MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
KEKUATAN IBADAH
1. KEKUATAN IBADAH
Ada banyak umat TUHAN ‘kurang menyadari’ atau ‘kurang memperhatikan’ pentingnya
sebuah ibadah. Kelalaian hal ini telah menyebabkan banyak orang tidak bisa memperoleh
‘manfaat’ dari ibadah tersebut. Keadaan ini terjadi dikarenakan oleh beberapa sebab, di
antaranya adalah ‘tidak tahu apa manfaat’ ibadah itu. Selain itu, juga oleh karena ibadah itu
sudah menjadi sebuah ‘rutinitas’ keberagamaan belaka. Maksudnya ibadah yang diikuti tersebut
dilakukan tanpa adanya tujuan dan kerinduan yang dalam dan jelas. Ini terlihat dalam beberapa
hal, seperti ‘tidak bisa’ mengulang atau mengingat apa yang telah di sampai dalam ibadah yang
telah diikuti tersebut. Ketika kita tidak bisa mengulang atau mengingat apa yang telah
disampaikan dalam ibadah, khususnya apa yang dikotbahkan dari atas mimbar, pasti membuat
kita tidak bisa menerapkan atau menggenakan apa yang telah di sampaikan tersebut. Inilah yang
membuat kita tidak bisa ‘mengalami’ TUHAN secara konkrit dan akan memberi ‘kesan ‘ yang
kuat, bahwa FIRMAN TUHAN yang disampai itu ‘tidak benar’. Mengapa? Karena tidak terbukti
dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini pasti membuat siapapun menjadi ‘tidak tertarik’ apa
yang FIRMAN TUHAN katakan dalam Alkitab.
Keadaan ini menjadi semakin diperparah oleh ‘pemberitaan’ yang disampaikan dalam ibadah itu
tidak sesuai atau ‘tidak tepat’ dengan apa yang FIRMAN TUHAN maksudkan. Berita dari
mimbar itu dikemas sesuai dengan ‘semangat jaman’ dalam rangka mengejar dan mencapai
‘sukses’ hidup di dunia ini. Oleh karena adanya kondisi inilah rasul Paulus memperingatkan
setiap umat TUHAN untuk tidak terjebak dan jatuh di dalamnya. Peringatan tersebut tertulis di
dalam 2 Timotius 3:5, yang berbunyi demikian, ‘Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah
mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!’ Kata
‘ibadah’ dalam ayat tersebut dalam teks aslinya adalah ‘kesalehan’, ini berarti pertemuan-
pertemuan yang umat TUHAN adakan adalah sebuah ‘sarana’ untuk menumbuh-kembangkan
‘kesalehan’ dalam diri setiap umatNya. Inilah yang membuat ‘kesalehan’ itu memiliki
‘kekuatan’, karena ‘kesalehan’ itu sendiri tidak lain adalah berbicara tentang ‘manusia batiniah’
kita, atau ‘manusia Allah’ yang adalah jati diri kita di dalam KRISTUS. Jadi kekuatan ibadah itu
tidak hanya berbicara tentang ‘sebuah pertemuan’ yang diadakan untuk belajar tentang TUHAN
dan apa yang dikehendakiNya, tetapi lebih dari itu berbicara tentang diri kita yang lahir dari
Allah. Lalu apa yang harus kita lakukan dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita?
2. Oleh karena pertemuan-pertemuan yang kita adakan adalah ‘sarana’ untuk menumbuh-
kembangkan ‘manusia Illahi’ di dalam diri kita yang ada di dalam KRISTUS, maka setiap
pertemuan tersebut haruslah menyampaikan dengan ‘tepat’ dan menyeluruh’ apa yang telah
Bapa lakukan bagi kita di dalam KRISTUS. Pemberitaan yang demikian ini akan
‘memunculkan’ dan ‘membangkitkan’ manusia baru yang telah diciptakan dalam KRISTUS
sampai kita diubahkan sesuai dengan Gambar Khalik kita (Kolose 3:10).
Di luar dari itu semua, ibadah atau pertemuan yang diadakan dan yang kita hadari itu hanya
sebuah pertemuan biasa, yang tidak memiliki ‘kuasa’ ilahi di dalamnya. Hidup yang tidak
memiliki kekuatan ‘kesalehan’ adalah sebuah kehidupan yang didominasi oleh dosa dan kuasa
Iblis, yang hidupnya semata-mata hanya tertuju kepada perkara-perkara di dunia ini saja. Sebuah
kehidupan yang mementingkan ‘keinginan daging’, ‘keinginan mata’, dan ‘keangkuhan hidup’ (1
Yohanes 2:16). Sedangkan ‘kekuatan’ kesalehan hidup itu terlihat dalam perubahan ‘karakter’
dan tujuan kekal dalam menjalani hidup di dunia ini dengan ‘kuasa Allah’. Inilah yang membuat
kita menjadi ‘saksi’ KRISTUS yang telah bangkit itu, karena hidup kita itu menyatakan ‘Hidup
Kristus’ itu sendiri.
Mari kita mendengarkan dan menerima serta hidup berdasarkan apa yang telah Allah lakukan
bagi kita di dalam KRISTUS, dan janganlah kita ‘memungkiri’ atau ‘menyangkalinya’, sebab
ada kuasa Allah di dalamnya. Orang yang ‘memungkiri’ atau ‘menyangkalinya’ adalah mereka
yang tidak mendengar dan tidak mengakui apa yang telah Allah berikan kepada mereka di dalam
kematian dan kebangkitan KRISTUS. Firman TUHAN memerintahkan kepada kita untuk
jauhilah orang-orang yang demikian (2 Timutius 3:5), amin!