2. A. Pengertian Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau dalam
bahasa Inggris perception berasal dari
bahasa Latin perception yang artinya
menerima atau mengambil.
Persepsi adalah pengalaman tentang
suatu peristiwa yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi yakni
pemberian makna pada penginderaan
kita.
PERSEPSI
3. Pengertian Persepsi Menurut Para Ahli
-Menurut Abdurrahman Saleh, persepsi merupakan
proses menggabungkan dan mengorganisasikan data-
data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari
sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.
-Menurut Sumanto, persepsi adalah proses pemahaman
dan pemberian makna atas suatu informasi terhadap
stimulus. Stimulus didapat dari proses pengindraan
terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
4. B. Jenis –Jenis Persepsi
Jenis Persepsi, Deddy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi membagi persepsi
menjadi dua, yaitu persepsi terhadap objek dan persepsi terhadap sosial.
Tentunya persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, karena manusia
bersifat dinamis dengan segala perbedaan karakternya.
1. Persepsi Objek
Persepsi objek sesuai namanya akan merespon melalui lambang-lambang fisik
yang tak bergerak dan menanggapi sesuatu dari luar diri. Faktor yang
mempengaruhi persepsi objek adalah:
Latar belakang pengalaman
Latar belakang budaya
Latar belakang psikologis
Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan
Kondisi faktual alat-alat panca indra
5. 2. Persepsi Sosial
Persepsi sosial akan merespon melalui lambang-lambang verbal dan
nonverbal. Persepsi ini lebih efektif penyampaiannya, namun
melibatkan banyak hal seperti perasaan, motif, harapan, dan
sebagainya.
Persepsi manusia atau sosial adalah proses menangkap arti kejadian-kejadian
yang kita alami di lingkungan kita. Setiap orang memiliki gambaran berbeda-
beda mengenai realitas di sekelilingnya.
Ada beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial yaitu:
1. Persepsi Berdasarkan Pengalaman
Merupakan persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan
reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman masa lalu.
2. Persepsi Bersifat Selektif
Setiap manusia sering mendapatkan rangsangan indrawi. Atensi kita pada
suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan sifat selektif
atas rangsangan tersebut.
6. 3. Persepsi Bersifat Dugaan
Terjadi karena data yang kita peroleh tidak lengkap sehingga
proses persepsi yang bersifat dugaan ini memiliki suatu sudut
pandang.
4. Persepsi Bersifat Evaluatif
Kebanyakan dari kita mengatakan bahwa apa yang kita
persepsikan itu adalah suatu yang nyata, tapi sejatinya kita
mungkin masih meragukan persepsi tersebut sehingga masih
perlu dievaluasi.
5. Persepsi Bersifat Kontekstual
Maksudnya bahwa dari semua pengaruh dalam persepsi kita,
konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat.
Ketika kita melihat seseorang, konteks rangsangan sangat
mempengaruhi persepsi kita.
7. Menurut Parek (1984), berdasarkan indra sebagai penerima stimulus, terdapat beberapa jenis
persepsi, yaitu:
1.Persepsi visual. Persepsi visual dari indera penglihatan yaitu mata. Persepsi ini adalah
persepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan memengaruhi bayi dan balita untuk
memahami dunianya. Persepsi visual adalah hasil dari apa yang kita lihat, baik sebelum kita
melihat atau masih membayangkan serta sesudah melakukan pada objek yang dituju.
2.Persepsi auditoria atau pendengaran. Persepsi auditoria merupakan persepsi yang
didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari
apa yang didengarnya.
3.Persepsi perabaan. Persepsi perabaan merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
perabaan yaitu kulit. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang disentuhnya atau
akibat persentuhan sesuatu dengan kulitnya.
4.Persepsi penciuman. Persepsi penciuman merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang di cium.
5.Persepsi pengecapan. Persepsi pengecapan atau rasa merupakan jenis persepsi yang
didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari
apa yang diecap atau rasakan.
8. Dalam proses persepsi, banyak rangsangan yang masuk ke panca indra namun tidak
semua rangsangan tersebut memiliki respon yang sama. Menurut Rhenald Kasali dalam
buku Manajemen Public Relation dan Aplikasinya di Indonesia, persepsi ditentukan oleh
faktor berikut:
a. Latar Belakang Budaya
Persepsi itu terkait oleh budaya. Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek, atau
lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Semakin besar perbedaan
budaya antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsinya.
b. Pengalaman Masa Lalu
Setiap individu umumnya pernah memiliki suatu pengalaman tertentu atas objek yang
dibicarakan. Makin intensif hubungan antara objek tersebut dengan audiens, maka
semakin banyak pengalaman yang dimiliki. Pengalaman masa lalu ini juga bisa diperkuat
oleh informasi lain, seperti berita dan kejadian yang melanda objek.
c. Nilai yang Dianut
Setiap individu memiliki nilai yang dianut, mencakup kepercayaan dan kepuasan. Nilai ini
berkaitan erat dengan normatif yang bersumber dari lingkungan.
C. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
9. Menurut Rahmatullah (2014), terdapat dua faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Fakor Internal
1.Fakor internal merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi dari dalam diri individu. Faktor internal mencakup beberapa hal, antara lain
sebagai berikut:
Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk
mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
1. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas
mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini
akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
2. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk
mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat
dikatakan sebagai minat.
3. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat
memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
4. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
5.Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang
dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
10. b. Faktor Eksternal
Merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi, berupa karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang
terlihat di dalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia
sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:
1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya
hubungan suatu obyek, maka semakin mudah dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan
dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi.
2. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempengaruhi cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
3. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan
sekelilingnya yang sama sekali diluar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang
bisa mempengaruhi persepsi.
5. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan
gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
11. D. Proses Terjadinya Persepsi
Ada beberapa tahapan dalam proses terjadinya persepsi pada
individu, yaitu obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai
alat indera atau reseptor. Berikut tahapan-tahapan dalam proses
terjadinya persepsi:
a. Proses Fisik atau Kealaman
Tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang menimbulkan
stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indra atau reseptor.
b. Proses Fisiologis
Stimulus diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf
sensorik ke otak.
c. Proses Psikologis
Proses yang terjadi dalam otak sehingga individu dapat menyadari
apa yang dilihat dan didengar, sebagai suatu respon dari stimulus
yang diterima.
12. BERFIKIR YANG SALAH / KESESATAN BERFIKIR
A. Pengertian
Dikutip dari situs Effectiviology, kesesatan berpikir (logical
fallacy) merupakan pola penalaran yang salah, atau kekeliruan
dalam pemikiran logis. Sehingga argumen yang disampaikan
menjadi tidak valid dan tak relevan.
Menurut Asnanto Surajiyo, dkk dalam buku Dasar-dasar Logika
(2006), kesesatan berpikir disebabkan oleh pemaksaan prinsip
logika tanpa memperhatikan relevansinya.
13. Dalam buku Fusion: Integrated Reading and Writing (2015) karya Dave Kemper dkk, disebutkan
bahwa dalam logical fallacy, seseorang akan cenderung melemahkan argumen dengan
mendistorsi, menarik kesimpulan yang salah, menyalahgunakan bukti atau bahasa.
Sederhananya, seseorang justru mengalihkan pembicaraan dengan hal-hal tersebut untuk
mengalahkan argumen orang lain.
Misalnya kekeliruan yang terjadi pada percakapan dua orang teman ini.
“Mendingan lo cuti kerja aja sehari, supaya tugas kita cepat selesai. Atau hari ini lo selesaikan
semua kerjaan yang harus dikerjakan besok. Jadi, besok bisa ambil cuti tanpa kepikiran kerjaan,"
kata seseorang kepada temannya.
“Lo aja belum punya kerjaan, lo mana tau susahnya dapet izin cuti kerja,” jawab teman tersebut
dengan nada ketus.
Percakapan tersebut mengandung kekeliruan atau kesesatan berpikir. Karena orang yang bekerja
tersebut justru menyerang kepribadian temannya, alih-alih mengatakan kemungkinan bisa atau
tidaknya mengambil cuti kerja.
14. B. Jenis dan Contoh Kesesatan Berpikir
Ada beberapa macam kesesatan berpikir (logical fallacy) yang sering dijumpai, baik disadari atau tidak, yakni:
1. Ad hominem Adalah kesesatan berpikir di mana seseorang akan membahas karakter seseorang yang tidak berkaitan
dengan pembahasan yang sedang berlangsung. Percakapan di atas merupakan salah satu contohnya.
2. Strawman fallacy Terjadi ketika salah satu pihak menyimpulkan argumen lawan bicaranya dengan pola pikir yang salah,
sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Contohnya percakapan sepasang kekasih. Pihak pertama mengatakan bahwa dia akan mengutamakan pendidikan. Namun,
lawan bicaranya, yakni sang kekasih menganggap orang tersebut egois dan tidak menyayanginya.
3. Ad ignorantum Ketika seseorang menggeneralisasi sesuatu pada satu subyek, orang tersebut akan menganggap hal
tersebut sama dengan lainnya.
Misalnya terjadi gesekan antarindividu yang berbeda tahun angkatannya dalam sebuah organisasi. Ahmad dari angkatan A dan
Deni angkatan B.
Ahmad tidak suka kepada Deni karena mereka memiliki masalah pribadi. Namun, Ahmad beranggapan bahwa semua orang
dari Angkatan A merupakan kumpulan orang bermasalah dan memiliki kepribadian yang dianggapnya buruk.
Padahal, Ahmad hanya memiliki masalah dengan Deni, bukan dengan orang-orang yang ada di tahun angkatan A.
15. 4. Argumentum ad populum atau bandwagon fallacy Terjadi ketika muncul pemikiran
"jika semua orang melakukannya, pasti itu benar”.
Misal, program vaksinasi Covid-19 yang dipercaya dapat meningkatkan imun, agar
terhindar dari virus Covid.
5. Hasty generalization Jenis kesesatan berpikir ini terjadi ketika seseorang membuat
asumsi mengenai suatu hal berdasarkan contoh yang kurang memadai, secara terburu-
buru.
Contoh, dalam sebuah kelompok, lebih dari dua orang mengatakan bahwa kelas statistika
sulit diikuti. Dengan begitu, anggota kelompok lainnya akan beranggapan serupa
mengenai kelas statistika.
Padahal pengalaman dari orang yang mengikuti kelas statistika di kelompok tersebut, tak
cukup dijadikan dasar penarikan kesimpulan.
6. False cause Adalah jenis kesesatan berpikir di mana seseorang salah mengidentifikasi
penyebab sesuatu. Sementara hubungan sebab akibatnya tidak berkaitan sama sekali.
Misalnya seseorang berpikir bahwa tiap kali dia mencuci mobilnya, pasti akan turun hujan
setelahnya.
16. C. Cara Menghindari Kesesatan Berpikir Dalam Berargumen
Dilansir dari buku Rhetorical Strategies for Composition: Cracking an Academic
Code." Rowman & Littlefield (2016) karya Karen A. Wink, guna menghindari
kekeliruan, kita harus memastikan kesalahan logika yang melemahkan argumen,
dengan menggunakan bukti untuk mendukung klaim serta memvalidasi informasi.
Oleh karena itu, kita harus benar-benar memahami terlebih dahulu apa yang ingin
disampaikan. Baik dalam pengertian, alasan, contoh, juga buktinya, agar argumen
menjadi relevan.
Dengan begitu, kita akan terlihat kredibel di hadapan lawan bicara atau audiens.
Selain itu, berpikir kritis dengan menyadari dan memahami kekeliruan atau
kesesatan berpikir dalam tiap argumen, dapat memperkuat kemampuan kita dengan
mengevaluasinya.
17. C. Cara Menghindari Kesesatan Berpikir Dalam Berargumen
Dilansir dari buku Rhetorical Strategies for Composition: Cracking an Academic
Code." Rowman & Littlefield (2016) karya Karen A. Wink, guna menghindari
kekeliruan, kita harus memastikan kesalahan logika yang melemahkan argumen,
dengan menggunakan bukti untuk mendukung klaim serta memvalidasi informasi.
Oleh karena itu, kita harus benar-benar memahami terlebih dahulu apa yang ingin
disampaikan. Baik dalam pengertian, alasan, contoh, juga buktinya, agar argumen
menjadi relevan.
Dengan begitu, kita akan terlihat kredibel di hadapan lawan bicara atau audiens.
Selain itu, berpikir kritis dengan menyadari dan memahami kekeliruan atau
kesesatan berpikir dalam tiap argumen, dapat memperkuat kemampuan kita dengan
mengevaluasinya.
18. D. Cara Menghindari Kesesatan Berpikir Dalam Berargumen
Dilansir dari buku Rhetorical Strategies for Composition: Cracking an Academic
Code." Rowman & Littlefield (2016) karya Karen A. Wink, guna menghindari
kekeliruan, kita harus memastikan kesalahan logika yang melemahkan argumen,
dengan menggunakan bukti untuk mendukung klaim serta memvalidasi informasi.
Oleh karena itu, kita harus benar-benar memahami terlebih dahulu apa yang ingin
disampaikan. Baik dalam pengertian, alasan, contoh, juga buktinya, agar argumen
menjadi relevan.
Dengan begitu, kita akan terlihat kredibel di hadapan lawan bicara atau audiens.
Selain itu, berpikir kritis dengan menyadari dan memahami kekeliruan atau
kesesatan berpikir dalam tiap argumen, dapat memperkuat kemampuan kita dengan
mengevaluasinya.
19. C. Macam Kesalahan dalam Berpikir
10 Macam Kesalahan dalam Berpikir yang Membahayakan Hidup
1. Mind Reading
Seseorang berasumsi bahwa dia mengetahui apa yang dipikirkan orang lain, tapi lebih
mengarah ke curiga terhadap orang lain atau berprasangka buruk. Contohnya, ketika
seseorang menganggap pemberian yang orang lain lakukan bukan atas dasar kepedulian, tapi
karena ingin pamer atau dilihat orang lain.
2. Focusing on The Bad
Seseorang yang hanya fokus pada hal negatif, tidak melihat hal-hal positif. Misalnya, seseorang
merasa dirinya bodoh ketika telah melakukan 1 kesalahan saat mengisi soal ujian, walaupun 9
jawaban dari soal lainnya adalah benar. Tanpa sadar orang tersebut hanya fokus melihat hal
negatif tanpa menyadari pencapaiannya.
3. Catastrophizing
Cara berpikir tidak rasional yang selalu berpikir tentang kemungkinan terburuk dari situasi
yang dihadapinya, padahal belum tentu terjadi. Misalnya, ketika seorang istri sedang
menunggu kabar dari suaminya yang belum menghubunginya sejak kemarin, kemudian dia
berasumsi telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap suaminya dan dia akan hidup tanpa
suaminya.
20. 1. Mind Reading
Seseorang berasumsi bahwa dia mengetahui apa yang dipikirkan orang lain, tapi lebih
mengarah ke curiga terhadap orang lain atau berprasangka buruk. Contohnya, ketika
seseorang menganggap pemberian yang orang lain lakukan bukan atas dasar kepedulian, tapi
karena ingin pamer atau dilihat orang lain.
2. Focusing on The Bad
Seseorang yang hanya fokus pada hal negatif, tidak melihat hal-hal positif. Misalnya, seseorang
21. 4. All or Nothing
Orang dengan pola pikir seperti ini cenderung menilai diri sendiri dan orang lain dengan cara yang
ekstrem. Berfokus pada jahat dan baik, pintar dan bodoh, berhasil atau gagal. Dengan kata lain dia tidak
bisa melihat sisi abu-abu diantara hitam dan putih.
Misalnya, ada seorang teman lama yang selalu berbuat baik namun suatu ketika ia tanpa sengaja
melakukan kesalahan dan kita langsung beranggapan bahwa dia orang yang jahat.
5. Blaming
Ini adalah pola pikir yang selalu menilai buruk diri sendiri maupun orang lain berdasarkan satu
kejadian. Misalnya, Saat kita bertemu dengan seorang public figure, dan merasa dia mengacuhkanmu.
Meskipun kejadian ini baru pertama kali terjadi, dengan mudahnya kita langsung berasumsi bahwa public
figure tersebut adalah orang yang sombong dan tidak punya sopan santun.
6. Over Generations
Pola pikir yang menilai sesuatu hanya berdasarkan satu hal saja, dan cenderung melakukan penilaian
berdasarkan emosi pribadi. Misal, seorang wanita yang berpikir bahwa semua laki-laki pasti tukang
selingkuh, hanya karena dia pernah menjadi korban perselingkuhan.
7. Should and Must
Pola pikir yang cenderung menekankan hal-hal yang seharusnya dilakukan atau hal yang seharusnya
terjadi. Memiliki standart tersendiri tentang bagaimana harusnya bersikap atau bagaimana dunia ini
bekerja. Hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami kecemasan berlebih, apalagi jika kenyataan yang
yang terjadi tidak sesuai dengan yang direncanakan.
22. 8. Emotional Reasoning
Pola pikir yang menilai dirinya sendiri dan lingkungannya sebagai sesuatu yang tidak
berharga. Orang yang memiliki pola pikir seperti cenderung menilai sesuatu berdasarkan
emosinya saja.
Contoh, seseorang yang merasa dirinya bodoh, "Aku merasa diriku bodoh, dan aku pasti
bodoh".
9. Comparison
Pola pikir yang selalu membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Seperti saat kita
merasa diri kita payah saat teman-teman kita yang lain sudah meraih mimpinya.
10. Double Standart
Orang yang memiliki pola pikir seperti ini biasanya memliki standart yang berbeda
terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Misal, ketika kita gagal dalam ujian, kita menyalahkan diri kita sendiri. Tetapi saat orang lain
lain yang gagal, kita malah mengatakan "Tidak masalah, gagal itu hal yang wajar. Kamu bisa
23. LOGIKA
A. Pengertian Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah
salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, Pengertian logika disebut dengan logike
episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari
kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.
Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan
mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam
tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk
akal. Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada
penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu.
24. B. Logika Sangatlah Penting Untuk Manusia
Berikut Fungsi dan Manfaatnya Logika
Fungsi Logika
Ada empat fungsi logika :
1.Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat,
tertib, metodis, dan koheren.
2.Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
Menambah kecerdasa dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
3.Meningkatkan cinta akan keberanian dan menghindari kekeliruan kesesatan.
Manfaat Logika Bagi Manusia
•Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa pikirannya.
•Mendidik kekuatan akal pikiran dan mengembangkannya yang sebaik-baiknya dengan melatih dan
membiasakan mengadakan penelitian-penelitian tentang cara berpikir.
•Studi Logika mendidik kita berpikir jernih dan kritis.
•Logika memungkinkan kita melaksanakan disiplin intelektual yang diperlukan dalam menyimpulkan atau
menarik kesimpulan.
25. •Logika membantu kita menginterpretasikan fakta dan pendapat orang lain secara
memadai.
•Logika melatih kita tentang teknik-teknik menetapkan asumsi dan implikasi.
•Logika membantu kita mendeteksi penalaran-penalaran yang keliru dan tidak jelas.
•Logika memancing pemikiran-pemikiran ilmiah dan reflektif.
•Mengenali dan menggunakan bentuk-bentuk umum tertentu dengan cara penarikan
konklusi yang benar dan menghindari kesalahan-kesalahan yang bisa dijumpai.
•Dapat memperpanjang rangkaian penalaran itu untuk menyelesaikan problem-
problem yang lebih kompleks.
•Daya khayal semakin tinggi sehingga menjadi lebih kreatif.
•Dengan membiasakan latihan berpikir, manusia akan mudah dan cepat mengetahui
di mana letak kesalahan yang menggelincirkannya dalam usaha menuju hukum-
hukum yang diperoleh dengan pikiran itu.
26. C. Pembahasan Kata Dalam Logika
Pengertian Kata
Berpikir terjadi dengan menggunakan kata-kata akal budi. Kita menggunakan
kata-kata, kalau kita mau menyatakan apa yang kita pikirkan. Karena itu kata
adalah tanda lahiriah (ucapan suara yang diartikulasikan atau tanda yang
tertulis) untuk menyatakan pengertian dan barangnya.
Dengan ini jelaslah kiranya bahwa obyek logika disini hanyalah bunyi-bunyi
atau tanda-tanda yang berarti (kata-kata yang merupakan tanda atau
pernyataan pikiran atau sesuatu yang dinyatakan dengan pengertian).
Akal manusia apabila menangkap sesuatu terwujud dengan membuat konsep
atau ide atau juga pengertian. Dengan demikian, buah atau hasil dari
tangkapan akal disebut dengan istilah “konsep”. Jadi ide dan konsep dalam
logika adalah sama artinya. Konsep atau ide atau juga pengertian adalah
bersifat kerohanian dan dapat diungkapkan ke dalam bentuk kata atau istilah
atau juga beberapa kata.
27. Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau istilah disebut dengan “term”.
Term sebagai ungkapan konsep jika terdiri atas satu kata atau satu istilah maka
term itu dinamakan term sederhana atau term simpel, dan jika terdiri atas
beberapa kata maka term itu dinamakan term komposit atau term kompleks. Dan
kata sebagai suatu simbol untuk menyatakan konsep dibedakan antara dua
macam, yaitu kata kategorimatis dan kata sinkategorimatis.
Adapun kata, bisa dibedakan menjadi kata kategorimatis dan kata
sinkategorimatis.
Kata kategorimatis adalah kata yang dapat mengungkapkan sepenuhnya suatu
pengertian yang berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain, meliputi nama diri, kata
sifat, istilah yang mengandung ungkapan umum.
Kata sinkategorimatis adalah kata tidak dapat mengungkapkan suatu pengertian
yang berdiri sendiri jika tidak dibantu dengan kata lain, misalnya kata adalah, jika,
semua, maka, sebagian, barang siapa, dan, atau, dan sebagainya (Noor Ms Bakry,
1983). Dalam logika banyak dipakai istilah term. Term yang pasti punya
pengertian, sedangkan kata ada yang punya pengertian ada juga bisa tida punya
pengertian jika tidak di tambah dengan kata lain yang menyertainya.