1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat
kesehatanmasyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita
sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus
berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai
generasimuda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan
dengan fungsi reproduksinya
2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung
dan dilahirkan.
3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan
mengatasnamakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian jumlah
penduduk.
4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda
Intemasionaldiantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai
kesehatanreproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo
Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting
disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi
kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurutdirinya sesuai dengan
kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.
Sistem reproduksi sangat dipengaruhi oleh sistim endokrin. Pemahaman sistim
endokrin pada wanita, penting untuk memahami patogenesis, diagnosis dan
penatalaksanaan berbagai kelainan pada sistim reproduksi wanita. Sistem reproduksi
wanita dapat dilihat dari 2 kondisi, yaitu di dalam kehamilan dan diluar
kehamilan. Sistem reproduksi wanita dalam kehamilan lazim disebut dengan Obstetri,
1
2. yang dalam arti sempit diartikan sebagaicabang ilmu kedokteran yang
mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan nifas, serta hal-hal yang terkait
dengannya. Sedangkan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sistem
reproduksi wanita di luar kehamilan disebut dengan Ginekologi. Keluarga
Berencana dan Konseling Pra nikah terkait dengan kehamilan. Infertilitas merupakan
aspek ginekologi yang erat kaitannya dengan kehamilan (sulit
mendapatkan kehamilan)
Obstetri : Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan proses fisiologi,
dalam perjalanannya, mulai dari saat pembuahan sampai nifas bisa menjadi
patologis.Obstetri dibedakan dalam obstetri fisiologi dan obstetri patologis.
Ginekologi :Masalah sistem reproduksi wanita di luar kehamilan. Oleh karena itu saya
akan membahas tentang patologi sistem reproduksi wanita, antara lain, masalah
keganasan pada wanita, perdarahan dan infeksi yang biasa terjadi di rumah sakit.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep kesehatan reproduksi?
2. Bagaimana cara mengenali masalah pada kesehatan reproduksi?
3. Bagaimana cara menangani masalah pada kesehatan reproduksi?
4. Bagaimana kesehatan reproduksi dalam prespektif gender?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui teori dan konsep kesehatan reproduksi
2. Untuk mendalami masalah kesehatan reproduksi
3. Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan reproduksi dan cara mengatasinya
4. Untuk mengetahui seberapa besar peran gender dalam kesehatan reproduksi.
2
3. BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar
a. Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian
depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa
tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia
mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua
bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri
dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir
besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan
3
4. menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh
darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis
laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahuatau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan
kimia, panas, dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perineum membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh danmudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendiryang di keluarkan
uterus dan darah saat menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah
berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen.
2. Alat genitalia wanita bagian dalam
Gambar 2.2 Organ Interna Wanita ( Bobak, IM, 2000 )
4
5. a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior
11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina
merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada
dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di
bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus.
Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri
membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior,
fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yangmenghasilkan
asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikanproteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untukmengeluarkan lendir uterus dan
darah menstruasi, alat hubungan seks danjalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,cekung
dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor
di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normalmemiliki bentuk simetris,
nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu:
fundus uteri yaitu bagian corpusuteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba
fallopi, corpus uterimerupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuksegitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding
belakang,dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan
bagianbawahnya berhubungan dengan kandung kemih.Untuk mempertahankan
posisinya uterus disangga beberapaligamentum, jaringan ikat dan
peritoneum. Ukuran uterus tergantung dariusia wanita, pada anak-anak ukuran
uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus
terdiri dari tiga lapisan yaituperitoneum, miometrium / lapisan otot, dan
endometrium.
5
6. 1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan
tersebutmembentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisantengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkunganserabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat
terjadi kontraksi pembuluh darah terjepitrapat dengan demikian
perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringanikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteriinternum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dankanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadiperubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)disebut istmus. Istmus uteri ini akan
menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus ototrahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar
panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalahligamentum latum,
ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentuminfindibulo pelvikum
(suspensorium ovarii) ligamentum kardinal machenrod, ligamentum sacro
uterinum dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke
dinding panggul
Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar
danmengandung pembuluh darah limfe dan ureter
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
6
7. Ligamentum rotundum (teres uteri)
Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
Menggantung uterus ke dinding panggul
Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinumMerupakan penebalan dari ligamentum
kardinale machenrod menuju os sacrum
e) Ligamentum vesika uterinum
Dari uterus menuju ke kandung kemih
Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat
mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dindinglateral
dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasarendometrium
membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tubafallopi
dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
c) Susunan saraf uterusKontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan
oleh sarafsimpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis
fronkenhouseryang terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornuuterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovummencapai rongga
uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding rahim.Panjang tuba fallopi 12cm diameter
7
8. 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tigalapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa
dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus
danmerupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut
fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
1) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
3) Tempat terjadinya konsepsi.
2) Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi
sampaimencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan
folikelmenjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.Letak:
Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentuminfundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melaluimesovarium.Jenis: Ada 2
bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
e. Parametrium
8
9. Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dualembar
ligamentum latum. Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari
(Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001)
f. Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral.
Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak,
berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah
pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu
dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama
payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pasca
persalinan. Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai
sexually responsive organ.
g. Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi
dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha
dalam. Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari
keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai „parfum‟ daya tarik seksual
(androstenol dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar
liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.
9
10. BAB III
MASALAH – MASALAH YANG TERJADI PADA SISTEM
REPRODUKSI
A. MASALAH KEGANASAN
1. KANKER PAYUDARA
a. Pengertian
Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan
mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi
dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995)
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).
b. Penyebab dan faktor predisposisi
Menurut C. J. H. Van de Velde
1. Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ
berpasangan
2. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan
bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
3. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah
ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang
porliferatif sedikit meningkat.
4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan
berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor
yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.
5. Faktor endokrin dan reproduksi
10
11. Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun,
Menarche kurang dari 12 tahun
6. Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai
resiko lebih besar untuk terkena kanker.
c. Gambaran klinis
Menurut William Godson III. M. D
1. Tanda carsinoma
Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor
jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
2. Gejala carsinoma
Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting
eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan
turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.
d. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel
– sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma
mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )
11
12. e. Asuhan Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena
pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya
edema, destruksi jaringan.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik
necrose jaringan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau
perubahan gambaran mammae.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan
pengobatan
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
7. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal,
ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan
tak berdaya dan ketidak cukupan pengetahuan tentang carsinoma dan
pengobatan.
2. KANKER OVARIUM
a. Pengertian
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 - 70 tahun.
12
13. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem
getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium
ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
b. Penyebab
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1) Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-
sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-
sel tumor.
2) Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
c. Faktor resiko
1) Diet tinggi lemak
2) Merokok
3) Alkohol
4) Penggunaan bedak talk perineal
5) Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
6) Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
7) Nulipara
8) Infertilitas
9) Menstruasi dini
10) Tidak pernah melahirkan
d. Tanda & Gejala
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1) Haid tidak teratur
2) Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3) Menoragia
4) Nyeri tekan pada payudara
13
14. 5) Menopause dini
6) Rasa tidak nyaman pada abdomen
7) Dispepsia
8) Tekanan pada pelvis
9) Sering berkemih
10) Flatulenes
11) Rasa begah setelah makan makanan kecil
12) Lingkar abdomen yang terus meningkat
e. Stadium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
1) STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium
a) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul
utuh.
b) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
c) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
2) STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan
ke panggul
a) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
b) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
c) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang
mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
3) STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas
dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau
omentum.
a) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis
14
15. terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum
abdominal.
b) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
c) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4) STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium
4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
f. Penegakan Diagnosa Medis
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak
atau ganas (kanker ovarium).
Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
1) Kista cepat membesar
2) Kista pada usia remaja atau pascamenopause
3) Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4) Kista dengan bagian padat
5) Tumor pada ovarium
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
1) USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
2) Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
3) Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta - HCG dan
alfafetoprotein
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker
ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
g. Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat
diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan.
Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 - 4 minggu sekali dengan
melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala
15
16. terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem
saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
1) Operasi (stadium awal)
2) Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
3) Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
h. Asuhan Keperwatan
1) Pengkajian
a) Data diri klien
b) Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
c) Riwayat kesehatan masa lalu
d) Riwayat kesehatan keluarga
e) Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
f) Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
g) Pemeriksaan fisik
h) Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b.d agen cidera biologi
b) Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan
fungsi dan peran
c) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau
fungsi tubuh, perubahan kadar hormone
3) Tujuan dan Intervensi
a) Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
- Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan
- Intervensi :
Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek
samping
Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan
ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan
16
17. b) Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam
penampilan fungsi dan peran
- Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga
dirinya.
- Intervensi :
Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan
pembuatan keputusan
Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling
berbagi kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan
menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim
c) Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan
struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon
- Tujuan : -KLien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan
fungsi seksual.
- Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan
beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual
- Intervensi:
Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada
respons individu
Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual
dan pengaruh prosedur pembedahan
Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang
terdekatnya
Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda
koitus seksual saat kelelahan
17
18. 3. KANKER CERVIX
a. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
b. Etiologi
Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim
menjadi se-sel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain :
1) Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2) Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian
menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30‟an tahun yang sexually
active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva).
Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak
pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa
gejala dan bersifat menetap. Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan
infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya
infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel
mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang
terjadinya perubahan kearah displasia.
4) Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
5) Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6) Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh
c. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1) Usia.
2) Jumlah perkawinan
3) Hygiene dan sirkumsisi
4) Status sosial ekonomi
5) Pola seksual
6) Terpajan virus terutama virus HIV
7) Merokok dan AKDR
18
19. d. Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
stroma tidak> 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan
histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina
dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat
antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum
dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang
jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar
dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.
e. Tanda dan Gejala
a. Perdarahan
b. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
19
20. c. Cepat lelah
d. Kehilangan berat badan
e. Anemia
f. Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau
puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan,
dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan
berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar,
ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio
atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan
histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.
g. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam
2 tahun.
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV
dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia
keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang.
Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagianbesar disebabkan pengambilan
sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
2) Kolposkopi
3) Servikografi
4) Pemeriksaan visual langsung
5) Gineskopi
6) Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
20
21. i. Penatalaksaan Medis
Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
I b dan II a Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar
limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
II b , III dan IV Histerektomi transvaginal
IV a dan IV b Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
j. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkaijan
a) Identitas klien.
b) Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
c) Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga
tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang
dapat memperberat, misalnya keterlambatankeluarga untuk memberi
perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya
pengetahuan keluarga.
d) Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.
e) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
f) Riwayat psikososial
21
22. Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
g) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- Perdarahan
- keputihan
palpasi
- nyeri abdomen
- nyeri punggung bawah
h) Pemeriksaan Dignostik
- Sitologi
- Biopsi
- Kolposkopi
- Servikografi
- Gineskopi
- Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)
1. Diagnosa Keperawatan
a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah
c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
d) Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
e) Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia
dan pemberian kemoterapi.
f) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
genokologis dan prognosis yang tak menentu.
g) Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis
kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
h) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan
dengan terbatasnya informasi.
22
23. 2. Intervensi
a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi :
1) Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah
trombosit.
2) Berikan cairan secara cepat.
3) Pantau dan atur kecepatan infus.
4) Kolaborasi dalam pemberian infus
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
1) Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
2) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan
diet yang ditentukan.
3) Pantau masukan makanan oleh klien.
4) Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan
sesuai dengan diet.
5) Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1) Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
2) Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
3) Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
4) Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
5) Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
23
24. d) Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
1) Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah
lengkap (Hb dan Trombosit)
2) Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
3) Observasi tanda-tanda perdarahan.
4) Observasi tanda-tanda vital.
5) Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
e) Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia
dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
1) Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
2) Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur
sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
3) Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau
keletihan yang dialami.
4) Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
5) Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
f) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
genokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
dapat diatasi.
Intervensi:
1) Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan
yang kondusif.
2) Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
3) Dorong harapan yang realistis.
4) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
5) Berikan dorongan spiritual.
24
25. g) Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis
kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan
peran.
Intervensi :
1) Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan
didalam keluarga dan komunitasnya.
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik
yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
3) Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan
peran anggota yang sakit.
h) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan
dengan terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari
pemberian terapi.
Intervensi:
1) Baringkan pasien diatas tempat tidur.
2) Kaji kepatenan kateter abdomen.
3) Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
4) Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.
3. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a) Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
b) Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
c) Tidak ada tanda-tanda infeksi
d) Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
e) Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
f) Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
dapat diatasi.
25
26. g) Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi
perubahan peran.
h) Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari
pemberian terapi
4. MIOMA UTERI
a. Definisi
Myoma Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut
juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid.
Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua
tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri ( 2 % )dan pada korpus uteri ( 97
% ), belum pernah ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche.
b. Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari
hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa
Myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell
Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
c. Patofisiologi
26
27. Patofisiologi
Herediter
Pola Hidup
Hormonal
Myoma Uteri
Myoma Intramural Myoma Submukosum Myoma Subserosum
Tanda /Gejala
Perdarahan Massa
Informasi Tindakan operasi
pervagina suhu tubuh
mengenai penyakit
Proses Infeksi/nekrosis
HB Gangguan
keseimbangan Cemas
cairan
Anemia
Syok Hipovolemik
Penekanan organ sekitar
Vesika Urinaria Rectum
Pola Eliminasi Urin Pola Eliminasi Alvi
Retensio Urin Konstipasi
27
28. d. Lokalisasi Mioma Uteri
1) Mioma intramural ; Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal
dalam dinding uterus.
2) Mioma Submukosum ; Mioma yang tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol
dalam kavum itu.
Mioma Subserosum ; Mioma yang tumbuh kearah luar dan menonjol pada
permukaan uterus.
e. Komplikasi
1) Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah
menopauseTorsi (putaran tangkai )
2) Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut
dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
3) Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina, dalam hal ini
kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun Albumin : turun
Lekosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
2) USG
Terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4) Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5) Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6) ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum
bertangkai.. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita
yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup
dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat
adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi
dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal.
28
29. Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total
Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-
BSO )
TAH – BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat
uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi
pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan
chronic endrometriosis .
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO
adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding
perut untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium
pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.
g. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara
keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data,
pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan
(Depkes RI, 1991 ).
- Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi
(data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah
pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo
Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai berikut :Usia :
- Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering
ditemukan pada usia 35 tahun keatas.
- Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
- Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
- Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri
karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri
setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji
pada rasa nyeri tersebut adalah :
- Lokasi nyeri :
- Intensitas nyeri
- Waktu dan durasi
- Kwalitas nyeri.
- Riwayat Reproduksi
Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada
masa menopause
Hamil dan Persalinan
29
30. o Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma
uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan
hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang
besar.
o Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi
klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
- Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang
terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita
melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga
berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan
kewanitaan.Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu
ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas
terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak
yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
- Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh
kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan
gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
- Tingkat Kesadaran
ingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang
harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi
tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi
dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
- Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien
yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8
jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat
kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
- Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan Rsa nyaman (nyeri ) berhubungan dengankerusakan jaringan
otot dan system saraf yang di tandai dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah
neyeringai.
b) Gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma
mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar
dan hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
30
31. c) Gangguan konsep diri berhubungan dengankekawatiran tentang
ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,
akibat pada hubungan seksual .
d) Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya
berhubungan dengansalah dalam menafsirkan imformasi dan sumber
imformasi yang kurang benar
3) Rencana Tindakan
a) Intervensi keperawatan pada diagnose Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan kerusakan jaringan otot an system saraf. :
- Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri.
- Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi.
- Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk
membayangkan sesuatu.Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi,
pernafasan cepat.
- Motivasi klien untuk mobilisasi didni setelah pembedahan bila sudah
diperbolehkan.
- Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena.
- Observasi efek analgetik (narkotik )
- Obervasi tanda vital : nadi ,tensi,pernafasan.
b) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan eleminasi
miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma mekanis,
manipulasipembedahan, oedema jaringan setempat, hemaloma, kelemahan
sensori dan kelumpuhan saraf.
- Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine
- Lakukan palpasi pada kandung kemih , observasi adanya
ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
- Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat,
mengatur posisi, mengalirkan air keran.
- Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalam
keadaan baik, monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangan
kateter satu kali dalamsehari, periksa keadaan selang kateter
(kekakuan,tertekuk )
- Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.
- Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental dan
obat obat untuk melancarkan urine.
- Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750 cc
perlu pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuat
kembali.
c) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Ganguan konsep diri
berhubungan dengankekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak,
perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.
- Beritahu klien tentang sispa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan
anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi
- Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
31
32. - Libatkan klien dalam perawatannya
- Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang
hangat dan menyenangkan.
- Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai
tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien
- Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya
perawatan luka dan mandi.
- Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk
membicarakan keluhan-keluhannya.
d) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Kurangnya
pengetahuan tentang perawatan luka operasi, tanda-tanda komplikasi,
batasan aktivitas, menopause, therapy hormon dan perawatan selanjutnya
berhubungan denganterbatasnya imformasi.
- Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal mempunyi
kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang lama
untuk puli, mengguanakan anatesi yang banyak dan memberikan rasa
nyeri yang sangat setelah operasi.
- Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat
- Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
- Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan ovulasi
- Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
- Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan tidak
bisa hamil dan menstruasi
- Jika klien memakai therapy estrogen maka ajari klien :
- Bahwa estrogen itu biasanya diberikan dengan dosis renda, dengan
sirklus penggunaannya adalah selama 5 hari kemudian berhenti
selama dua hari begitu seterusnya sampai umur menopause.
- Diskusi tentang rasional penggunaan therapy yaitu memberikan rasa
sehatdan mengurangi resiko osteoporosis
- Jelaskan resiko penggunaan therapy
- Ajarkan untuk melapor jika terjadi perubahan sikap ( depresi ), tanda
troboplebitis, retensi cairan berlebihan, kulit kuning,rasa
mual/muntah, pusing dan sakit kepala,rambut rontok, gangguan
penglihatan,benjolan pada payudara.
B. MASALAH PERDARAHAN
1. DYSFUNGSIONAL UTERYNE BLEEDING
a. Pengertian
Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional
adalah perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar
siklus menstruasi,karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon
32
33. (hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan organ. Perdarahan
ini juga didefinisikan sebagaimenstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur
tanpa adanya patologi pelvik yangdiketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan
umum
b. Epidemiologi
Keadaan ini terjadi pada 5 – 10 % pada wanita dengan usia reproduksi wanita
yaitu pada menarche dan menopause karena pada usia ini sering terjadi gangguan
fungsi ovarium. Dilaporkan lebih dari 50% terjadi paa masa premenopause ( usia
40 – 50 tahun ), sekitar 20 % terjadi pada masa remaja, 30 % terjadi pada pada
usia reproduktif serta cenderung terjadi pada wanita dengan gangguan instabilitas
emosional.
c. Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi
ovarium primer atau sekunder yang disebabkan adanya kelainan pada salah satu
tempat pada system sumbu hipotalamus – hipofisis – ovarium dan jarang akibat
dari gangguan fungi korteks ginjal dan kelenjar tiroid. Perdarahan uterus
disfungsional umumnya merupakan keadaan anovulator tetapi dapat juga terjadi
pada keadaan ovulatoir bila ada defek pada fase folikular atau fase luteal.
Pada remaja keadaan ini disebabkan fungsi hipotalamus – hipofisis – ovarium
belum matang, serta pada keadaan yang menyertai obesitas atau pada akhir
decade ke 4 dari seorang wanita. Kadang setelah 3 tahun pubertas sering terjadi
gangguan menstruasi karena gangguan respon ovarium terhadap FSH yang akan
mengakibatkan produksi estrogen berkurang sehingga endometrium tidak cukup
menerima rangsangan dan menimbulkan perdarahan. Pada masa klimakterium
terjadi penurunan kepekaan ovarium dari rangsangan gonadtropin dan terjadi
peristiwa anovulasi.
d. Patologi
Pada siklus haid ( ovulatoir ) terdapat perubahan yang dialami kelenjar –
kelenjar,pembuluh darah, serta epitel dari endometrium yang dipengaruhi oleh
estrogen dan progesterone yang secara bergiliran dihasilkan oleh folikel dan
korpus luteum atas pengaruh dari gonadtropin ( FSH dan LH ) yang dihasilkan
oleh hipofisis setelah mengalami rangsangan dari hipotalamus.
33
34. Perubahan anatomi dan fungsional dari endometrium ini berulang kembali setiap
28 hari dan terdiri dari 5 fase :
1) Fase menstruasi
2) Fase Proliferasi
3) Fase sekresi
4) Fase persiapan imlantasi
5) Fase kehancuran
Pada perdarahan uterus disfungsional tidak ditemukan kelima fase ini pada
pemeriksaan patologi anatomi berdasarkan kerokan pada
endometrium.Sedangkan pada fase anovulasi tidak terdapat fase sekresi dan fase
persiapan utuk implantasi, karena endometrium dipengaruhi oleh estrogen
sehingga masih terjadi fase proliferatif dan terjadi hyperplasia endometrium (
endometrium menebal ) dan bahkan jika tidak ada pengaruh progesterone
sedikitpun akan menyebabkan miometrium ikut membesar dan uterus ikut
mengalami pembesaran.Hiperplasi endometrium mempunyai urutan sebagai
berikut
1) Hiperplasia ploriferatif
2) Hiperplasia adenomatosa
Setelah beberapa lama menjadi sel atipik yang akan menjadi sebuah
keganasanPada perdarahan uterus disfungsi anovulatorik dapat karena
dipengaruhi oleh keadaan defisiensi progesterone dan kelebihan
estrogen.Gangguan perdarahan pada perdarahan uteus disfungsional dapat berupa
gangguan panjang siklus, gangguan jumlah dan lamanya perdarahan..
1) Oligomenorea : siklus haid > 35 hari tetapi tidak sampai > 90
hari.Merupakan anovulasi, Gangguan fungsi hipotalamus – hipofisis –
ovarium karena :
a) Obesitas
b) Malnutrisi
c) Tekanan psikis
2) Polimenorea : siklus haid < 21 hari, pemendekan fase pematangan folikel
atau fase luteal. Hal ini akan menyebabkan infertilitas.
3) Hipermenorea : perdarahan haid yang jumlahnya banyak dan berangsung
selama 6 – 7 hari.
34
35. 4) Hipomenorea : perdarahan haid dengan jumah sedikit, ganti pembalut 1-2
kali sehari.Penyebab : < estrogen atau progesterone, stenosi hymen, sinekia.
5) Metrorhagia : perdarahan dari vagina diluar siklus haid.
6) Menorhagia : perdarahan yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah
darah yang cukup banyak.
e. Diagnosis
1) Terjadi perdarahan pervaginam yang tidak normal ( lama, frekuensi, dan
jumlah ) yang terjadi didalam siklus haid maupun diluar siklus haid.
2) Tidak dalam keadaan hamil dan tidak ada kelainan organ serta gangguan
pembekuan darah.
Usia terjadinya :
a) Perimenars : 8 – 16 tahun
b) Masa reproduksi : 16 – 35 tahun
c) Perimenopause : 45 – 65 tahun
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan hematology :
a) Kadar Haemoglobin
b) Kadar trombosit
c) Waktu pembekuan
d) Kadar glukosa darah
e) Faal hati
f) Ureum dan kreatinin
2) Dilatasi dan kuretase
3) USG
4) Pemeriksaan kadar hormon reproduksi , FSH, LH, E2, Progesteron,
Prolaktin.
g. Diagnosis Banding
Tidak semua perdarahan yang seperti haid normal merupakan perdarahan uterus
disfungsi. Singkirkan keadaan kehamilan, dan pikirkan keadaan yang
menyebabkan keluarnya darah dari vagina, seperti :
1) Lesi – lesi organic seperti : mioma uteri, endometriosis, polip endometrium,
keganasan pada organ dalam.
2) Kontrasepsi dalam rahim,terjadi pergeseran letak alat kontrasepsi dalam
rahim.
35
36. 3) Adanya gangguan pada factor pembekuan darah.
h. Pengobatan
1) PUD Ovulasi :
a) Perdarahan pada pertengahan siklus
Estrogen 0,625 – 1,25 mg , hari ke 10 – 15 siklus.
b) Perdarahan bercak pra haid
Progesteron 5 – 10 mg, hari ke 17 – 26 siklus.
c) Perdarahan pasca haid
Estrogen 0,625 – 1,25 mg, hari ke 2 – 7 siklus.
d) Polimenorea
Progesteron 10 mg, hari ke 18 – 25 siklus.
2) PUD Anovulasi
a) Menghentikan perdarahan segera :
b) Kuret medisinalis, kemudian :
- Estrogen selama 20 hari diikuti progesterone selama 5 hari.
- Pil KB kombinasi
- Progesteron 10 – 20 mg selama 7 – 10 hari.
c) Setelah darah berhenti, lakukan pengaturan siklus haid.
d) Estrogen dan progesterone selama 3 siklus.
3) Pengobatan operatif
Dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase apabila dengan terapi hormonal
tidak berhasil. Hasil kerokan kuretase dilakukan pemeriksaan PA untuk
mengetahui keadaan dari endometrium dan sudah ada tanda menorah
keganasan atau tidak.
4) Prognosis
Perdarahan uterus disfungsi bisa menjadi morbiditas yang serius dan
kronis akibat anemia yang ditimbulkan dan tidak diterapi dengan baik.
Walaupun demikian prognosisnya tidak terlalu buruk.
i. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut ybd agen injuri fisik
Definisi :
36
37. Yaitu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang muncul secara aktual/ potensial kerusakan jaringan menggambarkan
adanya kerusakan, intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat
diprediksi dan durasi kurang dari 6 bulan.
Tujuan
a) Klien mampu mencapai level nyaman pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
- Melaporkan secara fisik sehat
- Melaporkan puas dapat mengontrol nyeri
- Melaporkan secara psikologis baik
- Mengekspresikan puas dengan fisiknya
- Mengekspresikan puas dengan hubungan sosial
- Mengekspresikan puas secara spiritual
- Melaporkan puas dengan kemandiriannya
- Puas terhadap kemampuan mengontrol nyeri
b) Klien mampu mengontrol nyeri pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
- Mengenal faktor pencetus nyeri
- Mengenal onset/ lama nyeri
- Melakukan langkah pencegahan
- Menggunakan pencegahan non invasif
- Menggunakan analgetik yang sesuai
- Melaporkan bila ada tanda awal nyeri
- Melaporkan tanda-tanda nyeri
- Menggunakan sumber-sumber yang ada
Keterangan :
1 = tidak pernah bisa melakukan
2 = jarang bisa melakukan
3 = kadang-kadang bisa melakukan
4 = sering bisa melakukan
5 = selalu dapat melakukan
c) Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
- Gangguan hubungan interpersonal
37
38. - Gangguan penampilan/ aktivitas
- Ketidaksesuaian bekerja yang diharapkan
- Ketidaksesuaian kenyamanan hidup yang diinginkan
- Ketidaksesuaian kontrol diri yang diharapkan
- Gangguan emosi
- Kehilangan kesabaran
- Gangguan tidur
- Kelemahan mobilitas fisik
- Kelemahan perawatan diri
- Kesulitan makan/ menelan
- Gangguan eliminasi
- Gangguan nafsu makan
Keterangan :
1 = sangat berat
2 = agak berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
d) Klien mampu mengurangi level nyeri pada tanggal …
Indikator 1 2 3 4 5
- Melaporkan nyeri
- Bagian tubuh yang nyeri
- Frekuensi nyeri
- Lamanya serangan nyeri
- Ekspresi wajah
- Tonus otot
- Keringat dingin
Keterangan :
1 = sangat berat
2 = agak berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
Intervensi :
38
39. - Observasi nyeri
- Identifikasi penyebab nyeri hebat yang tidak turun
- Anjurkan klien untuk melaporkan pengalaman dan metode menangani
nyeri yang terakhir dilakukan
- Berikan posisi yang nyaman bagi klien
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri
- Laksanakan terapi dokter untuk pemberian analgesic sesuai dosis
2) Risiko infeksi
Definisi :
Keadaan dimana terjadi peningkatan resiko terpapar mikroorganisme
pathogen.
Tujuan :
a) Klien mampu mencegah status infeksi pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
- Mengenal faktor pencetus nyeri
- Nyeri saat berkemih
- Demam
- Nyeri
- Menggigil/ kedinginan
- Gangguan kognitif
Keterangan :
1 = sangat berat
2 = agak berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
b) Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
- Tidak ada infeksi berulang
- BB dalam batas normal
- Suhu tubuh DBN
- Keutuhan kulit
39
40. - Hitung jenis leukosit DBN
Keterangan :
1 = sangat tidak sesuai
2 = agak tidak sesuai
3 = kadang tidak sesuai
4 = jarang tidak sesuai
5 = sesuai
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda infeksi
- Monitor dan catat pemeriksaan terutama leukosit
- Lakukan semua tindakan invasive perawatan luka
- Perawatan alat medis invasive dengan prinsip steril
- Beri penjelasan pada klien dan keluarga cara pengontrolan
- Infeksi termasuk cuci tangan, faktor resiko, cara mencegah infeksi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic
3) Resiko kekurangan volume cairan
Definisi :
Resiko mengalami dehidrasi vaskuler, seluler dan intrasel
Faktor resiko :
- Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (status hipermetabolik)
- Pengobatan deuritik
- Kehilangan cairan melalui jalur abnormal
- Kurangnya pengetahuan tentang volume cairan
- Banyaknya kehilangan cairan melalui jalur normal
- Usia lanjut
Tujuan :
40
41. Cairan intrasel dan ekstrasel dalam tubuh klien seimbang setelah
perawatan pada tanggal…
Kriteria hasil :
Keseimbangan cairan
Indikator 1 2 3 4 5
- TD IER
- Tekanan
- Arteri rata-rata IER
- Tekanan vena sentral IER
- BB stabil
- Tidak ada edema, peridetal
- Tidak terjadi kebisingan
- Hidrasi kulit
- Elektrolit serum DBN
- Hematokrit DBN
IER = dalam tingkat nilai yang diharapkan
Keterangan :
1 = sangat dikompromi
2 = sering dikompromi
3 = kadang dikompromi
4 = jarang dikompromi
5 = tidak dapat dikompromi
Intervensi :
a. Manajemen elektrolit
- Monitor elektrolit sebelum abnormal
- Monitor manifestasi keseimbangan cairan
- Berikan cairan
- Pertahankan keakuratan intake dan output
- Berikan elektrolit tindakan tambahan (oral, NGT, 10) sesuai resep
- Ajarkan pasien dengan keluarga tentang tipe, penyebab, treamorit
dalam keseimbangan cairan.
b. Manajemen cairan
- Naikkan masukan obat oral
41
42. c. Cairan intravena
- Berikan cairan IV temperatur ruang
- Monitor kelebihan cairan dan reaksi fisik
C. MASALAH INFEKSI
1. ENDOMETRITIS
a. Pengertian
1) Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
2) Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
(Manuaba, I. B. G., 1998).
3) Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah
melahirkan.
b. Etiologi
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama
bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang
lama.Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta
yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.(Taber, B. 1994).
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita
adalah:
1) Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
2) Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3) Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
4) Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5) Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
6) Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7) Kelahiran secara bedah.
8) Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
c. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2002),
1) Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum.Pada endometritis
post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga
42
43. endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi,
dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi
leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial.Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas
dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara
khusus. Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke
parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.Gejala-
gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit
dalam keseluruhannya.Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar
leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada
perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus
di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam
uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan
sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah
endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan
di sekitarnya.Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan
sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada
waktu haid.Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah
berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
a) Demam
b) Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar
flour yang purulent.
c) Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
d) Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak
nyeri.
43
44. Terapi :
a) Uterotonika.
b) Istirahat, letak fowler.
c) Antibiotika.
d) Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carsinoma. Dapat diberi estrogen.
2) Endometritis kronika
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu
infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat
mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn endometrium
pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel
plasma dan limfosit.Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu
juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea dan
menorargia.Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
a) Pada tuberkulosis.
b) Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c) Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d) Pada polip uterus dengan infeksi.
e) Pada tumor ganas uterus.
f) Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB
genital.Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-
tengah endometrium yang meradang menahun.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat
desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah,
dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena
adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
a) Flour albus yang keluar dari ostium.
44
45. b) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
Terapi :
a) Perlu dilakukan kuretase.
d. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir.Kadang-kadang lokhea
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.Keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang
setelah rintangan dibatasi.Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri
pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada
hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu
meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali,
lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal
yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya
berat.Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan
tidak berbau.
Gambaran klinik dari endometritis:
1) Nyeri abdomen bagian bawah.
2) Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3) Kadang terjadi pendarahan.
4) Dapat terjadi penyebaran.
a) Miometritis (pada otot rahim).
b) Parametritis (sekitar rahim).
c) Salpingitis (saluran otot).
d) Ooforitis (indung telur).
e) Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.
(Manuaba, I. B. G., 1998)
Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:
1) Takikardi 100-140 bpm.
2) Suhu 30 – 40 derajat celcius.
3) Menggigil.
4) Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
5) Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
45
46. 6) Sub involusi.
7) Distensi abdomen.
8) Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung
darah seropurulen.
9) Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
10) Jumlah sel darah putih meningkat.
e. Patofisiologi
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta,
dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium.Pada infeksi dengan
kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium.Jaringan
desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis serta cairan.Pada
batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas
lekosit-lekosit.Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui
dan terjadilah penjalaran.
f. Komplikasi
Wound infection
1) Peritonitis
2) Adnexal infection.
3) Parametrial phlegmon
4) Abses pelvis
5) Septic pelvic thrombophlebitis.
g. Penatalaksanaan
1) Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi.
Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti
juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya,
memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
2) Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu
mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit
per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
3) Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus
atau post partum.
46
47. 4) Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya.
5) Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai
sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan
kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo –
oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah meluas
melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik
klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).
h. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat
- Malaise, letargi.
- Kelelahan/keletihan yang terus menerus.
b) Sirkulasi
- Takikardi.
c) Eliminasi
- Diare mungkin ada.
- Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
d) Integritas ego
- Ansietas jelas (poritunitis).
e) Makanan atau cairan
- Anoreksia, mual/muntah.
- Haus, membran mukosa kering.
- Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis).
f) Neurosensori
- Sakit kepala.
g) Nyeri/ketidaknyamanan.
- Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen.
- Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri tekan.
- Nyeri/kekakuan abdomen.
h) Pernapasan
- Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik).
i) Keamanan
47
48. - Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar
24 jam pascapartum.
- Demam ringan.
- Menggigil.
- Infeksi sebelumnya.
- Pemajanan lingkungan.
j) Seksualitas
- Pecah ketuban dini/lama, persalinan lama.
- Hemorargi pascapartum.
- Tepi insisi: kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase purulen.
- Subinvolusi uterus mungkin ada.
- Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau, banyak/berlebihan.
k) Interaksi sosial
- Status sosio ekonomi rendah.
l) Pemeriksaan Diagnostik
- Jumlah sel darah putih: normal/tinggi.
- Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat
meningkat pada adanya infeksi.
- Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia.
- Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus/intraservikal
drainase luka/pewarnaan gram dari lokhia servik dan uterus:
mengidentifikasi organisme penyebab.
- Urinalisis dan kultur: mengesampingkan infeksi saluran kemih.
- Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang
tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
- Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokasi nyeri
pelvis,massa, pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan
trombosis.
- Bakteriologi: spesimen darah, urin dikirim ke laboratorium
bakteriologi untuk pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan
sensitifitas antibiotik. Organisme yang sering diisolasi dari darah
pasien dengan endometritis setelah seksio sesarea adalah peptokokus,
enterokokus, clostridium, bakterioles fragilis, Escherechia coli,
48
49. Streptococcus beta hemilitikus, stafilokokus koagulase-positif,
mikrokokus, proteus, klebsiela dan streptokokus viridans (Di Zerega).
- Kecepatan sedimentasi eritrosit:
- Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderung
meningkat selama kehamilan maupun selama infeksi.
- Foto abdomen
Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis
klostridia.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan yang tidak adekuat.
c) Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
d) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
dengan interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang
dirasakan pada kehidupan sendiri
3) Intervensi
a) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Intervensi:
- Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum.
- Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf,
klien dan pengunjung.
- Berikan dan instruksikan klien dalam hal pembuangan linen
terkontaminasi.
- Demonstrasikan massase fundus yang tepat.
- Pantau suhu, nadi, pernapasan.
- Observasi/catat tanda infeksi lain.
- Pantau masukan oral/parenteral.
- Anjurkan posisi semi fowler.
- Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki dan dada.
- Anjurkan ibu bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut
bayi terhadap adanya bercak putih.
- Kolaborasi dengan medis.
49
50. b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan yang tidak adekuat.
Intervensi:
- Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila
masukan oral dibatasi.
- Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari jus, sup dan cairan
nutrisi lain.
- Anjurkan tidur/istirahat adekuat.
- Kolaborasi dengan medis.
- Berikan cairan/nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
- Berikan parenteral zat besi dan atau vitamin sesuai indikasi.
- Bantu penempatan selang nasogastrik dan Miller Abbot.
c) Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
Intervensi:
- Kaji lokasi dan sifat ketidakmampuan/nyeri.
- Berikan instruksi mengenai membantu mempertahankan kebersihan
dan kehangatan.
- Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi.
- Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien
memungkinkan.
- Kolaborasi dengan medis:
- Berikan analgesik/antibiotik.
- Berkan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu
pemanas/rendam duduk sesuai indikasi.
d) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
dengan interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang
dirasakan pada kehidupan sendiri.
Intervensi:
- Berikan kesempatan untuk kontak ibu bayi kapan saja
memungkinkan.
- Pantau respon emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi,
seperti depresi dan marah.
- Anjurkan klien untuk menyusui bayi.
50
51. - Observasi interaksi bayi-ibu.
- Anjurkan ayah/anggota keluarga lain untuk merawat dan berinteraksi
dengan bayi.
- Kolaborasi dengan medis.
2. PELVIX INFLAMMATORY DESEASE
a. Definisi
Pelvic Inflammatory Disease (Penyakit Radang Panggul ) adalah suatu proses
peradangan infeksius organ kelamin wanitayang terdapat di rongga panggul
termasuk uterus, tuba fallopii (salpingitis),atau ovarium (ooforitis) maupun
sekitarnya termasuk peritonium. PIDdisebut juga dengan salpingitis atau
endometritis (emedicine,2009).Pelvic inflammatory disease (PID) merupakan
salah satu komplikasi penyakit menular seksual yang serius. PID adalah infeksi
pada traktusgenitalis wanita bagian atas yang mencakup endometritis,
salpingitis,salpingo-oophoritis, tubo-ovarian abscess (TOA), dan pelvic
peritonitis.Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat dan cepat sangat diperlukan
dalamkasus ini karena komplikasi PID dapat mengancam kehidupan
dankesuburan seorang wanita (Mudgil,2009)
b. Epidemiologi
PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun danrata-rata
menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir 250.000 wanita
masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orangmengalami prosedur bedah,
sisanya menjalani rawat jalan. Penyakit inimerupakan penyebab ginekologis
tersering bagi pasien untuk masuk departemen emrgensi (350.000/tahun).
Meskipun PID dapat terjadi dalamrentang usia berapapun, namun wanita dewasa
yang aktif secara seksual danwanita kurang dari 25 tahun mempunyai resiko lebih
besar (Livengood,2010
c. Etiologi
Menurut Moore (2000), penyebab paling sering dari penyakit ini adalah infeksi
chlamydia trachomatis (60%) atau Neisseria gonorrhoeae (30-80%) pada serviks
atau vagina yang menyebar ke dalam endometrium tubafallopi, ovarium, dan
struktur yang berdekatan. Tetapi selain itu ada beberapa penyebab lain
diantaranya :
1) Infeksi Gardnerella vaginalis
2) Infeksi Bacteroides
51
52. 3) Bacterial vaginosis
4) Streptococcus Group B
5) Escherichia coli
6) Actinomycosis
7) EnterococcusMeskipun sangat jarang, dapat pula diisolasi golongan virus
seperti
8) Coxsackie B5
9) ECHO 6
10) Herpes type 2
11) Haemophilus influenzae
d. Faktor Resiko
1) wanita kurang dari 25 tahun yang aktif secara seksual
2) adanya riwayat chlamydia atau penyakit menular seksual lain
3) episode pelvic inflammatory disease sebelumnya
4) banyaknya jumlah seksual partner
5) pemakaian kondom yang tidak teratur
6) hubungan seksual pada usia yang sangat muda
7) wanita pekerja seks (Mudgil,2009).
8) pemakaian IUD (Lancet,1992
e. Manisfestasi Klinis
Gejala klinis PID bervariasi dan tidak spesifik. Moore (2000) melaporkanhanya
3% yang mempunyai gejala akut abdomen sehingga membutuhkan
operasiemergensi. Secara klinik dapat ditemukan duh tubuh vaginal yang
abnormal(sering berupa pus), nyeri perut bawah, demam lebih dari 38o C,
perdarahan bercak (spotting) diantara siklus haid atau siklus yang tidak teratur,
nyeri berkemih, dispareni, mual dan muntah terutama pada kasus yang berat.
Beberapakasus mengeluhkan proktitis bahkan nyeri perut kuadran kanan atas.
Marks dkk.,(2000) mengevaluasi 773 wanita terdiagnosis PID (1991-1997) dan
mendapatkankeluhan terbanyak adalah fluor albus (68%), nyeri perut bawah
(65%), disparenia (57%); sedangkan temuan klinis yang paling sering adalah
nyeri adneksa (83%),nyeri goyang serviks (75%) dan servisitis (56%)
f. Komplikasi
1) Infertilitas
52
53. Satu dari sepuluh wanita dengan PID mengalami infertilitas. PID
dapatmenyebabkan perlukaan pada tuba fallopii. Luka yang kemudian
menjadi scar yang menghalangi tuba dan mencegah terjadinya fertilisasi sel
telur.
2) Ektopik pregnancy
Scar yang terbentuk oleh PID juga dapat menghalangi telur yang
sudahdifertilisasi berpindah ke uterus. Sehingga, telur tersebut justru tumbuh
dalamtuba fallopii. Tuba dapat mengalami rupture dan menyebabkan
perdarahanyang mengancam nyawa. Operasi darurat dapat dilakukan bila
kehamilanektopik ini tidak terdiagnosa sebelumnya.Rasio kehamilan ektopik
12-15% lebih tinggi pada wanita yangmempunyai episode PID.
3) Nyeri pelvis kronis
Scar juga dapat terbentuk di tempat lain dalam abdomen dan
menyebabkannyeri pelvis yang berlangsung berbulan-bulan atau hingga
bertahun-tahun(emedicine,2009)
4) PID berulang
Kondisi ini terjadi jika penyebab infeksi tidak seluruhnya teratasi ataukarena
pasangan seksualnya belum mendapat perawatan yang sesuai.Jika pada
episode PID sebelumnya terjadi kerusakan servik, maka bakteriakan lebih
mudah untuk masuk ke dalam organ reproduksi lain dan membuatwanita
tersebut rentan terkena PID berulang. Episode PID berulang iniseringkali
dihubungkan dengan resiko infertilitas.
5) Abses
Terkadang PID menyebabkan abses pada bibir vagina, juga pada tubafallopii
dan ovarium. Abses ini adalah kumpulan dari cairan yang
terinfeksi.Penggunaan antibiotik dibutuhkan untuk menangani abses ini, jika
tidak berhasil maka operasi biasanya merupakan pilihan yang disarankan
olehdokter. Penanganan abses tersebut sangat penting karena abses yang
pecahdapat membahayakan (NHS,2010)
g. Pencegahan
1) Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks untuk mencegah
PMS.Gunakan kondom meskipun Anda menggunakan alat kontrasepsi
lain.
53
54. 2) Berhubungan seks hanya dengan pasangan yang tidak menderita
PenyakitMenular Seksual dan pasangan yang hanya berhubungan sex
dengan Anda.
3) Batasi jumlah pasangan seksual. Jika pasangan Anda
sebelumnyamempunyai pasangan lain, resiko terkena PMS semakin
meningkat(Swierzewski, 2001).
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) USG (ultrasonografi)
Merupakan pemeriksaan diagnostic pertama yang dilakukan pada ksus-kasus
yang dicurigai sebagai PID, dimana tidak ditemukan petunjuk klinis.
2) TVS (transvaginal sonografi
Menunjukkan visualisasi detail dari uterus dan adnexa, termasuk ovarium.
Pada pemeriksaan fisik, tuba fallopi biasanya terlihat hanya padakeadaan
abnormal dan distensi karena obstruksi postinflamasi.
3) TAS (transabdominal sonografi)
Melengkapi pemeriksaan endovaginal karena TAS menyediakangambaran isi
pelvis yang lebih menyeluruh. Apakah TAS (memerlukan pengisian blader)
atau TVS (tidak memerlukan pengisian blader) dilakukanlebih dulu,
merupakan keputusan dari pelaksananya.
4) MRI (magnetic resonance imaging)
Menghasilkan gambaran yang lebih baik dari USG. Dalam penelitianTukeva,
menyebutkan bahwa hasil MRI lebih akurat untuk menegakkandiagnosa PID
daripada USG. Meski begitu, penelitian ini hanya terbatas pada beberapa
kelompok pasien tertentu.
5) CT (computed tomography)
Biasa digunakan dalam initial diagnostic untuk menyelidiki nyerinonspesifik
pelvis pada wanita, dan PID dapat ditemukan secara tidak sengaja.
(Mudgil,2009)
i. Penatalaksanaan
Menurut Swierzewski (2001), penatalaksanaan yang dilakukan pada pasienPID
antara lain :
1) Sediakan analgesik
54
55. 2) Bila pasien menggunakan IUD maka stop penggunaan in situ, dengancatatan
pasien dapat mencegah kehamilan meski tanpa alat kontrasepsi minimal 7
hari
3) Segera rujuk ke bagian genitourinaria (obgyn), untuk pasien denganriwayat
STD agar menjalani skrining, dan terapi bagi pasanganseksual pasien
Penatalaksanaan antibiotik :
1) Pasien PID sebaiknya segera diberikan antibiotik paling tidak untuk
1minggu. Kadang PID disebabkan oleh lebih dari satu jenis bakterisehingga
kombinasi antibiotik atau antibiotik spektrum luas seringdiberikan.
Yang harus dilakukan pasien, antara lain:
1) Tetap mengkonsumsi semua obat yang diresepkan, meskipun gejalaPID
sudah tidak dirasakan.
2) Kembali lagi untuk kontrol dalam 2 atau 3 hari setelah penatalaksanaan
pertama, untuk memastikan antibiotiknya bekerja.
3) Kembali dalam 7 hari setelah antibiotik habis untuk memastikan bahwa
infeksi sudah sembuh.
4) Jika tidak ada perubahan setelah penatalaksanaan antibiotic yang pertama,
maka antibiotic jenis lain harus diberikan.
Pada beberapa kasus berat, pasien harus menjalani opname danmenerima
antibiotic dengan intravena. Pasien-pasien tersebut biasanyamengalami :
1) Sakit parah dengan demam, menggigil dan berkeringat.
2) Tidak mampu melakukan terapi oral dan membutuhkan antibioticintravena
3) Tidak berespon terhadap antibiotic oral
4) Terdapat abses
5) Diagnosa penyakitnya tidak pasti dan pasien mungkin mengalamikeadaan
darurat medis lain (e.g., appendicitis).
6) Hamil
7) Immunodeficiency(misalnya HIV, terapi imunosupresi).
Terapi untuk pasangan seksual pasien
1) Biasanya asimptomatik pada pria
2) Cegah koitus selama terapi dan follow up selesai.
3) Skrining bila ternyata pasangan mempunyai riwayat STD bilaterbukti pasien
pernah koitus dengan pasangan
55