SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Sebelumnya kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Spasial Pola Penyebara Jumlah
Putus Sekolah Tingkat SMA Berdasarkan Jumlah Penduduk Miskin Di setiap
Provinsi Di Indonesia Pada Tahun 2016” tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat memenuhi kewajiban saya dalam memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Informasi Geografi. Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini
banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa saran, kritik,
bimbingan maupun bantuan lainya.
Adapun harapan saya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi berbagai
kalangan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan negara
sesuai amanat UUD 1945. Namun, hingga usia 71 tahun kemerdekaan RI, segenap
masyarakatnya masih belum mempunyai akses mengenyam dunia pendidikan
formal selayaknya.
Data UNICEF tahun 2016 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat
menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar
(SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Begitupula data statistik yang dikeluarkan oleh BPS, bahwa di tingkat
provinsi dan kabupaten menunjukkan terdapat kelompok anak-anak tertentu yang
terkena dampak paling rentan yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin
sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya
Triyas menambahkan, seperti siklus, kasus anak putus sekolah saling
mempengaruhi satu sama lain dengan persoalan kemiskinan. Putus sekolah
mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran, bahkan menambah
kemungkinan kenakalan anak dan tindak kejahatan dalam kehidupan sosial
masyarakat. Begitu seterusnya karena tingkat pendapatan yang rendah, akses ke
pendidikan formal pun sulit dicapai. . (Cnnindonesia.student, n.d.)
Banyak anak Indonesia putus sekolah telah menjadi pekerjaan rumah
pemerintah sekian lama. Nyatanya, angka putus sekolah jenjang SMA di Tanah Air
begitu tinggi. (Okezone, 2015)
Faktor ekonomi menjadi penghambat utama mereka untuk melanjutkan
sekolah. Padahal, dalam komitmen tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 Bidang Pendidikan, setiap Negara
harus bisa memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal dalan pendidikan.
(Radiidola, 2016)
2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah penyebaran jumlah putus sekolahpada jenjang SMA
berdasarkan jumlah penduduk miskin yang tersebar di berbagai provinsi yang
ada di Indonesia.?
3 Tujuan
Untuk mengetahui penyebaran jumlah putus sekolahpada jenjang
SMA berdasarkan jumlah penduduk miskin yang tersebar di berbagai provinsi
yang ada di Indonesia.
4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu supaya pemerintah dapat lebih
memperbaiki lagi system pendidikan yang ada di Indonesia ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Peta Indonesia yang terbagi menjadi 34 provinsi memiliki angka putus sekolah
terbanyak ke-2 di dunia. Sebanyak 47,3 persen responden menjawab tidak bersekolah lagi
karena masalah biaya, kemudian 31 persen karena ingin membantu orang tua dengan
bekerja, serta 9,4 persen karena ingin melanjutkan pendidikan nonformal seperti pesantren
atau mengambil kursus keterampilan lainnya.
Gambar 5. 1 Peta Negara Indonesia.
Gambar 5. 2 Data
Data jumlah putus sekolah pada jenjang SMA dan Jumlah penduduk miskin
harga yang tersebar di berbagai provinsi di indonesia pada tahun 2016 yang akan
dianalisis menggunakan software satscan adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahu pola penyebaran jumlah putus sekolah yaitu dengan cara
mengklaster menggunakan software satscan dengan sebaran bernouli dimana hasil
output ditampilkan dengan menggunakan Cartesian Coordinates, google maps dan
Google Earth.
Gambar 5. 3. Google Earth
Gambar 5. 4. GoogleMaps
Gambar 5. 5. Cartesian Coordinates Maps
Dari hasil output pada gambar 5.3, gambar 5.4, dan gambar 5.5 yang di
tampilkan dengan Cartesian Coordinates, google maps dan Google Earth terdapat
lingkaran merah merupakan titik hotspot yang dapat meberikan infromasi
mengenai lokasi atau menunjukan jumlah cluste yang terbentuk dimana pola
penyebaran jumlah putus sekolah pada jenjang SMA berdasarkan jumlah
penduduk miskin yaitu terbagi menjadi 6 cluster.
Dapat diperhatikan kembali pada gambar lingkaran merah hal ini menandakan
bahwa daerah tersebut merupakan daerah terbanyak terdapat kasus jumlah kasus
putus sekolah pada enjang SMA.
Kemudian terdapat output summary of data yang didaptkan dari output
saTscan.
Gambar 5. 6 Summary of Data
Pada output summary of data diperoleh informasi tanggal data yaitu tanggal 30
Desember 2016. Dengan jumlah lokasi sebanyak 32, total populasi 2799970
penduduk dan total kasus putus sekolah yaitu 50631. Presentase dari area kasus
1.8% .
Pembagian clusters sebanyak 6 bagian, pada cluster 1 terdapat pada provinsi
Bantenn dan jakarta.
Gambar 5. 7 Cluster 1
Analisis SaTScan memberikan gambaran bahwa pada cluster 1 ditemukan 2
provinsi, dengan titik koordinat 6.120000 S, 106.150300 E dengan jarak antar
cluster 75.79 km. Dimana pada provinsi banten dan Jakarta menunjukan angkat
jumlah putus sekolah pada jenjang SMA ini bersifat rendah, memiliki gini Cluster
dengan jumlah populasi 75106 dan jumlah kasus 4439 dengan nilai harapan 3.27.
Kedua lokasi ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu
0.0000<0.05.
Gambar 5. 8. Cluster 2
Selanjutnya pada cluster 2 terdapat provinsi Kalimantan tengah, Kalimantan
selatan, Kalimantan timur, Sulawesi barat, dan Kalimantan barat dengan titik
koordinat 2.210000 S, 113.920000 E dengan jarak antar cluster 564.86 km. Dimana
pada provinsi-provinsi tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang
SMA ini bersifat cukup tinggi, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 112221
dan jumlah kasus 3177 dengan nilai harapan 1.57. Lokasi-lokasi pada cluster 2 ini
memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
Gambar 5. 9 Cluster 3
Pada cluster 3 terdapat provinsi Riau, sumatera barat, jambi, kepulauan riau, dan
sumatera utara, dengan titik koordinat 0.481667 N, 101.460600 E dengan jarak antar
cluster 464.33 km. Dimana pada provinsi-provinsi tersebut menunjukan angkat jumlah
putus sekolah pada jenjang SMA ini bersifat cukup tinggi, memiliki gini Cluster
dengan jumlah populasi 281010 dan jumlah kasus 6518 dengan nilai harapan 1.28.
Lokasi-lokasi pada cluster 3 ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α
yaitu 0.0000<0.05.
.
Gambar 5. 10 Cluster 4
Pada cluster 4 terdapat provinsi Bangka belitung dengan titik koordinat
2.100000 S, 106.100000 E dengan jarak antar cluster 0 km. Dimana pada provinsi
Bangka belitung tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang
SMA ini bersifat rendah, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 7803 dan
jumlah kasus 394 dengan nilai harapan 2,79. Lokasi pada cluster 4 ini memiliki
nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
Gambar 5. 11 Cluster 5
Kemudian Pada cluster 5 terdapat provinsi nusatenggara timur, Sulawesi
tenggara, dan Sulawesi selatan dengan titik koordinat 10.183330 S, 123.583300 E
dengan jarak antar cluster 724.81 km. Dimana pada provinsi-provinsi tersebut
menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang SMA yaitu sangat tinggi,
memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 234258 dan jumlah kasus 4701 dengan
nilai harapan 1.11. Lokasi pada cluster 5 ini memiliki nilai yang signifikan karena
nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
Gambar 5. 12 Cluster 6
Dan yang terakhir yaitu cluster 6 terdapat provinsi Maluku utara dengan titik
koordinat 0.783333 S, 127.366700 E dengan jarak antar cluster 0 km. Dimana pada
provinsi Maluku utara tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang
SMA yaitu sangat rendah, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 7855 dan
jumlah kasus 208 dengan nilai harapan 1.46. Lokasi pada cluster 6 ini memiliki nilai
yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil penjabaran data tentang pola penyebaran jumlah putus sekolah pada
jenjang SMA di Indonesia yang tersebar di berbagai provinsi yang ada d
Indonesia dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Penyebaran jumlah putus sekolah pada jenjang SMA berdasarkan jumlah
penduduk miskin terbagi menjadi 6 cluster.
2. Kasus jumlah putus sekolah pada jenjang SMA ini yang tertinggi yaitu pada
cluster 5 yaitu terdapat pada provinsi nusatenggara timur, Sulawesi tenggara,
dan Sulawesi selatan.
3.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan saTscen,
peneliti berharap pemerintah dapat lebih memperbaiki lagi pendidikan di
Indonesia, dan lebih memperhatikan siswa/siswi yang kurang mampu dalam
membiyai sekolah mereka.

More Related Content

What's hot

Modul belajar-spss-1
Modul belajar-spss-1Modul belajar-spss-1
Modul belajar-spss-1in_ndah
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Nurul Afdal Haris
 
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR Eka Wifayañti
 
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauhKeunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauhAlya Titania Annisaa
 
Menghitung migrasi pemduduk nol
Menghitung migrasi pemduduk nolMenghitung migrasi pemduduk nol
Menghitung migrasi pemduduk nolSera Septya
 
makalah statistik, statistika, macam data
makalah statistik, statistika, macam datamakalah statistik, statistika, macam data
makalah statistik, statistika, macam dataAisyah Turidho
 
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan SumatifEvaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan SumatifMuhammad Bahrudin
 
Mitigasi Bencana dan Penataan Ruang Gempa Bumi Yogyakarta 2006
Mitigasi Bencana dan Penataan Ruang Gempa Bumi Yogyakarta 2006Mitigasi Bencana dan Penataan Ruang Gempa Bumi Yogyakarta 2006
Mitigasi Bencana dan Penataan Ruang Gempa Bumi Yogyakarta 2006Arief Budiman
 
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1Aulia Nofrianti
 
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAIPELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAIEni Dahlia
 
skala pengukuran dan teknik pengumpulan data
skala pengukuran dan teknik pengumpulan dataskala pengukuran dan teknik pengumpulan data
skala pengukuran dan teknik pengumpulan dataMuhammad Alfiansyah Alfi
 
05. ucapan terima kasih
05. ucapan terima kasih05. ucapan terima kasih
05. ucapan terima kasihAlby Alyubi
 
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petaInformasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petafahmi fadilla
 
Komponen sistem informasi geografis
Komponen sistem informasi geografisKomponen sistem informasi geografis
Komponen sistem informasi geografisAgus Candra
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawatiyulika usman
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelAinur
 

What's hot (20)

Modul belajar-spss-1
Modul belajar-spss-1Modul belajar-spss-1
Modul belajar-spss-1
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
 
Buku mitigasi bencana
Buku mitigasi bencanaBuku mitigasi bencana
Buku mitigasi bencana
 
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
 
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauhKeunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
 
Menghitung migrasi pemduduk nol
Menghitung migrasi pemduduk nolMenghitung migrasi pemduduk nol
Menghitung migrasi pemduduk nol
 
makalah statistik, statistika, macam data
makalah statistik, statistika, macam datamakalah statistik, statistika, macam data
makalah statistik, statistika, macam data
 
Konsep Bencana
Konsep BencanaKonsep Bencana
Konsep Bencana
 
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan SumatifEvaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan Sumatif
 
geomorfologi
geomorfologigeomorfologi
geomorfologi
 
Mitigasi Bencana dan Penataan Ruang Gempa Bumi Yogyakarta 2006
Mitigasi Bencana dan Penataan Ruang Gempa Bumi Yogyakarta 2006Mitigasi Bencana dan Penataan Ruang Gempa Bumi Yogyakarta 2006
Mitigasi Bencana dan Penataan Ruang Gempa Bumi Yogyakarta 2006
 
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
 
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAIPELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
 
skala pengukuran dan teknik pengumpulan data
skala pengukuran dan teknik pengumpulan dataskala pengukuran dan teknik pengumpulan data
skala pengukuran dan teknik pengumpulan data
 
05. ucapan terima kasih
05. ucapan terima kasih05. ucapan terima kasih
05. ucapan terima kasih
 
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petaInformasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
 
Komponen sistem informasi geografis
Komponen sistem informasi geografisKomponen sistem informasi geografis
Komponen sistem informasi geografis
 
BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel
 

Similar to Analisis Spasial Dengan SaTscen

Laporan akhir pkmp (pemodelan tingkat risiko putus sekolah pendidikan dasar m...
Laporan akhir pkmp (pemodelan tingkat risiko putus sekolah pendidikan dasar m...Laporan akhir pkmp (pemodelan tingkat risiko putus sekolah pendidikan dasar m...
Laporan akhir pkmp (pemodelan tingkat risiko putus sekolah pendidikan dasar m...Didin Astriani Prasetyowati
 
CONTOH PLEK.pdf
CONTOH PLEK.pdfCONTOH PLEK.pdf
CONTOH PLEK.pdfReza200580
 
Hasil Penelitian Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surakarta (Tahun 2022)
Hasil Penelitian Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surakarta (Tahun 2022)Hasil Penelitian Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surakarta (Tahun 2022)
Hasil Penelitian Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surakarta (Tahun 2022)IwanSetiyoko
 
Evaluasi pendidikan dasar (suripto 2014)
Evaluasi pendidikan dasar (suripto 2014)Evaluasi pendidikan dasar (suripto 2014)
Evaluasi pendidikan dasar (suripto 2014)Researcher Syndicate68
 
Policy brief pkh
Policy brief pkhPolicy brief pkh
Policy brief pkhBe Susantyo
 
PEMODELAN TINGKAT RISIKO PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE CH...
PEMODELAN TINGKAT RISIKO PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE CH...PEMODELAN TINGKAT RISIKO PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE CH...
PEMODELAN TINGKAT RISIKO PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE CH...Didin Astriani Prasetyowati
 
Profil Sanitasi Sekolah Kabupaten Manokwari 2018
Profil Sanitasi Sekolah Kabupaten Manokwari 2018Profil Sanitasi Sekolah Kabupaten Manokwari 2018
Profil Sanitasi Sekolah Kabupaten Manokwari 2018Febriansyah Soebagio
 
PPT IKA LESTARI 2.pptx
PPT IKA LESTARI 2.pptxPPT IKA LESTARI 2.pptx
PPT IKA LESTARI 2.pptxseblombok1
 
PENERAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA YANG TERBATAS PADA SEKOLAH PEDESAAN DI MTSN...
PENERAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA YANG TERBATAS PADA SEKOLAH PEDESAAN DI MTSN...PENERAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA YANG TERBATAS PADA SEKOLAH PEDESAAN DI MTSN...
PENERAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA YANG TERBATAS PADA SEKOLAH PEDESAAN DI MTSN...RismandaAnnisa
 
bahan-presentasi-sra-di-madrasah-di-yogya.pptx
bahan-presentasi-sra-di-madrasah-di-yogya.pptxbahan-presentasi-sra-di-madrasah-di-yogya.pptx
bahan-presentasi-sra-di-madrasah-di-yogya.pptxSuwandi Sibarani
 
KTI STEVEN CARLOS.docx
KTI STEVEN CARLOS.docxKTI STEVEN CARLOS.docx
KTI STEVEN CARLOS.docxAiSuryanti
 

Similar to Analisis Spasial Dengan SaTscen (20)

Laporan akhir pkmp (pemodelan tingkat risiko putus sekolah pendidikan dasar m...
Laporan akhir pkmp (pemodelan tingkat risiko putus sekolah pendidikan dasar m...Laporan akhir pkmp (pemodelan tingkat risiko putus sekolah pendidikan dasar m...
Laporan akhir pkmp (pemodelan tingkat risiko putus sekolah pendidikan dasar m...
 
Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA
Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA
Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA
 
CONTOH PLEK.pdf
CONTOH PLEK.pdfCONTOH PLEK.pdf
CONTOH PLEK.pdf
 
Hasil Penelitian Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surakarta (Tahun 2022)
Hasil Penelitian Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surakarta (Tahun 2022)Hasil Penelitian Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surakarta (Tahun 2022)
Hasil Penelitian Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surakarta (Tahun 2022)
 
Evaluasi pendidikan dasar (suripto 2014)
Evaluasi pendidikan dasar (suripto 2014)Evaluasi pendidikan dasar (suripto 2014)
Evaluasi pendidikan dasar (suripto 2014)
 
Policy brief pkh
Policy brief pkhPolicy brief pkh
Policy brief pkh
 
PEMODELAN TINGKAT RISIKO PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE CH...
PEMODELAN TINGKAT RISIKO PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE CH...PEMODELAN TINGKAT RISIKO PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE CH...
PEMODELAN TINGKAT RISIKO PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE CH...
 
8-22-1-PB.pdf
8-22-1-PB.pdf8-22-1-PB.pdf
8-22-1-PB.pdf
 
Profil Sanitasi Sekolah Kabupaten Manokwari 2018
Profil Sanitasi Sekolah Kabupaten Manokwari 2018Profil Sanitasi Sekolah Kabupaten Manokwari 2018
Profil Sanitasi Sekolah Kabupaten Manokwari 2018
 
PPT IKA LESTARI 2.pptx
PPT IKA LESTARI 2.pptxPPT IKA LESTARI 2.pptx
PPT IKA LESTARI 2.pptx
 
A2 paper DM.pdf
A2 paper DM.pdfA2 paper DM.pdf
A2 paper DM.pdf
 
A2 paper DM.pdf
A2 paper DM.pdfA2 paper DM.pdf
A2 paper DM.pdf
 
PENERAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA YANG TERBATAS PADA SEKOLAH PEDESAAN DI MTSN...
PENERAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA YANG TERBATAS PADA SEKOLAH PEDESAAN DI MTSN...PENERAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA YANG TERBATAS PADA SEKOLAH PEDESAAN DI MTSN...
PENERAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA YANG TERBATAS PADA SEKOLAH PEDESAAN DI MTSN...
 
partisipasi KB
partisipasi KBpartisipasi KB
partisipasi KB
 
Bidan tiwi
Bidan tiwiBidan tiwi
Bidan tiwi
 
Perkembangan pembangunan (suripto 2013)
Perkembangan pembangunan (suripto  2013)Perkembangan pembangunan (suripto  2013)
Perkembangan pembangunan (suripto 2013)
 
KB.pdf
KB.pdfKB.pdf
KB.pdf
 
bahan-presentasi-sra-di-madrasah-di-yogya.pptx
bahan-presentasi-sra-di-madrasah-di-yogya.pptxbahan-presentasi-sra-di-madrasah-di-yogya.pptx
bahan-presentasi-sra-di-madrasah-di-yogya.pptx
 
KTI STEVEN CARLOS.docx
KTI STEVEN CARLOS.docxKTI STEVEN CARLOS.docx
KTI STEVEN CARLOS.docx
 
Presentasi Proposal.pptx
Presentasi Proposal.pptxPresentasi Proposal.pptx
Presentasi Proposal.pptx
 

Recently uploaded

Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 

Recently uploaded (20)

Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 

Analisis Spasial Dengan SaTscen

  • 1. KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr.Wb. Sebelumnya kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Spasial Pola Penyebara Jumlah Putus Sekolah Tingkat SMA Berdasarkan Jumlah Penduduk Miskin Di setiap Provinsi Di Indonesia Pada Tahun 2016” tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat memenuhi kewajiban saya dalam memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Geografi. Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa saran, kritik, bimbingan maupun bantuan lainya. Adapun harapan saya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Wassalamualaikum Wr.Wb.
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan negara sesuai amanat UUD 1945. Namun, hingga usia 71 tahun kemerdekaan RI, segenap masyarakatnya masih belum mempunyai akses mengenyam dunia pendidikan formal selayaknya. Data UNICEF tahun 2016 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Begitupula data statistik yang dikeluarkan oleh BPS, bahwa di tingkat provinsi dan kabupaten menunjukkan terdapat kelompok anak-anak tertentu yang terkena dampak paling rentan yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya Triyas menambahkan, seperti siklus, kasus anak putus sekolah saling mempengaruhi satu sama lain dengan persoalan kemiskinan. Putus sekolah mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran, bahkan menambah kemungkinan kenakalan anak dan tindak kejahatan dalam kehidupan sosial masyarakat. Begitu seterusnya karena tingkat pendapatan yang rendah, akses ke pendidikan formal pun sulit dicapai. . (Cnnindonesia.student, n.d.) Banyak anak Indonesia putus sekolah telah menjadi pekerjaan rumah pemerintah sekian lama. Nyatanya, angka putus sekolah jenjang SMA di Tanah Air begitu tinggi. (Okezone, 2015) Faktor ekonomi menjadi penghambat utama mereka untuk melanjutkan sekolah. Padahal, dalam komitmen tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 Bidang Pendidikan, setiap Negara harus bisa memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal dalan pendidikan. (Radiidola, 2016) 2 Rumusan Masalah
  • 3. Bagaimanakah penyebaran jumlah putus sekolahpada jenjang SMA berdasarkan jumlah penduduk miskin yang tersebar di berbagai provinsi yang ada di Indonesia.? 3 Tujuan Untuk mengetahui penyebaran jumlah putus sekolahpada jenjang SMA berdasarkan jumlah penduduk miskin yang tersebar di berbagai provinsi yang ada di Indonesia. 4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu supaya pemerintah dapat lebih memperbaiki lagi system pendidikan yang ada di Indonesia ini.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN Peta Indonesia yang terbagi menjadi 34 provinsi memiliki angka putus sekolah terbanyak ke-2 di dunia. Sebanyak 47,3 persen responden menjawab tidak bersekolah lagi karena masalah biaya, kemudian 31 persen karena ingin membantu orang tua dengan bekerja, serta 9,4 persen karena ingin melanjutkan pendidikan nonformal seperti pesantren atau mengambil kursus keterampilan lainnya. Gambar 5. 1 Peta Negara Indonesia.
  • 5. Gambar 5. 2 Data Data jumlah putus sekolah pada jenjang SMA dan Jumlah penduduk miskin harga yang tersebar di berbagai provinsi di indonesia pada tahun 2016 yang akan dianalisis menggunakan software satscan adalah sebagai berikut: Untuk mengetahu pola penyebaran jumlah putus sekolah yaitu dengan cara mengklaster menggunakan software satscan dengan sebaran bernouli dimana hasil output ditampilkan dengan menggunakan Cartesian Coordinates, google maps dan Google Earth.
  • 6. Gambar 5. 3. Google Earth Gambar 5. 4. GoogleMaps
  • 7. Gambar 5. 5. Cartesian Coordinates Maps Dari hasil output pada gambar 5.3, gambar 5.4, dan gambar 5.5 yang di tampilkan dengan Cartesian Coordinates, google maps dan Google Earth terdapat lingkaran merah merupakan titik hotspot yang dapat meberikan infromasi mengenai lokasi atau menunjukan jumlah cluste yang terbentuk dimana pola penyebaran jumlah putus sekolah pada jenjang SMA berdasarkan jumlah penduduk miskin yaitu terbagi menjadi 6 cluster. Dapat diperhatikan kembali pada gambar lingkaran merah hal ini menandakan bahwa daerah tersebut merupakan daerah terbanyak terdapat kasus jumlah kasus putus sekolah pada enjang SMA. Kemudian terdapat output summary of data yang didaptkan dari output saTscan. Gambar 5. 6 Summary of Data Pada output summary of data diperoleh informasi tanggal data yaitu tanggal 30 Desember 2016. Dengan jumlah lokasi sebanyak 32, total populasi 2799970 penduduk dan total kasus putus sekolah yaitu 50631. Presentase dari area kasus 1.8% . Pembagian clusters sebanyak 6 bagian, pada cluster 1 terdapat pada provinsi Bantenn dan jakarta.
  • 8. Gambar 5. 7 Cluster 1 Analisis SaTScan memberikan gambaran bahwa pada cluster 1 ditemukan 2 provinsi, dengan titik koordinat 6.120000 S, 106.150300 E dengan jarak antar cluster 75.79 km. Dimana pada provinsi banten dan Jakarta menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang SMA ini bersifat rendah, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 75106 dan jumlah kasus 4439 dengan nilai harapan 3.27. Kedua lokasi ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
  • 9. Gambar 5. 8. Cluster 2 Selanjutnya pada cluster 2 terdapat provinsi Kalimantan tengah, Kalimantan selatan, Kalimantan timur, Sulawesi barat, dan Kalimantan barat dengan titik koordinat 2.210000 S, 113.920000 E dengan jarak antar cluster 564.86 km. Dimana pada provinsi-provinsi tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang SMA ini bersifat cukup tinggi, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 112221 dan jumlah kasus 3177 dengan nilai harapan 1.57. Lokasi-lokasi pada cluster 2 ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
  • 10. Gambar 5. 9 Cluster 3 Pada cluster 3 terdapat provinsi Riau, sumatera barat, jambi, kepulauan riau, dan sumatera utara, dengan titik koordinat 0.481667 N, 101.460600 E dengan jarak antar cluster 464.33 km. Dimana pada provinsi-provinsi tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang SMA ini bersifat cukup tinggi, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 281010 dan jumlah kasus 6518 dengan nilai harapan 1.28. Lokasi-lokasi pada cluster 3 ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
  • 11. . Gambar 5. 10 Cluster 4 Pada cluster 4 terdapat provinsi Bangka belitung dengan titik koordinat 2.100000 S, 106.100000 E dengan jarak antar cluster 0 km. Dimana pada provinsi Bangka belitung tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang SMA ini bersifat rendah, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 7803 dan jumlah kasus 394 dengan nilai harapan 2,79. Lokasi pada cluster 4 ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
  • 12. Gambar 5. 11 Cluster 5 Kemudian Pada cluster 5 terdapat provinsi nusatenggara timur, Sulawesi tenggara, dan Sulawesi selatan dengan titik koordinat 10.183330 S, 123.583300 E dengan jarak antar cluster 724.81 km. Dimana pada provinsi-provinsi tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang SMA yaitu sangat tinggi, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 234258 dan jumlah kasus 4701 dengan nilai harapan 1.11. Lokasi pada cluster 5 ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
  • 13. Gambar 5. 12 Cluster 6 Dan yang terakhir yaitu cluster 6 terdapat provinsi Maluku utara dengan titik koordinat 0.783333 S, 127.366700 E dengan jarak antar cluster 0 km. Dimana pada provinsi Maluku utara tersebut menunjukan angkat jumlah putus sekolah pada jenjang SMA yaitu sangat rendah, memiliki gini Cluster dengan jumlah populasi 7855 dan jumlah kasus 208 dengan nilai harapan 1.46. Lokasi pada cluster 6 ini memiliki nilai yang signifikan karena nilai P-value< α yaitu 0.0000<0.05.
  • 14. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari hasil penjabaran data tentang pola penyebaran jumlah putus sekolah pada jenjang SMA di Indonesia yang tersebar di berbagai provinsi yang ada d Indonesia dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1. Penyebaran jumlah putus sekolah pada jenjang SMA berdasarkan jumlah penduduk miskin terbagi menjadi 6 cluster. 2. Kasus jumlah putus sekolah pada jenjang SMA ini yang tertinggi yaitu pada cluster 5 yaitu terdapat pada provinsi nusatenggara timur, Sulawesi tenggara, dan Sulawesi selatan. 3.2 Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan saTscen, peneliti berharap pemerintah dapat lebih memperbaiki lagi pendidikan di Indonesia, dan lebih memperhatikan siswa/siswi yang kurang mampu dalam membiyai sekolah mereka.