Dokumen tersebut merangkum hasil analisis pola penyebaran jumlah siswa putus sekolah di tingkat SMA di Indonesia berdasarkan jumlah penduduk miskin di setiap provinsi pada tahun 2016 menggunakan software SaTScan. Analisis menunjukkan adanya 6 klaster penyebaran yang tertinggi di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
Analisis Spasial Dengan SaTscen
1. KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Sebelumnya kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Spasial Pola Penyebara Jumlah
Putus Sekolah Tingkat SMA Berdasarkan Jumlah Penduduk Miskin Di setiap
Provinsi Di Indonesia Pada Tahun 2016” tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat memenuhi kewajiban saya dalam memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Informasi Geografi. Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini
banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa saran, kritik,
bimbingan maupun bantuan lainya.
Adapun harapan saya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi berbagai
kalangan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
2. BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan negara
sesuai amanat UUD 1945. Namun, hingga usia 71 tahun kemerdekaan RI, segenap
masyarakatnya masih belum mempunyai akses mengenyam dunia pendidikan
formal selayaknya.
Data UNICEF tahun 2016 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat
menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar
(SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Begitupula data statistik yang dikeluarkan oleh BPS, bahwa di tingkat
provinsi dan kabupaten menunjukkan terdapat kelompok anak-anak tertentu yang
terkena dampak paling rentan yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin
sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya
Triyas menambahkan, seperti siklus, kasus anak putus sekolah saling
mempengaruhi satu sama lain dengan persoalan kemiskinan. Putus sekolah
mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran, bahkan menambah
kemungkinan kenakalan anak dan tindak kejahatan dalam kehidupan sosial
masyarakat. Begitu seterusnya karena tingkat pendapatan yang rendah, akses ke
pendidikan formal pun sulit dicapai. . (Cnnindonesia.student, n.d.)
Banyak anak Indonesia putus sekolah telah menjadi pekerjaan rumah
pemerintah sekian lama. Nyatanya, angka putus sekolah jenjang SMA di Tanah Air
begitu tinggi. (Okezone, 2015)
Faktor ekonomi menjadi penghambat utama mereka untuk melanjutkan
sekolah. Padahal, dalam komitmen tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 Bidang Pendidikan, setiap Negara
harus bisa memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal dalan pendidikan.
(Radiidola, 2016)
2 Rumusan Masalah
3. Bagaimanakah penyebaran jumlah putus sekolahpada jenjang SMA
berdasarkan jumlah penduduk miskin yang tersebar di berbagai provinsi yang
ada di Indonesia.?
3 Tujuan
Untuk mengetahui penyebaran jumlah putus sekolahpada jenjang
SMA berdasarkan jumlah penduduk miskin yang tersebar di berbagai provinsi
yang ada di Indonesia.
4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu supaya pemerintah dapat lebih
memperbaiki lagi system pendidikan yang ada di Indonesia ini.
4. BAB II
PEMBAHASAN
Peta Indonesia yang terbagi menjadi 34 provinsi memiliki angka putus sekolah
terbanyak ke-2 di dunia. Sebanyak 47,3 persen responden menjawab tidak bersekolah lagi
karena masalah biaya, kemudian 31 persen karena ingin membantu orang tua dengan
bekerja, serta 9,4 persen karena ingin melanjutkan pendidikan nonformal seperti pesantren
atau mengambil kursus keterampilan lainnya.
Gambar 5. 1 Peta Negara Indonesia.
5. Gambar 5. 2 Data
Data jumlah putus sekolah pada jenjang SMA dan Jumlah penduduk miskin
harga yang tersebar di berbagai provinsi di indonesia pada tahun 2016 yang akan
dianalisis menggunakan software satscan adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahu pola penyebaran jumlah putus sekolah yaitu dengan cara
mengklaster menggunakan software satscan dengan sebaran bernouli dimana hasil
output ditampilkan dengan menggunakan Cartesian Coordinates, google maps dan
Google Earth.
6. Gambar 5. 3. Google Earth
Gambar 5. 4. GoogleMaps
7. Gambar 5. 5. Cartesian Coordinates Maps
Dari hasil output pada gambar 5.3, gambar 5.4, dan gambar 5.5 yang di
tampilkan dengan Cartesian Coordinates, google maps dan Google Earth terdapat
lingkaran merah merupakan titik hotspot yang dapat meberikan infromasi
mengenai lokasi atau menunjukan jumlah cluste yang terbentuk dimana pola
penyebaran jumlah putus sekolah pada jenjang SMA berdasarkan jumlah
penduduk miskin yaitu terbagi menjadi 6 cluster.
Dapat diperhatikan kembali pada gambar lingkaran merah hal ini menandakan
bahwa daerah tersebut merupakan daerah terbanyak terdapat kasus jumlah kasus
putus sekolah pada enjang SMA.
Kemudian terdapat output summary of data yang didaptkan dari output
saTscan.
Gambar 5. 6 Summary of Data
Pada output summary of data diperoleh informasi tanggal data yaitu tanggal 30
Desember 2016. Dengan jumlah lokasi sebanyak 32, total populasi 2799970
penduduk dan total kasus putus sekolah yaitu 50631. Presentase dari area kasus
1.8% .
Pembagian clusters sebanyak 6 bagian, pada cluster 1 terdapat pada provinsi
Bantenn dan jakarta.
8. Gambar 5. 7 Cluster 1
Analisis SaTScan memberikan gambaran bahwa pada cluster 1 ditemukan 2
provinsi, dengan titik koordinat 6.120000 S, 106.150300 E dengan jarak antar
cluster 75.79 km. Dimana pada provinsi banten dan Jakarta menunjukan angkat
jumlah putus sekolah pada jenjang SMA ini bersifat rendah, memiliki gini Cluster
dengan jumlah populasi 75106 dan jumlah kasus 4439 dengan nilai harapan 3.27.
Kedua lokasi ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu
0.0000<0.05.
9. Gambar 5. 8. Cluster 2
Selanjutnya pada cluster 2 terdapat provinsi Kalimantan tengah, Kalimantan
selatan, Kalimantan timur, Sulawesi barat, dan Kalimantan barat dengan titik
koordinat 2.210000 S, 113.920000 E dengan jarak antar cluster 564.86 km. Dimana
pada provinsi-provinsi tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang
SMA ini bersifat cukup tinggi, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 112221
dan jumlah kasus 3177 dengan nilai harapan 1.57. Lokasi-lokasi pada cluster 2 ini
memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
10. Gambar 5. 9 Cluster 3
Pada cluster 3 terdapat provinsi Riau, sumatera barat, jambi, kepulauan riau, dan
sumatera utara, dengan titik koordinat 0.481667 N, 101.460600 E dengan jarak antar
cluster 464.33 km. Dimana pada provinsi-provinsi tersebut menunjukan angkat jumlah
putus sekolah pada jenjang SMA ini bersifat cukup tinggi, memiliki gini Cluster
dengan jumlah populasi 281010 dan jumlah kasus 6518 dengan nilai harapan 1.28.
Lokasi-lokasi pada cluster 3 ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α
yaitu 0.0000<0.05.
11. .
Gambar 5. 10 Cluster 4
Pada cluster 4 terdapat provinsi Bangka belitung dengan titik koordinat
2.100000 S, 106.100000 E dengan jarak antar cluster 0 km. Dimana pada provinsi
Bangka belitung tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang
SMA ini bersifat rendah, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 7803 dan
jumlah kasus 394 dengan nilai harapan 2,79. Lokasi pada cluster 4 ini memiliki
nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
12. Gambar 5. 11 Cluster 5
Kemudian Pada cluster 5 terdapat provinsi nusatenggara timur, Sulawesi
tenggara, dan Sulawesi selatan dengan titik koordinat 10.183330 S, 123.583300 E
dengan jarak antar cluster 724.81 km. Dimana pada provinsi-provinsi tersebut
menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang SMA yaitu sangat tinggi,
memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 234258 dan jumlah kasus 4701 dengan
nilai harapan 1.11. Lokasi pada cluster 5 ini memiliki nilai yang signifikan karena
nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
13. Gambar 5. 12 Cluster 6
Dan yang terakhir yaitu cluster 6 terdapat provinsi Maluku utara dengan titik
koordinat 0.783333 S, 127.366700 E dengan jarak antar cluster 0 km. Dimana pada
provinsi Maluku utara tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang
SMA yaitu sangat rendah, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 7855 dan
jumlah kasus 208 dengan nilai harapan 1.46. Lokasi pada cluster 6 ini memiliki nilai
yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
14. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil penjabaran data tentang pola penyebaran jumlah putus sekolah pada
jenjang SMA di Indonesia yang tersebar di berbagai provinsi yang ada d
Indonesia dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Penyebaran jumlah putus sekolah pada jenjang SMA berdasarkan jumlah
penduduk miskin terbagi menjadi 6 cluster.
2. Kasus jumlah putus sekolah pada jenjang SMA ini yang tertinggi yaitu pada
cluster 5 yaitu terdapat pada provinsi nusatenggara timur, Sulawesi tenggara,
dan Sulawesi selatan.
3.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan saTscen,
peneliti berharap pemerintah dapat lebih memperbaiki lagi pendidikan di
Indonesia, dan lebih memperhatikan siswa/siswi yang kurang mampu dalam
membiyai sekolah mereka.