Dokumen tersebut membahas tentang perancangan bangunan gedung untuk tahan gempa, mencakup prosedur perancangan, kategori gedung, penentuan beban gempa, analisis struktur beraturan dan tidak beraturan, serta persyaratan struktur.
2. TARA CARA PERANCANGAN BANGUNAN
GEDUNG
Prosedur dan ketentuan umum perancangan
bangunan gedung merujuk pada SNI 03-
1726-2002. untuk gempa
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung - 1983
3. GEMPA RENCANA DAN KATAGORI GEDUNG
Gempa rencana ditetapkan mempunyai
periode ulang 500 tahun sehingga
probabilitas terjadinya terbatas pada 10
persen selama umur gedung 50 tahun.
Pengaruh gempa rencana harus dikalikan
faktor keutamaan gedung ( diatur pada SNI
03-1726-2002. pasal 4.1.2)
4. STRUKTUR GEDUNG BERATURAN DAN TIDAK
BERATURAN
Struktur gedung beraturan harus memenuhi
ketentuan (SNI 03-1726-2002. pasal 4.2.1),
dapat ditinjau sebagai pengaruh gempa
ekivalen, sehingga dapat menggunakan
analisis statik ekivalen.
Struktur gedung tdk beraturan, yang tidak
memenuhi syarat SNI 03-1726-2002. pasal
4.2.1) , pengaruh gempa harus
menggunakan pembebanan gempa dinamis.
Sehingga menggunakan analisis respon
dinamis
5. DAKTILITAS STRUKTUR BANGUNAN
Daktail : kemampuan deformasi inelastis tanpa
kehilangan kekuatan yang berarti.
Struktur daktail : kemampuam struktur mengalami
simpangan pasca elastis yang besar secara berulang
kali dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan
terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan
kekuatan yang cukup, sehingga struktur tetap berdiri,
walaupun sudah berada di ambang keruntuhan.
Faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan
maksimum pada ambang keruntuhan dengan
sempangan pertama yang terjadi pada pelelehan
pertama.
6. DAKTAIL PENUH
suatu tingkat daktilitas struktur gedung, di mana strukturnya mampu
mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi di ambang
keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas
sebesar 5,3.
DAKTAIL PARSIAL
seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor
daktilitas di antara struktur gedung yang elastik penuh sebesar
1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
7. PERANCANGAN KAPASITAS
Struktur gedung yang terjadi harus
memenuhi syarat “ Strong collomn-week
beem”artinya ketika menerima gempa hanya
boleh terjadi sendi plastis di ujung-ujung
balok, kaki kolom , dan pada kaki dinding
geser.
8. WILAYAH GEMPA DAN SPEKTRUM
RESPONS
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1, di mana Wilayah Gempa 1 adalah
wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6
dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini,
didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh
Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-
ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar 1
dan Tabel 5.
11. PEMBEBANAN STRUKTUR DAN WAKTU GETAR
ALAMI FUNDAMENTAL
Beban mati : beban sendiri struktur yang
bersifat tetap dan bagian lain yang tak
terpisahkan dari gedung.
Beban hidup : semua beban yang terjadi akibat
penghunian , termasuk beban yang tidak
permanen.
Beban gempa : mencakup semua beban statis
ekivalen yang bekerja pada gedung yang
menirukan pengaruh gerakan tanah akibat
gempa.
12. BEBAN GESER NOMINAL STATIS EKIVALEN YANG
TERJADI DI TEKANAN DASAR TANAH DAPAT
DIHITUNG :
Dimana: V = Beban gempa horizontal
C = Koefisien gempa
I = Faktor keutamaan gedung
Wt = Berat total bangunan
R = Faktor reduksi
13. Beban geser dasar nominal V menurut Pasal 6.1.2 harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang
menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :
Dimana: Fi = Beban gempa horizontal pada lantai ke-i
Wi = Berat lantai ke- i
hi = Tinggi lantai ke-i
V = Beban geser dasar akibat beban gempa Rencana
14. Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus dianggap
sebagai beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban- beban gempa nominal statik ekuivalen
menurut Pasal 6.1.3.
15. Waktu getar alami fundamental
Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing-
masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :
di mana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama seperti yang disebut dalam
Pasal 6.1.3, di adalah simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan
dalam mm dan ‘g’ adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810
mm/det2.
16. Untuk mencegah penggunaan struktur bangunan yang terlalu fleksibel , nilai
waktu getar alami fundamental dibatasi bergantung nilai ζ untuk wilayah
gempa dan jenis struktur dengan rumus :
T1 < ζ
Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur gedung untuk
penentuan Faktor Respons Gempa C1 menurut Pasal 6.1.2 ditentukan dengan
rumus-rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3 dimensi,
nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang dihitung
menurut Pasal 6.2.1.
18. KOMBINASI PEMBEBANAN
Dengan menyatan kekuatan ultimit suatu
struktur gedung dan pembebanan ultimit
sutu struktur gedung itu berturut-turut
sebagai berikut :
Dimana :
19. KUAT TERFAKTOR HARUS DIPENUHI PERSYARATAN KEADAAN BATAS ULTIMIT
SEBAGAI BERIKUT :
Faktor-faktor beban yang bekerja nilainya
ditetapkan menurut standar yang berlaku.
20. KOMBINASI PEMBEBANAN (SNI 03-2847-2002
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L
U = 0,9 D + 1,0 E
U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
21. TINJAUAN JENIS STRUKTUR ( SNI 03 -1726-2002) JENIS
STRUKTUR DIBEDAKAN MENJADI 7 SITEM DAN SUBSISTEM :
1. Sistem dinding penumpu ( Bearing wall system), sistem struktur yang
tidak memiliki rangka ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap,
dinding penumpu atau sistem brecing memikul hampir semua beban
grafitasi, beban lateral dipikul oleh dinding geser atau rangka brecing
2. Sistem rangka gedung (building frame system), Sistem struktur yang
pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap.
Beban lateral dipikul oleh dinding geser atau brecing.
3. Sistem rangka pemikul momen(momen resisting frame system), Sistem
struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi
secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama
melalui mekanisme lentur.
4. Sistem ganda ( Dual system ),
Rangka ruang memikul seluruh beban grafitasi
Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau bresing, dengan rangka
pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah
mampu memikul sekurang-kurangnya 25 persen dari seluruh beban
lateral.sedangkan sisanya akan dipikul oleh dinding geser.
Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama- sama seluruh
beban lateral dengan memperhatikan interaksi antara sistem rangka pemikul
momen denganm dinding geser.
22. 5. Sistem struktur gedung kolom kantilever
sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk
memikul beban lateral
6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka
7. Sub sistem tunggal
sub sistem struktur bidang yang akan membentuk struktur
gedung secara keseluruhan.
23. TABEL 1 FAKTOR KEUTAMAAN I UNTUK BERBAGAI KATEGORI GEDUNG DAN
BANGUNAN
24. STRUKTUR GEDUNG YANG TIDAK BERATURAN
Perhitungan respons dinamik
Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal akibat
pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam
spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut
Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana I adalah
Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa
representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam
vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus
sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total
harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
25. Pusat rotasi lantai tingkat suatu struktur gedung : adalah suatu
titik pada lantai tingkat itu yang bila suatu beban horisontal
bekerja padanya, lantai tingkat tersebut tidak berotasi, tetapi
hanya bertranslasi, sedangkan lantai-lantai tingkat lainnya yang
tidak mengalami beban horisontal semuanya berotasi dan
bertranslasi.
Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus
ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed. Apabila ukuran
horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu,
diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa, dinyatakan
dengan b,maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan sebagai
berikut :
26. - untuk 0 < e < 0,3 b :
ed = 1,5 e + 0,05 b
Atau
ed = e - 0,05 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan
untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau;
- untuk e > 0,3 b :
ed = 1,33 e + 0,1 b
Atau
ed = 1,17 e - 0,1 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan
untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau.
27. Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh Gempa
Rencana, eksentrisitas rencana ed antara pusat massa dan pusat rotasi lantai
tingkat menurut Pasal 5.4.3. harus ditinjau baik dalam analisis statik, maupun
dalam analisis dinamik 3 dimensi.
28. Wilayah Gempa ζ
1
2
3
4
5
6
0,20
0,19
0,18
0,17
0,16
0,15
Tabel koefisien waktu getar alami
Pengaruh P-Delta
Struktur gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah lebih
dari 10 tingkat atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap Pengaruh P-Delta, yaitu
suatu gejala yang terjadi pada struktur gedung yang fleksibel, di mana simpangan
ke samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban lateral
tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi yang titik
tangkapnya menyimpang ke samping.
29. Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap
struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan
menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi
bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah
utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
Arah pembebanan gempa
5.8.1 Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh Gempa Rencana
harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar terhadap
unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.
30. Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang
sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan
gempa dalam arah utama yang ditentukan menurut Pasal 5.8.1
harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan
dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada
arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
Perencanaan struktur gedung beraturan
Beban gempa nominal statik ekuivalen
Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan
gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing-
masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal
statik ekuivalen, yang ditetapkan lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut.
31. Perencanaan struktur gedung tidak beraturan
Ketentuan untuk analisis respons dinamik
Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa
nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh
diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik
struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka persyaratan
tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut :
V > 0,8 V1
di mana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama
terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan :
32. Perhitungan respons dinamik
Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal
akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis
ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana
menurut Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana I
adalah Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor reduksi
gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini,
jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut
metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam
menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
33. Penjumlahan respons ragam yang disebut dalam Pasal 7.2.1 untuk struktur
gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami yang
berdekatan, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi
Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar
alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%.
Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang
berjauhan, penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda
yang dikenal dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares
atau SRSS).
34. Kinerja Struktur Gedung
Kinerja Batas Layan
1. Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat
akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan
baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah
kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-
tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat
pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi Faktor Skala.
2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung,
dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari
simpangan struktur gedung menurut Pasal 8.1.1 tidak boleh melampaui
kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang
mana yang nilainya terkecil.
35. Kinerja batas ultimit
1. Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat
menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan
berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah
dengan sela pemisah (sela delatasi). Sesuai Pasal 4.3.3 simpangan dan
simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ
sebagai berikut :
36. - Untuk Struktur gedung beraturan :
- Untuk Struktur tidak gedung beraturan :
di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala
adalah seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.2.3.
37. 2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam
segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur
gedung menurut Pasal 8.2.1 tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat
yang bersangkutan.
38.
39.
40.
41. Contoh kerusakan gedung akibat gempa yang
dimungkinkan karena tidak mengikuti konsep desain
kapasitas
42.
43.
44. RANGKUMAN
PERATURAN PEMBEBANAN INDONESIA
UNTUK GEDUNG - 1983
• POMBINASI PEMBEBANAN:
• Pembebanan Tetap : M + H
• Pembebanan Sementara : M + H + A
• : M + H + G
• Pembebanan Khusus : M + H + G
• : M + H + A + K
• : M + H + G + K
45. Dimana:
M = Beban Mati, DL (Dead Load)
H = Beban Hidup, LL (Live Load)
A = Beban Angin, WL (Wind Load)
G = Beban Hidup, E (Earthquake)
K = Beban Khusus
Beban Khusus, beban akibat selisih suhu, pengangkatan
dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya rem dari
keran, gaya sentrifugal, getaran mesin.
46. PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTURAL GEDUNG DIRENCANAKAN
DENGAN KEKUATAN BATAS, MAKA BEBAN TERSEBUT PERLU DIKALIKAN
DENGAN FAKTOR BEBAN
Pada peninjauan beban kerja pada tanah dan pondasi,
perhitungan Daya Dukung Tanah (DDT) izin dapat dinaikkan
(lihat tabel).
Jenis Tanah
Pondasi
Pembebanan
Tetap
DDT izin
Pembebanan
Sementara
kenaikan DDT
izin
(kg/cm2) (%)
Keras ≥ 5,0 50
Sedang 2,0 – 5,0 30
Lunak 0,5 – 2,0 0 - 30
Amat Lunak 0,0 - 0,5 0
* Catatan 1 kg/cm2 = 98,0665 kPa (kN/m2)
Faktor keamanan (SF ≥ 1,5) tinjauan terhadap guling, gelincir dll.
47. BEBAN MATI, BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN KOMPONEN GEDUNG
Baja 7.850 kg/m3
Batu Alam 2.600 kg/m3
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500 kg/m3
BAHAN BANGUNAN
Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3
Batu pecah 1.450 kg/m3
Besi tuang 7.250 kg/m3
Beton (1) 2.200 kg/m3
Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3
Kayu (Kelas I) (3) 1.000 kg/m3
Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa diayak) 1.650 kg/m3
Pasangan bata merah 1.700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2.200 kg/m3
Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3
Pasangan batu karang 1.450 kg/m3
Pasir (kering udara sampai lembap) 1.600 kg/m3
Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1.850 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 1.700 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000 kg/m3
Tanah hitam 11.400 kg/m3
48. KOMPONEN GEDUNG
ADUKAN, PER CM TEBAL :
- dari semen 21 kg/m2
- dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2
Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan, per cm tebal 14 kg/m2
Dinding Pas. Bata merah :
- satu batu
450 kg/m2
- setengah batu
Dinding pasangan batako :
250 kg/m2
Berlubang :
- tebal dinding 20 cm (HB 20)
200 kg/m2
- tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2
Tanpa lubang
- tebal dinding 15 cm
300 kg/m2
- tebal dinding 10 cm 200 kg/m2
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya,
tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),
terdiri dari :
-semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis),
dengan tebal maksimum 4 mm
200
11
kg/m2
kg/m2
49. - kaca, dengan tebal 3 – 4 mm 10 kg/m2
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit- 40 kg/m2
langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban
hidup maksimum 200 kg/m2
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum
7 kg/m2
5 m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2
50 kg/m2
bidang atap
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2
40 kg/m2
bidang atap
Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng
10 kg/m2
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton,
tanpa adukan, per cm tebal
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm)
24
11
kg/m2
kg/m2
Catatan :
(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi
(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.
(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia
50. BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG, SUDAH TERMASUK PERLENGKAPAN RUANG SESUAI
DENGAN KEGUNAAN DAN JUGA DINDING PEMISAH RINGAN (Q ≤ 100 KG/M'). BEBAN BERAT DARI
LEMARI ARSIP, ALAT DAN MESIN HARUS DITENTUKAN TERSENDIRI
Beban Hidup Pada Lantai Bangunan
a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200 kg/m2
b. Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang
tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel.
150 kg/m2
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
restoran,hotel, asrama dan rumah sakit.
250 kg/m2
d. Lantai ruang olah raga 400 kg/m2
e. Lantai ruang dansa 500 kg/m2
51. f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari
pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid,gereja, ruang pagelaran, ruang
rapat, bioskop dan panggung penonton
400 kg/m2
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton
yang berdiri.
500 kg/m2
h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c. 300 kg/m2
i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan
g.
500 kg/m2
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250 kg/m2
k. Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku,
toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban
hidup yang ditentukan tersendiri, denganminimum
400 kg/m2
l. Lantai gedung parkir bertingkat:
- untuk lantai bawah 800 kg/m2
- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban
hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum
300 kg/m2
* Catatan 100 kg/m2 = 0,980665 kN/m2
52. BEBAN HIDUP PADA ATAP GEDUNG, YANG DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH
ORANG, HARUS DIAMBIL MINIMUM SEBESAR 100 KG/M2 BIDANG DATAR.
ATAP DAN/ATAU BAGIAN ATAP YANG TIDAK DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH
ORANG, HARUS DIAMBIL YANG MENENTUKAN (TERBESAR) DARI:
Beban terbagi rata air hujan
Wah = 40 - 0,8 α
dengan,
α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat diabaikan).
Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2)
Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran
dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.
Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding
atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya
beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
53. REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN BALOK INDUK DAN PORTAL (BEBAN
HORISONTAL/GEMPA DAN ANGIN), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI.
KOEFISIENREDUKSIBEBANHIDUP
Penggunaan Gedung
Koefisien Reduksi beban Hidup
Peninjauan
Beban Gravitasi
Peninjauan Beban
Gempa
PERUMAHAN/HUNIAN
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75 0,30
PENDIDIKAN
Sekolah, ruang kuliah 0,90 0,50
PERTEMUAN UMUM
Masjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pagelaran 0,90 0,50
PERKANTORAN
Kantor, bank 0,60 0,30
PERDAGANGAN
Toko, toserba, pasar 0,80 0,80
PENYIMPANAN
Gudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80
INDUSTRI
Pabrik, bengkel 1,0 0,90
TEMPAT KENDARAAN
Garasi, gedung parkir 0,90 0,50
GANG DAN TANGGA
- perumahan/hunian 0,75 0,30
- pendidikan, kantor 0,75 0,50
- pertemuan umum, perdagangan, penyimpanan, industri, tempat
kendaraan
0,90 0,50
54. REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN ELEMEN VERTIKAL STRUKTUR
(KOLOM, DINDING DAN PONDASI), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI.
KECUALI UNTUK KEGUNAAN LANTAI BANGUNAN: LANTAI GUDANG, RUANG ARSIP,
PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENYIMPANAN SEJENIS;
LANTAI RUANG YANG MEMIKUL BEBAN BERAT TERTENTU YANG BERSIFAT TETAP,
SEPERTI ALAT DAN MESIN.
PADA PERENCANAAN PONDASI, BEBAN HIDUP PADA LANTAI YANG MENUMPU DI ATAS
TANAH HARUS TURUT DITINJAU, DIAMBIL PENUH TANPA DIKALIKAN KOEFISIEN
REDUKSI.
KOEFISIENREDUKSIBEBANHIDUPKUMULATIF
Jumlah lantai yang dipikul
(n)
Koefisien reduksi yang dikalikan
kepada beban hidup kumulatif
1 1,0
2 1,0
3 0,9
4 0,8
5 0,7
6 0,6
7 0,5
n ≥ 8 0,4
55. BEBAN ANGIN, MENGANGGAP ADANYA TEKANAN POSITIF
(PRESSURE) DAN TEKANAN NEGATIF/ISAPAN(SUCTION)
BEKERJA TEGAK LURUS BIDANG YANG DITINJAU.
Tekanan Tiup:
● daerah jauh dari tepi laut, diambil minimum 25 kg/m2.
● di laut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, diambil minimum 40 kg/m2
atau diambil dari rumus pendekatan
dengan,
V = kecepatan angin, m/det (ditentukan instansi terkait)