3. NCP
01
Diagnosa 1, 2, 3
Dokumentasi &
CPAT
02
Recommendations
03
You can describe the topic of
the section here
Pathology
04
You can describe the topic of
the section here
SDM Keperawatan
05
Dan Level PK
Table of contents
Jumlah Ideal Staf
06
Berdasarkan ketergantungan
klien
4. Kasus 3
Tn K, 37 tahun baru datang dan diterima oleh perawat di ruangan Isolasi Melati. TD 180/90
mmHg, S: 38 C, RR: 30x.mnt, tampak kurus, batuk-batuk, mengeluh sesak nafas, pusing,
muntah-muntah, sakit perut dan diare sejak dua yang lalu dan merasakan lemas di kedua
ekstremitas bawah. Sudah berobat ke Puskesmas dan dirujuk ke RS, dari IGD sudah
terpasang O2 8 lt/mnt dengan NRM, kateter dengan urin 100 cc, Infus dan juga NGT. Hasil
PCR terkonfirmasi +. Selain mengelola Tn K, sebagai di ruangan saudara mengelola pasien
yang lain yaitu 2 (Tk ketergantungan Minimal, Pasien 3 (tk ketergantungan minimal), Pasien 4
(Tk ketergantungan Total), Pasien 5 (Tk Ketergantungan Total), Pasien 6 (Tingkat
Ketergantungan Total), Pasien 7 8, 9, 10, 11 (Tk Ketergantungan Parsial)
1. Deskripsikan NCP Tn. K, Rencana keperawatan yang akan saudara laksanakan dan juga
delegasikan pada shift pagi, sore dan malam
2. Buatlah contoh dokumentasi keperawatan sesuai kasus Tn K: Rencana Keperawatan,
Catatan Keperawatan dan Catatan Perkembangan Asuhan Terintegrasi
3. Diskusikan pengorganisasian tugas Ners pd metode Primary Nurse. Pembagian tugas
harus sesuai dengan karakteristik ketergantungan pasien, serta kompetensi &
kewenangan staf
4. SDM keperawatan dengan level PK berapa yang dapat saudara delegasikan untuk
setiap kasus yang menjadi kelolaan saudara
5. Diskusikan jumlah ideal staf yang dibutuhkan di tim dengan memperhatikan
ketergantungan staf
7. Analisis Data Kasus
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif
● mengeluh sesak nafas
● pusing
Data Objektif
● RR: 30x/menit (takipnea)
● Terpasang NRM
● Depresi pusat
pernapasan
● Hambatan upaya
napas (mis. nyeri saat
bernapas, kelemahan
otot pernapasan)
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Inspirasi dan/atau ekspirasi
yang tidak memberikan
ventilasi adekuat
NIC
● Bantuan Ventilasi
● Manajemen Airway
● Pemantauan Pernapasan
NOC
● Status Pernafasan: Ventilasi
● Status Pernafasan: Patensi Jalan nafas
● Respon Alergi: Sistemik
8. Pengkajian
● Riwayat masalah medis atau bedah yang menyebabkan pernapasan tidak
efektif
● Status pernapasan → frekuensi dan kedalaman pernapasan, simetri ekspansi
dada, penggunaan otot bantu, adanya batuk, diameter dada
anterior-posterior, palpasi fremitus, perkusi lapang paru, auskultasi bunyi
napas, dan gas darah arteri (level GDA)
● Status kardiovaskular → detak jantung dan ritme dan tekanan darah
● Status neurologi → tingkat kesadaran dan status sensorik dan motorik
● Status psikososial → kesediaan untuk bekerja sama dalam pengobatan,
mekanisme koping, dan pemahaman terkini tentang kondisi fisik
9. Implementasi
Implementasi Rasional
1. Bantu pasien ke posisi nyaman
2. Bantu pasien dalam menggunakan
spirometer insentif atau alat lain, sesuai
yang dipesan
3. Ajarkan pasien cara membebat
(menahan dada dengan bantal) dada
saat batuk
4. Lakukan fisioterapi dada untuk
membantu mobilisasi dan pengeluaran
sekret jika diperintahkan.
5. Berikan periode istirahat di antara
langkah-langkah peningkatan
pernapasan
6. Dorong pasien untuk menggunakan
spirometer insentif secara mandiri
1. memungkinkan ekspansi dada
maksimal; misalnya meninggikan
kepala tempat tidur secara maksimal
2. untuk memastikan penggunaan yang
tepat dan membantu mencegah
atelektasis
3. Simpan bantal ekstra untuk digunakan
pasien. Menahan dada dengan bantal
mengurangi rasa sakit saat batuk
4. Perkusi, vibrasi, dan drainase postural
meningkatkan pembersihan jalan
napas dan upaya pernapasan
5. untuk menghindari kelelahan
6. Puji upaya pasien untuk mendorong
kepatuhan
10. Implementasi
Implementasi Rasional
1. Berikan oksigen, sesuai resep
2. Ajarkan teknik relaksasi, seperti
imajinasi terbimbing, relaksasi otot
progresif, latihan pernapasan, dan
meditasi
3. Ubah posisi pasien sesering mungkin
4. Dorong pasien untuk mendiskusikan
ketakutan
5. Rujuk pasien untuk rehabilitasi paru
bila perlu
1. membantu meringankan gangguan
pernapasan
2. untuk mengurangi rasa sakit dan
kecemasan dan meningkatkan rasa
kontrol diri pasien
3. untuk memaksimalkan kenyamanan
4. untuk membantu mengurangi
kecemasan
5. Jika pasien memiliki penyakit kronis,
rehabilitasi dapat membantu
mengendalikan gejala dan
meningkatkan kualitas hidup
11. Evaluasi
● Tingkat pernapasan pasien tetap dalam batasan normal (sebutkan).
● Tingkat GDA pasien tetap dalam batas yang ditentukan (sebutkan).
● Pasien tidak mengungkapkan perasaan sakitnya, baik secara verbal maupun
melalui perilaku.
● Pasien menggunakan spirometer insentif atau alat pernapasan lain tanpa
bantuan setiap 2 jam atau sesuai pesanan.
● Suara nafas pasien tetap jernih.
● Pasien menjelaskan mengapa pernapasan dalam secara berkala penting
untuk mempertahankan status pernapasan.
● Pasien mempraktikkan teknik relaksasi ___ kali sehari.
● Pasien melaporkan bernapas dengan nyaman, baik secara verbal maupun
melalui perilaku.
13. Analisis Data Kasus
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif
● Pasien merasakan lemas pada
ekstremitas bawah
● Diare sejak …
Data Objektif
● Tn. K 37 Tahun
● Jenis kelamin: Laki-laki
● TD: 180/90 Mmhg
● S: 38°C
● RR: 30x/menit
● Pasien tampak kurus → weight loss
● Pasien muntah-muntah
● Terpasang infus
● Kehilangan cairan
sekunder melalui
saluran cerna
● Adanya demam
ditandai oleh suhu
tubuh yang
meningkat
Defisit Volume Cairan
Definisi: Penurunan
cairan intravaskular,
interstisial, dan/atau
intraseluler. Ini mengacu
pada dehidrasi,
kehilangan air saja tanpa
perubahan natrium.
NANDA, I (2018); Doenges et al (2019)
14. Rencana Asuhan Keperawatan
NOC NIC Rasional
● Fluid balance
● Hidrasi
Kriteria hasil:
● Tanda vital
dalam batas
normal
● Tidak adanya
tanda-tanda
dehidrasi, dan
membran
mukosa
lembab
Manajemen cairan
● Kaji kebutuhan cairan
pasien
● Pertahankan catatan
I&O cairan yang akurat
● Monitor status hidrasi
● Monitor vital sign
● Monitor & hitung
intake makanan/cairan
● Monitor status nutrisi
● Menentukan kesimbangan
cairan tubuh pasien
● Membantu
memperkirakan kebutuhan
penggantian cairan
● Penurunan LFG (laju filtrasi
glomerulus) mampu
merangsang produksi renin
→ Meningkatkan TD
● Agar tidak menambah
kejadian defisit nutrisi
NANDA, I (2018); Doenges et al (2019); Butcher et al (2018); Moorhead et al (2013)
15. Rencana Asuhan Keperawatan
NOC NIC Rasional
● Fluid
balance
● Hidrasi
Kriteria hasil:
● Tanda vital
dalam batas
normal
● Tidak adanya
tanda-tanda
dehidrasi,
dan
membran
mukosa
lembab
Manajemen
hipovolemik
● Monitor status
cairan
● Pelihara IV line
● Monitor respon
pasien terhadap
penambahan
cairan
● Monitor BB
● Kehilangan cairan yang
terus-menerus dan penggantian
cairan yang kurang adekuat dapat
menyebabkan pasien makin
mengalami hipovolemik
● Menjaga laju aliran cairan
● Monitor adanya efek samping
pemberian cairan
● Mengetahui BB normal pasien →
Peningkatan berat badan
berhubungan dengan retensi urin
NANDA, I (2018); Doenges et al (2019); Butcher et al (2018); Moorhead et al (2013)
16. Evaluasi
● Pasien paham mengenai arti defisit cairan yang berhubungan
dengan kesehatannya saat ini
● Pasien tidak menunjukkan tanda dehidrasi, dan mukosa membran
normal
● Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan baik yang ditunjukkan
dengan visual pasien tampak berenergi
18. Analisis Data Kasus
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif
● Pasien mengeluh sakit perut
● Diare sejak ….
Data Objektif
● Tn. K 37 Tahun
● Jenis kelamin: Laki-laki
● TD: 180/90 Mmhg
● S: 38°C
● RR: 30x/menit
● Pasien tampak kurus
● Pasien muntah-muntah
● Terpasang NGT
● Ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
● Ketidakmampuan
untuk menelan
makanan
● Ketidakmampuan
untuk mengabsorbsi
nutrisi
Ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan zat gizi
tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme
NANDA, I (2018); Doenges et al (2019)
19. Rencana Asuhan Keperawatan
NOC NIC Rasional
Status nutrisi:
Asupan makanan
dan cairan
Manajemen nutrisi
● Mengkaji status gizi
pasien
● Menentukan preferensi
makanan pasien
● Mengajarkan kepada
pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
● Mengajarkan kepada
pasien mengenai diet
yang sesuai dengan
kondisi penyakit
● Agar dapat
mengidentifikasi masalah
gizi pada pasien
● Acuan frekuensi diet
pasien
● Menambah pengetahuan
pasien dan
memaksimalkan proses
asuhan nutrisi
● Memperkenalkan
pengaturan jumlah
makanan dan waktu
makanan bagi pasien
NANDA, I (2018); Doenges et al (2019); Butcher et al (2018); Moorhead et al (2013)
20. Rencana Asuhan Keperawatan
NOC NIC Rasional
Status nutrisi:
Asupan
makanan dan
cairan
Perawatan selang/tube:
Gastrointestinal
● Memantau penempatan
selang NGT pada posisi yang
benar
● Memantau rasa kenyang
dan mual-muntah pada
pasien
● Monitor output nasogastric
(jumlah, warna, konsistensi)
● Merawat mulut dan hidung
pasien sesuai kebutuhan
● Mencegah adanya kram
dan pembengkakan perut
akibat posisi yang salah
dari tube NGT
● Evaluasi manajemen
nutrisi yang disiapkan
● Mengidentifikasi masalah
potensial yang berkaitan
dengan asuhan
keperawatan nutrisi
● Menghilangkan rasa tidak
enak, melembabkan
selaput lendir.
NANDA, I (2018); Doenges et al (2019); Butcher et al (2018); Moorhead et al (2013)
21. Rencana Asuhan Keperawatan
NOC NIC Rasional
Peningkatan berat
badan
Mandiri
● Monitor intake & output,
serta BB secara berkala
● Sediakan makanan dalam
porsi kecil namun sering
dan batasi cairan pada
waktu makan
● Identifikasi faktor
pencetus
muntah-muntah
● Berikan antimetik dan
atau analgesik sebelum
makan atau sesuai
program
● Mengukur keefektifan
pemberian asuhan nutrisi
dan penunjang cairan
● Makanan yang lebih kecil
dan volume cairan yang
lebih sedikit saat makan
dapat memfasilitasi
pengosongan lambung
dan meningkatkan nafsu
makan.
● Menyusun rencana
perawatan pasien
● Antiemetik dapat
menekan pusat muntah di
sumsum tulang belakang
NANDA, I (2018); Doenges et al (2019); Butcher et al (2018); Moorhead et al (2013)
22. Rencana Asuhan Keperawatan
NOC NIC Rasional
Peningkatan berat
badan
Kolaborasi
● Kolaborasi dengan ahli
gizi mengenai komposisi
diet
● Membuat perencanaan
diet dengan nutrisi yang
adekuat
NANDA, I (2018); Doenges et al (2019); Butcher et al (2018); Moorhead et al (2013)
23. Evaluasi
● Pasien paham mengenai pentingnya memenuhi indikator nutrisi
bagi tubuh
● Tidak adanya tanda malnutrisi pada pasien
● Terdapat peningkatan berat badan
● Pasien melaporkan tidak ada rasa mual-muntah
● Pasien dapat menerapkan pola makan sehat
25. Analisis Data Kasus
Tanggal/
Jam
Professional
Pemberi
Asuhan
(PPA)
Hasil Asesmen Pasien
dan Pemberian
Pelayanan
Instruksi PPA Review
dan
Verifikasi
DPJP
26/02/202
2
Jam
08.00
Perawat S : sesak napas, pusing
O : batuk, TD 180/90
mmHg, S: 38 C, RR
30x/menit, PCR
terkonfirmasi positif
A : Pola napas tidak
efektif
P : Cek saturasi oksien,
berikan terapi oksigen,
auskultasi suara napas,
atur posisi klien
Monitoring
respirasi:
- Lapor DPJP
- Kaji kondisi
klien setelah 2
jam (saturasi,
TTV)
26. Analisis Data Kasus
Tanggal/
Jam
Professional
Pemberi
Asuhan
(PPA)
Hasil Asesmen Pasien
dan Pemberian
Pelayanan
Instruksi PPA Review
dan
Verifikasi
DPJP
26/02/202
2
Jam 10.00
Perawat S : sesak napas dan batuk
berkurang
O : saturasi O² 95%,, S:
37℃, RR 24x/menit, nadi
90 x/menit
A : Pola napas tidak
efektif
P : Ajarkan teknik
relaksasi
Monitoring
respirasi:
- Lapor DPJP
- Pertahankan
terapi oksigen
27. Analisis Data Kasus
Tanggal/
Jam
Professional
Pemberi
Asuhan
(PPA)
Hasil Asesmen Pasien
dan Pemberian
Pelayanan
Instruksi PPA Review
dan
Verifikasi
DPJP
26/02/202
2
Jam
08.00
Perawat S : Pasien merasakan
lemas pada ekstremitas
bawah dan diare sejak
seminggu yang lalu
O : Tampak kurus,
muntah-muntah
A : Defisit Volume Cairan
P : Monitor status hidrasi,
Kolaborasi pemberian
cairan IV
Manajemen cairan
- Lapor DPJP
- Monitor TTV
dan status
hidrasi setiap 4
jam
- Berikan cairan
IV
28. Analisis Data Kasus
Tanggal/
Jam
Professional
Pemberi
Asuhan
(PPA)
Hasil Asesmen Pasien
dan Pemberian
Pelayanan
Instruksi PPA Review
dan
Verifikasi
DPJP
26/02/202
2
Jam
08.00
Perawat S : Sakit perut dan diare
sejak seminggu yang lalu
O : Tampak kurus,
muntah-muntah
A : Defisit Nutrisi
P : Berikan cairan infus,
kaji indikasi pemasangan
NGT
Manajemen Nutrisi:
- Lapor DPJP
- Kaji kondisi
cairan infus
- Kaji kebutuhan
kolaborasi
dengan ahli gizi
- Kolaborasi obat
diare dengan
farmasi
29. Analisis Data Kasus
Tanggal/
Jam
Professional
Pemberi
Asuhan
(PPA)
Hasil Asesmen Pasien
dan Pemberian
Pelayanan
Instruksi PPA Review
dan
Verifikasi
DPJP
26/02/202
2
Jam 10.00
Perawat S : Pasien merasakan
lemas pada ekstremitas
bawah, sakit dan diare
sejak seminggu yang lalu
O : Tampak kurus,
muntah-muntah
A : Defisit Nutrisi
P : pemasangan NGT,
konsultasi dengan ahli
gizi
Perawatan
selang/tube:
Gastrointestinal
- Lapor DPJP
- Pemberian NGT
- Monitor NGT
31. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokkan/pengaturan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi,
komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal dan
horizontal.
Kegiatan dari pengorganisasian yaitu:
1. Mengelompokkan dan membagi kegiatan yang harus dilakukan
oleh staf dibagi habis sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya
2. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan,
agar komunikasi baik dan mendukung kegiatan sehari-hari
3. Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan
secara sukarela dan optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat
(Depkes RI, 2001 dalam Mugianti, 2016)
32. Tujuan Pengorganisasian
1. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat
2. Melakukan pengawasan kegiatan kegiatan organisasi secara efektif
melalui supervisi.
3. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi
dengan melalui penyesuaian penyesuaian yang penting
4. Pencapaian tujuan organisasi
5. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien
6. Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif
antara perorangan dan kelompok.
7. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif
(Mugianti, 2016)
33. Model Asuhan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien
selama 24 jam
(Mugianti, 2016)
34. Ketergantungan Pasien
● Perawatan minimal: 1-2 jam perawatan dalam sehari; pasien yang menerima
asuhan keperawatan minimal adalah pasien bisa mandiri/hampir tidak
membutuhkan bantuan.
● Perawatan intermediate: 3-4 jam perawatan dalam sehari; membutuhkan 1
orang perawat untuk membantu naik turun tempat tidur, ambulasi/berjalan,
membantu dalam menyiapkan makanan, dll.
● Perawatan maksimal atau total: 5-6 jam perawatan dalam sehari;
membutuhkan bantuan perawat sepenuhnya dan membutuhkan waktu
perawat yang lebih lama. membutuhkan 2 orang perawat atau lebih untuk
mobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda, latihan pasif, kebutuhan nutrisi dan
cairan, dll.
(Douglas, 2013 dalam Mugianti, 2016)
35. Perawat Primer
I
Perawat Primer
II
Pasien
Tn. K
Pasien
4
Pasien
5
Pasien
6
Pasien
7
Pasien
8
Pasien
9
Pasien
11
Pasien
10
Pasien
2
Pasien
3
Perawat
Asosiet I
Perawat
Asosiet II
Perawat
Asosiet
III
Perawat
Asosiet
IV
Perawat
Asosiet V
37. Jenjang Karir Perawat
1. Perawat Klinis (PK):
Pemberi asuhan keperawatan langsung pada klien maupun keluarga
2. Perawat Manajer (PM):
Pengelola pelayanan keperawatan di sarana kesehatan
3. Perawat Pendidik (PP):
Pemberi pendidikan pada mahasiswa di institusi pendidikan
keperawatan
4. Perawat Riset (PR):
Peneliti terkait bidang keperawatan
(Barbara & Susan, 2017)
38. Level Perawat Klinis
❏ PK I: Asuhan keperawatan dasar
dengan penekanan pada keterampilan
teknis keperawatan dibawah
bimbingan
❏ PK II: Asuhan keperawatan holistik
pada klien secara mandiri & mengelola
klien secara tim serta memperoleh
bimbingan untuk penanganan
masalah lanjut/kompleks. Untuk klien
dengan tingkat ketergantungan
parsial dan total care
PK I
PK II
PK III
PK IV
PK V
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017)
39. Level Perawat Klinis
❏ PK III: Asuhan keperawatan pada klien
dengan tingkat ketergantungan
parsial dan total care dengan masalah
kompleks
❏ PK IV: Asuhan keperawatan pada klien
dengan tingkat ketergantungan total
care dengan masalah kompleks di area
spesifik
❏ PK V: Konsultasi klinis keperawatan
pada area spesialistik
PK I
PK II
PK III
PK IV
PK V
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017)
40. Level PK Berdasarkan Kasus
PK I
PK II
PK III
PK IV
PK V
Jenis Perawatan Level PK
Total Care PK II
Partial Care PK II
Minimal Care PK I
42. Semakin pasien tidak mampu melakukan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri
maka akan lebih banyak membutuhkan
waktu bagi perawat untuk memberikan
asuhan
Kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan tingkat
ketergantungan klien
(Dauglass , 1975)
(Mugianti, 2016)
44. Jumlah Pasien
Berdasarkan kasus terdapat 11 pasien dengan tingkat ketergantungan:
● 4 pasien dengan ketergantungan total
● 5 pasien dengan ketergantungan parsial
● 2 pasien dengan ketergantungan minimal
(Mugianti, 2016)
45. Penghitungan
Tingkat
ketergantungan
pasien
Jumlah
Pasien
Kebutuhan Tenaga Perawat
Pagi Siang Malam
Minimal 2 2 x 0,17 = 0,34 2 x 0,14 = 0,28 2 x 0,07 = 0,14
Parsial 5 5 x 0,27 = 1,35 5 x 0,15 = 0,75 5 x 0,10 = 0,50
Total 4 4 x 0,36 = 1,44 4 x 0,30 = 1,20 4 x 0,20 = 0,80
Kebutuhan perawat per shift 3,13 2,23 1,44
Kebutuhan perawat per hari 6,8 → dibulatkan jadi 7
(Mugianti, 2016)
46. Jumlah Keseluruhan Tim
Bila kita asumsikan perawat yang libur dan cuti/ijin tiap hari adalah 2 orang (25
% dari jumlah tenaga yang dibutuhkan), metode penugasan keperawatan
menggunakan metode tim, maka jumlah perawat secara keseluruhan yang
dibutuhkan di ruangan adalah
7 + 1 + 4 + 2 = 14 orang
Keterangan :
7 orang perawat pelaksana
● 1 Ka. Ruangan
● 4 Ketua Tim (2 kaTim untuk dinas pagi, 1 kaTim untuk dinas sore, dan 1
kaTim untuk dinas malam)
● 2 orang libur/ cuti/ijin
(Mugianti, 2016)
47. Referensi
● Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnoses Handbook, An
Evidence-based Guide to Planning Care (11th ed.). Elsevier.
● Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2018). Nursing
Intervention Classification (7th ed). St. Louis: Elsevier
● Doenges, Marylinn E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2019). Nursing care plans: Guidelines
for Individualizing Client Care Across the Life Span (10th
edition). Philadelphia: FA. Davis.
● Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2013). Nursing Diagnosis Manual: Planning,
Individualizing, and Documenting Client Care (4th ed.). F. A. Davis Company.
● Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursig Outcome Classification
(NOC) (15th ed). St. Louis: Elsevier
● Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan
48. Referensi
● Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2017 Tentang Pengembangan Jenjang Karir Profesional
Perawat Klinis. Retrieved on February 24, from
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._40_ttg_Pengembangan_Jenja
ng_Karir_Profesional_Perawat_Klinis_.pdf
● NANDA International. (2018). Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2018 – 2020.
(11th
Ed). Canada: Thieme
● Ralph, S. Sparks., & Taylor, C. M. (2011). Sparks and Taylor’s Nursing Diagnosis Reference
Manual (8th ed.). Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkin.