Buku ini membahas cara membuat karya tulis ilmiah (KTI) dengan memanfaatkan data yang ada, mulai dari menggali ide, merumuskan masalah, menyusun naskah, hingga mempersiapkan pengajuan naskah ke penerbit jurnal ilmiah. Buku ini juga menjelaskan proses penilaian naskah KTI dan penyebab hasil penilaian yang kurang memuaskan.
5. Didedikasikan untuk istri:
Anikah Rachmat
Anak-anak:
Yeti Rachmawati, S.Sos.; Dian Felani Hendayana, S.Pi.;
Ranika Purnawidya Primasari, S.M.B.;
Muhammad Arief Hendayana
Cucu:
Azka, Arla, Nafa, dan Fadhil
6.
7. Daftar Isi
Daftar Gambar................................................................................... ix
Daftar Tabel........................................................................................ xi
Sambutan .........................................................................................xiii
Prakata .............................................................................................. xv
Bab 1 Pendahuluan.................................................................1
Bab 2 Siapa pun Bisa Membuat Karya Tulis..........................7
Jangan Remehkan Potensi Anda........................................ 8
Jalur Karier dan Jalur Keterampilan ............................... 10
Menulis Bisa Dipelajari dan Dilatihkan.......................... 11
Membaca itu Penting......................................................... 15
Kuncinya Sediakan Waktu ............................................... 18
.
Bab 3
Manfaatkan Data yang Ada
.
.......................................23
Menggali Inspirasi Menentukan Ide
.
............................... 23
Buka Fail Laporan
.
............................................................ 30
Kembangkan Sikap Kritis Anda
.
...................................... 32
Gali dan Rumuskan Permasalahan
.
................................ 37
Bab 4
Siapkan Naskah Anda
.
...............................................45
Rumuskan Topik yang “Seksi”
.
......................................... 49
Pilih Judul yang Memikat
.
................................................ 52
Tetapkan Target Tulisan
.
.................................................. 56
Bab 5
Mewujudkan Karya Tulis
.
..........................................75
Buat Peta Pikiran
.
............................................................... 75
Mewujudkan Karya Tulis
.
................................................. 75
8. viii
Tulis Kata Pembuka yang Menarik.................................. 79
Penuhi Kaidah Ilmiah....................................................... 80
Ikuti Format Baku ............................................................. 83
Bab 6 Menembus Penerbit.
.................................................101
Siapkan Naskah Final......................................................101
Bangun Kedekatan Emosional dengan Penerbit.
.........105
Baca Pedoman bagi Penulis!...........................................107
Bab 7 Mengintip Penilaian Naskah....................................109
Peran Dewan Redaksi.
.....................................................110
Mekanisme Penilaian Naskah........................................111
Unsur-unsur Naskah yang Dinilai.................................114
Mengapa Usulan Naskah Ditolak?.
................................123
Bab 8 Penetapan Nilai Karya Ilmiah.
.................................131
Pemberkasan.
....................................................................131
Verifikasi Materi Berkas..................................................132
Penilaian ...........................................................................132
Sidang Tim Penilai...........................................................133
Bab 9 Mengapa Hasil Penilaian Karya Ilmiah Anjlok.......135
Indikator Penilaian Karya Ilmiah..................................137
Standar Penilaian ............................................................150
Penyebab Nilai Anjlok ....................................................151
Bab 10 Saatnya Membuat Karya Tulis Ilmiah.....................161
Daftar Acuan...................................................................................165
Lampiran ........................................................................................169
Indeks ............................................................................................173
Tentang Penulis...............................................................................177
9. Daftar Gambar
Gambar 1. Ilustrasi Proses Kreatif................................................28
Gambar 2. Mekanisme Pengajuan JINT....................................113
Gambar 3. Bagan Alir Penilaian Angka Kredit Peneliti
pada Tingkat TP2I Kementerian Pertanian
(Akreditasi).
................................................................134
10.
11. Daftar Tabel
Tabel 1. Daftar Nama Majalah Ilmiah Nasional
Kementerian Pertanian yang Terakreditasi LIPI s.d.
Agustus 2013.....................................................................67
Tabel 2. Daftar Nama Majalah Ilmiah Nasional Kementerian
Pertanian yang Tidak Terakreditasi LIPI sampai
dengan Agustus 2013.......................................................70
Tabel 3. Form Evaluasi Diri
. ..................................................................127
Tabel 4. Evaluasi Diri yang Sudah Diisi
. ..................................................................129
Tabel 5. Matriks Anatomi Buku..................................................138
Tabel 6. Bentuk Novelty/Kebaruan dalam Karya Ilmiah.........142
Tabel 7. Standar Penilaian Karya Tulis Ilmiah.
..........................150
Tabel 8. Matriks Status Indikator Jurnal Internasional............153
12.
13. Sambutan
Prof. Dr. Elna Karmawati
Ketua Tim Penilai Peneliti Instansi
Kementerian Pertanian
Saya menyambut baik buku ini yang diberi judul Menggagas
KTI! Rahasia Melejitkan KTI dan Kiat Memanfaatkan
Data yang ditulis oleh Saudara Rachmat Hendayana. Penulisan
buku ini merupakan sebuah wujud sumbangan nyata guna
memberikan pencerahan tentang pembuatan Karya Tulis Ilmiah
(KTI) yang merupakan tuntutan kompetensi fungsional: peneliti,
widyaiswara, penyuluh, dosen, dan guru. Bahkan, KTI ini juga
menjadi tugas wajib bagi mahasiswa tingkat akhir.
Pembuatan KTI menuntut persyaratan baku sesuai dengan
aturan yang dikeluarkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), sebagai institusi berwenang dalam pengem
bangan ilmu pengetahuan. Peraturan tersebut tertuang dalam
Surat Kepala LIPI Nomor 04/E/2012 tentang Pedoman Karya
Tulis Ilmiah.
Terbitnya buku yang kini berada di tangan pembaca ini
tidak hanya memaparkan tentang KTI secara populer, tetapi juga
dilengkapi “rahasia” menembus penerbit, proses penilaian KTI,
serta dugaan anjloknya penilaian Karya Ilmiah.
Buku ini dapat melengkapi informasi yang sudah ada, yang
diharapkan akan dapat mendobrak kebuntuan dalam membuat
KTI.
14. xiv
Saya mengenal Saudara Rachmat Hendayana lebih dekat
setelah ia bergabung di Tim Penilai Peneliti Instansi Kementerian
Pertaniansebagaianggota.IaadalahPenelitiUtamadiBalitbangtan,
yang produktif menghasilkan karya tulis dalam bentuk KTI. Saat
ini ia menjabat Ketua Dewan Redaksi Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian yang merupakan salah satu
Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi di Lingkup Balitbangtan.
Dengan kapasitas yang bersangkutan sebagai Peneliti Utama
dan aktif dalam kegiatan yang terkait dalam bidang pembuatan
Karya Tulis Ilmiah, menjadikan materi yang dibahas dalam
buku ini sebagai pelajaran berharga. Pengalamannya dalam
memanfaatkan data untuk dijadikan KTI, dan trik-trik memilih
KTI sesuai dengan data, yang disampaikan secara lugas dan
populerdenganbahasayangmudahdicerna,merupakankekuatan
isi buku ini.
Karena itu, buku ini layak dimiliki oleh mereka yang
menaruh perhatian dan ingin memahami lebih mendalam cara
membuat KTI dengan memanfaatkan data yang ada untuk karya
tulis ilmiah, terutama para peneliti, widyaiswara, penyuluh dan
mahasiswa tingkat akhir.
Bogor, Maret 2014
Prof. Dr. Elna Karmawati
15. Prakata
Gairah untuk membuat karya tulis ilmiah yang populer
disebut juga KTI pada akhir-akhir ini terasa semakin
meningkat. Tidak hanya di kalangan fungsional seperti para
peneliti, penyuluh, widyaiswara, dosen, guru, dan juga pengajar,
tetapi juga terjadi di kalangan mahasiswa.
Meningkatnya kegairahan untuk membuat KTI di kalangan
fungsional tersebut diduga ada hubungannya dengan munculnya
ketentuan yang mewajibkan KTI sebagai persyaratan minimal
kompetensi. Di pihak lain, di kalangan mahasiswa juga ada
peraturan yang mengharuskan mahasiswa S-1, S-2, dan S-3
memublikasikan tugas akhirnya di jurnal ilmiah.
Terlepas dari latar belakang yang mendorong kegairahan
untuk menulis itu, kita pandang kondisi itu merupakan hal yang
positif. Hal ini karena dalam era dinamika pembangunan yang
semakin penuh persaingan ini, kehadiran KTI dapat menjadi
tolok ukur.
Tidak mengherankan, kalau Dewan Redaksi Majalah Ilmiah
saat ini “dibanjiri” usulan naskah untuk dapat diterbitkan. Usulan
naskah datang dari berbagai kalangan seperti disebutkan di atas.
16. xvi
Walaupun demikian, usulan naskah KTI tersebut kerapkali
substansi ilmiahnya lemah, dan di samping itu pengusul tidak
mengindahkan persyaratan yang menjadi ketentuan dari majalah
ilmiah yang ditujunya.
Tidak jarang pengusul harus menelan kekecewaan karena
usulannya untuk menerbitkan KTI kandas di tengah jalan. Ia
gagal mewujudkan impiannya menerbitkan KTI.
Dari berbagai kesempatan bertemu dengan para peneliti dan
penyuluh saat santai dalam perbincangan sehari-hari, ataupun
dalam acara pembinaan peneliti-penyuluh, saya sering menerima
keluhan: “Saya memiliki banyak data hasil penelitian, pengkajian
danhasilpendampingan,tetapitidaksatupundapatmenghasilkan
KTI.”
Itulah yang menginsipirasi terbitnya buku yang saat ini
berada di tangan pembaca. Penulisan buku yang saya beri judul
Menggagas KTI! Rahasia Melejitkan Karya Tulis Ilmiah dan Kiat
Memanfaatkan Data tujuannya sederhana. Saya ingin berbagi
ilmu dengan berbekal pengalaman membuat KTI sebagai Ketua
Dewan Redaksi Jurnal Ilmiah dan juga sebagai Anggota Tim
Penilai Peneliti.
Bagaimana memanfaatkan dan memoles data yang ada
untuk menjadi KTI, dan bagaimana menembus penerbit, adalah
sebagian dari “rahasia” yang diungkap dalam buku ini. Rahasia
lainnya yang akan Anda dapatkan dari buku ini adalah tentang
mekanisme penilaian KTI, alasan penerbit menolak usulan
naskah, dan dugaan anjloknya hasil penilaian KTI.
Teknik penyajiannya yang populer dengan bahasa yang
mudah dicerna dalam buku ini menjadi kekuatan dan boleh
dibilang nilai lebih dari buku ini untuk melengkapi buku sejenis
17. xvii
yang ada. Buku ini pun relevan untuk dibaca oleh kalangan
peneliti, widyaiswara, penyuluh, dosen, guru, dan pengajar yang
memerlukan pemahaman pembuatan KTI, khususnya bidang
sosial ekonomi pertanian.
Buku ini juga cocok untuk mahasiswa pertanian yang sedang
mempersiapkan laporan akhir. Bagi kalangan praktisi, konsultan,
dan pemerhati kebijakan pembangunan pertanian yang ingin
meningkatkan kualitas laporannya, buku ini juga bermanfaat.
Dengan terbitnya buku ini saya mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang membantu secara langsung dan tidak
langsung dalam proses penyelesaian buku ini.
Kali pertama, ucapan terima kasih ini saya tujukan kepada
Bapak Dr. Agung Hendiardi, M.Eng, atasan penulis di Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP)
yang membangun suasana kerja kondusif di lingkungan kerja
sehingga menjadikan anak buahnya proaktif dan lebih kreatif.
Kepada Ibu Prof. (Riset) Dr. Elna Karmawati sebagai Ketua
Tim Penilai Peneliti Instansi (TP2I) Kementerian Pertanian yang
berkenan memberikan sambutan pada penerbitan buku ini, dan
Ibu Prof. (Riset) Nur Richana, sesama anggota di TP2I yang
mendorong penyelesaian buku ini, saya juga mengucapkan terima
kasih.
Ucapan terima kasih ini saya sampaikan juga kepada rekan-
rekan yang menjadi teman diskusi dan sumber inspirasi di
BBP2TP.
Terima kasih ini saya sampaikan juga kepada: Bpk. Prof.
(Riset) Muh. Arifin; Bpk. Prof. (Riset) Darman M. Arsyad; Bpk.
Dr. E. Eko.Ananto,; Bpk. Dr. Trip Alihamsyah; Bpk. Ir. Achmad
18. xviii
Djauhari, M.S.; Bpk. Wayan Sudana, M.S.; dan Bpk. Drs. Sjahrul
Bustaman, M.Sc.
Tidak lupa, saya menyampaikan terima kasih juga kepada
rekan-rekan di “dapur” Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian yakni Bpk. Ir. A. Subaidi, M.Si.; Ibu Vyta
Hanifah, S.Pt.; dan Ibu Ume Humaedah, S.P., M.Si.; serta Ibu
Mulni Erfa, S.E. yang senantiasa mendorong saya untuk segera
menyelesaikan penyusunan buku ini.
Buku ini tidak diposisikan sebagai referensi yang lengkap dan
sempurna. Karena itu, pembaca dapat menggunakan dukungan
referensi lain guna memperdalam topik-topik bahasan tertentu.
Namun, orientasi penyajian dalam format praktis ini menjadi
alasan kuat bagi penulis untuk berharap akan memberikan
manfaat yang besar bagi semua pihak yang memerlukannya.
Puji syukur kepada Engkau Ya Allah yang telah memberi
berbagai anugerah. Buku ini adalah salah satu wujud anugerah-
Mu.Tanpabantuan-Mutidakmungkinbukuiniterwujud.Semoga
terbitnya buku ini menjadi amal yang tak pernah putus. Aamiin.
Bogor, awal Juli 2014
Penulis,
Rachmat Hendayana
rhendayana@gmail.com
19. Karya Tulis Ilmiah (KTI) saat ini menjadi topik pembicaraan
yang hangat, utamanya di kalangan para pejabat fungsional.
Apakah ia peneliti, penyuluh, widyaiswara, dosen, guru, atau
pengajar, semua berkepentingan terhadap KTI. Mereka berupaya
menerbitkan KTI dalam majalah ilmiah terakreditasi untuk me
me
nuhi persyaratan kompetensi.
Tidaklah mengherankan jika minat untuk membuat dan
menerbitkan KTI di kalangan akademisi sangat tinggi. Targetnya
KTI tersebut terbit dalam majalah ilmiah nasional terakreditasi
atau majalah ilmiah internasional.
Keberhasilan membuat KTI tersebut, di samping menjadi
tuntutan kompetensi juga akan memberikan kepuasan tersendiri.
Berkarya dengan KTI menjadi kebanggaan dan yang tak kalah
menariknya menerbitkan KTI akan mendapat imbalan finansial.
Memang,bukanhalmudahuntukmemanfaatkandatamenjadi
KTI karena membuat KTI tidak sama seperti membuat laporan
Pendahuluan
1
20. 2 Menggagas KTI!
teknis. Menulis dalam format KTI memerlukan persyaratan baku
yang harus memenuhi kaidah-kaidah ilmiah tertentu.
Bagaimana kiat memanfaatkan data menjadi KTI dan apakah
yang menjadi persyaratan baku untuk KTI tersebut? Jawabannya
tersedia dalam buku ini yang diberi judul Rahasia Melejitkan Diri
Lewat Karya Tulis Ilmiah.
Buku sederhana ini semula merupakan artikel terpisah-pisah
yang disiapkan sebagai materi pelatihan dalam rangka pembinaan
kepada para peneliti junior. Akan tetapi, ternyata kesulitan
membuat KTI tidak hanya terjadi dan dirasakan di kalangan
para junior, para senior pun masih banyak yang terkendala untuk
membuat KTI. Sering kandas di tengah jalan.
Banyak data hasil penelitian, hasil pengkajian, dan hasil
pendampingan yang dapat dijadikan karya tulis ilmiah, tetapi
selalu gagal dimanfaatkan sebagai bahan baku tulisan. Tidak satu
pun berhasil menjadi KTI.
Mengapa demikian? Jawabannya beragam. Sibuk pekerjaan,
tidak memiliki ide, susah mencari ide, tidak tahu harus memulai
dari mana menjadi alasan yang dijadikan pembenaran untuk
tidak menulis.
Berbekal pengalaman memberikan pelatihan pembuatan KTI
kepada para peneliti dan penyuluh, menjadi evaluator proposal
penelitian, dan sebagai Ketua Dewan Redaksi Jurnal Ilmiah
Nasional terkreditasi, saya memberanikan diri menulis buku ini.
Uraian dalam buku ini secara keseluruhan mulai
pendahuluan hingga penutup dibagi ke dalam sepuluh bab.
Setelah mengemukakan Pendahuluan di Bab 1, tulisan di Bab 2
diawali dengan membangun motivasi: “Siapa pun bisa membuat
karya tulis”. Maknanya menggugah kesadaran bahwa menulis
21. 3
Pendahuluan
KTI bukanlah sesuatu yang sulit. Semua orang memiliki peluang
mengerjakannya. Semua orang memiliki bakat menulis, dan
menulis itu dapat dilatih. Jangan remehkan potensi Anda dan
kuncinya: “sediakan waktu”.
Setelah termotivasi untuk menulis, dilanjutkan dengan
ajakan untuk memanfaatkan data yang ada. Uraiannya disajikan
pada Bab 3. Uraian dalam Bab ini merinci: bagaimana menggali
inspirasi, kemudian bagaimana cara menentukan ide. Sumber
inspirasi dan ide itu berseliweran di lingkungan kita. Salah
satunya adalah laporan hasil pengkajian atau hasil penelitian, hasil
pendampingan, dan hasil kegiatan diseminasi atau pengembangan
hasil penelitian. Oleh karena itu, pada bab ini Anda disarankan
membuka fail laporan yang ada.
Lalu, Anda diminta untuk mengembangkan sikap kritis
sehingga muncul inspirasi menulis. Berdasarkan inspirasi itu, bisa
digali permasalahan yang aktual sehingga dapat dijadikan sumber
penulisan KTI.
Ketika Anda sudah mendapatkan inspirasi dan ide
untuk menulis, langkah berikutnya masuk ke dalam kegiatan
“Menyiapkan Naskah”. Untuk mulai menyiapkan naskah ini
bahasannya disajikan pada Bab 4. Bahasan diawali dengan saran
untuk merumuskan tema yang “seksi”, kemudian menyiapkan
judul yang memikat. Agar di dalam mengembangkan isinya
terarah, kalau judul sudah siap, disarankan untuk mulai
menetapkan target. Target yang dimaksud adalah target penerbit,
dan format tulisannya. Di dalam menentukan target tulisan itu,
hindari sikap ambisius dan egois. Berpikirlah rasional. Jika belum
mampu menembus jurnal, buatlah bentuk KTI lain sesuai dengan
kapasitas yang Anda miliki.
22. 4 Menggagas KTI!
Masuk Bab 5, Anda mulai didorong untuk mewujudkan
karya tulis ilmiah. Langkah awal membuat KTI pada bahasan
ini disarankan diawali dengan membuat peta pikiran. Dalam
tataran yang normatif, hal itu identik dengan membuat kerangka
pemikiran sebagai bahan baku penyusunan outline.
Mulailah menulis dengan kata pembuka yang menarik agar
KTI yang dibuat menarik perhatian calon pembaca. Namun,
jangan lupa karena yang akan ditulis ini beratmosfer ilmiah,
ketika mengungkap persoalan di dalamnya harus memenuhi
kaidah ilmiah. Lalu, sesuaikan tulisan yang dibuat itu dengan
format baku sebagai karya tulis ilmiah.
MasukpadaBab6,iniadalahtindaklanjutdalammewujudkan
impian untuk menghasilkan KTI. Saya menyebutnya dengan
ungkapan “Menembus Penerbit”. Asumsinya, naskah sudah siap,
baik dari sisi format maupun substansinya. Dengan asumsi itu,
langkah yang perlu dilakukan adalah membangun kedekatan
emosional dengan penerbit. Saran ini intinya, apa yang Anda
susun mesti disesuaikan dengan ketentuan penerbit yang menjadi
target penulisan.
Jangan lupa, ketika menyesuaikan dengan ketentuan penerbit
itu disarankan membaca pedoman bagi penulis yang biasanya
ditampilkan pada sampul dalam di bagian akhir majalah. Pada
bagian ini saya membeberkan rahasia: alasan penerbit menolak
usulan naskah Anda.
Dalam buku ini saya mengajak Anda dan pembaca lainnya
untuk mengintip penilaian KTI. Materi yang disampaikan dalam
Bab 7 merupakan inti dari “Rahasia Melejit Lewat Karya Tulis
Ilmiah”. Dengan membaca bab ini, Anda akan diperkenalkan
23. 5
Pendahuluan
dengan penilai KTI, lalu Anda juga akan disuguhi mekanisme
penilaian KTI, dan unsur-unsur yang dinilai oleh Tim Penilai.
UraianselanjutnyapadaBab8,terkaitdenganbabsebelumnya
yaitu mengungkap pengambilan keputusan dalam penetapan
ni
lai Karya Ilmiah. Dalam Bab ini Anda akan diperkenalkan
pada mekanisme penilaian Karya Ilmiah oleh Tim Penilai
Peneliti Instansi (TP2I). Seberapa lama normatifnya waktu yang
diperlukan dalam penilaian sebuah naskah, jawabannya akan
terungkap dalam uraian Bab ini.
Pada bahasan yang disajikan dalam Bab 9, Anda akan
memperoleh jawaban: “mengapa penilaian karya ilmiah anjlok?”.
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut selama ini menjadi teka-
teki. Secara rinci, pertanyaan itu dipilah-pilah menjadi beberapa
pertanyaan: Bagaimanakah prosesi penilaian karya ilmiah?;
standar penilaian karya ilmiah, dan dugaan anjloknya penilaian
karya ilmiah.
Buku ini ditutup dengan Bab 10 yang merupakan sintesis
dari apa yang sudah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dengan
imbauan bahwa selesai membaca buku ini: Saatnya Mulai
Membuat KTI.
Sebagaibonus,padaakhirbukuinisayasajikandaftarpenerbit
anggota IKAPI yang orientasi penerbitannya difokuskan pada
buku teks dan buku perguruan tinggi. Meski ditampilkan sebagai
lampiran, saya anggap penting Anda ketahui sebagai panduan
memilih penerbit untuk buku-buku ilmiah atau buku teks.[]
25. Siapa pun
Bisa Membuat
Karya Tulis
2
Pada hampir semua buku yang membahas tentang dunia
tulis-menulis, pesan itu selalu muncul. Walaupun bunyinya
tidak persis seperti yang saya tulis dalam subbab ini, intinya tetap
sama.
Kuncoro (2009) misalnya, dalam bukunya Mahir Menulis
yang diterbitkan Erlangga, pada Bab I “Menumbuhkan Motivasi
Menulis” menyampaikan
opi
ni: “Semua Orang Punya
Bakat Menulis.”
Jadi, kata “siapa pun”
melepaskan asumsi bahwa
menulis hanya dapat dikuasai
segelintir orang yang memang
memiliki bakat untuk itu. Dari
sini muncul suatu pertanyaan:
apakah menulis itu bakat?
Menulis
sejatinya
bukanlah bakat
yang dibawa
sejak lahir.
26. 8 Menggagas KTI!
Ternyata hubungan antara menulis dan ba
kat dapat dilihat
dari pen
dapat Daniel Coyle dalam bukunya Talent Code bahwa
“bakat adalah keterampilan yang diulang-ulang”. Artinya,
menulis sebagai “bakat” dapat dikuasai dengan melatihkannya
terus-menerus. Memang tidaklah mungkin menulis tiba-tiba
dapat Anda kuasai secara sim salabim. Mari terus Anda bedah
bagaimana keterampilan ini dapat dikuasai.
Jangan Remehkan Potensi Anda
Motivasi serupa hampir dapat ditemukan dalam berbagai buku.
Bahkan, Bramma Aji Putra (2012), penulis buku Menembus
Koran: Berani Menulis Artikel, dalam salah satu uraiannya
menyampaikan bahwa dengan menulis, akan terhindar dari
“pikun”. Dia meyakinkan pernyataan dengan mengambil contoh
Rosihan Anwar (alm.) yang daya ingatnya tajam hingga usia 88
tahun.
Dari contoh di atas meyakinkan kita bahwa aktivitas menulis
ternyata memberikan efek luar biasa menakjubkan. Hernowo,
penulis buku Mengikat Makna dan Andaikan Buku itu Sepotong
Pizza yang dikutip Bramma Aji Putra (2012) mengungkapkan
bahwa dengan menulis, kini “uang yang bekerja bagi dia”. Bukan
lagi ia yang bekerja demi uang. Begitu pula dengan para penulis
lain yang bukunya meledak di pasaran.
Kalau saya menuliskan motivasi ini dengan kalimat seperti
tertulis di subbab ini: “Jangan Remehkan Potensi Anda”, semata-
mata hanya mengulang saja dari beberapa motivasi yang pernah
disampaikan beberapa penulis sebelumnya. Jadi, bukan sesuatu
27. 9
Siapa pun Bisa Membuat Karya Tulis Ilmiah
yang baru, dan ungkapan itu bukan pikiran saya sendiri. Terus
terang, gairah saya menulis juga karena motivasi seperti itu.
Saya yakin Anda sebenarnya sudah biasa dan sudah bisa
membuat karya tulis. Kalaupun saat ini Anda masih menganggap
menulis itu sulit, semata-mata karena Anda tidak tahu atau belum
mengetahui trik-triknya.
Setiap orang itu dilahirkan dalam ketidakberdayaan, tidak
bisa apa-apa. Namun jangan lupa, dalam ketidakberdayaan itu
sebenarnya ada potensi yang dimiliki. Salah satunya adalah
potensi menulis. Siapa pun punya potensi keterampilan menulis,
dan potensi itu bisa dilatihkan sekaligus diasah hingga tajam.
Persoalannya tinggal bagaimana Anda dapat memanfaatkan
potensi menulis yang Anda miliki itu untuk dikembangkan. Hal
ini termasuk pengembangannya untuk menulis yang mengarah
pada pembuatan KTI.
Menulis, tidak ada bedanya dengan komunikasi lisan.
Kalaupun mau melihat perbedaannya, yang satu disuarakan dan
satunya dituliskan. Jadi, menulislah seperti Anda menyampaikan
gagasan lisan. Jangan takut salah, tidak usah khawatir apakah
tulisan tersebut akan berbobot atau tidak.
Sekali lagi, janganlah Anda mengatakan tidak bisa menulis
dan Anda berdiam diri saja. Karena jika demikian, selamanya
Anda tidak akan bisa menulis.
Ingatlah, bahwa semua orang lahir dalam ketidakbisaan apa-
apa. Akan tetapi, mengapa dalam waktu yang sama, seseorang
menjadi lebih bisa menulis daripada diri kita? Tentu hal itu karena
motivasi yang membedakannya.
28. 10 Menggagas KTI!
Apa resepnya agar kita terinspirasi menulis? Bagaimana
caranya agar kita selalu banyak ide untuk menulis? Tidak ada
jawaban pasti untuk menjawab pertanyaan itu. Pertanyaan
berikutnya, mengapa kita tidak bisa produktif menulis, mengapa
sulit menemukan ide tulisan? Jawabannya hanya menduga-duga.
Jalur Karier dan Jalur Keterampilan
Bambang Trim, seorang praktisi penulisan-penerbitan yang telah
memiliki pengalaman dua puluh tahun serta penulis lebih dari
150 judul buku, dalam Direktori Akademi Literasi dan Penerbitan
Indonesia menyebutkan bahwa seorang penulis dapat memilih
jalur karier dan jalur keterampilan (2013).
Jalur karier berarti sang penulis benar-benar memilih
menggantungkan hidupnya dari menulis. Pekerjaan sehari-
harinya tiada lain adalah menulis. Adapun jalur keterampilan
berarti sang penulis menjadikan menulis sebagai pendukung
pekerjaannya, apakah itu sekretaris, staf humas, staf pemasaran,
atau staf administrasi. Begitupun dengan para akademisi, seperti
guru, dosen, dan peneliti, menulis menjadi sebuah sarana untuk
melejitkan kariernya karena dengan menulislah paling tidak
reputasi keilmuan dan kecendekiaan seseorang dapat diakui dan
terbukti.
Bambang Trim lalu menyebutkan bahwa menulis sejatinya
adalah keterampilan hidup (life skill) yang sangat mungkin
dilatihkan kepada siapa pun. Pada kenyataannya, memang
tidak ada satu bidang pun di dunia ini yang dapat lepas dari
tulis-menulis. Semua orang memerlukan kerja penulisan untuk
mendukung penyampaian ide-idenya.
29. 11
Siapa pun Bisa Membuat Karya Tulis Ilmiah
Menulis Bisa Dipelajari dan Dilatihkan
Menulis itu gampang-gampang susah. Meskipun banyak pakar
mengatakan bahwa semua orang punya potensi kepenulisan,
pada kenyataannya tidak semua orang mampu menulis. Memiliki
potensi saja tampaknya belum cukup untuk mendorong
kemampuan seseorang mengekspresikan pendapatnya dalam
bentuk tulisan.
Jadi, agar seseorang mampu menulis diperlukan latihan terus-
menerus dengan metode yang tepat. Jika hal itu sudah dilakukan,
siapa pun berpeluang membuat karya tulis, termasuk membuat
KTI.
Saya akui, untuk membuat KTI perlu sedikit upaya tambahan.
Hal ini karena untuk membuat KTI tidak sekadar menyusun kata-
kata menjadi kalimat. Namun, kalimat yang disusun itu harus
dapat memberikan “warna, isi, dan bobot” pada tulisan yang
dibuat.
Walaupun demikian, Anda tidak perlu menyerah. Jika kita
mengetahui dasar-dasarnya tentu saja membuat KTI tidak akan
sulit. Terlebih, saat ini acuan dan contoh-contoh karya tulis ilmiah
bertebaran di mana-mana. Di toko buku, di perpustakaan, dan
Anda juga bisa mengunduh dari situs yang bertebaran di dunia
maya.
Kuncinya, ada dalam diri masing-masing. Asal ada kemauan
pastiadajalan.SiapapunberpeluanguntukmembuatKTI.Apakah
Anda sebagai peneliti, penyuluh, dosen, atau guru, saya yakin
bisa membuat KTI. Persoalannya tinggal bagaimana mengemas
dan memoles data yang ada berlandaskan pada kaidah penulisan
KTI.
30. 12 Menggagas KTI!
“Siapa pun bisa membuat karya tulis” yang saya gunakan
menjadi judul pada Bab 2 ini, terinspirasi dari tulisan Edy Zaqeus
(2012) seorang penulis buku best seller. Di dalam bukunya Resep
Cespleng Menulis Buku Best Seller, ia menuliskan: “Semua Orang
Berbakat Menulis”.
Ia menanamkan motivasi yang dituliskan dalam bukunya,
seperti ini.
“Bagi saya, soal mampu atau tidak mampu, bakat atau
tidak bakat, kadang itu hanya soal konstruksi mental yang
tidak pas atau keliru sama sekali. Terutama dalam konteks
penulisan buku-buku non fiksi, soal bakat menulis sebenarnya
relatif tidak menentukan.
Esensinya tetap pada soal motivasi dan konstruksi mental.
Jika konstruksi mental kita sudah tidak pas, biasanya memang
akan sulit melihat peluang-peluang yang ada. Padahal, peluang
itu bisa dimanfaatkan untuk merealisasikan gagasan kita”.
Apa yang saya pahami dari motivasi itu adalah ketika sudah
memiliki keinginan untuk membuat KTI, tidak usah berat
memikirkan bakat atau kemampuan diri. Soal yang penting adalah
“menguatkan keyakinan” dan langsung berbuat.
Jika perlu, berlatihlah untuk memanfaatkan data yang ada.
Gunakan data itu untuk membuat KTI. Temukan tema-tema yang
menarik perhatian, serta gunakan teknik-teknik analisis data yang
tepat dan sesuai dengan standar ilmiah.
31. 13
Siapa pun Bisa Membuat Karya Tulis Ilmiah
Data yang dapat dijadikan KTI tidak terbatas dari hasil
penelitian dan hasil pengkajian saja. Jika Anda pernah melakukan
kegiatan pendampingan, tentu juga punya data yang bagus. Data
hasil pendampingan juga dapat menjadi modal dasar sebagai
embrio atau cikal bakal pembuatan KTI.
Di samping itu, semua kegiatan, termasuk pengalaman
melakukan presentasi dalam seminar di lingkungan kantor atau
seminar nasional, juga merupakan modal dasar yang potensial
untuk membuat KTI.
Satu hal yang ingin saya sampaikan: Ketika Anda akan
membuat tulisan, buatlah tulisan yang dilandasi kepakaran Anda.
Kepakaran itu dalam bahasa umum dianalogikan dengan profesi.
Lalu, yang namanya profesi, pasti dasarnya adalah kompetensi
atau keahlian.
Mengapa disarankan untuk menulis sesuai de
ngan kepakaran
atau se
suai dengan profesi kita? Alasannya, bisa menyimak
pendapat Edy Zaqeus (2012). Ia mengemukakan bahwa profesi
merupakan tema yang hampir pasti kita kuasai dengan baik
ruang lingkupnya, detail
sejarahnya, sisi teknis
dan sisi praktisnya, sisi
pe
ngem
bangannya, lite
ra
tur pendukungnya,
peng
a
laman-pengalaman
menarik di dalamnya,
tantangan dan reward-nya,
sampai prospek profesi itu
ke depannya.
Menulislah
sesuai dengan
kepakaran Anda
agar lebih mudah
menghadapi
tantangan.
32. 14 Menggagas KTI!
Kalaupun dirasa penguasaan materinya belum selengkap itu,
proses belajar untuk mendalami bidang profesi atau kepakaran
kita sendiri tentu bukan hal yang terlalu memberatkan, bukan?
Tanpa sadar, sebenarnya saya juga melakukannya seperti
saran yang dikemukakan di atas. Fokus tulisan saya banyak terkait
denganaspeksosialekonomikarenabidangitumerupakanpilihan
kepakaran saya.
Dengan dasar pengalaman di atas, pembaca juga bisa
melakukan hal yang sama. Anda yang profesinya di bidang
peternakan, tentu akan lebih tekun jika atasan Anda meminta
untuk menuliskan soal-soal yang ada hubungannya dengan
peternakan. Demikian seterusnya.
Jangan memaksakan diri membuat tulisan di luar profesi.
Hal ini karena jika selagi menulis mengalami kebuntuan, akan
gampang menyerah. Kalau menulis sesuai dengan kepakaran,
ketika mengalami kebuntuan atau hilang mood untuk menulis,
mencairnya gampang. Profesi itu harus menjadi identitas atau
merek (personal brand) diri sendiri. Memiliki ciri kepakaran atau
profesi, sangat penting.
Mungkin dalam pikiran Anda, ada yang bertanya:
Bagaimanakah, jika belum memiliki kepakaran. Apa
yang harus dijadikan landasan profesinya?
Pertanyaan seperti itu biasanya muncul dari seorang pemula
atau calon penulis yang baru mau meniti kariernya sebagai
fungsional. Jadi, dapat dimaklumi kalau mempersoalkan basis
kepakarannya karena memang biasanya belum memiliki pilihan.
33. 15
Siapa pun Bisa Membuat Karya Tulis Ilmiah
Terlebih lagi, dengan aturan yang berlaku saat ini yang
membolehkan seseorang menjadi kandidat peneliti dari basis
keilmuan yang tidak dibatasi.
Bagi pemula—kalau boleh saya sebut seperti itu—silakan saja
membuat tulisan sesuai dengan minat yang dimiliki. Jika Anda
berada di lingkup pertanian, pilihan minatnya bisa beragam, di
antaranya bidang pemuliaan tanaman, bidang teknik agronomis,
hama penyakit, kesuburan tanah, biogen, pascapanen, mekanisasi,
sosial ekonomi, atau banyak lagi. Biasanya minat seseorang
kerap kali dilandasi basis pendidikan formal yang pernah ditem
puhnya.
Seorang jebolan pendidikan teknik pertanian tentu akan
lebih tertarik pada materi tulisan yang ada hubungannya dengan
teknik pertanian. Jika dalam pendidikannya mengambil jurusan
pemuliaan tanaman sebagai mayor, ia pasti akan lebih cepat kalau
menulis aspek-aspek yang terkait dengan pemuliaan tanaman.
Orang teknik akan membahas fenomena itu dari sisi teknik,
dan orang sosial ekonomi membahasnya dalam perspektif sosial
ekonomi.
Membaca itu Penting
Dari apa yang saya alami sebelum menekuni profesi peneliti, saya
menghadapi persoalan dalam menulis naskah. Apalagi untuk
menuliskan sesuatu dalam kategori ilmiah. Tidak sedikit pun
terlintas di pikiran, bagaimana cara menyampaikan gagasan dan
meramunya menjadi tulisan yang sistematis. Ya, apalagi untuk
tulisan ilmiah.
34. 16 Menggagas KTI!
Langkah awal untuk mewujudkan cita-cita membuat tulisan
ilmiah adalah dengan banyak membaca tulisan ilmiah yang
ditulis pakar. Tentu materi tulisan yang dibaca adalah yang sesuai
dengan minat kita. Bentuk tulisan yang dibaca, beragam. Mulai
dari tulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian, makalah dalam
prosiding dan artikel jurnal.
Namun, yang harus diingatkan adalah apa yang dikatakan
membaca itu bukan sekadar mengeja tulisan, melainkan lebih
pada berupaya memahami “roh” tulisan. Artinya ketika membaca
tuilsan seorang pakar, yang harus dilakukan adalah memahami
dengan baik hal-hal seperti berikut.
Bagaimanakah cara penulis mengungkapkan pendapatnya
•
dalam naskah?
Bagaimanakah penulis artikel itu merangkai atau
•
menyintesis pendapat-pendapat pakar yang dicuplik
dalam tulisan?
Bagaimanakah ia mengemas tulisan dalam format
• ilmiah?
Apa saja jenis data dan informasi yang ia gunakan?
•
Dari mana saja sumber data dan informasi yang ia jadikan
•
acuan atau referensi?
Hitung, berapa jumlah halaman yang ia tulis, bentuk
•
huruf yang digunakan apa, berapa spasinya dan berapa
jarak yang digunakan antarparagraf. Apakah setiap alinea
diawali kata yang dijorokkan atau tidak?
35. 17
Siapa pun Bisa Membuat Karya Tulis Ilmiah
Banyak lagi pelajaran yang dapat disimak dari suatu tulisan.
Membaca itu sangat banyak manfaatnya dan nyata untuk
mendukung kemampuan menulis. Oleh karena itu, kegiatan
membaca tidak dapat ditawar. Kalaupun tidak dikatakan wajib,
menyediakan waktu untuk membaca harus dijadikan kebiasaan.
Saya mulai bisa belajar menulis secara terstruktur, membuat
outline atau peta pikiran, serta mengasah teknik menulis cepat,
semuanya diperoleh dari hasil membaca. Setelah mempunyai
kebiasaan membaca maka menulis serasa bukan persoalan yang
rumit.
Intinya, sekecil apa pun potensi menulis, semua bisa diasah,
dilatih terus-menerus dan diperbaiki tekniknya. Kemampuan
juga bisa meningkat kalau kita selalu memperkaya wawasan,
memperbanyak bahan bacaan, mempelajari contoh-contoh
tulisan, atau model penulis yang memotivasi kita.
Edy Zaqeus (2012), dalam menutup Bab tulisannya yang
berjudul “Semua Orang Berbakat Menulis” memberikan tips yang
bisa dijadikan acuan oleh kita yang berhasrat membuat KTI.
Latihanterus-menerus,keberanianmencobamenuangkan
gagasan sendiri, menemukan model yang bagus, serta
keyakinan pada kemampuan diri itulah yang paling banyak
berperan dalam mewujudkan mimpi-mimpinya dalam dunia
penulisan buku. Jadi, bukan semata-mata karena bakat!
Jadi, saya pun yakin Anda membaca buku ini, sudah pasti
menunjukkan hasrat besar untuk bisa membuat KTI.
36. 18 Menggagas KTI!
Kuncinya Sediakan Waktu
Banyak ide untuk menulis, tetapi tak kunjung menghasilkan
sebuah tulisan pun. Itulah keluhan yang sering muncul dari
seseorang yang berminat mau menulis.
Memangdiakui,banyakgodaanuntukmulaimenulis.Kondisi
seperti itu hampir dialami oleh siapa pun. Para pakar sekalipun
yang sekarang terkenal menjadi penulis, dulunya juga pernah
mengalami godaan ini. Oleh karena itu, jika kondisi seperti itu
terjadi pada Anda, tidak usah disesali. Tidak usah merasa tidak
mampu.
Memiliki ide memang penting. Akan tetapi, memiliki ide
saja belum cukup untuk mewujudkan impian membuat KTI.
Masih ada satu lagi persyaratan yang diperlukan agar ide itu tidak
terhenti hanya pada sebatas ide.
Keputusannya tidak bergantung kepada orang lain, tetapi ada
dalam diri masing-masing. Posisinya tidak sekadar persyaratan
biasa, tetapi dapat dikategorikan sebagai persyaratan kunci.
Kalaupersyaratankunci
itu terpenuhi, mewujudkan
KTI bukan hanya impian,
melainkan kenyataan
Namun, jika tidak bisa
memenuhi persyaratan
kunci, cita-cita membuat
KTI akan tetap menjadi
impian.
Alokasikan waktu
Anda dalam
sehari untuk
menulis, mungkin
30 menit.
37. 19
Siapa pun Bisa Membuat Karya Tulis Ilmiah
Apakah faktor kunci untuk mewujudkan impian itu?
Jawabannya adalah “waktu”. Seperti pesan yang terkandung
dalam judul sub topik ini: “kuncinya sediakan waktu”.
Waktu kerap kali dijadikan kambing hitam dan kesibukan
dijadikan sebagai alasan pembenaran untuk tidak menghasilkan
tulisan, apalagi dalam bentuk KTI. Kita terkadang melupakan
bahwa membuat KTI itu penting untuk meningkatkan kredi
bilitas.
Kalau tidak dimulai, siapa yang peduli?
Kembali ke persoalan waktu, betulkah kita tidak punya waktu
untuk menulis? Bagaimanakah cara mengukur bahwa kita punya
waktu atau tidak?
Marilah kita simak penuturan Edy Zaqeus (2012) kembali. Ia
membedakan orang-orang sibuk pada tiga kelompok. Pertama,
tipe orang-orang yang sibuk total. Mereka ini hampir mustahil
mengalokasikan waktu yang memadai untuk beraktivitas di luar
urusan keseharian mereka.
Kedua, tipe orang yang sibuk, tetapi masih punya sedikit saja
waktu luang, yang biasanya dihabiskan untuk rekreasi bersama
keluarga atau menjalankan hobinya.
Ketiga,tipeorangsibukyangmasihpunyasedikitwaktuluang,
namun belum dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan produktif.
Silakan ukur keadaan Anda. Apakah Anda termasuk pada
salah satu dari tiga tipe orang sibuk seperti di atas. Marilah simak
uraian berikut.
Jika Anda termasuk ke dalam tipe yang
• totaly and extremely
busy, (tipe pertama) tentu tak bisa dipaksa untuk membaca
apalagi menulis. Anda perlu dibantu seorang profesional.
38. 20 Menggagas KTI!
Jika Anda termasuk ke dalam tipe kedua atau tipe ketiga, Anda
•
memiliki peluang besar untuk membuat karya tulis.
Bagaimanakah cara mengatasi persoalan waktu?
Tentu jalan keluar untuk mengatasi persoalan waktu tersebut
tidak sama bagi setiap orang. Tidak ada standar yang berlaku
secara umum bagi semua orang. Hal itu sangat bergantung pada
motivasi diri masing-masing.
Namun, apa yang disarankan oleh Edy Zaqeus dalam bukunya
Resep Cespleng Menulis Buku Best Seller: Jurus Jitu Menulis Buku
Laris untuk Orang Sibuk seperti Anda mungkin bisa dijadikan
acuan.
Saran tersebut intinya mengajak kita untuk mencoba
menghitung rata-rata penggunaan waktu efektif dan sisa waktu
yang mungkin ada dalam setiap jenis kegiatan. Optimalkan sisa
waktu itu untuk berkarya. Ia menulis begini:
Asal ada tekad dan hasrat yang kuat, persoalan
waktu pasti bisa ditaklukkan.
Jika kita berani memerinci atau menghitung secara persis
waktu paling efektif yang digunakan untuk bekerja, pasti akan
kita temukan sisa waktu yang bisa dialokasikan untuk membuat
KTI.
Pelajaran penting dari penuturan seorang penulis buku
tersebut mendorong kita agar selalu dapat menyisihkan waktu
untuk membaca dan menulis.
Ada peribahasa: “Ala bisa karena biasa” yang artinya segala
kesukaran tak akan terasa lagi apabila sudah terbiasa. Hal ini
termasuk dalam hal mengatur waktu.
39. 21
Siapa pun Bisa Membuat Karya Tulis Ilmiah
Kapan waktu untuk me
nulis yang efektif? Jawab
annya,
tidak ada patokan. Artinya, tidak ada anjuran kapan waktu yang
disarankan untuk membuat tulisan.
Setiap orang memiliki siklus mood yang berbeda. Ada yang
bisa menulis pada sore hari, malam hari, atau pagi hari. Selain
faktor waktu, tempat menulis juga bisa dilakukan di mana saja.
Ketikadalamsuatuforumdiskusiseorangpesertamenanyakan
kepada pemrasaran yang diketahui sebagai pakar yang posisinya
sangat sibuk, tetapi tetap produktif menulis: Kapan waktu menulis
yang efektif?
Jawabannya: “Saya menulis di mana saja. Termasuk menulis
di pesawat ketika dalam perjalanan ke luar daerah.”
Akan tetapi, ada pakar lain yang menyatakan ia biasa menulis
pada waktu menjelang subuh hingga pagi hari.
Saya sendiri kerap kali mendapat dorongan untuk menulis
itu pada waktu pagi-pagi menjelang berangkat ke kantor. Oleh
karena itu, tidak jarang saya kesiangan masuk kantor, gara-gara
tidak mau kehilangan mood menulis. Namun, semenjak aturan
masuk kantor sekarang menjadi ukuran kedisiplinan, saya mulai
mengubah kebiasaan itu.
Saya biasa menuliskan gagasan pada saat kali pertama duduk
di ruang kerja, sebelum mengerjakan pekerjaan kantor.
Apa yang dapat menjadi pelajaran dari paparan di atas?
Kesimpulannya adalah tidak ada halangan bagi siapa pun untuk
menulis jika dalam dirinya sudah terbangun komitmen yang kuat
menjadi penulis.
Jadikan kegiatan menulis ke dalam agenda kesibukan
harian sehingga menulis tidak dianggap menjadi beban, tetapi
40. 22 Menggagas KTI!
menjadi kebiasaan dalam rutinitas sehari-hari. Jika hal ini sudah
dibiasakan, jangan heran jika menulis itu menjadi kebutuhan,
sekaligus menyenangkan.
Namun, perlu diingat bahwa membaca dan menulis berjalan
seiring. Stephen King, novelis kelas dunia, menyatakan bahwa
“Jika Anda tidak memiliki waktu untuk membaca, Anda pun
tidak akan memiliki waktu (atau alat) untuk menulis. Sederhana
saja.”[]
41. Pernahkah Anda mengalami dan merasakan keinginan yang
mengebu-gebu untuk menulis? Namun, ketika sudah bersiap
di depan komputer atau laptop, tidak satu pun kalimat yang
dapat dituangkan ke dalam tulisan? Anda hanya bengong di
depan laptop, tidak berbuat apa-apa. Tidak tahu apa yang harus
dituliskan dan dari mana harus mulai menulis.
Menggali Inspirasi Menentukan Ide
Jika Anda mengalami hal itu, artinya pada saat itu Anda sedang
kehilangan inspirasi atau tidak punya ide untuk menuliskan
sesuatu. Namun, tidak usah heran karena kondisi itu bukan hanya
terjadi pada diri Anda seorang. Setiap penulis pernah mengalami
kondisi demikian.
Berbeda dengan kondisi di atas, kadang-kadang ketika sedang
membaca, atau memperhatikan acara di TV, sedang mengemudi
Manfaatkan
Data yang Ada
3
42. 24 Menggagas KTI!
atau sedang mendengarkan ceramah di masjid, tiba-tiba melintas
berseliweran di pikiran kita gagasan-gagasan bagus, ide-ide
cemerlang di luar kesadaran kita. Jika kondisi itu Anda alami,
itulah inspirasi, yang kalau pandai mengelolanya bukan tidak
mungkin akan menghasilkan tulisan.
Jadi, apa sebenarnya inspirasi dan ide itu? Apakah inspirasi
dan ide itu bisa datang dengan sendirinya atau harus diupayakan?
Jika inspirasi itu dapat diupayakan, bagaimana caranya agar
mendapat ide cemerlang untuk membuat KTI? Begitulah masih
banyak lagi pertanyaan terkait inspirasi dan ide ini.
Ada pakar berpendapat bahwa apa yang dikatakan inspirasi
itu adalah kata benda yang berarti “ilham”. Lalu, yang disebut
ilham itu dianggap sebagai petunjuk Tuhan yang timbul di hati,
atau pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati; bisikan hati dan
atau sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta (mengarang
syair, lagu, dan sebagainya).
Pudjiastuti, penulis buku Curahkan Gairah Menulis menge
mukakan bahwa ide bisa timbul di mana pun, kapan pun,
tanpa harus susah mencarinya, dan saat ide datang kita harus
siap merekamnya dan menyelaraskan ke dalam memori untuk
kemudian dijadikan dorongan untuk menulis (2011).
Namun, pada bagian lain masih di dalam buku yang sama ia
mengemukakanbahwaideituharusdicari.Tanpakitamempunyai
ide kita tidak bisa membuat suatu karya penulisan. Orang-orang
yang berhasil selalu menggunakan pikiran bawah sadar untuk
terus bekerja menghasilkan sebuah ide.
Di dalam mencari ide, kita harus memasang kepekaan
terhadap dinamika lingkungan di sekitar kita. Apakah itu di
43. 25
Manfaatkan Data yang Ada
lingkungan tempat tinggal, atau di lingkungan pekerjaan atau
kantor kita.
Ide itu berseliweran di mana-mana. Bagi yang sudah terbiasa
menulis, ide bagus bisa muncul seperti mengalirnya air dari
mata air. Namun, tidak seperti itu bagi penulis pemula. Untuk
mendapatkan ide tulisan yang bagus, seorang pemula masih
memerlukan alat bantu.
Belajar dari Somsint (2008), cara untuk membantu
menemukan ide bagus itu, di antaranya dari bacaan koran, tabloid,
majalah, buku, jurnal penelitian, skripsi, prosiding, makalah orasi
ilmiah, dan sejenisnya. Di samping itu, hasil penelusuran internet,
mengikutiseminar,diskusi,pelatihan,wawancaradenganberbagai
pihak, juga dapat menjadi sumber ide.
Pendapat itu dikuatkan lagi oleh Romli (2005), mengutip
Maskun Iskandar dari Lembaga Pers Dr. Soetomo Jakarta. Ia
mengemukakan, sumber ide antara lain bacaan, pengamatan,
pengalaman, pendapat, obrolan, pengetahuan, perasaan,
keinginan, dan tontonan.
Bagi saya, kadang-kadang ketika sedang menyelesaikan
laporan juga sering muncul ide tulisan. Biasanya saya segera
menuliskan ide itu dalam secarik kertas atau di-save dalam
ponsel.
Dari apa yang saya alami, inspirasi itu itu bisa muncul dari
komunikasi kita dengan lingkungan. Jangan lupa, ketika kita
mengikuti upacara dan mendengarkan pembina menyampaikan
petuahnya, terkadang juga memunculkan gagasan untuk
dikembangkan menjadi ide tulisan.
Ketika sedang mengevaluasi proposal penelitian, atau
sedang menyunting makalah, sering juga muncul inspirasi. Ide-
44. 26 Menggagas KTI!
ide kerap kali muncul bersamaan dengan kesibukan. Ide yang
kemunculannya tidak diusahakan, bisa dikategorikan semacam
“ilham” seperti yang sudah dikemukakan pada awal uraian bab
ini.
Seiring dengan pendapat di atas, Mudrajad Kuncoro (2011)
penulis buku Mahir Menulis memberikan tips cara menggali
inspirasi. Ada sepuluh cara menggali inspirasi menurutnya
sebagai berikut: 1) melakukan blogwalking; 2) membaca majalah;
3) menonton film; 4) mengamati peristiwa; 5) diskusi dengan
teman; 6) mengikuti kesenian; 7) tamasya atau berkunjung ke
suatu tempat; 8) melakukan ibadah; 9) berjalan-jalan, dan 10)
melakukan kumpul bareng.
Blogwalking yang dimaksud adalah melakukan penelusuran
blog-blog yang bertebaran di dunia maya. Banyak materi yang
ditampikan setiap penulis blog sesuai dengan minatnya masing-
masing. Ketika tertarik pada suatu masalah, tinggal klik saja
judul materi yang diinginkan pada mesin pencari seperti Google,
akan bermunculan tulisan yang terkait dengan materi yang kita
inginkan. Saya juga termasuk melakukan seperti saran Kuncoro
tersebut. Hal yang sama akan diperoleh dari kegiatan lainnya
seperti disarankan di atas.
Ketika Anda berkeinginan menuangkan gagasan, tetapi tidak
tahu dari mana harus mulai atau apa yang harus dituliskan kali
pertama, salah satu jalan keluar yang disarankan adalah meniru
tulisan pakar yang kepakarannya sama dengan Anda.
Cara seperti itu juga disarankan Kuncoro (2011) mengutip
William Zinsser. Ia mengemukakan:
45. 27
Manfaatkan Data yang Ada
“Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap
seniman yang tengah mengasah keterampilannya
membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan
menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit
penulis yang Anda tiru.”
Namun, jangan salah menafsirkan. Meniru yang dimaksud
adalah terbatas pada upaya mempelajari pola atau gaya. Bukan
menjiplak tulisan pakar, lalu dijadikan tulisan kita. Ini tidak
dianjurkan, bahkan harus dihindari karena termasuk kategori
“plagiat”.
The Liang Gie, pakar administrasi yang juga banyak menulis
buku tentang menulis menyebut “peniruan” itu dengan istilah copy
the master. Bahkan, cara radikal yang digunakan adalah menulis
ulang sebuah karya penulis yang menjadi favorit Anda. Jadi, Anda
bisa merasakan sendiri bagaimana sang penulis memilih kata dan
menyusun kalimat. Cara yang boleh Anda coba juga.
Menurut Somsint (2008), ide itu menjadi jantungnya
hasrat kita menulis. Apabila idenya bagus, detakan jantungnya
begitu sempurna dan akan mengalirkan darah semangat untuk
menuliskan dan segera menyelesaikannya.
Ide merupakan hal utama. Logikanya tanpa ada ide mana
mungkin ada tulisan. Menggali ide adalah tahap awal sebagai
pembuka jalan untuk menulis. Apakah mau menulis naskah,
artikel, atau menulis buku?
Di dalam proses pencarian ide untuk kemudian dijadikan
bahan tulisan, hal itu tidak terlepas dari apa yang disebut proses
kreatif seperti yang disampaikan Pranoto.
46. 28 Menggagas KTI!
Pranoto, seorang penulis kawakan, memberikan ilustrasi
proses kreatif menulis dalam bentuk diagram alir, yang
menghubungkan antara menulis, ide, dan olah ide. Ketiga unsur
itu di dalam diagram alir ada dalam satu aliran dengan anak panah
melingkar, seperti dalam Gambar 1. (2011)
Gambar 1. Ilustrasi Proses Kreatif
Apa yang saya pahami dari ilustrasi tersebut menunjukkan
adanya proses kesinambungan antara ide, olah ide, dan menulis.
Ketika sampai kegiatan menulis bisa muncul ide lagi, kemudian
bisa diolah lagi menjadi tulisan lagi. Dengan demikian, yang
namanya proses kreatif itu mampu memanfaatkan berbagai
kondisi dijadikan sumber ide untuk tulisan.
Setelah mendapatkan ide, kembangkan menjadi sudut
pandang yang unik dan spesifik. Setelah itu, tentukan pesan yang
hendak Anda sampaikan lewat tulisan tersebut.
47. 29
Manfaatkan Data yang Ada
Setelah mendapatkan ide, Anda harus menguji sendiri
ide tersebut (Romli, 2005). Kegiatan itu dimaksudkan untuk
mengetahui apakah ide itu kalau dijadikan tulisan akan
memberikan manfaat bagi masyarakat, atau tidak?
Pengujian ide atau topik tulisan perlu dilakukan dengan
menelaah hal-hal yang belum diketahui oleh pembaca sasaran.
Jika pembaca sasaran atau pengguna informasi telah mengetahui
segala sesuatu yang disajikan dalam artikel, itu artinya kerja
penulis menjadi tidak bermanfaat.
Ketika kita sudah mendapatkan ide untuk menulis tentang
suatu masalah, langkah berikutnya segeralah cari informasi yang
lebih mendalam.
Adakah ide itu sudah ditulis orang atau belum? Karena
mungkin saja ide itu sebelumnya sudah ada yang menulis. Jika
sudah ada yang menulis, lalu apa kira-kira bedanya? Tentukan
sejak awal sehingga kita tidak terjebak menuliskan sesuatu yang
ternyata sudah ditulis orang lain.
Informasi awal untuk mengetahui kondisi ide tulisan itu yang
paling mudah adalah mencarinya di “Google” atau mesin pencari
lainnya. Ketik kata kunci yang dicari pada mesin pencari itu.
Setelah itu, akan muncul banyak informasi terkait dengan kata
kunci yang dimasukkan.
Pilihlah atau jika perlu unduhlah informasi itu. Apakah
itu sekadar informasi sekilas, atau artikel dalam suatu terbitan.
Kumpulkan informasi itu secara rapi dalam suatu folder, yang
gampang untuk diungkap.
Ide yang dapat dijadikan roh tulisan adalah ide yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
48. 30 Menggagas KTI!
aktual, dan berbeda dari pandangan umum;
•
mengandung
• novelty atau unsur kebaruan;
memberikan manfaat bagi banyak orang;
•
mengungkap hal-hal baru, orisinal,
• gagasan sendiri;
memiliki sikap menggugah, mengandung kejutan;
•
menyangkut peristiwa/
• fenomena besar.
Karakteristik ide sebagaimana dimaksudkan di atas pada
intinya harus “menjual”, tidak basi, dan tetap mengandung
kebaruan.
Sekarang waktunya bagi Anda memanfaatkan data yang ada
sebagai sumber ide. Salah satu sumber ide berharga yang sudah
Anda miliki saat ini adalah laporan. Saya yakin, Anda pernah
terlibat menyusun laporan.
Buka Fail Laporan
Ajakan memanfaatkan data yang ada sebagaimana subbab di
atas karena saya percaya, Anda memiliki banyak data. Data yang
dimaksud tidak harus diartikan dari kegiatan penelitian atau
pengkajian saja.
Data hasil pendampingan, kegiatan diseminasi, penyuluhan
atau bahkan data hasil observasi/pengamatan dalam perjalanan
ke suatu daerah, juga dapat dimanfaatkan untuk tulisan.
Mengapa saya mengajak membuka fail laporan, dasarnya dari
pengalaman. Ketika selesai melakukan penelitian, normatifnya
pasti membuat laporan hasil penelitian. Apakah laporan itu sudah
di-print atau masih dalam fail? Saya asumsikan, meski laporan itu
sudah di-print, failnya masih utuh. Itulah yang dimaksud.
49. 31
Manfaatkan Data yang Ada
Buka fail laporan! Telaah dengan cermat.
Lalu, mulailah dengan mengembangkan beberapa pertanyaan
kritis yang didasarkan pada kepenasaran terhadap data dan
informasi yang ada tersebut. Biasanya, dengan cara itu nanti
muncul ide atau gagasan atau inspirasi untuk menulis.
Judul Bab sebagai Inspirasi
Coba perhatikan bab demi bab dari laporan itu. Lihat juga tujuan
penelitian dan perhatikan metode analisis yang digunakan. Semua
itu menjadi sumber inspirasi dan ide yang sangat berharga untuk
memperkaya bahasan.
Jadikantiap-tiapbabdalamlaporanitumenjadiinspirasiuntuk
tulisan. Maksudnya, jika laporan itu di dalam pembahasannya
terdiri atas dua atau tiga bab, ya sebanyak bab itu pula harus
diupayakan mendapat ide untuk dijadikan tulisan.
Tentu saja, kita harus kreatif mengemasnya. Menjadikan bab
itu sebagai satu tulisan maksudnya menjadikan uraian di dalam
bab itu menjadi inti bahasan untuk naskah yang akan dibuat.
Tinggal melengkapi naskah itu dengan bab pendahuluan dan
metodologi serta kesimpulan.
Buatlah narasi pendahuluan yang sesuai dengan isi bahasan
diambil dari bab laporan yang sudah disiapkan tadi. Perbarui
datanya sehingga tidak kedaluwarsa.
Metode Penelitian sebagai Inspirasi
Selain berasal dari bab per bab laporan, inspirasi bisa juga
dikembangkan dari metode penelitian yang digunakan dalam
50. 32 Menggagas KTI!
laporan. Metode penelitian yang digunakan dalam laporan bisa
dibedah.
Dibedah itu maksudnya diuraikan turunan rumusnya, lalu
diperkuat landasan teori yang relevan. Jurnal yang memuat
karya tulis tentang metodologi ini disebut metadata. Bagi Anda
yang memiliki tulisan metadata, bisa dikirim ke majalah ilmiah
Informatika di Sekretariat Balitbangtan. Informatika merupakan
salah satu majalah ilmiah nasional yang orientasinya mengungkap
metadata.
Data Sekunder sebagai Inspirasi
Jika data primer sudah habis diangkat menjadi tulisan, masih ada
sumber inspirasi lain yaitu yang berasal dari data dan informasi
sekunder. Biasanya ketika melakukan penelitian, data, dan
informasi sekunder ini ikut dikumpulkan. Tidak jarang kita selalu
mengopi buku statistik, buku laporan dinas teknis terkait, laporan
tahunan, statistik perkembangan produksi, laporan seri waktu
tentang topik tertentu, dan data sejenisnya.
Data dan informasi sekunder tersebut menjadi sumber
yang berharga untuk bahan KTI yang kandungannya tinjauan
(review).
Kembangkan Sikap Kritis Anda
Selain bersumber dari laporan, inspirasi dan ide untuk menulis
dapat juga bersumber dari berbagai fenomena di sekitar kita.
Caranya dapat diperoleh dari hasil sikap kritis yang dapat
dikembangkan.
51. 33
Manfaatkan Data yang Ada
Sikap kritis yang dikem
bangkan biasanya dilandasi
oleh status dan kepakaran.
Apakah Anda dalam status
sebagai peneliti, widyaiswara,
penyuluh, atau dosen, tentu
akan memiliki pandangan
kritis masing-masing.
Walaupun demikian,
un
tuk dapat melakukan hal
itu perlu dorongan yang
kuat. Salah satunya dilakukan dengan cara memotivasi diri agar
mengembangkan sikap ilmiah.
Sikap ilmiah menjadi tuntutan bagi seorang ilmu
wan, peneliti
atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan yang
muncul dan berkembang di lingkungan kita, terlebih hal itu
terkait dengan dunia ilmiah.
Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dan dikembangkan dalam
berbagai forum ilmiah, contohnya dalam diskusi, seminar,
lokakarya, dan penulisan karya ilmiah.
Sikap-sikap ilmiah yang perlu ada dan dikembangkan dalam
diri kita sebagai ilmuwan, peneliti, atau akademisi tersebut
dikemukakan oleh Hendayana (2013) mengutip Masnur Muslich
(2010), yaitu sikap ingin tahu; sikap kritis; sikap terbuka; sikap
objektif; sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap
menjangkau ke depan.
Penulis
KTI perlu
mengembangkan
sikap ilmiah
terus-menerus.
52. 34 Menggagas KTI!
Selalu Penasaran, Ingin Mengetahui
Dalam bahasa sehari-hari, sikap ingin tahu ini wujudnya adalah
selalu penasaran yang mendorong selalu ingin bertanya. Tentu
dalam hal ini menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan
persoalan keilmuan Anda atau dalam lingkup yang menjadi
bidang kajian. Dengan selalu mengembangkan rasa penasaran
ini, akan tumbuh sikap kritis terhadap apa yang dilihat, atau apa
yang dirasakan, terutama jika berbeda dengan konsep yang ada
dalam diri Anda.
Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-
unsurnya? Dan seterusnya merupakan contoh pertanyaan yang
menjadi perwujudan dari rasa penasaran.
Selalu Kritis
Kritis yang dimaksud dalam uraian ini artinya ketika melihat data,
tidak langsung menggunakan data itu dalam pembahasan. Akan
tetapi, pelajari dulu. Apakah data itu logis, rasional, masuk akal,
ada dukungan informasinya yang relevan?
Contohnya, jika di bidang pertanian Anda menemukan
informasi produksi padi di suatu daerah agro-ekosistem lahan
rawa menghasilkan padi contohnya 10 ton per hektare, jangan
langsung informasi itu dijadikan basis analisis. Cari pembanding,
betulkah padi di lahan rawa mampu menghasilkan produksi
sebanyak itu? Kalau tidak benar, jangan digunakan.
Seperti itulah sikap kritis ynag dimaksud. Oleh karena itu,
sikap kritis merupakan sikap ilmiah yang perlu dikembangkan
ketika dihadapkan pada data dan informasi yang ada. Hampir
sama dengan sikap ingin tahu, sikap kritis ini dalam praktiknya
53. 35
Manfaatkan Data yang Ada
ditunjukkanolehkebiasaanmencariinformasitambahansebanyak
mungkin untuk membuktikan sesuatu yang sudah dilihatnya.
Data yang ada dibanding-bandingkan, dipelajari apa yang
menjadi kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya,
kebenaran-tidak
nya, dan sebagainya.
Mengembangkan Sikap Membuka Diri
Membuka diri ini dalam kata lain tidak egois, atau tidak merasa
benar sendiri dan siap dikritik. Dalam bahasa sehari-hari,
sikap terbuka sama dengan “legowo”, yaitu secara ikhlas mau
mendengarkan pendapat, argumentasi, dan keterangan orang
lain.
Hal itu penting karena dengan demikian akan memperkuat
pendapat atau ide pemikiran dalam tulisan yang dibuat. Tentu,
pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut
tidak selalu harus diterima. Kita dapat mengemukakan justifikasi
pembenaran materi jika tidak sepaham atau tidak sesuai. Hal itu
bukan menjadi persoalan. Adanya tanggapan orang lain dapat
dijadikan tolok ukur bagi kebenaran data yang ada.
Senantiasa Bersikap Objektif
Objektifsepertidipesankandalamsubbabinisamadenganfaktual.
Menyatakan apa adanya sesuai dengan fakta. Jadi, sikap objektif
ini menunjukkan kebiasaan untuk menyatakan apa adanya, tanpa
diikuti perasaan pribadi.
Dalam hal ini seorang yang memegang teguh sikap objektif
ini akan menyampaikan hasil apa adanya meskipun tidak sesuai
dengan harapan atau tidak sesuai dengan yang dipesankan.
54. 36 Menggagas KTI!
Menghargai Karya Orang Lain
Ketika membuat karya tulis ilmiah, sudah pasti di dalamnya
mencuplik pendapat pakar sebagai referensi atau acuan untuk
memperkuat atau meyakinkan pendapat yang kita ajukan.
Kebiasaan untuk menyebutkan sumber data dari pakar itu
merupakan bagian dari sikap rela menghargai karya orang lain.
Jadi, dalam mengemukakan karya ilmiah selalu dihindari
sikap plagiat, atau mengakui pendapat orang lain sebagai pendapat
pribadi. Selain melanggar kode etik, hal ini juga dapat berkon
sekuensi hukum melanggar UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002
yang mengandung delik biasa. Delik biasa artinya tindakan plagiat
dapat langsung ditangani aparat hukum tanpa perlu dilaporkan.
Berani Mempertahankan Kebenaran
Berani mempertahankan kebenaran erat kaitannya dengan sikap
objektif seperti telah dikemukakan. Ketika dari hasil penelitian
atau pengkajian, ditemukan fakta yang berbeda dengan teori yang
ada maka ia berani mempertahankan temuannya itu. Terlebih
kalau proses yang dilalui dalam menemukan hal itu ditempuh
melalui prosedur ilmiah yang baku.
Jadi, sikap berani mempertahankan kebenaran tersebut
tampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan
atau pengembangan. Dasarnya, kita yang mengumpulkan
informasi di lapangan tentu paling tahu kondisinya.
Berpikiran Jauh ke Depan
Berpikiran jauh ke depan mengandung arti memiliki sifat
kekinian atau kebaruan. Apa yang ditemukan dari hasil penelitian
55. 37
Manfaatkan Data yang Ada
atau pengkajian selalu didukung perspektif pengembangannya
ke depan. Jadi, sikap menjangkau ke depan ini ditunjukkan oleh
adanya keinginan untuk selalu ingin membuktikan hipotesis yang
disusun demi pengembangan bidang ilmunya.
Denganmengembangkansikap-sikapilmiahsepertidiuraikan
di atas, akan sangat membantu dalam mewujudkan cita-cita
membuat KTI.
Gali dan Rumuskan Permasalahan
Setelah memiliki ide dan berniat menjadikan ide tersebut sebagai
landasan KTI, langkah berikutnya yang penting dilakukan adalah
menggali dan merumuskan permasalahan.
Permasalahan ini menjadi faktor kunci dan boleh dibilang
sebagaipengungkitataualasanyangmendorongmengapakegiatan
ini perlu diangkat menjadi topik pengkajian. Atau mengapa materi
ini perlu diangkat menjadi tulisan, dan sebagainya.
Kedudukan permasalahan dalam sebuah KTI sangat
krusial. Hal ini karena selain berperan untuk menguatkan
justifikasi perlunya melakukan kegiatan tertentu, permasalahan
itu juga menjadi acuan dalam menetapkan tujuan dan menjadi
acuan pemilihan alat analisis data yang akan digunakan. Jika
permasalahan tidak jelas, Anda akan kehilangan arah. Penelitian
ini mau menghasilkan apa? Atau KTI ini mau mengungkap
fenomena apa?
Dari pengalaman mengevaluasi naskah KTI, saya kerap kali
menemukan kondisi seperti itu. Jika di dalam latar belakang tidak
jelas permasalahannya, sudah pasti penetapan tujuan kegiatan
juga akan keliru. Hal ini karena pada intinya tujuan itu menurut
56. 38 Menggagas KTI!
filosofinya adalah untuk memecahkan masalah. Jadi, kalau
masalahnya tidak jelas, apa yang peru dicarikan solusinya?
Itu kalau permasalahan tidak jelas, apalagi kalau sama
sekali tidak mencantumkan permasalahan. Tentulah sudah pasti
tujuannya akan ngawur.
Tidak berhenti di situ. Dampak ketidakjelasan pengungkapan
permasalahanyangmengakibatkanpadaketidakjelasanpenetapan
tujuan itu, berikutnya akan memengaruhi penetapan metode
analisis. Jika kondisi itu benar-benar terjadi dalam suatu naskah,
naskah itu dinilai tidak memenuhi syarat sebagai KTI.
Lalu, apakah yang dimaksud dengan permasalahan itu?
Kalau dibaca sepintas, pertanyaan itu sederhana sekali dan
sepertinya tidak harus dipersoalkan. Namun, faktanya apa yang
dianggap sederhana itu dalam praktiknya tidaklah sesederhana
seperti yang kita duga.
Dari pengalaman melakukan evaluasi naskah dalam
kapasitas sebagai dewan redaksi majalah ilmiah, saya masih
menangkap kesan penulis kurang memahami apa yang disebut
permasalahan.
Bermaksud mengungkap permasalahan, tetapi yang
disampaikan adalah keadaan.
Mungkin Anda bertanya dalam hati, di mana letak perbedaan
antara permasalahan dan keadaan itu? Baik, untuk menjawab hal
itu saya tidak ingin menjawabnya secara langsung. Saya akan
menjawab perbedaan tersebut, dengan mengemukakan contoh
riil.
Dengan demikian, Anda akan dapat menjawabnya sendiri
dengan mudah membedakan antara keadaan dan permasalahan.
57. 39
Manfaatkan Data yang Ada
Lagi-lagi sebelum menyampaikan contoh ini, saya harus meminta
maaf karena dalam memberikan contoh ini saya mengambil kasus
di lingkungan pertanian.
Contoh pertama:
Potensi padi di daerah ini dapat mencapai delapan ton gabah
keringpanenperhektare,tetapipetanibarumampumenghasilkan
lima ton gabah kering panen per hektare.
Permasalahannya adalah sebagai berikut.
Faktor-faktor apa yang memengaruhi produktivitas padi di
•
daerah ini?
Bagaimanakah apresiasi petani terhadap padi varietas unggul
•
baru?
Bagaimanakah pola diseminasi
• teknologi yang efektif untuk
mendorong peningkatan produktivitas padi?
Contoh kedua:
Petani di agro-ekosistem lahan sawah pasang surut berhasil
memperoleh produktivitas padi sekitar tiga ton gabah kering
panen. Pemerintah berupaya meningkatkan produktivitas padi di
lahan pasang surut dengan mengintroduksi padi yang adaptif di
lahan pasang surut.
Mari perhatikan dua contoh pernyataan tersebut. Manakah
pernyataan yang mengandung permasalahan?
Saya berharap Anda setuju dengan memilih pernyataan
yang pertama. Mengapa pernyataan pertama dianggap paling
tepat mengandung permasalahan karena dalam ungkapannya
58. 40 Menggagas KTI!
jelas menunjukkan adanya
kesenjangan antara potensi
hasil dan hasil aktual.
Potensi hasilnya delapan
ton, aktualnya baru lima ton.
Ada kesenjangan tiga ton
antara harapan (delapan ton)
dankenyataan(limaton).Dari
kondisi seperti itu kita dapat
mengembangkan pertanyaan
dari berbagai aspek baik
teknis maupun nonteknis seperti terlihat dalam contoh tersebut.
Permasalahan menunjukkan fakta empiris yang memerlukan
pemecahan.
Sekarang mari simak contoh kedua. Pada ungkapan contoh
kedua ini kita pahami di situ ada “permasalahan” yakni agro-
ekosistem la
han rawa pasang surut yang memang kapasitas
produksinya rendah. Namun, senyatanya agro-ekosistem lahan
rawa pasang surut itu adalah keadaan. Contoh lainnya adalah
kekeringan berkepanjangan, banjir bandang, perubahan iklim.
Jelasnya, apa yang dimaksud dengan permasalahan itu
ditunjukkan oleh adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan
dan kenyataan yang ada dan jalan keluarnya diprediksi akan dapat
diupayakan melalui penelitian.
Sementara itu, apa yang dimaksud dengan keadaan identik
atau sama dengan fenomena, yaitu sesuatu yang dapat dilihat,
diraba, dan dirasakan. Dengan kata lain, keadaan itu sama
dengan “potret” saat ini (existing). Apa yang terlihat seperti itulah
keadaan.
Pastikan ide
yang Anda
sajikan adalah
permasalahan,
bukan keadaan.
59. 41
Manfaatkan Data yang Ada
Permasalahan itu harus dapat dipecahkan melalui penelitian,
atauresearchable.Janganmengangkatpermasalahanyangsolusinya
bukan melalui penelitian. Ketika menyampaikan permasalahan
itu, harus dikaitkan dengan konsep ilmu pengetahuan yang
relevan.
Satu lagi yang penting dalam mengungkapkan permasalahan
itu adalah cara menampilkannya dengan kalimat pertanyaan.
Mungkin Anda bertanya mengapa harus dengan kalimat tanya?
Jikapermasalahanituditampilkandengankalimatpernyataan,
agak susah mengidentifikasi apakah itu permasalahan atau bukan.
Berbeda halnya jika permasalahan itu ditampilkan dengan kalimat
tanya. Kita akan dengan mudah mengidentifikasi bahwa itulah
persoalan yang akan ditelaah.
Cara menampilkan permasalahan dengan bentuk per
tanyaan
tersebut dapat dilihat kembali pada contoh pertama yang sudah
diungkapkan.
Merumuskan masalah dengan benar akan memudahkan
Anda dalam membuat tujuan. Hal ini karena prinsipnya tujuan
itu adalah harus merupakan jawaban terhadap permasalahan
yang dikemukakan penulis.
Setelah mengetahui pengertian permasalahan, pertanyaan
berikutnya: Permasalahan seperti apa yang layak secara logis
dijadikan justifikasi menyelenggarakan kegiatan? Apakah
semua permasalahan bisa diangkat menjadi latar belakang
kegiatan?
Jawabannya tentu tidak. Tidak semua permasalahan dapat
secara langsung dijadikan latar belakang. Permasalahan yang logis
dijadikan latar belakang penulisan KTI adalah permasalahan yang
60. 42 Menggagas KTI!
solusinya diprediksi dapat diatasi dengan penelitian, pengkajian,
atau pendampingan.
Dengan demikian, dalam konteks KTI, permasalahan itu
sering disebut dengan permasalahan penelitian, yang oleh
beberapa pakar diistilahkan research question. Jadi, bukan
permasalahan yang solusinya di luar penelitian, pengkajian, atau
pendampingan.
Lalu, apakah landasan penentuan permasalahan itu?
Ketika Anda mengangkat permasalahan, tentu harus dida
sarkan pada pertimbangan. Pertimbangan yang harus dijadikan
landasan mengangkat isu permasalahan adalah sebagai berikut.
Permasalahan itu memiliki prioritas tinggi untuk ditangani.
•
Solusi terhadap permasalahan itu akan memiliki dampak
•
besar.
Jika dalam mengatasi permasalahan itu, kemungkinan
•
berhasilnya tinggi.
Itulah kunci rahasia ketika akan menetapkan permasalahan
dalam latar belakang kegiatan.
Bagaimanakah cara merumuskan permasalahan
dalam latar belakang penulisan KTI?
Jika Anda berhasil merumuskan permasalahan dan tujuan
masalah, hal itu sudah menjadi modal dasar yang besar untuk
melanjutkan pembuatan KTI. Mengapa demikian? Karena itulah
titik awal pemikiran yang akan melandasi penyelesaian KTI.
Permasalahan penelitian yang jelas, diikuti dengan penetapan
tujuan yang mantap berlandaskan pada permasalahan akan
61. 43
Manfaatkan Data yang Ada
menjadi instrumen untuk melakukan penyaringan data yang
sudah diperoleh.
Hanya data yang relevan dengan tujuan penulisan KTI
yang diperhatikan. Sisanya disisihkan dulu. Akan tetapi, jangan
dibuang. Siapa tahu ada inspirasi lain untuk memanfaatkan data
yang tidak terpakai itu untuk publikasi lain.[]
63. Langkah awal yang harus disiapkan sebelum menulis naskah
adalah menentukan tema garapan untuk selanjutnya
dispesifikkan menjadi topik. Tema merupakan gagasan pokok
atau ide pikiran sebuah tulisan. Dalam penerapannya tema harus
diturunkan menjadi topik. Bedanya topik biasanya bersifat lebih
spesifik dan cenderung merupakan sebuah frasa (kelompok kata).
Perhatikan contoh berikut:
Tema: Tanaman Buah
Topik: Budidaya Tanaman Buah Pekarangan
Soal tema dan topik ini mungkin mengingatkan Anda pada
pelajaran di bangku sekolah dasar. Namun, biar lebih jelas coba
saya kutipkan informasi dari The Liang Gie (2002) berikut
ini. Sebuah lembaga penelitian filsafat di Amerika Serikat
menemukan bahwa para cendekiawan yang berpikir keras
sepanjang sejarah peradaban telah menciptakan 1.800 ide (tema)
Siapkan
Naskah Anda
4
64. 46 Menggagas KTI!
yang bertalian dengan kehidupan manusia. Setelah dipilah-pilah
dan mengelompokkannya pada rumpun tertentu, tinggallah 700
ide yang sifatnya lebih luas. Seleksinya selanjutnya dilakukan oleh
TimProf.MortimerJ.Adlerhinggaideitudiperaslagimenjadi102
buah ide yang dianggap sebagai ide-ide besar dalam kehidupan
manusia.
Telaah terakhir yang dilakukan oleh Prof. Adler menghasilkan
perasan ide lagi menjadi 64 buah ide besar tentang pengetahuan
serta mencakup ide lain yang lebih spesifik. Berikut ini rincian ide
besar itu.
1. Binatang (Animal)
2. Kesenian (Art)
3. Keindahan (Beauty)
4. Peradaan (Being)
5. Sebab (Cause)
6. Kebetulan (Chance)
7. Perubahan (Change)
8. Warga Negara (Citizen)
9. Konstitusi (Constitution)
10. Demokrasi (Democracy)
11. Keinginan (Desire)
12. Kewajiban (Duty)
13. Pendidikan (Education)
14. Emosi (Emotion)
15. Persamaan (Equity)
16. Evolusi (Evolution)
17. Pengalaman (Experience)
18. Keluarga (Family)
19. Tuhan (God)
65. 47
Siapkan Naskah Anda
20. Baik dan Buruk (Good and Evil)
21. Pemerintahan (Government)
22. Kebiasaan (Habit)
23. Kebahagiaan (Happiness)
24. Kehormatan (Honor)
25. Daya Khayal (Imagination)
26. Pertimbangan (Judgement)
27. Keadilan (Justice)
28. Pengetahuan (Knowledge)
29. Kerja (Labor)
30. Bahasa (Language)
31. Hukum (Law)
32. Kebebasan (Liberty)
33. Hidup dan Mati (Life and Death)
34. Cinta (Love)
35. Manusia (Man)
36. Materi (Matter)
37. Ingatan (Memory)
38. Budi Pikiran (Mind)
39. Alam (Nature)
40. Pendapat (Opinion)
41. Nikmat dan Derita (Pleasure and Pain)
42. Sajak (Poetry)
43. Kemajuan (Progress)
44. Hukuman (Punishment)
45. Penalaran (Reasoning)
46. Hubungan (Relation)
47. Agama (Religion)
48. Revolusi (Revolution)
49. Makna (Sense)
50. Dosa (Sin)
51. Perbudakan (Slavery)
52. Jiwa (Soul)
66. 48 Menggagas KTI!
53. Ruang (Space)
54. Negara (State)
55. Waktu (Time)
56. Kebenaran (Truth)
57. Kezaliman (Tyranny)
58. Kekerasan (Violence)
59. Bajik dan Jahat (Virtue and Vice)
60. Perang dan Damai (War and Peace)
61. Kekayaan (Wealth)
62. Kemauan (Will)
63. Kearifan (Wisdom)
64. Dunia (World)
Anda bisa lihat betapa luas jika kita bicara ide besar atau
tema. Karena itu, kita pun diberikan pilihan-pilihan topik untuk
dikembangkan. Bambang Trim menyebutkan secara lebih ringkas
lagi dalam konteks penulisan populer bahwa ada 10K tema yang
paling dicari pembaca di Indonesia sebagai berikut.
1. Kesalehan (Spiritual-Religion)
2. Kekayaan dan Karier (Career, Business, Entrepreneurship)
3. Kesehatan (Healthy)
4. Kanak dan Kawula (Children and Juvenile)
5. Kesenangan dan Keterampilan (Hobby)
6. Kisah (Fiction and Faction)
7. Kependidikan (Educational)
8. Keluarga (Parenting, Family)
9. Komputer dan Teknologi (Computer & Technology)
10. Kontroversi (Controversy)
67. 49
Siapkan Naskah Anda
Rumuskan Topik yang “Seksi”
Sebuah tulisan yang “seksi” ibarat seorang gadis, akan membuat
orang-orang tergoda untuk membacanya dan menanti-nantikan
kehadirannya (Katredrarajawen, 2011). Jadi, tidak hanya pria
dan wanita seksi yang banyak disukai orang. Tema tulisan pun
harus tampil seksi agar dapat menggoda banyak calon pembaca
sehingga mau dan selalu membacanya.
Namun, jangan salah arti. Topik tulisan “seksi” bukan tulisan
yangmenampilkan“ke-seksi-an”seseorang.Bukanjugatopikyang
berbau porno. Topik yang “seksi” adalah topik yang mengandung
daya pikat bagi pembaca sasaran. Salah satu cirinya adalah jika
topik tulisan itu banyak dicari pembaca. Hal itu menandakan
topik yang ditulis adalah “seksi”. Siapa pun yang melihat topik
itu akan langsung tertarik untuk membacanya. Bagaimanakah
menentukan topik yang “seksi” itu?
Untukmenampilkantopiktulisanyangmenarik,tentuseorang
penulis harus memiliki kemampuan dan kepekaan terhadap apa
yang sedang terjadi. Topik tulisan itu di samping harus menarik,
juga mengandung ke-kini-an dan kebaruan (novelty). Istilah
kerennya “trendy” yaitu materi yang diungkap sesuai dengan isu
yang sedang banyak digunjingkan orang.
Topik tulisan yang bagus penting sekali peranannya sehingga
kalau topik itu diangkat menjadi sebuah karya tulis akan menarik
pihak penerbit. Topik harus menyasar pada pembaca yang disebut
pembaca sasaran. Makin luas dan terarah pembaca sasaran, makin
meningkatkan kepercayaan penerbit untuk menerbitkan karya
tulis Anda. Jadi, Anda tidak bisa mengatakan bahwa sebuah karya
perlu dibaca mahasiswa.
68. 50 Menggagas KTI!
“Mahasiswa yang mana?”
“Mahasiswa pertanian.”
“Mahasiswa pertanian jurusan apa?”
“Jurusan teknologi pertanian.”
“Oh, topik naskah Anda teknologi pertanian. Bisa lebih
spesifik lagi dijelaskan?”
Begitulah penerbit akan mulai menghitung pembaca sasaran
atau dalam bahasa mereka disebut potensi pasarnya. Ada berapa
universitas yang memiliki fakultas pertanian jurusan teknologi
pertanian?Apakahkaryasejenissudahbanyakberedardipasaran?
Kalau sudah banyak, apa kelebihan naskah yang diajukan penulis?
Intinya, Anda harus pintar-pintar memilih dan memilah topik
dari sekian banyak topik yang berseliweran setiap hari di benak
Anda.
Topik untuk karya tulis itu ada di sekeliling kita. Saya percaya,
bahwa yang namanya topik karya tulis dapat bersumber dari
adanya ilham, atau inspirasi, yang dapat muncul dan bisa didapat
di banyak tempat dan sembarang waktu. Datangnya kadang-
kadang tidak terduga.
Dari pengalaman yang saya rasakan, munculnya gagasan
untuk membuat karya tulis bisa bersumber dari inspirasi yang
muncul ketika membaca berita di surat kabar, mendengar pidato
pimpinan ketika menyampaikan arahan dalam suatu upacara,
dalam perjalanan menuju suatu tempat, jelajah internet, berita-
berita menarik di media massa, siaran televisi, buku-buku, atau
sumber-sumber lainnya. Kadang dengan sedikit pancingan
pertanyaan saja, kebanyakan dari kita bisa menunjukkan betapa
berlimpahnya ide di kepala kita.
69. 51
Siapkan Naskah Anda
Sama halnya ke-64 ide besar dari Prof. Adler atau 10K topik
paling dicari yang diajukan Bambang Trim, semuanya pasti
pernah singgah dalam kehidupan dan pikiran kita. Tinggal kita
menguasai yang mana dan bagaimana hal itu dapat diturunkan
menjadi topik-topik yang “seksi” dengan harapan memiliki daya
pikat agar orang mau membacanya.
Pengujian topik tulisan dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut (Soediyanto dan Soehardjan, 1999).
Apakah topik tulisan ini akan berguna atau cukup penting
•
bagi kemajuan masyarakat?
Apakah topik ini mengandung temuan baru yang belum
•
diketahui masyarakat sasaran?
Apakah topik ini cukup menarik perhatian masyarakat?
•
Apakah topik ini tidak terlalu luas atau terlalu sempit?
•
Apakah topik ini didukung oleh data yang cukup?
•
Apakah data dan sumber informasi dapat dijangkau untuk
•
membahas topik ini?
Jika dari pertanyaan
imajiner itu, sudah yakin
bahwa topik yang akan
ditulis itu mendapat respons
jawaban positif dalam arti
topik itu akan bermanfaat bagi
masyarakatkarenamerupakan
sesuatu hal baru dan sedang
dibutuhkan masyarakat, sege
ralah menulis. Jangan biarkan
Kumpulkan
sebanyak-
banyaknya topik
yang terlintas
di benak Anda.
70. 52 Menggagas KTI!
ide kita menjadi kedaluwarsa karena kita tidak pede untuk
menuliskannya. Segeralah kumpulkan bahan informasi yang
diperlukan untuk mendukung gagasan dalam tulisan yang akan
dibuat.
Pilih Judul yang Memikat
Bahasan ini termasuk bahasan penting setelah tema dan topik.
Umumnya kadang topik malah identik dengan judul dari sisi
susunan kata-kata karena judul juga bisa merupakan kata atau
frasa (kelompok/gabungan kata). Hal yang perlu Anda ingat
bahwa judul awal yang ditentukan saat mulai menulis adalah judul
kerja (working title) agar Anda punya panduan untuk menulis.
Lalu,kapanAndamulaimemilihjudulyangmemikat?Biarkan
itu berlangsung secara alamiah karena Anda pasti akan bertemu
dengan judul yang kuat. Jangan sampai berat memikirkan judul,
Anda tidak menuliskan satu kata pun. Walaupun demikian, saya
akan menyampaikan ciri-ciri judul yang memikat itu seperti apa.
Judul, memiliki fungsi sebagai iklan atau etalase sebuah
tulisan. Apabila pembaca tertarik dengan judul kita, ia akan
membaca bagian awal tulisan. Jika ia tertarik pada judul sebuah
buku, kemungkinan ia akan membaca bagian belakang buku yang
disebut blurb—isinya bisa berupa ringkasan isi dan apa benefitnya
untukpembaca.Lepasmembacablurb,iamungkinakanmembaca
daftar isi atau kandungan yang terdapat di dalam buku.
Namun sebaliknya, jika pembaca tidak tertarik dengan judul
alamat tulisan Anda tidak akan dilirik sama sekali. Begitulah
pentingnya fungsi judul untuk mengikat perhatian kali pertama
ibarat seorang kekasih yang jatuh hati pada pandangan pertama.
71. 53
Siapkan Naskah Anda
Intinya, judul harus mencerminkan topik dan isi tulisan. Ada
beberapa kiat untuk menciptakan judul yang saleable (menjual).
Bagaimana caranya?
Pertama, carilah dari seluruh isi tulisan kita itu beberapa
keyword ‘kata kunci’. Kedua, rancanglah paling tidak tiga ide judul
dalam bentuk kata atau frasa, untuk dipilih salah satu yang paling
jelas mencerminkan isi sekaligus paling “laku”. Ketiga, Anda juga
dapat berselancar di internet untuk menimbang beberapa judul
yang digunakan penulis lain. Namun, dalam hal ini Anda harus
berhati-hati dengan judul yang cenderung menjadi monoton
karena saking seringnya digunakan orang, seperti frasa Ada Apa
dengan ....; Quo Vadis ....; The Power of ....; Keajaiban ....
Judul menarik juga punya keterkaitan dengan alinea pertama
sebuah tulisan atau kerap disebut lead. Jika judul menarik, tetapi
leadgagalmenarikoranguntukmembacaselanjutnya,keseluruhan
tulisan pun menjadi gagal dikomunikasikan. Jadi, alinea pembuka
atau lead hendaknya langsung menghentak atau menawarkan
benefit apa yang dapat diperoleh dari membaca tulisan Anda.
Saya kira Anda juga punya empati soal ini bahwa ketika Anda
membaca tulisan orang lain, Anda pasti memulakan dari judul,
lalu ke alinea pembuka. Jika alinea pembuka sudah tidak menarik
bagi Anda, langsung Anda beralih ke tulisan lain. Jadi, itu pula
yang akan dirasakan oleh pembaca Anda.
Umumnya orang ingin tahu tentang banyak hal baru (tidak
biasa), terutama yang berkaitan dengan fakta yang berdampak
besar pada dirinya dan atau dekat dengan dirinya. Pembaca
lebih mungkin menyimak seluruh isi tulisan kita apabila judul
dan alinea pertama lebih berhasil mengesankan: dampak materi
72. 54 Menggagas KTI!
tulisan pada pembaca dan dekatnya subjek atau hal yang diuraikan
dalam tulisan dengan pembaca.
Jadi, hanya ada satu cara yang elegan pada awal agar pembaca
“terpaksa” membaca tulisan kita, yakni pikat mereka dengan judul
tulisan, lalu pancing mereka dengan lead.
Sebagai contoh, banyak tulisan ilmiah populer hasil penelitian
terapan dimaksudkan untuk membujuk khalayak pembaca
agar mau mencoba atau mengadopsinya. Untuk tujuan tersebut
keingintahuan pembaca dapat terpancing dengan kesan tentang
keuntunganteknologiyangbersangkutan,kemudahanpenerapan,
serta biaya yang efisien.
Widjono (1997) menyarankan untuk tulisan ilmiah populer,
judul perlu lengkap dan akurat menggambarkan isi pokoknya.
Judul tulisan ilmiah populer dirancang dengan memberi bobot
lebih pada kemudahan dibaca dan daya tariknya. Karena itu, judul
tulisan ilmiah populer kerap diupayakan tidak terlalu panjang.
Kelengkapan dan akurasinya pun agak “dikorbankan” demi kata-
kata dan makna yang populer dan menarik.
Contohnya pesan penting untuk tulisan ilmiah populer
bahwa Anda patut menghindarkan judul-judul berawal pe-, di
antaranya
Pemanfaatan Lahan Gambut ....
Pendayagunaan Fungsi ....
Pengalihan teknologi ....
Judul berawal pe- itu mengesankan tulisan ilmiah murni
yang berat dan tidak menarik untuk dibaca, kecuali orang-orang
73. 55
Siapkan Naskah Anda
yang sangat berkepentingan dengan topik itu. Alhasil, tujuan kita
memikat lebih banyak orang tidak akan dapat tercapai.
Sekalipun demikian judul tulisan ilmiah populer selayaknya
juga tidak membuat pembaca salah mengerti tentang isinya.
Menurut Somsint (2008), judul harus dibuat padat, singkat, jelas
dan sesuai dengan isi tulisan. Judul harus padat dan singkat artinya
panjang judul dibatasi sekitar 3–6 kata saja, atau tidak melebihi
satu baris. Lalu, lakukan pengujian topik.
Anda bisa mulai melakukan analisis dari bahasan ini. Coba
Anda ambil sebuah jurnal ilmiah. Bukalah bagian daftar isi dan
rasakanlah di antara tulisan-tulisan tersebut mana yang menurut
Anda judulnya menarik. Atau Anda merasakan tidak ada satu
pun judul yang menarik? Berarti something wrong pada jurnal itu.
Dari sini Anda bisa belajar banyak soal judul dan pilihan kata-
katanya.
Atau saya menguji Anda saja di sini. Mana menurut Anda
judul yang menarik?
o
Permasalahan Agroekosistem Indonesia
o
Menyelamatkan Agroekosistem Indonesia
o
Agroekosistem Indonesia: Kini dan Esok
o
Penerapan Pertanian Organik: Pemanfaatan dan
Pemasyarakatannya
o
Aplikasi Jitu Pertanian Organik
o
Revolusi Pertanian Organik
o
Pertanian Organik untuk Orang Awam
o
Dahsyatnya Potensi Pertanian Organik
74. 56 Menggagas KTI!
Tetapkan Target Tulisan
Setelah Anda memiliki cukup data dan informasi untuk membuat
karya tulis, langkah berikutnya adalah menetapkan sasaran atau
target tulisan. Apakah akan diarahkan terbit dalam bentuk buku,
jurnal, atau prosiding. Menentukan target tulisan ini penting
dilakukan sejak awal karena tiap-tiap bentuk karya tulis memiliki
karakteristik tertentu.
KTI adalah tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan
(review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh
perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.
Kaidah Ilmiah adalah aturan baku dan berlaku umum yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan (LIPI, 2012).
KTI ditulis dengan menggunakan gaya bahasa yang formal,
bahkan cenderung kaku dan penuh dengan kehati-hatian dalam
membentuk suatu kalimat. Ada format baku yang harus diikuti
oleh penulis KTI (Harjasaputra, 2011).
Di samping itu, data,
simpulan, dan informasi lain
yang terkandung dalam karya
ilmiah tersebut dijadikan
acuan(referensi)bagiilmuwan
lain dalam melaksanakan
penelitian atau pengkajian
selanjutnya (Day, RA, 1983;
UPI, 2000; Akhadiah, S.
1988).
Ditinjau dari bentuk
nya,
apayangdapatdike
lompokkan
Begitu banyak
jenis KTI.
Pilih salah
satu untuk
memulai debut
Anda.
75. 57
Siapkan Naskah Anda
sebagai KTI ini banyak ragamnya. Tugino (2011) mengidentifikasi
beberapa jenis karangan ilmiah, meliputi laporan, skripsi, tesis,
disertasi, dan resensi.
Di luar jenis karangan ilmiah itu terdapat juga bentuk
KTI lainnya dengan versi yang berbeda-beda. Dalam buku ini
pemahaman karya tulis saya batasi pada ruang lingkup KTI sesuai
dengan standar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kem. PAN).
Ada lima landasan yang digunakan dalam pengklasifikasian
KTI. Kelima landasan tersebut, adalah sebagai berikut:
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
1.
Kep/128/M.Pan/9/2004 tentang Penilaian Angka Kredit
Jabatan Fungsional Peneliti;
SKB antara Kepala
2. LIPI nomor 3719/D/2004 dan Kepala
BKN nomor 60/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya;
SK Kepala
3. LIPI nomor 01/E/2005 tentang Pedoman Akreditasi
Majalah Berkala Ilmiah;
Peraturan Kepala
4. LIPI nomor 04/E/2011 tentang Pedoman
Akreditasi Majalah Ilmiah;
Peraturan Kepala
5. LIPI Nomor 04/E/2012 tentang Pedoman
Karya Tulis Ilmiah.
Menurut aturan tersebut, artikel dibedakan ke dalam empat
jenis, yaitu artikel primer, sekunder, tertier, dan kuarter.
Istilah artikel primer (primary article) tiada lain ditujukan
pada karya tulis yang berisi temuan baru penelitian yang belum
pernah dipublikasikan sebelumnya. Jika karya tulis itu hanya
76. 58 Menggagas KTI!
berisi data sekunder, memanfaatkan hasil temuan orang lain,
artikel tersebut tidak termasuk artikel primer.
Di dalam penyajiannya, artikel primer ini diolah sedemikian
rupamenuruttolokukurcarapenulisanilmiah.Dengandemikian,
jika ada peneliti lain yang berminat, dapat mengulang penelitian
tersebut dengan cara yang sama atau dapat mengembangkan
metode yang dipakai oleh peneliti (Soehardjan, 1997).
Untuk kalangan peneliti sosial dan ekonomi, teori baru
hasil kajian atau pemikiran asli (original) yang belum dikenal
sebelumnya termasuk pula sebagai artikel primer (Tantera,
1995 dalam Subandriyo, 2013). Artikel ini memang hanya
diperuntukkan bagi para ilmuwan spesialis sehingga sulit dicerna
oleh orang terpelajar secara umum.
Penerbitan artikel primer dimaksudkan untuk menye
barluaskan informasi ke segala penjuru tanpa membedakan ras,
etnik, ataupun kebangsaan. Oleh karena itu, penerbit mengadakan
pertukaran publikasi dengan kedudukan yang sama atau sejajar.
Penerbit artikel primer wajib membuat terbitannya berlangsung
secara teratur dan tepat waktu.
Artikel sekunder adalah karya tulis yang merupakan kajian
ulang dari artikel-artikel primer dalam bentuk karya tulis tinjauan
(review article). Artikel tinjauan ini dibedakan ke dalam dua
kelompok sebagai berikut.
1. Artikel tinjauan informatif tidak menyajikan analisis terhadap
artikel primer yang digunakan sebagai bahan.
2. Artikel tinjauan informatif menyajikan uraian tentang hasil
penelitian yang mengutamakan manfaat bagi kepentingan
praktik atau pengambil kebijakan.
77. 59
Siapkan Naskah Anda
Artikel tinjauan ilmiah menyajikan evaluasi analisis, sintesis,
kritik, dan ungkapan konsep bagi kepentingan perkembangan
ilmu dan teknologi (Soehardjan, 1997).
Hal yang tergolong pada artikel sekunder, memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
1. Artikel sekunder menyajikan hasil analisis ilmiah terhadap
sejumlah artikel primer yang diterbitkan. Oleh karena itu,
pembahasan artikel sekunder dapat berupa kritik, dukungan,
atau pendapat lain.
Ditinjau dari isinya, artikel sekunder mencerminkan status
2.
atau tingkat perkembangan disiplin ilmu (state of the art) pada
saat artikel tinjauan diterbitkan.
Di samping mencerminkan status perkembangan disiplin
3.
ilmu sebagaimana disebutkan di atas, artikel sekunder itu
juga menjelaskan polemik atau interpretasi yang berbeda
antarpenulis artikel primer.
4. Artikelsekunder,didalamuraiannyamengungkapkangagasan
atau konsepsi baru untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
atau memecahkan masalah.
Walaupun demikian, artikel sekunder juga mengungkapkan
segi-segi yang masih perlu diadakan pembuktiannya atau segi-segi
yang diharapkan pemecahannya oleh disiplin ilmu lain. Masalah
dan pemecahan masalah yang diungkap dalam artikel sekunder
ditujukan untuk kepentingan para pengambil keputusan atau
kepentingan praktik.
Oleh karena itu, penyajian artikel sekunder biasanya bersifat
padat dan masih memuat seperangkat istilah ilmiah, tetapi
kosakatanya berjumlah terbatas dan umumnya kurang dari 4.000
78. 60 Menggagas KTI!
kata karena istilah teknis yang dipergunakan harus dikenal semua
orang terpelajar.
Artikel tertier adalah artikel hasil kajian serta sintesis artikel
primer dan sekunder dalam bentuk monografi tentang suatu topik
atau pedoman praktik suatu pekerjaan atau masalah. Topik dari
pedoman atau petunjuk tersebut dapat beragam dari yang paling
sederhana sampai dengan yang agak detail.
Artikel kuarter adalah artikel yang disusun dalam bentuk
buku teks (pelajaran) sekolah. Artikel tersebut ditulis oleh pakar
dan penulis yang telah mahir menuliskannya. Berbagai proses
yang kompleks di dalam buku tersebut diuraikan menjadi
sederhana sehingga mudah ditangkap oleh pelajar/mahasiswa.
Meskipun menjadi sederhana, isinya tidak mengurangi ketelitian
dari pelukisannya dan tanpa membuat pembaca menjadi salah
tangkap dari makna dan arti kompleksitas proses tersebut.
Pada tataran operasional, yang dijadikan acuan oleh peneliti
ketika akan mengajukan usulan fungsionalnya, sasaran KTI
dibedakan ke dalam beberapa bentuk seperti akan diuraikan di
bawah ini.
Pertama, KTI hasil penelitian atau hasil pemikiran
• ilmiah
yang telah diterbitkan.
Kedua, KTI hasil penelitian dan pengembangan atau tinjauan/
•
ulasan, tidak/belum diterbitkan.
KTI yang telah diterbitkan dibedakan ke dalam beberapa
bentuk, sebagai berikut.
KTI dalam bentuk buku. Buku ini dibedakan menurut
1.
penerbitnya yaitu penerbit internasional dan penerbit
nasional
79. 61
Siapkan Naskah Anda
KTI dalam bentuk bagian dari buku. Kelompok KTI ini sama
2.
dengan buku dibedakan menurut penerbit internasional dan
penerbit nasional.
KTI dalam bentuk jurnal.
3. Jurnal ilmiah ini selain dibedakan
menurut lingkup internasional dan nasional, juga dibedakan
berdasarkan akreditasinya. Ada jurnal ilmiah nasional
terakreditasi dan ada jurnal ilmiah tidak terakreditasi.
KTI dalam bentuk prosiding. Seperti halnya dengan jurnal,
4.
prosiding dibedakan menurut lingkup internasional dan
nasional.
Di samping empat bentuk tersebut, ada juga kelompok
5.
makalah/komunikasi pendek dalam majalah ilmiah
terakreditasi,danmakalah/komunikasipendekdalammajalah
ilmiah tidak terakreditasi.
Untuk KTI yang belum atau tidak diterbitkan, bentuknya
terdiri atas berikut ini.
Makalah sudah dipresentasikan dalam
1. seminar nasional,
tetapi hasilnya belum dibukukan menjadi prosiding.
KTI yang tidak diterbitkan, meliputi antara lain Buku Panduan
2.
Umum dan Laporan Hasil Penelitian.
Bersiaplah untuk mulai menulis. Namun, sebelum itu harus
jelas dulu Anda mau membuat KTI dalam bentuk apa? Pilihannya
banyak. Secara global, bentuk KTI itu dibedakan ke dalam empat
kelompok, yakni bentuk Buku Ilmiah, Buku Bunga Rampai,
Jurnal, dan Prosiding. Namun, turunan dari keempat kelompok
bentuk KTI itu mencakup empat belas jenis.
Apapunpilihannya,tentuperluupayapersiapanyangmatang.
Hal ini karena yang akan dibuat adalah KTI dan sudah diketahui
80. 62 Menggagas KTI!
KTI itu perlu memenuhi kaidah-kaidah ilmiah. Dengan asumsi
bahwa Anda sudah memahami kaidah ilmiah yang dipersyaratkan
untuk KTI, saya hanya perlu menginformasikan karakteristik dari
tiap-tiap bentuk KTI tersebut.
Membuat Buku Ilmiah
Jika Anda berminat membuat KTI dalam bentuk buku ilmiah,
yakinkan bahwa Anda menguasai materinya dengan baik. Materi
yang perlu dikuasai tentu yang terkait dengan rencana buku itu
sendiri.
Buku ilmiah, berbeda dengan buku yang umum kita baca
selama ini. Buku ilmiah, bukan seperti buku pedoman umum
tentang teknis agronomis atau tentang cara beternak. Buku ilmiah
bukan buku petunjuk pelaksanaan tentang suatu teknologi.
Buku ilmiah adalah buku yang materinya mengandung
pembahasanmendalamtentangmasalahkekiniansuatukeilmuan.
Buku ilmiah memuat hasil-hasil penelitian terbaru dengan
menekankan pada aspek teori, diikuti penjelasan filosofisnya.
Di dalam cara penyajiannya, sama seperti pada buku
umum yaitu dibagi ke dalam beberapa bagian atau bab per bab.
Susunannya diatur sedemikian rupa secara berkesinambungan
dan bertautan.
Standar sistematika buku ilmiah disusun dengan urutan
sebagai berikut.
a. Sampul (Kover Buku)
Sampul buku (kover) terdiri atas sampul muka (front cover),
sampul belakang (back cover), dan judul punggung (spine). Pada
81. 63
Siapkan Naskah Anda
sampul muka termuat judul buku lengkap (judul dan subjudul),
nama penulis, dan lembaga penerbitan (logo atau nama). Sampul
belakang menyajikan ringkasan isi buku (blurb), daftar riwayat
hidup penulis secara singkat, testimoni/endorsement (jika ada),
alamat penerbit, dan nomor International Standard Book Number.
Adapun judul punggung menyajikan nama penulis, judul buku
(induk judul), dan logo penerbit.
Nama penulis sesuai dengan aturan konvensi penulisan pada
kover buku tidak perlu mencantumkan gelar. Kredibilitas dan
kapabilitas penulis, berikut latar belakang pendidikan dan gelar
dapatditelusurididaftarriwayathidupyangbiasanyaditempatkan
di bagian penyudah buku (postliminaries)
b. Isi Buku
Isi buku di luar sampul (kover) terdiri atas
halaman pendahulu (
1. front matter);
halaman isi (
2. text matter);
halaman penyudah (
3. end matter).
Halaman pendahulu terdiri atas halaman setengah judul
(half title/France title) yang bersifat opsional; halaman judul penuh
(full title) memuat keterangan seperti dalam kover; halaman
keterangan hak cipta yang memuat pernyataan hak cipta buku
serta keterangan lainnya; halaman persembahan; halaman daftar
isi; halaman daftar gambar; halaman daftar tabel; halaman kata
pengantar; halaman prakata.
Halaman isi terdiri atas uraian isi buku yang terbagi atas
bagian atau bab-bab dan subbab.
82. 64 Menggagas KTI!
Halamanpenyudahterdiriataslampiran;halamanglosarium;
halaman daftar pustaka; halaman indeks; halaman riwayat hidup
penulis.
MengacupadaketentuanUNESCO,bukuadalahterbitantidak
berkala yang memiliki sampul (kover) tebal berbeda dengan isinya
dengan ketebalan lebih dari 49 halaman dan dicetak minimal 50
eksemplar serta tersebar untuk publik. Acuan ini kerap digunakan
oleh beberapa lembaga untuk menentukan kriteria buku.
Membuat Bunga Rampai
Jika dilihat dari bentuknya, bunga rampai ini sama dengan buku
ilmiah. Perbedaan yang sangat nyata antara bunga rampai dan
buku terletak pada topik permasalahan yang diangkat.
Pendekatan penulisan karya tulis dalam bunga rampai
dilakukan dari beberapa aspek/sudut pandang keilmuan. Isinya
disusun ke dalam beberapa bab, dan tiap-tiap bab dalam bunga
rampai ini berdiri sendiri dengan susunan KTI lengkap.
Artinya, dalam setiap bab memuat secara lengkap unsur-
unsur: Judul, Nama penulis, Alamat penulis, Abstrak, Kata kunci,
Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, dan
Daftar Pustaka. Namun, tiap-tiap bab harus mengait pada satu
topik. Setiap bab dalam bunga rampai terdapat benang merah
yang mengaitkan keseluruhan bab.
Ciri lainnya, bunga rampai harus menampilkan prakata/
prolog pada awal bab yang mengantarkan keseluruhan isi dan
pada akhir bab menyajikan penutup/epilog yang merupakan
analisis atas keseluruhan isi.
Penyusunannya melewati proses editorial yang mencakup
pemeriksaan kebenaran keilmuan dan tata bahasa. Di samping
83. 65
Siapkan Naskah Anda
itu, bunga rampai ini harus memiliki International Standard Book
Number (ISBN).
Dari sisi penerbitnya tidak berbeda dengan penerbit buku,
yaitu oleh lembaga penerbitan, baik di tingkat instansi maupun
unit litbang pemerintah. Bisa juga bunga rampai ini diterbitkan
oleh lembaga penerbitan swasta nasional atau internasional yang
memiliki fungsi sebagai usaha penerbitan.
Dalam bunga rampai terdapat satu orang atau lebih yang
bertindak sebagai editor. Penulis bab pada bunga rampai disebut
kontributor. Bunga rampai memang ditempatkan sebagai karya
bersama dari banyak orang (penulis).
Menyusun Jurnal
KTI dalam bentuk jurnal merupakan sasaran yang banyak dituju
oleh para peneliti. Salah satu alasannya karena dalam struktur
penilaian fungsional, jurnal tergolong unsur utama yang nilainya
relatif paling tinggi dibanding KTI bentuk lainnya.
Jurnal, dimiliki oleh hampir seluruh instansi. Sampai Maret
2014, instansi yang penilaiannya berada di bawah koordinasi
LIPI tercatat ada 38 instansi, termasuk di dalamnya instansi
LIPI sendiri. Setiap instansi rata-rata menerbitkan jurnal ilmiah
sebagai identitas dari lembaga masing-masing. Satu instansi ada
yang memiliki lebih dari satu jurnal.
Jurnal tersebut, dalam penerbitannya dikemas dalam bentuk
majalah ilmiah. Menurut statusnya, jurnal majalah ilmiah tersebut
dibedakan ke dalam majalah ilmiah terakreditasi dan tidak
terakreditasi. Adapun menurut ruang lingkupnya, ada majalah
ilmiah internasional dan majalah ilmiah nasional.
84. 66 Menggagas KTI!
a. Jurnal Ilmiah Nasional
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan LIPI (2012) yang
disebut dengan majalah ilmiah/jurnal adalah majalah publikasi
yang memuat KTI yang secara nyata mengandung data dan
informasi untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek).
Salah satu persyaratan administratif yang wajib dipenuhi
majalah ilmiah, antara lain: memiliki International Standar Serial
NumberataudikenalISSNsebagaisistempenomoraninternasional
untuk terbitan berkala. Adanya ISSN menunjukkan periode
penerbitan yang berkala dan berkesinambungan. Periodenya bisa
dua kali atau tiga kali dalam satu tahun. ISSN juga digunakan
untuk surat kabar, majalah, dan tabloid secara umum.
Majalah ilmiah ini juga dipersyaratkan memiliki mitra
bebestari paling sedikit empat orang. Majalah diterbitkan secara
teratur dengan frekuensi paling sedikit dua kali dalam satu tahun,
kecuali majalah ilmiah yang cakupan keilmuannya spesial dengan
frekuensi satu kali dalam satu tahun.
Sekadar pengetahuan bagi Anda, berikut saya tampilkan
nama-nama majalah ilmiah terakreditasi dan tidak terakreditasi
di lingkungan Kementerian Pertanian, seperti disajikan dalam
Tabel 1 dan Tabel 2.
85. 67
Siapkan Naskah Anda
Tabel 1. Daftar Nama Majalah Ilmiah Nasional Kementerian Pertanian yang
Terakreditasi LIPI s.d. Agustus 2013
No. Nama Majalah Redaksi
Keterangan Akreditasi
No. Akreditasi
Masa
Berlaku
1 Pengembangan Inovasi
Pertanian
Pusat Perpustakaan
dan Penyebaran
Teknologi
Pertanian,
Kementerian
Pertanian
492/Akred/
P2MI-LIPI/
08/ 2012
Juli 2012–
Juli 2015
2 Buletin Palma Balai Penelitian
Tanaman Kelapa
dan Palma Lain,
Kementan
423/AU2/
P2MI-LIPI/
04/2012
Maret 2012–
Maret 2015
3 Buletin Plasma Nutfah B2P2 Bioteknologi
dan Sumberdaya
Genetika Pertanian,
Kementan
397/AU2/
P2MI-LIPI/
04/2012
Mei 2012–
Mei 2015
4 Buletin Riset Tanaman
Rempah dan Aneka
Tanaman Industri
Puslitbang
Perkebunan,
Kementan
504/AU1/
P2MI-LIPI/
10/2012
Oktober
2012–
Oktober
2015
5 Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian
Balai Besar Litbang
Pascapanen
Pertanian,
Kementan
413/AU/
P2MI-LIPI/
04/2012
Mei 2012–
Mei 2015
6 Forum Penelitian Agro
Ekonomi
Pusat Analisis
Sosial Ekonomi
dan Kebijakan
Pertanian,
Kementan
444/AU2/
P2MI-LIPI/
08/ 2012
Agustus
2012–
Agustus
2015
7 Indonesian Journal of
Agricultural Science
Pusat Perpustakaan
dan Penyebaran
Teknologi
Pertanian,
Kementan
473/AU2/
P2MI-LIPI/
08/ 2012
Agustus
2012–
Agustus
2015
8 Informatika Pertanian Sekretariat Badan
Litbang Pertanian,
Kementan
3452/AU2/
P2MI-LIPI/
08/2012
Juni 2012–
Juni 2015