SlideShare a Scribd company logo
1 of 108
Download to read offline
BERBAGI UNTUK NEGERI
MARI KERJA BERSAMA
Dony Ekoprilawanto
Pengantar
2
Agustus 2017
U
sia 72 tahun bukanlah sebuah masa yang pendek, banyak kisah yang
mengiringi perjalanan anak negeri ini dalam menuju ke kedewasaan
berbangsa dan bernegara. Kisah suka maupun duka berbalut menjadi
satu. Banyak dinamika yang dialami, dirasakan, hingga terkadang
menyisakan sendu dan pilu.
Momentum ini mari kita gunakan untuk saling berbagi dan kerja bersama untuk
mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik. Berpikir maju dan saling bersinergi guna
mempererat kebersamaan dalam balutan berbangsa dan bernegara.
Kami berupaya memberikan kontribusi positif kepada rekan-rekan pelaku UMKM
dengan cara menerbitkan sebuah media digital yang bisa dinikmati secara gratis.
Media digital ini kami beri nama RetGoo Insight, berisi tentang manajemen proses
bisnis baik teori maupun implementasi praktisnya. Mengapa kami memilih tema
terkait proses bisnis?
Berdasarkan pengalaman kami selama ini, proses bisnis menjadi salah satu pilar
penting operasional perusahaan. Cukup banyak rekan-rekan yang mengelola
perusahaan tidak begitu paham tentang apa yang dimaksud dengan proses bisnis.
Manajemen proses bisnis yang buruk dapat mengakibatkan inefisiensi hingga
kekacauan operasional perusahaan.
Selain berisi tentang manajemen proses bisnis, RetGoo Insight juga memuat
informasi atau materi tentang dunia bisnis, marketing, softskill, leadership, serta
manajemen lainnya. Kami berencana melakukan penerbitan RetGoo Insight setiap
dua bulan sekali.
Semoga bermanfaat.
Pengantar
3
Agustus 2017
Alamat Redaksi RetGoo Insight:
Terra Building, Jalan Terusan Candi Mendut 9B Malang, lantai 3A
Redaktur: Dony E | Tim Kreatif: Annisa K, Dinda, Fani
Manajemen Proses Bisnis
Daftar Isi
Apakah Anda benar-benar memahami apakah yang
dimaksud dengan Proses Bisnis?06
Perkembangan Konsep Manajemen dan Inovasi
Teknologi Informasi dalam melahirkan BPM10
Senjata Pamungkas itu bernama BPMS
14
Seberapa Transparankah Proses Bisnis Perusahaan
Anda?
22
ISO 9001:2015, pendekatan berbasis Proses Bisnis
dan Risk Based Thinking44
Data-Centric vs Process-Centric, lebih memilih
mana?
26
ISO series
Sudah awareness ISO bahkan telah bersertifikasi,
namun kok masih tidak sinkron!
52
4
Agustus 2017
Think about “Who, What, When, Where, How”, then
you could ask the most powerfull Question“Why?”
30
“Operasional kami sudah mulai Kedodoran”, CEO
Inagata40
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Bisnis, Start-up
Business Model Canvas -
BMC56
Business Motivation Model -
BMM66
Tiga Jebakan Marketing Plan
80
Leadership bukan LeaderS(**)t
84
Tak ada Karyawan Bodoh
90
Sobat, berbagilah Saham dengan Karyawan Anda
98
Filosofi Marketing, Sales, dan Brand itu ibarat Sedotan
102
Marketing, Refleksi
RetGoo Sentris Informa
104
5
Agustus 2017
Apakah Anda benar-benar
memahami apa itu
Proses Bisnis?
Tulisan ini akan mengulas tentang definisi proses bisnis (Business Process), benefit bagi para stake-holder
perusahaan, langkah-langkah praktis untuk memulai mendesain proses bisnis serta kajian terkait dengan
proses bisnis. Disamping itu juga akan dijelaskan tentang Business Process Management (BPM) agar
mendapat pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan proses bisnis.
Proses Bisnis
Apakah Anda benar-benar
memahami apa itu
Proses Bisnis?
6
Agustus 2017
S
etiap organisasi, baik yang berorientasi profit atau pun
bukan, pastinya mempunyai sebuah aturan atau lebih
bagaimana aktivitas-aktivitas yang terdapat di
organisasi tersebut dijalankan. Aturan tersebut dibuat
untuk memastikan bahwa pekerjaan atau tugas dapat
diselesaikan dengan baik.
Entitas perusahaan adalah salah satu organisasi yang bersifat
profit. Tidak peduli apakah perusahaan skala mikro hingga besar,
pastilah terdapat aktivitas-aktivitas yang akan mengonversi
sebuah masukan (input) menjadi keluaran (output) melalui
sebuah proses. Rangkaian aktivitas-aktivitas inilah yang bisa
disebut sebagai sebuah proses bisnis.
Secara definisi, proses bisnis adalah sekumpulan rangkaian
aktivitas atau kegiatan yang terstruktur untuk menghasilkan
sebuah layanan tertentu sesuai dengan tujuan. Untuk memahami
secara sederhana, proses bisnis ini dapat dimaknai sebagai
sebuah Standard Operating Procedure (SOP). Walaupun seolah-
olah mirip, namun demikian, proses bisnis tidaklah sama dengan
SOP.
Bagi Anda pelaku maupun pengelola sebuah bisnis, tentu saja
mempunyai SOP untuk menjalankan operasional perusahaan.
Namun, apakah SOP yang ditetapkan perusahaan sudah
dijalankan dengan baik ataukah belum? Selanjutnya, apakah
perusahaan Anda telah memiliki proses bisnis yang sesuai
dengan karakteristik bisnis Anda? Siapa yang wajib mengetahui
proses bisnis? Siapa yang seharusnya menjalankan proses bisnis
tersebut? Siapa yang berwewenang menilai jalannya proses
bisnis? Sepertinya masih banyak lagi deretan pertanyaan yang
akan muncul untuk menguji seberapa peduli pengelola bisnis
dalam menjalankan roda operasional perusahaan.
Proses bisnis memegang peranan penting dalam perkembangan
perusahaan. Sebagai salah satu pilar perusahaan, kualitas proses
bisnis akan menentukan bagaimana sebuah layanan atau produk
dibuat. Proses bisnis mencerminkan bagaimana perusahaan
dikelola, proses bisnis yang buruk tentu saja akan menyebabkan
banyak masalah baik langsung maupun tak langsung.
Segitiga Sukses Bisnis:
People, Process, dan
Technology
Gambar A menjelaskan tentang tiga pilar
utama transformasi bisnis sebuah
perusahaan, yaitu: People, Process, dan
Technology. Ketiga pilar tersebut sangat
berkaitan erat satu dengan yang lain. Saat
ini adalah eranya dimana penggunaan
teknologi akan memudahkan manusia
dalam menjalankan aktivitas.
People
Perusahaan terdiri atas kumpulan orang
yang saling bekerja sama untuk
mewujudkan visi dan misi organisasi.
Hubungan stake-holder yang terjalin
antara semua pihak yang terlibat, baik
pemilik perusahaan, pengelola, dan mitra
sangat dipengaruhi oleh kualitas orang
yang dimiliki oleh perusahaan. Aspek
manusia (people) saat ini bukan lagi
dianggap sebagai sekedar sumber daya
perusahaan, namun sudah dinilai sebagai
sebuah aset atau modal utama bagi
perusahaan.
Pengelolaan potensi manusia ini sudah
tidak lagi menggunakan pendekatan ala
Human Resources, namun melalui Human
Capital. Prinsip dari pendekatan ini secara
sederhana adalah memandang bahwa
karyawan adalah sebagai mitra
perusahaan.
Process
Semua pihak yang terlibat, baik internal
maupun eksternal akan saling
bekerjasama dan berkolaborasi guna
memastikan pekerjaan-pekerjaan di
perusahaan akan terselesaikan dengan
baik.
Terdapat cukup banyak proses yang
terdapat dalam sebuah perusahaan,
termasuk perusahaan skala mikro atau
kecil. Secara umum terdapat dua jenis
proses yaitu proses inti (Core Processes)
dan proses pendukung (Supporting
Processes).
Proses inti mengacu kepada rangkaian
aktivitas yang secara langsung
berhubungan dengan produk atau
layanan kepada pelanggan. Misalnya
pada industri manufaktur, proses inti
menyebar pada fungsional pembelian
material, produksi, gudang, dan kontrol
kualitas.
Sedangkan proses pendukung adalah
aktivitas yang tidak berhubungan secara
langsung dengan pelanggan namun
keberadaannya dapat meningkatkan nilai
dari layanan atau produk. Contoh
sederhana proses pendukung ini adalah
layanan keluhan pelanggan, keuangan,
akuntansi, dan pengelolaan sumber daya
manusia.
Baik proses inti maupun pendukung
mutlak dikelola dengan baik, mulai dari
perencanaan, implementasi, eksekusi,
pemantauan, hingga perbaikan. Kajian
keilmuan tentang bagaimana mengelola
proses bisnis ini dapat dipelajari lebih
lanjut di Business Process Management
(BPM).
Proses Bisnis
A - People, Process, Technology
7
Agustus 2017
Technology
Peranan teknologi saat ini sangat berpengaruh
dalam perkembangan suatu bisnis. Penggunaan
teknologi pada perusahaan akan memudahkan
karyawan dalam menjalankan proses bisnis
sehingga mempercepat tercapainya tujuan
perusahaan.
Teknologi dapat berupa tools apapun yang bisa
digunakan untuk mengeksekusi proses bisnis,
SOP, maupun instruksi kerja lainnya. Tools
tersebut bisa berupa teknologi Informasi,
peralatan kerja, mesin, alat ukur, dan lain
sebagainya.
Penggunaan teknologi haruslah berdampak
terhadap efektivitas dan efisiensi kerja baik
dalam tataran personal, fungsional, maupun
perusahaan secara keseluruhan. Kehadiran
teknologi tidak boleh melahirkan permasalahan
baru.
Proses Bisnis, SOP, dan
Instruksi Kerja
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa proses bisnis tidaklah sama dengan SOP
walaupun sekilas terlihat identik. Proses bisnis
juga berbeda dengan instruksi kerja (Work
Instruction). Ketiga istilah tersebut berorientasi
kepada pengelolaan aktivitas, perbedaannya
terletak pada tingkatan dalam herarki
manajemen aktivitas.
Proses Bisnis
Proses bisnis mempunyai perspektif yang lebih
luas jika dibandingkan dengan SOP. Proses
bisnis berada setingkat di atas SOP dalam
tataran manajemen proses. Orientasi proses
bisnis adalah bagaimana mengantarkan sebuah
business value agar bisa dinikmati oleh pihak
terkait terutama pelanggan. Aktivitas pada
proses bisnis sering melibatkan antar bagian
dalam sebuah perusahaan. Kolaborasi lintas
fungsional sangat dituntut agar jalannya proses
bisnis bisa berlangsung dengan baik.
Secara umum, biasanya proses bisnis dijabarkan
dalam sebuah alur diagram yang mudah
dipahami oleh pihak yang terkait. Pemodelan
proses bisnis dalam bentuk diagram saat ini
sudah terstandarisasi secara internasional, yaitu
dengan menggunakan BPMN 2.0 (Business
Process Model and Notation).
Contoh proses bisnis dalam perusahaan
misalnya adalah Proses Pengadaan Material.
Proses bisnis ini bisa melibatkan dua atau lebih
partisipan di departemen yang berbeda serta
partner di luar perusahaan, bisa pemasok atau
vendor.
SOP
SOP merupakan penjabaran lebih detail dari
proses bisnis maupun kebijakan perusahaan.
SOP atau biasa disebut dengan prosedur,
sifatnya lebih spesifik untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan.
Dalam kaitannya dengan proses bisnis, SOP ini
bisa disisipkan untuk memperjelas dan
memudahkan jalannya eksekusi proses bisnis.
Contoh prosedur misalnya Pemeriksaan
Ketersediaan Material di gudang yang terdapat
di proses bisnis Pengadaan Material.
SOP bisa dideskripsikan dalam bentuk visualisasi
diagram maupun narasi. SOP berisi panduan
untuk menyelesaikan sebuah tugas. Panduan
dalam SOP bisa juga berisi semacam check list
yang mesti dikerjakan.
Instruksi Kerja
Instruksi kerja menjelaskan teknis langkah-
langkah bagaimana sebuah tugas dikerjakan
secara cukup detail. Instruksi kerja ini pada
umumnya dilakukan oleh level individu pada
satu bagian saja. Tidak melibatkan pihak lain.
Proses Bisnis
Technology
8
Agustus 2017
Proses Bisnis
Benefit Proses Bisnis
Saat ini proses bisnis sudah dianggap sebagai salah satu aset
bagi perusahaan. Proses bisnis akan menentukan kemenangan
dari sebuah kompetisi bisnis. Proses bisnis dapat menjadi
pembeda dengan para kompetitor.
Berikut ini beberapa benefit yang dapat diambil dari
implementasi proses bisnis:
1. Perusahaan lebih mudah beradaptasi dan fleksibel terhadap
setiap perubahan bisnis.
2. Dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
3. Menjamin keterbukaan dan transparansi sistem yang akan
berpengaruh kepada kepercayaan stakeholder.
4. Berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
5. Memastikan bahwa sistem dapat berkembang dan
mengalami perbaikan secara terus menerus.
6. Penilaian kinerja secara objektif dan terukur.
7. Memadukan antara kepentingan bisnis dan Teknologi
Informasi secara lebih mudah.
8. Mengurangi biaya serta meningkatkan pendapatan
perusahaan.
(DE)
B - Hirarki Level Aktivitas
9
Agustus 2017
Perkembangan BPM
Perkembangan Konsep Manajemen
dan Teknologi Informasi dalam
melahirkan BPM
Sinergi antara aspek Manajemen dan Teknologi Informasi telah berhasil diwujudkan semenjak teknologi
Business Process Management Suites (BPMS) diperkenalkan pada tahun 2005. Hal ini merupakan kabar
gembira bagi pelaku usaha, khususnya yang peduli terhadap manajemen dan teknologi informasi. Kita perlu
mengetahui bagaimana perkembangan konsep manajemen beriringan dengan inovasi yang dilakukan di
teknologi informasi agar mendapatkan gambaran utuh tentang bagaimana BPM terbentuk.
S
eperti yang diperlihatkan dalam
Gambar A, bahwa BPM mengalami
perkembangan yang cukup cepat
menjelang dimulainya tahun 2000-an
hingga sekarang. Ada dua aspek yang menjadi
perhatian terkait dengan lahirnya BPM, yaitu
aspek manajemen dan teknologi informasi.
Saat ini semestinya sudah tidak ada dikotomi
antara manajemen dan teknologi informasi (TI).
Perusahaan yang masih memisahkan antara
kepentingan manajemen dan TI berarti tidak
memahami dengan baik arti kolaborasi dan
maturitas disiplin keilmuan. Perkembangan
teknologi yang cukup pesat dewasa ini ikut
mempercepat terjadinya peleburan beberapa
aspek keilmuan.
Pada awalnya, sisi manajemen sangat jauh
terpisah dengan TI. Konsep manajemen
dimulai dengan lahirnya Total Quality
Management (TQM) pada tahun 1980-an, pada
saat bersamaan inovasi TI muncul aplikasi
Database yang berorientasi hanya untuk
menyelesaikan satu fungsi saja.
ERP - BPR
Enterprise Resource Planning (ERP)
diperkenalkan saat memasuki tahun 1990-an
pada waktu Business Process Re-engineering
(BPR) mulai diperbincangkan oleh praktisi
manajemen. Bahkan hingga saat ini, setelah
hampir 30 tahunan, ERP masih digunakan oleh
sebagian besar pelaku usaha mulai skala kecil
hingga besar.
Pada masa lalu, orang-orang yang
berkecimpung di dunia manajemen tidak dapat
bersinergi dengan praktisi TI dalam rangka
mengembangkan sebuah solusi untuk
memudahkan operasional perusahaan. Ada
batasan keilmuan berbeda yang menyebabkan
mereka tidak dapat saling berkolaborasi.
Terkadang hal ini menimbulkan egosentris
masing-masing pihak yang pada akhirnya
berpotensi melahirkan masalah bagi
perusahaan. Yang sering terjadi, orang-orang
yang mengurusi aspek TI tidak ingin dicampuri
kebijakannya dari aspek bisnis atau
manajemen, begitu pula sebaliknya.
A - Sejarah Perkembangan Konsep Manajemen dan Teknologi Informasi
Sumber: https://www.slideshare.net/hrmn/towards-cognitive-bpm-as-a-platform-for-
smart-process-support-over-unstructured-big-data
10
Agustus 2017
Perkembangan BPM
Sebagai contoh, saat memulai sebuah proyek pengadaan sistem
informasi di sebuah perusahaan, maka dominasi orang TI begitu
terlihat. Mulai dari perencanaan, implementasi, bahkan hingga
pengawasan. Orang manajemen terkadang dianggap sebagai
user yang tidak perlu tahu tentang bagaimana sistem dibangun.
WMF - BPR/BPM
Era Workflow Management (WfM) sedikit mulai membuka
pemikiran bahwa aspek manajemen bisa didekatkan dengan TI.
Kesadaran akan pentingnya kaidah manajemen dalam
mengembangkan sistem informasi mulai nampak. Membangun
sebuah sistem terkomputerisasi bukan sekedar urusan teknis
semata, namun mesti didasari oleh pertimbangan bisnis
perusahaan.
Dengan memanfaatkan WfM, maka pembuatan aplikasi sistem
informasi sudah bisa dilakukan dengan menggunakan diagram
flowchart. Pemodelan alur kerja atau prosedur dengan
menggunakan diagram ini bisa dieksekusi secara langsung oleh
komputer. Pada saat inilah dimulainya fase dalam sejarah inovasi
TI di mana proses pembuatan aplikasi sudah mulai melibatkan
secara aktif aspek manajemen atau bisnis dalam pengembangan
sebuah sistem terkomputerisasi.
WfM saat itu masih terlalu sederhana untuk bisa digunakan
dalam menangani kasus-kasus otomasi proses bisnis dalam
sebuah perusahaan. Banyak permasalahan ditingkatan
implementasi yang tidak bisa diselesaikan oleh WfM.
EAI - BPM
Keterbatasan WfM dalam melakukan otomasi proses bisnis
cukup mengganggu implementasi sistem terkomputerisasi.
Terdapat cukup banyak kekurangan terutama saat menangani
masalah terkait dengan fungsi spesifik yang WfM sendiri tak
mampu mengeksekusinya.
Untuk membuat WfM terlihat lebih powerful, maka diinisiasilah
sebuah inovasi baru dalam perkembangan TI yaitu dengan
kehadiran Enterprise Application Integration (EAI). EAI
merupakan aplikasi yang membantu menghubungkan antara
aplikasi satu dengan yang lain. EAI membantu antar aplikasi
untuk saling berbagi data atau informasi lainnya. Dengan
demikian diharapkan sebuah sistem yang kompleks bisa
ditangani oleh banyak aplikasi secara terpisah.
Munculnya EAI juga memicu teknologi lainnya seperti Enterprise
Service Bus (ESB) dan Service Oriented Architecture (SOA).
Pada saat yang bersamaan, di aspek manajemen juga terjadi
perkembangan yang cukup signifikan, yaitu dengan matangnya
keilmuan Business Process Management (BPM). Banyak kajian,
diskusi, maupun penelitian terkait dengan BPM ini. Proses bisnis
sudah semestinya dibedah secara lebih mendalam.
Walaupun sebelumnya telah didahului dengan BPR, namun
rupanya praktisi manajemen masih belum merasa puas atas
pencapaian “Re-engineering” proses bisnis. Proses bisnis tidak
hanya sekedar diubah, namun juga perlu sebuah manajemen
yang serius agar dapat bermanfaat bagi organisasi yang
menjalankannya. Proses bisnis bukan sekedar sebuah prosedur
atau SOP saja, namun mengandung Business Value yang pada
ujungnya akan berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
BPM mampu melengkapi kekurangan-kekurangan BPR. BPM
tidaklah sama dengan BPR seperti halnya Proses Bisnis tidak
sama dengan SOP.
11
Agustus 2017
Perkembangan BPM
BPMS
Kolaborasi penuh antara bisnis dan TI terjadi saat Business
Process Management Suites (BPMS) diperkenalkan pada tahun
2005. Perkembangan teknologi yang sangat pesat
memungkinkan untuk menyatukan aspek manajemen dan teknis
secara sangat mudah.
Orang bisnis dan TI bisa duduk dalam satu meja untuk
membahas pengembangan sistem terkomputerisasi, bahkan
mulai dari tahap perencanaan, implementasi, ekseskusi, hingga
perbaikan proses bisnis. Mereka menggunakan satu pedoman
dan ‘bahasa’ yang sama sehingga bisa saling dimengerti satu
sama lainnya. Standarisasi cara berkomunikasi ini membantu
terjadinya interaksi yang positif.
BPMS merupakan solusi penyatuan bisnis dan TI melalui
pendekatan teknologi. Hal ini berarti bahwa dengan
berkembangannya teknologi, maka akan berimbas pula kepada
kapabilitas BPMS itu sendiri. Terdapat banyak vendor
internasional yang menyediakan solusi BPMS dengan fitur
beragam. Hampir mayoritas tool BPMS menggunakan standar
pemodelan proses bisnis yang sama, yaitu Business Process
Model and Notation (BPMN). Hingga saat ini versi BPMN yang
dikeluarkan oleh Open Management Group adalah BPMN 2.0.
BPMN mempunyai peran yang sangat vital dalam menjembatani
komunikasi antara orang bisnis dan TI. Penggunaan notasi
diagram yang sederhana dan mudah dimengerti sangat
membantu standarisasi ini dikenal dan digunakan oleh banyak
pemakai di seluruh dunia. Elemen dasar notasi BPMN 2.0 yang
digunakan untuk keperluan otomasi proses bisnis cukup sedikit,
tidak lebih dari lima elemen. Walaupun terlihat sederhana,
namun BPMN 2.0 mampu memberikan solusi implementasi BPM
yang kompleks sekalipun. Tentu saja, hal ini juga dipengaruhi
dari kapabilitas tool BPMS itu sendiri.
Dalam Gambar B diperlihatkan sebuah contoh proses bisnis
Pembelian di sebuah perusahaan. Dari gambar tersebut dapat
dijelaskan bahwa proses bisnis Pembelian melibatkan dua
partisipan dari dua bagian yang berbeda, yaitu Purchasing dan
Keuangan. Proses bisnis ini dimulai dari bagian Purchasing yang
bertugas mengisi daftar pembelian barang yang dibutuhkan.
Selanjutnya permintaan pembelian tersebut akan dipelajari oleh
manajer keuangan. Tindakan persetujuan ada dua, yaitu
penolakan atau penerimaan. Jika ditolak, maka akan
diberitahukan kepada bagian Purchasing. Sebaliknya apabila
permintaan disetujui, maka Purchasing dapat membuat Perintah
Pembelian (PO) ke vendor.
Diskripsi tentang proses bisnis lebih mudah dibuat dan dipelajari
dengan pendekatan visualisasi diagram. Orang yang tidak
mempunyai kompetensi TI pun dengan cepat bisa belajar
membaca alur proses bisnis. BPMN menggunakan diagram
model swimlane, baik yang berorientasi vertikal maupun
horizontal. Hampir semua tool BPMS menerapkan layout
horizontal.
12
Agustus 2017
Business Process Re-engineering (BPR) Business Process Management (BPM)
Rekayasa ulang proses bisnis dari awal. Perbaikan proses dimulai dari proses yang ada.
Resiko implementasi tinggi. Resiko implementasi rendah.
Perubahan besar terjadi sekali.
Perubahan dilakukan secara terus menerus sesuai
kondisi.
Membutuhkan waktu implementasi cukup lama. Waktu implementasi cepat.
Kolaborasi bisnis/manajemen dan TI tidak wajib. Membutuhkan kolaborasi bisnis dan TI.
Teknologi berbasis Workflow dan EAI. Teknologi menggunakan BPMS.
Metodologi implementasi: Water Fall/SDLC. Metodologi implementasi: Agile.
Kebijakan SDM: Pengurangan SDM. Kebijakan SDM: Optimasi.
Perkembangan BPM
Next BPM
BPM akan terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi
dan tantangan yang dihadapi oleh manusia. Setelah tren media
sosial booming, maka berikutnya adalah isu tentang Artifical
Intellegence (AI) atau Kecerdasan Buatan maju. Tren
perkembangan AI ini juga mempengaruhi bagaimana BPM akan
bertransformasi atau berevolusi.
Road map BPM di masa mendatang mengarah kepada
pencapaian efisiensi tinggi dengan menerapkan proses belajar
dan berpikir secara mandiri oleh sistem. Perkembangan aspek
manajemen dan inovasi TI sudah tidak dapat dipisahkan lagi.
Satu sama lain akan saling mempengaruhi. Setiap penemuan
atau inovasi baru, sudah tentu juga akan berimbas ke berbagai
bidang industri.
Hal ini mendorong lahirnya sebuah solusi masa depan yang
adaptif yaitu Cognitive BPM. Pencapaian ini tidak berlangsung
secara tiba-tiba, namun berjalan secara tahap demi tahap.
Banyak teknologi, penemuan, keilmuan sebelumnya yang
diperlukan untuk mewujudkan Cognitive BPM. Perkembangan AI
yang didahului oleh Expert System, Natural Language
Processing, dan Computer Vision sangat membantu untuk
mendukung AI menjadi lebih cerdas. Apalagi dengan banyak
teknologi pendukung Big Data yang cukup banyak saat ini.
Dibutuhkan waktu hampir 20 tahun lebih untuk mencapai
kemajuan seperti sekarang ini.
BPM masa depan akan membantu manusia untuk lebih
meningkatkan kualitas proses serta bisa melakukan prediksi
perilaku atas dasar informasi yang dikelola dan dipelajari.
Selanjutnya mampu memonitor performa proses bisnis secara
keseluruhan dalam skala besar dan menyeluruh. Pada tahapan
yang lebih maju, BPM akan mampu mengerti bagaimana
perilaku proses terhadap proses yang lain, mampu untuk
memberikan solusi terhadap sebuah permasalahan aktivitas
manusia.
Perkembangan teknologi yang menyatukan aspek manajemen
dan teknologi informasi guna kepentingan bisnis sudah
sedemikian maju. Apabila pelaku UMKM tidak mampu
mengikutinya, suatu saat pasti akan gelagapan dengan
datangnya tsunami dari luar negeri.
Bagaimana dengan kesiapan Anda?
(DE)
B - Proses Bisnis Pembeian Barang
13
Agustus 2017
Senjata Pamungkas itu
bernama
BPMS
BPMS
Penggunaan BPMS menunjukkan tren meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan
kesadaran pelaku bisnis akan pentingnya kolaborasi dan sinergi antara aspek manajemen dan
Teknologi Informasi. Vendor penyedia solusi BPMS masih didominasi oleh pemain raksasa di
tingkat global, sedangkan pemain lokal masih sangat jarang apalagi jika menggunakan
standarisasi BPMN 2.0. Tulisan ini akan mengulas tentang apa itu BPMS, benefit, arsitektur,
implementasi, serta beberapa hal lain.
14
Agustus 2017
BPMS
Sumber: http://www.indobuddha.com/store/#!/Keris-Sengkelat-Mataram-Sultan-Agung%E2%80%8F-with-
Gold-plated-Kinatah-Ancient-Brass-Sheath-and-Teak-wooden-Hilt/p/21745182
15
Agustus 2017
B
PMS adalah sebuah tool atau
aplikasi yang dapat digunakan
untuk mendesain, implementasi,
eksekusi, dan melakukan
pengawasan terhadap jalannya proses
bisnis dengan menggunakan metodologi
BPM.
BPMS dapat digunakan untuk melakukan
otomasi proses bisnis. Hal ini berarti bahwa
aplikasi BPMS mampu menjalankan proses
bisnis yang didesain pada level diagram
secara otomatis tanpa perlu menggunakan
pendekatan pemrograman komputer.
Perkembangan teknologi informasi saat ini
memungkinkan untuk melakukan banyak
hal terkait dengan proses bisnis. Pemodelan
proses bisnis bisa dikerjakan secara mudah.
Implementasi pada tingkatan keperluan
eksekusi bisa secara cepat direalisasikan
bahkan tanpa menggunakan pemrograman
komputer atau zero coding.
Pembuatan business rule atau pun policy
lainnya untuk melengkapi proses bisnis juga
bisa dilakukan lebih sederhana. Monitoring
jalannya eksekusi proses bisnis pun dapat
dipantau dengan mudah. Terdapat banyak
manfaat lainnya yang bisa didapatkan dari
BPMS untuk keperluan manajemen,
misalnya Change Management, Key
Performance Indicators (KPI’s), Audit, Process
Improvement, dan lain sebagainya.
Dengan menggunakan BPMS, maka
perusahaan akan sangat mudah dalam
mengembangkan sebuah aplikasi bisnis
yang dapat menunjang operasional
perusahaan bahkan dari awal sekalipun.
Arsitektur BPMS
BPMS mulai diperkenalkan pada tahun
2005 dan sekarang sudah mulai diadopsi
oleh vendor perangkat lunak terkenal di
dunia, seperti IBM, Oracle, Pegasystem,
Appian, BizAgi, AuroPortal, dan puluhan
vendor luar negeri lainnya. RetGoo adalah
salah satu vendor lokal yang mencoba
untuk memenuhi kebutuhan market dalam
negeri. Secara umum, fitur dan kapabilitas
masing-masing solusi BPMS yang
dikeluarkan masing-masing vendor tidak
jauh berbeda. Hal ini disebabkan mereka
menggunakan sebuah standarisasi yang
sama.
Gambar A memperlihatkan arsitektur
lengkap dari BPMS standar. Ada cukup
banyak modul yang mesti dimiliki oleh
aplikasi BPMS. Secara garis besar terdapat
tiga bagian utama dari BPMS, yaitu BPM,
Portal, dan Utility.
BPM
Bagian ini merupakan inti dari aplikasi
BPMS agar bisa melakukan otomasi proses
bisnis. Terdapat beberapa unit utama,
diantaranya:
 Process Repository - Menyediakan
sebuah mekanisme untuk membuat
proses bisnis, versioning, dashboard, user
interface, dan lain-lain. Semua proses
bisnis dimodelkan dalam bentuk
diagram.
 Workflow Engine - Bagian yang akan
mengeksekusi proses bisnis dalam
bentuk diagram. Unit ini mempunyai
peranan sangat penting di dalam
otomasi proses bisnis.
 System Integration - Menghubungkan
serta mengintegrasikan data maupun
layanan lainnya antar sistem yang
berbeda.
 Process Matric - Menangani informasi
terkait dengan performa eksekusi proses
bisnis, seperti waktu, jumlah, antrian, dan
lainnya.
BPMS
Sesuatu yang tak pernah
terbayangkan
16
Agustus 2017
BPMS
Wajib Ada
Opsional
A - Arsitektur BPMS
PORTAL
Aplikasi BPMS menyediakan solusi terintegrasi end-to-end
process yang bisa digunakan langsung oleh pengguna.
Dengan demikian keberadaan sebuah portal yang
digunakan untuk interaksi antara pengguna dan sistem
mutlak diperlukan. Aplikasi BPMS menyediakan beberapa
opsi untuk media antarmuka, antara lain:
 End-User Portal - Antarmuka aplikasi BPMS memiliki
keunikan jika dibandingkan dengan aplikasi bisnis
lainnya, yaitu menawarkan sebuah pengalaman baru
dalam mengelola pekerjaan atau tugas. Pendekatan
process-centric sangat mendominasi, mulai dari infor-
masi tugas, diagram, KPI, mekanisme kolaborasi, dan
lain-lain.
 Mobile Access - Memberikan kemudahan bagi
pemakai yang terbiasa mobile dengan perangkat ber-
gerak. Hampir sebagian besar vendor BPMS
menggunakan teknologi HTML5 untuk memenuhi
kebutuhan perangkat mobile.
 Collaboration (Social) - Mengintegrasikan layanan me-
dia sosial untuk meningkatkan interaksi dan kolaborasi
antar pengguna BPMS, seperti berbagi informasi,
layanan pelanggan, dan sarana promosi perusahaan.
Process
Process
System
Business
Simulation
Event
Workflow
Reporting
Process
Process Process Notification
BPM
End-user Mobile Collaboration
System of Content-Doc Analytics
PORTAL
17
Agustus 2017
BPMS
18
Agustus 2017
UTILITY
Untuk meningkatkan kinerja aplikasi BPMS, maka
ditambahkan beberapa unit lain yang sifatnya sebagai
utilitas.
 Process Modeling - Sarana untuk memodelkan
proses bisnis dengan menggunakan diagram BPMN
(Business Process Model and Notation) yang sudah
diadopsi secara internasional.
 Reporting Engine - Menghasilkan laporan yang
diperlukan oleh pemakai secara otomatis terkait
dengan informasi eksekusi proses bisnis.
 Business Rule - Menyediakan fasilitas untuk
menangani business rule, kebijakan, aturan, atau
paramater lain pada proses bisnis.
 Event Monitoring - Digunakan untuk memantau
dan mencatat sebuah kejadian yang dapat memicu
event proses bisnis.
 Notification Management - Mengatur lalu lintas
notifikasi atau pemberitahuan yang didistribusikan
kepada pengguna terkait.
Selain untuk mengembangkan otomasi proses bisnis,
BPMS dapat juga digunakan untuk membangun sistem
informasi bisnis yang cukup kompleks seperti halnya
ERP (Enterprise Resouce Planning). Kapabilitas tool
BPMS ini akan menentukan seberapa powerful didalam
mewujudkan sinergi antara aspek manajemen dan
teknologi informasi.
BPMS
Sejuta makna dalam sebuah
Coretan
19
Agustus 2017
BPMS
Implementasi BPM
Mengingat benefit yang ditawarkan BPM
cukup besar, maka sudah seharusnya BPM
juga bisa dinikmati oleh pelaku usaha
mikro dan kecil. Implementasi BPM bukan
sekedar urusan teknologi informasi saja,
namun juga akan menyentuh aspek
manajemen. Dengan demikian terdapat
dua keuntungan sekaligus saat
implementasi BPM, yaitu tersedianya
teknologi informasi terkini dan juga sistem
manajemen yang ter-up-to-date.
RetGoo berorientasi pada segmen market
usaha kecil dan menengah dengan
menyediakan solusi yang cukup
dibutuhkan dalam membangun sistem
informasi manajemen. Pada dasarnya
pelaku UMKM sangat terbuka dengan
terobosan-terobosan baru yang akan
berdampak kepada perkembangan bisnis
mereka.
Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk memulai implementasi
BPM agar sukses dan dapat berjalan
dengan baik, yaitu kesiapan perusahaan
dalam hal ini adalah stake-holder dan
infrastruktur teknologi pendukung.
Kesiapan Stake-Holder
Yang dimaksud stake-holder (pemangku
kepentingan) di sini adalah para pemilik
perusahaan, tim manajemen, dan
karyawan perusahaan. Mereka harus
menyesuaikan diri dengan pendekatan
baru terkait aktivitas yang diarahkan
berdasarkan proses atau Process-Driven.
Melakukan implementasi BPM berarti para
pemangku kepentingan harus peduli
terhadap aspek manajemen, termasuk
proses bisnis yang ditetapkan oleh
perusahaan. Semua pihak, termasuk tim
manajemen wajib berkomitmen untuk
menjalankan proses bisnis secara patuh.
BPM akan memaksa seluruh pihak untuk
menjalankan proses sesuai dengan
ketentuan. Tidak ada kesempatan untuk
melakukan by pass terhadap sistem.
Pada kondisi tertentu, orang-orang dalam
perusahaan akan mengalami semacam
culture shock dengan
mengimplementasikan BPM ini. Mereka
akan dibiasakan dengan sebuah sistem
yang transparan dan menuntut adanya
kolaborasi antar pihak yang
berkepentingan dalam sebuah proses.
Tidak peduli seberapa besar perusahaan
yang akan melakukan implementasi BPM
ini, mereka wajib untuk mematuhi kaidah
aktivitas berbasis proses. Tidak ada
jaminan kalau perusahaan besar bisa
mengimplementasikan BPM secara mulus.
Diperlukan sebuah policy hingga pada
tataran top management untuk
memastikan bahwa semua pihak bisa
menjalankan implementasi BPM ini. BPMS
akan memudahkan manajemen dalam
memantau pelaksanaan eksekusi proses
bisnis. Tindakan sekecil dan secepat
apapun akan dengan mudah dipantau
dan ditelusuri oleh manajemen.
Kesiapan Teknologi
Teknologi sangat berperan dalam
implementasi BPM. Ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu kesiapan
infrastruktur perangkat keras, perangkat
lunak, dan jaringan. Ketidaksiapan salah
satu piranti dalam aspek teknologi akan
mengurangi kenyamanan dalam
penggunaan solusi BPMS ini.
Pemilihan perangkat keras dalam hal ini
adalah komputer server yang sesuai
dengan kebutuhan beban kerja. Secara
umum parameternya adalah tipe
processor, kapasitas RAM, serta
penggunaan SSD sebagai penyimpan
data. Penggantian infrastruktur jaringan
juga perlu dipertimbangkan jika masih
menggunakan teknologi lama yang tidak
menyediakan akses kecepatan yang
mumpuni. Aplikasi BPMS pada umumnya
membutuhkan bandwith yang cukup
besar agar bisa berjalan dengan lancar.
Penentuan aplikasi BPMS menjadi sebuah
tantangan tersendiri, mengingat harga
dan kapabilitas yang cukup beragam.
Pemilihan tool BMS bisa didasarkan
kepada kebutuhan perusahaan.
Pembentukan Tim Pengembang
BPM
Diperlukan sebuah tim pengembang BPM
agar dapat mengeksekusi jalannya
implementasi BPM. Ada anggota yang
menjadi Process Analyst, Process
Developer, Business Administrator, Process
Owner, dan Process Participant.
Process Analyst bertanggung jawab atas
perencanaan dan dokumentasi proses
bisnis. Selain itu juga mengidentifikasikan
serta mendefinisikan Key Performance
Indicators (KPIs), Business Rule, dan
integrasi layanan lainnya.
Process Developer mempunyai tugas
mengimplementasikan proses bisnis yang
telah dibuat oleh Process Analyst ke
dalam sistem teknologi informasi yang
bisa dieksekusi oleh BPMS. Aktivitasnya
utamanya adalah menggambar diagram
proses bisnis, antarmuka (form), data
bisnis, serta aturan bisnis
Business Administrator bertanggung jawab
mengurusi keperluan infrastruktur yang
digunakan untuk terlaksanakannya
implementasi BPM mulai dari awal hingga
akhir. Mempersiapkan juga keperluan
untuk sosialisasi BPM kepada semua
pihak.
Process Owner adalah pihak yang
bertanggung jawab melakukan
pengawasan atas pelaksanaan proses
bisnis, melakukan perbaikan, serta
mengambil tindakan yang diperlukan
guna memastikan proses bisnis bisa
dijalankan dengan baik.
Process Participant adalah semua pihak
yang menggunakan aplikasi BPMS untuk
menjalankan atau berpartisipasi dalam
proses bisnis.
20
Agustus 2017
BPMS
21
Agustus 2017
Siklus Pengembangan BPM
Untuk mengembangkan aplikasi BPM, maka
diperlukan pengetahuan tentang metodologi BPM.
Siklus pengembangan BPM dapat dijelaskan sebagai
berikut:
 Design & Model - Melakukan identifikasi dan
pemodelan proses bisnis pada level atas serta
mempelajari bagaimana proses bisnis nantinya
dijalankan. Pemodelan proses bisnis
menggunakan visualisasi diagram.
 Development & Testing - Melengkapi proses
bisnis agar bisa dieksekusi oleh workflow engine
serta menambahkan form maupun elemen lain
sesuai dengan kebutuhan proses bisnis.
 Execution - Menjalankan proses bisnis secara
otomatis dan siap digunakan untuk berinteraksi
antara partisipan dengan sistem.
 Analyze & Optimize - Melakukan perbaikan
secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa
proses bisnis selalu mengikuti kebutuhan bisnis
terkini. Meningkatkan performa dari proses bisnis
agar lebih efisien.
B - Siklus Pengembangan BPM
(DE)
Seberapa
Transparankah
Proses Bisnis
Perusahaan Anda?
Transparansi Proses
22
Agustus 2017
Transparansi Proses
Proses bisnis yang transparan akan membantu para pengelola bisnis dalam mengeksekusi kebijakan
dan operasional perusahaan. Semua aktivitas akan dapat terpantau secara lebih cepat, detail, dan
mudah. Dibutuhkan otomasi proses bisnis agar sistem manajemen menjadi benar-benar transparan.
Teknologi informasi inilah yang akan memegang peranan penting dalam memastikan otomasi proses
bisnis bisa berjalan dengan baik. Transparansi proses dilakukan semenjak perencanaan hingga evaluasi.
A
pakah perusahaan Anda
sudah mempunyai proses
bisnis ataukah sekedar
Standard Operating
Procedure (SOP) saja? Apakah aktivitas
yang dikerjakan di perusahaan Anda
hanya didasarkan oleh faktor kebiasaan?
Apakah Anda merasa ada sebuah kerajaan
dalam kerajaan bisnis Anda? Apakah Anda
menilai ada ruang gelap dalam jalannya
operasional perusahaan? Seandainya
perusahaan sudah mempunyai proses
bisnis, apakah proses bisnis sudah
dijalankan dengan baik? Bagaimana
jalannya proses bisnis bisa dipantau dan
diawasi? Bagaimana cara Anda memantau
jalannya proses bisnis? Kapan terakhir
proses bisnis diperbaiki? Apakah semua
pihak di perusahaan memahami proses
bisnis yang diterapkan? Seberapa
transparankah proses bisnis di perusahaan
Anda?
Masih banyak pertanyaan yang bisa
diajukan untuk menilai bagaimana proses
bisnis direncanakan, dibuat, dijalankan,
dipantau, serta diperbaiki. Pemahaman
tentang proses bisnis dalam kerangka
kesuksesan perusahaan sangat
mempengaruhi bagaimana pengelola
perusahaan menempatkan proses bisnis
dalam tata kelola perusahaan.
Pengusaha yang peduli terhadap sisi
manajemen sudah pasti akan
menempatkan proses bisnis ke dalam
prioritas tata kelola perusahaan bahkan
semenjak awal bisnis dibentuk. Dalam
Balanced Scorecard (BSC), proses bisnis
dimasukkan ke dalam salah satu aspek
yang perlu dikaji. Proses bisnis akan
mempengaruhi secara keseluruhan
bagaimana operasional perusahaan
dijalankan, yang pada akhirnya akan
mampu menghasilkan solusi atau produk
yang bisa memuaskan pelanggan.
Transparansi proses mutlak diperlukan
dalam sebuah organisasi. Tak ada
manfaatnya proses bisnis dibuat jika tidak
bisa diakses, dipantau, ditelusuri, dikontrol,
maupun diatur. Inilah yang dimaksud
dengan transparansi proses. Dengan
transparannya proses, maka seluruh pihak
dalam stake-holder perusahaan akan
merasa nyaman dalam menjalankan
proses bisnis. Transparansi proses
mencakup aspek perencanaan,
implementasi, eksekusi, monitoring/
pemantauan, dan perbaikan proses bisnis.
Transparansi Perencanaan
Perencanaan proses bisnis mesti mengacu
kepada Business Value apa yang akan
dicapai. Perlu dilakukan kajian yang
mendalam dalam perencanaan proses
bisnis. Proses bisnis bukanlah SOP yang
berisi hanya deskripsi tentang rangkaian
aktivitas semata. Semua pemangku
kepentingan (stake-holder) perlu dilibatkan
dalam perencanaan proses bisnis.
Transparansi, sebuah keterbukaan dan
kemudahaan dalam pengumpulan
informasi terkait dengan apa saja yang
dibutuhkan untuk membentuk rangkaian
aktivitas yang bernilai bisnis. Masing-
masing pihak yang terlibat wajib untuk
menyampaikan pendapat, saran, atau
masukan agar memperoleh kualitas proses
bisnis yang terbaik sesuai dengan kondisi
bisnis saat itu.
Perencanaan proses bisnis tidak boleh
didasarkan atas kepentingan personal atau
sekelompok orang semata. Hal ini akan
menyebabkan proses bisnis menjadi
sebuah ‘pengetahuan yang tertutup’,
seperti sebuah black-box.
23
Agustus 2017
Transparansi Proses
Transparansi Implementasi
Implementasi proses bisnis ke dalam
sebuah sistem yang terkomputerisasi
perlu dilakukan secara kolaboratif antara
pihak manajemen dan teknologi. Saat ini
eranya proses bisnis perlu diotomasi,
artinya eksekusi proses bisnis sudah
melibatkan penggunaan teknologi
informasi. Eksekusi proses bisnis secara
manual sebenarnya akan mereduksi
benefit dari proses bisnis itu sendiri.
Fase implementasi proses bisnis ini tidak
boleh hanya dilakukan oleh orang-orang
TI (Teknologi Informasi) saja, namun perlu
pendampingan dari orang yang mengerti
sisi manajemen sesuai dengan fungsional
yang bersangkutan. Misal manajemen
pemasaran, penjualan, pembelian,
keuangan, akuntansi, produksi, inventori,
dan lain sebagainya.
Transparansi Eksekusi
Para pihak yang berkepentingan untuk
menjalankan atau terlibat dalam proses
bisnis bisa secara langsung mengakses
sistem dengan menggunakan mekanisme
yang sederhana. Pada perusahaan yang
sudah menerapkan otomasi proses bisnis
dengan menggunakan teknologi
informasi, maka eksekusi proses bisnis
bisa dilakukan melalui sebuah Process
Portal. Karyawan maupun tim manajemen
(Process Participant) dibekali dengan akses
ke sistem yang bisa digunakan di
beberapa platform, seperti komputer,
mobile, maupun web.
Karyawan atau partisipan lain tidak perlu
mendapat pelatihan tentang penggunaan
Process Portal secara detail dan
memberatkan. Sebagian besar aplikasi
proses bisnis menyediakan sebuah User
Interface atau antarmuka aplikasi yang
sangat sederhana, sehingga mudah
digunakan oleh pemakai awam sekalipun.
Mereka bisa menjalankan proses bisnis
dan mengetahui bagaimana alur atau
rangkaian aktivitas dalam proses tersebut
secara mudah. Proses bisnis ditampilkan
dalam visualisasi diagram, begitu
sederhana namun sangat mudah
dipahami.
Transparansi Monitoring
Proses bisnis yang sedang dieksekusi akan
bisa dipantau oleh semua pihak yang
terlibat, termasuk di dalamnya tim
manajamen perusahaan. Hal ini akan
bermanfaat dalam memperkuat
kolaborasi antar elemen di perusahaan.
Kecepatan dan efisiensi aktivitas dalam
sebuah proses akan dapat ditingkatkan.
A - Eksekusi Proses Bisnis Pembeian Barang Secara Real Time
24
Agustus 2017
Transparansi Proses
Gambar A menjelaskan bagaimana
transparannya proses bisnis dijalankan
dengan menggunakan sebuah aplikasi BPMS
(Business Process Management Suites).
Visualisasi diagram sangat membantu untuk
menelusuri bagaimana aliran sebuah proses
terbentuk. Dengan menggunakan
pendekatan seperti ini, maka tidak ada lagi
karyawan yang bertanya sampai di mana
tahapan proses saat ini. Justru sebaliknya,
partisipan yang terlibat dalam proses akan
bisa saling mengingatkan partisipan lain agar
segera merespon sebuah aktivitas proses.
Transparansi Perbaikan
Proses bisnis yang sudah ditetapkan dan
dijalankan oleh perusahaan bisa diperbaiki
atau direvisi sesuai dengan kebutuhan bisnis
terkini. Proses perbaikan dilakukan dengan
memperhatikan banyak aspek, mulai dari
masukan para partisipan, informasi proses,
analisis 4W-1H (What, When, Where, Who,
dan How), Business Goal, keluhan pelanggan,
dan aspek terkait lainnya.
Perbaikan proses bisnis pada dasarnya
dilakukan untuk meningkatkan kualitas,
efisiensi, dan kepuasan semua stake-holder
yang terlibat, termasuk pihak luar seperti
pemasok dan konsumen.
BPM sangat membantu perusahaan untuk
memastikan transparansi aktivitas di setiap
lini. Tidak ada lagi ruang gelap yang tidak
diketahui oleh pengelola bisnis. Dengan
terjaminnya transparansi proses, maka secara
tidak langsung akan membuat semua pihak
merasa nyaman dan aman.
Kebuntuan komunikasi dan koordinasi antar
karyawan atau manajemen bisa dicegah dan
dihentikan. Yang terjadi adalah sebaliknya,
yaitu kolaborasi dan integritas sistem akan
dapat ditingkatkan.
Bagaimana dengan perusahaan Anda?
(DE)
Transparansi
B - Eksekusi Proses Bisnis di Platform Android (Native)
25
Agustus 2017
Process - Centric
The Activity you’re most avoiding
contains your biggest
Opportunity
Robin Sharma
26
Agustus 2017
Data-Centric vs
Process-Centric
pilih mana?
Process - Centric
Perkembangan manajemen dan teknologi informasi ikut mempengaruhi bagaimana cara menjalankan
tata kelola perusahaan. Jika dirunut dari sejarahnya, maka ada sebuah garis pemisah yang jelas antara
masa lalu dan sekarang. Tahun 2005 menjadi sebuah tonggak di mana tata kelola perusahaan benar-
benar dijalankan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Saat ini mengelola sebuah bisnis sudah
seharusnya menggunakan pendekatan kolaborasi antara People, Process, dan Technology.
A
pakah Anda masih berkutat
tiap hari dengan pertanyaan
seputar data dan laporan
operasional perusahaan
kepada tim manajemen? Sudahkah Anda
memikirkan tentang kinerja, efisiensi,
remunerasi, dan performa performa?
Bisnis dijalankan dengan menggunakan
sebuah aturan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Aktivitas yang terjadi di
perusahaan dilakukan oleh para
pemangku kepentingan terkait. Terdapat
hubungan erat antara People dan Process.
Data-Centric
Perusahaan yang masih berorientasi
kepada data pada umumnya belum
mempunyai kebijakan manajemen yang
cukup baik. Walaupun sistem sudah
terbangun, namun implementasi kerangka
kerjanya bisa dikatakan tidak berjalan
dengan sempurna. Fenomena ini tidak
berkaitan dengan skala usaha, namun
lebih kepada mindset, policy, dan tata
kelola perusahaan. Perusahaan skala besar
dengan jumlah karyawan ratusan bahkan
ribuan pun juga masih banyak yang masih
dipusingkan dengan data.
Bagaimana mungkin perusahaan akan
memikirkan tentang remunerasi atau
katakanlah bonus terhadap pencapaian
kinerja karyawan, jika perusahaan tak
aware terhadap apa yang dikerjakan oleh
karyawan. Kepedulian perusahaan
terhadap kinerja karyawan perlu dibentuk
secara utuh. Secara umum, kinerja
perusahaa dipengaruhi oleh kinerja
departemen atau fungsional. Sedangkan
kinerja departemen ditentukan oleh
kinerja personal karyawan itu sendiri.
Penilaian kinerja karyawan bukan sekedar
dilihat dari pencapaian hasil semata,
namun lebih dari itu.
Sudah banyak teori tentang Key
Performance Indicators (KPIs) yang
disampaikan oleh praktisi manajemen
untuk mengukur performa karyawan
hingga ke perusahaan. Penilaian berbasis
hasil tidak akan memberikan dampak
yang signifikan terhadap aspek
pembelajaran perusahaan.
Jika penilaian atas pencapaian dijadikan
ukuran, maka kemungkinan besar akan
banyak aktivitas-aktivitas yang tak
terkondisikan terjadi di perusahaan. Yang
penting hasilnya tercapai, begitu kira-kira
pemikiran sederhana di kalangan
karyawan pada perusahaan yang
menerapkan kebijakan hasil sebagai acuan
sebuah keberhasilan. Jika kondisi ini
dibiarkan secara terus menerus, tidak
mungkin akan menyebabkan kekacauan
dan bom waktu di kemudian hari. Peranan
seseorang atau personal tertentu dalam
sebuah fungsi akan terlalu mendominasi
dalam jalannya operasional.
Dilihat dari kacamata manajemen,
dominasi orang dibandingkan dengan
sistem dalam pelaksanaan operasional
perusahaan sudah sangat tidak sehat.
Perusahaan atau bisnis tidak boleh
tergantung pada sosok orang. Begitu
terjadi sesuatu pada orang tersebut, maka
akan menyebabkan bencana atau
malapetaka bagi perusahaan tersebut.
Penyakit ini tidak hanya menghinggapi
perusahaan skala kecil saja, bahkan tak
jarang terjadi pula pada perusahaan skala
cukup besar. Apalagi jika pengelolaan
perusahaan masih menggunakan konsep
pendekatan ‘kekeluargaan’, hal ini terlalu
beresiko.
Process-Centric
Pendekatan Process-Centric yang
diterapkan oleh perusahaan mengandung
arti bahwa proses bisnis menjadi titik
penggerak semua aktivitas operasional
perusahaan. Kebijakan strategis
pengelolaan perusahaan didasarkan atas
bagaimana proses bisnis dibuat.
Yang perlu dipahami bahwa proses bisnis
tidak mesti hanya melibatkan satu
fungsional atau departemen saja, namun
justru mayoritas menggunakan
pendekatan cross-functional. Hal ini
berarti bahwa proses bisnis akan
melibatkan antar bagian atau departemen.
27
Agustus 2017
Process - Centric
Dengan menggunakan konsep cross-functional ini maka diharapkan
perusahaan dapat mengirimkan produk atau solusi secara cepat
kepada pelanggan. Business Value tidak dapat dihasilkan oleh satu
orang saja, namun diperoleh dari hasil kolaborasi antar departemen
dalam sebuah perusahaan.
Perusahaan yang peduli dengan proses bisnis tentu akan melakukan
perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan ini dilakukan guna
meningkatkan produktivitas dan efisiensi pekerjaan. Memperbaiki dan
mengatur proses bisnis akan menjadi lebih mudah ketika perusahaan
telah mempersiapkan semua hal mulai dari perencanaan hingga
eksekusi.
A - Era Data dan Process-Centric dalam perkembangan Manajemen dan Teknologi Informasi
28
Agustus 2017
Process - Centric
Bagaimana menjadikan Perusahaan berbasis Process
-Centric?
Pengelolaan operasional perusahaan dengan konsep process-
centric menjadi keinginan banyak stake-holder. Untukmencapai
hal tersebut tidaklah mudah, membutuhkan banyak daya dan
upaya. Tantangan terbesar justru berasal dari dalam
perusahaan. Perjalanan menuju perusahaan berpakem process-
centric membutuhkan juga komitmen dari semua pihak yang
terlibat. Sekali tujuan tercapai, maka segudang benefit akan
didapatkan.
Ada beberapa panduan yang bisa digunakan untuk mencapai
perusahaan berbasis process-centric, antara lain:
1. Ukur dan nilai kesiapan semua pemangku kepentingan
(stake-holder) termasuk pemilik perusahaan terkait dengan
transformasi pengelolaan perusahaan berbasis process-
centric.
2. Jalin komunikasi dengan semua pihak tentang visi BPM
(Business Process Management) yang akan diterapkan oleh
perusahaan.
3. Buatlah model organisasi berdasarkan perspektif proses
bisnis, tentukan proses inti dan pendukung.
4. Tentukan pengukuran performa masing-masing proses
bisnis.
5. Tetapkan process persona yang terlibat, mulai Process
Analyst, Process Developer, Business Administrator, Process
Owner, dan Process Participant.
6. Sosialisasikan tentang tahapan penerapan process-centric
kepada stake-holder dengan mengadakan pelatihan maupun
bentuk-bentuk lain.
7. Implementasikan otomasi proses bisnis dimulai dari
perencanaan hingga pengujian.
8. Terapkan eksekusi otomasi proses bisnis mulai dari unit
terkecil hingga melibatkan antar unit (cross functional).
Pantau dan anaisis pelaksanaan otomasi proses bisnis.
9. Lakukan perbaikan atau penyesuaian terhadap proses bisnis
sesuai dengan perkembangan bisnis.
Process-Centric memudahkan perusahaan menjadi
Agile
Perusahaan yang menerapkan process-centric dalam
pengelolaan operasional bisnis akan lebih mudah menjadi Agile
yang berarti menempatkan kepuasan pelanggan pada prioritas
tertinggi, adaptif terhadap perubahan sebuah kondisi, kinerja
yang efektif dan efisien, serta mampu untuk melakukan
perbaikan secara terus menerus.
Apakah perusahaan Anda sudah menggunakan
mekanisme process-centric? (DE)
29
Agustus 2017
The Question
Think about
“Who, What, When, Where,How?”
then you could ask
the most Power Question
30
Agustus 2017
The Question
31
Agustus 2017
the Important thing
is not to stop
Questioning
Alberth Einstein
P
ernahkah Anda berada dalam
kondisi kebingungan dan tidak
tahu mesti harus berbuat apa
ketika terjadi suatu
permasalahan yang menimpa pada
operasional bisnis Anda? Instruksi kerja
ada, SOP ada, proses bisnis pun juga ada,
namun itu semua tak bisa digunakan
secara maksimal sebagai bahan untuk
mencari solusi atas permasalahan
tersebut.
Terdapat cukup banyak referensi terkait
dengan metodologi problem solving yang
bisa dipelajari untuk membantu
memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi. Dari semua referesi metode
problem solving, hampir semua
mensyaratkan adanya identifikasi masalah
sejak fase awal dalam tahapan
penyelesaian masalah.
Dalam kaitannya dengan permasalahan
operasional perusahaan, maka yang
dimaksud dengan identifikasi masalah
adalah dengan menghimpun semua
informasi terkait pelaksanaan proses
bisnis. Informasi apa saja yang perlu
didapatkan untuk proses analisis tersebut?
Bagaimana cara mendapatkannya?
Seberapa objektifnya kualiatas data yang
diperoleh?
Secara umum, akar penyebab
permasalahan bersumber dari Man,
Method, Machine, Material, dan
Environment. Man dan Method menjadi
faktor kunci penyebab masalah yang
mendominasi cukup banyak di
perusahaan, terutama di kalangan UMKM.
Jika disandingkan dengan tiga pilar bisnis,
maka Man akan mengacu kepada People
dan Method berhubungan dengan
Process.
Dengan demikian kajian objek
permasalahan bisa dipersempit menjadi
People dan Process. Dari sinilah kita bisa
melakukan berbagai upaya dalam
memulai mengumpulkan informasi terkait
dengan People dan Process.
Terdapat banyak teknik untuk
mengumpulkan data maupun informasi,
diantaranya prosedur analitis, inspeksi,
konfirmasi, permintaan keterangan,
perhitungan, penelusuran, pemeriksaan
bukti pendukung, maupun pengamatan.
Teknik manakah yang selama ini sering
Anda gunakan?
Sebagian besar pelaku UMKM masih
menggunakan teknik yang belum
terstruktur didalam menyelesaikan sebuah
permasalahan operasional perusahaan.
Bahkan mereka tidak memahami dengan
baik apa yang dimaksud dengan analisis
resiko proses bisnis. Setiap opportunity
pastilah mengadung di dalamnya sebuah
resiko. Resiko bermakna suatu keadaan
atau kondisi yang mempunyai dampak
negatif/ketidakpastian terhadap
operasional perusahaan.
Jika Anda pernah mengikuti pelatihan
tentang ISO 9001:2015 atau bahkan telah
mengimplementasikannya, sudah barang
tentu Anda akan memahami bahwa ISO
9001 versi terbaru ini (2015) berbeda
dengan versi sebelumnya (2008). Versi
2015 berorientasi kepada proses dan
manajemen resiko (Risk-based Thinking),
tidak seperti versi sebelumnya yang hanya
fokus kepada prosedur atau SOP. SOP
tidaklah sama dengan proses. Proses lebih
bermakna dari sisi strategis karena
memuat business value dan lebih dekat
dengan policy organisasi.
Perusahaan yang masih belum
menerapkan sistem manajemen yang
baik, di dalam pengelolaan
permasalahannya pun biasanya juga tidak
menerapkan sebuah metode yang baik
pula. Yang terjadi adalah para pengelola
bisnis (merangkap Business Owner)
melakukan tindakan yang bersifat
sporadis tanpa menggunakan sebuah
teknik yang terencana untuk melakukan
identifikasi masalah.
Penggunaan teknik pengumpulan
informasi yang biasa digunakan adalah
dengan melakukan komfirmasi, memintai
keterangan, serta pengamatan saja. Ketiga
teknik ini jika tidak dilengkapi dengan
bukti (evidance) yang akurat dan objektif
beserta kerangka metode yang tepat,
maka akan menggiring kepada
pembentukan sebuah kesimpulan yang
didasari atas opini atau pemikiran
subjektif semata. Tentu saja hal ini pada
akhirnya dapat menyebabkan
ketidakadilan dalam pembuatan sebuah
keputusan.
“Seseorang yang
merasa dicurigai
tanpa bukti, tak
akan pernah tulus.”
The Question
Potensi resistensi atau penolakan terhadap
solusi yang dibuat dengan menggunakan
pendekatan subjektivitas tersebut cukup
besar. Karyawan atau tim manajemen bisa
jadi ‘merasa’ tidak punya andil besar atas
terjadinya sebuah permasalahan. Mereka
pun terkadang merasa terintimidasi
dengan teknik pengumpulan data atau
informasi yang dilakukan oleh pihak
perusahaan. Yang lebih mengawatirkan
lagi jika sudah melibatkan pihak HRD yang
tidak cukup kompeten melakukan audit
operasional atas permasalahan tersebut.
Otomasi Proses Bisnis
memudahkan mendapatkan
informasi 4W-1H
Apapun teknik pengumpulan data atau
informasi yang dilakukan pada dasarnya
akan bermuara kepada pertanyaan yang
mengacu kepada 5W-1, yaitu Who, What,
When, Where, How, dan Why. Pertanyaan
Why hanya akan mempunyai makna jika
dilengkapi dengan data dan informasi
yang benar-benar valid dan terpercaya.
Pertanyaan Why akan mengungkap motif
atau latar belakang mengapa sebuah
permasalahan terjadi. Tentu saja hal ini
merujuk ke akar permasalahan yang
disebabkan oleh faktor People.
Segala permasalahan yang menyangkut
operasional perusahaan, mulai pemasaran,
penjualan, pembelian, keuangan,
akuntansi, produksi, inventori, pengiriman,
dan lain-lain sudah semestinya dimulai dari
perspektif proses bisnis. Adakah proses
bisnis yang tidak dijalankan sebagaimana
mestinya? Apakah proses bisnis sudah
sesuai dengan kebutuhan bisnis ataukah
tidak?
Otomasi proses bisnis berarti bahwa
People menjalankan Process menggunakan
pendekatan Technology, dalam hal ini
adalah teknologi informasi. Otomasi
proses bisnis bukan asal menggunakan
sebuah aplikasi saja, namun perlu
menelaah dan menganalisis aplikasi
komputer jenis apa saja yang sesuai
dengan karakteristik otomasi proses bisnis
sebuah perusahaan.
Aplikasi yang dapat digunakan untuk
melakukan otomasi proses bisnis adalah
BPMS (Business Process Management
Suites). Hampir semua vendor BPMS
menyediakan informasi yang bisa
menjawab pertanyaan 4W-1H. Fasilitas ini
tentu sangat membantu untuk memantau,
menelusuri, menganalisis perilaku aktivitas,
melacak, dan mencari informasi-informasi
yang terkait dengan jalannya proses.
Dengan menggunakan otomasi proses
bisnis, hampir tidak mungkin sebuah
proses yang berjalan di luar skenario atau
prosedur yang sudah dibuat. Semuanya
aktivitas akan dapat diatur, dijalankan,
dipantau, dilacak, diputar ulang, dan
bentuk-bentuk pengendalian lainnya.
Cukup kecil sekali kemungkinan seseorang
untuk melakukan manipulasi aktivitas
tanpa diketahui oleh manajemen. Otomasi
proses menjaga agar terpeliharanya
integritas suatu sistem manajemen.
Berikut ini rangkaian penjelasan
mekanisme pengumpulan informasi
dengan pendekatan otomasi proses bisnis.
OtomasiProses
32
Agustus 2017
The Question
Who
Orang yang terlibat dalam jalannya proses bisnis
disebut dengan process participant. Partisipan ini mesti
harus dapat diidentifikasikan, mulai fungsi dan nama
partisipan. Pemodelan proses bisnis dengan
menggunakan diagram BPMN 2.0 akan lebih
memudahakan pemahaman identifikasi siapa saja yang
berhak dan boleh terlibat dalam jalannya proses bisnis.
Gambar B memperlihatkan sebuah contoh diagram
BPMN 2.0 tentang proses bisnis Proses Permintaan
Pembelian. Proses bisnis ini melibatkan dua partisipan
proses, yaitu Purchasing dan Manajer Keuangan.
Masing-masing partisipan bisa terdiri dari satu orang
atau lebih, tergantung kepada kebijakan perusahaan.
Pada saat proses bisnis dieksekusi, maka informasi
partisipan yang terlibat dapat diketahui dengan mudah.
Who
33
Agustus 2017
B - Diagram BPMN memudahkan identifikasi Who
A - Informasi partisipan yang terlibat dalam eksekusi proses bisnis
The Question
What
What
Menyedikan informasi tentang aktivitas apa saja yang
dikerjakan oleh partisipan saat menjalankan proses
bisnis, termasuk di dalamnya informasi yang
berhubungan dengan dokumen dan catatan yang
digunakan.
Daftar tugas ini memuat semua informasi tentang
aktivitas-aktivitas dalam sebuah proses yang disajikan
secara terbuka, sehingga antar partisipan juga dapat
mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan oleh
partisipan lainnya.
Konsep manajemen informasi seperti ini tentu saja akan
membantu mempercepat kolaborasi semua pihak yang
terlibat dalam proses. Seorang partisipan dapat
mengingatkan partisipan lainnya untuk segera
menyelesaikan tugasnya.
34
Agustus 2017
C - Informasi aktivitas apa yang dikerjakan oleh partisipan
When
The Question
35
Agustus 2017
When
Menyediakan informasi waktu tentang kapan aktivitas
dimulai dan diselesaikan oleh partisipan. Selain itu juga
memuat informasi waktu tunggu dan waktu tetapan
maksimal sebuah aktivitas harus diselesaikan.
Informasi waktu ini penting untuk dijadikan salah satu
paramater bagaimana menentukan performa partisipan
dalam berkolaborasi saat pelaksanaan proses.
Disamping itu juga berguna untuk menghitung beban
aktivitas baik pada level personal, departemen, serta
perusahaan secara keseluruhan.
D - Informasi waktu aktivitas
The Question
Where
Where
Digunakan untuk memberikan informasi posisi aktivitas
saat ini dalam proses dengan menggunakan visualisasi
diagram.
Informasi seperti ini sangat berguna untuk melacak
sejauh mana sebuah proses berlangsung tanpa perlu
menanyakan ke partisipan lain yang terlibat.
Manajemen dapat melihat dan mengikuti jalannya
proses bisnis secara lebih detail.
36
Agustus 2017
E - Informasi posisi aktivitas dalam proses yang berjalan
How
The Question
37
Agustus 2017
How
Menjelaskan bagaimana sebuah rangkaian aktivitas bisa
terbentuk dalam menjalankan proses dari awal hingga
akhir dengan menggunakan visualisasi diagram.
Proses bisnis tidak mesti tersusun atas rangkaian
aktivitas yang bersifat linear dari awal hingga akhir.
Terdapat kemungkinan terjadinya percabangan dalam
sebuah proses, misal untuk fungsi Approval yang
mempunyai kemungkinan disetujui, direvisi, atau
ditolak.
F - Visualisasi terbentuknya aliran proses
Why?
The Question
38
Agustus 2017
Why
Kata tanya ini “Why” atau “Mengapa” ini merupakan kata tanya yang paling
kuat di atas permukaan bumi. “Why” yang disertai dengan informasi dan
data yang telah didapatkan sebelumnya berkenaan dengan siapa, apa,
kapan, dimana, dan bagaimana akan dapat mengungkap latar belakang,
maksud, motif, tujuan, dan apapun yang menjadi dasar seseorang
melakukan sebuah perbuatan.
Pertanyaan “Why” akan terasa kekuatannya tak kala disampaikan di akhir
rangkaian pertanyaan “Who”, “What”, “When”, “Where”, dan “How”.
Otomasi proses bisnis akan sangat membantu untuk mendapatkan semua
informasi terkait dengan aktivitas seseorang dalam jalannya proses.
Pada akhirnya “Why” bisa digunakan sebagai bahan untuk melakukan
perbaikan, pembenahan, optimasi, dan peningkatan performa proses.
The Question
39
Agustus 2017
Mengapa?
“Berdasarkan informasi yang didapat dari proses yang berjalan... “
“Mengapa Anda tidak segera menindaklanjuti tugas yang telah menjadi tanggung jawab
Anda?”
“Anda tahu jika batas maksimal penyelesaian tugas ini adalah tiga jam. Mengapa Anda
baru menyelesaikan tugas Anda dalam waktu tiga hari?”
“Mengapa Anda selalu melakukan revisi jika yang mempersiapkan draft pak Joko,
sedangkan yang lain tidak?”
“Mengapa Saudara tidak mengingatkan bagian Keuangan untuk segera menindaklanjuti
proses permohonan pembayaran ke pemasok?”
dst...
Pertanyaan tersebut akan mudah disampaikan jika didasari dengan data atau informasi
valid serta objektif. Data dan informasi didapatkan dari sebuah sistem yang bisa
menghasilkan data untuk menjawab pertanyaan dasar 4W-1H (Who, What, When, Where,
dan How).
Sumber: https://twitter.com/whywithaqmark
(DE)
Startup Peduli Proses
“Operasional Kami
sudah mulai
Kedodoran”
40
Agustus 2017
Sebuah judul yang merepresentasikan dampak positif dari
perkembangan bisnis yang dialami oleh salah satu Startup di
kota Malang, Inagata Technosmith. CEO Inagata, saudara M.
Miftahul Huda, sempat berdiskusi dengan saya terkait
beberapa hal yang menyangkut kebijakan operasional
perusahaan. Kesimpulannya adalah perlu melakukan Business
Process Improvement untuk meningkatkan kualitas operasional
perusahaan.
M. Miftahul Huda |
CEO Inagata Technosmith
Startup Peduli Proses
Agustus 2017
41
B
anyak ungkapan sejenis yang dialami oleh
perusahaan rintisan, baik sektor digital maupun
non-digital terkait dengan keluhan kualitas dan
performa operasional perusahaan. Sesuatu yang
klasik dan jamak terjadi, dengan kata lain sudah menjadi
fitrahnya bagi perusahaan yang memang tidak dipersiapkan
dengan matang saat memulai sebuah bisnis.
Apakah keluhan tersebut hanya berlaku atau ditemui pada
perusahaan rintisan saja? Bagaimana dengan perusahaan
yang sudah bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun
beroperasi? Apakah perusahaan yang sudah mapan tidak
mengalami hal serupa?
Tidak peduli sudah berapa lama perusahaan berdiri, jika
suatu saat mengalami pertumbuhan penjualan yang
signifikan yang belum pernah terjadi sebelumnya, maka
akan menghadapi fenomena tersebut. Termasuk dialami
juga oleh perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri lebih
dari 10 tahun dengan jumlah karyawan bisa mencapai
ratusan hingga ribuan orang.
Contoh kasus yang dialami oleh Inagata dapat diambil
sebagai bahan pembelajaran betapa pentingnya aspek
operasional di sebuah bisnis. Manajemen operasional sudah
semestinya dipikirkan dengan matang sebelum bisnis itu
sendiri dijalankan. Bukankah operasional ini adalah
jantungnya perusahaan saat bisnis sudah mulai berjalan.
Gambar A menjelaskan tentang arsitektur bisnis dengan
aspek operasional menempati lapisan terbawah. Hal ini
berarti bahwa operasional akan cukup banyak menyita
waktu, energi, dan biaya selama perusahaan tersebut
berjalan.
Dalam berbisnis, tidak sekedar menjelaskan tentang
motivasi dan strategi bisnis saja. Tidak boleh menjalankan
operasional perusahaan secara asal-asalan dengan
menggunakan pendekatan tambal sulam. Jika arsitektur
bisnis ini dipahami secara mendalam, kemungkinan kecil
terjadinya masalah-masalah yang bersifat fundamental.
If it doesn’t CHALLANGE you,
It does’nt CHANGE you
A - Arsitektur Bisnis
Profil Inagata secara umum tidak jauh berbeda dengan
kebanyakan perusahaan rintisan digital lainnya. Perusahaan ini
dibentuk oleh orang-orang teknis yang mempunyai kompetensi
di bidang teknologi informasi. DNA perusahaan rintisan digital
hampir mempunyai kemiripan di beberapa hal.
Jarang sekali perusahaan rintisan digital yang awalnya dibentuk
oleh orang non-IT atau setidak-tidaknya memahami tentang
dunia IT. Hal ini berdampak pula pada gaya pengelolaan
perusahaan yang menerapkan sistem manajemen asal jalan saja.
Ataupun jika founder atau co-founder mempunyai keinginan
yang lebih, mungkin masih bersedia meluangkan waktu untuk
mempelajari hal-hal terkait dengan pelaksanaan strategi bisnis
seperti mendalami Business Model Canvas (BMC).
Startup Peduli Proses
42
Agustus 2017
Sebagai perusahaan yang pada awalnya
bergerak dibidang jasa pembuatan
website, mobile application, dan desain
UI/UX, Inagata hampir menggunakan
seluruh waktunya untuk mengerjakan
proyek custom. Sebuah strategi untuk
mewujudkan revenue stream yang sudah
lazim diterapkan oleh perusahaan rintisan
digital lainnya. Pada fase ini urusan
operasional tidaklah menemui kendala
yang berarti.
Permasalahan mulai muncul pada saat
Inagata mencoba untuk memasuki bisnis
yang berorientasi pada produk. Terdapat
karakteristik yang berbeda antara
pendekatan proyek serta produk. Salah
satu karakteristik bisnis berbasis produk
yang perlu mendapat perhatiaan adalah
saat terjadinya pertumbuhan penjualan
yang cukup signifikan, maka saat itu pula
akan terjadi lonjakan aktivitas-aktivitas
pendukung aktivitas utama.
Aktivitas pendukung yang sudah pasti
mengikuti perkembangan bisnis adalah
terkait dengan manajemen pengelolaan
layanan pelanggan. Hal ini secara
langsung diakui oleh CEO Inagata, bahwa
aktivitas yang terlihat sederhana dan
sepele pada awalnya, ternyata pada
akhirnya menjadi sesuatu yang serius dan
penting. Sesuatu yang bisa membuat
jajaran manajemen menjadi pusing dan
berpikir keras untuk mencari solusinya.
Saat ini Inagata sedang mengembangkan
sebuah produk terkait layanan edukasi di
sekolah-sekolah dengan label EduPongo.
Bisa dibayangkan, betapa sibuknya orang-
orang yang bertugas di bagian
operasional pelayanan pelanggan.
Mengingat potensi market yang luar biasa
besarnya, maka aspek operasional tidak
bisa dianggap sebagai sesuatu yang bisa
disepelekan lagi.
Dibutuhkan perencanaan yang matang
terkait dengan proses bisnis yang akan
diterapkan di perusahaan dalam rangka
memastikan operasional perusahaan bisa
berjalan dengan baik. Apalagi jika
perusahaan memiliki divisi atau
departemen khusus yang mengurusi
perihal pemasaran dan penjualan yang
bekerja secara agresif dan masif, maka
hukumnya menjadi wajib untuk
menempatkan operasional berada di
prioritas tinggi atau bahkan tertinggi jika
memang dibutuhkan.
B - Hirarki Aktivitas
Startup Peduli Proses
Agustus 2017
43
Kepedulian terhadap pentingnya proses
bisnis dalam rangka menopang kegiatan
operasional perlu ditingkatkan. Proses
bisnis tidaklah sama dengan prosedur
atau SOP. Proses bisnis membawa sebuah
value yang berdampak kepada kepuasan
pelanggan. Proses bisnis merupakan
penjabaran secara langsung dari
kebijakan perusahaan.
Terkait dengan permasalahan Inagata
pada aspek operasional pelayanan
pelanggan, maka perlu dilakukan sebuah
kajian dan analisis tentang policy, proses
bisnis, prosedur hingga pada instruksi
kerja. Rangkaian ini akan memperjelas di
mana masalah sesungguhnya yang perlu
dicarikan solusinya.
Policy atau kebijakan strategis perusahaan
tentang pelayanan pelanggan ini mungkin
tidak jauh dari aspek yang berkenaan
dengan kepuasan pelanggan. Sebagai
organisasi bisnis, maka kepuasan
pelanggan akan menjadi prioritas utama
bagi perusahaan. Apapun jenis dan sektor
bisnis yang sedang dijalankan, maka
aspek kepuasan pelanggan tidak bisa
ditawar-tawar lagi.
Kebijakan tentang kepuasan pelanggan
perlu dijabarkan dalam sebuah
pernyataan yang bernilai bisnis, misalnya
“Penanganan keluhan yang cepat,
maksimal 10 menit permasalahan harus
terselesaikan”. Nah, untuk mewujudkan
kebijakan tersebut, maka perlu dipetakan
proses bisnis apa saja yang bisa
mendukung secara langsung. Satu
kebijakan bisa dijabarkan dalam banyak
proses bisnis.
Salah satu contoh proses bisnis yang bisa
dibuat terkait dengan kepuasan
pelanggan adalah proses penerbitan
sertifikat lisensi pengguna aplikasi. Proses
bisnis ini bisa melibatkan beberapa
partisipan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh perusahaan.
Desain proses bisnis harus
memperhatikan value apa yang ingin
diberikan kepada pelanggan. Dalam hal
ini adalah bagaimana pelanggan bisa
mendapatkan sertifikat lisensi
penggunaan aplikasi secara mudah dan
cepat. Tentukan rangkaian aktivitas yang
akan menghasilkan output yang bisa
digunakan oleh pelanggan. Faktor validasi
dan approval sebisa mungkin dibuat
serba otomatis dengan sedikit peranan
manusia.
Saat ini proses bisnis yang berhubungan
dengan pelanggan atau konsumen sudah
mulai beralih ke sistem otomasi. Otomasi
proses bisnis sangat membantu
perusahaan dalam memberikan
pelayanan yang terbaik terutama untuk
meningkatkan efisiensi waktu dan biaya.
Selain itu juga akan dapat memperkaya
pengalaman pelanggan dalam
berinteraksi dengan perusahaan.
Implementasi proses bisnis mesti diikuti
dengan evaluasi sesuai dengan kaidah
metodologi Business Process
Management (BPM). Evaluasi ini berguna
untuk meningkatkan kualitas proses bisnis
selanjutnya.
Selamat mempelajari proses bisnis lebih
dalam lagi! (DE)
ISO 9001:2015
berbasis pendekatan
Proses dan
Resiko
ISO 9001:2015
44
Agustus 2017
Sumber: http://randomactsofleadership.com/the-essential-ingredient-in-effective-communication/
ISO 9001:2015
I
SO 9001 mengalami perubahan untuk kesekian kalinya
menjadi versi 2015 atau disingkat dengan ISO 9001:2015.
Versi ISO 9001 sebelumnya adalah 2008. Terdapat
beberapa perubahan mendasar pada vesi 2015 guna
memenuhi dan mengadopsi kebutuhan yang berkembang pula.
ISO 9001:2015 sekarang mempunyai jumlah klausul yang lebih
banyak dibandingkan sebelumnya yaitu dengan menjadi
sepuluh klausul. Dengan demikian akan menjadikan ISO
9001:2015 ini menjadi lebih powerful dan semakin
mengokohkan dirinya menjadi standar terkemuka dalam
manajemen mutu. Sistem manajemen mutu ini dapat digunakan
sebagai sarana bagi organisasi untuk memastikan kualitas mutu
produk atau jasanya tetap terjaga agar dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Selain itu benefit penerapan ISO 9001:2015 bagi organisasi
adalah untuk menjadikan perusahaan sebagai sebuah entitas
yang dapat dengan mudah melakukan adaptasi terhadap
setiap perubahan serta melakukan perbaikan proses secara
berkelanjutan. Perubahan ISO 9001:2015 dilakukan demi
memudahkan organisasi menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman.
ISO 9001:2015 dibangun atas tujuh prinsip manajemen kualitas,
yaitu:
 Fokus kepada pelanggan
 Kepemimpinan (leadership)
 Keterlibatan orang (engagement of people)
 Pendekatan proses (process approach)
 Pengembangan sistem (improvement)
 Pengambilan keputusan berdasarkan bukti (evidence-based
decision making)
 Relationship management
Perubahan mendasar versi 2008 ke 2015
Terdapat beberapa perubahan mendasar pada ISO 9001:2015
dibandingkan dengan versi sebelumnya. Perubahan tersebut
antara lain:
1. Perubahan struktural klausul menjadi 10 klausul dari
sebelumnya yang terdiri dari 8 klausul.
2. Manual mutu tidak lagi menjadi sebuah kewajiban.
Berdasarkan implementasi ISO 9001 versi sebelumnya,
manual mutu ini dirasakan hanya sebagai formalitas belaka
dan tidak berdampak signifikan terjadap organisasi.
3. Tidak mewajibkan keberadaan Management Representative
(MR). Hal ini dimaksudkan bahwa setiap orang dalam
organisasi mempunyai peranan aktif dalam pelaksanaan
implementasi ISO 9001:2015.
4. Adanya pemisahan yang jelas antara Barang dan Jasa, versi
sebelumnya disebut dengan produk yang berpotensi
menimbulkan kerancuan dan salah tafsir. Barang lebih
mengacu kepada produk yang berbentuk, sedangkan jasa
merupakan produk yang tak berbentuk.
5. Penggantian beberapa istilah, diantaranya seperti:
 “Supplier” menjadi “External Provider”
6. Mempertegas model pendekatan proses serta lebih fokus
kepada penilaian input dan output proses. Adanya
kemampuan untuk mengontrol, memantau, dan mengukur
aktivitas yang terjadi dalam sebuah proses.
7. Pendekatan baru dengan Risk-based Thinking dengan
menerapkan prinsip manajemen resiko seperti Risk and
Opportunities, Risk Avoidance, Risk Migitation, dan Risk
Acceptance.
8. Penyatuan istilah Dokumen dan Catatan/Rekaman Mutu
menjadi Documented Information (Informasi
terdokumentasi) yang mencakup dokumen pedoman seperti
SOP, instruksi kerja, dan catata mutu.
Sumber: https://luenymorell.com/2014/11/27/launching-innovahied/
45
Agustus 2017
ISO 9001:2015
Pendekatan Proses dan Resiko
Proses adalah sebuah rangkaian aktivitas yang saling berkaitan
untuk mengelola masukan (input) menjadi sebuah keluaran
(output). Input dan output dapat berupa sesuatu yang bersifat
berwujud (tangible) atau yang tidak (intangible). Sesuatu yang
berwujud bisa seperti: material, komponen, peralatan, atau yang
lain. Sedangkan yang tak berwujud dapat berupa data, informa-
si, atau pengetahuan.
Pendekatan proses dalam ISO 9001:2015 ini mencakup pemben-
tukan dan pelaksanaan proses yang terdapat dalam organisasi
secara terintegrasi dan menyeluruh. Hal ini mencakup tiga prin-
sip penting, yaitu:
 Sistem manajemen mengintegrasikan proses dan penguku-
rannya dalam rangka mencapai tujuan.
 Proses mendefinisikan rangkaian aktivitas beserta parameter
yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang di-
inginkan.
 Perencanaan dan pengendalian yang detail dapat didefinsi-
kan dan didokumentasikan sesuai kebutuhan, tergantung
kepada konteks organisasi.
Pemikiran berbasis Resiko (Risk-based Thinking),
Plan-Do-Check-Act (PDCA), dan Pendekatan Proses
Ketiga prinsip sebelumnya terkait dengan pendekatan proses ini
merupakan bagian yang terintegrasi dengan standar ISO
9001:2015. Resiko-resiko yang kemungkinan berdampak pada
tujuan dan hasilnya harus ditangani oleh sistem manajemen.
Pemikiran berbasis resiko ini digunakan bersamaan dengan pen-
dekatan proses dalam hal:
 Penentuan bagaimana resiko (positif atau negatif) yang
mungkin akan timbul pada saat penetapan proses-proses
yang akan digunakan dalam organisasi. Pengidentifikasian
munculnya resiko ini dapat berguna dalam perbaikan proses
serta mencegah atau meminimalkan terjadinya sesuatu yang
tidak diinginkan.
 Pendefinisian tingkat perencanaan dan pengendalian proses
yang dibutuhkan berdasarkan tingkat resiko.
 Peningkatan efektiitas dalam sistem manajemen mutu.
 Pemeliharanaan dan pengelolaan sebuah sistem yang terin-
tegrasi dalam menangani resiko untuk mencapai tujuan.
PDCA merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengelola proses dan sistem. PDCA diambil dari singkatan:
 P - Plan: Menentukan objektif atau sasaran sistem dan pros-
es untuk menghasilkan output.
 D - Do: Merupakan implementasi atau pelaksanaan dari apa
yang sudah direncanakan.
 C - Check: Memantu dan mengukur proses yang berjalan
untuk menilai apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan atau disyaratkan.
 A - Act: Mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna
perbaikan kuaitas dan performa proses.
Benefit atau keuntungan yang dapat diambil dengan melakukan
pendekatan berbasis proses dan resiko antara lain:
 Lebih fokus kepada proses-proses yang mempunyai resiko
tinggi.
 Meningkatkan pemahaman, definisi, dan integrasi antar
proses-proses yang saling berkaitan.
 Manajemen pengelolaan, pelaksanaan, pemeriksaan, dan
perbaikan proses yang sistematis sehingga menjadi sebuah
sistem manajemen yang utuh.
 Penggunaan sumber daya yang lebih baik dan meningkat-
kan akuntabilitas.
 Pencapaian kebijakan dan tujuan yang lebih konsisten.
 Mempermudah pelaksanaan sistem manajemen mutu.
 Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi
kebutuhan pelanggan.
 Meningkatkan kepercayaan diri dalam organisasi.
Dalam organisasi baik itu perusahaan atau bentuk organisasi
lainnya yang menerapkan pendekatan proses dalam mengelola
aktivitas sudah seharusnya menempatkan dan memberikan pri-
oritas yang tinggi dalam pengelolaan proses. Banyak hal yang
bisa dilakukan terhadap proses, mulai perencanaan hingga per-
baikan proses.
Proses bisnis berkaitan dengan proses yang dimaksud pada
Process Approach ISO 9001:2015. Filosofi rangkaian aktivitas yang
saling terkait dalam rangka mewujudkan sebuah tujuan dapat
mengacu kepada definisi proses bisnis. Keilmuan terkait proses
bisnis bisa menggunakan Business Process Management (BPM).
BPM menjelaskan banyak hal tentang proses bisnis, mulai dari
definisi, pemodelan, desain, eksekusi, pemantauan, analisis,
hingga kepada perbaikan atau optimasi. Metode yang diterap-
kan pada BPM selaras dan dapat bersinergi dengan konsep
PDCA yang dianut dalam ISO 9001:2015.
46
Agustus 2017
ISO 9001:2015
Proses Bisnis, Prosedur, dan
Dokumentasi
Saat ini beberapa organisasi mulai beralih
menggunakan proses bisnis dibandingkan
tetap mempertahankan konsep prosedur
dalam manajemen aktivitas. Terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara
proses bisnis dan prosedur. Orientasi
proses bisnis adalah bagaimana
mengantarkan sebuah business value
agar bisa dinikmati oleh pihak-pihak
terkait terutama pelanggan baik langsung
maupun tak langsung. Aktivitas pada
proses bisnis bersifat cross functional
yang menekankan kolaborasi agar dapat
menjalanan proses dengan baik secara
efisien.
Sedangkan prosedur merupakan
penjabaran secara lebih detail dari proses
bisnis maupun kebijakan organisasi serta
bersifat lebih spesifik untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan tertentu.
Dalam sebuah proses bisnis, boleh
mempunyai lebih dari satu prosedur,
tergantung seberapa kompleks aktivitas
yang akan dikerjakan.
Begitu pula, proses bisnis tidaklah sama
dengan instruksi kerja (work instruction)
yang sudah berisikan panduan teknis
langkah-langkah detail bagaimana
menyelesaikan sebuah pekerjaan.
ISO 9001:2015 cukup fleksibel dalam
mengatur hal-hal terkait dengan
pendokumentasian sistem beserta
rekaman atau catatan. Tidak ada aturan
yang baku tentang bagaimana
mendokumentasikan proses ataupun
aktivitas maupun rekaman data. Hal ini
tentu saja akan memudahkan organisasi
untuk melakukan adaptasi terhadap
perubahan kebutuhan. Standar dan
aturan pendokumentasian diserahkan ke
masing-masing organisasi. Fleksibilitas ini
sangat membantu organisasi untuk
mengembangkan sebuah sistem
pendokumentasian yang efektif dan
efisien sesuai karakteristik organisasi
tersebut. ISO 9001:2015 hanya menyebut
istilah Documented Information
(Informasi terdokumentasi) tanpa
menjelaskan lebih detail terkait dengan
standarisasi dan spesifikasi model
dokumentasi apa yang bisa digunakan.
Documented Information ini berisikan
dokumen-dokumen beserta catatan atau
informasi apapun yang relevan.
Documented information digunakan untuk
keperluan komunikasi, menjadi bukti dari
apa yang telah dikerjakan, serta sarana
saling berbagi informasi maupun
pengetahuan. Penjelasan lebih lengkap
terkait fungsi documented information
sebagai berikut:
 Komunikasi informasi. Digunakan
sebagai sarana bertukar informasi dan
komunikasi. Jenis dan cakupan
documented information tergantung
kepada karakteristik produk dan
proses di organisasi, tingkat formalitas
sistem komunikasi, kemampuan
berkomunikasi, serta budaya
organisasi.
 Bukti kesesuaian. Sebuah mekanisme
untuk menyediakan bukti terhadap
apa-apa yang telah dikerjakan terkait
dengan perencanaan yang sudah
ditetapkan.
 Berbagi pengetahuan. Menyediakan
sarana untuk memberikan informasi
dan pengetahuan kepada pihak-pihak
terkait sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan.
A - Hirarki Level Manajemen Aktivitas
47
Agustus 2017
ISO 9001:2015
Risk-based Thinking
Salah satu perubahan yang cukup
signifikan dari ISO 9001:2015 ini adalah
adanya penetapan sebuah pendekatan
sistematis untuk mempertimbangkan
resiko daripada memberlakukan
“pencegahan” sebagai komponen
terpisah dari sistem manajemen mutu.
Resiko ini melekat pada semua aspek
sistem manajemen mutu. Terdapat suatu
resiko pada sebuah sistem, proses, dan
fungsi.
Pendekatan berbasis Risk-based Thinking
ini memastikan bahwa resiko dapat
diidentifikasikan, dipertimbangkan, dan
dikendalikan sepanjang fase desain dan
penggunaan sistem manajemen mutu.
ISO 9001 versi sebelumnya, sebuah
klausul tentang tindakan pencegahan
dipisahkan dari sistem.
Dengan menggunakan pemikiran
berbasis risiko maka pertimbangan risiko
menjadi bersifat integral dan menyeluruh.
Hal ini akan menyebabkan tindakan
proaktif daripada reaktif dalam mencegah
atau mengurangi dampak yang tidak
diinginkan melalui identifikasi dan
tindakan awal.
Secara tidak sadar, sebenarnya kita sudah
menerapkan pemikiran berbasis resiko.
Hal yang sederhana bisa dijadikan contoh
adalah saat menyeberang jalan. Kita tidak
akan serta merta menyeberang jalan jika
tidak bisa memastikan bahwa keadaan
jalan aman untuk menyeberang.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya,
pemikiran berbasis resiko ini melekat ke
semua sistem manajemen, melakukan
tindakan pencegahan selama
perencanaan, operasional, analisis, dan
evaluasi aktivitas. Pemikiran berbasis
resiko melekat dan menjadi bagian dari
pendekatan proses. Tidak semua proses
dalam sistem manajemen mutu
mempunyai tingkatan resiko yang sama,
tergantung kepada tujuannya. Diperlukan
kehati-hatian dalam membuat
perencanaan dan pengendalian resiko ini.
Secara umum, resiko bermakna sebagai
suatu kondisi yang menimbulkan potensi
kerugian. Dalam ISO 9001:2015 antara
resiko dan peluang saling terkait. Peluang
tidak mesti menggambarkan sesuatu
yang positif, namun lebih
mendeskripsikan sebagai suatu kondisi
yang jika berhasil dikerjakan akan
mendatangkan keuntungan. Tingkat
sebuah peluang berbanding lurus dengan
resiko yang bisa jadi didapatkannya.
Makin tinggi sebuah peluang, maka
makin tinggi pula resiko yang
menyertainya.
Pemikiran berbasis resiko ini mempunyai
dampak positif bagi organisasi untuk
selalu meningkatkan kualitas proses yang
dijalankan. Secara tidak langsung, juga
akan meningkatkan kepuasan pelanggan
atas kualitas produk yang terjaga.
Bagaimana cara memulai untuk
mengidentifikasikan resiko? Analisis
tentang bagaimana sebuah proses
terbentuk, identifikasikan sebanyak
mungkin faktor-faktor yang dapat
mengganggu jalannya proses bahkan
dalam level membahayakan sekalipun.
Selanjutnya kategorikan potensi
gangguan tersebut berdasarkan tingkatan
resiko.
Setelah melakukan klasifikasi terhadap
potensi gangguan atau hambatan,
langkah selanjutnya adalah menilai
probabilitas gangguan itu muncul serta
seberapa sering hal itu terjadi. Terdapat
banyak metode yang bisa digunakan
untuk menganalisis resiko lebih dalam
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Idealnya, pemikiran berbasis resiko ini
melibatkan faktor people, process, dan
tools yang terlibat dalam proses.
48
Agustus 2017
ISO 9001:2015
Setelah identifikasi dan pengelompokkan
potensi resiko yang mungkin akan
muncul selama proses berlangsung
selesai, maka tahapan berikutnya adalah
membuat opsi pencegahan ataupun
penanganan resiko. Setiap resiko akan
menimbulkan dampak kerugian
walaupun sekecil apapun. Tindakan
pencegahan dan penanganannya pun
juga mempunyai tingkatan yang berbeda.
Hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan
organisasi dalam keputusan pengambilan
tindakan.
Pilihan penanganan atas resiko antara
lain:
 Anda dapat menerima resiko tersebut
dengan segala konsekuensi yang
mengikutinya.
 Anda dapat mencari cara agar dapat
mengurangi resiko.
 Anda dapat mencari cara
menghadapi resiko tersebut.
 Anda dapat mengalihkan resiko
kepada pihak lain.
 Anda akan memilih menghindari
resiko dengan pertimbangan bahwa
resiko tersebut akan membawa
dampak kerugian yang tinggi dengan
cara menghentikan proses yang
sedang berlangsung.
Konsep pemikiran berbasis resiko ini
mengandung makna bahwa tidak ada
yang bisa menjamin sebuah proses sudah
pasti dapat diselesaikan 100% dengan
baik. Ketidakpastian ini menjadi sebuah
pertimbangan yang perlu dipikirkan dan
digunakan sebagai bahan perbaikan di
masa mendatang.
Berdasarkan jangkauan operasionalnya,
resiko dikelompokkan menjadi tiga level,
yaitu:
 Enterprise, resiko berhubungan
dengan operasional bisnis, eksekusi
strategi, isu sistemik, isu material, dan
lain sebagainya yang dapat
menyebabkan gangguan hingga ke
tingkat organisasi secara keseluruhan.
 Program/Project, resiko terkait dengan
perencanaan dan pengiriman produk
baik barang atau jasa sehingga
menggangu jalannya sebuah proyek
yang mengacu kepada parameter
time, cost, dan scope/quality.
 Product/Transactional, resiko yang
berhubungan dengan perencanaan
produk atau jasa dalam memenuhi
kriteria stabilitas, kapasitas, dan
kualitas.
Resiko tidak dapat dihindari, namun bisa
dikelola. Setiap level mewakili tingkatan
yang berbeda. Resiko pada tataran
operasional pembuatan produk atau jasa
memiliki resiko terkecil. Resiko dengan
dampak terbesar berada di level
Enterprise. Pengelolaan resiko pada level
atas ini perlu dilakukan secara terencana,
detail, dan hati-hati. Diperlukan expert
untuk penanganan analisis resiko pada
tataran enterprise.
B - Level Resiko berdasarkan Cakupan Operasionalnya
49
Agustus 2017
ISO 9001:2015
Implementasi ISO 9001:2015 paperless dengan
pendekatan proses dan pemikiran berbasis resiko
Implementasi ISO 9001:2015 secara paperless mungkin menjadi
sebuah impian bagi banyak organisasi yang telah mendapatkan
awareness atau mungkin yang sudah memperoleh sertifikat.
Terminologi atau istilah ISO paperless ini mengacu kepada
penyediaan sebuah sistem yang dapat mengelola dokumen
secara terkomputerisasi.
Saat ini masih banyak organisasi yang direpotkan dengan urusan
pengelolaan sistem dokumentasi untuk keperluan penerapan
ISO 9001. Beberapa dekade belakangan ini, mayoritas organisasi
masih menggunakan kertas dalam menggunakan dokumen
maupun catatan. Dibutuhkan biaya, waktu, dan usaha yang tidak
sedikit guna menjalankan sistem dokumentasi. Belum lagi jika
dilakukan proses audit baik internal maupun eksternal,
penelusuran dokumen dan catatan akan semakin membuat
pusing masing-masing pihak yang berkepentingan.
ISO paperless akan sangat membantu untuk menjalankan sistem
dokumentasi. Cukup banyak benefit yang bisa diperoleh dengan
sistem paperless ini, diantaranya:
 Mengurangi waktu; dengan menggunakan sistem paperless,
pihak yang terlibat dapat dengan segera menggunakan
dokumen atau membuat catatan.
 Kemudahan dalam penelusuran dokumen.
 Meningkatkan keakuratan informasi yang tersaji.
 Meningkatkan aspek keamanan informasi.
Peranan aplikasi komputer untuk menunjang implementasi ISO
9001:2015 secara paperless ini sangat penting. Tidak ada aplikasi
komputer, berarti tidak mungkin ada sistem yang mendukung
paperless.
Tidak semua aplikasi ISO paperless dapat menunjang kinerja
maksimal. Paperless bukan sekedar berbicara tentang
komputerisasi dokumen maupun catatan saja, namun lebih dari
itu. Sistem yang mendukung implementasi ISO paperless
idealnya memenuhi semua prinsip dan klausul yang terkait
dengan pendokumentasian.
Pendokumentasian informasi secara paperless setidaknya
memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
 Dapat dikelola secara mandiri oleh organisasi yang
menggunakan agar kelangsungannya tetap terjaga.
 Dapat dijadikan sarana komunikasi antar pihak yang
berkepentingan hingga sampai pada level terendah.
 Dapat menyimpan semua data baik dokumen maupun
catatan hingga waktu yang lama untuk digunakan sebagai
bahan bukti.
Paperless juga menyentuh aspek bagaimana proses diotomasi.
Otomasi proses bisa menggunakan pendekatan Business Process
Management (BPM). Otomasi proses adalah sebuah cara
bagaimana menjalankan aktivitas dalam sebuah proses dengan
menggunakan pendekatan teknologi informasi dalam hal ini
adalah aplikasi. Sistem paperless yang baik harus mengacu
kepada penangan dokumen, proses, dan catatan. Dengan
demikian sistem akan terintegrasi secara utuh.
Otomasi proses mensyaratkan adanya teknologi yang bisa
mengeksekusi sebuah workflow agar dapat dijalankan. Mengapa
mesti workflow? Apakah implementasi otomasi proses selain
workflow tidak bisa?
Dengan menggunakan teknologi workflow atau BPM, maka
proses implementasinya jauh lebih cepat dan mudah jika
dibandingkan dengan menggunakan pemrogaman. Apalagi jika
terjadi perubahan dokumen atau proses secara cepat dan tiba-
tiba, maka penggunaan teknologi BPM sangat membantu sekali.
Hanya dengan menggambarkan proses dalam bentuk diagram,
maka bisa segera langsung dieksekusi.
ISO 9001:2015 sangat mendukung otomasi proses bisnis ini,
mengingat pendekatan proses menjadi salah satu hal yang
penting dan diperhatikan. Teknologi BPM saat ini telah
mengalami banyak kemajuan dan menyediakan berbagai
kemampuan yang dibutuhkan dalam rangka mendukung sistem
paperless yang sesuai dengan standar yang diberlakukan pada
ISO 9001:2015. Fitur standar yang mesti dimiliki untuk
mendukung paperless dengan pendekatan proses antara lain:
 Membuat struktur organisasi.
 Pemetaan proses dan prosedur mulai dari level atas hingga
terbawah.
 Menyediakan dokumentasi instruksi kerja.
 Memuat spesifikasi yang digunakan dalam dokumen.
 Menyediakan fitur untuk terjadinya komunikasi pihak-pihak
di organisasi.
 Menggambarkan proses dengan menggunakan pendekatan
visualisasi diagram.
 Mampu mengeksekusi proses dalam bentuk diagram.
 Memantau jalannya eksekusi proses secara real time.
 Dapat menyajikan informasi terkait dengan jalannya proses
yang akan digunakan sebagai bahan pengukuran.
 Membuat form dan menampung record yang dibutuhkan.
 Bisa menelusuri proses baik yang sedang berjalan atau suda
selesai, baik siapa yang terlibat, kapan, dan aktivitas apa saja
yang dikerjakan.
 Menyediakan mekanisme penelusuran histori dari perubahan
dokumen mulai dari awal hingga akhir.
50
Agustus 2017
ISO 9001:2015
 Terdapat fasilitas yang membantu untuk melakukan audit
proses secara mandiri.
 Mempunyai sistem pengukuran kinerja aktivitas berdasarkan
data faktual yang ada.
 Menyediakan mekanisme bagaimana melakukan identifikasi
resiko atas proses maupun elemen lain yang terdapat pada
sistem manajemen mutu.
 Mempunyai fasilitas pencegahan dan penanganan resiko
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
 Fitur dan kemampuan lain yang memenuhi klausul dan
prinsip ISO 9001:2015.
ISO9001:2015 dan UMKM
Secara umum perubahan ISO 9001:2015 ini membantu
memudahkan organisasi dalam mengadopsi berbagai
perubahan yang terjadi akibat perkembangan zaman. ISO
9001:2015 makin fleksibel dan dapat bersinergi dengan berbagai
sistem manajemen lainnya. Hal ini tentu saja organisasi dapat
merasakan benefit yang nyata. Jargon bahwa ISO 9001 hanyalah
digunakan sebagai formalitas untuk keperluan pemasaran saja
tanpa makna pada akhirya akan terkikis.
Industri pada level UMKM pun sudah seharusnya mengadopsi
bagaimana ISO 9001:2015 ini diimplementasikan. Kebijakan untuk
memastikan bahwa kualitas mutu sebuah barang atau jasa akan
tetap terjaga. Pelaku UMKM idealnya peduli tentang produk
yang dihasilkan agar dapat memuaskan pelanggan. Prinsip ISO
9001:2015 salah satunya adalah tentang kepuasan pelanggan.
Ada tahapan-tahapan yang perlu dilalui sebelum proses
sertifikasi ISO 9001:2015 diperoleh. Setidaknya UMKM mengikuti
awerness ISO 9001:2015 sehingga akan mengetahui dan
memahami apakah ISO 9001:2015 itu. Bagaimana melakukan
implementasinya? Bagaimana proses mendapatkan sertifikasi jika
memang sudah waktunya diperlukan?
Tidak ada salahnya pelaku UMKM mempelajari tentang sistem
manajemen mutu. Permasalahan terbesar UMKM saat
mengalami pertumbuhan bisnis adalah tentang konsistensi
kualitas produk. Begitu omzet penjualan meningkat, biasanya
yang terjadi adalah penurunan kualitas. Untuk memastikan
kualitas produk tetap terjaga, maka perlu mempelajari sistem
manajemen mutu.
Sudah siapkah perusahaan atau organisasi Anda menyambut
dan melaksanakan ISO 9001:2015 ini? (DE)
51
Agustus 2017
Sudah Awareness ISO
Bahkan Telah Bersertifikat,
Namun kok masih
Tidak Sinkron?
Tak Sinkron
52
Agustus 2017
Tak Sinkron
K
esimpulan sederhana tersebut bukan hanya dari
saya saja, namun cukup banyak juga yang
membenarkan fenomena tersebut, bahkan
termasuk organisasi yang mengalaminya.
Banyak organisasi profit maupun non-profit yang sudah
mendapatkan sertifikasi ISO, terutama ISO 9001 namun
faktanya tidak mematuhi apa yang sudah disyaratkan dalam
ISO tersebut. Sertfiikasi ISO digunakan hanya untuk keperluan
pemasaran saja, ingin menunjukkan kepada pelanggan kalau
perusahaan telah memperoleh sertifikasi ISO. Dengan sertifikat
tersebut, perusahaan merasa bahwa kualitas produk atau jasa
sudah terjamin.
Dokumen ISO hanya disimpan di dalam almari perusahaan dan
dibuka kembali saat audit eksternal dilakukan. Bukankah ISO
dibuat untuk menjadi landasaran bagi organisasi agar mampu
memastikan kualitas produk atau jasa tetap terjamin. Bukan
menjadi sebuah formalitas belaka, namun memang benar-
benar digunakan sebagai guidance. Kumpulan SOP yang telah
dibuat tidak dijalankan sebagaimana mestinya bahkan tidak
dipatuhi sama sekali. Aneh, namun itulah fakta yang terjadi di
lapangan.
Konsultan ISO bahkan hingga badan yang mengeluarkan
sertifikasi ISO pun mengetahui fenomena ini. Menjadi sebuah
ironi tak kala kepuasan pelanggan menjadi prioritas
perusahaan, namun tidak memperhatikan bagaimana kualitas
produk atau jasa dikirimkan. Bukankah untuk menghasilkan
produk yang terjaga kualitasnya mesti mematuhi kaidah dan
aturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Jka aturan
tersebut tidak dijalankan dengan baik namun berharap
menghasilkan sebuah produk yang berkualitas, ini seperti
sebuah permainan sulapan saja. Ada sesuatu yang luput atau
lepas dari terjadinya masalah ini.
Ada pertanyaan mendasar terkait hal ini, apa penyebab
fenomena tersebut? Mengapa prosedur yang dibuat sendiri
tidak dijalankan dan dilanggar sendiri? Apa karena terpaksa
atau ada faktor lain?
Hampir sebagian besar organisasi yang tidak patuh terhadap
aturan main yang telah ditetapkan mengeluhkan hal yang sama
yaitu bagaimana ribetnya implementasi pelaksanaan ISO
ditingkatan teknis pelaksanaan SOP. Apalagi jika
pelaksanaannya masih berbasis paper. Cukup banyak prosedur
yang harus diikuti, dokumen yang diisi dan diantarkan ke pihak
-pihak yang terkait. Sulitnya berkolaborasi antar pihak untuk
menjalankan prosedur, ketidaktahuan bagaimana memantau
pelaksanaan eksekusi prosedur, dan beragam fakta lapangan
lainnya.
53
Agustus 2017
Tak Sinkron
Tidak ada jaminan kalau perusahaan yang
menggunakan sistem terkomputerisasi
pasti telah menjalankan prosedur yang
telah ditetapkan dalam dokumen ISO.
Yang sering juga masih tidak adanya
kesesuaian antara dokumen ISO dengan
sistem komputer. Apalagi jika perusahaan
sekedar membeli aplikasi yang sudah jadi
tanpa adanya proses penilaian kesesuaian
antara modul yang ditawarkan aplikasi
dengan dokumen ISO. Aplikasi sekelas
ERP (Enterprise Resource Planning) pun
tidak mesti bisa bersinergi dengan
dokumen ISO.
Akhirnya yang terjadi seolah-olah ada dua
aktivitas besar dalam perusahaan yang
telah bersertifikasi ISO. Aktivitas pertama
adalah yang berkenaan dengan
operasional perusahaan sehari-hari,
sedangkan aktivitas kedua dilakukan
untuk memenuhi tuntutan ISO. Jelas hal
ini akan menyebabkan inefisiensi atau
pemborosan waktu, tenaga, dan biaya.
Apalagi jika kedua aktivitas tersebut saling
tidak bersinergi.
Idealnya, perusahaan yang ingin
menerapkan sistem ISO yang efektif dan
efisien memang sudah sepatutnya
menggunakan pendekatan paperless. Hal
ini berarti bahwa untuk menjalankan
prosedur dapat memanfaatkan sistem
yang terkomputerisasi. Sistem
terkomputerisasi haruslah dibangun
dengan menggunakan dokumen ISO
sebagai acuan dasar, tidak boleh
mengembangkan sistem tersendiri diluar
ketetapan yang sudah dibuat.
Kondisi ideal tersebut relatif cukup sulit
untuk dipenuhi, terutama oleh tim
pengembang aplikasi baik dari internal
perusahaan maupun dari pihak vendor
aplikasi. Pengembangan sistem ISO yang
terkomputerisasi mutlak menggunakan
pendekatan full custom. Setiap
perusahaan bersifat unik dan spesifik,
bahkan tidak ada perusahaan yang identik
sistem operasionalnya walaupun berada
di sektor industri yang sama. Tidak banyak
perusahaan yang dapat
mengimplementasikan 100% sistem ISO
yang terkomputerisasi. Banyak tantangan
yang dihadapi, mulai dari perencanaan,
implementasi, eksekusi, hingga sosialisasi
ke pihak stake-holder.
Ada contoh yang cukup mengawatirkan,
yaitu sebuah perusahaan yang telah
bersertifikasi ISO 9001 mempunyai
dokumen SOP beserta form yang
mengatur tentang proses pembelian
barang. Sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan, maka proses pembelian
barang ini melibatkan dua partisipan,
yaitu bagian Pembelian dan Keuangan.
Output SOP ini nantinya adalah berupa
Purchase Order yang akan dikirimkan ke
pemasok.
Fakta yang terjadi, perusahaan tersebut
menggunakan aplikasi komputer yang
sudah jadi untuk mengurusi proses
pembelian. Modul pembelian barang
yang terdapat di aplikasi tersebut bersifat
general alias umum serta tidak
menggambarkan sama sekali prosedur
yang tertulis di dalam dokumen ISO
perusahaan tersebut.
Singkat cerita, pastilah apa yang
dikerjakan oleh pihak-pihak yang terkait
dengan proses pembelian barang tidak
sama dengan dokumentasi ISO. Begitu
ada audit eksternal, perusahaan cukup
kalang-kabut untuk melakukan
‘pengkodisian’ agar tidak menjadi temuan
oleh tim auditor.
Sebenarnya ‘pengkodisian’ ini pun juga
tidaklah mudah dilakukan, apalagi terkait
dengan catatan atau record. Belum lagi
jika proses tersebut saling berkaitan
dengan proses-proses yang lain.
54
Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017
RetGoo Insight Agustus 2017

More Related Content

What's hot (12)

Bab Dua
Bab DuaBab Dua
Bab Dua
 
informasi proses bisnis
 informasi proses bisnis informasi proses bisnis
informasi proses bisnis
 
Business process reengineering Makalah
Business process reengineering Makalah Business process reengineering Makalah
Business process reengineering Makalah
 
Analisa bisnis proses_(pertemuan_1_¬_2)
Analisa bisnis proses_(pertemuan_1_¬_2)Analisa bisnis proses_(pertemuan_1_¬_2)
Analisa bisnis proses_(pertemuan_1_¬_2)
 
Bab ii ani
Bab ii aniBab ii ani
Bab ii ani
 
Kelemahan proses bisnis sdm
Kelemahan proses bisnis sdmKelemahan proses bisnis sdm
Kelemahan proses bisnis sdm
 
Proses Informasi dan Kontrol
Proses Informasi dan KontrolProses Informasi dan Kontrol
Proses Informasi dan Kontrol
 
Tugas 9 kelompok 10 mpb_analisis working knowledge
Tugas 9 kelompok 10 mpb_analisis working knowledgeTugas 9 kelompok 10 mpb_analisis working knowledge
Tugas 9 kelompok 10 mpb_analisis working knowledge
 
04 analisis-proses-bisnisawal-lengkapl
04 analisis-proses-bisnisawal-lengkapl04 analisis-proses-bisnisawal-lengkapl
04 analisis-proses-bisnisawal-lengkapl
 
BMP EKMA4263 Manajemen Kinerja
BMP EKMA4263 Manajemen KinerjaBMP EKMA4263 Manajemen Kinerja
BMP EKMA4263 Manajemen Kinerja
 
Business process improvement
Business process improvementBusiness process improvement
Business process improvement
 
Bisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-converted
Bisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-convertedBisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-converted
Bisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-converted
 

Similar to RetGoo Insight Agustus 2017

kelompok 1 informasi proses bisnis
kelompok 1 informasi proses bisniskelompok 1 informasi proses bisnis
kelompok 1 informasi proses bisnis
Defarlina
 

Similar to RetGoo Insight Agustus 2017 (20)

Analisis Manajemen Proses Bisnis pada PT. UNILEVER INDONESIA Tbk
Analisis Manajemen Proses Bisnis pada PT. UNILEVER INDONESIA TbkAnalisis Manajemen Proses Bisnis pada PT. UNILEVER INDONESIA Tbk
Analisis Manajemen Proses Bisnis pada PT. UNILEVER INDONESIA Tbk
 
Chapter 2. global e business and collaboration
Chapter 2. global e business and collaborationChapter 2. global e business and collaboration
Chapter 2. global e business and collaboration
 
Tugas Pertemuan 2
Tugas Pertemuan 2Tugas Pertemuan 2
Tugas Pertemuan 2
 
kelompok 1 informasi proses bisnis
kelompok 1 informasi proses bisniskelompok 1 informasi proses bisnis
kelompok 1 informasi proses bisnis
 
Konsep Dasar & Manfaat BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...
Konsep Dasar & Manfaat  BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...Konsep Dasar & Manfaat  BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...
Konsep Dasar & Manfaat BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...
 
HRIS-KEY SUCCESS.pptx
HRIS-KEY SUCCESS.pptxHRIS-KEY SUCCESS.pptx
HRIS-KEY SUCCESS.pptx
 
kelompok3 informasi proses bisnis
kelompok3 informasi proses bisniskelompok3 informasi proses bisnis
kelompok3 informasi proses bisnis
 
Tugas besar 1 ppt sim - kelompok 2
Tugas besar 1 ppt   sim - kelompok 2Tugas besar 1 ppt   sim - kelompok 2
Tugas besar 1 ppt sim - kelompok 2
 
MEMBANGUN SISTEM INFORMASI UNTUK PERUBAHAN MODEL BISNIS DAN DIGITALISASI PERU...
MEMBANGUN SISTEM INFORMASI UNTUK PERUBAHAN MODEL BISNIS DAN DIGITALISASI PERU...MEMBANGUN SISTEM INFORMASI UNTUK PERUBAHAN MODEL BISNIS DAN DIGITALISASI PERU...
MEMBANGUN SISTEM INFORMASI UNTUK PERUBAHAN MODEL BISNIS DAN DIGITALISASI PERU...
 
Tugas informasi proses bisnis
Tugas informasi proses bisnisTugas informasi proses bisnis
Tugas informasi proses bisnis
 
24 tools digital untuk bisnis lebih modern dan berkembang
24 tools digital untuk bisnis lebih modern dan berkembang24 tools digital untuk bisnis lebih modern dan berkembang
24 tools digital untuk bisnis lebih modern dan berkembang
 
Sibuk tapi tidak produktif
Sibuk tapi tidak produktif Sibuk tapi tidak produktif
Sibuk tapi tidak produktif
 
WEB-BASED INTERPRISE sebagai SOLUSI BISNIS
WEB-BASED INTERPRISE sebagai SOLUSI BISNISWEB-BASED INTERPRISE sebagai SOLUSI BISNIS
WEB-BASED INTERPRISE sebagai SOLUSI BISNIS
 
tugas informasi proses bisnis
tugas informasi proses bisnistugas informasi proses bisnis
tugas informasi proses bisnis
 
LN1.pdf
LN1.pdfLN1.pdf
LN1.pdf
 
proses bisnis
proses bisnisproses bisnis
proses bisnis
 
Sia perencanaan sumber daya perusahaan (enterprise resource planning)
Sia   perencanaan sumber daya  perusahaan  (enterprise resource planning)Sia   perencanaan sumber daya  perusahaan  (enterprise resource planning)
Sia perencanaan sumber daya perusahaan (enterprise resource planning)
 
(2022) Silabus Pelatihan "Penyusunan Standard Operating Prosedures (SOP)"
(2022) Silabus Pelatihan "Penyusunan Standard Operating Prosedures (SOP)"(2022) Silabus Pelatihan "Penyusunan Standard Operating Prosedures (SOP)"
(2022) Silabus Pelatihan "Penyusunan Standard Operating Prosedures (SOP)"
 
Reyna restasia, hapzi ali, bisnis elektronik, umb 20 (1) (1)
Reyna restasia, hapzi ali, bisnis elektronik, umb 20 (1) (1)Reyna restasia, hapzi ali, bisnis elektronik, umb 20 (1) (1)
Reyna restasia, hapzi ali, bisnis elektronik, umb 20 (1) (1)
 
Quiz dan forum be minggu ke vi
Quiz dan forum be minggu ke viQuiz dan forum be minggu ke vi
Quiz dan forum be minggu ke vi
 

Recently uploaded

ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
sayangkamuu240203
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
FORTRESS
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
langkahgontay88
 

Recently uploaded (20)

analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
 
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxPERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
 
Pernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptx
Pernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptxPernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptx
Pernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptx
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
 
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael RadaAPAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
 

RetGoo Insight Agustus 2017

  • 1.
  • 2. BERBAGI UNTUK NEGERI MARI KERJA BERSAMA Dony Ekoprilawanto Pengantar 2 Agustus 2017 U sia 72 tahun bukanlah sebuah masa yang pendek, banyak kisah yang mengiringi perjalanan anak negeri ini dalam menuju ke kedewasaan berbangsa dan bernegara. Kisah suka maupun duka berbalut menjadi satu. Banyak dinamika yang dialami, dirasakan, hingga terkadang menyisakan sendu dan pilu. Momentum ini mari kita gunakan untuk saling berbagi dan kerja bersama untuk mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik. Berpikir maju dan saling bersinergi guna mempererat kebersamaan dalam balutan berbangsa dan bernegara. Kami berupaya memberikan kontribusi positif kepada rekan-rekan pelaku UMKM dengan cara menerbitkan sebuah media digital yang bisa dinikmati secara gratis. Media digital ini kami beri nama RetGoo Insight, berisi tentang manajemen proses bisnis baik teori maupun implementasi praktisnya. Mengapa kami memilih tema terkait proses bisnis? Berdasarkan pengalaman kami selama ini, proses bisnis menjadi salah satu pilar penting operasional perusahaan. Cukup banyak rekan-rekan yang mengelola perusahaan tidak begitu paham tentang apa yang dimaksud dengan proses bisnis. Manajemen proses bisnis yang buruk dapat mengakibatkan inefisiensi hingga kekacauan operasional perusahaan. Selain berisi tentang manajemen proses bisnis, RetGoo Insight juga memuat informasi atau materi tentang dunia bisnis, marketing, softskill, leadership, serta manajemen lainnya. Kami berencana melakukan penerbitan RetGoo Insight setiap dua bulan sekali. Semoga bermanfaat.
  • 3. Pengantar 3 Agustus 2017 Alamat Redaksi RetGoo Insight: Terra Building, Jalan Terusan Candi Mendut 9B Malang, lantai 3A Redaktur: Dony E | Tim Kreatif: Annisa K, Dinda, Fani
  • 4. Manajemen Proses Bisnis Daftar Isi Apakah Anda benar-benar memahami apakah yang dimaksud dengan Proses Bisnis?06 Perkembangan Konsep Manajemen dan Inovasi Teknologi Informasi dalam melahirkan BPM10 Senjata Pamungkas itu bernama BPMS 14 Seberapa Transparankah Proses Bisnis Perusahaan Anda? 22 ISO 9001:2015, pendekatan berbasis Proses Bisnis dan Risk Based Thinking44 Data-Centric vs Process-Centric, lebih memilih mana? 26 ISO series Sudah awareness ISO bahkan telah bersertifikasi, namun kok masih tidak sinkron! 52 4 Agustus 2017 Think about “Who, What, When, Where, How”, then you could ask the most powerfull Question“Why?” 30 “Operasional kami sudah mulai Kedodoran”, CEO Inagata40
  • 5. DAFTAR ISI Daftar Isi Bisnis, Start-up Business Model Canvas - BMC56 Business Motivation Model - BMM66 Tiga Jebakan Marketing Plan 80 Leadership bukan LeaderS(**)t 84 Tak ada Karyawan Bodoh 90 Sobat, berbagilah Saham dengan Karyawan Anda 98 Filosofi Marketing, Sales, dan Brand itu ibarat Sedotan 102 Marketing, Refleksi RetGoo Sentris Informa 104 5 Agustus 2017
  • 6. Apakah Anda benar-benar memahami apa itu Proses Bisnis? Tulisan ini akan mengulas tentang definisi proses bisnis (Business Process), benefit bagi para stake-holder perusahaan, langkah-langkah praktis untuk memulai mendesain proses bisnis serta kajian terkait dengan proses bisnis. Disamping itu juga akan dijelaskan tentang Business Process Management (BPM) agar mendapat pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan proses bisnis. Proses Bisnis Apakah Anda benar-benar memahami apa itu Proses Bisnis? 6 Agustus 2017 S etiap organisasi, baik yang berorientasi profit atau pun bukan, pastinya mempunyai sebuah aturan atau lebih bagaimana aktivitas-aktivitas yang terdapat di organisasi tersebut dijalankan. Aturan tersebut dibuat untuk memastikan bahwa pekerjaan atau tugas dapat diselesaikan dengan baik. Entitas perusahaan adalah salah satu organisasi yang bersifat profit. Tidak peduli apakah perusahaan skala mikro hingga besar, pastilah terdapat aktivitas-aktivitas yang akan mengonversi sebuah masukan (input) menjadi keluaran (output) melalui sebuah proses. Rangkaian aktivitas-aktivitas inilah yang bisa disebut sebagai sebuah proses bisnis. Secara definisi, proses bisnis adalah sekumpulan rangkaian aktivitas atau kegiatan yang terstruktur untuk menghasilkan sebuah layanan tertentu sesuai dengan tujuan. Untuk memahami secara sederhana, proses bisnis ini dapat dimaknai sebagai sebuah Standard Operating Procedure (SOP). Walaupun seolah- olah mirip, namun demikian, proses bisnis tidaklah sama dengan SOP. Bagi Anda pelaku maupun pengelola sebuah bisnis, tentu saja mempunyai SOP untuk menjalankan operasional perusahaan. Namun, apakah SOP yang ditetapkan perusahaan sudah dijalankan dengan baik ataukah belum? Selanjutnya, apakah perusahaan Anda telah memiliki proses bisnis yang sesuai dengan karakteristik bisnis Anda? Siapa yang wajib mengetahui proses bisnis? Siapa yang seharusnya menjalankan proses bisnis tersebut? Siapa yang berwewenang menilai jalannya proses bisnis? Sepertinya masih banyak lagi deretan pertanyaan yang akan muncul untuk menguji seberapa peduli pengelola bisnis dalam menjalankan roda operasional perusahaan. Proses bisnis memegang peranan penting dalam perkembangan perusahaan. Sebagai salah satu pilar perusahaan, kualitas proses bisnis akan menentukan bagaimana sebuah layanan atau produk dibuat. Proses bisnis mencerminkan bagaimana perusahaan dikelola, proses bisnis yang buruk tentu saja akan menyebabkan banyak masalah baik langsung maupun tak langsung.
  • 7. Segitiga Sukses Bisnis: People, Process, dan Technology Gambar A menjelaskan tentang tiga pilar utama transformasi bisnis sebuah perusahaan, yaitu: People, Process, dan Technology. Ketiga pilar tersebut sangat berkaitan erat satu dengan yang lain. Saat ini adalah eranya dimana penggunaan teknologi akan memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas. People Perusahaan terdiri atas kumpulan orang yang saling bekerja sama untuk mewujudkan visi dan misi organisasi. Hubungan stake-holder yang terjalin antara semua pihak yang terlibat, baik pemilik perusahaan, pengelola, dan mitra sangat dipengaruhi oleh kualitas orang yang dimiliki oleh perusahaan. Aspek manusia (people) saat ini bukan lagi dianggap sebagai sekedar sumber daya perusahaan, namun sudah dinilai sebagai sebuah aset atau modal utama bagi perusahaan. Pengelolaan potensi manusia ini sudah tidak lagi menggunakan pendekatan ala Human Resources, namun melalui Human Capital. Prinsip dari pendekatan ini secara sederhana adalah memandang bahwa karyawan adalah sebagai mitra perusahaan. Process Semua pihak yang terlibat, baik internal maupun eksternal akan saling bekerjasama dan berkolaborasi guna memastikan pekerjaan-pekerjaan di perusahaan akan terselesaikan dengan baik. Terdapat cukup banyak proses yang terdapat dalam sebuah perusahaan, termasuk perusahaan skala mikro atau kecil. Secara umum terdapat dua jenis proses yaitu proses inti (Core Processes) dan proses pendukung (Supporting Processes). Proses inti mengacu kepada rangkaian aktivitas yang secara langsung berhubungan dengan produk atau layanan kepada pelanggan. Misalnya pada industri manufaktur, proses inti menyebar pada fungsional pembelian material, produksi, gudang, dan kontrol kualitas. Sedangkan proses pendukung adalah aktivitas yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelanggan namun keberadaannya dapat meningkatkan nilai dari layanan atau produk. Contoh sederhana proses pendukung ini adalah layanan keluhan pelanggan, keuangan, akuntansi, dan pengelolaan sumber daya manusia. Baik proses inti maupun pendukung mutlak dikelola dengan baik, mulai dari perencanaan, implementasi, eksekusi, pemantauan, hingga perbaikan. Kajian keilmuan tentang bagaimana mengelola proses bisnis ini dapat dipelajari lebih lanjut di Business Process Management (BPM). Proses Bisnis A - People, Process, Technology 7 Agustus 2017
  • 8. Technology Peranan teknologi saat ini sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu bisnis. Penggunaan teknologi pada perusahaan akan memudahkan karyawan dalam menjalankan proses bisnis sehingga mempercepat tercapainya tujuan perusahaan. Teknologi dapat berupa tools apapun yang bisa digunakan untuk mengeksekusi proses bisnis, SOP, maupun instruksi kerja lainnya. Tools tersebut bisa berupa teknologi Informasi, peralatan kerja, mesin, alat ukur, dan lain sebagainya. Penggunaan teknologi haruslah berdampak terhadap efektivitas dan efisiensi kerja baik dalam tataran personal, fungsional, maupun perusahaan secara keseluruhan. Kehadiran teknologi tidak boleh melahirkan permasalahan baru. Proses Bisnis, SOP, dan Instruksi Kerja Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa proses bisnis tidaklah sama dengan SOP walaupun sekilas terlihat identik. Proses bisnis juga berbeda dengan instruksi kerja (Work Instruction). Ketiga istilah tersebut berorientasi kepada pengelolaan aktivitas, perbedaannya terletak pada tingkatan dalam herarki manajemen aktivitas. Proses Bisnis Proses bisnis mempunyai perspektif yang lebih luas jika dibandingkan dengan SOP. Proses bisnis berada setingkat di atas SOP dalam tataran manajemen proses. Orientasi proses bisnis adalah bagaimana mengantarkan sebuah business value agar bisa dinikmati oleh pihak terkait terutama pelanggan. Aktivitas pada proses bisnis sering melibatkan antar bagian dalam sebuah perusahaan. Kolaborasi lintas fungsional sangat dituntut agar jalannya proses bisnis bisa berlangsung dengan baik. Secara umum, biasanya proses bisnis dijabarkan dalam sebuah alur diagram yang mudah dipahami oleh pihak yang terkait. Pemodelan proses bisnis dalam bentuk diagram saat ini sudah terstandarisasi secara internasional, yaitu dengan menggunakan BPMN 2.0 (Business Process Model and Notation). Contoh proses bisnis dalam perusahaan misalnya adalah Proses Pengadaan Material. Proses bisnis ini bisa melibatkan dua atau lebih partisipan di departemen yang berbeda serta partner di luar perusahaan, bisa pemasok atau vendor. SOP SOP merupakan penjabaran lebih detail dari proses bisnis maupun kebijakan perusahaan. SOP atau biasa disebut dengan prosedur, sifatnya lebih spesifik untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dalam kaitannya dengan proses bisnis, SOP ini bisa disisipkan untuk memperjelas dan memudahkan jalannya eksekusi proses bisnis. Contoh prosedur misalnya Pemeriksaan Ketersediaan Material di gudang yang terdapat di proses bisnis Pengadaan Material. SOP bisa dideskripsikan dalam bentuk visualisasi diagram maupun narasi. SOP berisi panduan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Panduan dalam SOP bisa juga berisi semacam check list yang mesti dikerjakan. Instruksi Kerja Instruksi kerja menjelaskan teknis langkah- langkah bagaimana sebuah tugas dikerjakan secara cukup detail. Instruksi kerja ini pada umumnya dilakukan oleh level individu pada satu bagian saja. Tidak melibatkan pihak lain. Proses Bisnis Technology 8 Agustus 2017
  • 9. Proses Bisnis Benefit Proses Bisnis Saat ini proses bisnis sudah dianggap sebagai salah satu aset bagi perusahaan. Proses bisnis akan menentukan kemenangan dari sebuah kompetisi bisnis. Proses bisnis dapat menjadi pembeda dengan para kompetitor. Berikut ini beberapa benefit yang dapat diambil dari implementasi proses bisnis: 1. Perusahaan lebih mudah beradaptasi dan fleksibel terhadap setiap perubahan bisnis. 2. Dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. 3. Menjamin keterbukaan dan transparansi sistem yang akan berpengaruh kepada kepercayaan stakeholder. 4. Berorientasi kepada kepuasan pelanggan. 5. Memastikan bahwa sistem dapat berkembang dan mengalami perbaikan secara terus menerus. 6. Penilaian kinerja secara objektif dan terukur. 7. Memadukan antara kepentingan bisnis dan Teknologi Informasi secara lebih mudah. 8. Mengurangi biaya serta meningkatkan pendapatan perusahaan. (DE) B - Hirarki Level Aktivitas 9 Agustus 2017
  • 10. Perkembangan BPM Perkembangan Konsep Manajemen dan Teknologi Informasi dalam melahirkan BPM Sinergi antara aspek Manajemen dan Teknologi Informasi telah berhasil diwujudkan semenjak teknologi Business Process Management Suites (BPMS) diperkenalkan pada tahun 2005. Hal ini merupakan kabar gembira bagi pelaku usaha, khususnya yang peduli terhadap manajemen dan teknologi informasi. Kita perlu mengetahui bagaimana perkembangan konsep manajemen beriringan dengan inovasi yang dilakukan di teknologi informasi agar mendapatkan gambaran utuh tentang bagaimana BPM terbentuk. S eperti yang diperlihatkan dalam Gambar A, bahwa BPM mengalami perkembangan yang cukup cepat menjelang dimulainya tahun 2000-an hingga sekarang. Ada dua aspek yang menjadi perhatian terkait dengan lahirnya BPM, yaitu aspek manajemen dan teknologi informasi. Saat ini semestinya sudah tidak ada dikotomi antara manajemen dan teknologi informasi (TI). Perusahaan yang masih memisahkan antara kepentingan manajemen dan TI berarti tidak memahami dengan baik arti kolaborasi dan maturitas disiplin keilmuan. Perkembangan teknologi yang cukup pesat dewasa ini ikut mempercepat terjadinya peleburan beberapa aspek keilmuan. Pada awalnya, sisi manajemen sangat jauh terpisah dengan TI. Konsep manajemen dimulai dengan lahirnya Total Quality Management (TQM) pada tahun 1980-an, pada saat bersamaan inovasi TI muncul aplikasi Database yang berorientasi hanya untuk menyelesaikan satu fungsi saja. ERP - BPR Enterprise Resource Planning (ERP) diperkenalkan saat memasuki tahun 1990-an pada waktu Business Process Re-engineering (BPR) mulai diperbincangkan oleh praktisi manajemen. Bahkan hingga saat ini, setelah hampir 30 tahunan, ERP masih digunakan oleh sebagian besar pelaku usaha mulai skala kecil hingga besar. Pada masa lalu, orang-orang yang berkecimpung di dunia manajemen tidak dapat bersinergi dengan praktisi TI dalam rangka mengembangkan sebuah solusi untuk memudahkan operasional perusahaan. Ada batasan keilmuan berbeda yang menyebabkan mereka tidak dapat saling berkolaborasi. Terkadang hal ini menimbulkan egosentris masing-masing pihak yang pada akhirnya berpotensi melahirkan masalah bagi perusahaan. Yang sering terjadi, orang-orang yang mengurusi aspek TI tidak ingin dicampuri kebijakannya dari aspek bisnis atau manajemen, begitu pula sebaliknya. A - Sejarah Perkembangan Konsep Manajemen dan Teknologi Informasi Sumber: https://www.slideshare.net/hrmn/towards-cognitive-bpm-as-a-platform-for- smart-process-support-over-unstructured-big-data 10 Agustus 2017
  • 11. Perkembangan BPM Sebagai contoh, saat memulai sebuah proyek pengadaan sistem informasi di sebuah perusahaan, maka dominasi orang TI begitu terlihat. Mulai dari perencanaan, implementasi, bahkan hingga pengawasan. Orang manajemen terkadang dianggap sebagai user yang tidak perlu tahu tentang bagaimana sistem dibangun. WMF - BPR/BPM Era Workflow Management (WfM) sedikit mulai membuka pemikiran bahwa aspek manajemen bisa didekatkan dengan TI. Kesadaran akan pentingnya kaidah manajemen dalam mengembangkan sistem informasi mulai nampak. Membangun sebuah sistem terkomputerisasi bukan sekedar urusan teknis semata, namun mesti didasari oleh pertimbangan bisnis perusahaan. Dengan memanfaatkan WfM, maka pembuatan aplikasi sistem informasi sudah bisa dilakukan dengan menggunakan diagram flowchart. Pemodelan alur kerja atau prosedur dengan menggunakan diagram ini bisa dieksekusi secara langsung oleh komputer. Pada saat inilah dimulainya fase dalam sejarah inovasi TI di mana proses pembuatan aplikasi sudah mulai melibatkan secara aktif aspek manajemen atau bisnis dalam pengembangan sebuah sistem terkomputerisasi. WfM saat itu masih terlalu sederhana untuk bisa digunakan dalam menangani kasus-kasus otomasi proses bisnis dalam sebuah perusahaan. Banyak permasalahan ditingkatan implementasi yang tidak bisa diselesaikan oleh WfM. EAI - BPM Keterbatasan WfM dalam melakukan otomasi proses bisnis cukup mengganggu implementasi sistem terkomputerisasi. Terdapat cukup banyak kekurangan terutama saat menangani masalah terkait dengan fungsi spesifik yang WfM sendiri tak mampu mengeksekusinya. Untuk membuat WfM terlihat lebih powerful, maka diinisiasilah sebuah inovasi baru dalam perkembangan TI yaitu dengan kehadiran Enterprise Application Integration (EAI). EAI merupakan aplikasi yang membantu menghubungkan antara aplikasi satu dengan yang lain. EAI membantu antar aplikasi untuk saling berbagi data atau informasi lainnya. Dengan demikian diharapkan sebuah sistem yang kompleks bisa ditangani oleh banyak aplikasi secara terpisah. Munculnya EAI juga memicu teknologi lainnya seperti Enterprise Service Bus (ESB) dan Service Oriented Architecture (SOA). Pada saat yang bersamaan, di aspek manajemen juga terjadi perkembangan yang cukup signifikan, yaitu dengan matangnya keilmuan Business Process Management (BPM). Banyak kajian, diskusi, maupun penelitian terkait dengan BPM ini. Proses bisnis sudah semestinya dibedah secara lebih mendalam. Walaupun sebelumnya telah didahului dengan BPR, namun rupanya praktisi manajemen masih belum merasa puas atas pencapaian “Re-engineering” proses bisnis. Proses bisnis tidak hanya sekedar diubah, namun juga perlu sebuah manajemen yang serius agar dapat bermanfaat bagi organisasi yang menjalankannya. Proses bisnis bukan sekedar sebuah prosedur atau SOP saja, namun mengandung Business Value yang pada ujungnya akan berorientasi kepada kepuasan pelanggan. BPM mampu melengkapi kekurangan-kekurangan BPR. BPM tidaklah sama dengan BPR seperti halnya Proses Bisnis tidak sama dengan SOP. 11 Agustus 2017
  • 12. Perkembangan BPM BPMS Kolaborasi penuh antara bisnis dan TI terjadi saat Business Process Management Suites (BPMS) diperkenalkan pada tahun 2005. Perkembangan teknologi yang sangat pesat memungkinkan untuk menyatukan aspek manajemen dan teknis secara sangat mudah. Orang bisnis dan TI bisa duduk dalam satu meja untuk membahas pengembangan sistem terkomputerisasi, bahkan mulai dari tahap perencanaan, implementasi, ekseskusi, hingga perbaikan proses bisnis. Mereka menggunakan satu pedoman dan ‘bahasa’ yang sama sehingga bisa saling dimengerti satu sama lainnya. Standarisasi cara berkomunikasi ini membantu terjadinya interaksi yang positif. BPMS merupakan solusi penyatuan bisnis dan TI melalui pendekatan teknologi. Hal ini berarti bahwa dengan berkembangannya teknologi, maka akan berimbas pula kepada kapabilitas BPMS itu sendiri. Terdapat banyak vendor internasional yang menyediakan solusi BPMS dengan fitur beragam. Hampir mayoritas tool BPMS menggunakan standar pemodelan proses bisnis yang sama, yaitu Business Process Model and Notation (BPMN). Hingga saat ini versi BPMN yang dikeluarkan oleh Open Management Group adalah BPMN 2.0. BPMN mempunyai peran yang sangat vital dalam menjembatani komunikasi antara orang bisnis dan TI. Penggunaan notasi diagram yang sederhana dan mudah dimengerti sangat membantu standarisasi ini dikenal dan digunakan oleh banyak pemakai di seluruh dunia. Elemen dasar notasi BPMN 2.0 yang digunakan untuk keperluan otomasi proses bisnis cukup sedikit, tidak lebih dari lima elemen. Walaupun terlihat sederhana, namun BPMN 2.0 mampu memberikan solusi implementasi BPM yang kompleks sekalipun. Tentu saja, hal ini juga dipengaruhi dari kapabilitas tool BPMS itu sendiri. Dalam Gambar B diperlihatkan sebuah contoh proses bisnis Pembelian di sebuah perusahaan. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa proses bisnis Pembelian melibatkan dua partisipan dari dua bagian yang berbeda, yaitu Purchasing dan Keuangan. Proses bisnis ini dimulai dari bagian Purchasing yang bertugas mengisi daftar pembelian barang yang dibutuhkan. Selanjutnya permintaan pembelian tersebut akan dipelajari oleh manajer keuangan. Tindakan persetujuan ada dua, yaitu penolakan atau penerimaan. Jika ditolak, maka akan diberitahukan kepada bagian Purchasing. Sebaliknya apabila permintaan disetujui, maka Purchasing dapat membuat Perintah Pembelian (PO) ke vendor. Diskripsi tentang proses bisnis lebih mudah dibuat dan dipelajari dengan pendekatan visualisasi diagram. Orang yang tidak mempunyai kompetensi TI pun dengan cepat bisa belajar membaca alur proses bisnis. BPMN menggunakan diagram model swimlane, baik yang berorientasi vertikal maupun horizontal. Hampir semua tool BPMS menerapkan layout horizontal. 12 Agustus 2017 Business Process Re-engineering (BPR) Business Process Management (BPM) Rekayasa ulang proses bisnis dari awal. Perbaikan proses dimulai dari proses yang ada. Resiko implementasi tinggi. Resiko implementasi rendah. Perubahan besar terjadi sekali. Perubahan dilakukan secara terus menerus sesuai kondisi. Membutuhkan waktu implementasi cukup lama. Waktu implementasi cepat. Kolaborasi bisnis/manajemen dan TI tidak wajib. Membutuhkan kolaborasi bisnis dan TI. Teknologi berbasis Workflow dan EAI. Teknologi menggunakan BPMS. Metodologi implementasi: Water Fall/SDLC. Metodologi implementasi: Agile. Kebijakan SDM: Pengurangan SDM. Kebijakan SDM: Optimasi.
  • 13. Perkembangan BPM Next BPM BPM akan terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi dan tantangan yang dihadapi oleh manusia. Setelah tren media sosial booming, maka berikutnya adalah isu tentang Artifical Intellegence (AI) atau Kecerdasan Buatan maju. Tren perkembangan AI ini juga mempengaruhi bagaimana BPM akan bertransformasi atau berevolusi. Road map BPM di masa mendatang mengarah kepada pencapaian efisiensi tinggi dengan menerapkan proses belajar dan berpikir secara mandiri oleh sistem. Perkembangan aspek manajemen dan inovasi TI sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Satu sama lain akan saling mempengaruhi. Setiap penemuan atau inovasi baru, sudah tentu juga akan berimbas ke berbagai bidang industri. Hal ini mendorong lahirnya sebuah solusi masa depan yang adaptif yaitu Cognitive BPM. Pencapaian ini tidak berlangsung secara tiba-tiba, namun berjalan secara tahap demi tahap. Banyak teknologi, penemuan, keilmuan sebelumnya yang diperlukan untuk mewujudkan Cognitive BPM. Perkembangan AI yang didahului oleh Expert System, Natural Language Processing, dan Computer Vision sangat membantu untuk mendukung AI menjadi lebih cerdas. Apalagi dengan banyak teknologi pendukung Big Data yang cukup banyak saat ini. Dibutuhkan waktu hampir 20 tahun lebih untuk mencapai kemajuan seperti sekarang ini. BPM masa depan akan membantu manusia untuk lebih meningkatkan kualitas proses serta bisa melakukan prediksi perilaku atas dasar informasi yang dikelola dan dipelajari. Selanjutnya mampu memonitor performa proses bisnis secara keseluruhan dalam skala besar dan menyeluruh. Pada tahapan yang lebih maju, BPM akan mampu mengerti bagaimana perilaku proses terhadap proses yang lain, mampu untuk memberikan solusi terhadap sebuah permasalahan aktivitas manusia. Perkembangan teknologi yang menyatukan aspek manajemen dan teknologi informasi guna kepentingan bisnis sudah sedemikian maju. Apabila pelaku UMKM tidak mampu mengikutinya, suatu saat pasti akan gelagapan dengan datangnya tsunami dari luar negeri. Bagaimana dengan kesiapan Anda? (DE) B - Proses Bisnis Pembeian Barang 13 Agustus 2017
  • 14. Senjata Pamungkas itu bernama BPMS BPMS Penggunaan BPMS menunjukkan tren meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan kesadaran pelaku bisnis akan pentingnya kolaborasi dan sinergi antara aspek manajemen dan Teknologi Informasi. Vendor penyedia solusi BPMS masih didominasi oleh pemain raksasa di tingkat global, sedangkan pemain lokal masih sangat jarang apalagi jika menggunakan standarisasi BPMN 2.0. Tulisan ini akan mengulas tentang apa itu BPMS, benefit, arsitektur, implementasi, serta beberapa hal lain. 14 Agustus 2017
  • 16. B PMS adalah sebuah tool atau aplikasi yang dapat digunakan untuk mendesain, implementasi, eksekusi, dan melakukan pengawasan terhadap jalannya proses bisnis dengan menggunakan metodologi BPM. BPMS dapat digunakan untuk melakukan otomasi proses bisnis. Hal ini berarti bahwa aplikasi BPMS mampu menjalankan proses bisnis yang didesain pada level diagram secara otomatis tanpa perlu menggunakan pendekatan pemrograman komputer. Perkembangan teknologi informasi saat ini memungkinkan untuk melakukan banyak hal terkait dengan proses bisnis. Pemodelan proses bisnis bisa dikerjakan secara mudah. Implementasi pada tingkatan keperluan eksekusi bisa secara cepat direalisasikan bahkan tanpa menggunakan pemrograman komputer atau zero coding. Pembuatan business rule atau pun policy lainnya untuk melengkapi proses bisnis juga bisa dilakukan lebih sederhana. Monitoring jalannya eksekusi proses bisnis pun dapat dipantau dengan mudah. Terdapat banyak manfaat lainnya yang bisa didapatkan dari BPMS untuk keperluan manajemen, misalnya Change Management, Key Performance Indicators (KPI’s), Audit, Process Improvement, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan BPMS, maka perusahaan akan sangat mudah dalam mengembangkan sebuah aplikasi bisnis yang dapat menunjang operasional perusahaan bahkan dari awal sekalipun. Arsitektur BPMS BPMS mulai diperkenalkan pada tahun 2005 dan sekarang sudah mulai diadopsi oleh vendor perangkat lunak terkenal di dunia, seperti IBM, Oracle, Pegasystem, Appian, BizAgi, AuroPortal, dan puluhan vendor luar negeri lainnya. RetGoo adalah salah satu vendor lokal yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan market dalam negeri. Secara umum, fitur dan kapabilitas masing-masing solusi BPMS yang dikeluarkan masing-masing vendor tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan mereka menggunakan sebuah standarisasi yang sama. Gambar A memperlihatkan arsitektur lengkap dari BPMS standar. Ada cukup banyak modul yang mesti dimiliki oleh aplikasi BPMS. Secara garis besar terdapat tiga bagian utama dari BPMS, yaitu BPM, Portal, dan Utility. BPM Bagian ini merupakan inti dari aplikasi BPMS agar bisa melakukan otomasi proses bisnis. Terdapat beberapa unit utama, diantaranya:  Process Repository - Menyediakan sebuah mekanisme untuk membuat proses bisnis, versioning, dashboard, user interface, dan lain-lain. Semua proses bisnis dimodelkan dalam bentuk diagram.  Workflow Engine - Bagian yang akan mengeksekusi proses bisnis dalam bentuk diagram. Unit ini mempunyai peranan sangat penting di dalam otomasi proses bisnis.  System Integration - Menghubungkan serta mengintegrasikan data maupun layanan lainnya antar sistem yang berbeda.  Process Matric - Menangani informasi terkait dengan performa eksekusi proses bisnis, seperti waktu, jumlah, antrian, dan lainnya. BPMS Sesuatu yang tak pernah terbayangkan 16 Agustus 2017
  • 17. BPMS Wajib Ada Opsional A - Arsitektur BPMS PORTAL Aplikasi BPMS menyediakan solusi terintegrasi end-to-end process yang bisa digunakan langsung oleh pengguna. Dengan demikian keberadaan sebuah portal yang digunakan untuk interaksi antara pengguna dan sistem mutlak diperlukan. Aplikasi BPMS menyediakan beberapa opsi untuk media antarmuka, antara lain:  End-User Portal - Antarmuka aplikasi BPMS memiliki keunikan jika dibandingkan dengan aplikasi bisnis lainnya, yaitu menawarkan sebuah pengalaman baru dalam mengelola pekerjaan atau tugas. Pendekatan process-centric sangat mendominasi, mulai dari infor- masi tugas, diagram, KPI, mekanisme kolaborasi, dan lain-lain.  Mobile Access - Memberikan kemudahan bagi pemakai yang terbiasa mobile dengan perangkat ber- gerak. Hampir sebagian besar vendor BPMS menggunakan teknologi HTML5 untuk memenuhi kebutuhan perangkat mobile.  Collaboration (Social) - Mengintegrasikan layanan me- dia sosial untuk meningkatkan interaksi dan kolaborasi antar pengguna BPMS, seperti berbagi informasi, layanan pelanggan, dan sarana promosi perusahaan. Process Process System Business Simulation Event Workflow Reporting Process Process Process Notification BPM End-user Mobile Collaboration System of Content-Doc Analytics PORTAL 17 Agustus 2017
  • 19. UTILITY Untuk meningkatkan kinerja aplikasi BPMS, maka ditambahkan beberapa unit lain yang sifatnya sebagai utilitas.  Process Modeling - Sarana untuk memodelkan proses bisnis dengan menggunakan diagram BPMN (Business Process Model and Notation) yang sudah diadopsi secara internasional.  Reporting Engine - Menghasilkan laporan yang diperlukan oleh pemakai secara otomatis terkait dengan informasi eksekusi proses bisnis.  Business Rule - Menyediakan fasilitas untuk menangani business rule, kebijakan, aturan, atau paramater lain pada proses bisnis.  Event Monitoring - Digunakan untuk memantau dan mencatat sebuah kejadian yang dapat memicu event proses bisnis.  Notification Management - Mengatur lalu lintas notifikasi atau pemberitahuan yang didistribusikan kepada pengguna terkait. Selain untuk mengembangkan otomasi proses bisnis, BPMS dapat juga digunakan untuk membangun sistem informasi bisnis yang cukup kompleks seperti halnya ERP (Enterprise Resouce Planning). Kapabilitas tool BPMS ini akan menentukan seberapa powerful didalam mewujudkan sinergi antara aspek manajemen dan teknologi informasi. BPMS Sejuta makna dalam sebuah Coretan 19 Agustus 2017
  • 20. BPMS Implementasi BPM Mengingat benefit yang ditawarkan BPM cukup besar, maka sudah seharusnya BPM juga bisa dinikmati oleh pelaku usaha mikro dan kecil. Implementasi BPM bukan sekedar urusan teknologi informasi saja, namun juga akan menyentuh aspek manajemen. Dengan demikian terdapat dua keuntungan sekaligus saat implementasi BPM, yaitu tersedianya teknologi informasi terkini dan juga sistem manajemen yang ter-up-to-date. RetGoo berorientasi pada segmen market usaha kecil dan menengah dengan menyediakan solusi yang cukup dibutuhkan dalam membangun sistem informasi manajemen. Pada dasarnya pelaku UMKM sangat terbuka dengan terobosan-terobosan baru yang akan berdampak kepada perkembangan bisnis mereka. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memulai implementasi BPM agar sukses dan dapat berjalan dengan baik, yaitu kesiapan perusahaan dalam hal ini adalah stake-holder dan infrastruktur teknologi pendukung. Kesiapan Stake-Holder Yang dimaksud stake-holder (pemangku kepentingan) di sini adalah para pemilik perusahaan, tim manajemen, dan karyawan perusahaan. Mereka harus menyesuaikan diri dengan pendekatan baru terkait aktivitas yang diarahkan berdasarkan proses atau Process-Driven. Melakukan implementasi BPM berarti para pemangku kepentingan harus peduli terhadap aspek manajemen, termasuk proses bisnis yang ditetapkan oleh perusahaan. Semua pihak, termasuk tim manajemen wajib berkomitmen untuk menjalankan proses bisnis secara patuh. BPM akan memaksa seluruh pihak untuk menjalankan proses sesuai dengan ketentuan. Tidak ada kesempatan untuk melakukan by pass terhadap sistem. Pada kondisi tertentu, orang-orang dalam perusahaan akan mengalami semacam culture shock dengan mengimplementasikan BPM ini. Mereka akan dibiasakan dengan sebuah sistem yang transparan dan menuntut adanya kolaborasi antar pihak yang berkepentingan dalam sebuah proses. Tidak peduli seberapa besar perusahaan yang akan melakukan implementasi BPM ini, mereka wajib untuk mematuhi kaidah aktivitas berbasis proses. Tidak ada jaminan kalau perusahaan besar bisa mengimplementasikan BPM secara mulus. Diperlukan sebuah policy hingga pada tataran top management untuk memastikan bahwa semua pihak bisa menjalankan implementasi BPM ini. BPMS akan memudahkan manajemen dalam memantau pelaksanaan eksekusi proses bisnis. Tindakan sekecil dan secepat apapun akan dengan mudah dipantau dan ditelusuri oleh manajemen. Kesiapan Teknologi Teknologi sangat berperan dalam implementasi BPM. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu kesiapan infrastruktur perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan. Ketidaksiapan salah satu piranti dalam aspek teknologi akan mengurangi kenyamanan dalam penggunaan solusi BPMS ini. Pemilihan perangkat keras dalam hal ini adalah komputer server yang sesuai dengan kebutuhan beban kerja. Secara umum parameternya adalah tipe processor, kapasitas RAM, serta penggunaan SSD sebagai penyimpan data. Penggantian infrastruktur jaringan juga perlu dipertimbangkan jika masih menggunakan teknologi lama yang tidak menyediakan akses kecepatan yang mumpuni. Aplikasi BPMS pada umumnya membutuhkan bandwith yang cukup besar agar bisa berjalan dengan lancar. Penentuan aplikasi BPMS menjadi sebuah tantangan tersendiri, mengingat harga dan kapabilitas yang cukup beragam. Pemilihan tool BMS bisa didasarkan kepada kebutuhan perusahaan. Pembentukan Tim Pengembang BPM Diperlukan sebuah tim pengembang BPM agar dapat mengeksekusi jalannya implementasi BPM. Ada anggota yang menjadi Process Analyst, Process Developer, Business Administrator, Process Owner, dan Process Participant. Process Analyst bertanggung jawab atas perencanaan dan dokumentasi proses bisnis. Selain itu juga mengidentifikasikan serta mendefinisikan Key Performance Indicators (KPIs), Business Rule, dan integrasi layanan lainnya. Process Developer mempunyai tugas mengimplementasikan proses bisnis yang telah dibuat oleh Process Analyst ke dalam sistem teknologi informasi yang bisa dieksekusi oleh BPMS. Aktivitasnya utamanya adalah menggambar diagram proses bisnis, antarmuka (form), data bisnis, serta aturan bisnis Business Administrator bertanggung jawab mengurusi keperluan infrastruktur yang digunakan untuk terlaksanakannya implementasi BPM mulai dari awal hingga akhir. Mempersiapkan juga keperluan untuk sosialisasi BPM kepada semua pihak. Process Owner adalah pihak yang bertanggung jawab melakukan pengawasan atas pelaksanaan proses bisnis, melakukan perbaikan, serta mengambil tindakan yang diperlukan guna memastikan proses bisnis bisa dijalankan dengan baik. Process Participant adalah semua pihak yang menggunakan aplikasi BPMS untuk menjalankan atau berpartisipasi dalam proses bisnis. 20 Agustus 2017
  • 21. BPMS 21 Agustus 2017 Siklus Pengembangan BPM Untuk mengembangkan aplikasi BPM, maka diperlukan pengetahuan tentang metodologi BPM. Siklus pengembangan BPM dapat dijelaskan sebagai berikut:  Design & Model - Melakukan identifikasi dan pemodelan proses bisnis pada level atas serta mempelajari bagaimana proses bisnis nantinya dijalankan. Pemodelan proses bisnis menggunakan visualisasi diagram.  Development & Testing - Melengkapi proses bisnis agar bisa dieksekusi oleh workflow engine serta menambahkan form maupun elemen lain sesuai dengan kebutuhan proses bisnis.  Execution - Menjalankan proses bisnis secara otomatis dan siap digunakan untuk berinteraksi antara partisipan dengan sistem.  Analyze & Optimize - Melakukan perbaikan secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa proses bisnis selalu mengikuti kebutuhan bisnis terkini. Meningkatkan performa dari proses bisnis agar lebih efisien. B - Siklus Pengembangan BPM (DE)
  • 23. Transparansi Proses Proses bisnis yang transparan akan membantu para pengelola bisnis dalam mengeksekusi kebijakan dan operasional perusahaan. Semua aktivitas akan dapat terpantau secara lebih cepat, detail, dan mudah. Dibutuhkan otomasi proses bisnis agar sistem manajemen menjadi benar-benar transparan. Teknologi informasi inilah yang akan memegang peranan penting dalam memastikan otomasi proses bisnis bisa berjalan dengan baik. Transparansi proses dilakukan semenjak perencanaan hingga evaluasi. A pakah perusahaan Anda sudah mempunyai proses bisnis ataukah sekedar Standard Operating Procedure (SOP) saja? Apakah aktivitas yang dikerjakan di perusahaan Anda hanya didasarkan oleh faktor kebiasaan? Apakah Anda merasa ada sebuah kerajaan dalam kerajaan bisnis Anda? Apakah Anda menilai ada ruang gelap dalam jalannya operasional perusahaan? Seandainya perusahaan sudah mempunyai proses bisnis, apakah proses bisnis sudah dijalankan dengan baik? Bagaimana jalannya proses bisnis bisa dipantau dan diawasi? Bagaimana cara Anda memantau jalannya proses bisnis? Kapan terakhir proses bisnis diperbaiki? Apakah semua pihak di perusahaan memahami proses bisnis yang diterapkan? Seberapa transparankah proses bisnis di perusahaan Anda? Masih banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk menilai bagaimana proses bisnis direncanakan, dibuat, dijalankan, dipantau, serta diperbaiki. Pemahaman tentang proses bisnis dalam kerangka kesuksesan perusahaan sangat mempengaruhi bagaimana pengelola perusahaan menempatkan proses bisnis dalam tata kelola perusahaan. Pengusaha yang peduli terhadap sisi manajemen sudah pasti akan menempatkan proses bisnis ke dalam prioritas tata kelola perusahaan bahkan semenjak awal bisnis dibentuk. Dalam Balanced Scorecard (BSC), proses bisnis dimasukkan ke dalam salah satu aspek yang perlu dikaji. Proses bisnis akan mempengaruhi secara keseluruhan bagaimana operasional perusahaan dijalankan, yang pada akhirnya akan mampu menghasilkan solusi atau produk yang bisa memuaskan pelanggan. Transparansi proses mutlak diperlukan dalam sebuah organisasi. Tak ada manfaatnya proses bisnis dibuat jika tidak bisa diakses, dipantau, ditelusuri, dikontrol, maupun diatur. Inilah yang dimaksud dengan transparansi proses. Dengan transparannya proses, maka seluruh pihak dalam stake-holder perusahaan akan merasa nyaman dalam menjalankan proses bisnis. Transparansi proses mencakup aspek perencanaan, implementasi, eksekusi, monitoring/ pemantauan, dan perbaikan proses bisnis. Transparansi Perencanaan Perencanaan proses bisnis mesti mengacu kepada Business Value apa yang akan dicapai. Perlu dilakukan kajian yang mendalam dalam perencanaan proses bisnis. Proses bisnis bukanlah SOP yang berisi hanya deskripsi tentang rangkaian aktivitas semata. Semua pemangku kepentingan (stake-holder) perlu dilibatkan dalam perencanaan proses bisnis. Transparansi, sebuah keterbukaan dan kemudahaan dalam pengumpulan informasi terkait dengan apa saja yang dibutuhkan untuk membentuk rangkaian aktivitas yang bernilai bisnis. Masing- masing pihak yang terlibat wajib untuk menyampaikan pendapat, saran, atau masukan agar memperoleh kualitas proses bisnis yang terbaik sesuai dengan kondisi bisnis saat itu. Perencanaan proses bisnis tidak boleh didasarkan atas kepentingan personal atau sekelompok orang semata. Hal ini akan menyebabkan proses bisnis menjadi sebuah ‘pengetahuan yang tertutup’, seperti sebuah black-box. 23 Agustus 2017
  • 24. Transparansi Proses Transparansi Implementasi Implementasi proses bisnis ke dalam sebuah sistem yang terkomputerisasi perlu dilakukan secara kolaboratif antara pihak manajemen dan teknologi. Saat ini eranya proses bisnis perlu diotomasi, artinya eksekusi proses bisnis sudah melibatkan penggunaan teknologi informasi. Eksekusi proses bisnis secara manual sebenarnya akan mereduksi benefit dari proses bisnis itu sendiri. Fase implementasi proses bisnis ini tidak boleh hanya dilakukan oleh orang-orang TI (Teknologi Informasi) saja, namun perlu pendampingan dari orang yang mengerti sisi manajemen sesuai dengan fungsional yang bersangkutan. Misal manajemen pemasaran, penjualan, pembelian, keuangan, akuntansi, produksi, inventori, dan lain sebagainya. Transparansi Eksekusi Para pihak yang berkepentingan untuk menjalankan atau terlibat dalam proses bisnis bisa secara langsung mengakses sistem dengan menggunakan mekanisme yang sederhana. Pada perusahaan yang sudah menerapkan otomasi proses bisnis dengan menggunakan teknologi informasi, maka eksekusi proses bisnis bisa dilakukan melalui sebuah Process Portal. Karyawan maupun tim manajemen (Process Participant) dibekali dengan akses ke sistem yang bisa digunakan di beberapa platform, seperti komputer, mobile, maupun web. Karyawan atau partisipan lain tidak perlu mendapat pelatihan tentang penggunaan Process Portal secara detail dan memberatkan. Sebagian besar aplikasi proses bisnis menyediakan sebuah User Interface atau antarmuka aplikasi yang sangat sederhana, sehingga mudah digunakan oleh pemakai awam sekalipun. Mereka bisa menjalankan proses bisnis dan mengetahui bagaimana alur atau rangkaian aktivitas dalam proses tersebut secara mudah. Proses bisnis ditampilkan dalam visualisasi diagram, begitu sederhana namun sangat mudah dipahami. Transparansi Monitoring Proses bisnis yang sedang dieksekusi akan bisa dipantau oleh semua pihak yang terlibat, termasuk di dalamnya tim manajamen perusahaan. Hal ini akan bermanfaat dalam memperkuat kolaborasi antar elemen di perusahaan. Kecepatan dan efisiensi aktivitas dalam sebuah proses akan dapat ditingkatkan. A - Eksekusi Proses Bisnis Pembeian Barang Secara Real Time 24 Agustus 2017
  • 25. Transparansi Proses Gambar A menjelaskan bagaimana transparannya proses bisnis dijalankan dengan menggunakan sebuah aplikasi BPMS (Business Process Management Suites). Visualisasi diagram sangat membantu untuk menelusuri bagaimana aliran sebuah proses terbentuk. Dengan menggunakan pendekatan seperti ini, maka tidak ada lagi karyawan yang bertanya sampai di mana tahapan proses saat ini. Justru sebaliknya, partisipan yang terlibat dalam proses akan bisa saling mengingatkan partisipan lain agar segera merespon sebuah aktivitas proses. Transparansi Perbaikan Proses bisnis yang sudah ditetapkan dan dijalankan oleh perusahaan bisa diperbaiki atau direvisi sesuai dengan kebutuhan bisnis terkini. Proses perbaikan dilakukan dengan memperhatikan banyak aspek, mulai dari masukan para partisipan, informasi proses, analisis 4W-1H (What, When, Where, Who, dan How), Business Goal, keluhan pelanggan, dan aspek terkait lainnya. Perbaikan proses bisnis pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan kepuasan semua stake-holder yang terlibat, termasuk pihak luar seperti pemasok dan konsumen. BPM sangat membantu perusahaan untuk memastikan transparansi aktivitas di setiap lini. Tidak ada lagi ruang gelap yang tidak diketahui oleh pengelola bisnis. Dengan terjaminnya transparansi proses, maka secara tidak langsung akan membuat semua pihak merasa nyaman dan aman. Kebuntuan komunikasi dan koordinasi antar karyawan atau manajemen bisa dicegah dan dihentikan. Yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu kolaborasi dan integritas sistem akan dapat ditingkatkan. Bagaimana dengan perusahaan Anda? (DE) Transparansi B - Eksekusi Proses Bisnis di Platform Android (Native) 25 Agustus 2017
  • 26. Process - Centric The Activity you’re most avoiding contains your biggest Opportunity Robin Sharma 26 Agustus 2017
  • 27. Data-Centric vs Process-Centric pilih mana? Process - Centric Perkembangan manajemen dan teknologi informasi ikut mempengaruhi bagaimana cara menjalankan tata kelola perusahaan. Jika dirunut dari sejarahnya, maka ada sebuah garis pemisah yang jelas antara masa lalu dan sekarang. Tahun 2005 menjadi sebuah tonggak di mana tata kelola perusahaan benar- benar dijalankan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Saat ini mengelola sebuah bisnis sudah seharusnya menggunakan pendekatan kolaborasi antara People, Process, dan Technology. A pakah Anda masih berkutat tiap hari dengan pertanyaan seputar data dan laporan operasional perusahaan kepada tim manajemen? Sudahkah Anda memikirkan tentang kinerja, efisiensi, remunerasi, dan performa performa? Bisnis dijalankan dengan menggunakan sebuah aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Aktivitas yang terjadi di perusahaan dilakukan oleh para pemangku kepentingan terkait. Terdapat hubungan erat antara People dan Process. Data-Centric Perusahaan yang masih berorientasi kepada data pada umumnya belum mempunyai kebijakan manajemen yang cukup baik. Walaupun sistem sudah terbangun, namun implementasi kerangka kerjanya bisa dikatakan tidak berjalan dengan sempurna. Fenomena ini tidak berkaitan dengan skala usaha, namun lebih kepada mindset, policy, dan tata kelola perusahaan. Perusahaan skala besar dengan jumlah karyawan ratusan bahkan ribuan pun juga masih banyak yang masih dipusingkan dengan data. Bagaimana mungkin perusahaan akan memikirkan tentang remunerasi atau katakanlah bonus terhadap pencapaian kinerja karyawan, jika perusahaan tak aware terhadap apa yang dikerjakan oleh karyawan. Kepedulian perusahaan terhadap kinerja karyawan perlu dibentuk secara utuh. Secara umum, kinerja perusahaa dipengaruhi oleh kinerja departemen atau fungsional. Sedangkan kinerja departemen ditentukan oleh kinerja personal karyawan itu sendiri. Penilaian kinerja karyawan bukan sekedar dilihat dari pencapaian hasil semata, namun lebih dari itu. Sudah banyak teori tentang Key Performance Indicators (KPIs) yang disampaikan oleh praktisi manajemen untuk mengukur performa karyawan hingga ke perusahaan. Penilaian berbasis hasil tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap aspek pembelajaran perusahaan. Jika penilaian atas pencapaian dijadikan ukuran, maka kemungkinan besar akan banyak aktivitas-aktivitas yang tak terkondisikan terjadi di perusahaan. Yang penting hasilnya tercapai, begitu kira-kira pemikiran sederhana di kalangan karyawan pada perusahaan yang menerapkan kebijakan hasil sebagai acuan sebuah keberhasilan. Jika kondisi ini dibiarkan secara terus menerus, tidak mungkin akan menyebabkan kekacauan dan bom waktu di kemudian hari. Peranan seseorang atau personal tertentu dalam sebuah fungsi akan terlalu mendominasi dalam jalannya operasional. Dilihat dari kacamata manajemen, dominasi orang dibandingkan dengan sistem dalam pelaksanaan operasional perusahaan sudah sangat tidak sehat. Perusahaan atau bisnis tidak boleh tergantung pada sosok orang. Begitu terjadi sesuatu pada orang tersebut, maka akan menyebabkan bencana atau malapetaka bagi perusahaan tersebut. Penyakit ini tidak hanya menghinggapi perusahaan skala kecil saja, bahkan tak jarang terjadi pula pada perusahaan skala cukup besar. Apalagi jika pengelolaan perusahaan masih menggunakan konsep pendekatan ‘kekeluargaan’, hal ini terlalu beresiko. Process-Centric Pendekatan Process-Centric yang diterapkan oleh perusahaan mengandung arti bahwa proses bisnis menjadi titik penggerak semua aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan strategis pengelolaan perusahaan didasarkan atas bagaimana proses bisnis dibuat. Yang perlu dipahami bahwa proses bisnis tidak mesti hanya melibatkan satu fungsional atau departemen saja, namun justru mayoritas menggunakan pendekatan cross-functional. Hal ini berarti bahwa proses bisnis akan melibatkan antar bagian atau departemen. 27 Agustus 2017
  • 28. Process - Centric Dengan menggunakan konsep cross-functional ini maka diharapkan perusahaan dapat mengirimkan produk atau solusi secara cepat kepada pelanggan. Business Value tidak dapat dihasilkan oleh satu orang saja, namun diperoleh dari hasil kolaborasi antar departemen dalam sebuah perusahaan. Perusahaan yang peduli dengan proses bisnis tentu akan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan ini dilakukan guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi pekerjaan. Memperbaiki dan mengatur proses bisnis akan menjadi lebih mudah ketika perusahaan telah mempersiapkan semua hal mulai dari perencanaan hingga eksekusi. A - Era Data dan Process-Centric dalam perkembangan Manajemen dan Teknologi Informasi 28 Agustus 2017
  • 29. Process - Centric Bagaimana menjadikan Perusahaan berbasis Process -Centric? Pengelolaan operasional perusahaan dengan konsep process- centric menjadi keinginan banyak stake-holder. Untukmencapai hal tersebut tidaklah mudah, membutuhkan banyak daya dan upaya. Tantangan terbesar justru berasal dari dalam perusahaan. Perjalanan menuju perusahaan berpakem process- centric membutuhkan juga komitmen dari semua pihak yang terlibat. Sekali tujuan tercapai, maka segudang benefit akan didapatkan. Ada beberapa panduan yang bisa digunakan untuk mencapai perusahaan berbasis process-centric, antara lain: 1. Ukur dan nilai kesiapan semua pemangku kepentingan (stake-holder) termasuk pemilik perusahaan terkait dengan transformasi pengelolaan perusahaan berbasis process- centric. 2. Jalin komunikasi dengan semua pihak tentang visi BPM (Business Process Management) yang akan diterapkan oleh perusahaan. 3. Buatlah model organisasi berdasarkan perspektif proses bisnis, tentukan proses inti dan pendukung. 4. Tentukan pengukuran performa masing-masing proses bisnis. 5. Tetapkan process persona yang terlibat, mulai Process Analyst, Process Developer, Business Administrator, Process Owner, dan Process Participant. 6. Sosialisasikan tentang tahapan penerapan process-centric kepada stake-holder dengan mengadakan pelatihan maupun bentuk-bentuk lain. 7. Implementasikan otomasi proses bisnis dimulai dari perencanaan hingga pengujian. 8. Terapkan eksekusi otomasi proses bisnis mulai dari unit terkecil hingga melibatkan antar unit (cross functional). Pantau dan anaisis pelaksanaan otomasi proses bisnis. 9. Lakukan perbaikan atau penyesuaian terhadap proses bisnis sesuai dengan perkembangan bisnis. Process-Centric memudahkan perusahaan menjadi Agile Perusahaan yang menerapkan process-centric dalam pengelolaan operasional bisnis akan lebih mudah menjadi Agile yang berarti menempatkan kepuasan pelanggan pada prioritas tertinggi, adaptif terhadap perubahan sebuah kondisi, kinerja yang efektif dan efisien, serta mampu untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Apakah perusahaan Anda sudah menggunakan mekanisme process-centric? (DE) 29 Agustus 2017
  • 30. The Question Think about “Who, What, When, Where,How?” then you could ask the most Power Question 30 Agustus 2017
  • 31. The Question 31 Agustus 2017 the Important thing is not to stop Questioning Alberth Einstein P ernahkah Anda berada dalam kondisi kebingungan dan tidak tahu mesti harus berbuat apa ketika terjadi suatu permasalahan yang menimpa pada operasional bisnis Anda? Instruksi kerja ada, SOP ada, proses bisnis pun juga ada, namun itu semua tak bisa digunakan secara maksimal sebagai bahan untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Terdapat cukup banyak referensi terkait dengan metodologi problem solving yang bisa dipelajari untuk membantu memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Dari semua referesi metode problem solving, hampir semua mensyaratkan adanya identifikasi masalah sejak fase awal dalam tahapan penyelesaian masalah. Dalam kaitannya dengan permasalahan operasional perusahaan, maka yang dimaksud dengan identifikasi masalah adalah dengan menghimpun semua informasi terkait pelaksanaan proses bisnis. Informasi apa saja yang perlu didapatkan untuk proses analisis tersebut? Bagaimana cara mendapatkannya? Seberapa objektifnya kualiatas data yang diperoleh? Secara umum, akar penyebab permasalahan bersumber dari Man, Method, Machine, Material, dan Environment. Man dan Method menjadi faktor kunci penyebab masalah yang mendominasi cukup banyak di perusahaan, terutama di kalangan UMKM. Jika disandingkan dengan tiga pilar bisnis, maka Man akan mengacu kepada People dan Method berhubungan dengan Process. Dengan demikian kajian objek permasalahan bisa dipersempit menjadi People dan Process. Dari sinilah kita bisa melakukan berbagai upaya dalam memulai mengumpulkan informasi terkait dengan People dan Process. Terdapat banyak teknik untuk mengumpulkan data maupun informasi, diantaranya prosedur analitis, inspeksi, konfirmasi, permintaan keterangan, perhitungan, penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, maupun pengamatan. Teknik manakah yang selama ini sering Anda gunakan? Sebagian besar pelaku UMKM masih menggunakan teknik yang belum terstruktur didalam menyelesaikan sebuah permasalahan operasional perusahaan. Bahkan mereka tidak memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan analisis resiko proses bisnis. Setiap opportunity pastilah mengadung di dalamnya sebuah resiko. Resiko bermakna suatu keadaan atau kondisi yang mempunyai dampak negatif/ketidakpastian terhadap operasional perusahaan. Jika Anda pernah mengikuti pelatihan tentang ISO 9001:2015 atau bahkan telah mengimplementasikannya, sudah barang tentu Anda akan memahami bahwa ISO 9001 versi terbaru ini (2015) berbeda dengan versi sebelumnya (2008). Versi 2015 berorientasi kepada proses dan manajemen resiko (Risk-based Thinking), tidak seperti versi sebelumnya yang hanya fokus kepada prosedur atau SOP. SOP tidaklah sama dengan proses. Proses lebih bermakna dari sisi strategis karena memuat business value dan lebih dekat dengan policy organisasi. Perusahaan yang masih belum menerapkan sistem manajemen yang baik, di dalam pengelolaan permasalahannya pun biasanya juga tidak menerapkan sebuah metode yang baik pula. Yang terjadi adalah para pengelola bisnis (merangkap Business Owner) melakukan tindakan yang bersifat sporadis tanpa menggunakan sebuah teknik yang terencana untuk melakukan identifikasi masalah. Penggunaan teknik pengumpulan informasi yang biasa digunakan adalah dengan melakukan komfirmasi, memintai keterangan, serta pengamatan saja. Ketiga teknik ini jika tidak dilengkapi dengan bukti (evidance) yang akurat dan objektif beserta kerangka metode yang tepat, maka akan menggiring kepada pembentukan sebuah kesimpulan yang didasari atas opini atau pemikiran subjektif semata. Tentu saja hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan ketidakadilan dalam pembuatan sebuah keputusan. “Seseorang yang merasa dicurigai tanpa bukti, tak akan pernah tulus.”
  • 32. The Question Potensi resistensi atau penolakan terhadap solusi yang dibuat dengan menggunakan pendekatan subjektivitas tersebut cukup besar. Karyawan atau tim manajemen bisa jadi ‘merasa’ tidak punya andil besar atas terjadinya sebuah permasalahan. Mereka pun terkadang merasa terintimidasi dengan teknik pengumpulan data atau informasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Yang lebih mengawatirkan lagi jika sudah melibatkan pihak HRD yang tidak cukup kompeten melakukan audit operasional atas permasalahan tersebut. Otomasi Proses Bisnis memudahkan mendapatkan informasi 4W-1H Apapun teknik pengumpulan data atau informasi yang dilakukan pada dasarnya akan bermuara kepada pertanyaan yang mengacu kepada 5W-1, yaitu Who, What, When, Where, How, dan Why. Pertanyaan Why hanya akan mempunyai makna jika dilengkapi dengan data dan informasi yang benar-benar valid dan terpercaya. Pertanyaan Why akan mengungkap motif atau latar belakang mengapa sebuah permasalahan terjadi. Tentu saja hal ini merujuk ke akar permasalahan yang disebabkan oleh faktor People. Segala permasalahan yang menyangkut operasional perusahaan, mulai pemasaran, penjualan, pembelian, keuangan, akuntansi, produksi, inventori, pengiriman, dan lain-lain sudah semestinya dimulai dari perspektif proses bisnis. Adakah proses bisnis yang tidak dijalankan sebagaimana mestinya? Apakah proses bisnis sudah sesuai dengan kebutuhan bisnis ataukah tidak? Otomasi proses bisnis berarti bahwa People menjalankan Process menggunakan pendekatan Technology, dalam hal ini adalah teknologi informasi. Otomasi proses bisnis bukan asal menggunakan sebuah aplikasi saja, namun perlu menelaah dan menganalisis aplikasi komputer jenis apa saja yang sesuai dengan karakteristik otomasi proses bisnis sebuah perusahaan. Aplikasi yang dapat digunakan untuk melakukan otomasi proses bisnis adalah BPMS (Business Process Management Suites). Hampir semua vendor BPMS menyediakan informasi yang bisa menjawab pertanyaan 4W-1H. Fasilitas ini tentu sangat membantu untuk memantau, menelusuri, menganalisis perilaku aktivitas, melacak, dan mencari informasi-informasi yang terkait dengan jalannya proses. Dengan menggunakan otomasi proses bisnis, hampir tidak mungkin sebuah proses yang berjalan di luar skenario atau prosedur yang sudah dibuat. Semuanya aktivitas akan dapat diatur, dijalankan, dipantau, dilacak, diputar ulang, dan bentuk-bentuk pengendalian lainnya. Cukup kecil sekali kemungkinan seseorang untuk melakukan manipulasi aktivitas tanpa diketahui oleh manajemen. Otomasi proses menjaga agar terpeliharanya integritas suatu sistem manajemen. Berikut ini rangkaian penjelasan mekanisme pengumpulan informasi dengan pendekatan otomasi proses bisnis. OtomasiProses 32 Agustus 2017
  • 33. The Question Who Orang yang terlibat dalam jalannya proses bisnis disebut dengan process participant. Partisipan ini mesti harus dapat diidentifikasikan, mulai fungsi dan nama partisipan. Pemodelan proses bisnis dengan menggunakan diagram BPMN 2.0 akan lebih memudahakan pemahaman identifikasi siapa saja yang berhak dan boleh terlibat dalam jalannya proses bisnis. Gambar B memperlihatkan sebuah contoh diagram BPMN 2.0 tentang proses bisnis Proses Permintaan Pembelian. Proses bisnis ini melibatkan dua partisipan proses, yaitu Purchasing dan Manajer Keuangan. Masing-masing partisipan bisa terdiri dari satu orang atau lebih, tergantung kepada kebijakan perusahaan. Pada saat proses bisnis dieksekusi, maka informasi partisipan yang terlibat dapat diketahui dengan mudah. Who 33 Agustus 2017 B - Diagram BPMN memudahkan identifikasi Who A - Informasi partisipan yang terlibat dalam eksekusi proses bisnis
  • 34. The Question What What Menyedikan informasi tentang aktivitas apa saja yang dikerjakan oleh partisipan saat menjalankan proses bisnis, termasuk di dalamnya informasi yang berhubungan dengan dokumen dan catatan yang digunakan. Daftar tugas ini memuat semua informasi tentang aktivitas-aktivitas dalam sebuah proses yang disajikan secara terbuka, sehingga antar partisipan juga dapat mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan oleh partisipan lainnya. Konsep manajemen informasi seperti ini tentu saja akan membantu mempercepat kolaborasi semua pihak yang terlibat dalam proses. Seorang partisipan dapat mengingatkan partisipan lainnya untuk segera menyelesaikan tugasnya. 34 Agustus 2017 C - Informasi aktivitas apa yang dikerjakan oleh partisipan
  • 35. When The Question 35 Agustus 2017 When Menyediakan informasi waktu tentang kapan aktivitas dimulai dan diselesaikan oleh partisipan. Selain itu juga memuat informasi waktu tunggu dan waktu tetapan maksimal sebuah aktivitas harus diselesaikan. Informasi waktu ini penting untuk dijadikan salah satu paramater bagaimana menentukan performa partisipan dalam berkolaborasi saat pelaksanaan proses. Disamping itu juga berguna untuk menghitung beban aktivitas baik pada level personal, departemen, serta perusahaan secara keseluruhan. D - Informasi waktu aktivitas
  • 36. The Question Where Where Digunakan untuk memberikan informasi posisi aktivitas saat ini dalam proses dengan menggunakan visualisasi diagram. Informasi seperti ini sangat berguna untuk melacak sejauh mana sebuah proses berlangsung tanpa perlu menanyakan ke partisipan lain yang terlibat. Manajemen dapat melihat dan mengikuti jalannya proses bisnis secara lebih detail. 36 Agustus 2017 E - Informasi posisi aktivitas dalam proses yang berjalan
  • 37. How The Question 37 Agustus 2017 How Menjelaskan bagaimana sebuah rangkaian aktivitas bisa terbentuk dalam menjalankan proses dari awal hingga akhir dengan menggunakan visualisasi diagram. Proses bisnis tidak mesti tersusun atas rangkaian aktivitas yang bersifat linear dari awal hingga akhir. Terdapat kemungkinan terjadinya percabangan dalam sebuah proses, misal untuk fungsi Approval yang mempunyai kemungkinan disetujui, direvisi, atau ditolak. F - Visualisasi terbentuknya aliran proses
  • 38. Why? The Question 38 Agustus 2017 Why Kata tanya ini “Why” atau “Mengapa” ini merupakan kata tanya yang paling kuat di atas permukaan bumi. “Why” yang disertai dengan informasi dan data yang telah didapatkan sebelumnya berkenaan dengan siapa, apa, kapan, dimana, dan bagaimana akan dapat mengungkap latar belakang, maksud, motif, tujuan, dan apapun yang menjadi dasar seseorang melakukan sebuah perbuatan. Pertanyaan “Why” akan terasa kekuatannya tak kala disampaikan di akhir rangkaian pertanyaan “Who”, “What”, “When”, “Where”, dan “How”. Otomasi proses bisnis akan sangat membantu untuk mendapatkan semua informasi terkait dengan aktivitas seseorang dalam jalannya proses. Pada akhirnya “Why” bisa digunakan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan, pembenahan, optimasi, dan peningkatan performa proses.
  • 39. The Question 39 Agustus 2017 Mengapa? “Berdasarkan informasi yang didapat dari proses yang berjalan... “ “Mengapa Anda tidak segera menindaklanjuti tugas yang telah menjadi tanggung jawab Anda?” “Anda tahu jika batas maksimal penyelesaian tugas ini adalah tiga jam. Mengapa Anda baru menyelesaikan tugas Anda dalam waktu tiga hari?” “Mengapa Anda selalu melakukan revisi jika yang mempersiapkan draft pak Joko, sedangkan yang lain tidak?” “Mengapa Saudara tidak mengingatkan bagian Keuangan untuk segera menindaklanjuti proses permohonan pembayaran ke pemasok?” dst... Pertanyaan tersebut akan mudah disampaikan jika didasari dengan data atau informasi valid serta objektif. Data dan informasi didapatkan dari sebuah sistem yang bisa menghasilkan data untuk menjawab pertanyaan dasar 4W-1H (Who, What, When, Where, dan How). Sumber: https://twitter.com/whywithaqmark (DE)
  • 40. Startup Peduli Proses “Operasional Kami sudah mulai Kedodoran” 40 Agustus 2017 Sebuah judul yang merepresentasikan dampak positif dari perkembangan bisnis yang dialami oleh salah satu Startup di kota Malang, Inagata Technosmith. CEO Inagata, saudara M. Miftahul Huda, sempat berdiskusi dengan saya terkait beberapa hal yang menyangkut kebijakan operasional perusahaan. Kesimpulannya adalah perlu melakukan Business Process Improvement untuk meningkatkan kualitas operasional perusahaan. M. Miftahul Huda | CEO Inagata Technosmith
  • 41. Startup Peduli Proses Agustus 2017 41 B anyak ungkapan sejenis yang dialami oleh perusahaan rintisan, baik sektor digital maupun non-digital terkait dengan keluhan kualitas dan performa operasional perusahaan. Sesuatu yang klasik dan jamak terjadi, dengan kata lain sudah menjadi fitrahnya bagi perusahaan yang memang tidak dipersiapkan dengan matang saat memulai sebuah bisnis. Apakah keluhan tersebut hanya berlaku atau ditemui pada perusahaan rintisan saja? Bagaimana dengan perusahaan yang sudah bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun beroperasi? Apakah perusahaan yang sudah mapan tidak mengalami hal serupa? Tidak peduli sudah berapa lama perusahaan berdiri, jika suatu saat mengalami pertumbuhan penjualan yang signifikan yang belum pernah terjadi sebelumnya, maka akan menghadapi fenomena tersebut. Termasuk dialami juga oleh perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri lebih dari 10 tahun dengan jumlah karyawan bisa mencapai ratusan hingga ribuan orang. Contoh kasus yang dialami oleh Inagata dapat diambil sebagai bahan pembelajaran betapa pentingnya aspek operasional di sebuah bisnis. Manajemen operasional sudah semestinya dipikirkan dengan matang sebelum bisnis itu sendiri dijalankan. Bukankah operasional ini adalah jantungnya perusahaan saat bisnis sudah mulai berjalan. Gambar A menjelaskan tentang arsitektur bisnis dengan aspek operasional menempati lapisan terbawah. Hal ini berarti bahwa operasional akan cukup banyak menyita waktu, energi, dan biaya selama perusahaan tersebut berjalan. Dalam berbisnis, tidak sekedar menjelaskan tentang motivasi dan strategi bisnis saja. Tidak boleh menjalankan operasional perusahaan secara asal-asalan dengan menggunakan pendekatan tambal sulam. Jika arsitektur bisnis ini dipahami secara mendalam, kemungkinan kecil terjadinya masalah-masalah yang bersifat fundamental. If it doesn’t CHALLANGE you, It does’nt CHANGE you A - Arsitektur Bisnis Profil Inagata secara umum tidak jauh berbeda dengan kebanyakan perusahaan rintisan digital lainnya. Perusahaan ini dibentuk oleh orang-orang teknis yang mempunyai kompetensi di bidang teknologi informasi. DNA perusahaan rintisan digital hampir mempunyai kemiripan di beberapa hal. Jarang sekali perusahaan rintisan digital yang awalnya dibentuk oleh orang non-IT atau setidak-tidaknya memahami tentang dunia IT. Hal ini berdampak pula pada gaya pengelolaan perusahaan yang menerapkan sistem manajemen asal jalan saja. Ataupun jika founder atau co-founder mempunyai keinginan yang lebih, mungkin masih bersedia meluangkan waktu untuk mempelajari hal-hal terkait dengan pelaksanaan strategi bisnis seperti mendalami Business Model Canvas (BMC).
  • 42. Startup Peduli Proses 42 Agustus 2017 Sebagai perusahaan yang pada awalnya bergerak dibidang jasa pembuatan website, mobile application, dan desain UI/UX, Inagata hampir menggunakan seluruh waktunya untuk mengerjakan proyek custom. Sebuah strategi untuk mewujudkan revenue stream yang sudah lazim diterapkan oleh perusahaan rintisan digital lainnya. Pada fase ini urusan operasional tidaklah menemui kendala yang berarti. Permasalahan mulai muncul pada saat Inagata mencoba untuk memasuki bisnis yang berorientasi pada produk. Terdapat karakteristik yang berbeda antara pendekatan proyek serta produk. Salah satu karakteristik bisnis berbasis produk yang perlu mendapat perhatiaan adalah saat terjadinya pertumbuhan penjualan yang cukup signifikan, maka saat itu pula akan terjadi lonjakan aktivitas-aktivitas pendukung aktivitas utama. Aktivitas pendukung yang sudah pasti mengikuti perkembangan bisnis adalah terkait dengan manajemen pengelolaan layanan pelanggan. Hal ini secara langsung diakui oleh CEO Inagata, bahwa aktivitas yang terlihat sederhana dan sepele pada awalnya, ternyata pada akhirnya menjadi sesuatu yang serius dan penting. Sesuatu yang bisa membuat jajaran manajemen menjadi pusing dan berpikir keras untuk mencari solusinya. Saat ini Inagata sedang mengembangkan sebuah produk terkait layanan edukasi di sekolah-sekolah dengan label EduPongo. Bisa dibayangkan, betapa sibuknya orang- orang yang bertugas di bagian operasional pelayanan pelanggan. Mengingat potensi market yang luar biasa besarnya, maka aspek operasional tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang bisa disepelekan lagi. Dibutuhkan perencanaan yang matang terkait dengan proses bisnis yang akan diterapkan di perusahaan dalam rangka memastikan operasional perusahaan bisa berjalan dengan baik. Apalagi jika perusahaan memiliki divisi atau departemen khusus yang mengurusi perihal pemasaran dan penjualan yang bekerja secara agresif dan masif, maka hukumnya menjadi wajib untuk menempatkan operasional berada di prioritas tinggi atau bahkan tertinggi jika memang dibutuhkan. B - Hirarki Aktivitas
  • 43. Startup Peduli Proses Agustus 2017 43 Kepedulian terhadap pentingnya proses bisnis dalam rangka menopang kegiatan operasional perlu ditingkatkan. Proses bisnis tidaklah sama dengan prosedur atau SOP. Proses bisnis membawa sebuah value yang berdampak kepada kepuasan pelanggan. Proses bisnis merupakan penjabaran secara langsung dari kebijakan perusahaan. Terkait dengan permasalahan Inagata pada aspek operasional pelayanan pelanggan, maka perlu dilakukan sebuah kajian dan analisis tentang policy, proses bisnis, prosedur hingga pada instruksi kerja. Rangkaian ini akan memperjelas di mana masalah sesungguhnya yang perlu dicarikan solusinya. Policy atau kebijakan strategis perusahaan tentang pelayanan pelanggan ini mungkin tidak jauh dari aspek yang berkenaan dengan kepuasan pelanggan. Sebagai organisasi bisnis, maka kepuasan pelanggan akan menjadi prioritas utama bagi perusahaan. Apapun jenis dan sektor bisnis yang sedang dijalankan, maka aspek kepuasan pelanggan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kebijakan tentang kepuasan pelanggan perlu dijabarkan dalam sebuah pernyataan yang bernilai bisnis, misalnya “Penanganan keluhan yang cepat, maksimal 10 menit permasalahan harus terselesaikan”. Nah, untuk mewujudkan kebijakan tersebut, maka perlu dipetakan proses bisnis apa saja yang bisa mendukung secara langsung. Satu kebijakan bisa dijabarkan dalam banyak proses bisnis. Salah satu contoh proses bisnis yang bisa dibuat terkait dengan kepuasan pelanggan adalah proses penerbitan sertifikat lisensi pengguna aplikasi. Proses bisnis ini bisa melibatkan beberapa partisipan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Desain proses bisnis harus memperhatikan value apa yang ingin diberikan kepada pelanggan. Dalam hal ini adalah bagaimana pelanggan bisa mendapatkan sertifikat lisensi penggunaan aplikasi secara mudah dan cepat. Tentukan rangkaian aktivitas yang akan menghasilkan output yang bisa digunakan oleh pelanggan. Faktor validasi dan approval sebisa mungkin dibuat serba otomatis dengan sedikit peranan manusia. Saat ini proses bisnis yang berhubungan dengan pelanggan atau konsumen sudah mulai beralih ke sistem otomasi. Otomasi proses bisnis sangat membantu perusahaan dalam memberikan pelayanan yang terbaik terutama untuk meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Selain itu juga akan dapat memperkaya pengalaman pelanggan dalam berinteraksi dengan perusahaan. Implementasi proses bisnis mesti diikuti dengan evaluasi sesuai dengan kaidah metodologi Business Process Management (BPM). Evaluasi ini berguna untuk meningkatkan kualitas proses bisnis selanjutnya. Selamat mempelajari proses bisnis lebih dalam lagi! (DE)
  • 44. ISO 9001:2015 berbasis pendekatan Proses dan Resiko ISO 9001:2015 44 Agustus 2017 Sumber: http://randomactsofleadership.com/the-essential-ingredient-in-effective-communication/
  • 45. ISO 9001:2015 I SO 9001 mengalami perubahan untuk kesekian kalinya menjadi versi 2015 atau disingkat dengan ISO 9001:2015. Versi ISO 9001 sebelumnya adalah 2008. Terdapat beberapa perubahan mendasar pada vesi 2015 guna memenuhi dan mengadopsi kebutuhan yang berkembang pula. ISO 9001:2015 sekarang mempunyai jumlah klausul yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya yaitu dengan menjadi sepuluh klausul. Dengan demikian akan menjadikan ISO 9001:2015 ini menjadi lebih powerful dan semakin mengokohkan dirinya menjadi standar terkemuka dalam manajemen mutu. Sistem manajemen mutu ini dapat digunakan sebagai sarana bagi organisasi untuk memastikan kualitas mutu produk atau jasanya tetap terjaga agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Selain itu benefit penerapan ISO 9001:2015 bagi organisasi adalah untuk menjadikan perusahaan sebagai sebuah entitas yang dapat dengan mudah melakukan adaptasi terhadap setiap perubahan serta melakukan perbaikan proses secara berkelanjutan. Perubahan ISO 9001:2015 dilakukan demi memudahkan organisasi menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. ISO 9001:2015 dibangun atas tujuh prinsip manajemen kualitas, yaitu:  Fokus kepada pelanggan  Kepemimpinan (leadership)  Keterlibatan orang (engagement of people)  Pendekatan proses (process approach)  Pengembangan sistem (improvement)  Pengambilan keputusan berdasarkan bukti (evidence-based decision making)  Relationship management Perubahan mendasar versi 2008 ke 2015 Terdapat beberapa perubahan mendasar pada ISO 9001:2015 dibandingkan dengan versi sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain: 1. Perubahan struktural klausul menjadi 10 klausul dari sebelumnya yang terdiri dari 8 klausul. 2. Manual mutu tidak lagi menjadi sebuah kewajiban. Berdasarkan implementasi ISO 9001 versi sebelumnya, manual mutu ini dirasakan hanya sebagai formalitas belaka dan tidak berdampak signifikan terjadap organisasi. 3. Tidak mewajibkan keberadaan Management Representative (MR). Hal ini dimaksudkan bahwa setiap orang dalam organisasi mempunyai peranan aktif dalam pelaksanaan implementasi ISO 9001:2015. 4. Adanya pemisahan yang jelas antara Barang dan Jasa, versi sebelumnya disebut dengan produk yang berpotensi menimbulkan kerancuan dan salah tafsir. Barang lebih mengacu kepada produk yang berbentuk, sedangkan jasa merupakan produk yang tak berbentuk. 5. Penggantian beberapa istilah, diantaranya seperti:  “Supplier” menjadi “External Provider” 6. Mempertegas model pendekatan proses serta lebih fokus kepada penilaian input dan output proses. Adanya kemampuan untuk mengontrol, memantau, dan mengukur aktivitas yang terjadi dalam sebuah proses. 7. Pendekatan baru dengan Risk-based Thinking dengan menerapkan prinsip manajemen resiko seperti Risk and Opportunities, Risk Avoidance, Risk Migitation, dan Risk Acceptance. 8. Penyatuan istilah Dokumen dan Catatan/Rekaman Mutu menjadi Documented Information (Informasi terdokumentasi) yang mencakup dokumen pedoman seperti SOP, instruksi kerja, dan catata mutu. Sumber: https://luenymorell.com/2014/11/27/launching-innovahied/ 45 Agustus 2017
  • 46. ISO 9001:2015 Pendekatan Proses dan Resiko Proses adalah sebuah rangkaian aktivitas yang saling berkaitan untuk mengelola masukan (input) menjadi sebuah keluaran (output). Input dan output dapat berupa sesuatu yang bersifat berwujud (tangible) atau yang tidak (intangible). Sesuatu yang berwujud bisa seperti: material, komponen, peralatan, atau yang lain. Sedangkan yang tak berwujud dapat berupa data, informa- si, atau pengetahuan. Pendekatan proses dalam ISO 9001:2015 ini mencakup pemben- tukan dan pelaksanaan proses yang terdapat dalam organisasi secara terintegrasi dan menyeluruh. Hal ini mencakup tiga prin- sip penting, yaitu:  Sistem manajemen mengintegrasikan proses dan penguku- rannya dalam rangka mencapai tujuan.  Proses mendefinisikan rangkaian aktivitas beserta parameter yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang di- inginkan.  Perencanaan dan pengendalian yang detail dapat didefinsi- kan dan didokumentasikan sesuai kebutuhan, tergantung kepada konteks organisasi. Pemikiran berbasis Resiko (Risk-based Thinking), Plan-Do-Check-Act (PDCA), dan Pendekatan Proses Ketiga prinsip sebelumnya terkait dengan pendekatan proses ini merupakan bagian yang terintegrasi dengan standar ISO 9001:2015. Resiko-resiko yang kemungkinan berdampak pada tujuan dan hasilnya harus ditangani oleh sistem manajemen. Pemikiran berbasis resiko ini digunakan bersamaan dengan pen- dekatan proses dalam hal:  Penentuan bagaimana resiko (positif atau negatif) yang mungkin akan timbul pada saat penetapan proses-proses yang akan digunakan dalam organisasi. Pengidentifikasian munculnya resiko ini dapat berguna dalam perbaikan proses serta mencegah atau meminimalkan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.  Pendefinisian tingkat perencanaan dan pengendalian proses yang dibutuhkan berdasarkan tingkat resiko.  Peningkatan efektiitas dalam sistem manajemen mutu.  Pemeliharanaan dan pengelolaan sebuah sistem yang terin- tegrasi dalam menangani resiko untuk mencapai tujuan. PDCA merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengelola proses dan sistem. PDCA diambil dari singkatan:  P - Plan: Menentukan objektif atau sasaran sistem dan pros- es untuk menghasilkan output.  D - Do: Merupakan implementasi atau pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan.  C - Check: Memantu dan mengukur proses yang berjalan untuk menilai apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan atau disyaratkan.  A - Act: Mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna perbaikan kuaitas dan performa proses. Benefit atau keuntungan yang dapat diambil dengan melakukan pendekatan berbasis proses dan resiko antara lain:  Lebih fokus kepada proses-proses yang mempunyai resiko tinggi.  Meningkatkan pemahaman, definisi, dan integrasi antar proses-proses yang saling berkaitan.  Manajemen pengelolaan, pelaksanaan, pemeriksaan, dan perbaikan proses yang sistematis sehingga menjadi sebuah sistem manajemen yang utuh.  Penggunaan sumber daya yang lebih baik dan meningkat- kan akuntabilitas.  Pencapaian kebijakan dan tujuan yang lebih konsisten.  Mempermudah pelaksanaan sistem manajemen mutu.  Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan pelanggan.  Meningkatkan kepercayaan diri dalam organisasi. Dalam organisasi baik itu perusahaan atau bentuk organisasi lainnya yang menerapkan pendekatan proses dalam mengelola aktivitas sudah seharusnya menempatkan dan memberikan pri- oritas yang tinggi dalam pengelolaan proses. Banyak hal yang bisa dilakukan terhadap proses, mulai perencanaan hingga per- baikan proses. Proses bisnis berkaitan dengan proses yang dimaksud pada Process Approach ISO 9001:2015. Filosofi rangkaian aktivitas yang saling terkait dalam rangka mewujudkan sebuah tujuan dapat mengacu kepada definisi proses bisnis. Keilmuan terkait proses bisnis bisa menggunakan Business Process Management (BPM). BPM menjelaskan banyak hal tentang proses bisnis, mulai dari definisi, pemodelan, desain, eksekusi, pemantauan, analisis, hingga kepada perbaikan atau optimasi. Metode yang diterap- kan pada BPM selaras dan dapat bersinergi dengan konsep PDCA yang dianut dalam ISO 9001:2015. 46 Agustus 2017
  • 47. ISO 9001:2015 Proses Bisnis, Prosedur, dan Dokumentasi Saat ini beberapa organisasi mulai beralih menggunakan proses bisnis dibandingkan tetap mempertahankan konsep prosedur dalam manajemen aktivitas. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara proses bisnis dan prosedur. Orientasi proses bisnis adalah bagaimana mengantarkan sebuah business value agar bisa dinikmati oleh pihak-pihak terkait terutama pelanggan baik langsung maupun tak langsung. Aktivitas pada proses bisnis bersifat cross functional yang menekankan kolaborasi agar dapat menjalanan proses dengan baik secara efisien. Sedangkan prosedur merupakan penjabaran secara lebih detail dari proses bisnis maupun kebijakan organisasi serta bersifat lebih spesifik untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan tertentu. Dalam sebuah proses bisnis, boleh mempunyai lebih dari satu prosedur, tergantung seberapa kompleks aktivitas yang akan dikerjakan. Begitu pula, proses bisnis tidaklah sama dengan instruksi kerja (work instruction) yang sudah berisikan panduan teknis langkah-langkah detail bagaimana menyelesaikan sebuah pekerjaan. ISO 9001:2015 cukup fleksibel dalam mengatur hal-hal terkait dengan pendokumentasian sistem beserta rekaman atau catatan. Tidak ada aturan yang baku tentang bagaimana mendokumentasikan proses ataupun aktivitas maupun rekaman data. Hal ini tentu saja akan memudahkan organisasi untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan kebutuhan. Standar dan aturan pendokumentasian diserahkan ke masing-masing organisasi. Fleksibilitas ini sangat membantu organisasi untuk mengembangkan sebuah sistem pendokumentasian yang efektif dan efisien sesuai karakteristik organisasi tersebut. ISO 9001:2015 hanya menyebut istilah Documented Information (Informasi terdokumentasi) tanpa menjelaskan lebih detail terkait dengan standarisasi dan spesifikasi model dokumentasi apa yang bisa digunakan. Documented Information ini berisikan dokumen-dokumen beserta catatan atau informasi apapun yang relevan. Documented information digunakan untuk keperluan komunikasi, menjadi bukti dari apa yang telah dikerjakan, serta sarana saling berbagi informasi maupun pengetahuan. Penjelasan lebih lengkap terkait fungsi documented information sebagai berikut:  Komunikasi informasi. Digunakan sebagai sarana bertukar informasi dan komunikasi. Jenis dan cakupan documented information tergantung kepada karakteristik produk dan proses di organisasi, tingkat formalitas sistem komunikasi, kemampuan berkomunikasi, serta budaya organisasi.  Bukti kesesuaian. Sebuah mekanisme untuk menyediakan bukti terhadap apa-apa yang telah dikerjakan terkait dengan perencanaan yang sudah ditetapkan.  Berbagi pengetahuan. Menyediakan sarana untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada pihak-pihak terkait sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan. A - Hirarki Level Manajemen Aktivitas 47 Agustus 2017
  • 48. ISO 9001:2015 Risk-based Thinking Salah satu perubahan yang cukup signifikan dari ISO 9001:2015 ini adalah adanya penetapan sebuah pendekatan sistematis untuk mempertimbangkan resiko daripada memberlakukan “pencegahan” sebagai komponen terpisah dari sistem manajemen mutu. Resiko ini melekat pada semua aspek sistem manajemen mutu. Terdapat suatu resiko pada sebuah sistem, proses, dan fungsi. Pendekatan berbasis Risk-based Thinking ini memastikan bahwa resiko dapat diidentifikasikan, dipertimbangkan, dan dikendalikan sepanjang fase desain dan penggunaan sistem manajemen mutu. ISO 9001 versi sebelumnya, sebuah klausul tentang tindakan pencegahan dipisahkan dari sistem. Dengan menggunakan pemikiran berbasis risiko maka pertimbangan risiko menjadi bersifat integral dan menyeluruh. Hal ini akan menyebabkan tindakan proaktif daripada reaktif dalam mencegah atau mengurangi dampak yang tidak diinginkan melalui identifikasi dan tindakan awal. Secara tidak sadar, sebenarnya kita sudah menerapkan pemikiran berbasis resiko. Hal yang sederhana bisa dijadikan contoh adalah saat menyeberang jalan. Kita tidak akan serta merta menyeberang jalan jika tidak bisa memastikan bahwa keadaan jalan aman untuk menyeberang. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pemikiran berbasis resiko ini melekat ke semua sistem manajemen, melakukan tindakan pencegahan selama perencanaan, operasional, analisis, dan evaluasi aktivitas. Pemikiran berbasis resiko melekat dan menjadi bagian dari pendekatan proses. Tidak semua proses dalam sistem manajemen mutu mempunyai tingkatan resiko yang sama, tergantung kepada tujuannya. Diperlukan kehati-hatian dalam membuat perencanaan dan pengendalian resiko ini. Secara umum, resiko bermakna sebagai suatu kondisi yang menimbulkan potensi kerugian. Dalam ISO 9001:2015 antara resiko dan peluang saling terkait. Peluang tidak mesti menggambarkan sesuatu yang positif, namun lebih mendeskripsikan sebagai suatu kondisi yang jika berhasil dikerjakan akan mendatangkan keuntungan. Tingkat sebuah peluang berbanding lurus dengan resiko yang bisa jadi didapatkannya. Makin tinggi sebuah peluang, maka makin tinggi pula resiko yang menyertainya. Pemikiran berbasis resiko ini mempunyai dampak positif bagi organisasi untuk selalu meningkatkan kualitas proses yang dijalankan. Secara tidak langsung, juga akan meningkatkan kepuasan pelanggan atas kualitas produk yang terjaga. Bagaimana cara memulai untuk mengidentifikasikan resiko? Analisis tentang bagaimana sebuah proses terbentuk, identifikasikan sebanyak mungkin faktor-faktor yang dapat mengganggu jalannya proses bahkan dalam level membahayakan sekalipun. Selanjutnya kategorikan potensi gangguan tersebut berdasarkan tingkatan resiko. Setelah melakukan klasifikasi terhadap potensi gangguan atau hambatan, langkah selanjutnya adalah menilai probabilitas gangguan itu muncul serta seberapa sering hal itu terjadi. Terdapat banyak metode yang bisa digunakan untuk menganalisis resiko lebih dalam sesuai dengan kebutuhan organisasi. Idealnya, pemikiran berbasis resiko ini melibatkan faktor people, process, dan tools yang terlibat dalam proses. 48 Agustus 2017
  • 49. ISO 9001:2015 Setelah identifikasi dan pengelompokkan potensi resiko yang mungkin akan muncul selama proses berlangsung selesai, maka tahapan berikutnya adalah membuat opsi pencegahan ataupun penanganan resiko. Setiap resiko akan menimbulkan dampak kerugian walaupun sekecil apapun. Tindakan pencegahan dan penanganannya pun juga mempunyai tingkatan yang berbeda. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan organisasi dalam keputusan pengambilan tindakan. Pilihan penanganan atas resiko antara lain:  Anda dapat menerima resiko tersebut dengan segala konsekuensi yang mengikutinya.  Anda dapat mencari cara agar dapat mengurangi resiko.  Anda dapat mencari cara menghadapi resiko tersebut.  Anda dapat mengalihkan resiko kepada pihak lain.  Anda akan memilih menghindari resiko dengan pertimbangan bahwa resiko tersebut akan membawa dampak kerugian yang tinggi dengan cara menghentikan proses yang sedang berlangsung. Konsep pemikiran berbasis resiko ini mengandung makna bahwa tidak ada yang bisa menjamin sebuah proses sudah pasti dapat diselesaikan 100% dengan baik. Ketidakpastian ini menjadi sebuah pertimbangan yang perlu dipikirkan dan digunakan sebagai bahan perbaikan di masa mendatang. Berdasarkan jangkauan operasionalnya, resiko dikelompokkan menjadi tiga level, yaitu:  Enterprise, resiko berhubungan dengan operasional bisnis, eksekusi strategi, isu sistemik, isu material, dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan gangguan hingga ke tingkat organisasi secara keseluruhan.  Program/Project, resiko terkait dengan perencanaan dan pengiriman produk baik barang atau jasa sehingga menggangu jalannya sebuah proyek yang mengacu kepada parameter time, cost, dan scope/quality.  Product/Transactional, resiko yang berhubungan dengan perencanaan produk atau jasa dalam memenuhi kriteria stabilitas, kapasitas, dan kualitas. Resiko tidak dapat dihindari, namun bisa dikelola. Setiap level mewakili tingkatan yang berbeda. Resiko pada tataran operasional pembuatan produk atau jasa memiliki resiko terkecil. Resiko dengan dampak terbesar berada di level Enterprise. Pengelolaan resiko pada level atas ini perlu dilakukan secara terencana, detail, dan hati-hati. Diperlukan expert untuk penanganan analisis resiko pada tataran enterprise. B - Level Resiko berdasarkan Cakupan Operasionalnya 49 Agustus 2017
  • 50. ISO 9001:2015 Implementasi ISO 9001:2015 paperless dengan pendekatan proses dan pemikiran berbasis resiko Implementasi ISO 9001:2015 secara paperless mungkin menjadi sebuah impian bagi banyak organisasi yang telah mendapatkan awareness atau mungkin yang sudah memperoleh sertifikat. Terminologi atau istilah ISO paperless ini mengacu kepada penyediaan sebuah sistem yang dapat mengelola dokumen secara terkomputerisasi. Saat ini masih banyak organisasi yang direpotkan dengan urusan pengelolaan sistem dokumentasi untuk keperluan penerapan ISO 9001. Beberapa dekade belakangan ini, mayoritas organisasi masih menggunakan kertas dalam menggunakan dokumen maupun catatan. Dibutuhkan biaya, waktu, dan usaha yang tidak sedikit guna menjalankan sistem dokumentasi. Belum lagi jika dilakukan proses audit baik internal maupun eksternal, penelusuran dokumen dan catatan akan semakin membuat pusing masing-masing pihak yang berkepentingan. ISO paperless akan sangat membantu untuk menjalankan sistem dokumentasi. Cukup banyak benefit yang bisa diperoleh dengan sistem paperless ini, diantaranya:  Mengurangi waktu; dengan menggunakan sistem paperless, pihak yang terlibat dapat dengan segera menggunakan dokumen atau membuat catatan.  Kemudahan dalam penelusuran dokumen.  Meningkatkan keakuratan informasi yang tersaji.  Meningkatkan aspek keamanan informasi. Peranan aplikasi komputer untuk menunjang implementasi ISO 9001:2015 secara paperless ini sangat penting. Tidak ada aplikasi komputer, berarti tidak mungkin ada sistem yang mendukung paperless. Tidak semua aplikasi ISO paperless dapat menunjang kinerja maksimal. Paperless bukan sekedar berbicara tentang komputerisasi dokumen maupun catatan saja, namun lebih dari itu. Sistem yang mendukung implementasi ISO paperless idealnya memenuhi semua prinsip dan klausul yang terkait dengan pendokumentasian. Pendokumentasian informasi secara paperless setidaknya memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:  Dapat dikelola secara mandiri oleh organisasi yang menggunakan agar kelangsungannya tetap terjaga.  Dapat dijadikan sarana komunikasi antar pihak yang berkepentingan hingga sampai pada level terendah.  Dapat menyimpan semua data baik dokumen maupun catatan hingga waktu yang lama untuk digunakan sebagai bahan bukti. Paperless juga menyentuh aspek bagaimana proses diotomasi. Otomasi proses bisa menggunakan pendekatan Business Process Management (BPM). Otomasi proses adalah sebuah cara bagaimana menjalankan aktivitas dalam sebuah proses dengan menggunakan pendekatan teknologi informasi dalam hal ini adalah aplikasi. Sistem paperless yang baik harus mengacu kepada penangan dokumen, proses, dan catatan. Dengan demikian sistem akan terintegrasi secara utuh. Otomasi proses mensyaratkan adanya teknologi yang bisa mengeksekusi sebuah workflow agar dapat dijalankan. Mengapa mesti workflow? Apakah implementasi otomasi proses selain workflow tidak bisa? Dengan menggunakan teknologi workflow atau BPM, maka proses implementasinya jauh lebih cepat dan mudah jika dibandingkan dengan menggunakan pemrogaman. Apalagi jika terjadi perubahan dokumen atau proses secara cepat dan tiba- tiba, maka penggunaan teknologi BPM sangat membantu sekali. Hanya dengan menggambarkan proses dalam bentuk diagram, maka bisa segera langsung dieksekusi. ISO 9001:2015 sangat mendukung otomasi proses bisnis ini, mengingat pendekatan proses menjadi salah satu hal yang penting dan diperhatikan. Teknologi BPM saat ini telah mengalami banyak kemajuan dan menyediakan berbagai kemampuan yang dibutuhkan dalam rangka mendukung sistem paperless yang sesuai dengan standar yang diberlakukan pada ISO 9001:2015. Fitur standar yang mesti dimiliki untuk mendukung paperless dengan pendekatan proses antara lain:  Membuat struktur organisasi.  Pemetaan proses dan prosedur mulai dari level atas hingga terbawah.  Menyediakan dokumentasi instruksi kerja.  Memuat spesifikasi yang digunakan dalam dokumen.  Menyediakan fitur untuk terjadinya komunikasi pihak-pihak di organisasi.  Menggambarkan proses dengan menggunakan pendekatan visualisasi diagram.  Mampu mengeksekusi proses dalam bentuk diagram.  Memantau jalannya eksekusi proses secara real time.  Dapat menyajikan informasi terkait dengan jalannya proses yang akan digunakan sebagai bahan pengukuran.  Membuat form dan menampung record yang dibutuhkan.  Bisa menelusuri proses baik yang sedang berjalan atau suda selesai, baik siapa yang terlibat, kapan, dan aktivitas apa saja yang dikerjakan.  Menyediakan mekanisme penelusuran histori dari perubahan dokumen mulai dari awal hingga akhir. 50 Agustus 2017
  • 51. ISO 9001:2015  Terdapat fasilitas yang membantu untuk melakukan audit proses secara mandiri.  Mempunyai sistem pengukuran kinerja aktivitas berdasarkan data faktual yang ada.  Menyediakan mekanisme bagaimana melakukan identifikasi resiko atas proses maupun elemen lain yang terdapat pada sistem manajemen mutu.  Mempunyai fasilitas pencegahan dan penanganan resiko sesuai dengan kebutuhan organisasi.  Fitur dan kemampuan lain yang memenuhi klausul dan prinsip ISO 9001:2015. ISO9001:2015 dan UMKM Secara umum perubahan ISO 9001:2015 ini membantu memudahkan organisasi dalam mengadopsi berbagai perubahan yang terjadi akibat perkembangan zaman. ISO 9001:2015 makin fleksibel dan dapat bersinergi dengan berbagai sistem manajemen lainnya. Hal ini tentu saja organisasi dapat merasakan benefit yang nyata. Jargon bahwa ISO 9001 hanyalah digunakan sebagai formalitas untuk keperluan pemasaran saja tanpa makna pada akhirya akan terkikis. Industri pada level UMKM pun sudah seharusnya mengadopsi bagaimana ISO 9001:2015 ini diimplementasikan. Kebijakan untuk memastikan bahwa kualitas mutu sebuah barang atau jasa akan tetap terjaga. Pelaku UMKM idealnya peduli tentang produk yang dihasilkan agar dapat memuaskan pelanggan. Prinsip ISO 9001:2015 salah satunya adalah tentang kepuasan pelanggan. Ada tahapan-tahapan yang perlu dilalui sebelum proses sertifikasi ISO 9001:2015 diperoleh. Setidaknya UMKM mengikuti awerness ISO 9001:2015 sehingga akan mengetahui dan memahami apakah ISO 9001:2015 itu. Bagaimana melakukan implementasinya? Bagaimana proses mendapatkan sertifikasi jika memang sudah waktunya diperlukan? Tidak ada salahnya pelaku UMKM mempelajari tentang sistem manajemen mutu. Permasalahan terbesar UMKM saat mengalami pertumbuhan bisnis adalah tentang konsistensi kualitas produk. Begitu omzet penjualan meningkat, biasanya yang terjadi adalah penurunan kualitas. Untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga, maka perlu mempelajari sistem manajemen mutu. Sudah siapkah perusahaan atau organisasi Anda menyambut dan melaksanakan ISO 9001:2015 ini? (DE) 51 Agustus 2017
  • 52. Sudah Awareness ISO Bahkan Telah Bersertifikat, Namun kok masih Tidak Sinkron? Tak Sinkron 52 Agustus 2017
  • 53. Tak Sinkron K esimpulan sederhana tersebut bukan hanya dari saya saja, namun cukup banyak juga yang membenarkan fenomena tersebut, bahkan termasuk organisasi yang mengalaminya. Banyak organisasi profit maupun non-profit yang sudah mendapatkan sertifikasi ISO, terutama ISO 9001 namun faktanya tidak mematuhi apa yang sudah disyaratkan dalam ISO tersebut. Sertfiikasi ISO digunakan hanya untuk keperluan pemasaran saja, ingin menunjukkan kepada pelanggan kalau perusahaan telah memperoleh sertifikasi ISO. Dengan sertifikat tersebut, perusahaan merasa bahwa kualitas produk atau jasa sudah terjamin. Dokumen ISO hanya disimpan di dalam almari perusahaan dan dibuka kembali saat audit eksternal dilakukan. Bukankah ISO dibuat untuk menjadi landasaran bagi organisasi agar mampu memastikan kualitas produk atau jasa tetap terjamin. Bukan menjadi sebuah formalitas belaka, namun memang benar- benar digunakan sebagai guidance. Kumpulan SOP yang telah dibuat tidak dijalankan sebagaimana mestinya bahkan tidak dipatuhi sama sekali. Aneh, namun itulah fakta yang terjadi di lapangan. Konsultan ISO bahkan hingga badan yang mengeluarkan sertifikasi ISO pun mengetahui fenomena ini. Menjadi sebuah ironi tak kala kepuasan pelanggan menjadi prioritas perusahaan, namun tidak memperhatikan bagaimana kualitas produk atau jasa dikirimkan. Bukankah untuk menghasilkan produk yang terjaga kualitasnya mesti mematuhi kaidah dan aturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Jka aturan tersebut tidak dijalankan dengan baik namun berharap menghasilkan sebuah produk yang berkualitas, ini seperti sebuah permainan sulapan saja. Ada sesuatu yang luput atau lepas dari terjadinya masalah ini. Ada pertanyaan mendasar terkait hal ini, apa penyebab fenomena tersebut? Mengapa prosedur yang dibuat sendiri tidak dijalankan dan dilanggar sendiri? Apa karena terpaksa atau ada faktor lain? Hampir sebagian besar organisasi yang tidak patuh terhadap aturan main yang telah ditetapkan mengeluhkan hal yang sama yaitu bagaimana ribetnya implementasi pelaksanaan ISO ditingkatan teknis pelaksanaan SOP. Apalagi jika pelaksanaannya masih berbasis paper. Cukup banyak prosedur yang harus diikuti, dokumen yang diisi dan diantarkan ke pihak -pihak yang terkait. Sulitnya berkolaborasi antar pihak untuk menjalankan prosedur, ketidaktahuan bagaimana memantau pelaksanaan eksekusi prosedur, dan beragam fakta lapangan lainnya. 53 Agustus 2017
  • 54. Tak Sinkron Tidak ada jaminan kalau perusahaan yang menggunakan sistem terkomputerisasi pasti telah menjalankan prosedur yang telah ditetapkan dalam dokumen ISO. Yang sering juga masih tidak adanya kesesuaian antara dokumen ISO dengan sistem komputer. Apalagi jika perusahaan sekedar membeli aplikasi yang sudah jadi tanpa adanya proses penilaian kesesuaian antara modul yang ditawarkan aplikasi dengan dokumen ISO. Aplikasi sekelas ERP (Enterprise Resource Planning) pun tidak mesti bisa bersinergi dengan dokumen ISO. Akhirnya yang terjadi seolah-olah ada dua aktivitas besar dalam perusahaan yang telah bersertifikasi ISO. Aktivitas pertama adalah yang berkenaan dengan operasional perusahaan sehari-hari, sedangkan aktivitas kedua dilakukan untuk memenuhi tuntutan ISO. Jelas hal ini akan menyebabkan inefisiensi atau pemborosan waktu, tenaga, dan biaya. Apalagi jika kedua aktivitas tersebut saling tidak bersinergi. Idealnya, perusahaan yang ingin menerapkan sistem ISO yang efektif dan efisien memang sudah sepatutnya menggunakan pendekatan paperless. Hal ini berarti bahwa untuk menjalankan prosedur dapat memanfaatkan sistem yang terkomputerisasi. Sistem terkomputerisasi haruslah dibangun dengan menggunakan dokumen ISO sebagai acuan dasar, tidak boleh mengembangkan sistem tersendiri diluar ketetapan yang sudah dibuat. Kondisi ideal tersebut relatif cukup sulit untuk dipenuhi, terutama oleh tim pengembang aplikasi baik dari internal perusahaan maupun dari pihak vendor aplikasi. Pengembangan sistem ISO yang terkomputerisasi mutlak menggunakan pendekatan full custom. Setiap perusahaan bersifat unik dan spesifik, bahkan tidak ada perusahaan yang identik sistem operasionalnya walaupun berada di sektor industri yang sama. Tidak banyak perusahaan yang dapat mengimplementasikan 100% sistem ISO yang terkomputerisasi. Banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari perencanaan, implementasi, eksekusi, hingga sosialisasi ke pihak stake-holder. Ada contoh yang cukup mengawatirkan, yaitu sebuah perusahaan yang telah bersertifikasi ISO 9001 mempunyai dokumen SOP beserta form yang mengatur tentang proses pembelian barang. Sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, maka proses pembelian barang ini melibatkan dua partisipan, yaitu bagian Pembelian dan Keuangan. Output SOP ini nantinya adalah berupa Purchase Order yang akan dikirimkan ke pemasok. Fakta yang terjadi, perusahaan tersebut menggunakan aplikasi komputer yang sudah jadi untuk mengurusi proses pembelian. Modul pembelian barang yang terdapat di aplikasi tersebut bersifat general alias umum serta tidak menggambarkan sama sekali prosedur yang tertulis di dalam dokumen ISO perusahaan tersebut. Singkat cerita, pastilah apa yang dikerjakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan proses pembelian barang tidak sama dengan dokumentasi ISO. Begitu ada audit eksternal, perusahaan cukup kalang-kabut untuk melakukan ‘pengkodisian’ agar tidak menjadi temuan oleh tim auditor. Sebenarnya ‘pengkodisian’ ini pun juga tidaklah mudah dilakukan, apalagi terkait dengan catatan atau record. Belum lagi jika proses tersebut saling berkaitan dengan proses-proses yang lain. 54 Agustus 2017