Dokumen tersebut membahas analisis dan desain struktur baja untuk gedung bertingkat dengan menggunakan program ETABS. Dibahas perbandingan simpangan antara gedung dengan dan tanpa bresing, serta pengaruh penggunaan bresing dalam mengurangi simpangan akibat gempa. Juga dibahas tiga jenis sistem struktur baja yang digunakan untuk gedung bertingkat di Indonesia sesuai dengan tingkat gempa daerahnya.
Perencanaan Struktur Baja, Beban hidup, Beban Mati, Beban Angin, Beban Gempa, Konsep Desai LRFD dan ASD, Filosofi Metode, Peluang kegagalan Baja, Perbedaan ASD dan LRFD
Perencanaan Struktur Baja, Beban hidup, Beban Mati, Beban Angin, Beban Gempa, Konsep Desai LRFD dan ASD, Filosofi Metode, Peluang kegagalan Baja, Perbedaan ASD dan LRFD
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
Konstruksi baja pada gedung bertingkat parto
1. Konstruksi Baja Pada Gedung Bertingkat
Analis dan Desain Struktur Baja Pada Gedung Bertingkat Berdasarkan SNI
Material baja sebagai bahan konstruksi telah digunakan sejak lama mengingat keunggulannya
dibandingkan material konstruksi yang lain. Dalam perencanaan struktur bangunan, kita juga tidak
boleh mengabaikan faktor gempa yang mungkin sewaktu-waktu dapat terjadi. Dalam hal ini akan
direncanakan gedung bertingkat 4 tanpa bresing dan dengan bresing. Kedua gedung tersebut akan
dibahas analisis simpangan yang terjadi akibat beban gempa. Dalam analisis beban gempa
digunakan metoda analisis dinamik. Analisis dan desain struktur akan dilakukan dengan bantuan
program ETABS. Sebagai hasil dari analisis dan desain bangunan tersebut diatas diperoleh nilai
waktu getar alami (T) antara gedung A lebih besar 58,652% dibandingkan dengan gedung B, nilai
eksentrisitas rencana pusat gempa antara gedung B lebih besar 10,137% dibandingkan dengan
gedung A, nilai simpangan antara gedung tanpa bresing lebih besar 78,279% dibandingkan gedung
menggunakan bresing, Penggunaan bresing dapat mengurangi simpangan yang terjadi akibat beban
gempa.
Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang karena menyangkut investasi dana
yang jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu 3S :
strength, stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung bertingkat dapat dilakukan dengan
computer berbasis elemen hingga (finite element) dengan sofware yang telah umum digunakan oleh
para perencana, misalnya : SAP (Structure Analysis Program) atau ETABS (Extended 3D Analysis
Building Systems).
Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang
mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku. Berbagai
macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban
gempa dihitung dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Kombinasi pembebanan yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
2. 1,4DL
1,2DL + 1,6LL
1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY
1,2DL + 1LL - 1EX + 0,3EY
1,2DL + 1LL + 1EX - 0,3EY
1,2DL + 1LL - 1EX - 0,3EY
1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY
1,2DL + 1LL - 0,3EX + 1EY
1,2DL + 1LL + 0,3EX - 1EY
1,2DL + 1LL - 0,3EX - 1EY
0,9DL + 1EX + 0,3EY
0,9DL + 1EX - 0,3EY
0,9DL - 1EX + 0,3EY
0,9DL - 1EX - 0,3EY
0,9DL + 0,3EX + 1EY
0,9DL + 0,3EX - 1EY
0,9DL - 0,3EX + 1EY
0,9DL - 0,3EX - 1EY
Keterangan :
DL = Beban mati (Dead Load)
LL = Beban Hidup (Live Load)
EX = Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X)
EY = Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)
Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu:
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting
Frame (OMRF) Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa
1 dan 2 yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI
03-2847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate Moment
Resisting Frame (IMRF) Metode ini digunakan untukperhitungan struktur gedung yang masuk di
zona gempa 3 dan 4 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan sedang.Pasal- pasal yang digunakan dalam
SNI 03-2847-2002 adalah Pasal 3 sampai pasal20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting Frame
(SMRF) Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu
wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise Building.
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah pengumpulan
data proyek yang meliputi :
1. Data tanah dari hasil sondir dan boring,
2. Data bangunan,
3. Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar potongan,dan
denah lantai,
4. Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat