatan Teknologi
B. Saran
1. Pemerintah diharapkan mampu menstabilkan harga bawang dengan
menegakkan hukum bagi pengusaha yang melakukan penimbunan bawang
2. Masyarakat diharapkan membiasakan untuk menanam sendiri kebutuhan
bawang yang skala kecil/ untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak
tergantung pada panen petani/impor.
21