SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Download to read offline
PERSEPSI DAN ADOPSI
TEKNOLOGI
Teori dan Praktek Pengukuran
RACHMAT HENDAYANA
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No 10. Bogor, 16114
E-mail: rhendayana@gmail.com
Disajikan Dalam Kegiatan:
PENINGKATAN KAPASITAS SUMBERDAYA PENELITI SOSIAL EKONOMI
DALAM ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
Bogor, 19 Oktober – 1 November 2014
1
I. PENDAHULUAN
ersepsi dan adopsi merupakan salah satu fenomena psikologi sosial yang
memiliki peran strategis dalam menentukan tingkat partisipasi individu
terhadap dinamika pembangunan. Dalam konteks usahatani, persepsi dan adopsi
petani terhadap teknologi pertanian erat kaitannya dengan penyebarluasan dan
penerapan teknologi yang pada akhirnya terkait dengan pencapaian produksi. Oleh
karena itu memahami persepsi dan adopsi serta pengukurannya merupakan suatu
keniscayaan, dan perlu mendapat porsi perhatian yang imbang dengan pembahasan
fenomena teknologi lainnya.
Pemahaman tentang persepsi dan adopsi serta teknik pengukurannya akan
bermanfaat memberikan gambaran riel tentang kadar perhatian petani terhadap
inovasi teknologi pertanian. Informasi itu penting untuk dijadikan sebagai dasar
pertimbangan pengambilan keputusan dalam pembinaan petani ke depan. Kita akan
mengetahui dari mana pembinaan harus mulai, seberapa besar kedalaman materi
yang bisa diberikan, dan bagaimanakah pendekatannya yang harus dilakukan agar
tercapai tujuan yang efektif. Makna positif lainnya akan mendorong peningkatan
partisipasi petani dalam mengadopsi teknologi. Petani akan merasakan bahwa
materi yang dibawakan adalah solusi bagi persoalan yang mereka hadapi.
Obyek persepsi meliputi berbagai hal, mulai dari wujud fisik sampai wujudnya
yang non fisik. Dalam makalah ini uraian dibatasi hanya pada persepsi di sektor
pertanian yang di dalamnya melibatkan petani sebagai pelaku utama atau pelaku
usaha. Dalam konteks petani ini obyek persepsinya yang utama adalah terkait
dengan teknologi pertanian meliputi teknologi pendukung pengembangan
produktivitas tanaman, produktivitas peternakan dan aspek lingkungan.
Pada tataran empiris, wujud persepsi petani terhadap teknologi tampak dari
sikap dan atau kecenderungan tindakan petani dalam melakukan kegiatannya
sehari-hari ketika menjalankan usahataninya. Persepsi petani juga akan tercermin
dari adopsinya terhadap teknologi yang diperkenalkan kepadanya. Oleh karena itu
membahas aspek persepsi, tidak dapat dilepaskan dari membahas adopsi
(penerapan) teknologi.
Ketika petani menerima informasi teknologi baru dapat dipastikan ia tidak
serta merta setuju, menerima apalagi langsung menerapkan teknologi itu. Ia akan
memerlukan waktu untuk berfikir, merenung, dan menimbang-nimbang sebelum
memutuskan untuk menerima atau mengadopsi anjuran teknologi itu.
P
2
Banyak faktor yang menjadi pertimbangan petani baik dari sisi teknis maupun
non teknis sehingga akhirnya membangun persepsi. Persepsi petani terhadap
informasi teknologi itu bisa positif, negatif, atau bahkan netral. Persepsi petani
yang positif akan mendorong adopsi, sebaliknya jika yang terbentuk adalah
persepsi negatif, maka petani akan menolak teknologi yang ditawarkan kepadanya.
Dalam hal persepsi petani yang netral, bukan berarti petani tidak mengambil
keputusan. Ia mengetahui bahwa teknologi itu kalau diterapkan akan
menguntungkan, tetapi ia tidak memberikan reaksi untuk menerima atau menolak
teknologi itu.
Mengingat problematika persepsi dan adopsi itu terkait dengan wujud
tindakannya terhadap teknologi, dan penting sebagai ukuran tingkat partisipasi
petani, maka persoalannya adalah: Bagaimanakah cara mengukur persepsi dan
adopsi itu secara kuantitatif?
Sebelum melakukan pengukuran persepsi dan adopsi teknologi, pembahasan
akan diawali terlebih dulu dengan mengemukakan pemahaman terhadap persepsi
dan adopsi teknologi. Setelah memahami pengertiannya dengan benar,
pembahasan beranjak pada persoalan determinasi atau faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi dan adopsi teknologi di tingkat petani. Barulah masuk
bahasan intinya yakni teknik pengukuran persepsi dan adopsi teknologi.
Pembahasan didasarkan pada berbagai pustaka, dilengkapi dengan pengalaman
dari keterlibatan penulis melakukan studi persepsi dan adopsi inovasi pertanian.
Makalah ini bertujuan untuk mengelaborasi teknik pengukuran persepsi dan
adopsi teknologi pertanian serta menguasai teknik analisis persepsi dan adopsi yang
sederhana tetapi bermanfaat untuk mengambil keputusan. Dengan memahami
teknik pengukuran dan cara menganalisis persepsi dan adopsi, diharapkan akan
meningkatkan kemampuan peneliti sosial ekonomi mengembangkan daya
analitiknya dalam penulisan laporan ataupun penyusunan naskah publikasi ilmiah.
3
II. KONSEP DASAR PERSEPSI
PENGERTIAN
Persepsi, asal kata dari bahasa Latin: perceptio, percipio adalah tindakan menyusun,
mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan
pemahaman tentang lingkungan. Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
persepsi digolongkan sebagai kata benda yang diartikan sebagai tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu, serapan, atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui pancaindranya.
Dalam pengertian psikologi, persepsi adalah proses pencarian informasi untuk
dipahami melalui pengindraan. Dalam hal ini pengindraan yang dimaksud adalah
suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerimaan (indera)
yang kemudian diteruskan oleh saraf otak ke pusat susunan saraf.
Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang (stimulus)
melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu
mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada
di luar maupun di dalam diri individu (Kulsum dan Jauhar, 2014).
Persepsi timbul sebagai respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima
seseorang masuk ke dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna
melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Proses terjadinya
persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh
individu yang diawali adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, selanjutnya terjadi
seleksi, sehingga bisa saja apa yang dipersepsikan seseorang berbeda dari
kenyataan yang obyektif.
Sebagai unsur yang masuk dalam ranah pembahasan ilmu psikologi sosial,
maka bahasan persepsi tidak lepas dari persoalan sikap dan perilaku manusia. Dalam
hal ini sikap manusia diartikan sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Berkowitz (1972) dalam Azwar (2000) mengemukakan bahwa sikap seseorang
terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada obyek tersebut.
Pakar lain mengelompokkan sikap ini pada skema triadik yang memiliki
pemikiran bahwa sikap merupakan konstelasi komponen-komponen: kognitif,
afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu obyek. Dalam konteks ini, sikap diartikan sebagai
4
keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya (Secord & Backman 1964 dalam Azwar, 2000). Komponen kognitif
merupakan representasi dari apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap,
komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan
komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
dengan sikap yang dimiliki seseorang.
Mann dalam Azwar (2000) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi
persepsi, kepercayaan dan stereotif yang dimiliki individu mengenai sesuatu.
Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan pandangan (opini), komponen
afektif merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan menyangkut
masalah emosi. Komponen perilaku (konatif) berisi kecenderungan untuk bertindak
atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Dari uraian di atas, dipahami bahwa persepsi itu merupakan inti dari
komponen kognitif yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka
ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan
dari obyek tertentu.
Di dalam persepsi terkadang muncul bias, berupa hallo effect dan negative
hallo. Hallo effect, merupakan kecenderungan untuk memersepsi orang secara
konsisten. Bias ini biasanya terjadi manakala individu mendasarkan persepsinya
hanya berdasarkan pada kesan fisik atau karakteristik lain yang diamati saja.
Sedangkan bias negative hallo dapat dikatakan lawan dari hallo effect, yakni melebih-
lebihkan keburukan seseorang atau suatu obyek tertentu berdasarkan hanya pada
satu keadaan yang dinilai buruk saja.
DETERMINASI PERSEPSI
Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa persepsi seseorang terhadap suatu obyek
dipengaruhi banyak faktor. Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi tersebut dibedakan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah faktor-faktor yang
terdapat dalam diri individu yang mencakup antara lain : fisiologis, perhatian, minat,
kebutuhan, pengalaman, suasana hati, stimulus dan faktor situasi.
 Fisiologis
Aspek fisologis mempengaruhi persepsi seseorang karena kapasitas indera
untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda.
5
 Perhatian
Perhatian seseorang terhadap obyek tidak sama, dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
 Minat
Minat setiap orang terhadap suatu obyek bervariaisi tergantung pada
penilaian orang tersebut terhadapp obyek yang dihadapinya. Karena itu
persepsi yang diberikan seseorang juga akan berbeda.
 Kebutuhan
Faktor kebutuhan dapat dilihat dari kuatnya seseorang individu mencari
obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban terhadap persoalan
sesuai dengan dirinya.
 Pengalaman
Pengalaman tergantung pada ingatan. Sejauh mana seseorang dapat
mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang akan
mendorong perbedaan persepsi.
 Suasana hati
Persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek juga tergantung pada keadaan
emosinya yang mempengaruhinya. Suasana hati ini menunjukkan bagaimana
perasaan seseorang pada suatu waktu yang dapat mempengaruhi seseorang
dalam menerima dan bereaksi.
 Stimulus
Berupa obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin
berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya
berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.
 Faktor situasi
Pembentukan persepsi itu terjadi ssesuai situasi tempat, waktu, suasana dan
lain-lain.
Di antara unsur-unsur tersebut, yang paling berpengaruh terhadap persepsi
adalah perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian
stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran, pada saat stimulus lainya melemah.
Stimulus mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain intensitas dan
pengulangan dalam diri orang yang membentuk persepsi itu sendiri.
Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah karakteristik dari
lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Karakteristik tersebut
dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseorang merasakan atau menerimanya.
6
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
 Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus
Ukuran obyek atau stimulus merefleksikan bentuk dari suatu obyek. Bentuk
ini akan mempengaruhi persepsi individu. Dengan melihat bentuk ukuran
suatu obyek individu akan mudah memberikan perhatian, yang pada gilirannya
akan membentuk persepsi.
 Warna obyek
Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang cahayanya sedikit.
 Keunikan dan kekontrasan stimulus
Stimulus luar yang penampilannya unik dan di luar sangkaan individu akan
banyak menarik perhatian.
 Intensitas dan kekuatan stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih besar bila stimulus itu lebih
sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan
stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
 Motion atau gerakan
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang
diam.
WUJUD/DIMENSI PERSEPSI
Dimensi persepsi yang dimaksud menggambarkan karakteristik yang dimiliki
persepsi. Pemahaman dimensi persepsi ini penting dan akan bermanfaat sebagai
landasan dalam melakukan pengukuran persepsi.
Mengingat persepsi erat kaitan dengan sikap seseorang, maka karakteristik
sikap adalah juga mewarnai karakteristik persepsi. Azwar (2000) mengutip Sax
(1980) mengemukakan beberapa karakteristik sikap tersebut meliputi: arah,
intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas.
 Arah
Dalam konteks arah, persepsi seseorang akan terpilah pada dua kubu ekstrim.
Pertama persepsi yang mengarah aspek positif dan kedua persepsi yang
cenderung menolak atau negatip. Wujud dari arah persepsi yang positip
7
ditunjukkan oleh pernyataan persetujuan dan persepsi negatif ditunjukkan
oleh pernyataan tidak setuju.
 Intensitas
Terkait dengan intensitas, ditunjukkan oleh kedalaman atau kekuatan persepsi
yang ditunjukkan seseorang. Disadari kalaupun ada dua orang yang sama
menyatakan persetujuan atau ketidak setujuan, belum tentu memiliki
intensitas persetujuan atau ketidak setujuan yang sama. Bisa saja orang
pertama misalnya sangat setuju sekali tetapi orang kedua hanya sekedar
setuju saja. Demikian halnya dalam konteks yang tidak setuju, yang satu
menyatakan tidak setuju lainnya bisa sangat tidak setuju. Itulah yang
dikategorikan intensitas atau kedalaman persepsi.
 Keluasan
Persepsi juga memiliki dimensi keluasan. Maksudnya pernyataan setuju atau
sangat setuju terhadap suatu kegiatan atau obyek dapat mengenai komponen
atau aspek yang sedikit dan sangat spesifik. Tetapi dapat juga pernyatan
setuju itu pada keseluruhan aspek. Dalam contoh konkritnya, ketika petani
diperkenalkan dengan pendekatan pengeloaan tanaman terpadu atau yang
dikenal PTT dengan kandungan 12 komponen teknologi, petani dapat setuju
hanya pada penggunaan varietas unggul baru (VUB) saja, bisa setuju terhadap
VUB dengan pengaturan jajar legowo atau bisa juga menyatakan setuju
terhadap seluruh komponen teknologi yang dikemas dalam PTT. Jadi dalam
hal ini aspek keluasan persepsi ditunjukkan oleh seberapa banyak komponen
atau aspek yang dipersepsikan baik dan atau dipersepsikan tidak baik.
 Konsistensi
Mengenai dimensi konsistensi yang menjadi karakteristik persepsi maksudnya
dihubungkan dengan kesesuaian antara pernyataan sikap dengan responnya
terhadap obyek sikap. Konsistensi persepsi diperlihatkan oleh kesesuaian
persepsi antar waktu. Untuk dikategorikan konsisten, maka persepsi harus
bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Ia tidak
terpengaruh oleh dinamika lingkungan yang berubah.
Konsistensi juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam
menyatakan pandangannya terhadap suatu obyek atau keadaan tertentu.
Disamping itu karakteristik inkonsistensi juga diperlihatkan oleh tidak padunya
antara penyataan dengan perilaku. Contohnya, petani tidak setuju dengan
teknologi jajar legowo pada usahatani padi, tetapi ia mau menerima bantuan
benih untuk ditanam jajar legowo.
8
 Spontanitas
Karakteristik persepsi yang menunjukkan spontanitas menunjukkan sejauh
mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan terhadap
obyek sikap.
9
III. MEMAHAMI ADOPSI TEKNOLOGI
PENGERTIAN
Secara teoritis, adopsi teknologi merupakan suatu proses mental atau perubahan
perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun
keterampilan (psychomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai
memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi (Rogers and
Shoemaker, 1971; Soekartawi, 1990).
Adopsi terhadap inovasi oleh adopter akan terjadi setelah melalui proses
mental. Proses dimulai dari perhatian (attention), kemudian akan tumbuh minat
(interest), muncul hasrat (desire) untuk mencoba inovasi. Proses itu mendorong
adopter untuk mengambil keputusan (decision) dan pada akhirnya sampai pada
upaya untuk mendorong tindakan penerapan teknologi sebagai action yang disebut
adopsi (Gambar 1).
Pada prakteknya adopsi tidak selalu mulai dari tahap awal, akan tetapi
tergantung dari kondisi adopter ketika menerima inovasi. Adopter bisa saja mulai
dari tengah yaitu tahap “desire” karena sebelumnya mungkin sudah tahu dan sudah
tertarik. Karena itulah maka adopsi suatu inovasi teknologi tidak serta merta
berlangsung secara bertahap, seperti yang digambarkan. Gambaran tahapan itu,
Action
Membangkitkan
perhatian
Membangkitkan
minat
Membangkitkan
hasrat
Mendorong proses
pengambilan keputusan
Mendorong tindakan
penerapan teknologi
Attention
Interest
Desire
Decision
Waktu
Gambar 1. Prinsip AIDDA dalam Penyebaran Inovasi Pertanian
10
hanya menggambarkan alur pikir seseorang ketika berhadapan dengan inovasi
sehingga bisa membangun model.
Keputusan inovasi adalah proses mental sejak seseorang mengetahui adanya
inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya dan
kemudian mengukuhkannya. Proses yang terjadi dalam pengambilan keputusan itu
digambarkan dalam diagram seperti disajikan dalam Gambar 2 (Hanafi, 1981).
Gambar 2. Paradigma Proses Keputusan Inovasi
(Sumber: Diakomodasi dari Hanafi, 1981)
Dalam tataran praktis, adopsi diartikan sebagai penerimaan atau penggunaan
suatu ide, alat-alat atau teknologi baru oleh komunikan yang disampaikan oleh
komunikator. Sehingga adopsi dapat berarti sebagai suatu bentuk keputusan yang
diambil oleh komunikan untuk menerima atau menolak inovasi yang diperolehnya
dari komunikator maupun media masa.
DETERMINASI ADOPSI
Ketika masyarakat tani dihadapkan pada pilihan teknologi biasanya respon mereka
beragam, tergantung dari faktor-faktor yang dipertimbangkannya. Bahkan ada
indikasi sebagian petani yang semula melaksanakan paket teknologi kembali lagi
pada teknologi usahatani lama.
Secara normatif, teknologi harus dirasakan sebagai kebutuhan, memberikan
keuntungan, mempunyai keselarasan dengan teknologi yang lama (inkulturasi),
dapat mengatasi faktor-faktor pembatas, menggunakan sumberdaya eksisting,
terjangkau kemampuan petani, tidak rumit dan mudah diamati. Disamping itu
PENGENALAN PERSUASI KEPUTUSAN KONFIRMASI
Variabel Penerima:
• Sifat-sifat pribadi
• Sifat-sifat Sosial
• Kebutuhan nyata
terhadap inovasi
• Dsb.
Variabel Sosial:
• Norma-norma sistem
• Toleransi
• Dsb.
Ciri-ciri inovasi:
• Keuntungan relatif
• Komptabilitas
• Kompleksitas
• Triabilitas
• Observabilitas
MENOLAK
Pengadopsian
terlambat
Tetap menolak
ADOPSI
Terus mengadopsi
Diskontinuitas
Sumber Komunikasi
(PROSES)
PERJALANAN WAKTU
(KONSEKUENSI)(ANTECEDEN
11
Peneli
tian
Pengeta-
huan
Alsintan Prototipe
Testing dan
evaluasi
Produksi
lokal
Benih /
varietas
Uji coba di
lapangan
Multiplikasi &
penyebaran
Sintesis
&
distiling
Penyeder
hanaan
Evaluasi secara
partisipatif oleh petani
Adopsi oleh
Petani
adopsi juga ada hubungannya dengan orientasi usaha, pasar dan ketersediaan
prasarana dan sarana pendukung (Sukartawi, 1990).
Fliegel, et al (1971) mengungkapkan ada lima faktor yang mempengaruhi sikap
petani dalam mengadopsi perubahan teknologi, yakni: (1) keuntungan nilai tambah
relatif bila teknologi itu diadopsi, (2) kecocokan teknologi dengan sosial budaya
setempat, (3) hasil pengamatan petani terhadap petani lain yang sedang atau telah
mencoba teknologi itu sebagai dasar peletakan kepercayaan, (4) kemampuan
mencoba sendiri akan keberhasilan teknologi baru, dan (5) kondisi ekonomi yang
ada seperti ketersediaan modal.
Adopsi, disamping dipengaruhi faktor-faktor seperti disebutkan di atas, juga
dipengaruhi oleh kemasan inovasinya. Apakah berbentuk alat (fisik) seperti
alsintan, berbentuk pengetahuan atau berbentuk komoditas (benih/varietas). Untuk
kemasan teknologi kemasan alsintan sebelum masuk tahapan adopsi, perlu dibuat
dulu prototipenya (tiruan model dalam bentuk miniatur) kemudian masuk proses
pengujian (testing) baru di produksi setempat.
Untuk teknologi perbenihan, prosesnya dilakukan melalui uji coba di lapangan
kemudian diperluas dalam bentuk demonstrasi (multilokasi) dan penyebaran.
Sementara itu jika bentuknya berupa ilmu pengetahuan, yang perlu dilakukan
adalah pemilahan atau sintesis kemudian disederhanakan baru dievaluasi secara
partisipatif sebelum akhirnya di adopsi petani (Gambar 2).
Adopsi teknologi oleh seseorang memerlukan waktu. Proses adopsi sejak
adanya kesadaran tentang sesuatu sampai dengan adopsi terjadi dalam waktu yang
beragam, ada yang singkat tetapi ada juga yang lambat. Kondisi itu tergantung pada
berbagai faktor baik internal maupun eksternal dari diri adopter. Keputusan petani
untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan tindakan sekali jadi, melainkan
Gambar 3. Alur Adopsi Menurut Kemasan Inovasi
12
berulang (iteratif) merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam
jangka waktu tertentu (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1981).
Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi merupakan proses
yang berjalan secara gradual dan bertahap, sehingga terjadi adoption lag atau
sederhananya senjang adopsi yaitu gap antara kesadaran adanya teknologi hingga
adopter menerapkannya secara aktual (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1981;
Kenneth, 2009).
Hendayana (2006) mengidentifikasi faktor kesenjangan antara teknologi yang
diintroduksikan dengan teknologi yang dibutuhkan petani dan tidak efektipnya cara
penyebaran informasi teknologi (infotek), serta kurangnya pelibatan penyuluh di
lapangan merupakan beberapa aspek yang memberikan andil terhadap akselerasi
adopsi. Faktor lainnya dikemukakan Linder, (1982); Sukartawi, (1990); dan
Subagiyo, (2005) adalah aspek jarak tempat tinggal petani dari sumber informasi,
tingkat pendidikan/pengetahuan petani, motivasi, keterlibatan dalam organisasi,
komunikasi interpersonal, tingkat kosmopolitan dan terpaan media masa, kebijakan
pemerintah, peran tokoh informal dan tokoh agama, dan sistem sosial dan nilai-
nilai/norma juga berpengaruh. Rogers (1983) mengemukakan kecepatan adopsi dan
difusi inovasi teknologi terkait dengan persepsi petani terhadap sifat- sifat inovasi
inovasi itu sendiri. Faktor yang tak kalah pentingnya adalah faktor lingkungan
strategis (Fagi, 2008).
DIMENSI ADOPSI
Seperti halnya dalam persepsi, di dalam adopsi ini juga ada beberapa karaktersitik
atau dimensi adopsi untuk dijadikan landasan pengukuran adopsi. Dimensi adopsi
yang perlu diketahui adalah: sebaran adopsi, intensitas adopsi, tingkat adopsi, biaya
adopsi, percepatan adopsi, alur adopsi dan peluang adopsi.
 Sebaran adopsi
Sebaran adopsi, menggambarkan proporsi jumlah petani yang mengadopsi
teknologi atau rasio jumlah petani yang menerapkan teknologi terhadap total
petani di wilayah itu. Sebaran adopsi bisa juga ditunjukkan oleh areal
pertanaman yakni proporsi areal pertanaman yang menerapkan tekonologi
anjuran atau rasio luas sawah yang menerapkan teknologi terhadap total luas
sawah di suatu wilayah.
13
 Intensitas adopsi
Intensitas adopsi, sama dengan kadar adopsi atau disebut juga kedalaman/
keluasan adopsi menunjukkan besaran adopsi yang dihitung dari rasio tingkat
adopsi terhadap bobot komponen teknologi.
 Tingkat adopsi
Tingkat adopsi teknologi dapat dipakai sebagai ukuran sampai sejauh mana
teknologi yang diintroduksikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani
setempat. Tingkat adopsi juga mengindikasikan komponen teknologi yang
harus diperbaiki jika teknologi tersebut akan dikembangkan dalam skala yang
lebih luas, sesuai dengan kebutuhan petani pengadopsi.
Tingkat adopsi (TA) ditentukan oleh sebaran adopsi (SA) dan intensitas adopsi
(IA). Secara matematis dapat dituliskan : TA = SA x IA
 Biaya Adopsi
Biaya adopsi, adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani sebagai konsekwensi
logis dari keputusannya mengadopsi teknologi baru. Biaya adopsi dapat
didefinisikan sebagai peningkatan biaya per unit yang diperlukan untuk
peningkatan produksi.
 Percepatan Adopsi
Adopsi inovasi teknologi merupakan suatu proses yang memerlukan waktu.
Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan
tindakan sekali jadi, melainkan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian
tindakan dalam jangka waktu tertentu (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi,
1981).
Dengan dasar konsep itu, model percepatan adopsi terbangun oleh peubah-
peubah endogen yang berhubungan dengan proses menarik perhatian,
menumbuhkan minat, membangkitkan hasrat sehingga akhirnya memutuskan
untuk menerapkan inovasi.
Beda waktu antara mulai mendengar informasi hingga menerapkan teknologi
disebut juga senjang adopsi. Senjang waktu yang terbentuk karena proses
berjalannya waktu adopsi menjadi penting jika dihubungkan dengan konsep
percepatan adopsi. Senjang waktu adopsi ini setiap adopter bervariasi,
tergantung pada banyak faktor. Akumulasi dari kondisi keragaman senjang
waktu adopsi itu jika digambarkan secara grafis akan menunjukkan sigmoid
(Baldwin dan Rafiquzzaman, 1998; dan Stanley Wood, Liangzhi You dan
Wilfred Baitx, 2001).
14
Dalam konteks adopsi inovasi, percepatan adopsi berhubungan dengan waktu
berjalannya proses adopsi yang diukur dari mulai mendengar adanya inovasi
hingga menerapkan inovasi itu. Dengan kata lain percepatan adopsi
ditunjukkan oleh adoption lag (Baldwin dan Rafiquzzaman, 1998). Stanley
Wood, Liangzhi You dan Wilfred Baitx (2001) menggambarkan adoption lag
tersebut berbentuk sigmoid seperti dalam Gambar 3.
Dalam Gambar 3, percepatan adopsi ditunjukkan oleh slope garis level adopsi.
Percepatan diarahkan untuk mendorong slope yang landai menjadi slope
adopsi yang curam. Dari pemahaman terhadap senjang waktu adopsi ini, maka
proses adopsi dikatakan cepat manakala memenuhi dua kondisi, yaitu :
(1) Terjadinya adopsi oleh adopter dalam kurun waktu yang lebih cepat dari
kondisi umum.
(2) Adopter mengadopsi teknologi yang lebih banyak dari adopter lainnya
dalam kurun waktu yang sama.
 Alur adopsi
Alur Adopsi (Adoption Path Ways), dalam bahasan ini lebih pada proses atau
jalan yang dilalui dalam distribusi informasi teknologi yang digambarkan
melalui simpul-simpul komunikasi mulai dari sumber inovasi sampai ke petani.
Dengan demikian alur adopsi tidak beda dengan alur komunikasi. Alur
komunikasi ini berlangsung melalui berbagai pola, yang eksistensinya
dipengaruhi oleh struktur organisasi pemerintahan setempat. Sebagai contoh
alur adopsi disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 4. Proses Berjalannya Adopsi (Adoption lag)
15
 Peluang adopsi
Peluang adopsi yang dimaksud mencerminkan suatu keadaan yang
menggambarkan adanya kesempatan bagi individu untuk menerapkan atau
tidak menerapkan teknologi. Peluang tersebut akan efektif terlaksana
manakala didukung faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal.
Faktor-faktor internal yang diduga mempengaruhi peluang adopsi individu
petani menerapkan teknologi antara lain dipengaruhi faktor umur, basis
pendidikan formal, pengalaman berusahatani, tanggungan keluarga, skala
penguasaan lahan, status penguasaan lahan, dan lain sebagainya.
Adapun faktor eksternal yang diprediksi mempengaruhi peluang adopsi antara
lain kebijakan harga input, harga output, aksesibilitas sumber teknologi,
aksesibilitas lokasi usahatani ke jalan raya, aksesibilibitas ke pasar input/pasar
output, lembaga keuangan/permodalan, dan lain sebagainya.
Gambar 5. Alur Informasi Teknologi dari Sumbernya
sampai ke Petani
16
IV. TEKNIK PENGUKURAN
engukuran, merupakan langkah pencatatan data dan informasi untuk dianalisis
lebih lanjut. Oleh karena itu untuk mengetahui apa yang diukur dan bagaimana
teknik pengukurannya pada uraian berikut disajikan terlebih dulu segala sesuatu
mengenai data yang ada kaitan dengan persepsi dan adopsi teknologi. Jenis data
apa yang dikumpulkan, instrumen apa yang digunakan dan bagaimana cara
mengumpulkannya menjadi perhatian utama sebelum sampai bahasan teknik
pengukurannya.
JENIS DATA
Data persepsi dan adopsi teknologi yang dikumpulkan bersumber dari petani pelaku
usahatani, yang dikumpulkan melalui survei atau wawancara langsung
menggunakan instrumen daftar pertanyaan (kuesioner) tipe tertutup. Untuk
memperkaya bahasan biasanya disamping wawancara dilakukan juga diskusi
kelompok terfokus atau dikenal Focus Group Discussion (FGD).
Untuk mengumpulkan data persepsi, disusun daftar pernyataan untuk
disampaikan kepada petani yang disusun dalam format tabel. Agar memudahkan
dalam memahami persoalan ini, berikut disajikan contoh instrumen untuk
mengungkap persepsi petani terhadap teknologi dalam pendekatan Pengelolaan
Taaman Terpadu (PTT) Padi sawah, sebagai berikut (Tabel 1).
Tabel 1. Persepsi Petani terhadap Teknologi dalam Pendekatan PTT Padi Sawah, di
Wilayah Pengkajian, 2014.
Pernyataan SS S R KS TS Total
1. Produktivitas VUB Padi Impari 13 di desa
ini relatif lebih tinggi
2. Harga Benih bermutu relatif mahal
3. Penggunaan BO meningkatkan
produktivitas padi
4. Jumlah populasi tanaman pada tandur
jajar legowo relatif tinggi
5. ……….dan seterusnya
Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; R = Ragu-ragu; KS = Kurang Setuju dan
TS = Tidak Setuju
P
17
Untuk mengumpulkan data sebaran adopsi, dengan mengambil contoh pada
kasus yang sama yaitu dalam konteks penerapan teknologi pada pendekatan PTT
Padi sawah, pertanyaannya dapat disusun sebagai berikut.
Tabel 2. Jenis Teknologi apa saja yang Bp ketahui dan diterapkan
dalam PTT PADI?
No Komponen teknologi Diketahui *) Diterapkan*)
1 Penggunaan VUB
2 Bibit bermutu dan sehat
3 Pengaturan cara tanam jajar Legowo
4 Pemupukan Berimbang
5 …….dan seterusnya
Catatan: *) Tuliskan 1 = ya, dan 0 = tidak
Jika ingin menganalisis percepatan adopsi, bentuk pertanyaannya dapat
dilakukan sebagai berikut.
Tabel 3. Kapan waktu pertama kali Bapak nendengar informasi teknologi
dan kapan mulai menerapkannya
No Komponen teknologi Mendengar? Menerapkan?
1 Penggunaan VUB
2 Bibit bermutu dan sehat
3 Pengaturan cara tanam jajar Legowo
4 Pemupukan Berimbang
5 PHT sesuai OPT
6 ……..dan seterusnya
Catatan:
Jawaban yang diisikan dalam kolom mendengar dan menerapkan itu bisa diisi
nama bulan, atau musim tanam. Yang penting konsisten.
Apabila Anda tertarik melakukan analisis peluang adopsi atau mau
menganalisis asosiasi adopsi dengan faktor-faktor yang diprediksi berasosiasi, maka
pengumpulan datanya dapat disusun sebagai berikut (Tabel 3).
Tabel 4. Asosiasi Persepsi atau Adopsi dengan Faktor Internal/eksternal
No
Skor
Persepsi/
Adopsi
Umur
(th)
Pendi
dikan
(th)
Tangg
ungan
Klg
(jw)
Pengal
aman
(th)
Luas
sawah
(ha)
Jarak Usahatani ke:
Pasar
(km)
BPP
(km)
Modal
(km)
Jalan
(km)
1
2
3
4
dst
18
PENGUKURAN PERSEPSI
Pendekatan Tertimbang
Pendekatan tertimbang atau disebut juga pendekatan proporsi pada analisis
persepsi dilakukan dengan cara menghitung rasio atau perbandingan antara jumlah
individu yang memberikan pernyataan tertentu terhadap jumlah keseluruhan
responden. Pernyataan tertentu itu, menunjukkan persepsi individu terhadap suatu
obyek atau fenomena yang dapat dibedakan ke dalam beberapa klasifikasi
pernyataan.
Klasifikasi yang digunakan tergantung pada tujuan, apakah tujuannya akan
membahas fenomena secara detail atau hanya sekedar ingin mengungkap indikasi-
indikasi saja. Untuk tujuan pembahasan yang detail, rank penggunaan skala bisa
lebih lebar misalnya rank 1 – 10. Namun jika hanya untuk mengungkap indikasi –
indikasi saja, digunakan skala dalam rank 1 – 5. Dalam bahasan berikut, kita akan
gunakan lima kelas pernyataan, sebagai berikut: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-
ragu (R), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS).
Setelah menetapkan skala, langkah berikutnya adalah:
 Melakukan identifikasi jawaban responden terhadap setiap pernyataan yang
diajukan. Catat, ada berapa orang responden yang menyatakan sangat setuju,
setuju atau tidak setuju terhadap setiap pernyataan yang diajukan.
Lakukan identifikasi itu terhadap seluruh aspek atu komponen teknologi,
sehingga seluruh responden mengisi seluruh pernyataan yang diajukan
 Hitunglah dengan cara membagi jumlah responden yang menyatakan
terhadap seluruh jumlah responden. Dengan demikian akan diperoleh
gambaran proporsi responden yang menyatakan (mempersepsikan)
pendapatnya dalam satuan persentase.
 Lakukan interpretasi berdasarkan persentase hasil perhitungan tersebut.
Contoh: Lihat Tabel 5 (data hipotesis)
Tabel 5. Persepsi Petani terhadap Pendekatan PTT Padi Sawah (Persentase)
Pernyataan SS S R KS TS Total
1. Produktivitas VUB Padi Impari 13 di desa
ini relatif lebih tinggi
20,0 56,7 3,3 16,7 3,3 100
2. Harga Benih bermutu relatif mahal 36,7 30,0 6,7 16,7 10,0 100
3. Penggunaan BO meningkatkan
produktivitas padi
26,7 33,3 10,0 26,7 3,3 100
4. … dan seterusnya n n n n n m
19
Catatan:
Nilai angka dalam setiap kotak dalam Tabel 5, menunjukkan hasil perhitungan
tertimbang atau proporsi jumlah responden (n) yang menyatakan persepsi tertentu
terhadap jumlah seluruh responden (N) dikali 100 %. Formula yang digunakan:
= 100 %
K = Nilai konstanta;
n = jumlah responden yang menyatakan (org) ;
N = jumlah responden (org)
Pendekatan Skor
Cara penggunaan skor dalam analisis persepsi ini prosedurnya sama dengan teknik
tertimbang yakni menggunakan skala. Basis penentuan skala yang umum digunakan
adalah menggunakan pendekatan Likert, Skala Thrustone, Bogardus dan Guttman
(Vredenbregt, 1987). Pada pembahasan berikut dibatasi hanya pada Likert.
Ciri dari Likert dalam mengkonstruksikan suatu skala dilakukan sebagai
berikut:
 Mengumpulkan sejumlah besar aitem/pernyataan/statement yang
berhubungan dengan persoalan yang diteliti. Pernyataan yang diajukan dibuat
dengan arah yang positif.
 Menilai aitem-aitem tersebut dengan menetapkan pilihan pada salah satu dari
sejumlah kategori yang berjalan dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
 Memberikan nilai skor yang disusun sejalan dengan gradasi persetujuan, mulai
dari sangat tidak setuju mengarah ke sangat setuju dengan nilai dari angka 1
sampai 5.
Urutannya digambarkan sebagai berikut:
Sangat
setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak punya
pendapat
(TP)
Tidak setuju
(TS)
Sangat tidak
setuju (STS)
Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
Jika suatu item dinyatakan secara negatif dengan sangat setuju menunjukkan
suatu sikap sangat anti, maka skor berjalan sebaliknya, yaitu sangat setuju = 1
sampai sangat tidak setuju = 5.
20
Tabel 6. Persepsi Petani terhadap Pendekatan PTT Padi Sawah (Skor)
Pernyataan SS S R KS TS Total
1. Produktivitas VUB Padi Impari 13 di
desa ini relatif lebih tinggi
1,000 2,267 0,100 0,333 0,033 3,733
2. Harga Benih bermutu relatif mahal
1,833 1,200 0,200 0,333 0,100 3,667
3. Penggunaan BO meningkatkan
produktivitas padi
1,333 1,333 0,300 0,533 0,033 3,533
4. Jumlah populasi tanaman pada
tandur jajar legowo relatif tinggi
0,333 2,133 0,200 0,400 0,133 3,200
5. ……. Dan seterusnya
0,167 1,867 0,400 0,667 0,033 3,133
Catatan:
Nilai angka dalam setiap kotak dalam Tabel , menunjukkan hasil perhitungan skor yang
dihitung dengan mengalikan jumlah responden (n) menyatakan persepsi tertentu
terhadap nilai skor pernyataan lalu dibagi jumlah seluruh responden (N). Formula yang
digunakan:
=
.
ni = jumlah responden yang menyataan (org) pada kolom i (i = 1,2,3,..5)
si = skor pernyataan ke i (i = 1,2,3,…5)
Ni = jumlah responden (org) pada baris ke i (i = 1,2,3,..5)
MENGUKUR TINGKAT ADOPSI
Tingkat adopsi menggambarkan keadaan dimana seseorang individu atau anggota
suatu kelompok menerapkan teknologi baru atau teknologi yang dianjurkan.
Ukuran tingkat adopsi ini menggunakan nilai tertimbang dinyatakan dalam
persentase. Pendekatan perhitungannya dibedakan menurut sasaran, yakni individu
dan kelompok.
Pendekatan Individu
Analisis tingkat adopsi untuk individu dapat dilakukan langsung dengan
mengidentifikasi aspek teknologi yang diterapkannya. Formula yang digunakan
adalah:
= 100 %
21
Dalam hal ini:
TA = tingkat adopsi (persentase)
NF = nilai faktor hasil pengamatan adopsi di lapangan (unit adopsi)
T = total komponen/aspek teknologi yang dianjurkan (unit)
Contoh kasus:
Sudah dimana posisi Bapak X dalam mengadopsi komponen teknologi pada
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi?
Jawab:
Jika dari hasil pengamatan terhadap Bapak A, ia menerapkan 3 komponen
teknologi pada pendekatan PTT, maka tingkat adopsi Bapak A adalah 3/12 x
100 % = 25 %. (Asumsi pendekatan PTT berisi 12 komponen teknologi).
Untuk mendapat kategori adopsi apakah berada pada posisi adopsi rendah,
sedang atau tinggi, tinggal menggunakan klasifikasi seperti berikut
Klasifikasi tingkat adopsi, 3 kelas (ditetapkan berdasarkan expert judgment)
 0 – 44,99 % : klasifikasi adopsi rendah
 45 – 64,99 : klasifikasi adopsi sedang
 65 – 100 : klasifikasi adopsi tinggi
Klasifikasi tingkat adopsi (5 kelas)
 0 – 20,00 % : klasifikasi adopsi sangat rendah
 20,01 – 40,00 % : klasifikasi adopsi rendah
 40,01 – 60,00 % : klasifikasi adopsi sedang
 60,01 – 80,00 % : klasifikasi adopsi tinggi
 80,01 – 100 % : klasifikasi adopsi sangat tinggi
Pendekatan Kelompok
Untuk mengungkap tingkat adopsi pada pendekatan kelompok, cara
perhitungannya harus mempertimbangkan sebaran adopsi (SA) dan intensitas
adopsi (IA). Formula yang digunakan adalah:
=
22
Dalam hal ini :
TA = tingkat adopsi (%)
SA = sebaran adopsi (%)
IA = intensitas adopsi (%)
Sebaran adopsi, yaitu rasio jumlah adopter (petani yang menerapkan
teknologi) terhadap total anggota kelompok. Formula yang digunakan adalah:
= 100 %
Dalam hal ini :
SA = Sebaran adopsi (%)
n = Jumlah adopter (orang)
N = Jumlah anggota kelompok (org)
Contoh: Jika adopter ada 10 orang dan jumlah anggota kelompok 20 orang
petani, maka sebaran adopsinya adalah 10/20 x 100 % = 50 %.
Intensitas adopsi, adalah rasio nilai faktor hasil pengamatan adopsi di
lapangan (unit adopsi) dengan total komponen/aspek teknologi yang dianjurkan
(unit). Intensitas adopsi dalam pendekatan kelompok identik dengan tingkat adopsi
pada pendekatan individu. Formulanya adalah:
=
Dalam hal ini:
IA = intensitas adopsi (persentase)
NB = nilai bobot hasil pengamatan adopsi di lapangan (unit adopsi)
T = total komponen/aspek teknologi yang dianjurkan (unit)
n = jumlah adopter (orang)
Contoh kasus:
Jumlah sampel responden 30 orang
Hasil identifikasi terungkap bahwa jumlah adopter (n) masing-masing
komponen teknologi PTT padi sawah datanya ditunjukkan dalam kolom 3 pada
Tabel 7.
23
Tabel 7. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Komponen Teknologi
Dalam Pendekatan PTT Padi Sawah
N
o
Komponen
Teknologi
N
(org)
SA
(%)
Rank
Bobo
t
Nilai
bobot
IA (%)
TA(%
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 VUB 29 96.67 1 10 13.70 33.11 32.00
2 Benih bermutu, label 15 50.00 1 10 13.70 17.12 8.56
3 Bahan organik 10 33.33 2 9 12.33 10.27 3.42
4 Populasi 12 40.00 3 8 10.96 10.96 4.38
5 Pemupukan 16 53.33 3 8 10.96 14.61 7.79
6 Pengendalian opt 15 50.00 4 7 9.59 11.99 5.99
7 Pengolahan tanah 14 46.67 5 6 8.22 9.59 4.47
8 Bibit muda 20 66.67 6 5 6.85 11.42 7.61
9 Jml.batang/rumpun 15 50.00 7 4 5.48 6.85 3.42
10 Pengairan 14 46.67 8 3 4.11 4.79 2.24
11 Penyiangan 18 60.00 9 2 2.74 4.11 2.47
12 Panen 28 93.33 10 1 1.37 3.20 2.98
Rataan/Total 57.22 73 100 85.35
Keterangan:
 SA (kolom 4) diperoleh dari n (kolom 3) dibagi total n (30) di kali 100 %
 Rank (kolom 5) disusun berdasarkan expert judgment
 Bobot (kolom 6) ditetapkan berbalikan dengan rank. (Rank 1 di bobot 10, rank 10 di
bobot 1)
 Nilai Bobot (kolom 7) dihitung dengan membagi kolom 6 dengan total kolom 6 di kali
100.
 IA (%) pada kolom 8 dihitung dengan mengalikan n (kolom 3) x niai bobot (kolom 7)
dibagi jumlah komponen teknologi yang dianjurkan. Pada kasus PTT padi ada 12
teknologi
 TA (%) pada kolom 9, merupakan perkalian SA (kolom 4) x IA (kolom 8) dibagi konstanta
(100).
ANALISIS KORELASI ADOPSI
Untuk mengungkap kemungkinan ada tidaknya hubungan (korelasi) antara adopsi
dengan faktor-faktor fasilitasi adopsi dapat menggunakan korelasi Pearson. Analisis
dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis data korelasi. Data yang diinput
ke dalam model korelasi disesuaikan dengan karakteristik peubah.
Contoh berikut adalah menganalisis hubungan antara senjang adopsi dengan
jarak lokasi usahatani ke pasar input, jarak lokasi usahatani ke pasar output, dan
jarak lokasi usahatani ke sumber modal. Jumlah responden = 135 orang.
24
Dalam hal ini :
 Senjang adopsi, dinyatakan dalam bulan
 jarak lokasi usahatani ke pasar input, dinyatakan dalam satuan km
 jarak lokasi usahatani ke pasar output, dinyatakan dalam satuan km
 jarak lokasi usahatani ke sumber modal, dinyatakan dalam satuan km
Dengan menggunakan korelasi Pearson, yang diselesaikan menggunakan SPSS versi
21 hasilnya ditampilkan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Output Analisis Korelasi
Correlations
Senjang
Adopsi
Pasar
input
Pasar
output
Sumber
Modal
Senjang
Adopsi
Pearson Correlation 1 .083 .089 .058
Sig. (2-tailed) .338 .305 .504
Sum of Squares and Cross-products 31.481 20.230 64.809 39.344
Covariance .235 .151 .487 .294
N 135 135 134 135
Pasar
input
Pearson Correlation .083 1 .433** .128
Sig. (2-tailed) .338 .000 .139
Sum of Squares and Cross-products 20.230 1883.418 2431.303 671.390
Covariance .151 14.055 18.280 5.010
N 135 135 134 135
Pasar
output
Pearson Correlation .089 .433** 1 .881**
Sig. (2-tailed) .305 .000 .000
Sum of Squares and Cross-products 64.809 2431.303 16848.980 13820.557
Covariance .487 18.280 126.684 103.914
N 134 134 134 134
Sumber
Modal
Pearson Correlation .058 .128 .881** 1
Sig. (2-tailed) .504 .139 .000
Sum of Squares and Cross-products 39.344 671.390 13820.557 14626.421
Covariance .294 5.010 103.914 109.152
N 135 135 134 135
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan:
Interpretasi dari hasil analisis korelasi Pearson dapat didasarkan pada koefisien korelasi
yang dihasilkan. Nilai koefisien korelasi yang mendekati angka 1 menunjukkan terdapat
korelasi yang kuat antar dua aspek.
ANALISIS PELUANG ADOPSI
Fungsi logit merupakan salah satu alat analisis yang sering digunakan untuk
mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi peluang petani menerapkan suatu
25
inovasi. Perancangan model didasarkan fakta empiris dari sumber pengguna
teknologi baik petani sebagai pelaku utama maupun petani sebagai pengusaha.
Variabel yang digunakan meliputi skala usaha, tingkat pendidikan formal, jarak
ke sumber informasi teknologi asal, jarak ke sumber informasi teknologi terdekat,
sikap petani terhadap risiko, produksi pertanian, umur responden, pengalaman
bertani dan besarnya hutang/pinjaman modal usahatani permusim.
Berdasarkan pemanfaatan data dan informasi yang ada diperoleh gambaran
bahwa penggunaan fungsi logit dalam perspektif adopsi padi VUB, menunjukkan
hasil yang relatif baik sehingga penggunaannya dapat diperluas pada berbagai kasus
adopsi inovasi teknologi.
Alat analisis yang dapat digunakan untuk memodelkan hubungan antara
variable bebas (Xi) sebagai predictor dengan variable terikat Y digunakan model
regresi logistik. Model ini merupakan model dasar bagi analisis data berskala biner.
Model regresi biner menetapkan adalah peluang adopsi, sedangkan prediktornya
terdiri dari faktor sosial ekonomi. Metode paling sederhana untuk mengetahui
hubungan kedua variabel tersebut adalah menggunakan alat analisis regresi liner,
baik tunggal maupun berganda.
Dalam pendekatan diagramatik, model percepatan digambarkan berupa
bagan alir yang menghubungkan simpul-simpul komunikasi infotek, sedangkan
secara ekonometrik model percepatan diformulasikan dalam persamaan fungsi
logit. Formula model fungsi logit tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut
(Pyndick dan Rubinfield, 1981; Gujarati, 1988):
=
1
1 + [−( + ∑ + ∑ )]
+
Dalam hal ini:
Pi = Peluang petani mengadopsi padi VUB (Pi = 1, jika petani
mengadopsi padi VUB; Pi = 0 jika petani tidak mengadopsi padi VUB
1 - Pi = Peluang petani mengadopsi padi VUB
Xji = vektor peubah bebas (j = 1, 2, ... , n)
Dk = vektor peubah dummy (k = 1, 2, ... , m)
α, βj,dan ei = parameter-parameter dugaan fungsi logistik galat acak
Penyelesaian dari model logit tersebut dapat dilakukan seperti mekanisme
yang terjadi dalam menyelesaikan regresi biasa, dan dapat dikerjakan dengan
menggunakan SPSS atau Minitab.
26
ANALISIS BIAYA ADOPSI
Upaya menganalisis biaya adopsi penting dilakukan untuk mengetahui apakah
inovasi teknologi yang diintroduksikan dan kemudian diterapkan oleh petani itu
efisien atau tidak. Kaidah yang diinginkan adalah biaya adopsi harus lebih kecil atau
lebih rendah dari nilai outputnya.
Penghitungan biaya adopsi dapat dilakukan dengan menggunakan formula :
= ∆ ( )
Dimana :
I = biaya tambahan per unit hasil yang diperlukan untuk mendapatkan
peningkatan produksi sebanyak J (Rp/kg)
C = biaya mengadopsi per unit area karena petani beralih ke teknologi baru
(Rp/ha).
t = tingkat adopsi teknologi baru dalam hektar atau jumlah petani.
Y = rata-rata hasil (kg/ha)
Untuk lebih memudahkan analisis, perhitungan biaya adopsi dalam proporsi
atau rasio, dimana peningkatan biaya produksi (I) sebagai pangsa dari harga yang
berlaku setempat. Parameter dalam bentuk rasio (c) dapat dihitung sebagai berikut.
= = (
∆
)/( )
Dimana:
c = parameter rasio biaya-harga
I = biaya tambahan per unit hasil yang diperlukan untuk mendapatkan
peningkatan produksi sebanyak J (Rp/kg).
P = harga di tingkat petani (Rp/kg)
Y = rata-rata hasil (kg/ha)
C = biaya adopsi (Rp/ha).
ANALISIS PERCEPATAN ADOPSI
Data percepatan adopsi dapat diidentifikasi melalui wawancara menggunakan
kuesioner yang dipersiapkan terlebih dulu. Indikator percepatan adopsi ditunjukkan
oleh senjang waktu adopsi yang dihitung sejak petani menerima atau sadar adanya
27
inovasi baru sampai ia menerapkannya di lapangan. Hitungannya bisa bulan, musim
atau bahkan tahun, tergantung konteks waktu yang dijadikan landasan perhitungan.
Senjang adopsi yang dimaksud adalah waktu antara atau periode waktu yang
dialami petani yang dihitung sejak ia menerima informasi sampai menerapkan
informasi teknologi itu. Senjang waktu yang terjadi pada setiap unsur teknologi
tergantung tidak hanya pada penyampai informasi akan tetapi juga erat kaitannya
dengan pengetahuan dan pengalaman petani terhadap masing-masing jenis atau
komponen teknologi yang diitroduksikan. Tabel 9 berikut merupakan contoh hasil
pengukuran senjang waktu adopsi.
Tabel 9. Propori (%) senjang waktu adopsi menurut teknologi yang diadopsi
dalam PTT padi sawah
No. Teknologi <2 th 2 – 4 th >4 th
1 Vub 29,17 22,50 48,33
2 Benih bermutu, label 24,17 29,17 46,67
3 Bahan organik 35,83 40,00 24,17
4 Populasi 37,50 32,50 30,00
5 Pemupukan 35,00 37,50 27,50
6 Pengendalian opt 34,17 38,33 27,50
7 Pengolahan tanah 35,83 24,17 40,00
8 Bibit muda 51,67 28,33 20,00
9 Jml.batang/rumpun 45,83 23,33 30,83
10 Pengairan 39,17 34,17 26,67
11 Penyiangan 51,67 24,17 24,17
12 Panen 30,00 20,00 50,00
Kreasi yang dapat dilakukan untuk menganalisis senjang waktu adopsi adalah
mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi senjang adopsi. Pendekatan yang
dilakukan untuk menganalisis dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi senjang
adopsi tersebut adalah dengan model regresi berganda.
Formula yang digunakan adalah :
= + + +
Dalam hal ini:
Y = senjang waktu adopsi (tahun)
Xi = faktor internal/eksternal yang diprediksi mempengaruhi senjang adopsi,
misalnya:
 X1 = umur (tahun)
 X2 = pendidikan (tahun)
28
 X3 = tanggungan keluarga (jiwa)
 X4 = luas garapan (hektar)
 X5 = Jarak lokasi usahatani ke pasar (km)
 Xn = dan seterusnya.
Dj = faktor dummy (misalnya: musim tanam, agroekosistem)
 D musim (1 = musim hujan; 0 = lainnya)
 D agroekosistem (1 = lahan sawah beririgasi, 0 = lainnya)
= disturbunce term
b, c = koefisien regresi
a = konstanta
Penyelesaian analisis ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan SPSS, Minitab
atau Sstat, dll. Interpretasi hasil regresi, dilakukan seperti hanya terhadap hasil
analisis regresi pada fenomena lain.
ANALISIS EFEKTIVITAS ALUR ADOPSI
Alur adopsi menggambarkan mekanisme laju infrmasi teknologi mulai dari sumber
teknologi sampai ke pengguna di lapangan. Persoalannya: dari banyak alur informasi
teknologi itu manakah alur inovasi teknologi yang paling efisien? Pengetahuan
efisiensi alur inovasi ini penting untuk mengambil langkah kebijakan diseminasi
inovasi teknologi ke depan.
Untuk menganalisis efektivitas saluran (channel) inovasi pertanian tersebut
salah satu alternatifnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis jalur
atau path analysis dengan model teoritis yang digambarkan sebagai berikut:
Pada model itu, X1 dan X2 sebagai variabel eksogen (variabel bebas) saling
berkorelasi dan memiliki dampak langsung dan tidak langsung (melalui X3) pada Y.
Dalam hal ini variabel X3 dan Y adalah variabel endogen atau variabel tergantung).
Dari model itu perumusan masalahnya adalah berapa besar pengaruh X1 dan X2
e e
Gambar 6. Pola hubungan antar simpul-simpul inovasi
29
terhadap X3 dan berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung X1 dan X2
terhadap Y. Pernyataan itu diformulasikan dalam persamaan berikut:
X3 = X3X1 + ρ X3X2 + Є1 …………………Substruktural 1
Y = ρ YX1 + ρ YX2 + ρ YX3 + Є2 …………..Substruktural 2
Berdasarkan landasan model teoritis tersebut, disusun model empiris dengan
memasukkan unsur-unsur kelembagaan yang menjadi saluran inovasi sebagai
variabel eksogen. Dalam hal ini variabel percepatan adopsi menjadi variabel
endogen, yang dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh variabel-
variabel channel sebagai variabel eksogen. Formulasi model empiris dibangun
sebagai berikut:
Y = f ( X1, X2, X3, X4, ..., X9)
Dalam hal ini:
Y = Percepatan adopsi
X1 = Jalur BPTP langsung ke petani (dalam skor)
X2 = Jalur BPTP ke petani melalui Bakorluh (dalam skor)
X3 = Jalur BPTP ke petani melalui jalur Bakorluh - SKPD (dalam skor)
X4 = Jalur BPTP ke petani melalui jalur Bakorluh – SKPD - BPP (dalam skor)
X5 = Jalur BPTP ke petani melalui jalur SKPD - BPP (dalam skor)
X6 = Jalur BPTP ke petani melalui BPP (dalam skor)
Xn = dan seterusnya (dalam skor)
Variabel percepatan adopsi sebagai variabel endogen diukur dari selisih atau
gap waktu antara mulai menerima informasi sampai menerapkan informasi
teknologi itu di lapangan. Nilai satuannya minimal musim tanam. Contoh: jika ia
menerima informasi teknologi pada awal tahun 2011 (di MH I), dan kemudian ia
menerapkan teknologi itu pada MH II, maka dikatakan lag adopsinya satu musim
tanam (MT), demikian seterusnya.
Terhadap apresiasi dan persepsi dari setiap unsur (institusi) yang menjadi
saluran dalam penyebaran informasi teknologi, diungkap melalui wawancara
menggunakan kuesioner yang di persiapkan sebelumnya. Aspek yang ditanyakan
adalah apresiasi dan persepsi para pejabat tersebut terhadap:
 Jenis informasi teknologi yang diterima
 Cara penyampaian informasi
 Kemasan informasi
30
 Volume atau jumlah informasi
 Dst
Untuk menyelesaikan analisis efektivitas saluran adopsi dapat memanfaatkan
pendekatan AMOS (Analysis of Moment Structure). Program ini terdapat include
dalam SPSS versi 21. Hasilnya tergambar seperti dalam uraian berikut.
Analisis jalur dengan AMOS
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
BPTP <--> BAKORLUH .124 .023 5.309 ***
BPTP <--> SKPD .118 .025 4.665 ***
BPTP <--> BPP .070 .020 3.588 ***
BPTP <--> SEMAPETANI .049 .021 2.350 .019
BAKORLUH <--> SKPD .122 .023 5.246 ***
BAKORLUH <--> BPP .057 .017 3.286 .001
BAKORLUH <--> SEMAPETANI .047 .019 2.551 .011
SKPD <--> BPP .093 .020 4.535 ***
SKPD <--> SEMAPETANI .106 .022 4.715 ***
BPP <--> SEMAPETANI .110 .019 5.687 ***
Gambar 7. Analisis Alur Adopsi
31
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
BPTP <--> BAKORLUH .557
BPTP <--> SKPD .473
BPTP <--> BPP .348
BPTP <--> SEMAPETANI .221
BAKORLUH <--> SKPD .548
BAKORLUH <--> BPP .316
BAKORLUH <--> SEMAPETANI .241
SKPD <--> BPP .457
SKPD <--> SEMAPETANI .479
BPP <--> SEMAPETANI .611
Output dari Program AMOS seperti dikemukakan di atas, menjadi landasan
untuk mengungkapkan interpretasi. Keputusan interpretasi tersebut disesuaikan
dengan tujuan kegiatan. Artinya, meskipun output yang dihasilkan relatif banyak
tidak perlu dibahas secara keseluruhan. Pembahasan difokuskan pada aspek-aspek
yang ada hubungannya dengan tujuan kegiatan.
Sebagai indikator yang digunakan untuk menilai efektif tidaknya alur adopsi itu
dilihat dari koefisien korelasi, yang berada dalam range 0 – 1. Kaidah keputusannya
adalah alur adopsi dikatakan semakin efektip jika nilai koefisien korelasinya semakin
dekat ke angka 1. Pada kasus ini alur adopsi yang paling efektif terjadi pada alur dari
BPP ke petani dengan koefisien 0,611, diikuti alur BPTP – Bakorluh (0,557), dan alur
Bakorluh – SKPD (0,548).
32
V. DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2000. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Baldwin, John R and Mohammed Rafiquzzaman. 1998. The Determinant of The
Adoption Lag for Advanced Manufacturing Technologies. Management of
Technology, Sustainable Development and Eco-Efficiency. Elsevier Science Ltd,
UK
Fagi, A.M., 2008. Alternatif Teknologi Peningkatan Produksi Beras Nasional. Iptek
Tanaman Pangan Vol.3 No.1
Fliegel, E.C, J.E. Kivlin and G.S. Sekhon. 1971. Message Distortion and The Diffusion
of Innovations in Nothern India. Sociologica Ruralis.
Hanafi, A., 1981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya Press.
Hendayana, R., 2006. Lintasan dan Peta Jalan (Road Map) Diseminasi Teknologi
Pertanian Menuju Masyarakat Tani Progresif. Prosiding Lokakarya Nasional
Akselerasi Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal
dari Desa. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Kulsum, U., dan Mohammad Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Prestasi
Pustaka Publisher.
Kenneth F.G Masuki, 2009. Determinants of Farm-level Adoption of Water Systems
Innovations in Dryland Areas: The Case of Makanya Watershed in Pangani
River Basin, Tanzania
Linder, Pardey, dan Jarrett, 1982. Distance To Information Source And The Time Lag
Early Adoption Of Trace Element Fertilizer. Working Paper 82-2. Departement
Of Economics University Of Adelaide
Roger, E.M. and F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovation: A Cross
Cultural Approach. The Free Press. New York
Rogers,E. M., 1983. Diffusion of Innovations. Third Edition, The Free Press, New
York.
Stanley Wood, Liangzhi You dan Wilfred Baitx, 2001.International Food Policy
Research Institute, Washington, D.C.
Subagiyo, 2005. Kajian Faktor-faktor Sosial yang berpengaruh terhadap Adopsi
Inovasi Usaha Perikanan Laut di Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. Vol 8 No 2. Pusat Penelitian dan Penembangan Sosial Ekonomi
Pertanian.
Sukartawi. 1990. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UIP Pres
Vredenbregt, 1987. Teknik-teknik Pengukuran Masyarakat.

More Related Content

What's hot

Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaanPastime.net
 
Aliran-Aliran Teori Organisasi
Aliran-Aliran Teori OrganisasiAliran-Aliran Teori Organisasi
Aliran-Aliran Teori OrganisasiSiti Sahati
 
Stimulus Organism Response Theory
Stimulus Organism Response TheoryStimulus Organism Response Theory
Stimulus Organism Response Theorymankoma2013
 
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinyaPermasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinyaOperator Warnet Vast Raha
 
Prinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
Prinsip dan Tujuan Komunikasi InterpersonalPrinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
Prinsip dan Tujuan Komunikasi InterpersonalErvina Nurjanah
 
Artikel teknologi informasi-dan-komunikasi
Artikel teknologi informasi-dan-komunikasiArtikel teknologi informasi-dan-komunikasi
Artikel teknologi informasi-dan-komunikasiAlexs Ys
 
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENIMANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENINur Afiana
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Materi teori motivasi
Materi teori motivasiMateri teori motivasi
Materi teori motivasiArib Herzi
 
Sejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dari masa ke masa
Sejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dari masa ke masaSejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dari masa ke masa
Sejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dari masa ke masaMuhammad Choirudin Malik
 
Teknik komunikasi
Teknik komunikasiTeknik komunikasi
Teknik komunikasiLaila Fitri
 
Tugas, tantangan, dan kendala profesi public relations
Tugas, tantangan, dan kendala profesi public relationsTugas, tantangan, dan kendala profesi public relations
Tugas, tantangan, dan kendala profesi public relationsArdiansah Danus
 
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...Universitas Muhammadiyah Tangerang
 

What's hot (20)

Integrasi nasional ppt
Integrasi nasional pptIntegrasi nasional ppt
Integrasi nasional ppt
 
Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaan
 
Aliran-Aliran Teori Organisasi
Aliran-Aliran Teori OrganisasiAliran-Aliran Teori Organisasi
Aliran-Aliran Teori Organisasi
 
BAB III PENUTUP
BAB III PENUTUPBAB III PENUTUP
BAB III PENUTUP
 
Stimulus Organism Response Theory
Stimulus Organism Response TheoryStimulus Organism Response Theory
Stimulus Organism Response Theory
 
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinyaPermasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
 
Prinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
Prinsip dan Tujuan Komunikasi InterpersonalPrinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
Prinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
 
Artikel teknologi informasi-dan-komunikasi
Artikel teknologi informasi-dan-komunikasiArtikel teknologi informasi-dan-komunikasi
Artikel teknologi informasi-dan-komunikasi
 
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENIMANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI
 
Jurnal lengkap
Jurnal lengkapJurnal lengkap
Jurnal lengkap
 
Tanya jawab mpp
Tanya jawab mppTanya jawab mpp
Tanya jawab mpp
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
 
komunikasi-kewirausahaan
komunikasi-kewirausahaankomunikasi-kewirausahaan
komunikasi-kewirausahaan
 
Materi teori motivasi
Materi teori motivasiMateri teori motivasi
Materi teori motivasi
 
Sejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dari masa ke masa
Sejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dari masa ke masaSejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dari masa ke masa
Sejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dari masa ke masa
 
Teknik komunikasi
Teknik komunikasiTeknik komunikasi
Teknik komunikasi
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiah
 
Tugas, tantangan, dan kendala profesi public relations
Tugas, tantangan, dan kendala profesi public relationsTugas, tantangan, dan kendala profesi public relations
Tugas, tantangan, dan kendala profesi public relations
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
 

Similar to Pengukuran persepsi dan adopsi

pengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptxpengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptxZiznecxGhoni
 
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasiMuhammad Marhaban
 
Pembentukkan Sikap (Attention dan Performance)
Pembentukkan Sikap (Attention dan Performance)Pembentukkan Sikap (Attention dan Performance)
Pembentukkan Sikap (Attention dan Performance)pjj_kemenkes
 
Psikologi modul 2 kb 3
Psikologi modul 2 kb 3Psikologi modul 2 kb 3
Psikologi modul 2 kb 3Uwes Chaeruman
 
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar giziPendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar gizinatashaona
 
Pemberdayaan masyarakat jf epid
Pemberdayaan masyarakat jf epidPemberdayaan masyarakat jf epid
Pemberdayaan masyarakat jf epidBidangTFBBPKCiloto
 
Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptNofrida Atika
 
ppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxHeyyPutt
 
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydrInstitution
 
Makalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah PerilakuMakalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah Perilakuuyunk93
 
tugas perilaku organisasi
tugas perilaku organisasitugas perilaku organisasi
tugas perilaku organisasiDianKurniawatii
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docNofrida Atika
 
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9novyaindri29
 
Rangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosialRangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosialFuad Nasir
 

Similar to Pengukuran persepsi dan adopsi (20)

pengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptxpengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptx
 
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
 
Pembentukkan Sikap (Attention dan Performance)
Pembentukkan Sikap (Attention dan Performance)Pembentukkan Sikap (Attention dan Performance)
Pembentukkan Sikap (Attention dan Performance)
 
Psikologi modul 2 kb 3
Psikologi modul 2 kb 3Psikologi modul 2 kb 3
Psikologi modul 2 kb 3
 
Makalah konsep perilaku
Makalah konsep perilakuMakalah konsep perilaku
Makalah konsep perilaku
 
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar giziPendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
 
Pemberdayaan masyarakat jf epid
Pemberdayaan masyarakat jf epidPemberdayaan masyarakat jf epid
Pemberdayaan masyarakat jf epid
 
Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - ppt
 
ppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptx
 
Perilaku
PerilakuPerilaku
Perilaku
 
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
 
PRILAKU ORGANISASI
PRILAKU ORGANISASIPRILAKU ORGANISASI
PRILAKU ORGANISASI
 
Makalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah PerilakuMakalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah Perilaku
 
tugas perilaku organisasi
tugas perilaku organisasitugas perilaku organisasi
tugas perilaku organisasi
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - doc
 
Persepsi
PersepsiPersepsi
Persepsi
 
PERSEPSI
PERSEPSIPERSEPSI
PERSEPSI
 
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
 
Persepsi Word
Persepsi WordPersepsi Word
Persepsi Word
 
Rangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosialRangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosial
 

More from IAARD/Bogor, Indonesia

3. Tranformasi hasil riset menjadi naskah populer.pptx
3. Tranformasi hasil riset menjadi naskah populer.pptx3. Tranformasi hasil riset menjadi naskah populer.pptx
3. Tranformasi hasil riset menjadi naskah populer.pptxIAARD/Bogor, Indonesia
 
1. Format Penulisan Buku Bungarampai 26 Juli 2022.pptx
1.  Format Penulisan Buku Bungarampai 26 Juli 2022.pptx1.  Format Penulisan Buku Bungarampai 26 Juli 2022.pptx
1. Format Penulisan Buku Bungarampai 26 Juli 2022.pptxIAARD/Bogor, Indonesia
 
Presentasi produktif menulis artikel ilmiah populer 12 08 2021 (2)
Presentasi produktif menulis artikel ilmiah populer 12 08 2021 (2)Presentasi produktif menulis artikel ilmiah populer 12 08 2021 (2)
Presentasi produktif menulis artikel ilmiah populer 12 08 2021 (2)IAARD/Bogor, Indonesia
 
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustriKinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustriIAARD/Bogor, Indonesia
 
Dukungan inovasi kelembagaan dalam mempercepat diseminasi
Dukungan inovasi kelembagaan dalam mempercepat diseminasiDukungan inovasi kelembagaan dalam mempercepat diseminasi
Dukungan inovasi kelembagaan dalam mempercepat diseminasiIAARD/Bogor, Indonesia
 
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]IAARD/Bogor, Indonesia
 
Memacu produksi pertanian melalui asp dan atp
Memacu produksi pertanian melalui asp dan atpMemacu produksi pertanian melalui asp dan atp
Memacu produksi pertanian melalui asp dan atpIAARD/Bogor, Indonesia
 
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015IAARD/Bogor, Indonesia
 

More from IAARD/Bogor, Indonesia (20)

2. Teknik Penulisan Ilmiah BR.pptx
2. Teknik Penulisan Ilmiah BR.pptx2. Teknik Penulisan Ilmiah BR.pptx
2. Teknik Penulisan Ilmiah BR.pptx
 
3. Tranformasi hasil riset menjadi naskah populer.pptx
3. Tranformasi hasil riset menjadi naskah populer.pptx3. Tranformasi hasil riset menjadi naskah populer.pptx
3. Tranformasi hasil riset menjadi naskah populer.pptx
 
1. Format Penulisan Buku Bungarampai 26 Juli 2022.pptx
1.  Format Penulisan Buku Bungarampai 26 Juli 2022.pptx1.  Format Penulisan Buku Bungarampai 26 Juli 2022.pptx
1. Format Penulisan Buku Bungarampai 26 Juli 2022.pptx
 
Menggagas kti cetakan ke 4 tahun 2017
Menggagas kti cetakan ke 4 tahun 2017Menggagas kti cetakan ke 4 tahun 2017
Menggagas kti cetakan ke 4 tahun 2017
 
Presentasi produktif menulis artikel ilmiah populer 12 08 2021 (2)
Presentasi produktif menulis artikel ilmiah populer 12 08 2021 (2)Presentasi produktif menulis artikel ilmiah populer 12 08 2021 (2)
Presentasi produktif menulis artikel ilmiah populer 12 08 2021 (2)
 
Kiat final menjadi peneliti sukses
Kiat final menjadi peneliti suksesKiat final menjadi peneliti sukses
Kiat final menjadi peneliti sukses
 
Wujudkan Buku Ilmiah Pertama Anda
Wujudkan Buku Ilmiah Pertama AndaWujudkan Buku Ilmiah Pertama Anda
Wujudkan Buku Ilmiah Pertama Anda
 
Transformasi hasil pendampingan
Transformasi hasil pendampinganTransformasi hasil pendampingan
Transformasi hasil pendampingan
 
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustriKinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri
 
Ebook pertanian bioindustri
Ebook pertanian bioindustriEbook pertanian bioindustri
Ebook pertanian bioindustri
 
Dukungan inovasi kelembagaan dalam mempercepat diseminasi
Dukungan inovasi kelembagaan dalam mempercepat diseminasiDukungan inovasi kelembagaan dalam mempercepat diseminasi
Dukungan inovasi kelembagaan dalam mempercepat diseminasi
 
E book orasi purna tugas rhy
E book orasi purna tugas rhyE book orasi purna tugas rhy
E book orasi purna tugas rhy
 
Ebook pertanian bioindustri
Ebook pertanian bioindustriEbook pertanian bioindustri
Ebook pertanian bioindustri
 
Pertanian Bioindustri
Pertanian BioindustriPertanian Bioindustri
Pertanian Bioindustri
 
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
 
Pertanian bioindustri berbasis padi
Pertanian bioindustri berbasis padiPertanian bioindustri berbasis padi
Pertanian bioindustri berbasis padi
 
Pola tanam juring ganda pada tebu
Pola tanam juring ganda pada tebuPola tanam juring ganda pada tebu
Pola tanam juring ganda pada tebu
 
Memacu produksi pertanian melalui asp dan atp
Memacu produksi pertanian melalui asp dan atpMemacu produksi pertanian melalui asp dan atp
Memacu produksi pertanian melalui asp dan atp
 
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
 
Bedah buku, 1 oktober 2014
Bedah buku, 1 oktober 2014Bedah buku, 1 oktober 2014
Bedah buku, 1 oktober 2014
 

Recently uploaded

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 

Recently uploaded (20)

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 

Pengukuran persepsi dan adopsi

  • 1. PERSEPSI DAN ADOPSI TEKNOLOGI Teori dan Praktek Pengukuran RACHMAT HENDAYANA Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Tentara Pelajar No 10. Bogor, 16114 E-mail: rhendayana@gmail.com Disajikan Dalam Kegiatan: PENINGKATAN KAPASITAS SUMBERDAYA PENELITI SOSIAL EKONOMI DALAM ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN Bogor, 19 Oktober – 1 November 2014
  • 2. 1 I. PENDAHULUAN ersepsi dan adopsi merupakan salah satu fenomena psikologi sosial yang memiliki peran strategis dalam menentukan tingkat partisipasi individu terhadap dinamika pembangunan. Dalam konteks usahatani, persepsi dan adopsi petani terhadap teknologi pertanian erat kaitannya dengan penyebarluasan dan penerapan teknologi yang pada akhirnya terkait dengan pencapaian produksi. Oleh karena itu memahami persepsi dan adopsi serta pengukurannya merupakan suatu keniscayaan, dan perlu mendapat porsi perhatian yang imbang dengan pembahasan fenomena teknologi lainnya. Pemahaman tentang persepsi dan adopsi serta teknik pengukurannya akan bermanfaat memberikan gambaran riel tentang kadar perhatian petani terhadap inovasi teknologi pertanian. Informasi itu penting untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan dalam pembinaan petani ke depan. Kita akan mengetahui dari mana pembinaan harus mulai, seberapa besar kedalaman materi yang bisa diberikan, dan bagaimanakah pendekatannya yang harus dilakukan agar tercapai tujuan yang efektif. Makna positif lainnya akan mendorong peningkatan partisipasi petani dalam mengadopsi teknologi. Petani akan merasakan bahwa materi yang dibawakan adalah solusi bagi persoalan yang mereka hadapi. Obyek persepsi meliputi berbagai hal, mulai dari wujud fisik sampai wujudnya yang non fisik. Dalam makalah ini uraian dibatasi hanya pada persepsi di sektor pertanian yang di dalamnya melibatkan petani sebagai pelaku utama atau pelaku usaha. Dalam konteks petani ini obyek persepsinya yang utama adalah terkait dengan teknologi pertanian meliputi teknologi pendukung pengembangan produktivitas tanaman, produktivitas peternakan dan aspek lingkungan. Pada tataran empiris, wujud persepsi petani terhadap teknologi tampak dari sikap dan atau kecenderungan tindakan petani dalam melakukan kegiatannya sehari-hari ketika menjalankan usahataninya. Persepsi petani juga akan tercermin dari adopsinya terhadap teknologi yang diperkenalkan kepadanya. Oleh karena itu membahas aspek persepsi, tidak dapat dilepaskan dari membahas adopsi (penerapan) teknologi. Ketika petani menerima informasi teknologi baru dapat dipastikan ia tidak serta merta setuju, menerima apalagi langsung menerapkan teknologi itu. Ia akan memerlukan waktu untuk berfikir, merenung, dan menimbang-nimbang sebelum memutuskan untuk menerima atau mengadopsi anjuran teknologi itu. P
  • 3. 2 Banyak faktor yang menjadi pertimbangan petani baik dari sisi teknis maupun non teknis sehingga akhirnya membangun persepsi. Persepsi petani terhadap informasi teknologi itu bisa positif, negatif, atau bahkan netral. Persepsi petani yang positif akan mendorong adopsi, sebaliknya jika yang terbentuk adalah persepsi negatif, maka petani akan menolak teknologi yang ditawarkan kepadanya. Dalam hal persepsi petani yang netral, bukan berarti petani tidak mengambil keputusan. Ia mengetahui bahwa teknologi itu kalau diterapkan akan menguntungkan, tetapi ia tidak memberikan reaksi untuk menerima atau menolak teknologi itu. Mengingat problematika persepsi dan adopsi itu terkait dengan wujud tindakannya terhadap teknologi, dan penting sebagai ukuran tingkat partisipasi petani, maka persoalannya adalah: Bagaimanakah cara mengukur persepsi dan adopsi itu secara kuantitatif? Sebelum melakukan pengukuran persepsi dan adopsi teknologi, pembahasan akan diawali terlebih dulu dengan mengemukakan pemahaman terhadap persepsi dan adopsi teknologi. Setelah memahami pengertiannya dengan benar, pembahasan beranjak pada persoalan determinasi atau faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan adopsi teknologi di tingkat petani. Barulah masuk bahasan intinya yakni teknik pengukuran persepsi dan adopsi teknologi. Pembahasan didasarkan pada berbagai pustaka, dilengkapi dengan pengalaman dari keterlibatan penulis melakukan studi persepsi dan adopsi inovasi pertanian. Makalah ini bertujuan untuk mengelaborasi teknik pengukuran persepsi dan adopsi teknologi pertanian serta menguasai teknik analisis persepsi dan adopsi yang sederhana tetapi bermanfaat untuk mengambil keputusan. Dengan memahami teknik pengukuran dan cara menganalisis persepsi dan adopsi, diharapkan akan meningkatkan kemampuan peneliti sosial ekonomi mengembangkan daya analitiknya dalam penulisan laporan ataupun penyusunan naskah publikasi ilmiah.
  • 4. 3 II. KONSEP DASAR PERSEPSI PENGERTIAN Persepsi, asal kata dari bahasa Latin: perceptio, percipio adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata persepsi digolongkan sebagai kata benda yang diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, serapan, atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Dalam pengertian psikologi, persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami melalui pengindraan. Dalam hal ini pengindraan yang dimaksud adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerimaan (indera) yang kemudian diteruskan oleh saraf otak ke pusat susunan saraf. Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang (stimulus) melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun di dalam diri individu (Kulsum dan Jauhar, 2014). Persepsi timbul sebagai respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang masuk ke dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu yang diawali adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, selanjutnya terjadi seleksi, sehingga bisa saja apa yang dipersepsikan seseorang berbeda dari kenyataan yang obyektif. Sebagai unsur yang masuk dalam ranah pembahasan ilmu psikologi sosial, maka bahasan persepsi tidak lepas dari persoalan sikap dan perilaku manusia. Dalam hal ini sikap manusia diartikan sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berkowitz (1972) dalam Azwar (2000) mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada obyek tersebut. Pakar lain mengelompokkan sikap ini pada skema triadik yang memiliki pemikiran bahwa sikap merupakan konstelasi komponen-komponen: kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek. Dalam konteks ini, sikap diartikan sebagai
  • 5. 4 keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Secord & Backman 1964 dalam Azwar, 2000). Komponen kognitif merupakan representasi dari apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Mann dalam Azwar (2000) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotif yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan pandangan (opini), komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan menyangkut masalah emosi. Komponen perilaku (konatif) berisi kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dari uraian di atas, dipahami bahwa persepsi itu merupakan inti dari komponen kognitif yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. Di dalam persepsi terkadang muncul bias, berupa hallo effect dan negative hallo. Hallo effect, merupakan kecenderungan untuk memersepsi orang secara konsisten. Bias ini biasanya terjadi manakala individu mendasarkan persepsinya hanya berdasarkan pada kesan fisik atau karakteristik lain yang diamati saja. Sedangkan bias negative hallo dapat dikatakan lawan dari hallo effect, yakni melebih- lebihkan keburukan seseorang atau suatu obyek tertentu berdasarkan hanya pada satu keadaan yang dinilai buruk saja. DETERMINASI PERSEPSI Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa persepsi seseorang terhadap suatu obyek dipengaruhi banyak faktor. Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut dibedakan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mencakup antara lain : fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan, pengalaman, suasana hati, stimulus dan faktor situasi.  Fisiologis Aspek fisologis mempengaruhi persepsi seseorang karena kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda.
  • 6. 5  Perhatian Perhatian seseorang terhadap obyek tidak sama, dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.  Minat Minat setiap orang terhadap suatu obyek bervariaisi tergantung pada penilaian orang tersebut terhadapp obyek yang dihadapinya. Karena itu persepsi yang diberikan seseorang juga akan berbeda.  Kebutuhan Faktor kebutuhan dapat dilihat dari kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban terhadap persoalan sesuai dengan dirinya.  Pengalaman Pengalaman tergantung pada ingatan. Sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang akan mendorong perbedaan persepsi.  Suasana hati Persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek juga tergantung pada keadaan emosinya yang mempengaruhinya. Suasana hati ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada suatu waktu yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima dan bereaksi.  Stimulus Berupa obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.  Faktor situasi Pembentukan persepsi itu terjadi ssesuai situasi tempat, waktu, suasana dan lain-lain. Di antara unsur-unsur tersebut, yang paling berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran, pada saat stimulus lainya melemah. Stimulus mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain intensitas dan pengulangan dalam diri orang yang membentuk persepsi itu sendiri. Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Karakteristik tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakan atau menerimanya.
  • 7. 6 Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :  Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus Ukuran obyek atau stimulus merefleksikan bentuk dari suatu obyek. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu. Dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah memberikan perhatian, yang pada gilirannya akan membentuk persepsi.  Warna obyek Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang cahayanya sedikit.  Keunikan dan kekontrasan stimulus Stimulus luar yang penampilannya unik dan di luar sangkaan individu akan banyak menarik perhatian.  Intensitas dan kekuatan stimulus Stimulus dari luar akan memberi makna lebih besar bila stimulus itu lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.  Motion atau gerakan Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam. WUJUD/DIMENSI PERSEPSI Dimensi persepsi yang dimaksud menggambarkan karakteristik yang dimiliki persepsi. Pemahaman dimensi persepsi ini penting dan akan bermanfaat sebagai landasan dalam melakukan pengukuran persepsi. Mengingat persepsi erat kaitan dengan sikap seseorang, maka karakteristik sikap adalah juga mewarnai karakteristik persepsi. Azwar (2000) mengutip Sax (1980) mengemukakan beberapa karakteristik sikap tersebut meliputi: arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas.  Arah Dalam konteks arah, persepsi seseorang akan terpilah pada dua kubu ekstrim. Pertama persepsi yang mengarah aspek positif dan kedua persepsi yang cenderung menolak atau negatip. Wujud dari arah persepsi yang positip
  • 8. 7 ditunjukkan oleh pernyataan persetujuan dan persepsi negatif ditunjukkan oleh pernyataan tidak setuju.  Intensitas Terkait dengan intensitas, ditunjukkan oleh kedalaman atau kekuatan persepsi yang ditunjukkan seseorang. Disadari kalaupun ada dua orang yang sama menyatakan persetujuan atau ketidak setujuan, belum tentu memiliki intensitas persetujuan atau ketidak setujuan yang sama. Bisa saja orang pertama misalnya sangat setuju sekali tetapi orang kedua hanya sekedar setuju saja. Demikian halnya dalam konteks yang tidak setuju, yang satu menyatakan tidak setuju lainnya bisa sangat tidak setuju. Itulah yang dikategorikan intensitas atau kedalaman persepsi.  Keluasan Persepsi juga memiliki dimensi keluasan. Maksudnya pernyataan setuju atau sangat setuju terhadap suatu kegiatan atau obyek dapat mengenai komponen atau aspek yang sedikit dan sangat spesifik. Tetapi dapat juga pernyatan setuju itu pada keseluruhan aspek. Dalam contoh konkritnya, ketika petani diperkenalkan dengan pendekatan pengeloaan tanaman terpadu atau yang dikenal PTT dengan kandungan 12 komponen teknologi, petani dapat setuju hanya pada penggunaan varietas unggul baru (VUB) saja, bisa setuju terhadap VUB dengan pengaturan jajar legowo atau bisa juga menyatakan setuju terhadap seluruh komponen teknologi yang dikemas dalam PTT. Jadi dalam hal ini aspek keluasan persepsi ditunjukkan oleh seberapa banyak komponen atau aspek yang dipersepsikan baik dan atau dipersepsikan tidak baik.  Konsistensi Mengenai dimensi konsistensi yang menjadi karakteristik persepsi maksudnya dihubungkan dengan kesesuaian antara pernyataan sikap dengan responnya terhadap obyek sikap. Konsistensi persepsi diperlihatkan oleh kesesuaian persepsi antar waktu. Untuk dikategorikan konsisten, maka persepsi harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Ia tidak terpengaruh oleh dinamika lingkungan yang berubah. Konsistensi juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam menyatakan pandangannya terhadap suatu obyek atau keadaan tertentu. Disamping itu karakteristik inkonsistensi juga diperlihatkan oleh tidak padunya antara penyataan dengan perilaku. Contohnya, petani tidak setuju dengan teknologi jajar legowo pada usahatani padi, tetapi ia mau menerima bantuan benih untuk ditanam jajar legowo.
  • 9. 8  Spontanitas Karakteristik persepsi yang menunjukkan spontanitas menunjukkan sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan terhadap obyek sikap.
  • 10. 9 III. MEMAHAMI ADOPSI TEKNOLOGI PENGERTIAN Secara teoritis, adopsi teknologi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi (Rogers and Shoemaker, 1971; Soekartawi, 1990). Adopsi terhadap inovasi oleh adopter akan terjadi setelah melalui proses mental. Proses dimulai dari perhatian (attention), kemudian akan tumbuh minat (interest), muncul hasrat (desire) untuk mencoba inovasi. Proses itu mendorong adopter untuk mengambil keputusan (decision) dan pada akhirnya sampai pada upaya untuk mendorong tindakan penerapan teknologi sebagai action yang disebut adopsi (Gambar 1). Pada prakteknya adopsi tidak selalu mulai dari tahap awal, akan tetapi tergantung dari kondisi adopter ketika menerima inovasi. Adopter bisa saja mulai dari tengah yaitu tahap “desire” karena sebelumnya mungkin sudah tahu dan sudah tertarik. Karena itulah maka adopsi suatu inovasi teknologi tidak serta merta berlangsung secara bertahap, seperti yang digambarkan. Gambaran tahapan itu, Action Membangkitkan perhatian Membangkitkan minat Membangkitkan hasrat Mendorong proses pengambilan keputusan Mendorong tindakan penerapan teknologi Attention Interest Desire Decision Waktu Gambar 1. Prinsip AIDDA dalam Penyebaran Inovasi Pertanian
  • 11. 10 hanya menggambarkan alur pikir seseorang ketika berhadapan dengan inovasi sehingga bisa membangun model. Keputusan inovasi adalah proses mental sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya dan kemudian mengukuhkannya. Proses yang terjadi dalam pengambilan keputusan itu digambarkan dalam diagram seperti disajikan dalam Gambar 2 (Hanafi, 1981). Gambar 2. Paradigma Proses Keputusan Inovasi (Sumber: Diakomodasi dari Hanafi, 1981) Dalam tataran praktis, adopsi diartikan sebagai penerimaan atau penggunaan suatu ide, alat-alat atau teknologi baru oleh komunikan yang disampaikan oleh komunikator. Sehingga adopsi dapat berarti sebagai suatu bentuk keputusan yang diambil oleh komunikan untuk menerima atau menolak inovasi yang diperolehnya dari komunikator maupun media masa. DETERMINASI ADOPSI Ketika masyarakat tani dihadapkan pada pilihan teknologi biasanya respon mereka beragam, tergantung dari faktor-faktor yang dipertimbangkannya. Bahkan ada indikasi sebagian petani yang semula melaksanakan paket teknologi kembali lagi pada teknologi usahatani lama. Secara normatif, teknologi harus dirasakan sebagai kebutuhan, memberikan keuntungan, mempunyai keselarasan dengan teknologi yang lama (inkulturasi), dapat mengatasi faktor-faktor pembatas, menggunakan sumberdaya eksisting, terjangkau kemampuan petani, tidak rumit dan mudah diamati. Disamping itu PENGENALAN PERSUASI KEPUTUSAN KONFIRMASI Variabel Penerima: • Sifat-sifat pribadi • Sifat-sifat Sosial • Kebutuhan nyata terhadap inovasi • Dsb. Variabel Sosial: • Norma-norma sistem • Toleransi • Dsb. Ciri-ciri inovasi: • Keuntungan relatif • Komptabilitas • Kompleksitas • Triabilitas • Observabilitas MENOLAK Pengadopsian terlambat Tetap menolak ADOPSI Terus mengadopsi Diskontinuitas Sumber Komunikasi (PROSES) PERJALANAN WAKTU (KONSEKUENSI)(ANTECEDEN
  • 12. 11 Peneli tian Pengeta- huan Alsintan Prototipe Testing dan evaluasi Produksi lokal Benih / varietas Uji coba di lapangan Multiplikasi & penyebaran Sintesis & distiling Penyeder hanaan Evaluasi secara partisipatif oleh petani Adopsi oleh Petani adopsi juga ada hubungannya dengan orientasi usaha, pasar dan ketersediaan prasarana dan sarana pendukung (Sukartawi, 1990). Fliegel, et al (1971) mengungkapkan ada lima faktor yang mempengaruhi sikap petani dalam mengadopsi perubahan teknologi, yakni: (1) keuntungan nilai tambah relatif bila teknologi itu diadopsi, (2) kecocokan teknologi dengan sosial budaya setempat, (3) hasil pengamatan petani terhadap petani lain yang sedang atau telah mencoba teknologi itu sebagai dasar peletakan kepercayaan, (4) kemampuan mencoba sendiri akan keberhasilan teknologi baru, dan (5) kondisi ekonomi yang ada seperti ketersediaan modal. Adopsi, disamping dipengaruhi faktor-faktor seperti disebutkan di atas, juga dipengaruhi oleh kemasan inovasinya. Apakah berbentuk alat (fisik) seperti alsintan, berbentuk pengetahuan atau berbentuk komoditas (benih/varietas). Untuk kemasan teknologi kemasan alsintan sebelum masuk tahapan adopsi, perlu dibuat dulu prototipenya (tiruan model dalam bentuk miniatur) kemudian masuk proses pengujian (testing) baru di produksi setempat. Untuk teknologi perbenihan, prosesnya dilakukan melalui uji coba di lapangan kemudian diperluas dalam bentuk demonstrasi (multilokasi) dan penyebaran. Sementara itu jika bentuknya berupa ilmu pengetahuan, yang perlu dilakukan adalah pemilahan atau sintesis kemudian disederhanakan baru dievaluasi secara partisipatif sebelum akhirnya di adopsi petani (Gambar 2). Adopsi teknologi oleh seseorang memerlukan waktu. Proses adopsi sejak adanya kesadaran tentang sesuatu sampai dengan adopsi terjadi dalam waktu yang beragam, ada yang singkat tetapi ada juga yang lambat. Kondisi itu tergantung pada berbagai faktor baik internal maupun eksternal dari diri adopter. Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan tindakan sekali jadi, melainkan Gambar 3. Alur Adopsi Menurut Kemasan Inovasi
  • 13. 12 berulang (iteratif) merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1981). Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi merupakan proses yang berjalan secara gradual dan bertahap, sehingga terjadi adoption lag atau sederhananya senjang adopsi yaitu gap antara kesadaran adanya teknologi hingga adopter menerapkannya secara aktual (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1981; Kenneth, 2009). Hendayana (2006) mengidentifikasi faktor kesenjangan antara teknologi yang diintroduksikan dengan teknologi yang dibutuhkan petani dan tidak efektipnya cara penyebaran informasi teknologi (infotek), serta kurangnya pelibatan penyuluh di lapangan merupakan beberapa aspek yang memberikan andil terhadap akselerasi adopsi. Faktor lainnya dikemukakan Linder, (1982); Sukartawi, (1990); dan Subagiyo, (2005) adalah aspek jarak tempat tinggal petani dari sumber informasi, tingkat pendidikan/pengetahuan petani, motivasi, keterlibatan dalam organisasi, komunikasi interpersonal, tingkat kosmopolitan dan terpaan media masa, kebijakan pemerintah, peran tokoh informal dan tokoh agama, dan sistem sosial dan nilai- nilai/norma juga berpengaruh. Rogers (1983) mengemukakan kecepatan adopsi dan difusi inovasi teknologi terkait dengan persepsi petani terhadap sifat- sifat inovasi inovasi itu sendiri. Faktor yang tak kalah pentingnya adalah faktor lingkungan strategis (Fagi, 2008). DIMENSI ADOPSI Seperti halnya dalam persepsi, di dalam adopsi ini juga ada beberapa karaktersitik atau dimensi adopsi untuk dijadikan landasan pengukuran adopsi. Dimensi adopsi yang perlu diketahui adalah: sebaran adopsi, intensitas adopsi, tingkat adopsi, biaya adopsi, percepatan adopsi, alur adopsi dan peluang adopsi.  Sebaran adopsi Sebaran adopsi, menggambarkan proporsi jumlah petani yang mengadopsi teknologi atau rasio jumlah petani yang menerapkan teknologi terhadap total petani di wilayah itu. Sebaran adopsi bisa juga ditunjukkan oleh areal pertanaman yakni proporsi areal pertanaman yang menerapkan tekonologi anjuran atau rasio luas sawah yang menerapkan teknologi terhadap total luas sawah di suatu wilayah.
  • 14. 13  Intensitas adopsi Intensitas adopsi, sama dengan kadar adopsi atau disebut juga kedalaman/ keluasan adopsi menunjukkan besaran adopsi yang dihitung dari rasio tingkat adopsi terhadap bobot komponen teknologi.  Tingkat adopsi Tingkat adopsi teknologi dapat dipakai sebagai ukuran sampai sejauh mana teknologi yang diintroduksikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat. Tingkat adopsi juga mengindikasikan komponen teknologi yang harus diperbaiki jika teknologi tersebut akan dikembangkan dalam skala yang lebih luas, sesuai dengan kebutuhan petani pengadopsi. Tingkat adopsi (TA) ditentukan oleh sebaran adopsi (SA) dan intensitas adopsi (IA). Secara matematis dapat dituliskan : TA = SA x IA  Biaya Adopsi Biaya adopsi, adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani sebagai konsekwensi logis dari keputusannya mengadopsi teknologi baru. Biaya adopsi dapat didefinisikan sebagai peningkatan biaya per unit yang diperlukan untuk peningkatan produksi.  Percepatan Adopsi Adopsi inovasi teknologi merupakan suatu proses yang memerlukan waktu. Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan tindakan sekali jadi, melainkan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1981). Dengan dasar konsep itu, model percepatan adopsi terbangun oleh peubah- peubah endogen yang berhubungan dengan proses menarik perhatian, menumbuhkan minat, membangkitkan hasrat sehingga akhirnya memutuskan untuk menerapkan inovasi. Beda waktu antara mulai mendengar informasi hingga menerapkan teknologi disebut juga senjang adopsi. Senjang waktu yang terbentuk karena proses berjalannya waktu adopsi menjadi penting jika dihubungkan dengan konsep percepatan adopsi. Senjang waktu adopsi ini setiap adopter bervariasi, tergantung pada banyak faktor. Akumulasi dari kondisi keragaman senjang waktu adopsi itu jika digambarkan secara grafis akan menunjukkan sigmoid (Baldwin dan Rafiquzzaman, 1998; dan Stanley Wood, Liangzhi You dan Wilfred Baitx, 2001).
  • 15. 14 Dalam konteks adopsi inovasi, percepatan adopsi berhubungan dengan waktu berjalannya proses adopsi yang diukur dari mulai mendengar adanya inovasi hingga menerapkan inovasi itu. Dengan kata lain percepatan adopsi ditunjukkan oleh adoption lag (Baldwin dan Rafiquzzaman, 1998). Stanley Wood, Liangzhi You dan Wilfred Baitx (2001) menggambarkan adoption lag tersebut berbentuk sigmoid seperti dalam Gambar 3. Dalam Gambar 3, percepatan adopsi ditunjukkan oleh slope garis level adopsi. Percepatan diarahkan untuk mendorong slope yang landai menjadi slope adopsi yang curam. Dari pemahaman terhadap senjang waktu adopsi ini, maka proses adopsi dikatakan cepat manakala memenuhi dua kondisi, yaitu : (1) Terjadinya adopsi oleh adopter dalam kurun waktu yang lebih cepat dari kondisi umum. (2) Adopter mengadopsi teknologi yang lebih banyak dari adopter lainnya dalam kurun waktu yang sama.  Alur adopsi Alur Adopsi (Adoption Path Ways), dalam bahasan ini lebih pada proses atau jalan yang dilalui dalam distribusi informasi teknologi yang digambarkan melalui simpul-simpul komunikasi mulai dari sumber inovasi sampai ke petani. Dengan demikian alur adopsi tidak beda dengan alur komunikasi. Alur komunikasi ini berlangsung melalui berbagai pola, yang eksistensinya dipengaruhi oleh struktur organisasi pemerintahan setempat. Sebagai contoh alur adopsi disajikan dalam Gambar 5. Gambar 4. Proses Berjalannya Adopsi (Adoption lag)
  • 16. 15  Peluang adopsi Peluang adopsi yang dimaksud mencerminkan suatu keadaan yang menggambarkan adanya kesempatan bagi individu untuk menerapkan atau tidak menerapkan teknologi. Peluang tersebut akan efektif terlaksana manakala didukung faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal yang diduga mempengaruhi peluang adopsi individu petani menerapkan teknologi antara lain dipengaruhi faktor umur, basis pendidikan formal, pengalaman berusahatani, tanggungan keluarga, skala penguasaan lahan, status penguasaan lahan, dan lain sebagainya. Adapun faktor eksternal yang diprediksi mempengaruhi peluang adopsi antara lain kebijakan harga input, harga output, aksesibilitas sumber teknologi, aksesibilitas lokasi usahatani ke jalan raya, aksesibilibitas ke pasar input/pasar output, lembaga keuangan/permodalan, dan lain sebagainya. Gambar 5. Alur Informasi Teknologi dari Sumbernya sampai ke Petani
  • 17. 16 IV. TEKNIK PENGUKURAN engukuran, merupakan langkah pencatatan data dan informasi untuk dianalisis lebih lanjut. Oleh karena itu untuk mengetahui apa yang diukur dan bagaimana teknik pengukurannya pada uraian berikut disajikan terlebih dulu segala sesuatu mengenai data yang ada kaitan dengan persepsi dan adopsi teknologi. Jenis data apa yang dikumpulkan, instrumen apa yang digunakan dan bagaimana cara mengumpulkannya menjadi perhatian utama sebelum sampai bahasan teknik pengukurannya. JENIS DATA Data persepsi dan adopsi teknologi yang dikumpulkan bersumber dari petani pelaku usahatani, yang dikumpulkan melalui survei atau wawancara langsung menggunakan instrumen daftar pertanyaan (kuesioner) tipe tertutup. Untuk memperkaya bahasan biasanya disamping wawancara dilakukan juga diskusi kelompok terfokus atau dikenal Focus Group Discussion (FGD). Untuk mengumpulkan data persepsi, disusun daftar pernyataan untuk disampaikan kepada petani yang disusun dalam format tabel. Agar memudahkan dalam memahami persoalan ini, berikut disajikan contoh instrumen untuk mengungkap persepsi petani terhadap teknologi dalam pendekatan Pengelolaan Taaman Terpadu (PTT) Padi sawah, sebagai berikut (Tabel 1). Tabel 1. Persepsi Petani terhadap Teknologi dalam Pendekatan PTT Padi Sawah, di Wilayah Pengkajian, 2014. Pernyataan SS S R KS TS Total 1. Produktivitas VUB Padi Impari 13 di desa ini relatif lebih tinggi 2. Harga Benih bermutu relatif mahal 3. Penggunaan BO meningkatkan produktivitas padi 4. Jumlah populasi tanaman pada tandur jajar legowo relatif tinggi 5. ……….dan seterusnya Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; R = Ragu-ragu; KS = Kurang Setuju dan TS = Tidak Setuju P
  • 18. 17 Untuk mengumpulkan data sebaran adopsi, dengan mengambil contoh pada kasus yang sama yaitu dalam konteks penerapan teknologi pada pendekatan PTT Padi sawah, pertanyaannya dapat disusun sebagai berikut. Tabel 2. Jenis Teknologi apa saja yang Bp ketahui dan diterapkan dalam PTT PADI? No Komponen teknologi Diketahui *) Diterapkan*) 1 Penggunaan VUB 2 Bibit bermutu dan sehat 3 Pengaturan cara tanam jajar Legowo 4 Pemupukan Berimbang 5 …….dan seterusnya Catatan: *) Tuliskan 1 = ya, dan 0 = tidak Jika ingin menganalisis percepatan adopsi, bentuk pertanyaannya dapat dilakukan sebagai berikut. Tabel 3. Kapan waktu pertama kali Bapak nendengar informasi teknologi dan kapan mulai menerapkannya No Komponen teknologi Mendengar? Menerapkan? 1 Penggunaan VUB 2 Bibit bermutu dan sehat 3 Pengaturan cara tanam jajar Legowo 4 Pemupukan Berimbang 5 PHT sesuai OPT 6 ……..dan seterusnya Catatan: Jawaban yang diisikan dalam kolom mendengar dan menerapkan itu bisa diisi nama bulan, atau musim tanam. Yang penting konsisten. Apabila Anda tertarik melakukan analisis peluang adopsi atau mau menganalisis asosiasi adopsi dengan faktor-faktor yang diprediksi berasosiasi, maka pengumpulan datanya dapat disusun sebagai berikut (Tabel 3). Tabel 4. Asosiasi Persepsi atau Adopsi dengan Faktor Internal/eksternal No Skor Persepsi/ Adopsi Umur (th) Pendi dikan (th) Tangg ungan Klg (jw) Pengal aman (th) Luas sawah (ha) Jarak Usahatani ke: Pasar (km) BPP (km) Modal (km) Jalan (km) 1 2 3 4 dst
  • 19. 18 PENGUKURAN PERSEPSI Pendekatan Tertimbang Pendekatan tertimbang atau disebut juga pendekatan proporsi pada analisis persepsi dilakukan dengan cara menghitung rasio atau perbandingan antara jumlah individu yang memberikan pernyataan tertentu terhadap jumlah keseluruhan responden. Pernyataan tertentu itu, menunjukkan persepsi individu terhadap suatu obyek atau fenomena yang dapat dibedakan ke dalam beberapa klasifikasi pernyataan. Klasifikasi yang digunakan tergantung pada tujuan, apakah tujuannya akan membahas fenomena secara detail atau hanya sekedar ingin mengungkap indikasi- indikasi saja. Untuk tujuan pembahasan yang detail, rank penggunaan skala bisa lebih lebar misalnya rank 1 – 10. Namun jika hanya untuk mengungkap indikasi – indikasi saja, digunakan skala dalam rank 1 – 5. Dalam bahasan berikut, kita akan gunakan lima kelas pernyataan, sebagai berikut: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu- ragu (R), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Setelah menetapkan skala, langkah berikutnya adalah:  Melakukan identifikasi jawaban responden terhadap setiap pernyataan yang diajukan. Catat, ada berapa orang responden yang menyatakan sangat setuju, setuju atau tidak setuju terhadap setiap pernyataan yang diajukan. Lakukan identifikasi itu terhadap seluruh aspek atu komponen teknologi, sehingga seluruh responden mengisi seluruh pernyataan yang diajukan  Hitunglah dengan cara membagi jumlah responden yang menyatakan terhadap seluruh jumlah responden. Dengan demikian akan diperoleh gambaran proporsi responden yang menyatakan (mempersepsikan) pendapatnya dalam satuan persentase.  Lakukan interpretasi berdasarkan persentase hasil perhitungan tersebut. Contoh: Lihat Tabel 5 (data hipotesis) Tabel 5. Persepsi Petani terhadap Pendekatan PTT Padi Sawah (Persentase) Pernyataan SS S R KS TS Total 1. Produktivitas VUB Padi Impari 13 di desa ini relatif lebih tinggi 20,0 56,7 3,3 16,7 3,3 100 2. Harga Benih bermutu relatif mahal 36,7 30,0 6,7 16,7 10,0 100 3. Penggunaan BO meningkatkan produktivitas padi 26,7 33,3 10,0 26,7 3,3 100 4. … dan seterusnya n n n n n m
  • 20. 19 Catatan: Nilai angka dalam setiap kotak dalam Tabel 5, menunjukkan hasil perhitungan tertimbang atau proporsi jumlah responden (n) yang menyatakan persepsi tertentu terhadap jumlah seluruh responden (N) dikali 100 %. Formula yang digunakan: = 100 % K = Nilai konstanta; n = jumlah responden yang menyatakan (org) ; N = jumlah responden (org) Pendekatan Skor Cara penggunaan skor dalam analisis persepsi ini prosedurnya sama dengan teknik tertimbang yakni menggunakan skala. Basis penentuan skala yang umum digunakan adalah menggunakan pendekatan Likert, Skala Thrustone, Bogardus dan Guttman (Vredenbregt, 1987). Pada pembahasan berikut dibatasi hanya pada Likert. Ciri dari Likert dalam mengkonstruksikan suatu skala dilakukan sebagai berikut:  Mengumpulkan sejumlah besar aitem/pernyataan/statement yang berhubungan dengan persoalan yang diteliti. Pernyataan yang diajukan dibuat dengan arah yang positif.  Menilai aitem-aitem tersebut dengan menetapkan pilihan pada salah satu dari sejumlah kategori yang berjalan dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.  Memberikan nilai skor yang disusun sejalan dengan gradasi persetujuan, mulai dari sangat tidak setuju mengarah ke sangat setuju dengan nilai dari angka 1 sampai 5. Urutannya digambarkan sebagai berikut: Sangat setuju (SS) Setuju (S) Tidak punya pendapat (TP) Tidak setuju (TS) Sangat tidak setuju (STS) Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 Jika suatu item dinyatakan secara negatif dengan sangat setuju menunjukkan suatu sikap sangat anti, maka skor berjalan sebaliknya, yaitu sangat setuju = 1 sampai sangat tidak setuju = 5.
  • 21. 20 Tabel 6. Persepsi Petani terhadap Pendekatan PTT Padi Sawah (Skor) Pernyataan SS S R KS TS Total 1. Produktivitas VUB Padi Impari 13 di desa ini relatif lebih tinggi 1,000 2,267 0,100 0,333 0,033 3,733 2. Harga Benih bermutu relatif mahal 1,833 1,200 0,200 0,333 0,100 3,667 3. Penggunaan BO meningkatkan produktivitas padi 1,333 1,333 0,300 0,533 0,033 3,533 4. Jumlah populasi tanaman pada tandur jajar legowo relatif tinggi 0,333 2,133 0,200 0,400 0,133 3,200 5. ……. Dan seterusnya 0,167 1,867 0,400 0,667 0,033 3,133 Catatan: Nilai angka dalam setiap kotak dalam Tabel , menunjukkan hasil perhitungan skor yang dihitung dengan mengalikan jumlah responden (n) menyatakan persepsi tertentu terhadap nilai skor pernyataan lalu dibagi jumlah seluruh responden (N). Formula yang digunakan: = . ni = jumlah responden yang menyataan (org) pada kolom i (i = 1,2,3,..5) si = skor pernyataan ke i (i = 1,2,3,…5) Ni = jumlah responden (org) pada baris ke i (i = 1,2,3,..5) MENGUKUR TINGKAT ADOPSI Tingkat adopsi menggambarkan keadaan dimana seseorang individu atau anggota suatu kelompok menerapkan teknologi baru atau teknologi yang dianjurkan. Ukuran tingkat adopsi ini menggunakan nilai tertimbang dinyatakan dalam persentase. Pendekatan perhitungannya dibedakan menurut sasaran, yakni individu dan kelompok. Pendekatan Individu Analisis tingkat adopsi untuk individu dapat dilakukan langsung dengan mengidentifikasi aspek teknologi yang diterapkannya. Formula yang digunakan adalah: = 100 %
  • 22. 21 Dalam hal ini: TA = tingkat adopsi (persentase) NF = nilai faktor hasil pengamatan adopsi di lapangan (unit adopsi) T = total komponen/aspek teknologi yang dianjurkan (unit) Contoh kasus: Sudah dimana posisi Bapak X dalam mengadopsi komponen teknologi pada pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi? Jawab: Jika dari hasil pengamatan terhadap Bapak A, ia menerapkan 3 komponen teknologi pada pendekatan PTT, maka tingkat adopsi Bapak A adalah 3/12 x 100 % = 25 %. (Asumsi pendekatan PTT berisi 12 komponen teknologi). Untuk mendapat kategori adopsi apakah berada pada posisi adopsi rendah, sedang atau tinggi, tinggal menggunakan klasifikasi seperti berikut Klasifikasi tingkat adopsi, 3 kelas (ditetapkan berdasarkan expert judgment)  0 – 44,99 % : klasifikasi adopsi rendah  45 – 64,99 : klasifikasi adopsi sedang  65 – 100 : klasifikasi adopsi tinggi Klasifikasi tingkat adopsi (5 kelas)  0 – 20,00 % : klasifikasi adopsi sangat rendah  20,01 – 40,00 % : klasifikasi adopsi rendah  40,01 – 60,00 % : klasifikasi adopsi sedang  60,01 – 80,00 % : klasifikasi adopsi tinggi  80,01 – 100 % : klasifikasi adopsi sangat tinggi Pendekatan Kelompok Untuk mengungkap tingkat adopsi pada pendekatan kelompok, cara perhitungannya harus mempertimbangkan sebaran adopsi (SA) dan intensitas adopsi (IA). Formula yang digunakan adalah: =
  • 23. 22 Dalam hal ini : TA = tingkat adopsi (%) SA = sebaran adopsi (%) IA = intensitas adopsi (%) Sebaran adopsi, yaitu rasio jumlah adopter (petani yang menerapkan teknologi) terhadap total anggota kelompok. Formula yang digunakan adalah: = 100 % Dalam hal ini : SA = Sebaran adopsi (%) n = Jumlah adopter (orang) N = Jumlah anggota kelompok (org) Contoh: Jika adopter ada 10 orang dan jumlah anggota kelompok 20 orang petani, maka sebaran adopsinya adalah 10/20 x 100 % = 50 %. Intensitas adopsi, adalah rasio nilai faktor hasil pengamatan adopsi di lapangan (unit adopsi) dengan total komponen/aspek teknologi yang dianjurkan (unit). Intensitas adopsi dalam pendekatan kelompok identik dengan tingkat adopsi pada pendekatan individu. Formulanya adalah: = Dalam hal ini: IA = intensitas adopsi (persentase) NB = nilai bobot hasil pengamatan adopsi di lapangan (unit adopsi) T = total komponen/aspek teknologi yang dianjurkan (unit) n = jumlah adopter (orang) Contoh kasus: Jumlah sampel responden 30 orang Hasil identifikasi terungkap bahwa jumlah adopter (n) masing-masing komponen teknologi PTT padi sawah datanya ditunjukkan dalam kolom 3 pada Tabel 7.
  • 24. 23 Tabel 7. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Komponen Teknologi Dalam Pendekatan PTT Padi Sawah N o Komponen Teknologi N (org) SA (%) Rank Bobo t Nilai bobot IA (%) TA(% ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 VUB 29 96.67 1 10 13.70 33.11 32.00 2 Benih bermutu, label 15 50.00 1 10 13.70 17.12 8.56 3 Bahan organik 10 33.33 2 9 12.33 10.27 3.42 4 Populasi 12 40.00 3 8 10.96 10.96 4.38 5 Pemupukan 16 53.33 3 8 10.96 14.61 7.79 6 Pengendalian opt 15 50.00 4 7 9.59 11.99 5.99 7 Pengolahan tanah 14 46.67 5 6 8.22 9.59 4.47 8 Bibit muda 20 66.67 6 5 6.85 11.42 7.61 9 Jml.batang/rumpun 15 50.00 7 4 5.48 6.85 3.42 10 Pengairan 14 46.67 8 3 4.11 4.79 2.24 11 Penyiangan 18 60.00 9 2 2.74 4.11 2.47 12 Panen 28 93.33 10 1 1.37 3.20 2.98 Rataan/Total 57.22 73 100 85.35 Keterangan:  SA (kolom 4) diperoleh dari n (kolom 3) dibagi total n (30) di kali 100 %  Rank (kolom 5) disusun berdasarkan expert judgment  Bobot (kolom 6) ditetapkan berbalikan dengan rank. (Rank 1 di bobot 10, rank 10 di bobot 1)  Nilai Bobot (kolom 7) dihitung dengan membagi kolom 6 dengan total kolom 6 di kali 100.  IA (%) pada kolom 8 dihitung dengan mengalikan n (kolom 3) x niai bobot (kolom 7) dibagi jumlah komponen teknologi yang dianjurkan. Pada kasus PTT padi ada 12 teknologi  TA (%) pada kolom 9, merupakan perkalian SA (kolom 4) x IA (kolom 8) dibagi konstanta (100). ANALISIS KORELASI ADOPSI Untuk mengungkap kemungkinan ada tidaknya hubungan (korelasi) antara adopsi dengan faktor-faktor fasilitasi adopsi dapat menggunakan korelasi Pearson. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis data korelasi. Data yang diinput ke dalam model korelasi disesuaikan dengan karakteristik peubah. Contoh berikut adalah menganalisis hubungan antara senjang adopsi dengan jarak lokasi usahatani ke pasar input, jarak lokasi usahatani ke pasar output, dan jarak lokasi usahatani ke sumber modal. Jumlah responden = 135 orang.
  • 25. 24 Dalam hal ini :  Senjang adopsi, dinyatakan dalam bulan  jarak lokasi usahatani ke pasar input, dinyatakan dalam satuan km  jarak lokasi usahatani ke pasar output, dinyatakan dalam satuan km  jarak lokasi usahatani ke sumber modal, dinyatakan dalam satuan km Dengan menggunakan korelasi Pearson, yang diselesaikan menggunakan SPSS versi 21 hasilnya ditampilkan dalam Tabel 8. Tabel 8. Output Analisis Korelasi Correlations Senjang Adopsi Pasar input Pasar output Sumber Modal Senjang Adopsi Pearson Correlation 1 .083 .089 .058 Sig. (2-tailed) .338 .305 .504 Sum of Squares and Cross-products 31.481 20.230 64.809 39.344 Covariance .235 .151 .487 .294 N 135 135 134 135 Pasar input Pearson Correlation .083 1 .433** .128 Sig. (2-tailed) .338 .000 .139 Sum of Squares and Cross-products 20.230 1883.418 2431.303 671.390 Covariance .151 14.055 18.280 5.010 N 135 135 134 135 Pasar output Pearson Correlation .089 .433** 1 .881** Sig. (2-tailed) .305 .000 .000 Sum of Squares and Cross-products 64.809 2431.303 16848.980 13820.557 Covariance .487 18.280 126.684 103.914 N 134 134 134 134 Sumber Modal Pearson Correlation .058 .128 .881** 1 Sig. (2-tailed) .504 .139 .000 Sum of Squares and Cross-products 39.344 671.390 13820.557 14626.421 Covariance .294 5.010 103.914 109.152 N 135 135 134 135 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Keterangan: Interpretasi dari hasil analisis korelasi Pearson dapat didasarkan pada koefisien korelasi yang dihasilkan. Nilai koefisien korelasi yang mendekati angka 1 menunjukkan terdapat korelasi yang kuat antar dua aspek. ANALISIS PELUANG ADOPSI Fungsi logit merupakan salah satu alat analisis yang sering digunakan untuk mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi peluang petani menerapkan suatu
  • 26. 25 inovasi. Perancangan model didasarkan fakta empiris dari sumber pengguna teknologi baik petani sebagai pelaku utama maupun petani sebagai pengusaha. Variabel yang digunakan meliputi skala usaha, tingkat pendidikan formal, jarak ke sumber informasi teknologi asal, jarak ke sumber informasi teknologi terdekat, sikap petani terhadap risiko, produksi pertanian, umur responden, pengalaman bertani dan besarnya hutang/pinjaman modal usahatani permusim. Berdasarkan pemanfaatan data dan informasi yang ada diperoleh gambaran bahwa penggunaan fungsi logit dalam perspektif adopsi padi VUB, menunjukkan hasil yang relatif baik sehingga penggunaannya dapat diperluas pada berbagai kasus adopsi inovasi teknologi. Alat analisis yang dapat digunakan untuk memodelkan hubungan antara variable bebas (Xi) sebagai predictor dengan variable terikat Y digunakan model regresi logistik. Model ini merupakan model dasar bagi analisis data berskala biner. Model regresi biner menetapkan adalah peluang adopsi, sedangkan prediktornya terdiri dari faktor sosial ekonomi. Metode paling sederhana untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut adalah menggunakan alat analisis regresi liner, baik tunggal maupun berganda. Dalam pendekatan diagramatik, model percepatan digambarkan berupa bagan alir yang menghubungkan simpul-simpul komunikasi infotek, sedangkan secara ekonometrik model percepatan diformulasikan dalam persamaan fungsi logit. Formula model fungsi logit tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Pyndick dan Rubinfield, 1981; Gujarati, 1988): = 1 1 + [−( + ∑ + ∑ )] + Dalam hal ini: Pi = Peluang petani mengadopsi padi VUB (Pi = 1, jika petani mengadopsi padi VUB; Pi = 0 jika petani tidak mengadopsi padi VUB 1 - Pi = Peluang petani mengadopsi padi VUB Xji = vektor peubah bebas (j = 1, 2, ... , n) Dk = vektor peubah dummy (k = 1, 2, ... , m) α, βj,dan ei = parameter-parameter dugaan fungsi logistik galat acak Penyelesaian dari model logit tersebut dapat dilakukan seperti mekanisme yang terjadi dalam menyelesaikan regresi biasa, dan dapat dikerjakan dengan menggunakan SPSS atau Minitab.
  • 27. 26 ANALISIS BIAYA ADOPSI Upaya menganalisis biaya adopsi penting dilakukan untuk mengetahui apakah inovasi teknologi yang diintroduksikan dan kemudian diterapkan oleh petani itu efisien atau tidak. Kaidah yang diinginkan adalah biaya adopsi harus lebih kecil atau lebih rendah dari nilai outputnya. Penghitungan biaya adopsi dapat dilakukan dengan menggunakan formula : = ∆ ( ) Dimana : I = biaya tambahan per unit hasil yang diperlukan untuk mendapatkan peningkatan produksi sebanyak J (Rp/kg) C = biaya mengadopsi per unit area karena petani beralih ke teknologi baru (Rp/ha). t = tingkat adopsi teknologi baru dalam hektar atau jumlah petani. Y = rata-rata hasil (kg/ha) Untuk lebih memudahkan analisis, perhitungan biaya adopsi dalam proporsi atau rasio, dimana peningkatan biaya produksi (I) sebagai pangsa dari harga yang berlaku setempat. Parameter dalam bentuk rasio (c) dapat dihitung sebagai berikut. = = ( ∆ )/( ) Dimana: c = parameter rasio biaya-harga I = biaya tambahan per unit hasil yang diperlukan untuk mendapatkan peningkatan produksi sebanyak J (Rp/kg). P = harga di tingkat petani (Rp/kg) Y = rata-rata hasil (kg/ha) C = biaya adopsi (Rp/ha). ANALISIS PERCEPATAN ADOPSI Data percepatan adopsi dapat diidentifikasi melalui wawancara menggunakan kuesioner yang dipersiapkan terlebih dulu. Indikator percepatan adopsi ditunjukkan oleh senjang waktu adopsi yang dihitung sejak petani menerima atau sadar adanya
  • 28. 27 inovasi baru sampai ia menerapkannya di lapangan. Hitungannya bisa bulan, musim atau bahkan tahun, tergantung konteks waktu yang dijadikan landasan perhitungan. Senjang adopsi yang dimaksud adalah waktu antara atau periode waktu yang dialami petani yang dihitung sejak ia menerima informasi sampai menerapkan informasi teknologi itu. Senjang waktu yang terjadi pada setiap unsur teknologi tergantung tidak hanya pada penyampai informasi akan tetapi juga erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman petani terhadap masing-masing jenis atau komponen teknologi yang diitroduksikan. Tabel 9 berikut merupakan contoh hasil pengukuran senjang waktu adopsi. Tabel 9. Propori (%) senjang waktu adopsi menurut teknologi yang diadopsi dalam PTT padi sawah No. Teknologi <2 th 2 – 4 th >4 th 1 Vub 29,17 22,50 48,33 2 Benih bermutu, label 24,17 29,17 46,67 3 Bahan organik 35,83 40,00 24,17 4 Populasi 37,50 32,50 30,00 5 Pemupukan 35,00 37,50 27,50 6 Pengendalian opt 34,17 38,33 27,50 7 Pengolahan tanah 35,83 24,17 40,00 8 Bibit muda 51,67 28,33 20,00 9 Jml.batang/rumpun 45,83 23,33 30,83 10 Pengairan 39,17 34,17 26,67 11 Penyiangan 51,67 24,17 24,17 12 Panen 30,00 20,00 50,00 Kreasi yang dapat dilakukan untuk menganalisis senjang waktu adopsi adalah mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi senjang adopsi. Pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi senjang adopsi tersebut adalah dengan model regresi berganda. Formula yang digunakan adalah : = + + + Dalam hal ini: Y = senjang waktu adopsi (tahun) Xi = faktor internal/eksternal yang diprediksi mempengaruhi senjang adopsi, misalnya:  X1 = umur (tahun)  X2 = pendidikan (tahun)
  • 29. 28  X3 = tanggungan keluarga (jiwa)  X4 = luas garapan (hektar)  X5 = Jarak lokasi usahatani ke pasar (km)  Xn = dan seterusnya. Dj = faktor dummy (misalnya: musim tanam, agroekosistem)  D musim (1 = musim hujan; 0 = lainnya)  D agroekosistem (1 = lahan sawah beririgasi, 0 = lainnya) = disturbunce term b, c = koefisien regresi a = konstanta Penyelesaian analisis ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan SPSS, Minitab atau Sstat, dll. Interpretasi hasil regresi, dilakukan seperti hanya terhadap hasil analisis regresi pada fenomena lain. ANALISIS EFEKTIVITAS ALUR ADOPSI Alur adopsi menggambarkan mekanisme laju infrmasi teknologi mulai dari sumber teknologi sampai ke pengguna di lapangan. Persoalannya: dari banyak alur informasi teknologi itu manakah alur inovasi teknologi yang paling efisien? Pengetahuan efisiensi alur inovasi ini penting untuk mengambil langkah kebijakan diseminasi inovasi teknologi ke depan. Untuk menganalisis efektivitas saluran (channel) inovasi pertanian tersebut salah satu alternatifnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis jalur atau path analysis dengan model teoritis yang digambarkan sebagai berikut: Pada model itu, X1 dan X2 sebagai variabel eksogen (variabel bebas) saling berkorelasi dan memiliki dampak langsung dan tidak langsung (melalui X3) pada Y. Dalam hal ini variabel X3 dan Y adalah variabel endogen atau variabel tergantung). Dari model itu perumusan masalahnya adalah berapa besar pengaruh X1 dan X2 e e Gambar 6. Pola hubungan antar simpul-simpul inovasi
  • 30. 29 terhadap X3 dan berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung X1 dan X2 terhadap Y. Pernyataan itu diformulasikan dalam persamaan berikut: X3 = X3X1 + ρ X3X2 + Є1 …………………Substruktural 1 Y = ρ YX1 + ρ YX2 + ρ YX3 + Є2 …………..Substruktural 2 Berdasarkan landasan model teoritis tersebut, disusun model empiris dengan memasukkan unsur-unsur kelembagaan yang menjadi saluran inovasi sebagai variabel eksogen. Dalam hal ini variabel percepatan adopsi menjadi variabel endogen, yang dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh variabel- variabel channel sebagai variabel eksogen. Formulasi model empiris dibangun sebagai berikut: Y = f ( X1, X2, X3, X4, ..., X9) Dalam hal ini: Y = Percepatan adopsi X1 = Jalur BPTP langsung ke petani (dalam skor) X2 = Jalur BPTP ke petani melalui Bakorluh (dalam skor) X3 = Jalur BPTP ke petani melalui jalur Bakorluh - SKPD (dalam skor) X4 = Jalur BPTP ke petani melalui jalur Bakorluh – SKPD - BPP (dalam skor) X5 = Jalur BPTP ke petani melalui jalur SKPD - BPP (dalam skor) X6 = Jalur BPTP ke petani melalui BPP (dalam skor) Xn = dan seterusnya (dalam skor) Variabel percepatan adopsi sebagai variabel endogen diukur dari selisih atau gap waktu antara mulai menerima informasi sampai menerapkan informasi teknologi itu di lapangan. Nilai satuannya minimal musim tanam. Contoh: jika ia menerima informasi teknologi pada awal tahun 2011 (di MH I), dan kemudian ia menerapkan teknologi itu pada MH II, maka dikatakan lag adopsinya satu musim tanam (MT), demikian seterusnya. Terhadap apresiasi dan persepsi dari setiap unsur (institusi) yang menjadi saluran dalam penyebaran informasi teknologi, diungkap melalui wawancara menggunakan kuesioner yang di persiapkan sebelumnya. Aspek yang ditanyakan adalah apresiasi dan persepsi para pejabat tersebut terhadap:  Jenis informasi teknologi yang diterima  Cara penyampaian informasi  Kemasan informasi
  • 31. 30  Volume atau jumlah informasi  Dst Untuk menyelesaikan analisis efektivitas saluran adopsi dapat memanfaatkan pendekatan AMOS (Analysis of Moment Structure). Program ini terdapat include dalam SPSS versi 21. Hasilnya tergambar seperti dalam uraian berikut. Analisis jalur dengan AMOS Covariances: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. C.R. P Label BPTP <--> BAKORLUH .124 .023 5.309 *** BPTP <--> SKPD .118 .025 4.665 *** BPTP <--> BPP .070 .020 3.588 *** BPTP <--> SEMAPETANI .049 .021 2.350 .019 BAKORLUH <--> SKPD .122 .023 5.246 *** BAKORLUH <--> BPP .057 .017 3.286 .001 BAKORLUH <--> SEMAPETANI .047 .019 2.551 .011 SKPD <--> BPP .093 .020 4.535 *** SKPD <--> SEMAPETANI .106 .022 4.715 *** BPP <--> SEMAPETANI .110 .019 5.687 *** Gambar 7. Analisis Alur Adopsi
  • 32. 31 Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate BPTP <--> BAKORLUH .557 BPTP <--> SKPD .473 BPTP <--> BPP .348 BPTP <--> SEMAPETANI .221 BAKORLUH <--> SKPD .548 BAKORLUH <--> BPP .316 BAKORLUH <--> SEMAPETANI .241 SKPD <--> BPP .457 SKPD <--> SEMAPETANI .479 BPP <--> SEMAPETANI .611 Output dari Program AMOS seperti dikemukakan di atas, menjadi landasan untuk mengungkapkan interpretasi. Keputusan interpretasi tersebut disesuaikan dengan tujuan kegiatan. Artinya, meskipun output yang dihasilkan relatif banyak tidak perlu dibahas secara keseluruhan. Pembahasan difokuskan pada aspek-aspek yang ada hubungannya dengan tujuan kegiatan. Sebagai indikator yang digunakan untuk menilai efektif tidaknya alur adopsi itu dilihat dari koefisien korelasi, yang berada dalam range 0 – 1. Kaidah keputusannya adalah alur adopsi dikatakan semakin efektip jika nilai koefisien korelasinya semakin dekat ke angka 1. Pada kasus ini alur adopsi yang paling efektif terjadi pada alur dari BPP ke petani dengan koefisien 0,611, diikuti alur BPTP – Bakorluh (0,557), dan alur Bakorluh – SKPD (0,548).
  • 33. 32 V. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2000. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Baldwin, John R and Mohammed Rafiquzzaman. 1998. The Determinant of The Adoption Lag for Advanced Manufacturing Technologies. Management of Technology, Sustainable Development and Eco-Efficiency. Elsevier Science Ltd, UK Fagi, A.M., 2008. Alternatif Teknologi Peningkatan Produksi Beras Nasional. Iptek Tanaman Pangan Vol.3 No.1 Fliegel, E.C, J.E. Kivlin and G.S. Sekhon. 1971. Message Distortion and The Diffusion of Innovations in Nothern India. Sociologica Ruralis. Hanafi, A., 1981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya Press. Hendayana, R., 2006. Lintasan dan Peta Jalan (Road Map) Diseminasi Teknologi Pertanian Menuju Masyarakat Tani Progresif. Prosiding Lokakarya Nasional Akselerasi Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal dari Desa. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Kulsum, U., dan Mohammad Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Prestasi Pustaka Publisher. Kenneth F.G Masuki, 2009. Determinants of Farm-level Adoption of Water Systems Innovations in Dryland Areas: The Case of Makanya Watershed in Pangani River Basin, Tanzania Linder, Pardey, dan Jarrett, 1982. Distance To Information Source And The Time Lag Early Adoption Of Trace Element Fertilizer. Working Paper 82-2. Departement Of Economics University Of Adelaide Roger, E.M. and F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach. The Free Press. New York Rogers,E. M., 1983. Diffusion of Innovations. Third Edition, The Free Press, New York. Stanley Wood, Liangzhi You dan Wilfred Baitx, 2001.International Food Policy Research Institute, Washington, D.C. Subagiyo, 2005. Kajian Faktor-faktor Sosial yang berpengaruh terhadap Adopsi Inovasi Usaha Perikanan Laut di Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 8 No 2. Pusat Penelitian dan Penembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Sukartawi. 1990. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UIP Pres Vredenbregt, 1987. Teknik-teknik Pengukuran Masyarakat.