SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
TUGAS BESAR EKOTOKSIKOLOGI
“ANALISIS LIMBAH CAIR PUSAT PERBELANJAAN MODERN
BERDASARKAN PARAMETER BOD, COD, DAN PH PADA Q-MALL
BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN”
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp, ST. M.Kes.
NIP: 19780420 200501 2 002
DISUSUN OLEH :
A’an Djalil H1E110016
Cindy Priscillia Lufti H1E111020
Muharram Sukma Pamula H1E111026
Kartika Arrum Wulandari H1E111060
Saipul Azhar H1E111063
Mujaiyinah H1E111210
M. Nazar Khulaifi H1E111211
Miftach Secha H1E112030
Aulia Gusrina Zuz H1E112035
Afwan Alkarimy H1E112052
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2015
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714
Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730
Kalimantan Selatan, Indonesia
i
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada :
1. Rektor Universitas Lambung Mangkurat :
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc.
2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat :
Dr-Ing Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T.
3. Kepala Prodi Teknik Lingkungan Universitas
Lambung Mangkurat :
Dr. Rony Riduan., S.T., M.T
4. Dosen Mata Kuliah Ekotoksikologi :
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., S.T.,
Mkes.
5. Anggota Kelompok :
 Aan Djalil H1E110016
 Cindy PriscilliaLufti H1E111020
 Kartika Arrum Wulandari H1E111060
 Mujaiyinah H1E11210
 Muharram Sukma Pamula H1E111026
 Saipul Azhar H1E111063
 M.Nazar Khulaifi H1E111211
 Aulia Gusrina Zuz H1E112035
 Miftach Secha H1E112030
 Afwan Alkarimy H1E112052
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas
berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
tugas besar ini dengan judul “Analis Limbah Cair Pusat Perbelanjaan
Modern berdasarkan parameter BOD, COD, dan pH pada Q-Mall
Banjarbaru Kalimantan Selatan”. tugas besar ini merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan kelulusan mata kuliah Ekotoksikologi di
Fakultas Teknik (FT) Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM).
Tersusunnya tugas besar ini, tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih, kepada:
1. Rektor Universitas Lambung Mangkurat Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Si,
M.Sc.
2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Dr. Ing Yulian
Firmana Arifin, S.T., M.T.
3. Ketua Prodi Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat Dr.
Rony Riduan, ST. MT.
4. Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp, ST, M.Kes selaku dosen
pembimbing mata kuliah Ekotoksikologi yang telah memberikan waktu
dan bimbingan dalam proses penulisan tugas besar ini.
5. Seluruh Dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru beserta jajarannya.
6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Lambung
Mangkurat angkatan 2011, 2012 dan 2013.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih membutuhkan banyak masukkan dan kritikan dari beebagai
pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya tugas besar ini.
Namun demikian, penulis berharap semoga ini menjadi sumbangan
berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu Ekotoksikologi.
Banjarbaru, Mei 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
1.2 TUJUAN ..................................................................................................... 2
1.3 MANFAAT ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 TINJAUAN EMPIRIK ................................................................................. 3
2.2 TINJAUAN TEORISTIK ........................................................................... 4
2.2.1 Ekotoksikologi..................................................................................... 4
2.2.2 Pergerakan, Deposisi dan Pemaparan Bahan Kimia ......................... 5
2.2.3.Dinamika Bahan Kimia........................................................................ 5
2.2.4 Tingkah Laku Bahan Kimia Fase Tunggal........................................... 6
2.3 Pencemaran Air ........................................................................................... 9
2.4 Pencemaran Tanah........................................................................................ 12
2.4.1 Dampak Pencemaran Tanah................................................................. 14
2.4.1 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Dampak Pencemaran Tanah................................................................ 17
2.5 Eutrofikasi..................................................................................................... 18
2.6 Teknik Pengolahan Limbah Cair.................................................................. 21
2.6.1 Secara Alami....................................................................................... 21
2.6.2 Secara Alami....................................................................................... 22
2.7 Metode Pengolahan Air Limbah ................................................................... 24
2.7.1 Pengolahan Secara Fisika.................................................................... 24
iv
2.7.2 Pengolahan Secara Kimia.................................................................... 25
2.7.3 Pengolahan Secara Biologi.................................................................. 26
BAB III HASIL .................................................................................................. 29
3.1 Hasil.............................................................................................................. 29
3.1 Pembahasan................................................................................................... 29
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 32
4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 32
4.2 Saran............................................................................................................. 32
v
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Jurnal Pendukung............................................................................. 2
TABEL 2.2 Batasan Air Limbah Untuk Industri................................................. 23
TABEL 3.1 Hasil Uji Sampel Limbah Cair Q-Mall Banjarbaru ........................ 29
TABEL 3.2 Baku Mutu Air Limbah Pusat Perbelanjaan..................................... 31
1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pusat perbelanjaan modern atau yang sering disebut dengan
mall adalah fenomena yang dapat ditemui baik dikota kecil maupun dikota besar
di Indonesia, keberadaan dari pusat perbelanjaan dapat memberikan dampak
tertentu terhadap perkembangan suatu kota. Pusat perbelanjaan modern
memilikikaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat kota dan telah menjadi
gaya hidup masyarakat kota, saat ini mall tidak hanya berfungsi sebagai
bertransaksinya penjual dan pembeli namun juga telah menjadi ruang publik
tempak masyarakat berinteraksi sosial dan sebagian ada yang menjadikannya
sebagai tempat rekreasi(1).
Q – mall adalah salah satu pusat perbelanjaan modern berlantai 3 dan 1
lantai basement milik H. Nurhin yang ada dikalimantan selatan tepatnya dikota
banjarbaru Jl. A. Yani Km 38,6 yang resmi dibuka pada awal tahun 2013 dengan
luas 30.000m2. Selain masyarakat dapan berbelanja dengan nyaman, Qmall
dianggap memberikan dampak positif bagi kota, terutama jika dilihat dari sudut
pandang ekonomi, sebut saja penyerapan tenaga kerja dan sumbangan pajak,
selain itu keberadaan Qmall juga dianggap berkontribusi terhadap perkembangan
kota Banjarbaru.Selain dampak positif yang diberikan, kami ingin menganalisis
dampak negatif yang mungkin saja terjadi karena operasional kegiatan dari Qmall
tersebut. Dalam makalah ini kami menganalisa limbah cair dari operasional
kegiatan di pusat perbelanjaan Qmall kota Banjarbaru dan pengaruhnya terhadap
mikroorganisme disekitar lokasi yang sesuai dengan disiplin ilmu ekotoksikologi.
(22).
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas besar ini adalah :
1. Mengetahui kadar BOD pada limbah cair pusat perbelanjaan Q-Mall
Banjarbaru
2. Mengetahui kadar COD pada limbah cair pusat perbelanjaan Q-Mall
Banjarbaru
3. Mengetahui kadar pH pada limbah cair pusat perbelanjaan Q-Mall
Banjarbaru
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan tugas besar ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat mempelajari tentang Analisis Limbah Cair pusat
perbelanjaan Q-Mall Banjarbaru Berdasarkan Parameter BOD, COD, dan
PH
2. Pihak Q-mall sebagai tempat pengambilan sampel dapat mengetahui kadar
BOD, COD dan pH yang ada pada limbah cair pusat perbelanjaan Q-Mall
Banjarbaru
3. Sebagai referensi atau bahan bacaan penunjang di perpustakaan kampus.
3
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan Empirik
Tabel 2.1 Jurnal Pendukung
No Nama Judul Metode Hasil
1 Pengolahan Limbah
Cair Domestik
Dengan Biofilter
Aerob Menggunakan
Media Bioball Dan
Tanaman Kiambang
dengan cara mengalirkan air
limbah ke dalam reaktor
biologis yang telah diisi
dengan media penyangga
untuk pengembangbiakkan
mikroorganisme dengan atau
tanpa aerasi. Untuk proses
anaerobik dilakukan tanpa
pemeberian udara atau oksigen.
Biofiler yang baik adalah
menggunakan prinsip
biofiltrasi yang memiliki
struktur menyerupai saringan
dan tersusun dari tumpukan
media penyangga yang disusun
baik secara teratur maupun
acak di dalam suatu biofilter
Nilai BOD, COD, dan
pH sesuai baku mutu.
2 Pengolahan limbah
cair industry dengan
menggunakan
biofiltrasi anaerob
Dengan cara menggunakan
atau memanfaatkan
mikroorganisme untuk
memutus molekul kompleks
menjadi molekul sederhana
dengan proses tanoaoksigen.
Nilai BOD, COD, pH
menurun dan sesuai baku
mutu.
4
2.2 Tinjauan Teoritik
2.2.1 Ekotoksikologi
Bidang toksikologi lingkungan, khususnya yang terkait dengan area
ekotoksikologi, merupakan salah satu disiplin ilmu lingkungan yang terus
berkembang secara cepat.Ekotoksikologi terdefinisi dengan sangat baik sebagai
bidang studi yang mencakup nasib akhir/deposisi dan dampak dari bahan kimia
toksik pada ekosistem yang didasarkan pada hasil kajian ilmiah, baik dari hasil
pengamatan di lapangan maupun dengan penerapan metode-metode uji toksisitas
di laboratorium.Ekotoksikologi yang terkait erat dengan toksikologi lingkungan,
jelas membutuhkan pemahaman terhadap prinsip dan teori ekologi seperti halnya
dengan pengetahuan tentang cara-cara bahan kimia berdampak pada individu
spesies, populasi, komunitas dan ekosistem.Pengukuran dampak biologis dapat
dilakukan baik dengan melihat respon spesifik spesies terhadap toksikan, atau
dampak toksikan pada tingkatan organisasi yang lebih tinggi seperti populasi,
komunitas, dstnya.Ekotoksikologi dibangun berdasarkan prinsip keilmuan dan
metode uji toksikologi, dengan penekanan pada tingkatan populasi, komunitas dan
ekosistem.Kemampuan untuk mengukur transportasi dan deposisi bahan kimia
dan pemaparan organisme dalam uji ekotoksikologi merupakan hal penting yang
menentukan arah pengembangan teknik pendugaan resiko lingkungan (13).
Berbeda dengan uji toksikologi konvensional (standard) yangumumnya
berupaya untuk menemukan hubungan sebab-akibat beberapakonsentrasi bahan
kimia dengan respon organisme pada lokasi reseptortertentu, uji ekotoksikologi
berupaya untuk mengevaluasi hubungansebab-akibat pada level organisasi,
khususnya pada level populasi.Komponen terpenting dari uji ekotoksikologi
adalah keterpaduan antarapenelitian di laboratorium dan di lapangan.Uji toksisitas
di laboratoriummenjelaskan dampak toksikan pada individu organisme, termasuk
responbiokimiawi dan fisiologisnya.Pengetahuan yang diperoleh dilaboratorium
selanjutnya diselaraskan dengan hal-hal yang terjadi padakondisilapangan, dan
pemahaman tentang sejumlah parameterlingkungan yang harus dihadapi oleh
organisme untuk tetap hidup danberkembang dengan baik di bawah tekanan
5
toksikan, menjadi asset berharga dan sangat penting. Oleh karena itu, keterpaduan
penelitianlaboratorium dan penelitian lapangan akan memberi jaminan
bahwasuatu uji ekotoksikologi akan menghasilkan data yang relevan.
Kebutuhanterhadap metodologi uji toksikologi yang mudah dilakukan dan
sederhanaproses penerapannya akan terus meningkat, sejalan
denganmeningkatnya kepedulian terhadap rusaknya kondisi lingkungan
danpeningkatan dampak bahan kimia pencemar di lingkungan perairan, yang terus
berlanjut (13)..
2.2.2 Pergerakan, Deposisi dan Pemaparan Bahan Kimia
Untuk kepentingan karakterisasi tingkah laku bahan kimia, makaperlu
untuk mengukur konsentrasi bahan kimia pada
kompartemenkompartemenlingkungan yang berbeda (yaitu: udara, air, sedimen
danorganisme), memahami pergerakan dan transportasi bahan kimia didalam dan
diantara kompartemen-kompartemen tersebut, serta terusmengikuti keberadaan
bahan kimia hingga mengalami metabolisme,degradasi, disimpan dan
terkonsentrasi dalam setiap kompartementersebut di atas. Beberapa hal berikut
diketahui memiliki peranan besardalam pergerakan, deposisi dan pemaparan
bahan kimia (13)..
2.2.3 Dinamika Bahan Kimia (Chemodynamics)
Transportasi bahan kimia diketahui terjadi baik di dalamkompartemen
lingkungan (intraphase) maupun diantara kompartemenkompartementersebut
(interphase), dan menjadi poin penting dalammemahami dan menginterpretasi
data toksikologi lingkungan. Skenario yang paling mungkin dalam lepasnya suatu
bahan kimia ke dalamlingkungan akan melibatkan proses-proses: pelepasan bahan
kimia kedalam suatu kompartemen, kemudian mengalami proses partisi ke
dalambeberapa kompartemen lingkungan, kemudian melakukan gerakan
danreaksi dalam setiap kompartemen, lalu mengalami partisi dalam
setiapkompartemen dan biota yang terdapat/hidup dalam kompartemenlingkungan
tersebut, dan akhirnya sampai ke suatu lokasi aktif (reseptor)pada organisme
6
dengan konsentrasi yang cukup tinggi dan durasi yangcukup lama untuk
menimbulkan suatu dampak. Oleh karena itu, dinamikabahan kimia
(chemodynamics) adalah studi tentang pelepasan bahankimia, distribusi, degradasi
dan deposisi-nya di dalam lingkungan.Transportasi bahan kimia pencemar di
dalam lingkungan seringkalidiprediksi menggunakan asumsi keseimbangan
termodinamika.Meskipun seringkali asumsi tersebut tidak dapat dipegang, namun
pendekatan ini relatif gamblang dan mudah untuk diaplikasi.Walaupun
transportasiintraphase bahan kimia sangat mudah diprediksi menggunakan
asumsikeseimbangan termodinamika, namun kemungkinan akurasi terbaikadalah
dengan menggunakan model steady-state/dynamic equilibrium.Reaksi-reaksi
biotik dan abiotikyang terjadi dalam suatu kompartemen/phase, menghasilkan
perubahansignifikan dalam sifat-sifat kimia dan fisik dari senyawa, seperti sifat-
sifatoksidatif, lipofilisitas dan volatilitas.Kombinasi dari pendekatan-pendekatan
tersebut di atas dapatmemfasilitasi prediksi konsentrasi bahan kimia dalam
lingkungan sekitarorganisme tertentu.Chemodynamic juga dapat membantu
dalammenjelaskan pergerakan dan penyerapan bahan kimia ke dalamorganisme.
Selanjutnya, mekanisme detoksifikasi seperti partisi senyawake dalam jaringan
adiposa, metabolisme dan proses ekskresi yangdipercepat, dapat secara signifikan
mengurangi, menghilangkan ataueliminasi, atau dalam beberapa kasus bahkan
meningkatkan toksisitassuatu bahan kimia. Oleh karena itu, bantuan
chemodynamics dalammemprediksi konsentrasi bahan kimia dalam suatu
kompartemen serta fungsinya dalam perancangan studi ekotoksikologi
menggunakankonsentrasi dan bentuk sediaan bahan kimia yang akan dikaji,
harusdiapresiasi dan diberi perhatian (13)..
2.2.4 Tingkah Laku Bahan Kimia Fase Tunggal (Single-phase
ChemicalBehavior)
Sekali bahan kimia sintetis memasuki lingkungan, maka dia akanberaksi
dan terutama dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan alam.Beberapa model telah
digunakan untuk memprediksi dampak kekuatankekuatanalami terhadap
pergerakan bahan kimia di lingkungan. Model inimembutuhkan penggabungan
variabel-variabel abiotik, seperti: suhu,arah pergerakan dan kecepatan arus, radiasi
7
sinar matahari, tekananatmosfir, kelembaban dan konsentrasi bahan kimia dalam 4
matrikskompartemen, yaitu: atmosfir (udara), hidrosfir (air), litosfir (sedimen) dan
biosfir (makhluk hidup). Pergerakan intraphase bahan kimia terdiri atas transfer
biomas, difusi, atau dispersi dalam suatu fase, yangdisebabkan oleh perbedaan
konsentrasi (gradient) medium. Oleh karenaitu, persistensi suatu bahan kimia
pencemar merupakan fungsi daristabilitas bahan kimia dan transportasinya dalam
suatu fase.Sedangkanstabilitas merupakan fungsi dari sifat fisika-kimia dan laju
degradasi darisuatu bahan kimia dalam suatu fase, yang variasinya sangat luas di
dalammaupun diantara kelompok bahan kimia.Stabilitas bahan kimia sulituntuk
diprediksi dan jauh lebih tepat lewat observasi dibanding denganpemodelan
(modeling).Sedang transportasi bahan kimia jauh lebih mudahdiprediksi, melalui
jalur-jalur berikut (13)..
a. Udara
Jalur utama bahan kimia pencemar memasuki atmosfir adalahmelalui
evaporasi, emisi gas industri dan sumber-sumber lain.Transportasi kontaminan
diudara jauh lebih cepat di udaradibandingkan dalam air, terutama disebabkan
oleh rendahnyaviskositas udara. Transportasi kontaminan di udara umumnya
melaluiproses difusi. Kecepatan difusi di udara sekitar 100 kali lebih
cepatdibandingkan yang terjadi pada air, dan merupakan fungsi viskositasfase dan
keberadaan gradiasi konsentrasi.Daya difusi (diffusivity)bahan pencemar di udara
bergantung pada berat molekulnyadibanding udara, suhu udara dan pemisahan
molekul saat terjadibenturan, enerji dari hasil interaksi molekul di udara.
Transportasikontaminan udara sebagai akibat hembusan dan arus
anginberlangsung lebih cepat dibandingkan dengan proses difusi.
Stabilitasatmosfir, yang dipengaruhi oleh transfer enerji panas dari
permukaanbumi dan radiasi udara dingin dari lapisan awan, sangat
berpengaruhterhadap jumlah turbulensi dan pencampuran vertikal kontaminan
diudara. Pencampuran vertikal (vertical mixing) mencapai tingkatmaksimum
ketika laju transfer panas lebih besar dari kondisi radiasiudara dingin, dan
sebaliknya. Pada saat pencampuran vertikal minim,konsentrasi kontaminan yang
tinggi terperangkap dekat permukaan bumi.
8
b. Air
Kontaminan memasuki hidrosfir melalui jalur-jalur : aplikasilangsung,
tumpahan, pembuangan limbah kering dan basah ataupergerakan interphase.
Pergerakan bahan kimia dalam hidrosfir terjadimelalui difusi, dispersi atau
terbawa oleh aliran massa air yang besar(advection). Pada setiap aliran, terdapat
suatu lapisan batas yangbersifat stagnan pada setiap peralihan fase atau garis-batas
buatan. Diatas lapisan ini, terdapat sekat-sekat yang menyebabkan aliran air
berputar-melingkar, layaknya asap yang terhisap ke atas. Lapisan akhir yang
berada di bagian paling atas membuat cairan mengalirdalam pengadukan keras
(turbulensi). Sehingga jika air berada dalamkondisi stagnan (diam), maka bahan
kimia akan bergerak dalammodus difusi molekul. Laju difusi ditentukan oleh
sifat-sifat tetapseperti berat molekul kontaminan (solute), berat molekul air
(solvent),suhu air, viskositas dan sifat-sifat dinamis dari bentangan
gradasikonsentrasi bahan kimia. Sifat-sifat tersebut juga dikenal sebagai
dayadifusi (diffusivity) dari kompleks kontaminan-air. Proses difusikontaminan
dalam air beberapa kali lipat lebih cepat daripada yangterjadi di sedimen.
Transportasi kontaminan dalam air didominasioleh turbulensi, sekalipun dalam
keadaan yang nampak tenang airsenantiasa bergerak melingkar dalam bentuk
kantong-kantong kecil(eddies) baik ke arah vertikal maupun horizontal.
c. Sedimen
Proses masuknya kontaminan ke litosfir, mirip dengan yangterjadi pada
air. Sedimen memiliki porositas yang beragam sesuaipersentase komposisi
penyusunnya (seperti : pasir, lanau, lempung,bahan organik), yang pori-porinya
juga senantiasa diiisi oleh gas danlarutan. Pergerakan bahan kimia di dalam
sedimen terjadi melaluiproses difusi melalui larutan tersebut, atau bergerak
melalui celahcelahdiantara partikel sedimen. Partisi kontaminan yang
terdapatdalam cairan dengan fraksi padat sedimen terjadi melalui prosesseperti
yang terjadi pada kromatografi: dimana kelarutan bahan kimiapada air dalam pori
tanah (pore waters), adsorpsi pada partikelsedimen dan kecepatan arus pore-
waters sangat mempengaruhi lajutransportasi.Arah difusi selalu berasal dari
konsentrasi tinggi ke daerah dengankonsentrasi rendah.Sehingga difusi bahan
9
kimia dalam sedimentergantung pada berat molekul, suhu sedimen, panjang aliran
atau bidangdifusi, dan besaran gradasi konsentrasi. Kontaminan
meninggalkansedimen melalui transportasi interphase atau proses
dekomposisi.Transformasi kontaminan melalui proses degradasi
mikroorganismesangat signifikan perbedaannya dengan yang terjadi baik pada
airmaupun udara, disebabkan oleh perbedaan kerapatan dan
keragamanmikroorganisme yang sangat tinggi dalam sedimen.Secara umum,
pergerakan ke luar dari suatu bahan kimia(meninggalkan suatu
kompartemen/fase) merupakan hasil darisejumlah reaksi, dan reaksi yang
terpenting adalah fotodegradasi(pada fase air dan udara), hidrolisis (pada fase air)
dan biodegradasi(pada fase air dan sedimen) (13)..
2.3 Pencemaran Air
Mengenai kerusakan lingkungan merupakan hal yang layak untuk kita
bicarakan.Telah banyak kerusakan yang terjadi pada lingkungan kita akibat dari
ulah manuisa sendiri baik disengaja ataupun tidak disengaja.Kerusakan terhadap
lingkungan misalnya saja Pencemaran air. Pencemaran air adalah masuknya atau
di masukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkanya. Pencemaran
air atau polusi air merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari dari keadaan
normal, bukan dari kemurniannya. Sebagai contoh, meskipun di daerah
pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari
polusi,air hujan selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2,O2 dan
N2,serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang
terbawa dari atmosfer. Air permukaan dan air sumur biasannya mengandung
bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg,Ca dan Fe.Air yang mengandung
komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah. Air minum
pun bukan merupakan air murni.Meskipun bahan-bahan tersuspensi dan bakteri
mungkin telah dihilangkan dari air tersebut, tetapi air minum mungkin masih
mengandung komponen-komponen terlarut (13)..
10
Pencemaran air ialah suatu keadaan perubahan tempat penampungan air
seperti sungai, danau, ataupun laut yang disebabkan oleh manusia. Ada beberapa
penyebab dari pencemaran air diantaranya:
 Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem.
 Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya
seperti logam berat, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan olehpembangkit listrik,
yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
 Seperti limbah pabrik yang mengalir ke sungai
Hingga saat ini, pencemaran air banyak disebabkan oleh limbah pabrik
yang dengan sengaja dibuang ke sungai tanpa ada proses filtrasi terlebih dahulu.
Limbah industri yang dibuang melalui sungai ataupun laut mengandung logam
berat sehingga dapat memusnahkan ekosistem yang ada di sungai ataupun
laut.Selain itu, limbah tersebut juga dapat menyebabkan masalah baru bagi
kesehatan lingkungan dan masyarakat yang berada pada daerah sekitar aliran
sungai.
Dalam mengatasi pencemaran air ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan seperti :
1. Tidak membuang limbah industri ke sungai ataupun laut.
2. Membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk industri dan
pabrik
3. Untuk keperluan rumah tangga bila terpaksa menggunakan air sungai
maka sebaiknya air sungai di saring terlebih dahulu.
Air dapat tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya
berbagai logam berat yang berbahaya. Komponen-komponen logam berat ini
berasal dari kegiatan industri. Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan
11
logam berat antara lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat atau tinta
warna,percetakan, bahan agrokimia dan lain-lain. Beberapa logam berat ternyata
telah mencemari air, melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan (9).
Adanya logam berat dalam lingkungan perairan telah diketahui dapat
menyebabkan beberapa kerusakan pada kehidupan air.Di sampingitu terdapat
fakta bahwa logam berat membunuh mikroorganisme.Hampir semua garam-
garam logam berat dapat larut dalam air dan membentuk larutan sehingga tidak
dapat dipisahkan dengan pemisahan fisik. Seiring dengan peningkatan
pertumbuhan penduduk, maka semakin meningkat pula usaha untuk memenuhi
berbagai kebutuhan yang mengikutinya.Sehingga semakin variatif pula aktivitas
manusia. Salah satunya aktivitas industri.Akan tetapi pertumbuhan industri ini
memilikiefek samping yang kurang baik.Sebab industri-industri kecil tersebut
pada umumnya membuang limbahnya langsung ke selokan atau badan air tanpa
pengolahan terlebih dahulu.Hal ini dapat menyebabkan pencemaran airkarena
dalam limbah tersebut mengandung unsur toksik yang tinggi.Industri sablon
merupakan salah satu industri penghasil limbah cair. Bahan pencemar industri
sablon berasal dari proses pewarnaan,proses produksi film dan pelat processor.
Bahan pencemar terdapat di tintawarna, bahan pelarut, bahan pencair dan bahan
pengering.Bahanpencemar mengandung unsur/bahan kimia berbahaya seperti
alkohol/aseton dan esternya serta logam berat seperti krom, cobalt,mangan dan
timah.Industri Temenan Monjali Yogyakarta adalah salah satu penghasil limbah
cair sablon.Kegiatan penyablonan masih banyak dilakukan dengan skala kecil
sampai skala sedang atau dapat dikatakan sebagai usaha home industry/industri
rumah tangga. Industri rumah tangga kurang mendapat pengawasan terhadap
penanganan limbah cair. Sehingga memicu untukmembuang limbah cairnya
langsung ke badan air (terutama selokan dansungai. Di dalam kegiatan
penyablonan, air yang telah digunakan tidak boleh langsung dibuang ke
sungai/selokan karena dapat menyebabkan pencemaran (9)..
Krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang terkandung dalam
limbah cair industri sablon.Krom bersifat toksik bagi kehidupan organisme air
sehingga memiliki dampak negatif bagi lingkungan perairan. Salah satu cara
12
pengolahan limbah yang murah yaitu dengan penggunaan tanaman dan bagian-
bagiannya untuk dekontaminasi limbah(fitoremidiasi). Tanaman yang digunakan
adalah tanaman air yang memiliki kemampuan menyerap unsur toksik pada
limbah cair sehingga diharapkan air yang dihasilkan aman untuk dimasukkan ke
badan air.Eceng gondok memiliki kemampuan untuk mengolah limbah, baikitu
berupa logam berat, zat organik maupun anorganik. Eceng gondok dapat dijadikan
sebagai fitoremidiator pencemaran air karenakemampuannya dalam
mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya(bioakumulator). Mudah dicari
menjadi salah satu pertimbangan untuk menggunakantanaman ini sebagai
bioakumulator limbah. Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan tumbuhan
eceng gondok mampumenurunkan konsentrasi ammonia dalam air limbah rumah
sakit secarasignifikan. Lama kontak tumbuhan eceng gondok mempunyai
pengaruh yang cukup signifikan terhadap konsentrasi ammonia yang dihasilkan
(13).
2.4 Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).Ketika
suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah (13).
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Komponen–
komponen bahan pencemaran tanah separti:Limbah domestik, limbah domestik
dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat
usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan
13
swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair. Limbah padat berupa
senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau diuraikan oleh
mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan
bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan pencemar itu akan
tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang
ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita
setelah ratusan tahun kemudian. Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak
tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah
hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya
tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk
berkembang.Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam
tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-
organisme di dalam tanah (13).
Limbah industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah cair yang
merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa
pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal,
perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri
pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah. Merupakan zat
yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan
mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat
penting terhadap kesuburan tanah. Limbah pertanian, Limbah pertanian dapat
berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya
pupuk urea dan pestisida untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan pupuk
yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman
tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan penggunaan pestisida bukan
saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di
dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di
dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan
mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut (13).
14
2.4.1 Dampak Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan
kimiawi tanah yang ekstrim dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-
kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Misalnya konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur,
meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies
tersebut (13).
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Penggunaan pupuk yang terus menerus
dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah
berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah
semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman
tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan
tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan
pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap
pestisida tersebut (13).
Timbulan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/
mencemari karena: air sampah, bau dan estika. Timbulan sampah juga menutupi
permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, timbunan
sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury,
chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap
15
bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain
seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah
menjadi racun.Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan
lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan
jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman
sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang
(2)..
Limbah cair rumah tangga berupa; tinja, deterjen, oli bekas, cat, jika
meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia
yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam
tanah.Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari proses pengolahan. Penimbunan limbah padat mengakibatkan
pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya karena adanya reaksi kimia
yang menghasilkan gas tertentu berkembang (2)..
Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang
merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak
langsungnya apabila pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat
dirasakan akibatnya oleh manusia. Dampak tidak langsung, apabila pencemaran
tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung
lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun. Kondisinya
dapat lebih parah lagi apabila daya dukung lingkungan sudah tidak mampu lagi
menopang kebutuhan manusia, sehingga ancaman bencana lingkungan bagi
kehidupan manusia tidak terhindar lagi. Sebagai contoh adalah kesuburan tanah
sangat menurun sehingga mengganggu sektor pertanian yang berakibat
menurunnya produksi pangan dan juga sumber air minum yang sehat sudah sulit
didapatkan sehingga masyarakat kekurangan air untuk kebutuhan hidup sehari-
hari berkembang (2).
Agar dapat mengurangi Dampak Pencemaran Tanah, maka diperlukan
Ambang Batas. Ambang Batas ialah Indicator pencemaran tanah yang dilakukan
16
dengan pengukuran apakah konsentrasi polutan sudah sampai ambang batas (baku
mutu), sehingga membahayakan bagi organisme lainnya, atau masih di bawah
ambang batas.
Ambang batas(baku mutu) pencemaran tanah ditentukan oleh tiga
indicator yaitu:
a. Indikator Fisik
Contoh indikator fisik yang menunjukan kualitas tanah, antara lain warma
tanah, kedalaman lapisan atas tanah, kepadatan tanah, porositas dan tekstur tanah,
dan endapan pada tanah. Berbagai polutan tanah dapat merubah sifat-sifat fisik
tanah sehingga menurunkan kualitasnya.
b. Indikator Kimia
Nilai pH, salinitas, kandungan senyawa kimia organik, fosfor, nitrogen,
logam berat, dan radioaktif merupakan contoh indicator kimia bagi tingkat polusi
tanah. Nilai pH yang terlalu tinggi atau rendah dan salinitas serta kandungan
berbagai senyawa kimia yang terlalu tinggi mengindikasikan telah terjadi polusi
tanah.
c. Indikator Biologi
Cacing tanah merupakan salah satu indicator biologi pada pengukuran
tingkat polusi tanahkeberadaan cacing tanah dapat meningkatkan kandungan
nutrisi pada tanah yang akan menyuburkan tanah. Populasi cacing tanah
dipengaruhi oleh kondisi tanah habitatnya, seperti kondisi suhu, kelembapan, PH,
salinitas, aerasi dan tekstur tanah. Pencemaran tanah akan menyebabkan
perubahan kondisi tanah yang dapat mengakibatkan kematian pada cacing
tanah.berkembang (2).
17
2.4.2 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Dampak Pencemaran Tanah
Pencegahan dan penanggulangan Dampak Pencemaran Tanah merupakan
dua tindakan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti kedua tindakan dilakukan
untuk saling mengisi, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan,
maka dilakukan tindakan penanggulangan. Namun demikian pada dasarnya
tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum
tindaknya penanggulangan.
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya
pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan
pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat dilakukan sebagai berikut:
Pada prinsipnya tindakan pencegahan adalah berusaha untuk tidak
menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya antara lain :
a) Membuang sampah pada tempatnya. Setiap rumah tangga dapat
memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan anorganik yang tidak
dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) dalam dua
wadah yang berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.
b) Mengolah sampah organik menjadi kompos. Sistem pengomposan
memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Kompos merupakan jenis
pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan, Bahan yang dipakai
tersedia (tidak perlu dibeli), Masyarakat dapat membuatnya sendiri (tidak
memerlukan peralatan yang mahal), dan Unsur hara dalam pupuk kompos
lebih tahan lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
c) Sampah organik yang mudah rusak dapat dimanfaatkan untuk makanan
ternak
d) Untuk bahan-bahan yang dapat didaur ulang, hendaknya dilakukan proses
daur ulang, seperti kaca, plastik, kaleng, dan sebagainya.
18
e) Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable). Misalnya mengganti plastik sebagai
bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti
dengan daun pisang atau daun jati.
f) Melakukan proses pemurnian terhadap limbah industri sebelum dibuang
ke sungai atau ke tempat pembuangan (9).
2.5 Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah proses pengayaan nutrien dan bahan organik dalam
jasad air. ini merupakan masalah yang dihadapi di seluruh dunia yang terjadi di
ekosistem air tawar maupun marin. Eutrofikasi memberi kesan kepada ekologi
dan pengurusan sistem akuatik yang mana selalu disebabkan masuknya nutrient
berlebih terutama pada buangan pertanian dan buangan limbah rumah tangga.
Eutrofikasi dapat dikarenakan beberapa hal di antaranya karena ulah manusia
yang tidak ramah terhadap lingkungan.Hampir 90 % disebabkan oleh aktivitas
manusia di bidang pertanian. Para petani biasanya menggunakan pestisida atau
insektisida untuk memberantas hama tanaman agar tanaman tidak rusak. Akan
tetapi botol – botol bekas pestisida itu dibuang secara sembarangan baik di sekitar
lahan pertanian atau daerah irigasi. Hal inilah yang mengakibatkan pestisida dapat
berada di tempat lain yang jauh dari area pertanian karena mengikuti aliran air
hingga sampai ke sungai – sungai atau danau di sekitarnya.
Emisi nutrien dari pertanian merupakan penyebab utama eutrofikasi di
berbagai belahan dunia.Rembesan phospor selain dari areal pertanian juga datang
dari peternakan, dan pemukiman atau rumah tangga.Akumulasi phospor dalam
tanah terjadi saat sejumlah besar kompos dan pakan ternak digunakan secara
besar-besaran untuk mengatur produksi ternakhewan (13).
Beberapa deterjen mengandung phospat, oleh karana itu deterjen juga
merupakan sumber pnyebab eutrofikasi yang perlu mendapatkan perhatian
khusus.Walaupun banyak undang-undang dan peratauran yang membatasi atau
melarang penggunaan detergen yang mengandung phospat, namun sampai saat ini
19
belum berdampak pada eliminasi masalah eutrofikasi. Selain P (fosfor) senyawa
lain yang harus di perhatiakan adalah nitrogen. Distribusi penggunaan pupuk
nitrogen terus meningkat dar tahun ke tahun.Komponen nitrogen sangat mudah
larut dan mudah berpindah di dalam tanah, sedangkan tanaman kurang mampu
menyerap semua pupuk nitrogen. Sebagai akibatnya, rembesan nitrogen yang
verasal dari pupuk yang masuk kedalam tanah semakin meluas, rembesan nitrogen
yang berasal dari pupuk yang masuk kedalam tanah semakin meluas, tidak
terbatas pada area sandy soil (9)..
Sejumlah kelebihan nitrogen akan berakhir di air tanah. Konsentrasi
nitrogen dalam bentuk nitrat secara bertahap meningkat di beberapa mata air di
areal pertanian, yang akan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia yang
mengkonsumsi air tersebut sebagai air minum.Dalam tanah, pupuk N akan dengan
cepat melepas amonium dan nitrat. Nitrat sangat mudah larut (kelarutannya tinggi)
sehingga mudah hilang melalui pelepasan.Hampir 30% N hilang melalui
pencucian (leaching).Nitrat masuk kedalam air permuakaan melalui aliran air
dibawah permukaan atau drainase dan masuk kedalam air tanah melalui penapisan
lapisan tanah sebelah bawah.Pada umumnya konsentrasi N di perairan.Pada
umumnya konsentrasi N di perairan meningkat (tinggi) pada saat pemupukan,
terutama setelah hujan.Nitrogen dapat pula hilang sebagai amonia dari
penggunaan sumber-sumber nutrien organik seperti pupuk, pupuk cair
(slury).Adanya amonia di perairan dapat menjadi indikasi terjadinya kontaminasi
oleh pemupukan yang berasal dari material organik.N tinggi juga berasal dari
peternakan terbuka.Dari laporan penelitian di UK ditunjukkan bahwa area
peternakan menghasilkan limbah N lebih dari 600 kg/ha/hari dan yang
hilang/lepas ketanah dapat mencapai 200 kg/ha (21).
Proseseutrofikasi merupakan proses alamiah dan dapat terjadi pada
berbagai perairan, tetapi bila terjadi kontaminasi bahan-bahan nitrat dan fosfat
akibat aktivitas manusia dan berlangsung terus menerus, maka proses eutrofikasi
akan lebih meningkat. Kejadian eutrofikasi seperti ini merupakan masalah yang
terbanyak ditemukan dalam danau dan waduk, terutama bila danau atau waduk
tersebut berdekatan dengan daerah urban atau daerah pertanian.
20
Dilihat dari bahan pencemarannya eutrofikasi tergolong pencemaran
kimiawi.Eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya
nutrient yang berlebihan kedalam ekosistem perairan.Eutrofikasi terjadi karena
adanya kandungan bahan kimia yaitu fosfat (PO3-). Suatu perairan disebut
eutrofikasi jika konsentrasi total fosfat ke dalam air berada pada kisaran 35-
100µg/L. Eutrofikasi banyak terjadi di perairan darat (danau, sungai, waduk, dll).
Sebenarnya proses terjadinya Eutrofikasi membutuhkan waktu yang sangat lama
(ribuan tahun), namun akibat perkembangan ilmu teknologi yang menyokong
medernisasi dan tidak diiringi dengan kearifan lingkungan maka hanya dalam
hitungan puluhan atau beberapa tahun saja sudah dapat terjadi eutrofikasi (13).
Dampak eutrofikasi kematian massal ikan akibat arus balik, eutrofikasi dan
blooming algae setiap tahun terjadi di perairan di Indonesia dengan kerugian yang
besar. Di danau Maninjau pada Januari 2009 saja kerugian telah mencapai Rp 150
miliar dan menyebabkan kredit macet Rp 3,6 miliar. Kerugian ini akibat kematian
ikan sekitar 13.413 ton dari 6.286 petak keramba jaring apung (KJA) dan
menyebabkan 3.143 tenaga (1).
Kondisi lebih jauh dari aktivitas manusia yang melepaskan fosfat dalam
limbahnya adalah: penurunan kualitas air, estetika lingkungan, dan masalah
navigasi perairan dan penurunan keanekaragaman organisme air. Senyawa produk
yang dihasilkan bakteri anaerob seperti H2S, amin dan komponen fosfor adalah
senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap dan anyir. Selain
itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat
konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain,
termasuk manusia. Beberapa penyakit akut dapat disebabkan oleh racun dari
kelompok fitoplankton seperti Paralytic Shellfish Poisoning (PSP),
AmnesicShellfish Poisoning (ASP), dan Diarrhetic Shellfish Poisoning
(DSP).Ketiga racun tersebut mampu melumpuhkan sistem kerja otot, saraf, dan
jantung biota perairan. Dampak eutrofikasi di perairan yaitu efek dari eutrofikasi
moderat pada perairan yang miskin nutrien tidak bersifat negatif.Peningkatan
pertumbuhan alga dan berbagai vegetasi dapat menguntungkan bagi kehidupan
fauna akuatik.Salah satu contoh adalah produksi ikan meningkat.Jika eutrofikasi
21
terus berlanjut, pertumbuhan plankton menjadi sangat lebat, sehingga menutupi
perairan. Proses ini akan mengakibatkan gelap di bawah permukaan air, dan
kondisi ini berbahaya bagi vegetasi bentik. Problem yang serius akibat eutrofikasi
ditimbulkan oleh petumbuhan alga sel tunggal secara hebat, proses dekomposisi
dari sel yang mati akan mengurangi oksigen terlarut. Tanaman akuatik (termasuk
alga) akan mempengaruhi konsentrasi O2 dan pH perairan disekitarnya (13).
Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi pH dan
oksigen terlarut menjadi besar pula. Hal ini akan menyebabkan terganggunya
proses metabolik dalam organisme, yang akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Di perairan yang sangat kaya akan nutrien, produksi plankton dapat menjadi
sangat berlebihan. Spesies plankton tertentu muncul secara berkala dalam
kuantitas yang sangat besar, yang sering dikenal sebagai “algal bloom”. Beberapa
alga tertentu dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap di perairan, dan
mengakibatkan konsekuensi yang sama jika perairan menerima material organik
dari sumber-sumber pencemar, yaitu sejumlah besar oksigen dalam air
terkonsumsi ketika sejumlah besar plankton yang mati berpindah ke dasar
perairan dan terdegradasi. Defisiensi oksigen dapat mengurangi kehiupan bentik
dan ikan. Jika perairan bentik menjadi de-oksigenasi, hidrogen sulfid (HS) akan
meracuni semua bentuk kehidupan di perairan. Akhirnya eutrofikasi berat dapat
menimbulkan pengurangan sejumlah spesies tanaman dan hewan di perairan.
2.6 Teknik Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan-bahan
tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organic biodegradable,
meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan estetika dan lingkungan.
Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : (1) secara alami
dan, (2) secara buatan.
2.6.1 Secara Alami
Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan
kolam stabilisasi.Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk
22
menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai.Kolam
stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif
(pengolahan air limbah yang tercemar bahan organik pekat), dan kolam maturasi
(pemusnahan mikroorganisme patogen). Karena biaya yang dibutuhkan murah,
cara ini direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang (8).
2.6.2 Secara Buatan
Pengolahan air limbah dengan buantan alat dilakukan pada Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).Pengolahan ini dilakukan melalui tiga tahapan,
yaitu primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan
kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan).Primary treatment
merupakan pengolahan pertama yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dan
zat cair dengan menggunakan filter (saringan) dan bak sedimentasi. Beberapa alat
yang digunakan adalah saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan
multimedia, percoal filter, mikrostaining, dan vacum filter. (8).
Secondary treatment merupakan pengolahan kedua, bertujuan untuk
mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat organik
dalam limbah.Pengolahan limbah rumah tangga bertujuan untuk mengurangi
kandungan bahan organik, nutrisi nitrogen, dan fosfor.Penguraian bahan organik
ini dilakukan oleh makhluk hidup secara aerobik (menggunakan oksigen) dan
anaerobik (tanpa oksigen).Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan
mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai electon acceptor dalam air
limbah.Selain itu, aktivitas aerobik ini dilakukan dengan bantuan lumpur aktif
(activated sludge) yang banyak mengandung bakteri pengurai.Hasil akhir aktivitas
aerobik sempurna adalah CO2, uap air, dan excess sludge.Secara anaerobik,
penguraian bahan organik dilakukan tanpa menggunakan oksigen.Hasil akhir
aktivitas anaerobik adalah biogas, uap air, dan excess sludge.Tertiary treatment
merupakan lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu penghilangan nutrisi atau unsur
hara, khususnya nitrat dan posfat, serta penambahan klor untuk memusnahkan
mikroorganisme pathogen (8).
23
Dalam pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alami atau secara
buatan, perlu dilakukan berbagai cara pengendalian antara lain menggunakan
teknologipengolahan limbah cair, teknologi peroses produksi, daur ulang, resure,
recovery dan juga penghematan bahan baku dan energi .Agar dapat memenuhi
baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat
dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan
setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam
proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan,
juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah
proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan peencemar
sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.
Tabel 2.2 Batasan Air Limbah untuk Industri
Parameter Konsentrasi (mg/L)
COD 100 – 300
BOD 50 – 150
Minyak nabati 5 – 10
Minyak mineral 10 – 50
Zat padat tersuspensi
(TSS)
200 – 400
pH 6.0 – 9.0
Temperatur 38 – 40 [ ˚C]
Ammonia bebas (NH3) 1.0 – 5.0
Nitrat (NO3-N) 20 – 30
Senyawa aktif biru metilen 5.0 – 10
Sulfida (H2S) 0.05 – 0.1
Fenol 0.5 – 1.0
Sianida (CN) 0.05 – 0.5
(Metcalf and Eddy, 1991).
24
2.7 Metode Pengolahan Air Limbah
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan.Apapun macam teknologi pengolahan air limbah industri
yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh perusahana
setempat.Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan
polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.Teknik-teknik pengolahan
air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi tiga
metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisika
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi (8).
2.7.1 Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
 Pemisahan Cair - Padatan
 Penapisan
 Presipitasi
 Filtrasi
 Flotasi
 Filtrasi
25
 Filter membran
 Filtrasi lambat
 Filtrasi cepat
 Tipe bertekanan
 Tipe gravitasi
 Mikro filter
 Ultra filter
 Reverse osmosis dll
2.7.2 Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-
logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan.Penyisihan bahan-bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.
 Netralisasi
 Penukar ion
 Koagulasi & Flokulasi
 Alumina aktif
 Karbon aktif
 Adsorbsi
 Oksidasi dan/atau Reduksi
 Aerasi
 Ozonisasi
 Elektrolisis
 Oksidasi kimia/reduksi, dll
26
Buangan dari pabrik berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini
menyangkut pula dengan perbedaan bahan baku,perbedaan proses. Suatu pabrik
sama-sama mengeluarkan limbah cair namun terdapat senyawa kimia yang
berbeda pula. Karena banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan
pabrik lain maka banyak pula sistem pengolahan. Demikian banyak macam
parameter pencemar dalam suatu buangan, akibatnya membutuhkan berbagai
tingkatan proses pula. Limbah memerlukan penanganan awal.Kemudian
pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan akan turut menentukan
pengolahan kedua, ketiga dan seterusnya (8).
Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan akan turut mempengaruhi
pengolahan berikutnya. Di dalam penetapan pilihan metode keadaan limbah sudah
seharusnya diketahui sebelumnya.Parameter limbah yang mempunyai peluang
untuk mencemarkan lingkungan harus ditetapkan.Misalnya terdapat senyawa
fenol dalam air sebesar 2 mg/liter, phosphat 30 mg/liter dan seterusnya.Dengan
mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah maka dapat ditetapkan metode
pengolahan dan pilihan jenis peralatan.Sekali sudah ditetapkan metode dan jenis
peralatan maka langkah berikutnya adalah sampai tingkat mana diinginkan
menghilangkan/ penguranga senyawa pencemarnya (9).
2.7.3 Pengolahan Secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara
biologi.Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang
sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.Dalam beberapa dasawarsa
telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala
modifikasinya.Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan
atas dua jenis, yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
27
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih
sedikit.Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi
mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek
(4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi
melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan
penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan (8).
Kolam oksidasi danlagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi.Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalamlagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen
yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan.Di dalam lagoon yang diaerasi
cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.Di dalam reaktor pertumbuhan lekat,
mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan
film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan
selama ini, antara lain:
1. trickling filter
2. cakram biolog
3. filter terendah
4. reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD
sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses
penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen
28
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih
dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob.Pada BOD lebih tinggi dari 4000
mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis (8).
Pengolahan Biologi diantaranya :
 Pengolahan aerob
 Anaerobic treatmnt
 Pencerna anaerobik
 Proses UASB
 Proses lumpur aktif
 Aerasi
 Saluran oksidasi
 Proses bebas bulki
 Metode standar
 Proses nitrifikasi dan denitrifikasi
 Pengolahan film biologi
 Lagoon
 Cakram biologi
29
BAB III
Hasil
3.1 Hasil
Sampling yang kami lakukan pada saluran prmbuangan limbah cair pusat
perbelanjaan modern Qmal Banjarbaru, kemudian kami melakukan penelitian
terhadap sampel tersebut di laboratorium Fakultas Perikanan UNLAM Banjarbaru
dan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.1 hasil uji sampel limbah cair Qmall Banjarbaru
No Parameter
Hasil Sampel sebelum
pengolahan
Hasil Sampel
Setelah pengolahan
1 pH 6,7 6,6
2 COD 700 6,31
3 BOD 827,8 12.04
Keadaan pengolahan limbah di Qmall cukup terorganisir. Limbah - limbah
cair yang dihasilkan dari restoran dan lainnya dialirkan melalui pipa sekunder
yang kemudian disatukan dalam pipa primer dan diendapkan di 2 bak pengendap,
yang selanjutnya dimasukkan dedalam bak pengolahan dengan bio filtrasi yang
sudah dibeli jadi. Setelah melewati pengolahan bio filter limbah tersebut dialirkan
ke sungai terdekat.
3.2 Pembahasan
Angka BOD, COD, dan TSS merupakan ukuran bagi pencemaran air.
Total suspended solid (TSS) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi
yang berpengaruh pada tingkat kekeruhan air. BOD dan COD merupakan
parameter pencemar air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat maupun
30
tidak dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air (1).
a. BOD
Pemeriksaan BOD dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro-
Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlett
air limbah menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar BOD sebanyak Mg/L.
b. COD
Pemeriksaan COD dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro-
Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlet air
limbah menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar COD sebanyak 693.69.
c. pH
Pemeriksaan pH dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro-
Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlet air
limbah menunjukan bahwa pH menjadi 6.7.
Air limbah mall berasal dari limbah dari toilet dan limbah cair
restoran.Jumlah pengunjung pusat pertokoan memungkinkan lebih dari 1000
pengunjung per hari. Scara teoritis, debit air limbah bisa dihitung dari pendekatan
50-80% penggunaan air bersih. Air limbah yang dihasilkan dari mall termasuk
dalam air limbah yang bersumber dari kegiatan ekonomi yang berpotensi
mencemari lingkungan, khususnya sungai sebagai badan air penerima. Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup menyebutkan bahwa suatu kegiatan diwajibkan untuk mengolah dan
mengelola limbah yang dihasilkan wajib memenuhi standar baku mutu untuk
menjaga kelestarian lingkungan. Oleh karena itu effluent yang akan dibuang ke
badan air harus memenuhi baku mutu yang tercantum dalam Keputusan Gubernur
Kalimantan Selatan tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Industri atau kegiatan
Usaha lainnya di Kalimantan Selatan sesuai dengan golongan badan air yang akan
menerima air buangan.
Berikut Baku mutu air limbah bagi kegiatan Hotel dan pusat perbelanjaan
yang terdapat pada lampiran dari Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan
no 36 tahun 2008 yang diperuntukan dibuang ke badan sungai :
31
Tabel 3.2 Baku mutu Air Limbah Pusat Perbelanjaan
No Satuan Kadar maksimum
COD Mg/l 25
BOD Mg/l 50
TSS Mg/l 50
Minyak dan lemak Mg/l 10
pH 6-9
Dari data hasil uji laboratorium yang didapatkan, maka limbah cair hasil
pengolahan pusat perbelanjaan Qmall Banjarbaru berada dibawah baku mutu yang
ada. Sehingga limbah cair tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar badan
sungai baik ekosistem ataupun masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pihak Qmall
melakukan pengolahan limbah cair dengan sangat baik mengunakan mesin bio
filtrasi yaitu dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang
telah diisi dengan media penyangga untuk pengembangbiakkan mikroorganisme
dengan atau tanpa aerasi. Untuk proses anaerobik dilakukan tanpa pemeberian
udara atau oksigen. Biofiler yang baik adalah menggunakan prinsip biofiltrasi
yang memiliki struktur menyerupai saringan dan tersusun dari tumpukan media
penyangga yang disusun baik secara teratur maupun acak di dalam suatu biofilter.
Adapun fungsi dari media penyangga yaitu sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya bakteri yang akan melapisi permukaan media membentuk lapisan
massa yang tipis (biofilm). Bakteri tersebut yang akan membantu mengurangi
kadar COD dab BOD dalam limbah dengan cara disegradasi.
€
32
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari mall ini adalah
1. Limbah cari Q-mall setelah pengolahan dengan bio filtrasi berada
di bawah baku mutu air limbah pusat perbelanjaan dan hotel yang
di tetapkan oleh Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan NO. 036
Tahun 2008.
2. Pada air limbah yang belum dimasukkan kedalam bio fitrasi kadar
BOD sebesar 827,8 mg/L, setelah diolah BOD menjadi 12,04
mg/L.
3. Pada air limbah yang belum dimasukkan kedalam bio fitrasi kadar
COD sebesar 700 mg/L, setelah diolah COD menjadi 6,31 mg/L.
4. Pada air limbah yang belum dimasukkan kedalam bio fitrasi kadar
pH sebesar 6,7 menjadi 6,6.
4.2 Saran
1. Diharapkan pihak Qmall dapat melakukan pemeriksaan peralatan
pengolahan limbah dan juga pengecekan pada air limbah yang belum
dikelola dan sudah dikelola secara berkala, agar kualitas air limbah
yang sudah dikelola tetap terjaga kualitas airnya dan tetap dibawah
baku mutu yang sudah ditetapkan.
2. Perlu pemaksimalan proses dengan memperhatikan waktu tinggal
yang cukup sehingga perombakan limbah tersebut menjadi maksimal.
3. Dilakukan pengecekan pH secara berkala agar pH tetap stabil
sehingga mikroba yang digunakan dapat bekerja secara maksimal.
4. Dilakukan pembersihan saluran aliran limbah sehingga tidak
terkontaminasi oleh zat-zat yang mengendap pada aliran tersebut.
33
DAFTAR PUSTAKA
(1)Anonim., 2001. Water Environment Management in Japan. Water Environment
(2)Anwar Hadi (2007) Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan.
(3)Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber
Widya. Jakarta.
(4)Chadirin, Y. 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat Kuliah. Dep.
Tek. Pertanian.IPB. Bogor
(5)Department Environmental Management Bureau, Ministry of the Environment.
(6)Edahwati, L dan Suprihatin. 2009. Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi dan
Filtrasi pada Pengolahan Limbah Industri Perikanan. Jurnal Ilmiah
Teknik Lingkungan
(7)Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius.Yogyakarta.
(8)Grady, Jr., C.P.L. and Lim, H.C., 1980. Biological Wastewater Treatment,
theory and application. Marcel Dekker, Inc. New York and Basel.
(9)Hardiansyah, F. 2014. Penelitian Kuantitas dan Kualitas Air Limbah Pada 2
(dua) Pusat Pertokoan di Kota Surabaya. Tugas Akhir di Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP – ITS. Surabaya.
(10)Haryanti, Sri, Nintya Setiari, Rini Budi Hastuti, Endah Dwi Hastuti, dan Yulita
Nurchayati. 2009. Respon Fisiologi dan Anatomi Eceng Gondok di
Berbagai Perairan Tercemar. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi.
34
(11)Herlambang, A. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (BPPT) dan
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Samarinda
(12)Herlambang, A dan R. Marsidi. 2003. Proses Denitrifikasi dengan Sistem
Biofilter untuk Pengolahan Air Limbah yang Mengandung Nitrat. Jurnal
Teknologi Lingkungan
(13)Kasjono, H.S. dan Yasril. 2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
(14)Metcalf and Eddy., 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and
Reuse, 3rd Eddition. Singapore: McGraw-Hill Book Co.
(15)Metcalf dan Eddy, Inc. 2003. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal
and Reuse. McGraw-Hill, Inc: USA.
(16)Priyono, Andika T. 2007. Pengaruh PistiastratiotesL. Dalam Peningkatan
Kualitas Air. Skripsi. IPB. Bogor
(17)Said, N. 2005. Aplikasi bioball untuk media biofilter strudi kasus pengolahan
air limbah pencucian jeans. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lingkungan (BPPT). Jurnal
(18)Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-Press. Jakarta
(19)Supradata. 2005. Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias
(CyperusalternifoliusL.) Dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah
Permukaan (SSF-Wetlands). DesertasiDoktor. UNDIP. Semarang.
(20)Tchobanoglous, G., Burton, F.L.,1991. Advanced Wastewater Treatment.
Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse. McGraw-Hill.
Inc, Singapore.
(21)Tri Apriadi, 2008. Jurnal Kombinasi bakteri dan tumbuhan air sebagai
bioremediator dalam mereduksi kandungan bahan organik limbah kantin.
INSTITUT Pertanian Bogor
35
(22)Qmalbanjarbaru.com/about/us/profil. Diakses tanggal 24 pukul 15.32 WITA
(23)Widyaningsih, Vini. 2011. Pengolahan Limbah Cair Kantin Yongma.
Skripsi.UI. Depok
(24)Winkler, M.A.,1981. Biological Treatment of Wastewater. Department of
Chemical Engineering University of Survey. England : Chichester Halsted
Press, John Willey & Sons.
(25)Wijeyekoon, S., Mino T., Satoh, H., dan Matsuo, T. 2000. Growth and novel
Structural
(26)Wijeyekoon, S., Mino T., Satoh, H., dan Matsuo, T. 2000. Growth and novel
Structural features of tubular biofilms. Journal water science and
technology.
36
LAMPIRAN
Biofilter pengoahan limbah cair
Air limbah sebelum masuk dalam pengolahan
37
Uji Lab. Di Fakultas perikanan
Perhitungan BOD, COD, pH
38
Hasil Uji Lab

More Related Content

What's hot

Pkm gt lolos seleksi 2014.pdf
Pkm gt lolos seleksi 2014.pdfPkm gt lolos seleksi 2014.pdf
Pkm gt lolos seleksi 2014.pdfDeby Andriana
 
Laporan fieldtrip Cagar Alam Pangandaran, Green Canyon dan Kampung Naga
Laporan fieldtrip Cagar Alam Pangandaran, Green Canyon dan Kampung NagaLaporan fieldtrip Cagar Alam Pangandaran, Green Canyon dan Kampung Naga
Laporan fieldtrip Cagar Alam Pangandaran, Green Canyon dan Kampung NagaFlourentina Dwiindah P
 
Pengembangan Pariwisata Pantai Ngliyep
Pengembangan Pariwisata Pantai NgliyepPengembangan Pariwisata Pantai Ngliyep
Pengembangan Pariwisata Pantai NgliyepEsti Dyah
 
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexDigital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexeko_apt
 
3. laporan kerja praktek
3. laporan kerja praktek3. laporan kerja praktek
3. laporan kerja praktekmegh77
 
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930KrisramaDwi
 

What's hot (11)

Pkm gt lolos seleksi 2014.pdf
Pkm gt lolos seleksi 2014.pdfPkm gt lolos seleksi 2014.pdf
Pkm gt lolos seleksi 2014.pdf
 
Laporan fieldtrip Cagar Alam Pangandaran, Green Canyon dan Kampung Naga
Laporan fieldtrip Cagar Alam Pangandaran, Green Canyon dan Kampung NagaLaporan fieldtrip Cagar Alam Pangandaran, Green Canyon dan Kampung Naga
Laporan fieldtrip Cagar Alam Pangandaran, Green Canyon dan Kampung Naga
 
Risna karini
Risna kariniRisna karini
Risna karini
 
CONTOH PKM GT
CONTOH PKM GTCONTOH PKM GT
CONTOH PKM GT
 
Revisi 1
Revisi 1Revisi 1
Revisi 1
 
Pengembangan Pariwisata Pantai Ngliyep
Pengembangan Pariwisata Pantai NgliyepPengembangan Pariwisata Pantai Ngliyep
Pengembangan Pariwisata Pantai Ngliyep
 
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexDigital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
 
Perencanaan sprinkler
Perencanaan sprinklerPerencanaan sprinkler
Perencanaan sprinkler
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
3. laporan kerja praktek
3. laporan kerja praktek3. laporan kerja praktek
3. laporan kerja praktek
 
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
 

Viewers also liked

Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)Bondan the Planter of Palm Oil
 
PPT Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
PPT Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern BanjarbaruPPT Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
PPT Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern BanjarbaruAfwan Alkarimy
 
Analisis materi ajar kimia di analis kesehatan politeknik kesehatan medan
Analisis materi ajar kimia di analis kesehatan politeknik kesehatan medanAnalisis materi ajar kimia di analis kesehatan politeknik kesehatan medan
Analisis materi ajar kimia di analis kesehatan politeknik kesehatan medanAbil Darma
 
Modul #3 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #3 pembinaan pengelolaan lingkunganModul #3 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #3 pembinaan pengelolaan lingkunganjohnmaking
 
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan Pelaksanaan
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan PelaksanaanPemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan Pelaksanaan
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan PelaksanaanJoy Irman
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...infosanitasi
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikJoy Irman
 

Viewers also liked (7)

Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
 
PPT Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
PPT Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern BanjarbaruPPT Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
PPT Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
 
Analisis materi ajar kimia di analis kesehatan politeknik kesehatan medan
Analisis materi ajar kimia di analis kesehatan politeknik kesehatan medanAnalisis materi ajar kimia di analis kesehatan politeknik kesehatan medan
Analisis materi ajar kimia di analis kesehatan politeknik kesehatan medan
 
Modul #3 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #3 pembinaan pengelolaan lingkunganModul #3 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #3 pembinaan pengelolaan lingkungan
 
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan Pelaksanaan
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan PelaksanaanPemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan Pelaksanaan
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan Pelaksanaan
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
 

Similar to Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru

101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampungBenze Aris
 
Fithra malvarinda politeknik negeri sriwijaya pkmp
Fithra malvarinda politeknik negeri sriwijaya pkmpFithra malvarinda politeknik negeri sriwijaya pkmp
Fithra malvarinda politeknik negeri sriwijaya pkmpfithramalvarinda
 
Proposal PKL PDAM Kota Malang.docx
Proposal PKL PDAM Kota Malang.docxProposal PKL PDAM Kota Malang.docx
Proposal PKL PDAM Kota Malang.docxDavidAdiKarunia
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...Aulia Rahma
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...Aulia Rahma
 
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...Amanda Hurin
 
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 18.pdf
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 18.pdfLAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 18.pdf
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 18.pdfKhiLdaAudina
 
Management mutu ugm
Management mutu ugmManagement mutu ugm
Management mutu ugmlianda akti
 
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanLaporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanToriq Pavana
 
Dampak erosi tanah
Dampak erosi tanahDampak erosi tanah
Dampak erosi tanahBP4K
 
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeteranalisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeterAhmad Kanzu Firdaus
 
laporan praktek kerja lapangan
laporan praktek kerja lapanganlaporan praktek kerja lapangan
laporan praktek kerja lapanganRestu Budy
 
Makalah Teknik Jalan Raya
Makalah Teknik Jalan RayaMakalah Teknik Jalan Raya
Makalah Teknik Jalan RayaUmmu Suaiba
 
Profil perusahaan cv elte internasional terbaru
Profil perusahaan cv elte internasional terbaruProfil perusahaan cv elte internasional terbaru
Profil perusahaan cv elte internasional terbaruLily Oktavia
 
Baku mutu-pascasarjana-2018
Baku mutu-pascasarjana-2018Baku mutu-pascasarjana-2018
Baku mutu-pascasarjana-2018ArGun2
 

Similar to Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru (20)

101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
 
Fithra malvarinda politeknik negeri sriwijaya pkmp
Fithra malvarinda politeknik negeri sriwijaya pkmpFithra malvarinda politeknik negeri sriwijaya pkmp
Fithra malvarinda politeknik negeri sriwijaya pkmp
 
Tugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandaraTugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandara
 
Proposal PKL PDAM Kota Malang.docx
Proposal PKL PDAM Kota Malang.docxProposal PKL PDAM Kota Malang.docx
Proposal PKL PDAM Kota Malang.docx
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
 
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
 
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 18.pdf
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 18.pdfLAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 18.pdf
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 18.pdf
 
Instalasi sistem jaringan
Instalasi sistem jaringanInstalasi sistem jaringan
Instalasi sistem jaringan
 
Management mutu ugm
Management mutu ugmManagement mutu ugm
Management mutu ugm
 
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanLaporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
 
Dampak erosi tanah
Dampak erosi tanahDampak erosi tanah
Dampak erosi tanah
 
Cover mutiara
Cover mutiaraCover mutiara
Cover mutiara
 
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeteranalisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
 
laporan praktek kerja lapangan
laporan praktek kerja lapanganlaporan praktek kerja lapangan
laporan praktek kerja lapangan
 
Makalah Teknik Jalan Raya
Makalah Teknik Jalan RayaMakalah Teknik Jalan Raya
Makalah Teknik Jalan Raya
 
Profil perusahaan cv elte internasional terbaru
Profil perusahaan cv elte internasional terbaruProfil perusahaan cv elte internasional terbaru
Profil perusahaan cv elte internasional terbaru
 
131355531 laporan-evaluasi-proyek-perikanan
131355531 laporan-evaluasi-proyek-perikanan131355531 laporan-evaluasi-proyek-perikanan
131355531 laporan-evaluasi-proyek-perikanan
 
Baku mutu-pascasarjana-2018
Baku mutu-pascasarjana-2018Baku mutu-pascasarjana-2018
Baku mutu-pascasarjana-2018
 
Panduan pkm 2011
Panduan pkm 2011Panduan pkm 2011
Panduan pkm 2011
 

Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru

  • 1. TUGAS BESAR EKOTOKSIKOLOGI “ANALISIS LIMBAH CAIR PUSAT PERBELANJAAN MODERN BERDASARKAN PARAMETER BOD, COD, DAN PH PADA Q-MALL BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN” Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp, ST. M.Kes. NIP: 19780420 200501 2 002 DISUSUN OLEH : A’an Djalil H1E110016 Cindy Priscillia Lufti H1E111020 Muharram Sukma Pamula H1E111026 Kartika Arrum Wulandari H1E111060 Saipul Azhar H1E111063 Mujaiyinah H1E111210 M. Nazar Khulaifi H1E111211 Miftach Secha H1E112030 Aulia Gusrina Zuz H1E112035 Afwan Alkarimy H1E112052 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU 2015
  • 2. PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714 Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730 Kalimantan Selatan, Indonesia
  • 3. i Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada : 1. Rektor Universitas Lambung Mangkurat : Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc. 2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat : Dr-Ing Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T. 3. Kepala Prodi Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat : Dr. Rony Riduan., S.T., M.T 4. Dosen Mata Kuliah Ekotoksikologi : Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., S.T., Mkes. 5. Anggota Kelompok :  Aan Djalil H1E110016  Cindy PriscilliaLufti H1E111020  Kartika Arrum Wulandari H1E111060  Mujaiyinah H1E11210  Muharram Sukma Pamula H1E111026  Saipul Azhar H1E111063  M.Nazar Khulaifi H1E111211  Aulia Gusrina Zuz H1E112035  Miftach Secha H1E112030  Afwan Alkarimy H1E112052
  • 4. ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas besar ini dengan judul “Analis Limbah Cair Pusat Perbelanjaan Modern berdasarkan parameter BOD, COD, dan pH pada Q-Mall Banjarbaru Kalimantan Selatan”. tugas besar ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kelulusan mata kuliah Ekotoksikologi di Fakultas Teknik (FT) Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM). Tersusunnya tugas besar ini, tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih, kepada: 1. Rektor Universitas Lambung Mangkurat Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc. 2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Dr. Ing Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T. 3. Ketua Prodi Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat Dr. Rony Riduan, ST. MT. 4. Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp, ST, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekotoksikologi yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam proses penulisan tugas besar ini. 5. Seluruh Dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru beserta jajarannya. 6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat angkatan 2011, 2012 dan 2013. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih membutuhkan banyak masukkan dan kritikan dari beebagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya tugas besar ini. Namun demikian, penulis berharap semoga ini menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu Ekotoksikologi. Banjarbaru, Mei 2015 Penulis
  • 5. iii DAFTAR ISI UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI....................................................................................................... iii DAFTAR TABEL................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 1 1.2 TUJUAN ..................................................................................................... 2 1.3 MANFAAT ................................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3 2.1 TINJAUAN EMPIRIK ................................................................................. 3 2.2 TINJAUAN TEORISTIK ........................................................................... 4 2.2.1 Ekotoksikologi..................................................................................... 4 2.2.2 Pergerakan, Deposisi dan Pemaparan Bahan Kimia ......................... 5 2.2.3.Dinamika Bahan Kimia........................................................................ 5 2.2.4 Tingkah Laku Bahan Kimia Fase Tunggal........................................... 6 2.3 Pencemaran Air ........................................................................................... 9 2.4 Pencemaran Tanah........................................................................................ 12 2.4.1 Dampak Pencemaran Tanah................................................................. 14 2.4.1 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Dampak Pencemaran Tanah................................................................ 17 2.5 Eutrofikasi..................................................................................................... 18 2.6 Teknik Pengolahan Limbah Cair.................................................................. 21 2.6.1 Secara Alami....................................................................................... 21 2.6.2 Secara Alami....................................................................................... 22 2.7 Metode Pengolahan Air Limbah ................................................................... 24 2.7.1 Pengolahan Secara Fisika.................................................................... 24
  • 6. iv 2.7.2 Pengolahan Secara Kimia.................................................................... 25 2.7.3 Pengolahan Secara Biologi.................................................................. 26 BAB III HASIL .................................................................................................. 29 3.1 Hasil.............................................................................................................. 29 3.1 Pembahasan................................................................................................... 29 BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 32 4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 32 4.2 Saran............................................................................................................. 32
  • 7. v DAFTAR TABEL TABEL 2.1 Jurnal Pendukung............................................................................. 2 TABEL 2.2 Batasan Air Limbah Untuk Industri................................................. 23 TABEL 3.1 Hasil Uji Sampel Limbah Cair Q-Mall Banjarbaru ........................ 29 TABEL 3.2 Baku Mutu Air Limbah Pusat Perbelanjaan..................................... 31
  • 8. 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat perbelanjaan modern atau yang sering disebut dengan mall adalah fenomena yang dapat ditemui baik dikota kecil maupun dikota besar di Indonesia, keberadaan dari pusat perbelanjaan dapat memberikan dampak tertentu terhadap perkembangan suatu kota. Pusat perbelanjaan modern memilikikaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat kota dan telah menjadi gaya hidup masyarakat kota, saat ini mall tidak hanya berfungsi sebagai bertransaksinya penjual dan pembeli namun juga telah menjadi ruang publik tempak masyarakat berinteraksi sosial dan sebagian ada yang menjadikannya sebagai tempat rekreasi(1). Q – mall adalah salah satu pusat perbelanjaan modern berlantai 3 dan 1 lantai basement milik H. Nurhin yang ada dikalimantan selatan tepatnya dikota banjarbaru Jl. A. Yani Km 38,6 yang resmi dibuka pada awal tahun 2013 dengan luas 30.000m2. Selain masyarakat dapan berbelanja dengan nyaman, Qmall dianggap memberikan dampak positif bagi kota, terutama jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, sebut saja penyerapan tenaga kerja dan sumbangan pajak, selain itu keberadaan Qmall juga dianggap berkontribusi terhadap perkembangan kota Banjarbaru.Selain dampak positif yang diberikan, kami ingin menganalisis dampak negatif yang mungkin saja terjadi karena operasional kegiatan dari Qmall tersebut. Dalam makalah ini kami menganalisa limbah cair dari operasional kegiatan di pusat perbelanjaan Qmall kota Banjarbaru dan pengaruhnya terhadap mikroorganisme disekitar lokasi yang sesuai dengan disiplin ilmu ekotoksikologi. (22).
  • 9. 2 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan tugas besar ini adalah : 1. Mengetahui kadar BOD pada limbah cair pusat perbelanjaan Q-Mall Banjarbaru 2. Mengetahui kadar COD pada limbah cair pusat perbelanjaan Q-Mall Banjarbaru 3. Mengetahui kadar pH pada limbah cair pusat perbelanjaan Q-Mall Banjarbaru 1.3 Manfaat Manfaat dari penulisan tugas besar ini adalah : 1. Agar mahasiswa dapat mempelajari tentang Analisis Limbah Cair pusat perbelanjaan Q-Mall Banjarbaru Berdasarkan Parameter BOD, COD, dan PH 2. Pihak Q-mall sebagai tempat pengambilan sampel dapat mengetahui kadar BOD, COD dan pH yang ada pada limbah cair pusat perbelanjaan Q-Mall Banjarbaru 3. Sebagai referensi atau bahan bacaan penunjang di perpustakaan kampus.
  • 10. 3 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Empirik Tabel 2.1 Jurnal Pendukung No Nama Judul Metode Hasil 1 Pengolahan Limbah Cair Domestik Dengan Biofilter Aerob Menggunakan Media Bioball Dan Tanaman Kiambang dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang telah diisi dengan media penyangga untuk pengembangbiakkan mikroorganisme dengan atau tanpa aerasi. Untuk proses anaerobik dilakukan tanpa pemeberian udara atau oksigen. Biofiler yang baik adalah menggunakan prinsip biofiltrasi yang memiliki struktur menyerupai saringan dan tersusun dari tumpukan media penyangga yang disusun baik secara teratur maupun acak di dalam suatu biofilter Nilai BOD, COD, dan pH sesuai baku mutu. 2 Pengolahan limbah cair industry dengan menggunakan biofiltrasi anaerob Dengan cara menggunakan atau memanfaatkan mikroorganisme untuk memutus molekul kompleks menjadi molekul sederhana dengan proses tanoaoksigen. Nilai BOD, COD, pH menurun dan sesuai baku mutu.
  • 11. 4 2.2 Tinjauan Teoritik 2.2.1 Ekotoksikologi Bidang toksikologi lingkungan, khususnya yang terkait dengan area ekotoksikologi, merupakan salah satu disiplin ilmu lingkungan yang terus berkembang secara cepat.Ekotoksikologi terdefinisi dengan sangat baik sebagai bidang studi yang mencakup nasib akhir/deposisi dan dampak dari bahan kimia toksik pada ekosistem yang didasarkan pada hasil kajian ilmiah, baik dari hasil pengamatan di lapangan maupun dengan penerapan metode-metode uji toksisitas di laboratorium.Ekotoksikologi yang terkait erat dengan toksikologi lingkungan, jelas membutuhkan pemahaman terhadap prinsip dan teori ekologi seperti halnya dengan pengetahuan tentang cara-cara bahan kimia berdampak pada individu spesies, populasi, komunitas dan ekosistem.Pengukuran dampak biologis dapat dilakukan baik dengan melihat respon spesifik spesies terhadap toksikan, atau dampak toksikan pada tingkatan organisasi yang lebih tinggi seperti populasi, komunitas, dstnya.Ekotoksikologi dibangun berdasarkan prinsip keilmuan dan metode uji toksikologi, dengan penekanan pada tingkatan populasi, komunitas dan ekosistem.Kemampuan untuk mengukur transportasi dan deposisi bahan kimia dan pemaparan organisme dalam uji ekotoksikologi merupakan hal penting yang menentukan arah pengembangan teknik pendugaan resiko lingkungan (13). Berbeda dengan uji toksikologi konvensional (standard) yangumumnya berupaya untuk menemukan hubungan sebab-akibat beberapakonsentrasi bahan kimia dengan respon organisme pada lokasi reseptortertentu, uji ekotoksikologi berupaya untuk mengevaluasi hubungansebab-akibat pada level organisasi, khususnya pada level populasi.Komponen terpenting dari uji ekotoksikologi adalah keterpaduan antarapenelitian di laboratorium dan di lapangan.Uji toksisitas di laboratoriummenjelaskan dampak toksikan pada individu organisme, termasuk responbiokimiawi dan fisiologisnya.Pengetahuan yang diperoleh dilaboratorium selanjutnya diselaraskan dengan hal-hal yang terjadi padakondisilapangan, dan pemahaman tentang sejumlah parameterlingkungan yang harus dihadapi oleh organisme untuk tetap hidup danberkembang dengan baik di bawah tekanan
  • 12. 5 toksikan, menjadi asset berharga dan sangat penting. Oleh karena itu, keterpaduan penelitianlaboratorium dan penelitian lapangan akan memberi jaminan bahwasuatu uji ekotoksikologi akan menghasilkan data yang relevan. Kebutuhanterhadap metodologi uji toksikologi yang mudah dilakukan dan sederhanaproses penerapannya akan terus meningkat, sejalan denganmeningkatnya kepedulian terhadap rusaknya kondisi lingkungan danpeningkatan dampak bahan kimia pencemar di lingkungan perairan, yang terus berlanjut (13).. 2.2.2 Pergerakan, Deposisi dan Pemaparan Bahan Kimia Untuk kepentingan karakterisasi tingkah laku bahan kimia, makaperlu untuk mengukur konsentrasi bahan kimia pada kompartemenkompartemenlingkungan yang berbeda (yaitu: udara, air, sedimen danorganisme), memahami pergerakan dan transportasi bahan kimia didalam dan diantara kompartemen-kompartemen tersebut, serta terusmengikuti keberadaan bahan kimia hingga mengalami metabolisme,degradasi, disimpan dan terkonsentrasi dalam setiap kompartementersebut di atas. Beberapa hal berikut diketahui memiliki peranan besardalam pergerakan, deposisi dan pemaparan bahan kimia (13).. 2.2.3 Dinamika Bahan Kimia (Chemodynamics) Transportasi bahan kimia diketahui terjadi baik di dalamkompartemen lingkungan (intraphase) maupun diantara kompartemenkompartementersebut (interphase), dan menjadi poin penting dalammemahami dan menginterpretasi data toksikologi lingkungan. Skenario yang paling mungkin dalam lepasnya suatu bahan kimia ke dalamlingkungan akan melibatkan proses-proses: pelepasan bahan kimia kedalam suatu kompartemen, kemudian mengalami proses partisi ke dalambeberapa kompartemen lingkungan, kemudian melakukan gerakan danreaksi dalam setiap kompartemen, lalu mengalami partisi dalam setiapkompartemen dan biota yang terdapat/hidup dalam kompartemenlingkungan tersebut, dan akhirnya sampai ke suatu lokasi aktif (reseptor)pada organisme
  • 13. 6 dengan konsentrasi yang cukup tinggi dan durasi yangcukup lama untuk menimbulkan suatu dampak. Oleh karena itu, dinamikabahan kimia (chemodynamics) adalah studi tentang pelepasan bahankimia, distribusi, degradasi dan deposisi-nya di dalam lingkungan.Transportasi bahan kimia pencemar di dalam lingkungan seringkalidiprediksi menggunakan asumsi keseimbangan termodinamika.Meskipun seringkali asumsi tersebut tidak dapat dipegang, namun pendekatan ini relatif gamblang dan mudah untuk diaplikasi.Walaupun transportasiintraphase bahan kimia sangat mudah diprediksi menggunakan asumsikeseimbangan termodinamika, namun kemungkinan akurasi terbaikadalah dengan menggunakan model steady-state/dynamic equilibrium.Reaksi-reaksi biotik dan abiotikyang terjadi dalam suatu kompartemen/phase, menghasilkan perubahansignifikan dalam sifat-sifat kimia dan fisik dari senyawa, seperti sifat- sifatoksidatif, lipofilisitas dan volatilitas.Kombinasi dari pendekatan-pendekatan tersebut di atas dapatmemfasilitasi prediksi konsentrasi bahan kimia dalam lingkungan sekitarorganisme tertentu.Chemodynamic juga dapat membantu dalammenjelaskan pergerakan dan penyerapan bahan kimia ke dalamorganisme. Selanjutnya, mekanisme detoksifikasi seperti partisi senyawake dalam jaringan adiposa, metabolisme dan proses ekskresi yangdipercepat, dapat secara signifikan mengurangi, menghilangkan ataueliminasi, atau dalam beberapa kasus bahkan meningkatkan toksisitassuatu bahan kimia. Oleh karena itu, bantuan chemodynamics dalammemprediksi konsentrasi bahan kimia dalam suatu kompartemen serta fungsinya dalam perancangan studi ekotoksikologi menggunakankonsentrasi dan bentuk sediaan bahan kimia yang akan dikaji, harusdiapresiasi dan diberi perhatian (13).. 2.2.4 Tingkah Laku Bahan Kimia Fase Tunggal (Single-phase ChemicalBehavior) Sekali bahan kimia sintetis memasuki lingkungan, maka dia akanberaksi dan terutama dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan alam.Beberapa model telah digunakan untuk memprediksi dampak kekuatankekuatanalami terhadap pergerakan bahan kimia di lingkungan. Model inimembutuhkan penggabungan variabel-variabel abiotik, seperti: suhu,arah pergerakan dan kecepatan arus, radiasi
  • 14. 7 sinar matahari, tekananatmosfir, kelembaban dan konsentrasi bahan kimia dalam 4 matrikskompartemen, yaitu: atmosfir (udara), hidrosfir (air), litosfir (sedimen) dan biosfir (makhluk hidup). Pergerakan intraphase bahan kimia terdiri atas transfer biomas, difusi, atau dispersi dalam suatu fase, yangdisebabkan oleh perbedaan konsentrasi (gradient) medium. Oleh karenaitu, persistensi suatu bahan kimia pencemar merupakan fungsi daristabilitas bahan kimia dan transportasinya dalam suatu fase.Sedangkanstabilitas merupakan fungsi dari sifat fisika-kimia dan laju degradasi darisuatu bahan kimia dalam suatu fase, yang variasinya sangat luas di dalammaupun diantara kelompok bahan kimia.Stabilitas bahan kimia sulituntuk diprediksi dan jauh lebih tepat lewat observasi dibanding denganpemodelan (modeling).Sedang transportasi bahan kimia jauh lebih mudahdiprediksi, melalui jalur-jalur berikut (13).. a. Udara Jalur utama bahan kimia pencemar memasuki atmosfir adalahmelalui evaporasi, emisi gas industri dan sumber-sumber lain.Transportasi kontaminan diudara jauh lebih cepat di udaradibandingkan dalam air, terutama disebabkan oleh rendahnyaviskositas udara. Transportasi kontaminan di udara umumnya melaluiproses difusi. Kecepatan difusi di udara sekitar 100 kali lebih cepatdibandingkan yang terjadi pada air, dan merupakan fungsi viskositasfase dan keberadaan gradiasi konsentrasi.Daya difusi (diffusivity)bahan pencemar di udara bergantung pada berat molekulnyadibanding udara, suhu udara dan pemisahan molekul saat terjadibenturan, enerji dari hasil interaksi molekul di udara. Transportasikontaminan udara sebagai akibat hembusan dan arus anginberlangsung lebih cepat dibandingkan dengan proses difusi. Stabilitasatmosfir, yang dipengaruhi oleh transfer enerji panas dari permukaanbumi dan radiasi udara dingin dari lapisan awan, sangat berpengaruhterhadap jumlah turbulensi dan pencampuran vertikal kontaminan diudara. Pencampuran vertikal (vertical mixing) mencapai tingkatmaksimum ketika laju transfer panas lebih besar dari kondisi radiasiudara dingin, dan sebaliknya. Pada saat pencampuran vertikal minim,konsentrasi kontaminan yang tinggi terperangkap dekat permukaan bumi.
  • 15. 8 b. Air Kontaminan memasuki hidrosfir melalui jalur-jalur : aplikasilangsung, tumpahan, pembuangan limbah kering dan basah ataupergerakan interphase. Pergerakan bahan kimia dalam hidrosfir terjadimelalui difusi, dispersi atau terbawa oleh aliran massa air yang besar(advection). Pada setiap aliran, terdapat suatu lapisan batas yangbersifat stagnan pada setiap peralihan fase atau garis-batas buatan. Diatas lapisan ini, terdapat sekat-sekat yang menyebabkan aliran air berputar-melingkar, layaknya asap yang terhisap ke atas. Lapisan akhir yang berada di bagian paling atas membuat cairan mengalirdalam pengadukan keras (turbulensi). Sehingga jika air berada dalamkondisi stagnan (diam), maka bahan kimia akan bergerak dalammodus difusi molekul. Laju difusi ditentukan oleh sifat-sifat tetapseperti berat molekul kontaminan (solute), berat molekul air (solvent),suhu air, viskositas dan sifat-sifat dinamis dari bentangan gradasikonsentrasi bahan kimia. Sifat-sifat tersebut juga dikenal sebagai dayadifusi (diffusivity) dari kompleks kontaminan-air. Proses difusikontaminan dalam air beberapa kali lipat lebih cepat daripada yangterjadi di sedimen. Transportasi kontaminan dalam air didominasioleh turbulensi, sekalipun dalam keadaan yang nampak tenang airsenantiasa bergerak melingkar dalam bentuk kantong-kantong kecil(eddies) baik ke arah vertikal maupun horizontal. c. Sedimen Proses masuknya kontaminan ke litosfir, mirip dengan yangterjadi pada air. Sedimen memiliki porositas yang beragam sesuaipersentase komposisi penyusunnya (seperti : pasir, lanau, lempung,bahan organik), yang pori-porinya juga senantiasa diiisi oleh gas danlarutan. Pergerakan bahan kimia di dalam sedimen terjadi melaluiproses difusi melalui larutan tersebut, atau bergerak melalui celahcelahdiantara partikel sedimen. Partisi kontaminan yang terdapatdalam cairan dengan fraksi padat sedimen terjadi melalui prosesseperti yang terjadi pada kromatografi: dimana kelarutan bahan kimiapada air dalam pori tanah (pore waters), adsorpsi pada partikelsedimen dan kecepatan arus pore- waters sangat mempengaruhi lajutransportasi.Arah difusi selalu berasal dari konsentrasi tinggi ke daerah dengankonsentrasi rendah.Sehingga difusi bahan
  • 16. 9 kimia dalam sedimentergantung pada berat molekul, suhu sedimen, panjang aliran atau bidangdifusi, dan besaran gradasi konsentrasi. Kontaminan meninggalkansedimen melalui transportasi interphase atau proses dekomposisi.Transformasi kontaminan melalui proses degradasi mikroorganismesangat signifikan perbedaannya dengan yang terjadi baik pada airmaupun udara, disebabkan oleh perbedaan kerapatan dan keragamanmikroorganisme yang sangat tinggi dalam sedimen.Secara umum, pergerakan ke luar dari suatu bahan kimia(meninggalkan suatu kompartemen/fase) merupakan hasil darisejumlah reaksi, dan reaksi yang terpenting adalah fotodegradasi(pada fase air dan udara), hidrolisis (pada fase air) dan biodegradasi(pada fase air dan sedimen) (13).. 2.3 Pencemaran Air Mengenai kerusakan lingkungan merupakan hal yang layak untuk kita bicarakan.Telah banyak kerusakan yang terjadi pada lingkungan kita akibat dari ulah manuisa sendiri baik disengaja ataupun tidak disengaja.Kerusakan terhadap lingkungan misalnya saja Pencemaran air. Pencemaran air adalah masuknya atau di masukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkanya. Pencemaran air atau polusi air merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Sebagai contoh, meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi,air hujan selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2,O2 dan N2,serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa dari atmosfer. Air permukaan dan air sumur biasannya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg,Ca dan Fe.Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah. Air minum pun bukan merupakan air murni.Meskipun bahan-bahan tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air tersebut, tetapi air minum mungkin masih mengandung komponen-komponen terlarut (13)..
  • 17. 10 Pencemaran air ialah suatu keadaan perubahan tempat penampungan air seperti sungai, danau, ataupun laut yang disebabkan oleh manusia. Ada beberapa penyebab dari pencemaran air diantaranya:  Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.  Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan olehpembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.  Seperti limbah pabrik yang mengalir ke sungai Hingga saat ini, pencemaran air banyak disebabkan oleh limbah pabrik yang dengan sengaja dibuang ke sungai tanpa ada proses filtrasi terlebih dahulu. Limbah industri yang dibuang melalui sungai ataupun laut mengandung logam berat sehingga dapat memusnahkan ekosistem yang ada di sungai ataupun laut.Selain itu, limbah tersebut juga dapat menyebabkan masalah baru bagi kesehatan lingkungan dan masyarakat yang berada pada daerah sekitar aliran sungai. Dalam mengatasi pencemaran air ada beberapa upaya yang dapat dilakukan seperti : 1. Tidak membuang limbah industri ke sungai ataupun laut. 2. Membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk industri dan pabrik 3. Untuk keperluan rumah tangga bila terpaksa menggunakan air sungai maka sebaiknya air sungai di saring terlebih dahulu. Air dapat tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Komponen-komponen logam berat ini berasal dari kegiatan industri. Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan
  • 18. 11 logam berat antara lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat atau tinta warna,percetakan, bahan agrokimia dan lain-lain. Beberapa logam berat ternyata telah mencemari air, melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan (9). Adanya logam berat dalam lingkungan perairan telah diketahui dapat menyebabkan beberapa kerusakan pada kehidupan air.Di sampingitu terdapat fakta bahwa logam berat membunuh mikroorganisme.Hampir semua garam- garam logam berat dapat larut dalam air dan membentuk larutan sehingga tidak dapat dipisahkan dengan pemisahan fisik. Seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, maka semakin meningkat pula usaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang mengikutinya.Sehingga semakin variatif pula aktivitas manusia. Salah satunya aktivitas industri.Akan tetapi pertumbuhan industri ini memilikiefek samping yang kurang baik.Sebab industri-industri kecil tersebut pada umumnya membuang limbahnya langsung ke selokan atau badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu.Hal ini dapat menyebabkan pencemaran airkarena dalam limbah tersebut mengandung unsur toksik yang tinggi.Industri sablon merupakan salah satu industri penghasil limbah cair. Bahan pencemar industri sablon berasal dari proses pewarnaan,proses produksi film dan pelat processor. Bahan pencemar terdapat di tintawarna, bahan pelarut, bahan pencair dan bahan pengering.Bahanpencemar mengandung unsur/bahan kimia berbahaya seperti alkohol/aseton dan esternya serta logam berat seperti krom, cobalt,mangan dan timah.Industri Temenan Monjali Yogyakarta adalah salah satu penghasil limbah cair sablon.Kegiatan penyablonan masih banyak dilakukan dengan skala kecil sampai skala sedang atau dapat dikatakan sebagai usaha home industry/industri rumah tangga. Industri rumah tangga kurang mendapat pengawasan terhadap penanganan limbah cair. Sehingga memicu untukmembuang limbah cairnya langsung ke badan air (terutama selokan dansungai. Di dalam kegiatan penyablonan, air yang telah digunakan tidak boleh langsung dibuang ke sungai/selokan karena dapat menyebabkan pencemaran (9).. Krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang terkandung dalam limbah cair industri sablon.Krom bersifat toksik bagi kehidupan organisme air sehingga memiliki dampak negatif bagi lingkungan perairan. Salah satu cara
  • 19. 12 pengolahan limbah yang murah yaitu dengan penggunaan tanaman dan bagian- bagiannya untuk dekontaminasi limbah(fitoremidiasi). Tanaman yang digunakan adalah tanaman air yang memiliki kemampuan menyerap unsur toksik pada limbah cair sehingga diharapkan air yang dihasilkan aman untuk dimasukkan ke badan air.Eceng gondok memiliki kemampuan untuk mengolah limbah, baikitu berupa logam berat, zat organik maupun anorganik. Eceng gondok dapat dijadikan sebagai fitoremidiator pencemaran air karenakemampuannya dalam mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya(bioakumulator). Mudah dicari menjadi salah satu pertimbangan untuk menggunakantanaman ini sebagai bioakumulator limbah. Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan tumbuhan eceng gondok mampumenurunkan konsentrasi ammonia dalam air limbah rumah sakit secarasignifikan. Lama kontak tumbuhan eceng gondok mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap konsentrasi ammonia yang dihasilkan (13). 2.4 Pencemaran Tanah Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah (13). Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Komponen– komponen bahan pencemaran tanah separti:Limbah domestik, limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan
  • 20. 13 swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair. Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro- organisme di dalam tanah (13). Limbah industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah. Merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah. Limbah pertanian, Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut (13).
  • 21. 14 2.4.1 Dampak Pencemaran Tanah Pencemaran tanah memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang ekstrim dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama- kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Misalnya konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut (13). Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut (13). Timbulan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari karena: air sampah, bau dan estika. Timbulan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap
  • 22. 15 bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun.Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang (2).. Limbah cair rumah tangga berupa; tinja, deterjen, oli bekas, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah.Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu berkembang (2).. Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsungnya apabila pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan akibatnya oleh manusia. Dampak tidak langsung, apabila pencemaran tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun. Kondisinya dapat lebih parah lagi apabila daya dukung lingkungan sudah tidak mampu lagi menopang kebutuhan manusia, sehingga ancaman bencana lingkungan bagi kehidupan manusia tidak terhindar lagi. Sebagai contoh adalah kesuburan tanah sangat menurun sehingga mengganggu sektor pertanian yang berakibat menurunnya produksi pangan dan juga sumber air minum yang sehat sudah sulit didapatkan sehingga masyarakat kekurangan air untuk kebutuhan hidup sehari- hari berkembang (2). Agar dapat mengurangi Dampak Pencemaran Tanah, maka diperlukan Ambang Batas. Ambang Batas ialah Indicator pencemaran tanah yang dilakukan
  • 23. 16 dengan pengukuran apakah konsentrasi polutan sudah sampai ambang batas (baku mutu), sehingga membahayakan bagi organisme lainnya, atau masih di bawah ambang batas. Ambang batas(baku mutu) pencemaran tanah ditentukan oleh tiga indicator yaitu: a. Indikator Fisik Contoh indikator fisik yang menunjukan kualitas tanah, antara lain warma tanah, kedalaman lapisan atas tanah, kepadatan tanah, porositas dan tekstur tanah, dan endapan pada tanah. Berbagai polutan tanah dapat merubah sifat-sifat fisik tanah sehingga menurunkan kualitasnya. b. Indikator Kimia Nilai pH, salinitas, kandungan senyawa kimia organik, fosfor, nitrogen, logam berat, dan radioaktif merupakan contoh indicator kimia bagi tingkat polusi tanah. Nilai pH yang terlalu tinggi atau rendah dan salinitas serta kandungan berbagai senyawa kimia yang terlalu tinggi mengindikasikan telah terjadi polusi tanah. c. Indikator Biologi Cacing tanah merupakan salah satu indicator biologi pada pengukuran tingkat polusi tanahkeberadaan cacing tanah dapat meningkatkan kandungan nutrisi pada tanah yang akan menyuburkan tanah. Populasi cacing tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah habitatnya, seperti kondisi suhu, kelembapan, PH, salinitas, aerasi dan tekstur tanah. Pencemaran tanah akan menyebabkan perubahan kondisi tanah yang dapat mengakibatkan kematian pada cacing tanah.berkembang (2).
  • 24. 17 2.4.2 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Dampak Pencemaran Tanah Pencegahan dan penanggulangan Dampak Pencemaran Tanah merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti kedua tindakan dilakukan untuk saling mengisi, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan tindakan penanggulangan. Namun demikian pada dasarnya tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum tindaknya penanggulangan. Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat dilakukan sebagai berikut: Pada prinsipnya tindakan pencegahan adalah berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya antara lain : a) Membuang sampah pada tempatnya. Setiap rumah tangga dapat memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) dalam dua wadah yang berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir. b) Mengolah sampah organik menjadi kompos. Sistem pengomposan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Kompos merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan, Bahan yang dipakai tersedia (tidak perlu dibeli), Masyarakat dapat membuatnya sendiri (tidak memerlukan peralatan yang mahal), dan Unsur hara dalam pupuk kompos lebih tahan lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan. c) Sampah organik yang mudah rusak dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak d) Untuk bahan-bahan yang dapat didaur ulang, hendaknya dilakukan proses daur ulang, seperti kaca, plastik, kaleng, dan sebagainya.
  • 25. 18 e) Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Misalnya mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau daun jati. f) Melakukan proses pemurnian terhadap limbah industri sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan (9). 2.5 Eutrofikasi Eutrofikasi adalah proses pengayaan nutrien dan bahan organik dalam jasad air. ini merupakan masalah yang dihadapi di seluruh dunia yang terjadi di ekosistem air tawar maupun marin. Eutrofikasi memberi kesan kepada ekologi dan pengurusan sistem akuatik yang mana selalu disebabkan masuknya nutrient berlebih terutama pada buangan pertanian dan buangan limbah rumah tangga. Eutrofikasi dapat dikarenakan beberapa hal di antaranya karena ulah manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan.Hampir 90 % disebabkan oleh aktivitas manusia di bidang pertanian. Para petani biasanya menggunakan pestisida atau insektisida untuk memberantas hama tanaman agar tanaman tidak rusak. Akan tetapi botol – botol bekas pestisida itu dibuang secara sembarangan baik di sekitar lahan pertanian atau daerah irigasi. Hal inilah yang mengakibatkan pestisida dapat berada di tempat lain yang jauh dari area pertanian karena mengikuti aliran air hingga sampai ke sungai – sungai atau danau di sekitarnya. Emisi nutrien dari pertanian merupakan penyebab utama eutrofikasi di berbagai belahan dunia.Rembesan phospor selain dari areal pertanian juga datang dari peternakan, dan pemukiman atau rumah tangga.Akumulasi phospor dalam tanah terjadi saat sejumlah besar kompos dan pakan ternak digunakan secara besar-besaran untuk mengatur produksi ternakhewan (13). Beberapa deterjen mengandung phospat, oleh karana itu deterjen juga merupakan sumber pnyebab eutrofikasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus.Walaupun banyak undang-undang dan peratauran yang membatasi atau melarang penggunaan detergen yang mengandung phospat, namun sampai saat ini
  • 26. 19 belum berdampak pada eliminasi masalah eutrofikasi. Selain P (fosfor) senyawa lain yang harus di perhatiakan adalah nitrogen. Distribusi penggunaan pupuk nitrogen terus meningkat dar tahun ke tahun.Komponen nitrogen sangat mudah larut dan mudah berpindah di dalam tanah, sedangkan tanaman kurang mampu menyerap semua pupuk nitrogen. Sebagai akibatnya, rembesan nitrogen yang verasal dari pupuk yang masuk kedalam tanah semakin meluas, rembesan nitrogen yang berasal dari pupuk yang masuk kedalam tanah semakin meluas, tidak terbatas pada area sandy soil (9).. Sejumlah kelebihan nitrogen akan berakhir di air tanah. Konsentrasi nitrogen dalam bentuk nitrat secara bertahap meningkat di beberapa mata air di areal pertanian, yang akan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia yang mengkonsumsi air tersebut sebagai air minum.Dalam tanah, pupuk N akan dengan cepat melepas amonium dan nitrat. Nitrat sangat mudah larut (kelarutannya tinggi) sehingga mudah hilang melalui pelepasan.Hampir 30% N hilang melalui pencucian (leaching).Nitrat masuk kedalam air permuakaan melalui aliran air dibawah permukaan atau drainase dan masuk kedalam air tanah melalui penapisan lapisan tanah sebelah bawah.Pada umumnya konsentrasi N di perairan.Pada umumnya konsentrasi N di perairan meningkat (tinggi) pada saat pemupukan, terutama setelah hujan.Nitrogen dapat pula hilang sebagai amonia dari penggunaan sumber-sumber nutrien organik seperti pupuk, pupuk cair (slury).Adanya amonia di perairan dapat menjadi indikasi terjadinya kontaminasi oleh pemupukan yang berasal dari material organik.N tinggi juga berasal dari peternakan terbuka.Dari laporan penelitian di UK ditunjukkan bahwa area peternakan menghasilkan limbah N lebih dari 600 kg/ha/hari dan yang hilang/lepas ketanah dapat mencapai 200 kg/ha (21). Proseseutrofikasi merupakan proses alamiah dan dapat terjadi pada berbagai perairan, tetapi bila terjadi kontaminasi bahan-bahan nitrat dan fosfat akibat aktivitas manusia dan berlangsung terus menerus, maka proses eutrofikasi akan lebih meningkat. Kejadian eutrofikasi seperti ini merupakan masalah yang terbanyak ditemukan dalam danau dan waduk, terutama bila danau atau waduk tersebut berdekatan dengan daerah urban atau daerah pertanian.
  • 27. 20 Dilihat dari bahan pencemarannya eutrofikasi tergolong pencemaran kimiawi.Eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan kedalam ekosistem perairan.Eutrofikasi terjadi karena adanya kandungan bahan kimia yaitu fosfat (PO3-). Suatu perairan disebut eutrofikasi jika konsentrasi total fosfat ke dalam air berada pada kisaran 35- 100µg/L. Eutrofikasi banyak terjadi di perairan darat (danau, sungai, waduk, dll). Sebenarnya proses terjadinya Eutrofikasi membutuhkan waktu yang sangat lama (ribuan tahun), namun akibat perkembangan ilmu teknologi yang menyokong medernisasi dan tidak diiringi dengan kearifan lingkungan maka hanya dalam hitungan puluhan atau beberapa tahun saja sudah dapat terjadi eutrofikasi (13). Dampak eutrofikasi kematian massal ikan akibat arus balik, eutrofikasi dan blooming algae setiap tahun terjadi di perairan di Indonesia dengan kerugian yang besar. Di danau Maninjau pada Januari 2009 saja kerugian telah mencapai Rp 150 miliar dan menyebabkan kredit macet Rp 3,6 miliar. Kerugian ini akibat kematian ikan sekitar 13.413 ton dari 6.286 petak keramba jaring apung (KJA) dan menyebabkan 3.143 tenaga (1). Kondisi lebih jauh dari aktivitas manusia yang melepaskan fosfat dalam limbahnya adalah: penurunan kualitas air, estetika lingkungan, dan masalah navigasi perairan dan penurunan keanekaragaman organisme air. Senyawa produk yang dihasilkan bakteri anaerob seperti H2S, amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap dan anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk manusia. Beberapa penyakit akut dapat disebabkan oleh racun dari kelompok fitoplankton seperti Paralytic Shellfish Poisoning (PSP), AmnesicShellfish Poisoning (ASP), dan Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP).Ketiga racun tersebut mampu melumpuhkan sistem kerja otot, saraf, dan jantung biota perairan. Dampak eutrofikasi di perairan yaitu efek dari eutrofikasi moderat pada perairan yang miskin nutrien tidak bersifat negatif.Peningkatan pertumbuhan alga dan berbagai vegetasi dapat menguntungkan bagi kehidupan fauna akuatik.Salah satu contoh adalah produksi ikan meningkat.Jika eutrofikasi
  • 28. 21 terus berlanjut, pertumbuhan plankton menjadi sangat lebat, sehingga menutupi perairan. Proses ini akan mengakibatkan gelap di bawah permukaan air, dan kondisi ini berbahaya bagi vegetasi bentik. Problem yang serius akibat eutrofikasi ditimbulkan oleh petumbuhan alga sel tunggal secara hebat, proses dekomposisi dari sel yang mati akan mengurangi oksigen terlarut. Tanaman akuatik (termasuk alga) akan mempengaruhi konsentrasi O2 dan pH perairan disekitarnya (13). Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi pH dan oksigen terlarut menjadi besar pula. Hal ini akan menyebabkan terganggunya proses metabolik dalam organisme, yang akhirnya dapat menyebabkan kematian. Di perairan yang sangat kaya akan nutrien, produksi plankton dapat menjadi sangat berlebihan. Spesies plankton tertentu muncul secara berkala dalam kuantitas yang sangat besar, yang sering dikenal sebagai “algal bloom”. Beberapa alga tertentu dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap di perairan, dan mengakibatkan konsekuensi yang sama jika perairan menerima material organik dari sumber-sumber pencemar, yaitu sejumlah besar oksigen dalam air terkonsumsi ketika sejumlah besar plankton yang mati berpindah ke dasar perairan dan terdegradasi. Defisiensi oksigen dapat mengurangi kehiupan bentik dan ikan. Jika perairan bentik menjadi de-oksigenasi, hidrogen sulfid (HS) akan meracuni semua bentuk kehidupan di perairan. Akhirnya eutrofikasi berat dapat menimbulkan pengurangan sejumlah spesies tanaman dan hewan di perairan. 2.6 Teknik Pengolahan Limbah Cair Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan-bahan tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organic biodegradable, meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan estetika dan lingkungan. Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : (1) secara alami dan, (2) secara buatan. 2.6.1 Secara Alami Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan kolam stabilisasi.Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk
  • 29. 22 menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai.Kolam stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif (pengolahan air limbah yang tercemar bahan organik pekat), dan kolam maturasi (pemusnahan mikroorganisme patogen). Karena biaya yang dibutuhkan murah, cara ini direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang (8). 2.6.2 Secara Buatan Pengolahan air limbah dengan buantan alat dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).Pengolahan ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan).Primary treatment merupakan pengolahan pertama yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter (saringan) dan bak sedimentasi. Beberapa alat yang digunakan adalah saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan multimedia, percoal filter, mikrostaining, dan vacum filter. (8). Secondary treatment merupakan pengolahan kedua, bertujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat organik dalam limbah.Pengolahan limbah rumah tangga bertujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik, nutrisi nitrogen, dan fosfor.Penguraian bahan organik ini dilakukan oleh makhluk hidup secara aerobik (menggunakan oksigen) dan anaerobik (tanpa oksigen).Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai electon acceptor dalam air limbah.Selain itu, aktivitas aerobik ini dilakukan dengan bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak mengandung bakteri pengurai.Hasil akhir aktivitas aerobik sempurna adalah CO2, uap air, dan excess sludge.Secara anaerobik, penguraian bahan organik dilakukan tanpa menggunakan oksigen.Hasil akhir aktivitas anaerobik adalah biogas, uap air, dan excess sludge.Tertiary treatment merupakan lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu penghilangan nutrisi atau unsur hara, khususnya nitrat dan posfat, serta penambahan klor untuk memusnahkan mikroorganisme pathogen (8).
  • 30. 23 Dalam pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alami atau secara buatan, perlu dilakukan berbagai cara pengendalian antara lain menggunakan teknologipengolahan limbah cair, teknologi peroses produksi, daur ulang, resure, recovery dan juga penghematan bahan baku dan energi .Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan peencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan. Tabel 2.2 Batasan Air Limbah untuk Industri Parameter Konsentrasi (mg/L) COD 100 – 300 BOD 50 – 150 Minyak nabati 5 – 10 Minyak mineral 10 – 50 Zat padat tersuspensi (TSS) 200 – 400 pH 6.0 – 9.0 Temperatur 38 – 40 [ ˚C] Ammonia bebas (NH3) 1.0 – 5.0 Nitrat (NO3-N) 20 – 30 Senyawa aktif biru metilen 5.0 – 10 Sulfida (H2S) 0.05 – 0.1 Fenol 0.5 – 1.0 Sianida (CN) 0.05 – 0.5 (Metcalf and Eddy, 1991).
  • 31. 24 2.7 Metode Pengolahan Air Limbah Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.Apapun macam teknologi pengolahan air limbah industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh perusahana setempat.Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi tiga metode pengolahan: 1. pengolahan secara fisika 2. pengolahan secara kimia 3. pengolahan secara biologi Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi (8). 2.7.1 Pengolahan Secara Fisika Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.  Pemisahan Cair - Padatan  Penapisan  Presipitasi  Filtrasi  Flotasi  Filtrasi
  • 32. 25  Filter membran  Filtrasi lambat  Filtrasi cepat  Tipe bertekanan  Tipe gravitasi  Mikro filter  Ultra filter  Reverse osmosis dll 2.7.2 Pengolahan Secara Kimia Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam- logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.  Netralisasi  Penukar ion  Koagulasi & Flokulasi  Alumina aktif  Karbon aktif  Adsorbsi  Oksidasi dan/atau Reduksi  Aerasi  Ozonisasi  Elektrolisis  Oksidasi kimia/reduksi, dll
  • 33. 26 Buangan dari pabrik berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini menyangkut pula dengan perbedaan bahan baku,perbedaan proses. Suatu pabrik sama-sama mengeluarkan limbah cair namun terdapat senyawa kimia yang berbeda pula. Karena banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan pabrik lain maka banyak pula sistem pengolahan. Demikian banyak macam parameter pencemar dalam suatu buangan, akibatnya membutuhkan berbagai tingkatan proses pula. Limbah memerlukan penanganan awal.Kemudian pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan akan turut menentukan pengolahan kedua, ketiga dan seterusnya (8). Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan akan turut mempengaruhi pengolahan berikutnya. Di dalam penetapan pilihan metode keadaan limbah sudah seharusnya diketahui sebelumnya.Parameter limbah yang mempunyai peluang untuk mencemarkan lingkungan harus ditetapkan.Misalnya terdapat senyawa fenol dalam air sebesar 2 mg/liter, phosphat 30 mg/liter dan seterusnya.Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah maka dapat ditetapkan metode pengolahan dan pilihan jenis peralatan.Sekali sudah ditetapkan metode dan jenis peralatan maka langkah berikutnya adalah sampai tingkat mana diinginkan menghilangkan/ penguranga senyawa pencemarnya (9). 2.7.3 Pengolahan Secara Biologi Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor); 2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor). Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
  • 34. 27 berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan (8). Kolam oksidasi danlagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi.Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalamlagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan.Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain: 1. trickling filter 2. cakram biolog 3. filter terendah 4. reaktor fludisasi Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis: 1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen; 2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen
  • 35. 28 Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob.Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis (8). Pengolahan Biologi diantaranya :  Pengolahan aerob  Anaerobic treatmnt  Pencerna anaerobik  Proses UASB  Proses lumpur aktif  Aerasi  Saluran oksidasi  Proses bebas bulki  Metode standar  Proses nitrifikasi dan denitrifikasi  Pengolahan film biologi  Lagoon  Cakram biologi
  • 36. 29 BAB III Hasil 3.1 Hasil Sampling yang kami lakukan pada saluran prmbuangan limbah cair pusat perbelanjaan modern Qmal Banjarbaru, kemudian kami melakukan penelitian terhadap sampel tersebut di laboratorium Fakultas Perikanan UNLAM Banjarbaru dan didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3.1 hasil uji sampel limbah cair Qmall Banjarbaru No Parameter Hasil Sampel sebelum pengolahan Hasil Sampel Setelah pengolahan 1 pH 6,7 6,6 2 COD 700 6,31 3 BOD 827,8 12.04 Keadaan pengolahan limbah di Qmall cukup terorganisir. Limbah - limbah cair yang dihasilkan dari restoran dan lainnya dialirkan melalui pipa sekunder yang kemudian disatukan dalam pipa primer dan diendapkan di 2 bak pengendap, yang selanjutnya dimasukkan dedalam bak pengolahan dengan bio filtrasi yang sudah dibeli jadi. Setelah melewati pengolahan bio filter limbah tersebut dialirkan ke sungai terdekat. 3.2 Pembahasan Angka BOD, COD, dan TSS merupakan ukuran bagi pencemaran air. Total suspended solid (TSS) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi yang berpengaruh pada tingkat kekeruhan air. BOD dan COD merupakan parameter pencemar air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat maupun
  • 37. 30 tidak dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (1). a. BOD Pemeriksaan BOD dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro- Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlett air limbah menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar BOD sebanyak Mg/L. b. COD Pemeriksaan COD dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro- Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlet air limbah menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar COD sebanyak 693.69. c. pH Pemeriksaan pH dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro- Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlet air limbah menunjukan bahwa pH menjadi 6.7. Air limbah mall berasal dari limbah dari toilet dan limbah cair restoran.Jumlah pengunjung pusat pertokoan memungkinkan lebih dari 1000 pengunjung per hari. Scara teoritis, debit air limbah bisa dihitung dari pendekatan 50-80% penggunaan air bersih. Air limbah yang dihasilkan dari mall termasuk dalam air limbah yang bersumber dari kegiatan ekonomi yang berpotensi mencemari lingkungan, khususnya sungai sebagai badan air penerima. Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa suatu kegiatan diwajibkan untuk mengolah dan mengelola limbah yang dihasilkan wajib memenuhi standar baku mutu untuk menjaga kelestarian lingkungan. Oleh karena itu effluent yang akan dibuang ke badan air harus memenuhi baku mutu yang tercantum dalam Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Industri atau kegiatan Usaha lainnya di Kalimantan Selatan sesuai dengan golongan badan air yang akan menerima air buangan. Berikut Baku mutu air limbah bagi kegiatan Hotel dan pusat perbelanjaan yang terdapat pada lampiran dari Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan no 36 tahun 2008 yang diperuntukan dibuang ke badan sungai :
  • 38. 31 Tabel 3.2 Baku mutu Air Limbah Pusat Perbelanjaan No Satuan Kadar maksimum COD Mg/l 25 BOD Mg/l 50 TSS Mg/l 50 Minyak dan lemak Mg/l 10 pH 6-9 Dari data hasil uji laboratorium yang didapatkan, maka limbah cair hasil pengolahan pusat perbelanjaan Qmall Banjarbaru berada dibawah baku mutu yang ada. Sehingga limbah cair tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar badan sungai baik ekosistem ataupun masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pihak Qmall melakukan pengolahan limbah cair dengan sangat baik mengunakan mesin bio filtrasi yaitu dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang telah diisi dengan media penyangga untuk pengembangbiakkan mikroorganisme dengan atau tanpa aerasi. Untuk proses anaerobik dilakukan tanpa pemeberian udara atau oksigen. Biofiler yang baik adalah menggunakan prinsip biofiltrasi yang memiliki struktur menyerupai saringan dan tersusun dari tumpukan media penyangga yang disusun baik secara teratur maupun acak di dalam suatu biofilter. Adapun fungsi dari media penyangga yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya bakteri yang akan melapisi permukaan media membentuk lapisan massa yang tipis (biofilm). Bakteri tersebut yang akan membantu mengurangi kadar COD dab BOD dalam limbah dengan cara disegradasi. €
  • 39. 32 BAB IV Penutup 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari mall ini adalah 1. Limbah cari Q-mall setelah pengolahan dengan bio filtrasi berada di bawah baku mutu air limbah pusat perbelanjaan dan hotel yang di tetapkan oleh Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan NO. 036 Tahun 2008. 2. Pada air limbah yang belum dimasukkan kedalam bio fitrasi kadar BOD sebesar 827,8 mg/L, setelah diolah BOD menjadi 12,04 mg/L. 3. Pada air limbah yang belum dimasukkan kedalam bio fitrasi kadar COD sebesar 700 mg/L, setelah diolah COD menjadi 6,31 mg/L. 4. Pada air limbah yang belum dimasukkan kedalam bio fitrasi kadar pH sebesar 6,7 menjadi 6,6. 4.2 Saran 1. Diharapkan pihak Qmall dapat melakukan pemeriksaan peralatan pengolahan limbah dan juga pengecekan pada air limbah yang belum dikelola dan sudah dikelola secara berkala, agar kualitas air limbah yang sudah dikelola tetap terjaga kualitas airnya dan tetap dibawah baku mutu yang sudah ditetapkan. 2. Perlu pemaksimalan proses dengan memperhatikan waktu tinggal yang cukup sehingga perombakan limbah tersebut menjadi maksimal. 3. Dilakukan pengecekan pH secara berkala agar pH tetap stabil sehingga mikroba yang digunakan dapat bekerja secara maksimal. 4. Dilakukan pembersihan saluran aliran limbah sehingga tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang mengendap pada aliran tersebut.
  • 40. 33 DAFTAR PUSTAKA (1)Anonim., 2001. Water Environment Management in Japan. Water Environment (2)Anwar Hadi (2007) Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. (3)Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. (4)Chadirin, Y. 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat Kuliah. Dep. Tek. Pertanian.IPB. Bogor (5)Department Environmental Management Bureau, Ministry of the Environment. (6)Edahwati, L dan Suprihatin. 2009. Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi dan Filtrasi pada Pengolahan Limbah Industri Perikanan. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan (7)Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius.Yogyakarta. (8)Grady, Jr., C.P.L. and Lim, H.C., 1980. Biological Wastewater Treatment, theory and application. Marcel Dekker, Inc. New York and Basel. (9)Hardiansyah, F. 2014. Penelitian Kuantitas dan Kualitas Air Limbah Pada 2 (dua) Pusat Pertokoan di Kota Surabaya. Tugas Akhir di Jurusan Teknik Lingkungan FTSP – ITS. Surabaya. (10)Haryanti, Sri, Nintya Setiari, Rini Budi Hastuti, Endah Dwi Hastuti, dan Yulita Nurchayati. 2009. Respon Fisiologi dan Anatomi Eceng Gondok di Berbagai Perairan Tercemar. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi.
  • 41. 34 (11)Herlambang, A. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (BPPT) dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Samarinda (12)Herlambang, A dan R. Marsidi. 2003. Proses Denitrifikasi dengan Sistem Biofilter untuk Pengolahan Air Limbah yang Mengandung Nitrat. Jurnal Teknologi Lingkungan (13)Kasjono, H.S. dan Yasril. 2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. (14)Metcalf and Eddy., 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse, 3rd Eddition. Singapore: McGraw-Hill Book Co. (15)Metcalf dan Eddy, Inc. 2003. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse. McGraw-Hill, Inc: USA. (16)Priyono, Andika T. 2007. Pengaruh PistiastratiotesL. Dalam Peningkatan Kualitas Air. Skripsi. IPB. Bogor (17)Said, N. 2005. Aplikasi bioball untuk media biofilter strudi kasus pengolahan air limbah pencucian jeans. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (BPPT). Jurnal (18)Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-Press. Jakarta (19)Supradata. 2005. Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias (CyperusalternifoliusL.) Dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (SSF-Wetlands). DesertasiDoktor. UNDIP. Semarang. (20)Tchobanoglous, G., Burton, F.L.,1991. Advanced Wastewater Treatment. Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse. McGraw-Hill. Inc, Singapore. (21)Tri Apriadi, 2008. Jurnal Kombinasi bakteri dan tumbuhan air sebagai bioremediator dalam mereduksi kandungan bahan organik limbah kantin. INSTITUT Pertanian Bogor
  • 42. 35 (22)Qmalbanjarbaru.com/about/us/profil. Diakses tanggal 24 pukul 15.32 WITA (23)Widyaningsih, Vini. 2011. Pengolahan Limbah Cair Kantin Yongma. Skripsi.UI. Depok (24)Winkler, M.A.,1981. Biological Treatment of Wastewater. Department of Chemical Engineering University of Survey. England : Chichester Halsted Press, John Willey & Sons. (25)Wijeyekoon, S., Mino T., Satoh, H., dan Matsuo, T. 2000. Growth and novel Structural (26)Wijeyekoon, S., Mino T., Satoh, H., dan Matsuo, T. 2000. Growth and novel Structural features of tubular biofilms. Journal water science and technology.
  • 43. 36 LAMPIRAN Biofilter pengoahan limbah cair Air limbah sebelum masuk dalam pengolahan
  • 44. 37 Uji Lab. Di Fakultas perikanan Perhitungan BOD, COD, pH