SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
TARA CARA PERANCANGAN BANGUNAN
GEDUNG
 Prosedur dan ketentuan umum perancangan
bangunan gedung merujuk pada SNI 03-
1726-2002. untuk gempa
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung - 1983
GEMPA RENCANA DAN KATAGORI GEDUNG
 Gempa rencana ditetapkan mempunyai
periode ulang 500 tahun sehingga
probabilitas terjadinya terbatas pada 10
persen selama umur gedung 50 tahun.
 Pengaruh gempa rencana harus dikalikan
faktor keutamaan gedung ( diatur pada SNI
03-1726-2002. pasal 4.1.2)
STRUKTUR GEDUNG BERATURAN DAN TIDAK
BERATURAN
 Struktur gedung beraturan harus memenuhi
ketentuan (SNI 03-1726-2002. pasal 4.2.1),
dapat ditinjau sebagai pengaruh gempa
ekivalen, sehingga dapat menggunakan
analisis statik ekivalen.
 Struktur gedung tdk beraturan, yang tidak
memenuhi syarat SNI 03-1726-2002. pasal
4.2.1) , pengaruh gempa harus
menggunakan pembebanan gempa dinamis.
Sehingga menggunakan analisis respon
dinamis
DAKTILITAS STRUKTUR BANGUNAN
 Daktail : kemampuan deformasi inelastis tanpa
kehilangan kekuatan yang berarti.
 Struktur daktail : kemampuam struktur mengalami
simpangan pasca elastis yang besar secara berulang
kali dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan
terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan
kekuatan yang cukup, sehingga struktur tetap berdiri,
walaupun sudah berada di ambang keruntuhan.
 Faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan
maksimum pada ambang keruntuhan dengan
sempangan pertama yang terjadi pada pelelehan
pertama.
DAKTAIL PENUH
suatu tingkat daktilitas struktur gedung, di mana strukturnya mampu
mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi di ambang
keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas
sebesar 5,3.
DAKTAIL PARSIAL
seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor
daktilitas di antara struktur gedung yang elastik penuh sebesar
1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
PERANCANGAN KAPASITAS
 Struktur gedung yang terjadi harus
memenuhi syarat “ Strong collomn-week
beem”artinya ketika menerima gempa hanya
boleh terjadi sendi plastis di ujung-ujung
balok, kaki kolom , dan pada kaki dinding
geser.
WILAYAH GEMPA DAN SPEKTRUM
RESPONS
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1, di mana Wilayah Gempa 1 adalah
wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6
dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini,
didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh
Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-
ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar 1
dan Tabel 5.
PETA WILAYAH GEMPA
PEMBEBANAN STRUKTUR DAN WAKTU GETAR
ALAMI FUNDAMENTAL
 Beban mati : beban sendiri struktur yang
bersifat tetap dan bagian lain yang tak
terpisahkan dari gedung.
 Beban hidup : semua beban yang terjadi akibat
penghunian , termasuk beban yang tidak
permanen.
 Beban gempa : mencakup semua beban statis
ekivalen yang bekerja pada gedung yang
menirukan pengaruh gerakan tanah akibat
gempa.
BEBAN GESER NOMINAL STATIS EKIVALEN YANG
TERJADI DI TEKANAN DASAR TANAH DAPAT
DIHITUNG :
Dimana: V = Beban gempa horizontal
C = Koefisien gempa
I = Faktor keutamaan gedung
Wt = Berat total bangunan
R = Faktor reduksi
Beban geser dasar nominal V menurut Pasal 6.1.2 harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang
menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :
Dimana: Fi = Beban gempa horizontal pada lantai ke-i
Wi = Berat lantai ke- i
hi = Tinggi lantai ke-i
V = Beban geser dasar akibat beban gempa Rencana
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus dianggap
sebagai beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban- beban gempa nominal statik ekuivalen
menurut Pasal 6.1.3.
Waktu getar alami fundamental
Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing-
masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :
di mana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama seperti yang disebut dalam
Pasal 6.1.3, di adalah simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan
dalam mm dan ‘g’ adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810
mm/det2.
Untuk mencegah penggunaan struktur bangunan yang terlalu fleksibel , nilai
waktu getar alami fundamental dibatasi bergantung nilai ζ untuk wilayah
gempa dan jenis struktur dengan rumus :
T1 < ζ
Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur gedung untuk
penentuan Faktor Respons Gempa C1 menurut Pasal 6.1.2 ditentukan dengan
rumus-rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3 dimensi,
nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang dihitung
menurut Pasal 6.2.1.
Tabel koefisien waktu getar alami
KOMBINASI PEMBEBANAN
 Dengan menyatan kekuatan ultimit suatu
struktur gedung dan pembebanan ultimit
sutu struktur gedung itu berturut-turut
sebagai berikut :
Dimana :
KUAT TERFAKTOR HARUS DIPENUHI PERSYARATAN KEADAAN BATAS ULTIMIT
SEBAGAI BERIKUT :
 Faktor-faktor beban yang bekerja nilainya
ditetapkan menurut standar yang berlaku.
KOMBINASI PEMBEBANAN (SNI 03-2847-2002
 U = 1,4 D
 U = 1,2 D + 1,6 L
 U = 0,9 D + 1,0 E
 U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
TINJAUAN JENIS STRUKTUR ( SNI 03 -1726-2002) JENIS
STRUKTUR DIBEDAKAN MENJADI 7 SITEM DAN SUBSISTEM :
1. Sistem dinding penumpu ( Bearing wall system), sistem struktur yang
tidak memiliki rangka ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap,
dinding penumpu atau sistem brecing memikul hampir semua beban
grafitasi, beban lateral dipikul oleh dinding geser atau rangka brecing
2. Sistem rangka gedung (building frame system), Sistem struktur yang
pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap.
Beban lateral dipikul oleh dinding geser atau brecing.
3. Sistem rangka pemikul momen(momen resisting frame system), Sistem
struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi
secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama
melalui mekanisme lentur.
4. Sistem ganda ( Dual system ),
 Rangka ruang memikul seluruh beban grafitasi
 Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau bresing, dengan rangka
pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah
mampu memikul sekurang-kurangnya 25 persen dari seluruh beban
lateral.sedangkan sisanya akan dipikul oleh dinding geser.
 Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama- sama seluruh
beban lateral dengan memperhatikan interaksi antara sistem rangka pemikul
momen denganm dinding geser.
5. Sistem struktur gedung kolom kantilever
sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk
memikul beban lateral
6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka
7. Sub sistem tunggal
sub sistem struktur bidang yang akan membentuk struktur
gedung secara keseluruhan.
TABEL 1 FAKTOR KEUTAMAAN I UNTUK BERBAGAI KATEGORI GEDUNG DAN
BANGUNAN
STRUKTUR GEDUNG YANG TIDAK BERATURAN
Perhitungan respons dinamik
Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal akibat
pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam
spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut
Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana I adalah
Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa
representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam
vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus
sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total
harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
Pusat rotasi lantai tingkat suatu struktur gedung : adalah suatu
titik pada lantai tingkat itu yang bila suatu beban horisontal
bekerja padanya, lantai tingkat tersebut tidak berotasi, tetapi
hanya bertranslasi, sedangkan lantai-lantai tingkat lainnya yang
tidak mengalami beban horisontal semuanya berotasi dan
bertranslasi.
Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus
ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed. Apabila ukuran
horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu,
diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa, dinyatakan
dengan b,maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan sebagai
berikut :
- untuk 0 < e < 0,3 b :
ed = 1,5 e + 0,05 b
Atau
ed = e - 0,05 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan
untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau;
- untuk e > 0,3 b :
ed = 1,33 e + 0,1 b
Atau
ed = 1,17 e - 0,1 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan
untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau.
Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh Gempa
Rencana, eksentrisitas rencana ed antara pusat massa dan pusat rotasi lantai
tingkat menurut Pasal 5.4.3. harus ditinjau baik dalam analisis statik, maupun
dalam analisis dinamik 3 dimensi.
Wilayah Gempa ζ
1
2
3
4
5
6
0,20
0,19
0,18
0,17
0,16
0,15
Tabel koefisien waktu getar alami
Pengaruh P-Delta
Struktur gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah lebih
dari 10 tingkat atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap Pengaruh P-Delta, yaitu
suatu gejala yang terjadi pada struktur gedung yang fleksibel, di mana simpangan
ke samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban lateral
tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi yang titik
tangkapnya menyimpang ke samping.
Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap
struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan
menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi
bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah
utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
Arah pembebanan gempa
5.8.1 Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh Gempa Rencana
harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar terhadap
unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.
Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang
sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan
gempa dalam arah utama yang ditentukan menurut Pasal 5.8.1
harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan
dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada
arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
Perencanaan struktur gedung beraturan
Beban gempa nominal statik ekuivalen
Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan
gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing-
masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal
statik ekuivalen, yang ditetapkan lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut.
Perencanaan struktur gedung tidak beraturan
Ketentuan untuk analisis respons dinamik
Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa
nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh
diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik
struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka persyaratan
tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut :
V > 0,8 V1
di mana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama
terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan :
Perhitungan respons dinamik
Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal
akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis
ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana
menurut Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana I
adalah Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor reduksi
gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini,
jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut
metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam
menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
Penjumlahan respons ragam yang disebut dalam Pasal 7.2.1 untuk struktur
gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami yang
berdekatan, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi
Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar
alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%.
Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang
berjauhan, penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda
yang dikenal dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares
atau SRSS).
Kinerja Struktur Gedung
Kinerja Batas Layan
1. Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat
akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan
baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah
kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-
tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat
pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi Faktor Skala.
2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung,
dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari
simpangan struktur gedung menurut Pasal 8.1.1 tidak boleh melampaui
kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang
mana yang nilainya terkecil.
Kinerja batas ultimit
1. Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat
menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan
berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah
dengan sela pemisah (sela delatasi). Sesuai Pasal 4.3.3 simpangan dan
simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ
sebagai berikut :
- Untuk Struktur gedung beraturan :
- Untuk Struktur tidak gedung beraturan :
di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala
adalah seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.2.3.
2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam
segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur
gedung menurut Pasal 8.2.1 tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat
yang bersangkutan.
Contoh kerusakan gedung akibat gempa yang
dimungkinkan karena tidak mengikuti konsep desain
kapasitas
RANGKUMAN
PERATURAN PEMBEBANAN INDONESIA
UNTUK GEDUNG - 1983
• POMBINASI PEMBEBANAN:
• Pembebanan Tetap : M + H
• Pembebanan Sementara : M + H + A
• : M + H + G
• Pembebanan Khusus : M + H + G
• : M + H + A + K
• : M + H + G + K
Dimana:
 M = Beban Mati, DL (Dead Load)
 H = Beban Hidup, LL (Live Load)
 A = Beban Angin, WL (Wind Load)
 G = Beban Hidup, E (Earthquake)
 K = Beban Khusus
Beban Khusus, beban akibat selisih suhu, pengangkatan
dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya rem dari
keran, gaya sentrifugal, getaran mesin.
PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTURAL GEDUNG DIRENCANAKAN
DENGAN KEKUATAN BATAS, MAKA BEBAN TERSEBUT PERLU DIKALIKAN
DENGAN FAKTOR BEBAN
Pada peninjauan beban kerja pada tanah dan pondasi,
perhitungan Daya Dukung Tanah (DDT) izin dapat dinaikkan
(lihat tabel).
Jenis Tanah
Pondasi
Pembebanan
Tetap
DDT izin
Pembebanan
Sementara
kenaikan DDT
izin
(kg/cm2) (%)
Keras ≥ 5,0 50
Sedang 2,0 – 5,0 30
Lunak 0,5 – 2,0 0 - 30
Amat Lunak 0,0 - 0,5 0
* Catatan 1 kg/cm2 = 98,0665 kPa (kN/m2)
Faktor keamanan (SF ≥ 1,5) tinjauan terhadap guling, gelincir dll.
BEBAN MATI, BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN KOMPONEN GEDUNG
Baja 7.850 kg/m3
Batu Alam 2.600 kg/m3
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500 kg/m3
BAHAN BANGUNAN
Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3
Batu pecah 1.450 kg/m3
Besi tuang 7.250 kg/m3
Beton (1) 2.200 kg/m3
Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3
Kayu (Kelas I) (3) 1.000 kg/m3
Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa diayak) 1.650 kg/m3
Pasangan bata merah 1.700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2.200 kg/m3
Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3
Pasangan batu karang 1.450 kg/m3
Pasir (kering udara sampai lembap) 1.600 kg/m3
Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1.850 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 1.700 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000 kg/m3
Tanah hitam 11.400 kg/m3
KOMPONEN GEDUNG
ADUKAN, PER CM TEBAL :
- dari semen 21 kg/m2
- dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2
Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan, per cm tebal 14 kg/m2
Dinding Pas. Bata merah :
- satu batu
450 kg/m2
- setengah batu
Dinding pasangan batako :
250 kg/m2
Berlubang :
- tebal dinding 20 cm (HB 20)
200 kg/m2
- tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2
Tanpa lubang
- tebal dinding 15 cm
300 kg/m2
- tebal dinding 10 cm 200 kg/m2
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya,
tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),
terdiri dari :
-semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis),
dengan tebal maksimum 4 mm
200
11
kg/m2
kg/m2
- kaca, dengan tebal 3 – 4 mm 10 kg/m2
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit- 40 kg/m2
langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban
hidup maksimum 200 kg/m2
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum
7 kg/m2
5 m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2
50 kg/m2
bidang atap
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2
40 kg/m2
bidang atap
Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng
10 kg/m2
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton,
tanpa adukan, per cm tebal
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm)
24
11
kg/m2
kg/m2
Catatan :
(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi
(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.
(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia
BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG, SUDAH TERMASUK PERLENGKAPAN RUANG SESUAI
DENGAN KEGUNAAN DAN JUGA DINDING PEMISAH RINGAN (Q ≤ 100 KG/M'). BEBAN BERAT DARI
LEMARI ARSIP, ALAT DAN MESIN HARUS DITENTUKAN TERSENDIRI
Beban Hidup Pada Lantai Bangunan
a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200 kg/m2
b. Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang
tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel.
150 kg/m2
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
restoran,hotel, asrama dan rumah sakit.
250 kg/m2
d. Lantai ruang olah raga 400 kg/m2
e. Lantai ruang dansa 500 kg/m2
f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari
pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid,gereja, ruang pagelaran, ruang
rapat, bioskop dan panggung penonton
400 kg/m2
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton
yang berdiri.
500 kg/m2
h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c. 300 kg/m2
i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan
g.
500 kg/m2
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250 kg/m2
k. Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku,
toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban
hidup yang ditentukan tersendiri, denganminimum
400 kg/m2
l. Lantai gedung parkir bertingkat:
- untuk lantai bawah 800 kg/m2
- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban
hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum
300 kg/m2
* Catatan 100 kg/m2 = 0,980665 kN/m2
BEBAN HIDUP PADA ATAP GEDUNG, YANG DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH
ORANG, HARUS DIAMBIL MINIMUM SEBESAR 100 KG/M2 BIDANG DATAR.
ATAP DAN/ATAU BAGIAN ATAP YANG TIDAK DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH
ORANG, HARUS DIAMBIL YANG MENENTUKAN (TERBESAR) DARI:
Beban terbagi rata air hujan
 Wah = 40 - 0,8 α
dengan,
α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat diabaikan).
Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2)
 Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran
dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.
Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding
atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya
beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN BALOK INDUK DAN PORTAL (BEBAN
HORISONTAL/GEMPA DAN ANGIN), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI.
KOEFISIENREDUKSIBEBANHIDUP
Penggunaan Gedung
Koefisien Reduksi beban Hidup
Peninjauan
Beban Gravitasi
Peninjauan Beban
Gempa
PERUMAHAN/HUNIAN
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75 0,30
PENDIDIKAN
Sekolah, ruang kuliah 0,90 0,50
PERTEMUAN UMUM
Masjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pagelaran 0,90 0,50
PERKANTORAN
Kantor, bank 0,60 0,30
PERDAGANGAN
Toko, toserba, pasar 0,80 0,80
PENYIMPANAN
Gudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80
INDUSTRI
Pabrik, bengkel 1,0 0,90
TEMPAT KENDARAAN
Garasi, gedung parkir 0,90 0,50
GANG DAN TANGGA
- perumahan/hunian 0,75 0,30
- pendidikan, kantor 0,75 0,50
- pertemuan umum, perdagangan, penyimpanan, industri, tempat
kendaraan
0,90 0,50
REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN ELEMEN VERTIKAL STRUKTUR
(KOLOM, DINDING DAN PONDASI), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI.
KECUALI UNTUK KEGUNAAN LANTAI BANGUNAN: LANTAI GUDANG, RUANG ARSIP,
PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENYIMPANAN SEJENIS;
LANTAI RUANG YANG MEMIKUL BEBAN BERAT TERTENTU YANG BERSIFAT TETAP,
SEPERTI ALAT DAN MESIN.
PADA PERENCANAAN PONDASI, BEBAN HIDUP PADA LANTAI YANG MENUMPU DI ATAS
TANAH HARUS TURUT DITINJAU, DIAMBIL PENUH TANPA DIKALIKAN KOEFISIEN
REDUKSI.
KOEFISIENREDUKSIBEBANHIDUPKUMULATIF
Jumlah lantai yang dipikul
(n)
Koefisien reduksi yang dikalikan
kepada beban hidup kumulatif
1 1,0
2 1,0
3 0,9
4 0,8
5 0,7
6 0,6
7 0,5
n ≥ 8 0,4
BEBAN ANGIN, MENGANGGAP ADANYA TEKANAN POSITIF
(PRESSURE) DAN TEKANAN NEGATIF/ISAPAN(SUCTION)
BEKERJA TEGAK LURUS BIDANG YANG DITINJAU.
Tekanan Tiup:
● daerah jauh dari tepi laut, diambil minimum 25 kg/m2.
● di laut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, diambil minimum 40 kg/m2
atau diambil dari rumus pendekatan
dengan,
V = kecepatan angin, m/det (ditentukan instansi terkait)

More Related Content

What's hot

344296720 sni-gempa-2002-pdf
344296720 sni-gempa-2002-pdf344296720 sni-gempa-2002-pdf
344296720 sni-gempa-2002-pdfDoby Yuniardi
 
Tugas 2 Rek. gempa_
Tugas 2 Rek. gempa_Tugas 2 Rek. gempa_
Tugas 2 Rek. gempa_M Al Muki
 
Tugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitasTugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitasManaser sawaki
 
Bab 2 skripsi ujang
Bab 2 skripsi ujang Bab 2 skripsi ujang
Bab 2 skripsi ujang ujang asf
 
Rekayasa gempa irawan saputra 17.1003.222.01.0687 - kelas b
Rekayasa gempa irawan saputra   17.1003.222.01.0687 - kelas bRekayasa gempa irawan saputra   17.1003.222.01.0687 - kelas b
Rekayasa gempa irawan saputra 17.1003.222.01.0687 - kelas bIrawanSaputra7
 
Tugas pertemuan 5 dan 6
Tugas pertemuan 5 dan 6Tugas pertemuan 5 dan 6
Tugas pertemuan 5 dan 6mamatmtg
 
Aris septiawan 17.1003.222.01.0659 - ppt tugas rekayasa gempa - kelas b
Aris septiawan   17.1003.222.01.0659 - ppt tugas rekayasa gempa - kelas bAris septiawan   17.1003.222.01.0659 - ppt tugas rekayasa gempa - kelas b
Aris septiawan 17.1003.222.01.0659 - ppt tugas rekayasa gempa - kelas barisseptiawan
 
Kriteria dasar perencanaan struktur bangunan tahan gempa
Kriteria dasar perencanaan struktur bangunan tahan gempaKriteria dasar perencanaan struktur bangunan tahan gempa
Kriteria dasar perencanaan struktur bangunan tahan gempaNurSeno1
 
Presentasi konteks7 189-s-restu&widodo
Presentasi konteks7 189-s-restu&widodoPresentasi konteks7 189-s-restu&widodo
Presentasi konteks7 189-s-restu&widodoRestu Faizah
 
Tugas 2 m makhfud riyadi kelas c.docx
Tugas 2 m makhfud riyadi kelas c.docxTugas 2 m makhfud riyadi kelas c.docx
Tugas 2 m makhfud riyadi kelas c.docxMakhfudRiyadi
 
Materi Struktur Baja I Pertemuan ke-2
Materi Struktur Baja I Pertemuan ke-2Materi Struktur Baja I Pertemuan ke-2
Materi Struktur Baja I Pertemuan ke-2Lampung University
 
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedungWendo Enyos
 
Rekayasa Gempa PPT
Rekayasa Gempa PPTRekayasa Gempa PPT
Rekayasa Gempa PPTDoniAsep2
 

What's hot (20)

344296720 sni-gempa-2002-pdf
344296720 sni-gempa-2002-pdf344296720 sni-gempa-2002-pdf
344296720 sni-gempa-2002-pdf
 
Analisa pada bangunan gedung bertingakat
Analisa pada bangunan gedung bertingakatAnalisa pada bangunan gedung bertingakat
Analisa pada bangunan gedung bertingakat
 
Tugas 2 Rek. gempa_
Tugas 2 Rek. gempa_Tugas 2 Rek. gempa_
Tugas 2 Rek. gempa_
 
Sistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momenSistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momen
 
Tugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitasTugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitas
 
Bab 2 skripsi ujang
Bab 2 skripsi ujang Bab 2 skripsi ujang
Bab 2 skripsi ujang
 
Rekayasa gempa irawan saputra 17.1003.222.01.0687 - kelas b
Rekayasa gempa irawan saputra   17.1003.222.01.0687 - kelas bRekayasa gempa irawan saputra   17.1003.222.01.0687 - kelas b
Rekayasa gempa irawan saputra 17.1003.222.01.0687 - kelas b
 
Tugas pertemuan 5 dan 6
Tugas pertemuan 5 dan 6Tugas pertemuan 5 dan 6
Tugas pertemuan 5 dan 6
 
Aris septiawan 17.1003.222.01.0659 - ppt tugas rekayasa gempa - kelas b
Aris septiawan   17.1003.222.01.0659 - ppt tugas rekayasa gempa - kelas bAris septiawan   17.1003.222.01.0659 - ppt tugas rekayasa gempa - kelas b
Aris septiawan 17.1003.222.01.0659 - ppt tugas rekayasa gempa - kelas b
 
Seismic
SeismicSeismic
Seismic
 
Kriteria dasar perencanaan struktur bangunan tahan gempa
Kriteria dasar perencanaan struktur bangunan tahan gempaKriteria dasar perencanaan struktur bangunan tahan gempa
Kriteria dasar perencanaan struktur bangunan tahan gempa
 
Tugas Teknik Gempa 2
Tugas Teknik Gempa 2Tugas Teknik Gempa 2
Tugas Teknik Gempa 2
 
Rekayasa gempa
Rekayasa gempaRekayasa gempa
Rekayasa gempa
 
Presentasi konteks7 189-s-restu&widodo
Presentasi konteks7 189-s-restu&widodoPresentasi konteks7 189-s-restu&widodo
Presentasi konteks7 189-s-restu&widodo
 
Tugas 2 m makhfud riyadi kelas c.docx
Tugas 2 m makhfud riyadi kelas c.docxTugas 2 m makhfud riyadi kelas c.docx
Tugas 2 m makhfud riyadi kelas c.docx
 
Struktur Atap gedung
Struktur Atap gedungStruktur Atap gedung
Struktur Atap gedung
 
Laporan box 2 x 3
Laporan box 2 x 3Laporan box 2 x 3
Laporan box 2 x 3
 
Materi Struktur Baja I Pertemuan ke-2
Materi Struktur Baja I Pertemuan ke-2Materi Struktur Baja I Pertemuan ke-2
Materi Struktur Baja I Pertemuan ke-2
 
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
123756903 perhitungan-struktur-baja-gedung
 
Rekayasa Gempa PPT
Rekayasa Gempa PPTRekayasa Gempa PPT
Rekayasa Gempa PPT
 

Viewers also liked

Rsnit 02-2005 pembebanan untuk jembatan
Rsnit 02-2005 pembebanan untuk jembatanRsnit 02-2005 pembebanan untuk jembatan
Rsnit 02-2005 pembebanan untuk jembatanAdeLya Hakim
 
Alam kehidupan manusia
Alam kehidupan manusiaAlam kehidupan manusia
Alam kehidupan manusiaAsjar Zitus
 
Kiat agar beban hidup terasa ringan
Kiat agar beban hidup terasa ringanKiat agar beban hidup terasa ringan
Kiat agar beban hidup terasa ringanDaarulmuwahhid.org
 
Perencanaan konstruksi struktur atas serta struktur helipad pada bangunan rum...
Perencanaan konstruksi struktur atas serta struktur helipad pada bangunan rum...Perencanaan konstruksi struktur atas serta struktur helipad pada bangunan rum...
Perencanaan konstruksi struktur atas serta struktur helipad pada bangunan rum...Winness Sutehno
 
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9Afret Nobel
 

Viewers also liked (7)

Rsnit 02-2005 pembebanan untuk jembatan
Rsnit 02-2005 pembebanan untuk jembatanRsnit 02-2005 pembebanan untuk jembatan
Rsnit 02-2005 pembebanan untuk jembatan
 
Alam kehidupan manusia
Alam kehidupan manusiaAlam kehidupan manusia
Alam kehidupan manusia
 
Kiat agar beban hidup terasa ringan
Kiat agar beban hidup terasa ringanKiat agar beban hidup terasa ringan
Kiat agar beban hidup terasa ringan
 
Perencanaan konstruksi struktur atas serta struktur helipad pada bangunan rum...
Perencanaan konstruksi struktur atas serta struktur helipad pada bangunan rum...Perencanaan konstruksi struktur atas serta struktur helipad pada bangunan rum...
Perencanaan konstruksi struktur atas serta struktur helipad pada bangunan rum...
 
22118 sni 1727 2013
22118 sni 1727 201322118 sni 1727 2013
22118 sni 1727 2013
 
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
 
Aplikasi sni gempa 1726 2012
Aplikasi sni gempa 1726 2012Aplikasi sni gempa 1726 2012
Aplikasi sni gempa 1726 2012
 

Similar to GEDUNG

Bahan Tugas Gempa 2021 (3).pdf
Bahan Tugas Gempa 2021 (3).pdfBahan Tugas Gempa 2021 (3).pdf
Bahan Tugas Gempa 2021 (3).pdfJuanCharlosWanggai
 
Perhitungan Struktur Data Decoco.docx
Perhitungan Struktur Data Decoco.docxPerhitungan Struktur Data Decoco.docx
Perhitungan Struktur Data Decoco.docxPutuAgusSantosa1
 
Tugas ii mk ii c_siti fatimah
Tugas ii mk ii c_siti fatimahTugas ii mk ii c_siti fatimah
Tugas ii mk ii c_siti fatimahSitiFatimah485
 
revisi-ppt-gempa-bab-5.pptx
revisi-ppt-gempa-bab-5.pptxrevisi-ppt-gempa-bab-5.pptx
revisi-ppt-gempa-bab-5.pptxdarmadi ir,mm
 
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadiDeniyudi Jayaraya
 
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.pptPerencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.pptKakekMerah18
 
Perancangan Konstruksi
Perancangan KonstruksiPerancangan Konstruksi
Perancangan KonstruksiArchthink
 
BAB__VII_BAHAN_KULIAH_STRUKTUR_BETON_II.pdf
BAB__VII_BAHAN_KULIAH_STRUKTUR_BETON_II.pdfBAB__VII_BAHAN_KULIAH_STRUKTUR_BETON_II.pdf
BAB__VII_BAHAN_KULIAH_STRUKTUR_BETON_II.pdfIbrahimHasan78
 
Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan...
Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan...Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan...
Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan...Rani Hendrikus
 
Implikasi peraturan rsni3 03 1726 201x terhadap perencanaan struktur bangunan...
Implikasi peraturan rsni3 03 1726 201x terhadap perencanaan struktur bangunan...Implikasi peraturan rsni3 03 1726 201x terhadap perencanaan struktur bangunan...
Implikasi peraturan rsni3 03 1726 201x terhadap perencanaan struktur bangunan...Edi Supriyanto
 
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptfdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptAlrifqi3
 

Similar to GEDUNG (15)

Bahan Tugas Gempa 2021 (3).pdf
Bahan Tugas Gempa 2021 (3).pdfBahan Tugas Gempa 2021 (3).pdf
Bahan Tugas Gempa 2021 (3).pdf
 
Perhitungan Struktur Data Decoco.docx
Perhitungan Struktur Data Decoco.docxPerhitungan Struktur Data Decoco.docx
Perhitungan Struktur Data Decoco.docx
 
Tugas ii mk ii c_siti fatimah
Tugas ii mk ii c_siti fatimahTugas ii mk ii c_siti fatimah
Tugas ii mk ii c_siti fatimah
 
Makala bangunan
Makala bangunanMakala bangunan
Makala bangunan
 
Gempa kolom
Gempa kolomGempa kolom
Gempa kolom
 
revisi-ppt-gempa-bab-5.pptx
revisi-ppt-gempa-bab-5.pptxrevisi-ppt-gempa-bab-5.pptx
revisi-ppt-gempa-bab-5.pptx
 
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
38621358 laporan-perhit-struktur-ruko-3lt-maryadi
 
Ipi146549
Ipi146549Ipi146549
Ipi146549
 
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.pptPerencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
Perencanaan Struktur Atas Gedung Perkantoran.ppt
 
Tugas bangunan la ode rahmat sukur
Tugas bangunan la ode rahmat sukurTugas bangunan la ode rahmat sukur
Tugas bangunan la ode rahmat sukur
 
Perancangan Konstruksi
Perancangan KonstruksiPerancangan Konstruksi
Perancangan Konstruksi
 
BAB__VII_BAHAN_KULIAH_STRUKTUR_BETON_II.pdf
BAB__VII_BAHAN_KULIAH_STRUKTUR_BETON_II.pdfBAB__VII_BAHAN_KULIAH_STRUKTUR_BETON_II.pdf
BAB__VII_BAHAN_KULIAH_STRUKTUR_BETON_II.pdf
 
Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan...
Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan...Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan...
Studi Kasus Pola Benturan Bangunan Berdakan Pada Sistem Satu Deraja Kekebasan...
 
Implikasi peraturan rsni3 03 1726 201x terhadap perencanaan struktur bangunan...
Implikasi peraturan rsni3 03 1726 201x terhadap perencanaan struktur bangunan...Implikasi peraturan rsni3 03 1726 201x terhadap perencanaan struktur bangunan...
Implikasi peraturan rsni3 03 1726 201x terhadap perencanaan struktur bangunan...
 
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptfdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
 

GEDUNG

  • 1.
  • 2. TARA CARA PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG  Prosedur dan ketentuan umum perancangan bangunan gedung merujuk pada SNI 03- 1726-2002. untuk gempa  Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983
  • 3. GEMPA RENCANA DAN KATAGORI GEDUNG  Gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 persen selama umur gedung 50 tahun.  Pengaruh gempa rencana harus dikalikan faktor keutamaan gedung ( diatur pada SNI 03-1726-2002. pasal 4.1.2)
  • 4. STRUKTUR GEDUNG BERATURAN DAN TIDAK BERATURAN  Struktur gedung beraturan harus memenuhi ketentuan (SNI 03-1726-2002. pasal 4.2.1), dapat ditinjau sebagai pengaruh gempa ekivalen, sehingga dapat menggunakan analisis statik ekivalen.  Struktur gedung tdk beraturan, yang tidak memenuhi syarat SNI 03-1726-2002. pasal 4.2.1) , pengaruh gempa harus menggunakan pembebanan gempa dinamis. Sehingga menggunakan analisis respon dinamis
  • 5. DAKTILITAS STRUKTUR BANGUNAN  Daktail : kemampuan deformasi inelastis tanpa kehilangan kekuatan yang berarti.  Struktur daktail : kemampuam struktur mengalami simpangan pasca elastis yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan yang cukup, sehingga struktur tetap berdiri, walaupun sudah berada di ambang keruntuhan.  Faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan maksimum pada ambang keruntuhan dengan sempangan pertama yang terjadi pada pelelehan pertama.
  • 6. DAKTAIL PENUH suatu tingkat daktilitas struktur gedung, di mana strukturnya mampu mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas sebesar 5,3. DAKTAIL PARSIAL seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas di antara struktur gedung yang elastik penuh sebesar 1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
  • 7. PERANCANGAN KAPASITAS  Struktur gedung yang terjadi harus memenuhi syarat “ Strong collomn-week beem”artinya ketika menerima gempa hanya boleh terjadi sendi plastis di ujung-ujung balok, kaki kolom , dan pada kaki dinding geser.
  • 8. WILAYAH GEMPA DAN SPEKTRUM RESPONS Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, di mana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata- ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar 1 dan Tabel 5.
  • 10.
  • 11. PEMBEBANAN STRUKTUR DAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL  Beban mati : beban sendiri struktur yang bersifat tetap dan bagian lain yang tak terpisahkan dari gedung.  Beban hidup : semua beban yang terjadi akibat penghunian , termasuk beban yang tidak permanen.  Beban gempa : mencakup semua beban statis ekivalen yang bekerja pada gedung yang menirukan pengaruh gerakan tanah akibat gempa.
  • 12. BEBAN GESER NOMINAL STATIS EKIVALEN YANG TERJADI DI TEKANAN DASAR TANAH DAPAT DIHITUNG : Dimana: V = Beban gempa horizontal C = Koefisien gempa I = Faktor keutamaan gedung Wt = Berat total bangunan R = Faktor reduksi
  • 13. Beban geser dasar nominal V menurut Pasal 6.1.2 harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan : Dimana: Fi = Beban gempa horizontal pada lantai ke-i Wi = Berat lantai ke- i hi = Tinggi lantai ke-i V = Beban geser dasar akibat beban gempa Rencana
  • 14. Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus dianggap sebagai beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban- beban gempa nominal statik ekuivalen menurut Pasal 6.1.3.
  • 15. Waktu getar alami fundamental Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing- masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut : di mana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama seperti yang disebut dalam Pasal 6.1.3, di adalah simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm dan ‘g’ adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det2.
  • 16. Untuk mencegah penggunaan struktur bangunan yang terlalu fleksibel , nilai waktu getar alami fundamental dibatasi bergantung nilai ζ untuk wilayah gempa dan jenis struktur dengan rumus : T1 < ζ Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur gedung untuk penentuan Faktor Respons Gempa C1 menurut Pasal 6.1.2 ditentukan dengan rumus-rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3 dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang dihitung menurut Pasal 6.2.1.
  • 17. Tabel koefisien waktu getar alami
  • 18. KOMBINASI PEMBEBANAN  Dengan menyatan kekuatan ultimit suatu struktur gedung dan pembebanan ultimit sutu struktur gedung itu berturut-turut sebagai berikut : Dimana :
  • 19. KUAT TERFAKTOR HARUS DIPENUHI PERSYARATAN KEADAAN BATAS ULTIMIT SEBAGAI BERIKUT :  Faktor-faktor beban yang bekerja nilainya ditetapkan menurut standar yang berlaku.
  • 20. KOMBINASI PEMBEBANAN (SNI 03-2847-2002  U = 1,4 D  U = 1,2 D + 1,6 L  U = 0,9 D + 1,0 E  U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
  • 21. TINJAUAN JENIS STRUKTUR ( SNI 03 -1726-2002) JENIS STRUKTUR DIBEDAKAN MENJADI 7 SITEM DAN SUBSISTEM : 1. Sistem dinding penumpu ( Bearing wall system), sistem struktur yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap, dinding penumpu atau sistem brecing memikul hampir semua beban grafitasi, beban lateral dipikul oleh dinding geser atau rangka brecing 2. Sistem rangka gedung (building frame system), Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul oleh dinding geser atau brecing. 3. Sistem rangka pemikul momen(momen resisting frame system), Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. 4. Sistem ganda ( Dual system ),  Rangka ruang memikul seluruh beban grafitasi  Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau bresing, dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25 persen dari seluruh beban lateral.sedangkan sisanya akan dipikul oleh dinding geser.  Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama- sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi antara sistem rangka pemikul momen denganm dinding geser.
  • 22. 5. Sistem struktur gedung kolom kantilever sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral 6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka 7. Sub sistem tunggal sub sistem struktur bidang yang akan membentuk struktur gedung secara keseluruhan.
  • 23. TABEL 1 FAKTOR KEUTAMAAN I UNTUK BERBAGAI KATEGORI GEDUNG DAN BANGUNAN
  • 24. STRUKTUR GEDUNG YANG TIDAK BERATURAN Perhitungan respons dinamik Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana I adalah Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
  • 25. Pusat rotasi lantai tingkat suatu struktur gedung : adalah suatu titik pada lantai tingkat itu yang bila suatu beban horisontal bekerja padanya, lantai tingkat tersebut tidak berotasi, tetapi hanya bertranslasi, sedangkan lantai-lantai tingkat lainnya yang tidak mengalami beban horisontal semuanya berotasi dan bertranslasi. Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed. Apabila ukuran horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu, diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa, dinyatakan dengan b,maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan sebagai berikut :
  • 26. - untuk 0 < e < 0,3 b : ed = 1,5 e + 0,05 b Atau ed = e - 0,05 b dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau; - untuk e > 0,3 b : ed = 1,33 e + 0,1 b Atau ed = 1,17 e - 0,1 b dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau.
  • 27. Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh Gempa Rencana, eksentrisitas rencana ed antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat menurut Pasal 5.4.3. harus ditinjau baik dalam analisis statik, maupun dalam analisis dinamik 3 dimensi.
  • 28. Wilayah Gempa ζ 1 2 3 4 5 6 0,20 0,19 0,18 0,17 0,16 0,15 Tabel koefisien waktu getar alami Pengaruh P-Delta Struktur gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah lebih dari 10 tingkat atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap Pengaruh P-Delta, yaitu suatu gejala yang terjadi pada struktur gedung yang fleksibel, di mana simpangan ke samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban lateral tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi yang titik tangkapnya menyimpang ke samping.
  • 29. Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%. Arah pembebanan gempa 5.8.1 Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh Gempa Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.
  • 30. Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%. Perencanaan struktur gedung beraturan Beban gempa nominal statik ekuivalen Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing- masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal statik ekuivalen, yang ditetapkan lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut.
  • 31. Perencanaan struktur gedung tidak beraturan Ketentuan untuk analisis respons dinamik Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut : V > 0,8 V1 di mana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan :
  • 32. Perhitungan respons dinamik Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana I adalah Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
  • 33. Penjumlahan respons ragam yang disebut dalam Pasal 7.2.1 untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami yang berdekatan, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%. Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS).
  • 34. Kinerja Struktur Gedung Kinerja Batas Layan 1. Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar- tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi Faktor Skala. 2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung menurut Pasal 8.1.1 tidak boleh melampaui kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang mana yang nilainya terkecil.
  • 35. Kinerja batas ultimit 1. Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi). Sesuai Pasal 4.3.3 simpangan dan simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ sebagai berikut :
  • 36. - Untuk Struktur gedung beraturan : - Untuk Struktur tidak gedung beraturan : di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala adalah seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.2.3.
  • 37. 2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung menurut Pasal 8.2.1 tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.
  • 38.
  • 39.
  • 40.
  • 41. Contoh kerusakan gedung akibat gempa yang dimungkinkan karena tidak mengikuti konsep desain kapasitas
  • 42.
  • 43.
  • 44. RANGKUMAN PERATURAN PEMBEBANAN INDONESIA UNTUK GEDUNG - 1983 • POMBINASI PEMBEBANAN: • Pembebanan Tetap : M + H • Pembebanan Sementara : M + H + A • : M + H + G • Pembebanan Khusus : M + H + G • : M + H + A + K • : M + H + G + K
  • 45. Dimana:  M = Beban Mati, DL (Dead Load)  H = Beban Hidup, LL (Live Load)  A = Beban Angin, WL (Wind Load)  G = Beban Hidup, E (Earthquake)  K = Beban Khusus Beban Khusus, beban akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya rem dari keran, gaya sentrifugal, getaran mesin.
  • 46. PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTURAL GEDUNG DIRENCANAKAN DENGAN KEKUATAN BATAS, MAKA BEBAN TERSEBUT PERLU DIKALIKAN DENGAN FAKTOR BEBAN Pada peninjauan beban kerja pada tanah dan pondasi, perhitungan Daya Dukung Tanah (DDT) izin dapat dinaikkan (lihat tabel). Jenis Tanah Pondasi Pembebanan Tetap DDT izin Pembebanan Sementara kenaikan DDT izin (kg/cm2) (%) Keras ≥ 5,0 50 Sedang 2,0 – 5,0 30 Lunak 0,5 – 2,0 0 - 30 Amat Lunak 0,0 - 0,5 0 * Catatan 1 kg/cm2 = 98,0665 kPa (kN/m2) Faktor keamanan (SF ≥ 1,5) tinjauan terhadap guling, gelincir dll.
  • 47. BEBAN MATI, BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN KOMPONEN GEDUNG Baja 7.850 kg/m3 Batu Alam 2.600 kg/m3 Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500 kg/m3 BAHAN BANGUNAN Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3 Batu pecah 1.450 kg/m3 Besi tuang 7.250 kg/m3 Beton (1) 2.200 kg/m3 Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3 Kayu (Kelas I) (3) 1.000 kg/m3 Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa diayak) 1.650 kg/m3 Pasangan bata merah 1.700 kg/m3 Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2.200 kg/m3 Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3 Pasangan batu karang 1.450 kg/m3 Pasir (kering udara sampai lembap) 1.600 kg/m3 Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1.850 kg/m3 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 1.700 kg/m3 Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000 kg/m3 Tanah hitam 11.400 kg/m3
  • 48. KOMPONEN GEDUNG ADUKAN, PER CM TEBAL : - dari semen 21 kg/m2 - dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2 Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan, per cm tebal 14 kg/m2 Dinding Pas. Bata merah : - satu batu 450 kg/m2 - setengah batu Dinding pasangan batako : 250 kg/m2 Berlubang : - tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m2 - tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2 Tanpa lubang - tebal dinding 15 cm 300 kg/m2 - tebal dinding 10 cm 200 kg/m2 Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari : -semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan tebal maksimum 4 mm 200 11 kg/m2 kg/m2
  • 49. - kaca, dengan tebal 3 – 4 mm 10 kg/m2 Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit- 40 kg/m2 langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2 Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 7 kg/m2 5 m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 50 kg/m2 bidang atap Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2 40 kg/m2 bidang atap Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng 10 kg/m2 Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton, tanpa adukan, per cm tebal Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 24 11 kg/m2 kg/m2 Catatan : (1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi (2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri. (3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
  • 50. BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG, SUDAH TERMASUK PERLENGKAPAN RUANG SESUAI DENGAN KEGUNAAN DAN JUGA DINDING PEMISAH RINGAN (Q ≤ 100 KG/M'). BEBAN BERAT DARI LEMARI ARSIP, ALAT DAN MESIN HARUS DITENTUKAN TERSENDIRI Beban Hidup Pada Lantai Bangunan a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200 kg/m2 b. Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel. 150 kg/m2 c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran,hotel, asrama dan rumah sakit. 250 kg/m2 d. Lantai ruang olah raga 400 kg/m2 e. Lantai ruang dansa 500 kg/m2
  • 51. f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid,gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton 400 kg/m2 g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton yang berdiri. 500 kg/m2 h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c. 300 kg/m2 i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g. 500 kg/m2 j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250 kg/m2 k. Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, denganminimum 400 kg/m2 l. Lantai gedung parkir bertingkat: - untuk lantai bawah 800 kg/m2 - untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2 m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum 300 kg/m2 * Catatan 100 kg/m2 = 0,980665 kN/m2
  • 52. BEBAN HIDUP PADA ATAP GEDUNG, YANG DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL MINIMUM SEBESAR 100 KG/M2 BIDANG DATAR. ATAP DAN/ATAU BAGIAN ATAP YANG TIDAK DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL YANG MENENTUKAN (TERBESAR) DARI: Beban terbagi rata air hujan  Wah = 40 - 0,8 α dengan, α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat diabaikan). Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2)  Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg. Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
  • 53. REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN BALOK INDUK DAN PORTAL (BEBAN HORISONTAL/GEMPA DAN ANGIN), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI. KOEFISIENREDUKSIBEBANHIDUP Penggunaan Gedung Koefisien Reduksi beban Hidup Peninjauan Beban Gravitasi Peninjauan Beban Gempa PERUMAHAN/HUNIAN Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75 0,30 PENDIDIKAN Sekolah, ruang kuliah 0,90 0,50 PERTEMUAN UMUM Masjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pagelaran 0,90 0,50 PERKANTORAN Kantor, bank 0,60 0,30 PERDAGANGAN Toko, toserba, pasar 0,80 0,80 PENYIMPANAN Gudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80 INDUSTRI Pabrik, bengkel 1,0 0,90 TEMPAT KENDARAAN Garasi, gedung parkir 0,90 0,50 GANG DAN TANGGA - perumahan/hunian 0,75 0,30 - pendidikan, kantor 0,75 0,50 - pertemuan umum, perdagangan, penyimpanan, industri, tempat kendaraan 0,90 0,50
  • 54. REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN ELEMEN VERTIKAL STRUKTUR (KOLOM, DINDING DAN PONDASI), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI. KECUALI UNTUK KEGUNAAN LANTAI BANGUNAN: LANTAI GUDANG, RUANG ARSIP, PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENYIMPANAN SEJENIS; LANTAI RUANG YANG MEMIKUL BEBAN BERAT TERTENTU YANG BERSIFAT TETAP, SEPERTI ALAT DAN MESIN. PADA PERENCANAAN PONDASI, BEBAN HIDUP PADA LANTAI YANG MENUMPU DI ATAS TANAH HARUS TURUT DITINJAU, DIAMBIL PENUH TANPA DIKALIKAN KOEFISIEN REDUKSI. KOEFISIENREDUKSIBEBANHIDUPKUMULATIF Jumlah lantai yang dipikul (n) Koefisien reduksi yang dikalikan kepada beban hidup kumulatif 1 1,0 2 1,0 3 0,9 4 0,8 5 0,7 6 0,6 7 0,5 n ≥ 8 0,4
  • 55. BEBAN ANGIN, MENGANGGAP ADANYA TEKANAN POSITIF (PRESSURE) DAN TEKANAN NEGATIF/ISAPAN(SUCTION) BEKERJA TEGAK LURUS BIDANG YANG DITINJAU. Tekanan Tiup: ● daerah jauh dari tepi laut, diambil minimum 25 kg/m2. ● di laut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, diambil minimum 40 kg/m2 atau diambil dari rumus pendekatan dengan, V = kecepatan angin, m/det (ditentukan instansi terkait)