SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
Pertemuan 1 – 2 BESARAN – BESARAN SISTEM Dr. I Made Astra, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PANDANGAN UMUM TENTANG THERMODINAMIKA ,[object Object],02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
PANDANGAN UMUM TENTANG THERMODINAMIKA Kedua hukum dasar ini akan dibicarakan pada bab III dan bab V berikutnya. Prinsif-prinsif dan metode-metode thermodinamika dipakai pada perencanaan-perencanaan motor-motor bakar (Turbin), pusat-pusat tenaga nuklir, pesawat-pesawat pendingin, roket (pesawat terbang), pesawat-pesawat dengan tenaga listrik dan lain-lain. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
SISTEM TERMODINAMIKA ,[object Object],02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
SISTEM TERMODINAMIKA Adapun definisi dari  sistem  adalah : suatu batasan yang dipakai untuk menunjukan suatu benda (benda kerja) dalam suatu permukaan tertutup. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
SISTEM TERMODINAMIKA Misalnya : *) Udara dikompresi di dalam silinder.   Dalam hal ini sistem adalah udara yang  dikompresikan dan permukaan  tertutup adalah permukaan yang dibatasi  silinder 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM   Pada thermodinamika, volume V, temperatur T, tekanan P, kerapatan ρ dan lain-lain disebut sebagai koordinat sistem. Keadaan sistem tergantung pada koordinat sistem, bila koordinat sistem berubah maka keadaan sistem akan berubah. Sehingga koordinat sistem sering disebut sebagai perubah (variabel) keadaan sistem/zat.  Dimana perubahan keadaan sistem dari suatu keadaan ke keadaan lain dapat digambarkan pada diagram V, T, P. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM   Dalam thermodinamika, besaran sistem dapat dibagi menjadi dua besaran thermodinamika yaitu : besaran Extensive dan besaran Intensive. Besaran extensive dipengaruhi oleh massa atau mole sistem, sedangkan besaran intensive tidak dipengaruhi oleh massa atau mole sistem sistem. Contoh : Besaran extensive  : Volume, Kapasitas Panas, Kerja (energi), entropy dll. Besaran intensive  : Tekanan, Temperatur, kerapatan dll. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM   Dari besaran-besaran extensive akan diperoleh harga-harga jenis (specific Value) dan harga-harga molar (molal specific value) dari suatu sistem, seperti berikut : *)  Haraga Jenis (specific value) adalah perbandingan antara besaran  extensive dengan massa sistem/zat. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM   Contoh : Volume jenis dari sistem: V = Volume sebenarnya (m 3  ; ft 3 ) M = massa sistem (kg ; lb) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM   **)  Haraga jenis molar adalah perbandingan antara  besaran extensive dengan  jumlah mole dari suatu  sistem/zat. Contoh : Volume Jenis Molar : Dimana : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM   Maka : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM   Untuk kerapatan suatu sistem/zat dapat dibuat hubungan sebagai berikut : Sehingga didapat  : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
TEKANAN (PRESSURE)   Bila permukaan suatu zat (padat, cair dan gas) menerima gaya-gaya luar maka bagian permukaan zat yang menerima gaya tegak lurus akan mengalami tekanan (tertekan). Gaya tegak lurus pada permukaan tersebut dibagi luas permukaannya disebut  Tekanan.  Dengan rumus dapat ditulis : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Dimana : Dalam thermodinamika, tekanan p umumnya dinyatakan dalam harga absolut (tekanan absolut/mutlak), maka  dalam diktat ini simbol p menyatakan tekanan absolut dari sistem/zat   Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran sistem, jadi: 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
[object Object],Tekanan absolut = Tekanan pengukuran + Tekanan Atmosfir Atau : Pabs = P gauge +  P atm   ,[object Object],Tekanan absolut = Tekanan atmosfir – Tekanan pengukuran Atau : Pabs = Patm – Pgauge  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Dalam satuan British, tekanan absolut dan tekanan pengukuran masing-masing dinyatakan dalam  psia  (pound persquare inch absolut) dan  psig  (pound persquare inch gauge). 1 standard atmosfir  = 1,01324 x 105 N/m 2   = 14,7 lb/in 2   = 10332 kg/m 2 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
T EMPERATUR   ,[object Object],Skala temperatur mutlak ada dua macam yakni : D alam satuan internasional   Tabs = 273 + T  0 C  ( 0 K) D alam satuan British   Tabs = 460 + T  0 F  ( 0 R) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Dimana : T  0 F = 9/5(T  0 C) + 32 T  0 C = 5/9(T  0 F  - 32 )  Hubungan antara skala temperatur kelvin, celcius, rankine dan fahrenheit 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | 0 F 0 R 0 K 0 C Ttk. didih Ttk didih Nol absolut 373 672 212 100 0 - 460 492 32 273 0 0 - 273
PERSAMAAN KEADAAN PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL (GAS SEMPURNA) Dalam thermodinamika, gas yang dipergunakan sebagai benda kerja umumnya semuanya dianggap bersifat sebagai gas ideal. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat gas ideal hanya berbeda sedikit dari sifat-sifat gas yang sebenarnya   Gas ideal  (sempurna) adalah gas dimana tenaga ikat molekul-molekulnya dapat diabaikan.  Jadi setiap gas Bila tenaga ikat molekul-molekulnya dapat diabaikan tergolong dalam gas ideal   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Adapun persamaan gas ideal untuk satuan massa adalah sebagai berikut : P.v = RT   Dimana : P = Tekanan absolut (N/m 2 ) ; lb/ft 2  ; kg/m 2 ) v = volume jenis gas (m 3 /kg ; ft 3 /lb) R = Konstanta gas (joule/kg-mole  ;  ft.lb/lb-mole) T = Temperatur absolut gas ( 0 K  ;  0 R) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Untuk massa m persamaan gas ideal  dapat ditulis : P.V = m.R.T   Dimana : V = volume gas sebenarnya (m 3   ;  ft 3 ) M = massa gas (kg  ;  lb) Untuk jumlah mole gas persamaan gas ideal menjadi : Pv* = R 0 T   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Atau : PV = n.R 0 .T   Dimana : Dengan:  R = R 0 /M   Dimana : M = berat molekul gas (kg/kg-mole  ;  lb/lb-mole) n  = jumlah mole gas (kg-mole  ;  lb-mole) v* = volume jenis molar (m 3 /kg-mole  ;  ft 3 /lb-mole) R0 = konstanta gas universil (joule/kg-mole. 0 K  ;  ft.lb/lb-   mole. 0 R) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Harga R 0  adalah: 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
PERUBAHAN KEADAAN GAS IDEAL   Pada gas ideal terdapat empat macam perubahan keadaan istimewa yaitu : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | ,[object Object],P V V 1 V 2 1 2 Gas dimasukan kedalam silinder torak. Keadaan gas akan dirubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan menekan torak. Suhu gas dijaga agar tetap konstan dengan jalan mendinginkan dan memanaskan silinder T=konstan P–V Diagram Proses Isothermal
02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | 2.  Perubahan keadaan dengan proses volume  konstan (isometric ; isochoris) 1 2 P 2 P 1 V = konstan V P keadaan gas dirubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan memanaskan silinder, sedang torak ditahan supaya jangan bergerak sehingga volume gas dalam silinder tetap konstan   P-V Diagram Proses Isochoris
[object Object],[object Object],02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | 1 2 P 1  = P 2 V 1 V P V 2 Keadaan gas dirubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan memanaskan silinder, sedang torak dibuat bebas bergerak sehingga tekanan gas dalam silinder tetap konstan   P-V Diagram Proses Isobaric
HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA Bila kita berikan sejumlah panas kecil  dQ pada satu sistem, maka sistem tersebut akan berekspansi dan melakukan kerja luar yang kecil sebesar dW. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA ,[object Object],[object Object],Tetapi disamping itu, pemanasan terhadap sistem juga akan menimbulkan hal-hal : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
HUKUM THERMODINAMIKA PERTAMA Energi yang diperlukan untuk hal ini disebut  pertambahan energi dalam (internal energy).  Jadi panas dQ sebagian dirubah untuk pertambahan energi dalam. Selain itu juga sistem mengalami pertambahan energi kinetik dan pertambahan energi potensial luar akibat gaya-gaya konservatif luar seperti gaya gravitasi dan lain-lain. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA Bila kita buat : dU  = Pertambahan energi dalam dEk = Pertambahan energi kinetik dEp = Pertambahan energi potensial luar. Maka dapatlah kita buat persamaan energi untuk sistem tadi : dQ = dW + dU + dEk + dEp 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA Persamaan ini menyatakan prinsip konservasi energi dari suatu sistem dan menjadi  hukum thermodinamika pertama secara matematic . Tapi dalam persoalan thermodinamika, sistem-sistem sebagian besar mengalami energi kinetik dan energi potensial yang konstan (pada sistem-sistem yang diisolasi) atau dEk = 0 dan dEp = 0 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA dQ = dU + dW   M aka hukum thermodinamika pertama menjadi  : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Bila kerja negatif , berarti sistem menerima kerja (kerja luar) dari sekelilingnya. Bila kerja positif , berarti sistem melakukan kerja terhadap sekelilingnya. Untuk menjelaskan hal ini marilah kita tinjau suatu silinder berisi gas yang dilengkapi dengan torak yang dapat bergerak   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | dV V P V 1 V 2 ds 1 2 P-V Diagram, Kerja Gas dlm Silinder
Kerja Pada Perubahan Keadaan Temperatur Konstan/isothermal Sistem berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan temperatur  konstan.  T = konstan T 1  = T 2 1 2 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | P V P 1 P 2 V 2 V 1
W = P(V 2  – V 1 )   Tekanan Konstan/isobaric Volume Konstan W = 0  why? 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | P V P 1  = P 2 V 2 V 1 1 2 Sistem berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan tekanan konstan.  P = konstan P 1  = P 2
[object Object],Bila pada suatu sistem diberikan panas dQ hingga menaikan temperatur sistem sebesar dT, maka perbandingan panas dQ dengan kenaikan temperatur dT disebut kapasitas panas dari sistem.   Bila C adalah kapasitas panas dari sistem, maka : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Bila proses berjalan dengan volume konstan, maka kapasitas panas tersebut diatas disebut dengan kapasitas panas pada volume konstan disimbolkan dengan Cv. Selanjutnya bila proses berjalan dengan tekanan konstan, maka kapasitas panas tersebut disebut dengan kapasitas panas pada tekanan konstan yang disimbolkan dengan Cp. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Kapasitas panas C persatuan massa m  disebut panas jenis (specific heat) disimbol dengan c, jadi panas jenis suatu sistem adalah : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
P anas yang masuk kesistem persatuan massa untuk perubahan temperatur dT, besarnya : dq = c.dT   Untuk proses dengan volume konstan : dq = du = c v .dT   Untuk proses dengan tekanan konstan : dq = c p .dT   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Panas total yang masuk kesistem (untuk massa m), besarnya : dQ = m.dq = m.c p .dT atau : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Bila c p  konstan, maka : Q = m.cp (T 2  – T 1 )   Untuk proses dengan volume konstan : Q = U 2  – U 1  = m c v  (T 2  – T 1 )   Untuk semua gas dapat ditulis : cp – cv = R dimana : cp/cv = γ  , maka : cv = R / (γ – 1)   cp = γ.R / (γ – 1)   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
PENGGUNAAN HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA PROSES ADIABATIK   Perubahan keadaan disebut adiabatik bila tidak ada panas yang dikeluarkan/diterima sistem dari/terhadap sekelilingnya atau dq = 0.   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
PENGGUNAAN HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA Hal ini dimungkinkan bila sistem diisolasi. Kejadian ini terjadi pada motor-motor bakar jenis diesel, pada akhir kompresi temperatur udara sangat tinggi hingga sanggup membakar bahan bakar tanpa menggunakan bunga api. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Pandang suatu silinder berisolasi berisi gas yang dilengkapi dengan piston seperti terlihat pada gambar berikut :   P-V Diagram Proses Adiabatik Hukum thermodinamika pertama   dq =  du + dw   0 = du + dw  U 2  – U 1  = - W atau U 1  – U 2  =  W   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Kerja pada proses Adiabatik Pada proses Ekspansi Adiabatik Pada proses kompresi Adiabatik 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
ENTALPY   H = U + P.V   Q = H 2  – H 1   H 2  – H 1  = m.c p (T 2  – T 1 )   h 2  – h 1  = c p (T 2  – T 1 )   Entalpy suatu sistem adalah penjumlahan dari energi dalam dengan hasil kali tekanan dan volume sistem.  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
PROSES MELINGKAR CARNOT 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | 4-1. Kompresi adiabatik 3-4. Kompresi isothermal 2-3. Ekspansi adiabatik 1-2 . Ekspansi isothermal
Kerja pada proses ekspansi isothermal 1-2 :   Kerja pada proses ekspansi adiabatik 2-3 (dQ = 0 ; dW = - dU) : Kerja pada proses kompresi isothermal 3-4 : Kerja pada proses kompresi adiabatik 4-1 : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Pada proses ekspansi isothermal 1-2 dan proses kompresi isothermal 3-4, energi dalam gas ideal adalah konstan, maka : W 2  = Q 2   ;  W 1  = Q 1   Dengan demikian kerja netto pada proses melingkar carnot  menjadi :   W = Q 2  – Q 1   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Efisiensi thermis dari lingkaran carnot adalah :   Dari kedua persamaan diatas didapat hubungan  :   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Skema diagram alir untuk mesin panas carnot  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
REFRIGERATOR (PENDINGIN) CARNOT   Karena proses melingkar carnot adalah proses reversibel, maka proses dapat dibalik   Proses yang dibalik ini disebut dengan refrigerator carnot. Jadi refrigerator carnot bekerja dengan kebalikan dari mesin panas carnot. Mesin carnot disebut dengan direct cycle sedang refrigerator carnot disebut reversed cycle   Refrigerator carnot menerima kerja luar W dan menyerap panas Q 1  dari reservoar  dingin (heat sink) temperatur T 1  serta memberikan panas Q 2  ke reservoar panas temperatur T 2   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Skema diagram alir  Refrigerator  carnot  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Jadi dapat dibuat hubungan :   W = Q 2  – Q 1   Koefisien  of  Performan :   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
TERIMA KASIH 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |

More Related Content

What's hot

kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gasRfebiola
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatRisdawati Hutabarat
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1APRIL
 
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copyMahammad Khadafi
 
Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)
Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)
Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)Chaed Al Habibah
 
Diktat fisika 12 listrik statis
Diktat fisika 12   listrik statisDiktat fisika 12   listrik statis
Diktat fisika 12 listrik statisSMANEGERIWOLULAS
 
Fisika hukum newton
Fisika hukum newtonFisika hukum newton
Fisika hukum newtonSayur Lodeh
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bMuhammad Ali Subkhan Candra
 
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"Varilia Wardani
 
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaThermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaIskandar Tambunan
 
Penerapan defrensial
Penerapan defrensialPenerapan defrensial
Penerapan defrensialFKIP UHO
 
Sistem Termodinamika
Sistem TermodinamikaSistem Termodinamika
Sistem TermodinamikaAlpiYanti
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatAhmad Faisal Harish
 

What's hot (20)

kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1
 
Kumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi TermodinamikaKumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi Termodinamika
 
Pusat massa dan momentum
Pusat massa dan momentum Pusat massa dan momentum
Pusat massa dan momentum
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
 
Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)
Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)
Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)
 
Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)
 
Makalah bandul fisis
Makalah bandul fisisMakalah bandul fisis
Makalah bandul fisis
 
Diktat fisika 12 listrik statis
Diktat fisika 12   listrik statisDiktat fisika 12   listrik statis
Diktat fisika 12 listrik statis
 
Fisika hukum newton
Fisika hukum newtonFisika hukum newton
Fisika hukum newton
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
 
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaThermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
 
Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
 
Penerapan defrensial
Penerapan defrensialPenerapan defrensial
Penerapan defrensial
 
2 medan listrik 1
2 medan listrik 12 medan listrik 1
2 medan listrik 1
 
Sistem Termodinamika
Sistem TermodinamikaSistem Termodinamika
Sistem Termodinamika
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
 

Similar to Thermodinamika Sistem

Termodinamika (12) c mesin_kalor
Termodinamika (12) c mesin_kalorTermodinamika (12) c mesin_kalor
Termodinamika (12) c mesin_kalorjayamartha
 
Termodinamika (4) b konsep_temperatur
Termodinamika (4) b konsep_temperaturTermodinamika (4) b konsep_temperatur
Termodinamika (4) b konsep_temperaturjayamartha
 
Termodinamika (4) g penskalaan_termometer
Termodinamika (4) g penskalaan_termometerTermodinamika (4) g penskalaan_termometer
Termodinamika (4) g penskalaan_termometerjayamartha
 
Termodinamika (5) a kesetimbangan_mekanik
Termodinamika (5) a kesetimbangan_mekanikTermodinamika (5) a kesetimbangan_mekanik
Termodinamika (5) a kesetimbangan_mekanikjayamartha
 
Termodinamika (6) c proses_kuasistatik
Termodinamika (6) c proses_kuasistatikTermodinamika (6) c proses_kuasistatik
Termodinamika (6) c proses_kuasistatikjayamartha
 
Termodinamika - 04 b
Termodinamika - 04 bTermodinamika - 04 b
Termodinamika - 04 bjayamartha
 
Termodinamika (4g) Penskalaan Termometer
Termodinamika (4g) Penskalaan TermometerTermodinamika (4g) Penskalaan Termometer
Termodinamika (4g) Penskalaan Termometerjayamartha
 
Termodinamika (1 - 2) f termodinamika_dan_energi
Termodinamika (1 - 2) f termodinamika_dan_energiTermodinamika (1 - 2) f termodinamika_dan_energi
Termodinamika (1 - 2) f termodinamika_dan_energijayamartha
 
Termodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
Termodinamika (4) f temperatur_gas_idealTermodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
Termodinamika (4) f temperatur_gas_idealjayamartha
 
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitasTermodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitasjayamartha
 
Termodinamika (12) a pendahuluan_hukum_kedua_termodinamika
Termodinamika (12) a pendahuluan_hukum_kedua_termodinamikaTermodinamika (12) a pendahuluan_hukum_kedua_termodinamika
Termodinamika (12) a pendahuluan_hukum_kedua_termodinamikajayamartha
 
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropiTermodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropijayamartha
 
Termodinamika I.pptx
Termodinamika I.pptxTermodinamika I.pptx
Termodinamika I.pptxssuser997570
 
01. pertemuan i
01. pertemuan i01. pertemuan i
01. pertemuan ipraptome
 
01. pertemuan i
01. pertemuan i01. pertemuan i
01. pertemuan ipraptome
 
Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2rossanty
 
Termodinamika (14) b e_entropi,_apa_itu_entropi
Termodinamika (14) b e_entropi,_apa_itu_entropiTermodinamika (14) b e_entropi,_apa_itu_entropi
Termodinamika (14) b e_entropi,_apa_itu_entropijayamartha
 
Termodinamika - 04 f
Termodinamika - 04 fTermodinamika - 04 f
Termodinamika - 04 fjayamartha
 
Termodinamika (5) b sistem_paramagnetik
Termodinamika (5) b sistem_paramagnetikTermodinamika (5) b sistem_paramagnetik
Termodinamika (5) b sistem_paramagnetikjayamartha
 
Termodinamika (13) d skala_temperatur_termodinamika
Termodinamika (13) d skala_temperatur_termodinamikaTermodinamika (13) d skala_temperatur_termodinamika
Termodinamika (13) d skala_temperatur_termodinamikajayamartha
 

Similar to Thermodinamika Sistem (20)

Termodinamika (12) c mesin_kalor
Termodinamika (12) c mesin_kalorTermodinamika (12) c mesin_kalor
Termodinamika (12) c mesin_kalor
 
Termodinamika (4) b konsep_temperatur
Termodinamika (4) b konsep_temperaturTermodinamika (4) b konsep_temperatur
Termodinamika (4) b konsep_temperatur
 
Termodinamika (4) g penskalaan_termometer
Termodinamika (4) g penskalaan_termometerTermodinamika (4) g penskalaan_termometer
Termodinamika (4) g penskalaan_termometer
 
Termodinamika (5) a kesetimbangan_mekanik
Termodinamika (5) a kesetimbangan_mekanikTermodinamika (5) a kesetimbangan_mekanik
Termodinamika (5) a kesetimbangan_mekanik
 
Termodinamika (6) c proses_kuasistatik
Termodinamika (6) c proses_kuasistatikTermodinamika (6) c proses_kuasistatik
Termodinamika (6) c proses_kuasistatik
 
Termodinamika - 04 b
Termodinamika - 04 bTermodinamika - 04 b
Termodinamika - 04 b
 
Termodinamika (4g) Penskalaan Termometer
Termodinamika (4g) Penskalaan TermometerTermodinamika (4g) Penskalaan Termometer
Termodinamika (4g) Penskalaan Termometer
 
Termodinamika (1 - 2) f termodinamika_dan_energi
Termodinamika (1 - 2) f termodinamika_dan_energiTermodinamika (1 - 2) f termodinamika_dan_energi
Termodinamika (1 - 2) f termodinamika_dan_energi
 
Termodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
Termodinamika (4) f temperatur_gas_idealTermodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
Termodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
 
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitasTermodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
 
Termodinamika (12) a pendahuluan_hukum_kedua_termodinamika
Termodinamika (12) a pendahuluan_hukum_kedua_termodinamikaTermodinamika (12) a pendahuluan_hukum_kedua_termodinamika
Termodinamika (12) a pendahuluan_hukum_kedua_termodinamika
 
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropiTermodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
 
Termodinamika I.pptx
Termodinamika I.pptxTermodinamika I.pptx
Termodinamika I.pptx
 
01. pertemuan i
01. pertemuan i01. pertemuan i
01. pertemuan i
 
01. pertemuan i
01. pertemuan i01. pertemuan i
01. pertemuan i
 
Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2
 
Termodinamika (14) b e_entropi,_apa_itu_entropi
Termodinamika (14) b e_entropi,_apa_itu_entropiTermodinamika (14) b e_entropi,_apa_itu_entropi
Termodinamika (14) b e_entropi,_apa_itu_entropi
 
Termodinamika - 04 f
Termodinamika - 04 fTermodinamika - 04 f
Termodinamika - 04 f
 
Termodinamika (5) b sistem_paramagnetik
Termodinamika (5) b sistem_paramagnetikTermodinamika (5) b sistem_paramagnetik
Termodinamika (5) b sistem_paramagnetik
 
Termodinamika (13) d skala_temperatur_termodinamika
Termodinamika (13) d skala_temperatur_termodinamikaTermodinamika (13) d skala_temperatur_termodinamika
Termodinamika (13) d skala_temperatur_termodinamika
 

More from jayamartha

Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4jayamartha
 
Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3jayamartha
 
Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2jayamartha
 
Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1jayamartha
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitifjayamartha
 
15-superconductivity
15-superconductivity15-superconductivity
15-superconductivityjayamartha
 
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interactionjayamartha
 
7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductor7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductorjayamartha
 
12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetism12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetismjayamartha
 
12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetism12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetismjayamartha
 
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanicsjayamartha
 
Week4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitifWeek4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitifjayamartha
 
10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bands10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bandsjayamartha
 
7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductor7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductorjayamartha
 
Week-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaranWeek-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaranjayamartha
 
5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductor5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductorjayamartha
 
Week-15 kognitif
Week-15 kognitifWeek-15 kognitif
Week-15 kognitifjayamartha
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitifjayamartha
 

More from jayamartha (20)

Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4
 
Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3
 
Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2
 
Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1
 
P6
P6P6
P6
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitif
 
15-superconductivity
15-superconductivity15-superconductivity
15-superconductivity
 
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
 
7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductor7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductor
 
12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetism12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetism
 
12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetism12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetism
 
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
 
Week4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitifWeek4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitif
 
10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bands10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bands
 
7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductor7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductor
 
Week-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaranWeek-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaran
 
5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductor5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductor
 
Week-15 kognitif
Week-15 kognitifWeek-15 kognitif
Week-15 kognitif
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitif
 
Pert 1-4
Pert 1-4Pert 1-4
Pert 1-4
 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 

Thermodinamika Sistem

  • 1. Pertemuan 1 – 2 BESARAN – BESARAN SISTEM Dr. I Made Astra, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
  • 2.
  • 3. PANDANGAN UMUM TENTANG THERMODINAMIKA Kedua hukum dasar ini akan dibicarakan pada bab III dan bab V berikutnya. Prinsif-prinsif dan metode-metode thermodinamika dipakai pada perencanaan-perencanaan motor-motor bakar (Turbin), pusat-pusat tenaga nuklir, pesawat-pesawat pendingin, roket (pesawat terbang), pesawat-pesawat dengan tenaga listrik dan lain-lain. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 4.
  • 5. SISTEM TERMODINAMIKA Adapun definisi dari sistem adalah : suatu batasan yang dipakai untuk menunjukan suatu benda (benda kerja) dalam suatu permukaan tertutup. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 6. SISTEM TERMODINAMIKA Misalnya : *) Udara dikompresi di dalam silinder. Dalam hal ini sistem adalah udara yang dikompresikan dan permukaan tertutup adalah permukaan yang dibatasi silinder 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 7. KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM Pada thermodinamika, volume V, temperatur T, tekanan P, kerapatan ρ dan lain-lain disebut sebagai koordinat sistem. Keadaan sistem tergantung pada koordinat sistem, bila koordinat sistem berubah maka keadaan sistem akan berubah. Sehingga koordinat sistem sering disebut sebagai perubah (variabel) keadaan sistem/zat. Dimana perubahan keadaan sistem dari suatu keadaan ke keadaan lain dapat digambarkan pada diagram V, T, P. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 8. KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM Dalam thermodinamika, besaran sistem dapat dibagi menjadi dua besaran thermodinamika yaitu : besaran Extensive dan besaran Intensive. Besaran extensive dipengaruhi oleh massa atau mole sistem, sedangkan besaran intensive tidak dipengaruhi oleh massa atau mole sistem sistem. Contoh : Besaran extensive : Volume, Kapasitas Panas, Kerja (energi), entropy dll. Besaran intensive : Tekanan, Temperatur, kerapatan dll. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 9. KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM Dari besaran-besaran extensive akan diperoleh harga-harga jenis (specific Value) dan harga-harga molar (molal specific value) dari suatu sistem, seperti berikut : *) Haraga Jenis (specific value) adalah perbandingan antara besaran extensive dengan massa sistem/zat. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 10. KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM Contoh : Volume jenis dari sistem: V = Volume sebenarnya (m 3 ; ft 3 ) M = massa sistem (kg ; lb) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 11. KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM **) Haraga jenis molar adalah perbandingan antara besaran extensive dengan jumlah mole dari suatu sistem/zat. Contoh : Volume Jenis Molar : Dimana : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 12. KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM Maka : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 13. KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM Untuk kerapatan suatu sistem/zat dapat dibuat hubungan sebagai berikut : Sehingga didapat : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 14. TEKANAN (PRESSURE) Bila permukaan suatu zat (padat, cair dan gas) menerima gaya-gaya luar maka bagian permukaan zat yang menerima gaya tegak lurus akan mengalami tekanan (tertekan). Gaya tegak lurus pada permukaan tersebut dibagi luas permukaannya disebut Tekanan. Dengan rumus dapat ditulis : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 15. Dimana : Dalam thermodinamika, tekanan p umumnya dinyatakan dalam harga absolut (tekanan absolut/mutlak), maka dalam diktat ini simbol p menyatakan tekanan absolut dari sistem/zat Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran sistem, jadi: 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 16.
  • 17. Dalam satuan British, tekanan absolut dan tekanan pengukuran masing-masing dinyatakan dalam psia (pound persquare inch absolut) dan psig (pound persquare inch gauge). 1 standard atmosfir = 1,01324 x 105 N/m 2 = 14,7 lb/in 2 = 10332 kg/m 2 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 18.
  • 19. Dimana : T 0 F = 9/5(T 0 C) + 32 T 0 C = 5/9(T 0 F - 32 ) Hubungan antara skala temperatur kelvin, celcius, rankine dan fahrenheit 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | 0 F 0 R 0 K 0 C Ttk. didih Ttk didih Nol absolut 373 672 212 100 0 - 460 492 32 273 0 0 - 273
  • 20. PERSAMAAN KEADAAN PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL (GAS SEMPURNA) Dalam thermodinamika, gas yang dipergunakan sebagai benda kerja umumnya semuanya dianggap bersifat sebagai gas ideal. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat gas ideal hanya berbeda sedikit dari sifat-sifat gas yang sebenarnya Gas ideal (sempurna) adalah gas dimana tenaga ikat molekul-molekulnya dapat diabaikan. Jadi setiap gas Bila tenaga ikat molekul-molekulnya dapat diabaikan tergolong dalam gas ideal 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 21. Adapun persamaan gas ideal untuk satuan massa adalah sebagai berikut : P.v = RT Dimana : P = Tekanan absolut (N/m 2 ) ; lb/ft 2 ; kg/m 2 ) v = volume jenis gas (m 3 /kg ; ft 3 /lb) R = Konstanta gas (joule/kg-mole ; ft.lb/lb-mole) T = Temperatur absolut gas ( 0 K ; 0 R) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 22. Untuk massa m persamaan gas ideal dapat ditulis : P.V = m.R.T Dimana : V = volume gas sebenarnya (m 3 ; ft 3 ) M = massa gas (kg ; lb) Untuk jumlah mole gas persamaan gas ideal menjadi : Pv* = R 0 T 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 23. Atau : PV = n.R 0 .T Dimana : Dengan: R = R 0 /M Dimana : M = berat molekul gas (kg/kg-mole ; lb/lb-mole) n = jumlah mole gas (kg-mole ; lb-mole) v* = volume jenis molar (m 3 /kg-mole ; ft 3 /lb-mole) R0 = konstanta gas universil (joule/kg-mole. 0 K ; ft.lb/lb- mole. 0 R) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 24. Harga R 0 adalah: 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 25.
  • 26. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | 2. Perubahan keadaan dengan proses volume konstan (isometric ; isochoris) 1 2 P 2 P 1 V = konstan V P keadaan gas dirubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan memanaskan silinder, sedang torak ditahan supaya jangan bergerak sehingga volume gas dalam silinder tetap konstan P-V Diagram Proses Isochoris
  • 27.
  • 28. HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA Bila kita berikan sejumlah panas kecil dQ pada satu sistem, maka sistem tersebut akan berekspansi dan melakukan kerja luar yang kecil sebesar dW. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 29.
  • 30. HUKUM THERMODINAMIKA PERTAMA Energi yang diperlukan untuk hal ini disebut pertambahan energi dalam (internal energy). Jadi panas dQ sebagian dirubah untuk pertambahan energi dalam. Selain itu juga sistem mengalami pertambahan energi kinetik dan pertambahan energi potensial luar akibat gaya-gaya konservatif luar seperti gaya gravitasi dan lain-lain. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 31. HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA Bila kita buat : dU = Pertambahan energi dalam dEk = Pertambahan energi kinetik dEp = Pertambahan energi potensial luar. Maka dapatlah kita buat persamaan energi untuk sistem tadi : dQ = dW + dU + dEk + dEp 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 32. HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA Persamaan ini menyatakan prinsip konservasi energi dari suatu sistem dan menjadi hukum thermodinamika pertama secara matematic . Tapi dalam persoalan thermodinamika, sistem-sistem sebagian besar mengalami energi kinetik dan energi potensial yang konstan (pada sistem-sistem yang diisolasi) atau dEk = 0 dan dEp = 0 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 33. HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA dQ = dU + dW M aka hukum thermodinamika pertama menjadi : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 34. Bila kerja negatif , berarti sistem menerima kerja (kerja luar) dari sekelilingnya. Bila kerja positif , berarti sistem melakukan kerja terhadap sekelilingnya. Untuk menjelaskan hal ini marilah kita tinjau suatu silinder berisi gas yang dilengkapi dengan torak yang dapat bergerak 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | dV V P V 1 V 2 ds 1 2 P-V Diagram, Kerja Gas dlm Silinder
  • 35. Kerja Pada Perubahan Keadaan Temperatur Konstan/isothermal Sistem berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan temperatur konstan. T = konstan T 1 = T 2 1 2 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | P V P 1 P 2 V 2 V 1
  • 36. W = P(V 2 – V 1 ) Tekanan Konstan/isobaric Volume Konstan W = 0 why? 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | P V P 1 = P 2 V 2 V 1 1 2 Sistem berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan tekanan konstan. P = konstan P 1 = P 2
  • 37.
  • 38. Bila proses berjalan dengan volume konstan, maka kapasitas panas tersebut diatas disebut dengan kapasitas panas pada volume konstan disimbolkan dengan Cv. Selanjutnya bila proses berjalan dengan tekanan konstan, maka kapasitas panas tersebut disebut dengan kapasitas panas pada tekanan konstan yang disimbolkan dengan Cp. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 39. Kapasitas panas C persatuan massa m disebut panas jenis (specific heat) disimbol dengan c, jadi panas jenis suatu sistem adalah : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 40. P anas yang masuk kesistem persatuan massa untuk perubahan temperatur dT, besarnya : dq = c.dT Untuk proses dengan volume konstan : dq = du = c v .dT Untuk proses dengan tekanan konstan : dq = c p .dT 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 41. Panas total yang masuk kesistem (untuk massa m), besarnya : dQ = m.dq = m.c p .dT atau : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 42. Bila c p konstan, maka : Q = m.cp (T 2 – T 1 ) Untuk proses dengan volume konstan : Q = U 2 – U 1 = m c v (T 2 – T 1 ) Untuk semua gas dapat ditulis : cp – cv = R dimana : cp/cv = γ , maka : cv = R / (γ – 1) cp = γ.R / (γ – 1) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 43. PENGGUNAAN HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA PROSES ADIABATIK Perubahan keadaan disebut adiabatik bila tidak ada panas yang dikeluarkan/diterima sistem dari/terhadap sekelilingnya atau dq = 0. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 44. PENGGUNAAN HUKUM TERMODINAMIKA PERTAMA Hal ini dimungkinkan bila sistem diisolasi. Kejadian ini terjadi pada motor-motor bakar jenis diesel, pada akhir kompresi temperatur udara sangat tinggi hingga sanggup membakar bahan bakar tanpa menggunakan bunga api. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 45. Pandang suatu silinder berisolasi berisi gas yang dilengkapi dengan piston seperti terlihat pada gambar berikut : P-V Diagram Proses Adiabatik Hukum thermodinamika pertama dq = du + dw 0 = du + dw U 2 – U 1 = - W atau U 1 – U 2 = W 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 46. Kerja pada proses Adiabatik Pada proses Ekspansi Adiabatik Pada proses kompresi Adiabatik 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 47. ENTALPY H = U + P.V Q = H 2 – H 1 H 2 – H 1 = m.c p (T 2 – T 1 ) h 2 – h 1 = c p (T 2 – T 1 ) Entalpy suatu sistem adalah penjumlahan dari energi dalam dengan hasil kali tekanan dan volume sistem. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 48. PROSES MELINGKAR CARNOT 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | 4-1. Kompresi adiabatik 3-4. Kompresi isothermal 2-3. Ekspansi adiabatik 1-2 . Ekspansi isothermal
  • 49. Kerja pada proses ekspansi isothermal 1-2 : Kerja pada proses ekspansi adiabatik 2-3 (dQ = 0 ; dW = - dU) : Kerja pada proses kompresi isothermal 3-4 : Kerja pada proses kompresi adiabatik 4-1 : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 50. Pada proses ekspansi isothermal 1-2 dan proses kompresi isothermal 3-4, energi dalam gas ideal adalah konstan, maka : W 2 = Q 2 ; W 1 = Q 1 Dengan demikian kerja netto pada proses melingkar carnot menjadi : W = Q 2 – Q 1 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 51. Efisiensi thermis dari lingkaran carnot adalah : Dari kedua persamaan diatas didapat hubungan : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 52. Skema diagram alir untuk mesin panas carnot 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 53. REFRIGERATOR (PENDINGIN) CARNOT Karena proses melingkar carnot adalah proses reversibel, maka proses dapat dibalik Proses yang dibalik ini disebut dengan refrigerator carnot. Jadi refrigerator carnot bekerja dengan kebalikan dari mesin panas carnot. Mesin carnot disebut dengan direct cycle sedang refrigerator carnot disebut reversed cycle Refrigerator carnot menerima kerja luar W dan menyerap panas Q 1 dari reservoar dingin (heat sink) temperatur T 1 serta memberikan panas Q 2 ke reservoar panas temperatur T 2 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 54. Skema diagram alir Refrigerator carnot 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 55. Jadi dapat dibuat hubungan : W = Q 2 – Q 1 Koefisien of Performan : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 56. TERIMA KASIH 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |