SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem
Satu Deraja Kekebasan (DOF)
Rani Hendrikus
Dosen tetap Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira
Abstrak
Respon linier dan non linier dari 2 bangunan bangunan 1 DOF masing masing dengan periode great
(T) 0.4 detik dan 0.5 detik telah dilakukan. Rekaman gempa Loma Prieta 1989 telah dipilih dan telah
disesuikan dengan kurva respon spektrum target yaitu spektrum respon gempa dengan nilai Ss = 1.25
g dan S1 = 0.4 g serta jenis tanah sedang (SD). Pegas struktur bangunan dimodelkan sebagai pegas
non-liner dari Takeda yang dimodifikasi. Adapun hasil penting dari studi ini adalah: pertama, metode
penjumlahan seperti dalam persamaan-1 hanya cocok untuk menentuka waktu benturan,
tetapi tidak cocok untuk menentukan besar dilatasi. Kedua, metode ultimit yakni metode
tranformasi perhitung deformasi pada kondisi elasti selanajutnya dikalikan dengan factor
pengalih Cd/Ie, hanya dapat digunakan dalam kondisi banguna yang tidak mengalami
deformasi inelastik yang besar. Ketiga, perubahan pola respon bangunan pasca inelastic bisa
sangat signifikan, dan dapat berpengaruh terhadap peluang bentuan antara bangunan.
Kata kunci: benturan, dilatasi, respon spektrum, gempa desain dan gempa rencana
1. Latar belakang
Pada saat terjadi gempa, bangunan berdekatan dapat saling berbenturan. Kejadian ini tidak jarang
menimbukan kerusakan yang hebat pada salah satu atau kedua bangunan, sebagaimana yang telah
dilaporkan dari penelitian lapangan (6,7,8,9,17,18,19,21). Sebagai contoh, pola kerusakan akibat kasus
ini dapat dilihat pada gambar-01.
(a) Runtuhnya Tower Tangga Rumah Sakit
Olvie View, gempa San Fenando 1971
(b) Runtuhnya lantai atas Hotel Mexico
City’s, gempa Meksiko 1985
Gbr.01 Runtuhnya bangunan akibat dilatsi tidak memadahi
Union Building Code (UBC) merupakan salah satu code yang telah melihat bahaya ini sejal awal tahun
1950-an (2,5), yaitu dengan mulai mengatur ketentuan jarak minimal antara bangunan sebagai
berikut: jarak mimimal antara bangunan 25 mm untuk tinggi bangunan sampai dengan 6 meter, dan
tambah 12.5 mm setiap kenaikan 3meter tinggi bangunan. Dasar penggunaan formula ini tidak jelas,
yang akhirnya pada penerbitan berikutnya tidak dicantumkan lagi angka-angka tersebu. Dimana pada
beberapa periode penerbitan berikutnya, UBC hanya mencantukan masalah dilatasi sebagai suatu
maslah desain bangunan yang harus perhatian.
Runtuhnya Rumah Sakit Olive View pada gempa San Fernando 1971,mendorong studi intensif
mengenai masalah drif dan diltasi (seismic sparation). Di mana akhirnya pada UBC-1979 (4) formulasi
masalah drift dam dilatasi sesara tegas dinyatankan dalam code. Pada code ini drift (selisih simpangan
antara tingkat) bangunan dibatasi 0.005 Hi (Hi : tinggi lantai). Simpangan harus dihitung dengan riil
sesui dengan sifat fisik dan mekanik struktur. Dan simpang pada keadaan beban maksimum Ux,i, harus
dihitung dengan mengalikan simpangan riil dengan factor 1.0/K, di mana K berkaitan dengan
daktailitas system (antara 0.67 atau 0.8). Sehingga jarak bersih bangunan minimal sama dengan
jumlah simpangan maksimum kedua bangunan ditambah selang keamanan.
Jika dilakukan analisis respon riwayat waktu, dilatasi dapat dihitung menggunakan formula yang sama
dengan formula untuk menentukan waktu benturan atau time collision (11,20) seperti dalam
persamaa-1
𝑆𝑆𝐴,𝐡 = π‘ˆπ΄,𝑑 βˆ’ π‘ˆπ΅,𝑑 … … … … … … . . (1)
Formula di atas dikenal juga dengan formula ABS. Jarak dilatasi minimum merupakan hasil
pengurangan yang memberikan nilai positip terbesar.
Saat ini ASCE 7-16 (1) dan SNI 1726-19 (3) menggunakan formula SRSS untuk menentukan besar
simpangan maksimum. Dengan demikian formula yang sama juga dapat dipakai untuk menentukan
kebutuhan dilatsi minimum antara bangunan. Formula SRSS diperlihatkan dalam persamaan -2.
π‘ π‘ π΄βˆ’π΅ = √(π‘ˆπ΄,π‘šπ‘Žπ‘₯)
2
+ (π‘ˆπ΅,π‘šπ‘Žπ‘₯)
2
…….. (2)
Formula ini dianggap rasional untuk mengkaver kemungkinan geraka out-of-phase dari kedua
bangunan.
Peristiwa benturan antara bangunan selain dipengaruhi oleh besar dilatasi tetapi juga dipengarui oleh
ada tidaknya pola gerak out of phase dari dua bangunan yang berdekatan, karena itu studi yang
mendalam terhadap model sederhana membatu melihat dengan jelas pola dan peluang beturannya.
2. Tujuan
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahu pola dan pelauang benturan antara bangunan
yang berdekatan dengan melakukan kajian terhadap respon perpindahan elastis dan non-linier linier
bangunan. Untuk mencapai tujuan utama ini berikut ini adalah tujuan antara atau sasaran bertahab
yang harus diperoleh
1. Menentukan respon perpindahan masing-masing bangunan
2. Menghitung jarak dilatasi minimal jika bangunan A dan bangunan B mengalami Gerakan saling
menutup.
3. Menghitung kebutuhan dilatsi menggunakan pendekatan SRSS
4. Banding hasil antara ketiga tinjauan di atas
3. Batasan Masalah
1. Studi dilakukan terhadap model bangunan satu derajat kebebasan dengan periode getar
masing-masing 0.4 detik dan 0.5 detik (mewakili mode pertama bangunan dengan ketinggian
yang sama, sekitar 4 atau 5 lantai)
2. Menggunakan Metode Analisis Respon Riwayat Waktu non-linier
3. Model non-linier Takeda digunakan sebagai model dari pegas bangunan A dan B
4. Rekaman gempa yang digunakan adalah gempa Loma Prieta 1989
4. Model Studi
4.1. Model Bangunan
1. Bangunan A : T = 0.4 det dan Bangunan B : T = 0.5 det
Gbr.02 Model Bangunan
Jumlah bangunan yang dijadikan model studi ditunjukan dalam tebel-01
Tabel-01 Model bangunan
Tabel-02 Perhitungan para meter Takeda
2. Fungsi bangun : Rumah sakit menggunakan system struktur : Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)
3. Parameter struktur: SRPMK, R = 8, Ξ©0 = 3 dan 𝐢𝑑 = 5.5 dan SRKMB,R = 3, Ξ©0 = 3 dan 𝐢𝑑 =
2.5
Elasti Daktai
SR SR
- 0.150
- 0.400
- 0.150
- 0.400
Catatan: SR = Py/mg
A
B
SRPMK
SRPMB
SRPMK
SRPMB
Model Sistem Struktur
P-STR Nilai Satuan Parameter Nilai Satuan
R 8 Sa = SDS 0.8 m*g 980000 N
OMG 3 g 9800 mm/de2 Py 147000 N
Cd 5.5 m 100 N/det2/mm SR = Py/mg 0.150
Ie 1.5 Pe = Sa*g*m 784000 N
Py = Pe/(Cd/Ie) 147000 N
R 3 Sa=SDS 0.8 m*g 980000 N
OMG 3 g 9800 mm/de2 Py 392000 N
Cd 2.5 m 100 N/det2/mm SR = Py/mg 0.400
Ie 1.5 Pe = Sa*g*m 784000 N
Py = Pe/(Cd/Ie) 392000 N
Data Karakteristik
Struktur
Gaya Elastik (Pe) & Gaya Leleh (Py) Parameter Takeda
FRSP
Sistem Rangka Pemikul Momen
Biasa (SRPMB)
FROD
Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK)
Sistem Struktur
4. Untuk respon non-liner kekakuan bangunan menggunakan model Takeda, sedangan untuk
respon liner menggunakan kekakuan elatis. Rancangan Parameter Takeda yang disesuiakan
dengan kurva respon spektrum dan karakteristik struktur (R dan Ie). Hasil perhitungan
parameter Takeda yang akan digunnakan dalam studi ini ditunjukan dalam table-02
Gbr. 03 Model Takeda
4.2. Model Beban
Percepatan gempa rencana diperoleh dari data base rekaman gempa program PRIM. Rekaman gempa
tersebut disesuaikan dengan spektrum respon gempa rencana untuk tanah sedang atau kurang lebih
diberih factor skala 0.842 untuk mendapatkan nilai perceparan di daerah flat (SDS) sebesar 0.8g.
Gambar 04 merupakan riwayat percepatan gempa Loma Prierat yang telah dikoreksi, dan gambar 05
merupakan kurva spektrum gempa rencana gempa Loma Prieta 1989.
Ada dua jenis rekaman gempa yang akan digunakan. Pertama, rekaman gempa yang diperlihatkan
dalam gambar 04, selanjutnya disebut β€œmodel beban-1”. Rekam gempa ini merupakan rekaman
gempa yang dimodelkan untuk mendapatkan kurva spectrum respon gempa rencana, gambar 05. Dan
karena itu rekaman gempa ini akan digunakan untuk mementukan besar deformasi struktur daktail
yang telak dimodelkan dengan model histeretik Takeda. Kedua rekaman gempa desain, di mana
rekaman gempa rencana yang terdapat pada gambar 04 dibagi dengan factor R/Ie, selanjunya disebut
β€œmodel beban-2”. Rekam gempa ini dunakan untuk menentukan respon struktur (bangunan A dan B)
yang respon secara elastis penuh.
Gambar 04 Data percepatan gempa Loma Prieta (Model beban gempa-1)
Gbr.05 Spektrum respon gempa rencanan (SRGR)
Gbr.06 Percepatan gempa Loma Prieta setelah dikoreksi dengan Cd/Ie
Gbr.07 Spektrum respon gempa elastis - SRGE = SRGRΓ— (𝐼𝑒 𝑅
⁄ )
4.3. Metode Analisis
Proses analisis diawali dengan memilih rekaman gempa dan karateristik site, khususnya nilai Ss, S1,
dan jenis tanah. Untuk studi ini dipilih site dengan niali Ss = 1.25 g, S1 = 0.4 g dan kondisi tanah di
bawah bangunan merupakan tanah sedang. (SD).
Gbr. 08 Prosedur analisis
Respon struktur dianalisis dengan menggunakan Metode Analisis Riwata Waktu (Time History
Analysis).
Output utama dari analisisi Riwayat waktu adalah riwatat perpindahan. Selanjutnya data Riwayat
perpindahan dua model bangunan (A dan B) di sandingkan dan dilihat potensi benturan dana
kebutuhan dilatasi dari du model yang disandingka tersebut. Proses ini dilakukan terhadap semua
kombinasi model struktur khususnya kombinasi yang melibatkan getar struktur (T), model beban dan
R (P1/mg). Hasil-hasil tersebut di diskusikan dan selanjunya di simpulkan.
5. Hasil Studi
5.1.Respon static Bangunan
Yang dimaksud dengan respon static bangunan adalah respon bangunan A dan B terhadap beban
static ekivalen, baik untuk SRPMK maupun SRPMB. Data ini dapat dipandang sebagai benchmark
respon struktur dan kebutuhan dilatsi antara bangunan.
Perpindahan struktur bangunan A dan B serta kebutuhan dilatasi minimum untuk kedua tipe system
struktur dihitung secara satik dengan menggunakan spektrum gempa desain, SRGE) (SRGE = SRGR * (
R/Ie). Perhitungan deformasi lateral dengan metode static ekivalen dan perhitungan kebutuhan
dilatasi pada kondisi ultimit diperlihatkan dalam table 02 dan 03.
Tabel-02 Kebutuhan dilatasi bangunan SRPMK, dihihitung dari SRGE
Table-02 menyajikan perhitungan perpindahan lateral bangunan A dan B dari SRPMK. Di mana
diperoleh nilai perpindahan (UA,e & UB,e) masing-masing sebesar 5.96 mm dan 9.31 mm. Untu SRPMB
nilai perpindahannya disajikan dalam table-03, dimana nilai perpindahn bangunan A dan B adalah
sebesar 15.89 mm dan 24.82 mm.
M = 100 = 100
K = 24674.01 = 15791.7
w = 15.71 = 12.57
T = 0.40 = 0.50
R = 8.00 = 8.00
Ie = 1.50 = 1.50
Sa = SDS = 0.80 g = 0.80 g
Sa,e = 0.15 = 0.15
P = 147000 = 147000
UA,e 5.96 9.31
UA,e = 5.96 = 21.84
UB,e = 9.31 = 34.13
SSELS = 11.05 = 40.52
Sa= SDS
R
Ie
KEBUTUHAN DILATASI (SS) PADA SRPMK
(Secara statiik, Berdasarkan Spektrum Respon Gempa Elastik, SRGE)
SSULT mm
UA,e * (Cd/Ie)
UB,e * (Cd/Ie)
KEBUTUHAN SS (ELASTIS) KEBUTUHAN "SS" (ULTIMIT)
mm
N
mm
mm
mm
det
g
N
mm
mm
mm
det
g
UB,e
T
Sa,e
P
Bangunan A, T= 0.4 det Bangunan B T = 0.5 det
N-det2
/mm
N/mm
rad/det
N-det2
/mm
N/mm
rad/det
M
K
w
Tabel-03 Kebutuhan dilatasi bangunan SRPMB, dihihitung dari SRGE
Keempat nilai perpindahan di atas merupakan nilai perpindahan elastic. Sehingga untuk mendapat
nilai perpindahan ultimit, nilai tersebut harus dikalikan dengan factor Cd/Ie. Dengan cara ini diperoleh
perpindahan ultimit dan sekaligus kebutuhan dilatasi minimum pada keadaan ultimit seperti yang
disajikan pada kedua tabel yang sama. Dari perhitungan yang disajikan pada kedua table terebut
diperoleh ketuthan dilatasi minimum antara kedua bangunan adalah sebesar 40.52 mm untuk SRPMK
dan 58.94 mm untuk SRPMB.
5.2.Analisa Respon Riwayat Waktu
5.2.1. Respon Perpindahan Elastis
Respon perpindahan elatik yang dimaksudkan di sini adalah respon perpindahan bangunan A dan B
akibat beban gempa sebesar Model Beban-2 atau SRGE. Di mana besar beban diperoleh dengan
membagikan Model Beban-1 deengan (R/Ie).
5.2.1.1. Riwayat Perpindahan Elastik SRPMK
Hasil perhitungan respon perpindahan elastic pada bangunan A dan B yang dimodelkan sebagai
SRPMK diperlihatkan dalam gambar 09. Sedangkan estimasi perpindahn ultimit berdasarkan
perpindahan elastis ditunjukan dalam gambar 10. Besar pepindahan elastik ini lebih kecil dibandingan
dengan perpindahan elastic dengan metode static ekivalen.
M = 100 = 100
K = 24674.01 = 15791.7
w = 15.70796 = 12.5665
T = 0.40 = 0.50
R 3.00 3.00
Ie 1.50 1.50
Sa = SDS 0.80 g 0.80 g
Sa,e = 0.4 = 0.4
P = 392000 = 392000
UAe 15.89 24.82
UA,e = 15.89 = 31.77
UB,e = 24.82 = 49.65
SSELS = 29.47 = 58.94
R
Ie
Sa= SDS
mm UB,e * (Cd/Ie) mm
mm SSULT mm
KEBUTUHAN SS (ELASTIS) KEBUTUHAN "SS" (ULTIMIT)
mm UA,e * (Cd/Ie) mm
N P N
mm UB,e mm
det T det
g Sa,e g
N/mm K N/mm
rad/det w rad/det
KEBUTUHAN DILATASI (SS) PADA SRPMB
(Secara statiik, Berdasarkan SRGE)
Bangunan A, T= 0.4 det Bangunan B T = 0.5 det
N-det2
/mm M N-det2
/mm
Gbr.09 Riwaya perpindah elastis akibat Model Beban – 2
Gbr.10 Respon perpindahan ultimit akibat beban gempa Model-2
Tabel-06 Rangkuman perpindahan maksimum model bangunan SRPMK
5.01
-6.14
9.15
-9.02
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
perpindahan
(mm)
t (det)
Respon Perpindahan Elastik Bangunan A & B
Akibat Model Beban Gempa-2 (U(A,B),e)
UA,e UB,e
33.56
-32.70
18.30
-22.19
-25.00
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
perpindahan
(mm)
t (det)
Respon Perpindahan Ultimit Bangunan Unit A &B
U(A,B),ULT = U(A,B),e) * Cd/Ie
UB,ULT UA,ULT
Elastik
Ultimu
Perpindahan (+) 18.30 33.56
Perpindahan (-) -22.19 -32.70
Perpindahan (-) -6.14 -9.02
Arah Perpindahan
Bangunan A Bangunan B
(mm) (mm)
Perpindahan (+) 5.01 99.15
5.2.1.2. Riwayat Perpindahan Elastik pada SRPMB
Gambar 11 menunjukan perpindahan bangunan A dan B yang dimodelkan sebagai SRPMB. Sedangkan
gambar 12 menunjukan estimasi perpindahan ultimit berdasarkan perpindahan elastic pada gambar
11. Sama seperti pada model SRPMK, nilai perpindahan bangunan A lebih kecil dibandingan dengan
bangunan B. Sedangkan bila dibandingan dengan perpindahan pada SRPMK, baik bangunan A
mmaupun bangunan B, besar perpindahan pada SRPMB lebih besar dibandingan dengan perpindahan
yang terjadi pada SRPMK
Gbr.11 Riwaya perpindah elastis akibat Model Beban – 2
Gbr.12 Respon perpindahan ultimit akibat beban gempa Model-2
13.37
-16.38
24.40
-24.04
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
perpindahan
(mm)
t (det)
Respon Perpindahan Elastik Bangunan A & B
Akibat Model Beban Gempa-2 (U(A,B),e)
UA,e UB,e
22.28
-27.29
40.67
-40.07
-50.00
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
perpindahan
(mm)
t (det)
Respon Perpindahan Ultimit Bangunan Unit A &B
U(A,B),ULT = U(A,B),e) * Cd/Ie
UA,ULT UB,ULT
Tbel-07 Rangkuman perindahan maksimum
5.2.2. Riwayat Perpindahan Bangunan dengan Model Pegas non linier (Takeda)
Beban gempa yang digunakan pada kasus ini adalah beban gempa rencana atau Model Beban-1
(SRGR). Sedangkan model bangunannya menggunakan bangunan A dan B dengan pegas Takeda yang
dimodifikasi.
5.2.2.1. Riwayat Perpindahan Non-Linier Linier pada SRPMK
Gambar 13, 14 dan 15 menunjukan respon bangunan A dan B (dengan pegas Takeda yang
dimodifikasi) ketika menerima beban gempa. Gambar 13 memperlihatkan pola perpindahan
dari bangunan yang bebabani oleh ModelBeban-2. Dari gambar tesebut dapat dilihat bahwa
bangunan B sudah mengalam respon inelastic walaupun beban yang digunakan masih
merupakan beban gempa desain (model beban-2).
Gbr.13 Respon perpindahan bangunan A & B (pegas Takeda, beban gempa Model-2)
Ultimu
Perpindahan (+) 22.28 40.67
Perpindahan (-) -27.29 -40.07
Perpindahan (+) 13.37 24.40
Perpindahan (-) -16.38 -24.04
Arah Perpindahan
Bangunan A Bangunan B
(mm) (mm)
Elastik
-5.36
3.90
8.43
-8.91
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
perpindahan
(mm)
t (det)
Respon Perindahan Elastik Bangunan A & B (Takeda)
Akibat Beban Gempa Model-2
UA,e UB,e
Gbr.14 Respon perpindahan ultimit bangunan A & B (pegas Takeda, beban gempa Model-2)
Gbr.15 Respon perpindahan non-linier bangunan A & B (pegas Takeda, beban gempa Model-1)
Gamab 14 dan 15 menunjukan respon inelastic. Pada gambar 14 ditunjuka respon ultimit bangunan,
yang ditransformasi dari respon akibat model beban-2. Sedangkan gambar 15 menunjukan respon
non-linier akibat model beban-2. Yang menarik adalah, walaupun deformasi maksimum yang terjadi
tidak berbedajauh namun pola deformasi kedua gambar tersebut sangat berbeda. Gambar 15
menunjukan pola gerak bangunanA dan B cenderung sama. Hal ini diduga karena kedua bangunan
sama-sam sudah memasuki fase in-elastik sehinga waktu getar riil bangunan berubah.
-20.87
15.48
30.91
-32.66
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00
Respon Perpindahan Ultimit Bangunan A & B (Takeda)
Akibat Beban Gempa Model-2 (U(A,B)ULT= U(A,B),e * Cd/Ie)
UA,ULT UB,ULT
24.46
-38.18
-48.82
29.57
-60.00
-50.00
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
perpindahan
(mm)
t (det)
Respon Perpindahan Non-Linier Bangunan A & B (Takeda)
Akibat Model Beban Gempa-1 (U(A,B),NLIN)
UA,NL UB,NL
Tbel-08 Rangkuman perindahan maksimum
5.2.2.2. Riwayat Perpindahan Non-Linier pada SRPMB
Respon perpindah sistem non-linier diperlihatkan dalam gambar 16, 17 dan 18. Gambar 16
menunjukan perpindahan dari SRPMB dengan pegas non-linier pengaruh beban gempa Model-2.
Respon ini menggambbarkan perpindahan pada level beban gempa desain Sa/(R/Ie). Gambar 17
memperlihatkan perpindahan ultimit, yang dipeorlh dari perpindahan pada level beban gempa desain
dikalikan dengan Cd/Ie. Sedangkan gambar 18 menunjukan perpindahan non-linier akibat beban
gempa Model-2. Perbandingan respon perpindahan dari model yang dianalisis diperlihatkan dalam
tabel-09.
Tbel-09 Rangkuman perindahan maksimum
5.3.Kebutuhan Dilatasi Anatara Bangunan
Berdasarkan persamaan (1), dua bangunan yang berdekatan membutuhkan dilatasi sekurang-
kuraanynya sebesar +π‘ˆπ΄,π‘€π‘Žπ‘₯ βˆ’ π‘ˆπ΅,π‘€π‘Žπ‘₯, lihat gambar 16. Karena baik +π‘ˆπ΄,π‘€π‘Žπ‘₯ maupun βˆ’π‘ˆπ΅,π‘€π‘Žπ‘₯
merupakan fungsi waktu, karena itu dapat dijumlahkan dari waktu-ke waktu. Mengingat posisi
bangunan A dan B dapat bertukar tempat, maka nilai maksimum dari hasil pengurangan tersebut
menjadi nilai kebutuhan dilatasi antara bangunan.
Non Linier
Perpindahan (+)
Perpindahan (-)
24.46
-38.18
30.91
-48.82
Ultimuit
Perpindahan (+) 15.48 30.91
Perpindahan (-) -20.87 -32.66
Elastik
Perpindahan (+) 3.90 8.84
Perpindahan (-) -5.36 -8.91
Arah Perpindahan
Bangunan A Bangunan B
(mm) (mm)
Non Linier
Perpindahan (+) 25.46 33.37
Perpindahan (-) -19.56 -36.77
Ultimuit
Perpindahan (+) 18.77 37.47
Perpindahan (-) -25.50 -39.58
Elastik
Perpindahan (+) 11.26 21.51
Perpindahan (-) -15.30 -23.75
Arah Perpindahan
Bangunan A Bangunan B
(mm) (mm)
Gbr.16 Pola gerak menutup dan membuka
Bahaya benturan umumnya terjadi pada saat gempa maksimum maka, kebutuhan diltasi antara
bangunan akan dievaluasi pada pada kondisi beban gempa maksimum. Terdapat dua kondisi beban
gempa maksimum. Pertama, beban gempa desain (Mode-2) dikalikan dengan Cd/Ie. Kedua, pada
beban gempa rencana yakni beban gempa yang nilainya (2/3) kali beban gempa maksimum yang
dipertimbangkan. Kedua jenis beban tersebut akan dilihat baik pada SRPMB, maupun pada SRPMK.
Selain itu kebutuhan dilatasi dapat dihitung dengan formula dalam persamaan (2). Persamaan ini
diangga lebih rasional karena dapat mengatasi kemungkinan Gerakan yang bersifat out-of phase.
5.3.1. Kebutuhan Dilatasi pada SRPMK
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan dilatasi dapat di peroleh dengan tiga cara,yakni:
cara ultimit, non-linier dengan menggunakan persamaan (1) dan non linier dengan menggunakan
persamaan (2). Ketiga hasil tersebut disajikan dalam gambar 17, 18 dan 19.
Gbr.17. Kebutuhan dilatasi ultimit hasil tranformasi simpangan elastis
+UA,MAX -UB,MAX
Bangunan-A Bangunan-B
-UA,MAX -UB,MAX
gerakan
menutup
35.59
-34.93
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00
perpindahan
(mm)
t (det)
Kebutuhan Dilatasi Maksimum Pada Keadaan
Ultimit
(Cd/Ie) * (UA,e - UB,e)
Dari table rangkuman dapat dilihat tiga fakta. Pertama, setelah memasuki fase inelastic pola respon
bangunan berubah secara signifikan; Kedua, perubahan pola respon ini tidak dapat diantisipasi dengan
baik melalui metode ultimi, walaupun hasilnya pada kasus yang masih konsistem dengan metode yang
lain. Ketiga, Metode penjumlahan respon (pers-1) menjadi over confidence karena penyimpangan dari
metode SRSS di atas 400%. Metode ini hanya cocok untuk menentukan waktu benturan tetapi kurang
aman untuk menentukan besar dilatasi.
Metode ultimit juga kurang memberikan hasil yang riil pada kasus ini, karena penyimpangan dari
metode SRSS di atas 70%
Gbr.18. Kebutuhan dilatasi dari respon non linier danpersamaan-1
35.59
-34.93
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
perpindahan
(mm)
t (det)
Kebutuhan Dilatasi Maksimum Pada Keadaan Ultimit
(Cd/Ie) * (UA,e - UB,e)
14.83
-10.75
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
kebutuhan
dilatasi
(mm)
t (detik)
Kebutuhan Dilatasi Maksimum dari Respon Non-Linier
(U A,NL - U B,NL)
Gbr.18. Kebutuhan dilatasi dari respon non-linier dan persamaan -2
Tabel 11 Rekap Kebutuhan Dilatati Antara Bangunan A & B
5.3.2. Kebutuhan Dilatasi pada SRPMB
Gbr. 19 Kebutuhan dilatasi berdasarkan respon ultimit
62.34
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
dilatasi
maksimum
(mm)
t (det)
Dilatasi Maksimum Dengan Formula SRSS
(Dari Respon Non-Linier)
NL-Pers(2) 62.34
Metode
Kebutuhan Dilatasi
(mm)
ULTIMI 35.59
NL-Pers(1) 14.83
-42.43
34.36
-50.00
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
dilatasi
(mm)
t (det)
Kebutuhan dilatasi Berdasarkan Deformasi Ultimit
(Cd/Ie)*( UA,ULT - UB,ULT)
Gbr.20. Kebutuhan dilatasi dari respon non-linier dan persamaan -1
Gbr.21. Kebutuhan dilatasi dari respon non-linier dan persamaan -2
Tabel 11 Rekap Kebutuhan Dilatati Antara Bangunan A & B
Untuk karus SRPMB, pengarung respon inelastic tidak kuat baik pada bangunan A maupun bangunan
B, hal ini lebih jelas jak akita mengamati pole perpindahan bangunan pada sub bab sebelumuan. Dari
-24.08
35.22
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
diltasi
(mm)
t (det)
Kebutuhan dilatsi Berdasarkan Respon Non-Linier dan
Formula-1 (U A-NL,t - U B-NL,t)
38.74
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
dilatasi
(mm)
t (det)
Kebutuhan Dilatsi Berdasarkan Respon Non-Linier dan
Formula-2 (SRSS)
Metode
Kebutuhan Dilatasi
(mm)
42.43
35.22
ULTIMI
NL-Pers(1)
NL-Pers(2) 38.74
table rekap kebutuhan dilatsi, perbedaan kebutuhan dilatasi atara ketiga tidak begitu signifikan (20%)
dibandingkan dengan kasus SRPMK.
5.4.Diskusi
Ada beberapa pokok masalah yang menarik untuk di diskusikan, antara lain:
Pertama, potensi bentuan. Potensi benturan sangat tinggi pada jarak antara bangunan sangat
berdekatan. Peluang benturan juga dipengaruhi oleh sebearapa jauh perbedaan waktu getar antara
bangunan yang berdekat. Semakin semakin jauh berbeda, seamkin besar potensi benturan, sebaliknya
pada bangunan dengan waktu getar yang berdekatan akan meiliki kecenderungan pergerakan yang
sama.
Kedua, potensi out of phase pada banguunan riil bisa sangat besar karena factor-faktor yang tidak
dipehitungkan, misalnya hadirnya elemen arsitektural di antara cela dilatasi dapat mengganggu pola
gerak deformasi lateral banguna.
Ketiga, respon bangunan pasca leleh. Pada bangunan dengan tingkat daktailitas tinggi, sehingga nilai
SR rendah atau R/Ie tinggi, deformasi lateral cenderung meningkat secara tajam. Dalam studi ini
terlihat pada model SRPMK dengan R = 8 dan Ie = 1.5, perpinhdan lateral menjadi sangat besar dan
akhirnya membutuhkan dilatasi minimum yang besar pula. Yang menari pada kasus SR yang rendah,
bangunan A dan B cenderung memiliki pola gerak yang sama.
Kerempat, keterbatasan model dalam persamaan-1. Persamaan -1 merupakan perhitungan
kebutuhan dilatasi yang bersumber dari asusmsi bahwa ketika terjadi β€œpola gerak mentup”, bangunan
berpotensi mengalami benturan. Oleh karena itu simpangan total dari pergerakan menutup dari
kedua bangunan merupakan nilai kebutuhan dilatasi minimumnya. Formmula ini hanya aman
digunakan jika banguan yang berdekatan tidak memiliki pola gerak yang cenderung sama seperti pada
gambar 15.
Kelima, penggunaan formula SRSS. Formula SRSS merupakan formula rasional yang dapat mengatasi
masalah yang timbul sebagaimana kasu pada gambar 15. Model ini secara umum lebih aman,
walaupun dalam beberapa kasus metode lain masih lebih konservatip.
5.5.Kesimpulan
Stutudi kebutuhan diltasi dengan menggunakan model model satu derajat kebebasan dan
dengan menggunakan model pegas dari Takeda yang dimodofikasi telah dilakukan. Beban
gempa yang digunakan juga telah disesuikan dengan kurva spektrum respon gempa rencara
untuk kondisi tanah sedang. Ada tiga kesimpulan penting dari studi ini adalah:
1. Metode penumlahan seperti dalam persamaan-1 hanya cocok untuk menentuka
waktu benturan, tetapi tidak cocok untuk menentukan kebutuhan dilatasi.
2. Metode ultimit yakni metode tranformasi perhitung deformasi pada kondisi elasti
selnajutnya dikalikan dengan factor pengalih Cd/Ie, hanya dapat digunakan dalam
kondisi banguna yang tidak mengalami deformasi inelastik yang besar.
3. Perubahan pola respon bangunan pasca inelastic dapat sangat signifikan, karena
itu kondisi out of phase bisa saja terjadi, dan berpengaruh terhadap kemungkinan
terjadi benturan antara bangunan.
Referensi
1. ASCE/SEI 7-16, Minimum Design Loads and Associated Criteria for building and Other
Structures, American Society of Civil Engineers, 2017
2. UBC-1952, Union Building Code 1952 Vol-1, Pacific Coast Building Official Conference,
1952
3. UBC-1979, Union Building Code 1979, International Conference of Building Official,
1979
4. SNI 1726:2019, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Nongedung, Badan standar Nasional Indonesia, 2019
5. Christopher Arnold, and Robert Reitherman, Building Configuration and Seismic
Design, John Wiley & Son 1982
6. Gregory L. Cole, Rajesh P. Dhakal and Fred M. Turner, Building Pounding Damage
Observed in the 2011 Christchurch earthquake; Earthquake Engineering and
Structural Dynamics, Earthquake Engng Struct. Dyn. 2012; 41:893-913 . Published
onlie 30 Agustut 2011 in Wiley Online Library (wileyonlinelibrarary.com). DOI:
10.1002/eqe.1164
7. Gregory L. Cole, R.P. Dhakal, A.J. Carr and D.K. Bull, Case studies of observed pounding
damage during the 2010 Darfield earthquake, Proceedings of the Ninth Pacific
Conference on Earthquake Engineering Building an Earthquake-Resilient Society 14-
16 April, 2011, Auckland, New Zealand
8. H. S. Lew, E. V. Leyendecker, and R. D. Dikkers, Engineering Aspects of the I 1971 San
Fernando Earthquake, Building Science Series 40 Nat. Bur. Stand. (U.S.), Bldg. Sci. Ser.
40, 419 pages, (Dec. 1971) CODEN: BSSNB Issued, December 1971
9. Ivankova Olga, Stellmach Marian, and Konecna Lenka, Dilatation of the High-Rise
Building by Inserted Field, Key Engineering Materials, ISSN: 1662-9795, Vol. 738, pp
130-139, doi:10.4028/www.scientific.net/KEM.738.130 Accepted: 2017-02-10 Β©
2017 Trans Tech Publications, Switzerland, 2017
10. John A. Blume, Nathan M. Newmark, and Leo H. Corning, Design of Mulristory
Reinforced Concrete Buildings for Earthquake Motions, Prtland Cement Association,
1961
11. K. Fujii and Y. Sakai, Shaking Table Test of Adjacent Building Models Considering
Pounding, Β© 2018 WIT Press, www.witpress.com ISSN: 2046-0546 (paper format),
ISSN: 2046-0554 (online), http://www.witpress.com/journals DOI: 10.2495/CMEM-
V6-N5-857-867
12. Maritza, Mexcico City Earthquake 1985, Polz 499: Politic of disaster, 19 September
1985, https://politicsofdisaster.wordpress.com/1985/09/19/mexico-city-
earthquake-1985/
13. Masato Motosaka and Kazuya Mitsuji, Building Damage during the 2011 of Pacific
Coast of Thohoku Earthquake, The Japanese Geotechinacl Society, Soil and
Foundations 2012; 52(5):929-944. Journal homepage:
www.elsevier.com/located/sandf.
14. M.G.Shaikh, Hashmi S.Shakeeb, Effect of Seismic Joint in the Performance of Multi-
Storeyed L-Shaped Building, IOSR Journal of Mechanical and Civil Engineering (IOSR-
JMCE), e-ISSN: 2278-1684,p-ISSN: 2320-334X, Volume 10, Issue 1 (Nov. - Dec. 2013),
PP 70-77, www.iosrjournals.org
15. Muhammad Noman , Bashir Alam , Muhammad fahad , Khan Shahzada & Muhammad
Kamal, Effects of pounding on adjacent buildings of varying heights during earthquake
in Pakistan, Cogent Engineering, ISSN: (Print) (Online) Journal homepage:
https://www.tandfonline.com/loi/oaen20
16. Nupur Saxena, Rahul Ghosh, and Rama Debbarma, Analysis of Seismic Separation Gap
between Two Adjacent Reinforced Concrete Buildings, AIP Conference Proceedings
2158, 020002 (2019); https://doi.org/10.1063/1.5127126 Published Online: 25
September 2019
17. Robert Jankowski, Assessment of Damage Due to Earthquake-Induced Pounding
Between the Main Building and the Stairway Tower, Key Engineering Materials Vol.
347 (2007) pp 339-344, Β© (2007) Trans Tech Publications, Switzerland
doi:10.4028/www.scientific.net/KEM.347.339
18. Robert Jankowski, Sayed Mahmoud, Earthquake-Induced Structural Pounding,
Springer International Publishing Switzerland 2015
19. Stephen A. Mahin, Vitelmo V. Bertero, Anil K. Chopra, and Robert G. Collins, Response
of The Olive View Hospital Main Building During The San Fernando Earthquake,
Earthquake Engneering Research Center, Report No. EERC 76-22, October 1976
20. Seyed M. Khatami, O. Rezaei Far and S. Karimi, Investigation of pounding based on
finite element analyses of two adjacent buildings, considering new equation of motion
to measure impact, Journal of Civil Engineering and Construction Technology, Vol.
5(7), pp. 63-75, December, 2014 DOI: 10.5897/JCECT2014.0324 Articles number:
929B10349395 ISSN 1996-0816 Β©2014 Copyright Β© 2014
http://www.academicjournals.org/JCECT
21. William C. Stone, Felix Y. Yokel, Mehmet Celebi, Thomas Hanks, and Edgar V.
Leyendecker, Engineering Aspects of the September 19, 1985 Mexico Earthquake, U.S.
Department of Commerce, National Bureau of standards, May 1897

More Related Content

Similar to Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan (DOF).pdf

Time history analysis
Time history analysisTime history analysis
Time history analysisEdi Supriyanto
Β 
Konstruksi baja pada gedung bertingkat parto
Konstruksi baja pada gedung bertingkat partoKonstruksi baja pada gedung bertingkat parto
Konstruksi baja pada gedung bertingkat partoRizki Darmawan
Β 
tinjauan pustaka sni 2847 2019.pdf
tinjauan pustaka sni 2847 2019.pdftinjauan pustaka sni 2847 2019.pdf
tinjauan pustaka sni 2847 2019.pdfputrafermana1
Β 
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.pptPerencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.pptKakekMerah18
Β 
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistemTermodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistemjayamartha
Β 
Perhitungan Struktur Data Decoco.docx
Perhitungan Struktur Data Decoco.docxPerhitungan Struktur Data Decoco.docx
Perhitungan Struktur Data Decoco.docxPutuAgusSantosa1
Β 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Gayuh Permadi
Β 
1. analisis variasi konfigurasi struktur portal tiga dimensi terhadap beban g...
1. analisis variasi konfigurasi struktur portal tiga dimensi terhadap beban g...1. analisis variasi konfigurasi struktur portal tiga dimensi terhadap beban g...
1. analisis variasi konfigurasi struktur portal tiga dimensi terhadap beban g...Briando1992
Β 
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadiDeniyudi Jayaraya
Β 
Analisa pada bangunan gedung bertingakat
Analisa pada bangunan gedung bertingakatAnalisa pada bangunan gedung bertingakat
Analisa pada bangunan gedung bertingakateidhy setiawan eidhy Edy
Β 
Laporan box 2 x 3
Laporan box 2 x 3Laporan box 2 x 3
Laporan box 2 x 3dodi rahmawan
Β 
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedungWendo Enyos
Β 
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahanTian Jonathan
Β 
Laporan Struktur Asrama Sawang.pdf
Laporan Struktur Asrama Sawang.pdfLaporan Struktur Asrama Sawang.pdf
Laporan Struktur Asrama Sawang.pdfRajaSaputra1
Β 

Similar to Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan (DOF).pdf (20)

Time history analysis
Time history analysisTime history analysis
Time history analysis
Β 
Konstruksi baja pada gedung bertingkat parto
Konstruksi baja pada gedung bertingkat partoKonstruksi baja pada gedung bertingkat parto
Konstruksi baja pada gedung bertingkat parto
Β 
Sistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momenSistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momen
Β 
tinjauan pustaka sni 2847 2019.pdf
tinjauan pustaka sni 2847 2019.pdftinjauan pustaka sni 2847 2019.pdf
tinjauan pustaka sni 2847 2019.pdf
Β 
780 1487-1-sm
780 1487-1-sm780 1487-1-sm
780 1487-1-sm
Β 
Ipi146549
Ipi146549Ipi146549
Ipi146549
Β 
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.pptPerencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
Β 
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistemTermodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
Β 
Perhitungan Struktur Data Decoco.docx
Perhitungan Struktur Data Decoco.docxPerhitungan Struktur Data Decoco.docx
Perhitungan Struktur Data Decoco.docx
Β 
Rekayasa gempa
Rekayasa gempaRekayasa gempa
Rekayasa gempa
Β 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2
Β 
1. analisis variasi konfigurasi struktur portal tiga dimensi terhadap beban g...
1. analisis variasi konfigurasi struktur portal tiga dimensi terhadap beban g...1. analisis variasi konfigurasi struktur portal tiga dimensi terhadap beban g...
1. analisis variasi konfigurasi struktur portal tiga dimensi terhadap beban g...
Β 
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
Β 
29 78-1-pb
29 78-1-pb29 78-1-pb
29 78-1-pb
Β 
Analisa pada bangunan gedung bertingakat
Analisa pada bangunan gedung bertingakatAnalisa pada bangunan gedung bertingakat
Analisa pada bangunan gedung bertingakat
Β 
Laporan box 2 x 3
Laporan box 2 x 3Laporan box 2 x 3
Laporan box 2 x 3
Β 
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
Β 
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
Β 
Laporan Struktur Asrama Sawang.pdf
Laporan Struktur Asrama Sawang.pdfLaporan Struktur Asrama Sawang.pdf
Laporan Struktur Asrama Sawang.pdf
Β 
Tugas bangunan la ode rahmat sukur
Tugas bangunan la ode rahmat sukurTugas bangunan la ode rahmat sukur
Tugas bangunan la ode rahmat sukur
Β 

More from Rani Hendrikus

Panjang penyaluran
Panjang penyaluranPanjang penyaluran
Panjang penyaluranRani Hendrikus
Β 
Bangunan Sekolah Tahan Gempa
Bangunan Sekolah Tahan GempaBangunan Sekolah Tahan Gempa
Bangunan Sekolah Tahan GempaRani Hendrikus
Β 
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapanganCacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapanganRani Hendrikus
Β 
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapanganCacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapanganRani Hendrikus
Β 
Aspek kebencanaan,dampak dan antisipasinya pada bangunan gedung
Aspek kebencanaan,dampak dan antisipasinya pada bangunan gedungAspek kebencanaan,dampak dan antisipasinya pada bangunan gedung
Aspek kebencanaan,dampak dan antisipasinya pada bangunan gedungRani Hendrikus
Β 
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapanganCacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapanganRani Hendrikus
Β 
Pengurangan resiko bencana gempa bumi di ntt, antara harapan dan kenyataan
Pengurangan resiko bencana gempa bumi di ntt, antara harapan dan kenyataanPengurangan resiko bencana gempa bumi di ntt, antara harapan dan kenyataan
Pengurangan resiko bencana gempa bumi di ntt, antara harapan dan kenyataanRani Hendrikus
Β 
Ductile reinforced concrete beam-column joints with alternative detailing
Ductile reinforced concrete beam-column joints with alternative detailingDuctile reinforced concrete beam-column joints with alternative detailing
Ductile reinforced concrete beam-column joints with alternative detailingRani Hendrikus
Β 

More from Rani Hendrikus (8)

Panjang penyaluran
Panjang penyaluranPanjang penyaluran
Panjang penyaluran
Β 
Bangunan Sekolah Tahan Gempa
Bangunan Sekolah Tahan GempaBangunan Sekolah Tahan Gempa
Bangunan Sekolah Tahan Gempa
Β 
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapanganCacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Β 
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapanganCacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Β 
Aspek kebencanaan,dampak dan antisipasinya pada bangunan gedung
Aspek kebencanaan,dampak dan antisipasinya pada bangunan gedungAspek kebencanaan,dampak dan antisipasinya pada bangunan gedung
Aspek kebencanaan,dampak dan antisipasinya pada bangunan gedung
Β 
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapanganCacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Cacat perencanaan yang berdampak pada mutu konstruksi lapangan
Β 
Pengurangan resiko bencana gempa bumi di ntt, antara harapan dan kenyataan
Pengurangan resiko bencana gempa bumi di ntt, antara harapan dan kenyataanPengurangan resiko bencana gempa bumi di ntt, antara harapan dan kenyataan
Pengurangan resiko bencana gempa bumi di ntt, antara harapan dan kenyataan
Β 
Ductile reinforced concrete beam-column joints with alternative detailing
Ductile reinforced concrete beam-column joints with alternative detailingDuctile reinforced concrete beam-column joints with alternative detailing
Ductile reinforced concrete beam-column joints with alternative detailing
Β 

Recently uploaded

metode pengukuran waktu secaratidak langsung
metode pengukuran waktu secaratidak langsungmetode pengukuran waktu secaratidak langsung
metode pengukuran waktu secaratidak langsungssuser4cf36c
Β 
TUGAS PPT APRIZAL GEDUNG44yddafhhhhhhhhhhhhhhhh.ppt
TUGAS PPT APRIZAL GEDUNG44yddafhhhhhhhhhhhhhhhh.pptTUGAS PPT APRIZAL GEDUNG44yddafhhhhhhhhhhhhhhhh.ppt
TUGAS PPT APRIZAL GEDUNG44yddafhhhhhhhhhhhhhhhh.pptOloy2
Β 
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptxarisvanrush
Β 
Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS GeodetikPengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetikzulmushawir2
Β 
UJI KOMPETENSI-Presentasi Bidang Jalan.pptx
UJI KOMPETENSI-Presentasi Bidang Jalan.pptxUJI KOMPETENSI-Presentasi Bidang Jalan.pptx
UJI KOMPETENSI-Presentasi Bidang Jalan.pptxnuhungbintoking
Β 
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptxMetode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptxHeriGeologist
Β 
tugas pelaksana lapangan pekerjaan saluran irigasi
tugas pelaksana lapangan pekerjaan saluran irigasitugas pelaksana lapangan pekerjaan saluran irigasi
tugas pelaksana lapangan pekerjaan saluran irigasifrenkytanzil5
Β 
Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan SOPHI.pptx
Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan SOPHI.pptxPetunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan SOPHI.pptx
Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan SOPHI.pptxpkmcipakudrive
Β 
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptxPerencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptxNadhifMuhammad5
Β 
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptxPROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptxadista7
Β 

Recently uploaded (18)

Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Β 
metode pengukuran waktu secaratidak langsung
metode pengukuran waktu secaratidak langsungmetode pengukuran waktu secaratidak langsung
metode pengukuran waktu secaratidak langsung
Β 
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di DepokKlinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Β 
TUGAS PPT APRIZAL GEDUNG44yddafhhhhhhhhhhhhhhhh.ppt
TUGAS PPT APRIZAL GEDUNG44yddafhhhhhhhhhhhhhhhh.pptTUGAS PPT APRIZAL GEDUNG44yddafhhhhhhhhhhhhhhhh.ppt
TUGAS PPT APRIZAL GEDUNG44yddafhhhhhhhhhhhhhhhh.ppt
Β 
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
Β 
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Β 
Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS GeodetikPengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Β 
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai PenuhObat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Β 
UJI KOMPETENSI-Presentasi Bidang Jalan.pptx
UJI KOMPETENSI-Presentasi Bidang Jalan.pptxUJI KOMPETENSI-Presentasi Bidang Jalan.pptx
UJI KOMPETENSI-Presentasi Bidang Jalan.pptx
Β 
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Β 
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakartaObat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Β 
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptxMetode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Β 
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
Β 
tugas pelaksana lapangan pekerjaan saluran irigasi
tugas pelaksana lapangan pekerjaan saluran irigasitugas pelaksana lapangan pekerjaan saluran irigasi
tugas pelaksana lapangan pekerjaan saluran irigasi
Β 
Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan SOPHI.pptx
Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan SOPHI.pptxPetunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan SOPHI.pptx
Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan SOPHI.pptx
Β 
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptxPerencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptx
Β 
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Β 
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptxPROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
Β 

Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan (DOF).pdf

  • 1. Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan (DOF) Rani Hendrikus Dosen tetap Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira Abstrak Respon linier dan non linier dari 2 bangunan bangunan 1 DOF masing masing dengan periode great (T) 0.4 detik dan 0.5 detik telah dilakukan. Rekaman gempa Loma Prieta 1989 telah dipilih dan telah disesuikan dengan kurva respon spektrum target yaitu spektrum respon gempa dengan nilai Ss = 1.25 g dan S1 = 0.4 g serta jenis tanah sedang (SD). Pegas struktur bangunan dimodelkan sebagai pegas non-liner dari Takeda yang dimodifikasi. Adapun hasil penting dari studi ini adalah: pertama, metode penjumlahan seperti dalam persamaan-1 hanya cocok untuk menentuka waktu benturan, tetapi tidak cocok untuk menentukan besar dilatasi. Kedua, metode ultimit yakni metode tranformasi perhitung deformasi pada kondisi elasti selanajutnya dikalikan dengan factor pengalih Cd/Ie, hanya dapat digunakan dalam kondisi banguna yang tidak mengalami deformasi inelastik yang besar. Ketiga, perubahan pola respon bangunan pasca inelastic bisa sangat signifikan, dan dapat berpengaruh terhadap peluang bentuan antara bangunan. Kata kunci: benturan, dilatasi, respon spektrum, gempa desain dan gempa rencana
  • 2. 1. Latar belakang Pada saat terjadi gempa, bangunan berdekatan dapat saling berbenturan. Kejadian ini tidak jarang menimbukan kerusakan yang hebat pada salah satu atau kedua bangunan, sebagaimana yang telah dilaporkan dari penelitian lapangan (6,7,8,9,17,18,19,21). Sebagai contoh, pola kerusakan akibat kasus ini dapat dilihat pada gambar-01. (a) Runtuhnya Tower Tangga Rumah Sakit Olvie View, gempa San Fenando 1971 (b) Runtuhnya lantai atas Hotel Mexico City’s, gempa Meksiko 1985 Gbr.01 Runtuhnya bangunan akibat dilatsi tidak memadahi Union Building Code (UBC) merupakan salah satu code yang telah melihat bahaya ini sejal awal tahun 1950-an (2,5), yaitu dengan mulai mengatur ketentuan jarak minimal antara bangunan sebagai berikut: jarak mimimal antara bangunan 25 mm untuk tinggi bangunan sampai dengan 6 meter, dan tambah 12.5 mm setiap kenaikan 3meter tinggi bangunan. Dasar penggunaan formula ini tidak jelas, yang akhirnya pada penerbitan berikutnya tidak dicantumkan lagi angka-angka tersebu. Dimana pada beberapa periode penerbitan berikutnya, UBC hanya mencantukan masalah dilatasi sebagai suatu maslah desain bangunan yang harus perhatian. Runtuhnya Rumah Sakit Olive View pada gempa San Fernando 1971,mendorong studi intensif mengenai masalah drif dan diltasi (seismic sparation). Di mana akhirnya pada UBC-1979 (4) formulasi masalah drift dam dilatasi sesara tegas dinyatankan dalam code. Pada code ini drift (selisih simpangan antara tingkat) bangunan dibatasi 0.005 Hi (Hi : tinggi lantai). Simpangan harus dihitung dengan riil sesui dengan sifat fisik dan mekanik struktur. Dan simpang pada keadaan beban maksimum Ux,i, harus dihitung dengan mengalikan simpangan riil dengan factor 1.0/K, di mana K berkaitan dengan daktailitas system (antara 0.67 atau 0.8). Sehingga jarak bersih bangunan minimal sama dengan jumlah simpangan maksimum kedua bangunan ditambah selang keamanan. Jika dilakukan analisis respon riwayat waktu, dilatasi dapat dihitung menggunakan formula yang sama dengan formula untuk menentukan waktu benturan atau time collision (11,20) seperti dalam persamaa-1
  • 3. 𝑆𝑆𝐴,𝐡 = π‘ˆπ΄,𝑑 βˆ’ π‘ˆπ΅,𝑑 … … … … … … . . (1) Formula di atas dikenal juga dengan formula ABS. Jarak dilatasi minimum merupakan hasil pengurangan yang memberikan nilai positip terbesar. Saat ini ASCE 7-16 (1) dan SNI 1726-19 (3) menggunakan formula SRSS untuk menentukan besar simpangan maksimum. Dengan demikian formula yang sama juga dapat dipakai untuk menentukan kebutuhan dilatsi minimum antara bangunan. Formula SRSS diperlihatkan dalam persamaan -2. π‘ π‘ π΄βˆ’π΅ = √(π‘ˆπ΄,π‘šπ‘Žπ‘₯) 2 + (π‘ˆπ΅,π‘šπ‘Žπ‘₯) 2 …….. (2) Formula ini dianggap rasional untuk mengkaver kemungkinan geraka out-of-phase dari kedua bangunan. Peristiwa benturan antara bangunan selain dipengaruhi oleh besar dilatasi tetapi juga dipengarui oleh ada tidaknya pola gerak out of phase dari dua bangunan yang berdekatan, karena itu studi yang mendalam terhadap model sederhana membatu melihat dengan jelas pola dan peluang beturannya. 2. Tujuan Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahu pola dan pelauang benturan antara bangunan yang berdekatan dengan melakukan kajian terhadap respon perpindahan elastis dan non-linier linier bangunan. Untuk mencapai tujuan utama ini berikut ini adalah tujuan antara atau sasaran bertahab yang harus diperoleh 1. Menentukan respon perpindahan masing-masing bangunan 2. Menghitung jarak dilatasi minimal jika bangunan A dan bangunan B mengalami Gerakan saling menutup. 3. Menghitung kebutuhan dilatsi menggunakan pendekatan SRSS 4. Banding hasil antara ketiga tinjauan di atas 3. Batasan Masalah 1. Studi dilakukan terhadap model bangunan satu derajat kebebasan dengan periode getar masing-masing 0.4 detik dan 0.5 detik (mewakili mode pertama bangunan dengan ketinggian yang sama, sekitar 4 atau 5 lantai) 2. Menggunakan Metode Analisis Respon Riwayat Waktu non-linier 3. Model non-linier Takeda digunakan sebagai model dari pegas bangunan A dan B 4. Rekaman gempa yang digunakan adalah gempa Loma Prieta 1989
  • 4. 4. Model Studi 4.1. Model Bangunan 1. Bangunan A : T = 0.4 det dan Bangunan B : T = 0.5 det Gbr.02 Model Bangunan Jumlah bangunan yang dijadikan model studi ditunjukan dalam tebel-01 Tabel-01 Model bangunan Tabel-02 Perhitungan para meter Takeda 2. Fungsi bangun : Rumah sakit menggunakan system struktur : Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) 3. Parameter struktur: SRPMK, R = 8, Ξ©0 = 3 dan 𝐢𝑑 = 5.5 dan SRKMB,R = 3, Ξ©0 = 3 dan 𝐢𝑑 = 2.5 Elasti Daktai SR SR - 0.150 - 0.400 - 0.150 - 0.400 Catatan: SR = Py/mg A B SRPMK SRPMB SRPMK SRPMB Model Sistem Struktur P-STR Nilai Satuan Parameter Nilai Satuan R 8 Sa = SDS 0.8 m*g 980000 N OMG 3 g 9800 mm/de2 Py 147000 N Cd 5.5 m 100 N/det2/mm SR = Py/mg 0.150 Ie 1.5 Pe = Sa*g*m 784000 N Py = Pe/(Cd/Ie) 147000 N R 3 Sa=SDS 0.8 m*g 980000 N OMG 3 g 9800 mm/de2 Py 392000 N Cd 2.5 m 100 N/det2/mm SR = Py/mg 0.400 Ie 1.5 Pe = Sa*g*m 784000 N Py = Pe/(Cd/Ie) 392000 N Data Karakteristik Struktur Gaya Elastik (Pe) & Gaya Leleh (Py) Parameter Takeda FRSP Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) FROD Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Sistem Struktur
  • 5. 4. Untuk respon non-liner kekakuan bangunan menggunakan model Takeda, sedangan untuk respon liner menggunakan kekakuan elatis. Rancangan Parameter Takeda yang disesuiakan dengan kurva respon spektrum dan karakteristik struktur (R dan Ie). Hasil perhitungan parameter Takeda yang akan digunnakan dalam studi ini ditunjukan dalam table-02 Gbr. 03 Model Takeda 4.2. Model Beban Percepatan gempa rencana diperoleh dari data base rekaman gempa program PRIM. Rekaman gempa tersebut disesuaikan dengan spektrum respon gempa rencana untuk tanah sedang atau kurang lebih diberih factor skala 0.842 untuk mendapatkan nilai perceparan di daerah flat (SDS) sebesar 0.8g. Gambar 04 merupakan riwayat percepatan gempa Loma Prierat yang telah dikoreksi, dan gambar 05 merupakan kurva spektrum gempa rencana gempa Loma Prieta 1989. Ada dua jenis rekaman gempa yang akan digunakan. Pertama, rekaman gempa yang diperlihatkan dalam gambar 04, selanjutnya disebut β€œmodel beban-1”. Rekam gempa ini merupakan rekaman gempa yang dimodelkan untuk mendapatkan kurva spectrum respon gempa rencana, gambar 05. Dan karena itu rekaman gempa ini akan digunakan untuk mementukan besar deformasi struktur daktail yang telak dimodelkan dengan model histeretik Takeda. Kedua rekaman gempa desain, di mana rekaman gempa rencana yang terdapat pada gambar 04 dibagi dengan factor R/Ie, selanjunya disebut β€œmodel beban-2”. Rekam gempa ini dunakan untuk menentukan respon struktur (bangunan A dan B) yang respon secara elastis penuh.
  • 6. Gambar 04 Data percepatan gempa Loma Prieta (Model beban gempa-1) Gbr.05 Spektrum respon gempa rencanan (SRGR) Gbr.06 Percepatan gempa Loma Prieta setelah dikoreksi dengan Cd/Ie
  • 7. Gbr.07 Spektrum respon gempa elastis - SRGE = SRGRΓ— (𝐼𝑒 𝑅 ⁄ ) 4.3. Metode Analisis Proses analisis diawali dengan memilih rekaman gempa dan karateristik site, khususnya nilai Ss, S1, dan jenis tanah. Untuk studi ini dipilih site dengan niali Ss = 1.25 g, S1 = 0.4 g dan kondisi tanah di bawah bangunan merupakan tanah sedang. (SD). Gbr. 08 Prosedur analisis
  • 8. Respon struktur dianalisis dengan menggunakan Metode Analisis Riwata Waktu (Time History Analysis). Output utama dari analisisi Riwayat waktu adalah riwatat perpindahan. Selanjutnya data Riwayat perpindahan dua model bangunan (A dan B) di sandingkan dan dilihat potensi benturan dana kebutuhan dilatasi dari du model yang disandingka tersebut. Proses ini dilakukan terhadap semua kombinasi model struktur khususnya kombinasi yang melibatkan getar struktur (T), model beban dan R (P1/mg). Hasil-hasil tersebut di diskusikan dan selanjunya di simpulkan. 5. Hasil Studi 5.1.Respon static Bangunan Yang dimaksud dengan respon static bangunan adalah respon bangunan A dan B terhadap beban static ekivalen, baik untuk SRPMK maupun SRPMB. Data ini dapat dipandang sebagai benchmark respon struktur dan kebutuhan dilatsi antara bangunan. Perpindahan struktur bangunan A dan B serta kebutuhan dilatasi minimum untuk kedua tipe system struktur dihitung secara satik dengan menggunakan spektrum gempa desain, SRGE) (SRGE = SRGR * ( R/Ie). Perhitungan deformasi lateral dengan metode static ekivalen dan perhitungan kebutuhan dilatasi pada kondisi ultimit diperlihatkan dalam table 02 dan 03. Tabel-02 Kebutuhan dilatasi bangunan SRPMK, dihihitung dari SRGE Table-02 menyajikan perhitungan perpindahan lateral bangunan A dan B dari SRPMK. Di mana diperoleh nilai perpindahan (UA,e & UB,e) masing-masing sebesar 5.96 mm dan 9.31 mm. Untu SRPMB nilai perpindahannya disajikan dalam table-03, dimana nilai perpindahn bangunan A dan B adalah sebesar 15.89 mm dan 24.82 mm. M = 100 = 100 K = 24674.01 = 15791.7 w = 15.71 = 12.57 T = 0.40 = 0.50 R = 8.00 = 8.00 Ie = 1.50 = 1.50 Sa = SDS = 0.80 g = 0.80 g Sa,e = 0.15 = 0.15 P = 147000 = 147000 UA,e 5.96 9.31 UA,e = 5.96 = 21.84 UB,e = 9.31 = 34.13 SSELS = 11.05 = 40.52 Sa= SDS R Ie KEBUTUHAN DILATASI (SS) PADA SRPMK (Secara statiik, Berdasarkan Spektrum Respon Gempa Elastik, SRGE) SSULT mm UA,e * (Cd/Ie) UB,e * (Cd/Ie) KEBUTUHAN SS (ELASTIS) KEBUTUHAN "SS" (ULTIMIT) mm N mm mm mm det g N mm mm mm det g UB,e T Sa,e P Bangunan A, T= 0.4 det Bangunan B T = 0.5 det N-det2 /mm N/mm rad/det N-det2 /mm N/mm rad/det M K w
  • 9. Tabel-03 Kebutuhan dilatasi bangunan SRPMB, dihihitung dari SRGE Keempat nilai perpindahan di atas merupakan nilai perpindahan elastic. Sehingga untuk mendapat nilai perpindahan ultimit, nilai tersebut harus dikalikan dengan factor Cd/Ie. Dengan cara ini diperoleh perpindahan ultimit dan sekaligus kebutuhan dilatasi minimum pada keadaan ultimit seperti yang disajikan pada kedua tabel yang sama. Dari perhitungan yang disajikan pada kedua table terebut diperoleh ketuthan dilatasi minimum antara kedua bangunan adalah sebesar 40.52 mm untuk SRPMK dan 58.94 mm untuk SRPMB. 5.2.Analisa Respon Riwayat Waktu 5.2.1. Respon Perpindahan Elastis Respon perpindahan elatik yang dimaksudkan di sini adalah respon perpindahan bangunan A dan B akibat beban gempa sebesar Model Beban-2 atau SRGE. Di mana besar beban diperoleh dengan membagikan Model Beban-1 deengan (R/Ie). 5.2.1.1. Riwayat Perpindahan Elastik SRPMK Hasil perhitungan respon perpindahan elastic pada bangunan A dan B yang dimodelkan sebagai SRPMK diperlihatkan dalam gambar 09. Sedangkan estimasi perpindahn ultimit berdasarkan perpindahan elastis ditunjukan dalam gambar 10. Besar pepindahan elastik ini lebih kecil dibandingan dengan perpindahan elastic dengan metode static ekivalen. M = 100 = 100 K = 24674.01 = 15791.7 w = 15.70796 = 12.5665 T = 0.40 = 0.50 R 3.00 3.00 Ie 1.50 1.50 Sa = SDS 0.80 g 0.80 g Sa,e = 0.4 = 0.4 P = 392000 = 392000 UAe 15.89 24.82 UA,e = 15.89 = 31.77 UB,e = 24.82 = 49.65 SSELS = 29.47 = 58.94 R Ie Sa= SDS mm UB,e * (Cd/Ie) mm mm SSULT mm KEBUTUHAN SS (ELASTIS) KEBUTUHAN "SS" (ULTIMIT) mm UA,e * (Cd/Ie) mm N P N mm UB,e mm det T det g Sa,e g N/mm K N/mm rad/det w rad/det KEBUTUHAN DILATASI (SS) PADA SRPMB (Secara statiik, Berdasarkan SRGE) Bangunan A, T= 0.4 det Bangunan B T = 0.5 det N-det2 /mm M N-det2 /mm
  • 10. Gbr.09 Riwaya perpindah elastis akibat Model Beban – 2 Gbr.10 Respon perpindahan ultimit akibat beban gempa Model-2 Tabel-06 Rangkuman perpindahan maksimum model bangunan SRPMK 5.01 -6.14 9.15 -9.02 -10.00 -8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 perpindahan (mm) t (det) Respon Perpindahan Elastik Bangunan A & B Akibat Model Beban Gempa-2 (U(A,B),e) UA,e UB,e 33.56 -32.70 18.30 -22.19 -25.00 -20.00 -15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 perpindahan (mm) t (det) Respon Perpindahan Ultimit Bangunan Unit A &B U(A,B),ULT = U(A,B),e) * Cd/Ie UB,ULT UA,ULT Elastik Ultimu Perpindahan (+) 18.30 33.56 Perpindahan (-) -22.19 -32.70 Perpindahan (-) -6.14 -9.02 Arah Perpindahan Bangunan A Bangunan B (mm) (mm) Perpindahan (+) 5.01 99.15
  • 11. 5.2.1.2. Riwayat Perpindahan Elastik pada SRPMB Gambar 11 menunjukan perpindahan bangunan A dan B yang dimodelkan sebagai SRPMB. Sedangkan gambar 12 menunjukan estimasi perpindahan ultimit berdasarkan perpindahan elastic pada gambar 11. Sama seperti pada model SRPMK, nilai perpindahan bangunan A lebih kecil dibandingan dengan bangunan B. Sedangkan bila dibandingan dengan perpindahan pada SRPMK, baik bangunan A mmaupun bangunan B, besar perpindahan pada SRPMB lebih besar dibandingan dengan perpindahan yang terjadi pada SRPMK Gbr.11 Riwaya perpindah elastis akibat Model Beban – 2 Gbr.12 Respon perpindahan ultimit akibat beban gempa Model-2 13.37 -16.38 24.40 -24.04 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 perpindahan (mm) t (det) Respon Perpindahan Elastik Bangunan A & B Akibat Model Beban Gempa-2 (U(A,B),e) UA,e UB,e 22.28 -27.29 40.67 -40.07 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 perpindahan (mm) t (det) Respon Perpindahan Ultimit Bangunan Unit A &B U(A,B),ULT = U(A,B),e) * Cd/Ie UA,ULT UB,ULT
  • 12. Tbel-07 Rangkuman perindahan maksimum 5.2.2. Riwayat Perpindahan Bangunan dengan Model Pegas non linier (Takeda) Beban gempa yang digunakan pada kasus ini adalah beban gempa rencana atau Model Beban-1 (SRGR). Sedangkan model bangunannya menggunakan bangunan A dan B dengan pegas Takeda yang dimodifikasi. 5.2.2.1. Riwayat Perpindahan Non-Linier Linier pada SRPMK Gambar 13, 14 dan 15 menunjukan respon bangunan A dan B (dengan pegas Takeda yang dimodifikasi) ketika menerima beban gempa. Gambar 13 memperlihatkan pola perpindahan dari bangunan yang bebabani oleh ModelBeban-2. Dari gambar tesebut dapat dilihat bahwa bangunan B sudah mengalam respon inelastic walaupun beban yang digunakan masih merupakan beban gempa desain (model beban-2). Gbr.13 Respon perpindahan bangunan A & B (pegas Takeda, beban gempa Model-2) Ultimu Perpindahan (+) 22.28 40.67 Perpindahan (-) -27.29 -40.07 Perpindahan (+) 13.37 24.40 Perpindahan (-) -16.38 -24.04 Arah Perpindahan Bangunan A Bangunan B (mm) (mm) Elastik -5.36 3.90 8.43 -8.91 -10.00 -8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 perpindahan (mm) t (det) Respon Perindahan Elastik Bangunan A & B (Takeda) Akibat Beban Gempa Model-2 UA,e UB,e
  • 13. Gbr.14 Respon perpindahan ultimit bangunan A & B (pegas Takeda, beban gempa Model-2) Gbr.15 Respon perpindahan non-linier bangunan A & B (pegas Takeda, beban gempa Model-1) Gamab 14 dan 15 menunjukan respon inelastic. Pada gambar 14 ditunjuka respon ultimit bangunan, yang ditransformasi dari respon akibat model beban-2. Sedangkan gambar 15 menunjukan respon non-linier akibat model beban-2. Yang menarik adalah, walaupun deformasi maksimum yang terjadi tidak berbedajauh namun pola deformasi kedua gambar tersebut sangat berbeda. Gambar 15 menunjukan pola gerak bangunanA dan B cenderung sama. Hal ini diduga karena kedua bangunan sama-sam sudah memasuki fase in-elastik sehinga waktu getar riil bangunan berubah. -20.87 15.48 30.91 -32.66 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 Respon Perpindahan Ultimit Bangunan A & B (Takeda) Akibat Beban Gempa Model-2 (U(A,B)ULT= U(A,B),e * Cd/Ie) UA,ULT UB,ULT 24.46 -38.18 -48.82 29.57 -60.00 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 perpindahan (mm) t (det) Respon Perpindahan Non-Linier Bangunan A & B (Takeda) Akibat Model Beban Gempa-1 (U(A,B),NLIN) UA,NL UB,NL
  • 14. Tbel-08 Rangkuman perindahan maksimum 5.2.2.2. Riwayat Perpindahan Non-Linier pada SRPMB Respon perpindah sistem non-linier diperlihatkan dalam gambar 16, 17 dan 18. Gambar 16 menunjukan perpindahan dari SRPMB dengan pegas non-linier pengaruh beban gempa Model-2. Respon ini menggambbarkan perpindahan pada level beban gempa desain Sa/(R/Ie). Gambar 17 memperlihatkan perpindahan ultimit, yang dipeorlh dari perpindahan pada level beban gempa desain dikalikan dengan Cd/Ie. Sedangkan gambar 18 menunjukan perpindahan non-linier akibat beban gempa Model-2. Perbandingan respon perpindahan dari model yang dianalisis diperlihatkan dalam tabel-09. Tbel-09 Rangkuman perindahan maksimum 5.3.Kebutuhan Dilatasi Anatara Bangunan Berdasarkan persamaan (1), dua bangunan yang berdekatan membutuhkan dilatasi sekurang- kuraanynya sebesar +π‘ˆπ΄,π‘€π‘Žπ‘₯ βˆ’ π‘ˆπ΅,π‘€π‘Žπ‘₯, lihat gambar 16. Karena baik +π‘ˆπ΄,π‘€π‘Žπ‘₯ maupun βˆ’π‘ˆπ΅,π‘€π‘Žπ‘₯ merupakan fungsi waktu, karena itu dapat dijumlahkan dari waktu-ke waktu. Mengingat posisi bangunan A dan B dapat bertukar tempat, maka nilai maksimum dari hasil pengurangan tersebut menjadi nilai kebutuhan dilatasi antara bangunan. Non Linier Perpindahan (+) Perpindahan (-) 24.46 -38.18 30.91 -48.82 Ultimuit Perpindahan (+) 15.48 30.91 Perpindahan (-) -20.87 -32.66 Elastik Perpindahan (+) 3.90 8.84 Perpindahan (-) -5.36 -8.91 Arah Perpindahan Bangunan A Bangunan B (mm) (mm) Non Linier Perpindahan (+) 25.46 33.37 Perpindahan (-) -19.56 -36.77 Ultimuit Perpindahan (+) 18.77 37.47 Perpindahan (-) -25.50 -39.58 Elastik Perpindahan (+) 11.26 21.51 Perpindahan (-) -15.30 -23.75 Arah Perpindahan Bangunan A Bangunan B (mm) (mm)
  • 15. Gbr.16 Pola gerak menutup dan membuka Bahaya benturan umumnya terjadi pada saat gempa maksimum maka, kebutuhan diltasi antara bangunan akan dievaluasi pada pada kondisi beban gempa maksimum. Terdapat dua kondisi beban gempa maksimum. Pertama, beban gempa desain (Mode-2) dikalikan dengan Cd/Ie. Kedua, pada beban gempa rencana yakni beban gempa yang nilainya (2/3) kali beban gempa maksimum yang dipertimbangkan. Kedua jenis beban tersebut akan dilihat baik pada SRPMB, maupun pada SRPMK. Selain itu kebutuhan dilatasi dapat dihitung dengan formula dalam persamaan (2). Persamaan ini diangga lebih rasional karena dapat mengatasi kemungkinan Gerakan yang bersifat out-of phase. 5.3.1. Kebutuhan Dilatasi pada SRPMK Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan dilatasi dapat di peroleh dengan tiga cara,yakni: cara ultimit, non-linier dengan menggunakan persamaan (1) dan non linier dengan menggunakan persamaan (2). Ketiga hasil tersebut disajikan dalam gambar 17, 18 dan 19. Gbr.17. Kebutuhan dilatasi ultimit hasil tranformasi simpangan elastis +UA,MAX -UB,MAX Bangunan-A Bangunan-B -UA,MAX -UB,MAX gerakan menutup 35.59 -34.93 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 perpindahan (mm) t (det) Kebutuhan Dilatasi Maksimum Pada Keadaan Ultimit (Cd/Ie) * (UA,e - UB,e)
  • 16. Dari table rangkuman dapat dilihat tiga fakta. Pertama, setelah memasuki fase inelastic pola respon bangunan berubah secara signifikan; Kedua, perubahan pola respon ini tidak dapat diantisipasi dengan baik melalui metode ultimi, walaupun hasilnya pada kasus yang masih konsistem dengan metode yang lain. Ketiga, Metode penjumlahan respon (pers-1) menjadi over confidence karena penyimpangan dari metode SRSS di atas 400%. Metode ini hanya cocok untuk menentukan waktu benturan tetapi kurang aman untuk menentukan besar dilatasi. Metode ultimit juga kurang memberikan hasil yang riil pada kasus ini, karena penyimpangan dari metode SRSS di atas 70% Gbr.18. Kebutuhan dilatasi dari respon non linier danpersamaan-1 35.59 -34.93 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 perpindahan (mm) t (det) Kebutuhan Dilatasi Maksimum Pada Keadaan Ultimit (Cd/Ie) * (UA,e - UB,e) 14.83 -10.75 -15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 kebutuhan dilatasi (mm) t (detik) Kebutuhan Dilatasi Maksimum dari Respon Non-Linier (U A,NL - U B,NL)
  • 17. Gbr.18. Kebutuhan dilatasi dari respon non-linier dan persamaan -2 Tabel 11 Rekap Kebutuhan Dilatati Antara Bangunan A & B 5.3.2. Kebutuhan Dilatasi pada SRPMB Gbr. 19 Kebutuhan dilatasi berdasarkan respon ultimit 62.34 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 dilatasi maksimum (mm) t (det) Dilatasi Maksimum Dengan Formula SRSS (Dari Respon Non-Linier) NL-Pers(2) 62.34 Metode Kebutuhan Dilatasi (mm) ULTIMI 35.59 NL-Pers(1) 14.83 -42.43 34.36 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 dilatasi (mm) t (det) Kebutuhan dilatasi Berdasarkan Deformasi Ultimit (Cd/Ie)*( UA,ULT - UB,ULT)
  • 18. Gbr.20. Kebutuhan dilatasi dari respon non-linier dan persamaan -1 Gbr.21. Kebutuhan dilatasi dari respon non-linier dan persamaan -2 Tabel 11 Rekap Kebutuhan Dilatati Antara Bangunan A & B Untuk karus SRPMB, pengarung respon inelastic tidak kuat baik pada bangunan A maupun bangunan B, hal ini lebih jelas jak akita mengamati pole perpindahan bangunan pada sub bab sebelumuan. Dari -24.08 35.22 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 diltasi (mm) t (det) Kebutuhan dilatsi Berdasarkan Respon Non-Linier dan Formula-1 (U A-NL,t - U B-NL,t) 38.74 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 dilatasi (mm) t (det) Kebutuhan Dilatsi Berdasarkan Respon Non-Linier dan Formula-2 (SRSS) Metode Kebutuhan Dilatasi (mm) 42.43 35.22 ULTIMI NL-Pers(1) NL-Pers(2) 38.74
  • 19. table rekap kebutuhan dilatsi, perbedaan kebutuhan dilatasi atara ketiga tidak begitu signifikan (20%) dibandingkan dengan kasus SRPMK. 5.4.Diskusi Ada beberapa pokok masalah yang menarik untuk di diskusikan, antara lain: Pertama, potensi bentuan. Potensi benturan sangat tinggi pada jarak antara bangunan sangat berdekatan. Peluang benturan juga dipengaruhi oleh sebearapa jauh perbedaan waktu getar antara bangunan yang berdekat. Semakin semakin jauh berbeda, seamkin besar potensi benturan, sebaliknya pada bangunan dengan waktu getar yang berdekatan akan meiliki kecenderungan pergerakan yang sama. Kedua, potensi out of phase pada banguunan riil bisa sangat besar karena factor-faktor yang tidak dipehitungkan, misalnya hadirnya elemen arsitektural di antara cela dilatasi dapat mengganggu pola gerak deformasi lateral banguna. Ketiga, respon bangunan pasca leleh. Pada bangunan dengan tingkat daktailitas tinggi, sehingga nilai SR rendah atau R/Ie tinggi, deformasi lateral cenderung meningkat secara tajam. Dalam studi ini terlihat pada model SRPMK dengan R = 8 dan Ie = 1.5, perpinhdan lateral menjadi sangat besar dan akhirnya membutuhkan dilatasi minimum yang besar pula. Yang menari pada kasus SR yang rendah, bangunan A dan B cenderung memiliki pola gerak yang sama. Kerempat, keterbatasan model dalam persamaan-1. Persamaan -1 merupakan perhitungan kebutuhan dilatasi yang bersumber dari asusmsi bahwa ketika terjadi β€œpola gerak mentup”, bangunan berpotensi mengalami benturan. Oleh karena itu simpangan total dari pergerakan menutup dari kedua bangunan merupakan nilai kebutuhan dilatasi minimumnya. Formmula ini hanya aman digunakan jika banguan yang berdekatan tidak memiliki pola gerak yang cenderung sama seperti pada gambar 15. Kelima, penggunaan formula SRSS. Formula SRSS merupakan formula rasional yang dapat mengatasi masalah yang timbul sebagaimana kasu pada gambar 15. Model ini secara umum lebih aman, walaupun dalam beberapa kasus metode lain masih lebih konservatip. 5.5.Kesimpulan Stutudi kebutuhan diltasi dengan menggunakan model model satu derajat kebebasan dan dengan menggunakan model pegas dari Takeda yang dimodofikasi telah dilakukan. Beban gempa yang digunakan juga telah disesuikan dengan kurva spektrum respon gempa rencara untuk kondisi tanah sedang. Ada tiga kesimpulan penting dari studi ini adalah:
  • 20. 1. Metode penumlahan seperti dalam persamaan-1 hanya cocok untuk menentuka waktu benturan, tetapi tidak cocok untuk menentukan kebutuhan dilatasi. 2. Metode ultimit yakni metode tranformasi perhitung deformasi pada kondisi elasti selnajutnya dikalikan dengan factor pengalih Cd/Ie, hanya dapat digunakan dalam kondisi banguna yang tidak mengalami deformasi inelastik yang besar. 3. Perubahan pola respon bangunan pasca inelastic dapat sangat signifikan, karena itu kondisi out of phase bisa saja terjadi, dan berpengaruh terhadap kemungkinan terjadi benturan antara bangunan.
  • 21. Referensi 1. ASCE/SEI 7-16, Minimum Design Loads and Associated Criteria for building and Other Structures, American Society of Civil Engineers, 2017 2. UBC-1952, Union Building Code 1952 Vol-1, Pacific Coast Building Official Conference, 1952 3. UBC-1979, Union Building Code 1979, International Conference of Building Official, 1979 4. SNI 1726:2019, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung, Badan standar Nasional Indonesia, 2019 5. Christopher Arnold, and Robert Reitherman, Building Configuration and Seismic Design, John Wiley & Son 1982 6. Gregory L. Cole, Rajesh P. Dhakal and Fred M. Turner, Building Pounding Damage Observed in the 2011 Christchurch earthquake; Earthquake Engineering and Structural Dynamics, Earthquake Engng Struct. Dyn. 2012; 41:893-913 . Published onlie 30 Agustut 2011 in Wiley Online Library (wileyonlinelibrarary.com). DOI: 10.1002/eqe.1164 7. Gregory L. Cole, R.P. Dhakal, A.J. Carr and D.K. Bull, Case studies of observed pounding damage during the 2010 Darfield earthquake, Proceedings of the Ninth Pacific Conference on Earthquake Engineering Building an Earthquake-Resilient Society 14- 16 April, 2011, Auckland, New Zealand 8. H. S. Lew, E. V. Leyendecker, and R. D. Dikkers, Engineering Aspects of the I 1971 San Fernando Earthquake, Building Science Series 40 Nat. Bur. Stand. (U.S.), Bldg. Sci. Ser. 40, 419 pages, (Dec. 1971) CODEN: BSSNB Issued, December 1971 9. Ivankova Olga, Stellmach Marian, and Konecna Lenka, Dilatation of the High-Rise Building by Inserted Field, Key Engineering Materials, ISSN: 1662-9795, Vol. 738, pp 130-139, doi:10.4028/www.scientific.net/KEM.738.130 Accepted: 2017-02-10 Β© 2017 Trans Tech Publications, Switzerland, 2017 10. John A. Blume, Nathan M. Newmark, and Leo H. Corning, Design of Mulristory Reinforced Concrete Buildings for Earthquake Motions, Prtland Cement Association, 1961 11. K. Fujii and Y. Sakai, Shaking Table Test of Adjacent Building Models Considering Pounding, Β© 2018 WIT Press, www.witpress.com ISSN: 2046-0546 (paper format),
  • 22. ISSN: 2046-0554 (online), http://www.witpress.com/journals DOI: 10.2495/CMEM- V6-N5-857-867 12. Maritza, Mexcico City Earthquake 1985, Polz 499: Politic of disaster, 19 September 1985, https://politicsofdisaster.wordpress.com/1985/09/19/mexico-city- earthquake-1985/ 13. Masato Motosaka and Kazuya Mitsuji, Building Damage during the 2011 of Pacific Coast of Thohoku Earthquake, The Japanese Geotechinacl Society, Soil and Foundations 2012; 52(5):929-944. Journal homepage: www.elsevier.com/located/sandf. 14. M.G.Shaikh, Hashmi S.Shakeeb, Effect of Seismic Joint in the Performance of Multi- Storeyed L-Shaped Building, IOSR Journal of Mechanical and Civil Engineering (IOSR- JMCE), e-ISSN: 2278-1684,p-ISSN: 2320-334X, Volume 10, Issue 1 (Nov. - Dec. 2013), PP 70-77, www.iosrjournals.org 15. Muhammad Noman , Bashir Alam , Muhammad fahad , Khan Shahzada & Muhammad Kamal, Effects of pounding on adjacent buildings of varying heights during earthquake in Pakistan, Cogent Engineering, ISSN: (Print) (Online) Journal homepage: https://www.tandfonline.com/loi/oaen20 16. Nupur Saxena, Rahul Ghosh, and Rama Debbarma, Analysis of Seismic Separation Gap between Two Adjacent Reinforced Concrete Buildings, AIP Conference Proceedings 2158, 020002 (2019); https://doi.org/10.1063/1.5127126 Published Online: 25 September 2019 17. Robert Jankowski, Assessment of Damage Due to Earthquake-Induced Pounding Between the Main Building and the Stairway Tower, Key Engineering Materials Vol. 347 (2007) pp 339-344, Β© (2007) Trans Tech Publications, Switzerland doi:10.4028/www.scientific.net/KEM.347.339 18. Robert Jankowski, Sayed Mahmoud, Earthquake-Induced Structural Pounding, Springer International Publishing Switzerland 2015 19. Stephen A. Mahin, Vitelmo V. Bertero, Anil K. Chopra, and Robert G. Collins, Response of The Olive View Hospital Main Building During The San Fernando Earthquake, Earthquake Engneering Research Center, Report No. EERC 76-22, October 1976 20. Seyed M. Khatami, O. Rezaei Far and S. Karimi, Investigation of pounding based on finite element analyses of two adjacent buildings, considering new equation of motion to measure impact, Journal of Civil Engineering and Construction Technology, Vol. 5(7), pp. 63-75, December, 2014 DOI: 10.5897/JCECT2014.0324 Articles number:
  • 23. 929B10349395 ISSN 1996-0816 Β©2014 Copyright Β© 2014 http://www.academicjournals.org/JCECT 21. William C. Stone, Felix Y. Yokel, Mehmet Celebi, Thomas Hanks, and Edgar V. Leyendecker, Engineering Aspects of the September 19, 1985 Mexico Earthquake, U.S. Department of Commerce, National Bureau of standards, May 1897