1) Dokumen tersebut membahas tentang pengertian Al-Quran, sejarah penurunan dan pengumpulan Al-Quran, serta beberapa karakteristik utama Al-Quran seperti bahwa Al-Quran diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an Al-Karim merupakan satu-satunya pedoman hidup yang mampu
mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia baik maupun akhirat.
Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Qur’an Al-Karim, maka ketika itu
pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungan dan kebesaran Allah SWT. Karena
dalam Al-Qur’an terdapat lautan makna yang tiada batas, lautan keindahan bahasa yang
tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terfikir dalam jiwa
manusia dan berbagai lautan-lautan lainnya yang tidak dapat dibayangkan oleh indera
kita.
Kemu’jizatan Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sudah terbukti sejak zaman
Rasulullah SAW sampai akhir zaman kelak. Dari segi kandungannya Al-Qur’an
mencakup berbagai bidang termasuk kesehatan. Hanya Al-Qu’an yang dapat
memberikan keteduhan, ketenangan, dan kesejukan dalam diri tiap insan serta hidayah
kepada manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam.
Membaca Al-Qur’an serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
merupakan cara untuk mendapatkan kemu’jizatan Al-Qur’an berupa nilai ibadah yang
tiada terhingga besarnya. Hal ini yang dibutuhkan setiap muslim untuk melaksanakan
kewajiban dalam bekerja termasuk diantaranya perawat dengan menjadikan Al-Qur’an
sebagai pedoman hidupnya. Mengingat perawat merupakan salah satu pekerjaan mulia
sebagi suatu ibadah terhadap Allah SWT, untuk itu dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kepada pasien, hendaknya berpegang teguh terhadap Al-Qur’an Al-Karim.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menjelaskan ma’rifatul Qur’an dalam keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang ma’rifatul Qur’an
2. Menjelaskan ma’rifatul Qur’an dalam keperawatan
2. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Al Qur’an
Al-Qur’an merupakan bukti keagungan dan kebesaran Allah SWT, karena
dalam Al-Qur’an terdapat lautan makna yang tiada batas, lautan keindahan bahasa
yang tiada dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi
Dzilalil Qur’annya mengungkapkan :
“ Hidup di bawah naungan Al-Qur’an merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan
yang tiada dapat dirasakan, kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah
merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat jiwa, memberikan keberkahan
dan mensucikannya.”
Dari Segi bahasa, Al- Qur’an berasal dari qara’a, yang berarti menghimpun
dan menyatukan. Sedangkan Qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
yang satu dengan yang lainnya disusun rapi. (Al-Qattan, 1995: 20)
Allah SWT berfirman (QS. Al Qiyaamah (75):17) :
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka
ikutilah bacaan itu.”
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan (tadabbur) ayat- ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang- orang yang mempunyai pikiran”. (Shad (38): 29)
Adapun dari segi istilahnya, Al-Qur’an adalah Kalamullah yang merupakan
mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, yang disampaikan kepada
kita secara mutawatir dan dijadikan membacanya sebagai ibadah. Keterangan dari
definisi tersebut adalah :
1. Kalam Allah
Bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang diucapkan kepada
Rasulullah SAW melalui malaikat Jibril as.
2. Mu’jizat
Kemu’jizatan Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sudah terbukti dari semenjak
zaman Rasulullah SAW hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak. Dari
segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini, Al-Qur’an dijadikan rujukan
oleh pakar-pakar bahasa. Dari segi isi kandungannya, mencakup bidang ilmu
3. 3
alam, matematika, astronomi bahkan juga “prediksi” (sebagaimana yang terdapat
dalam surat Al-Rum mengenai bangsa Romawi yang memperoleh kemenangan
serta kekalahan), dsb.
3. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an langsung kepada Rasulullah SAW melalui
perantara malaikat Jibril as, seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an (QS. Asy
Syu’araa’ 26 :192) :
“Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril as), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberikan peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
4. Diriwayatkan secara mutawatir
Setelah Rasulullah SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT, beliau langsung
menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabatnya. Diantaranya mereka
terdapat beberapa orang sahabat yang secara khusus mendapatkan tugas dari
Rasulullah SAW untuk menuliskan wahyu. Terkadang Al-Qur’an dituliskan di
pelepah korma, di tulang-tulang, kulit hewan, dan sebagainya. Diantara ynag
terkenal sebagai penulis Al-Qur’an adalah : Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah,
Ubai bin Ka’b, dan Zaid bin Tsabit. Demikianlah, para sahabat yang lainpun
banyak yang menulis Al-Qur’an meskipun tidak mendapatkan instruksi secara
langsung dari Rasulullah SAW. Namun, pada masa Rasulullah SAW ini, Al-
Qur’an belum terkumpulkan dalam satu mushaf sebagaimana yang ada saat ini.
Pengumpulan Al-Qur’an pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar
Al-Shidiq, atas usulan Umar bin Khatab yang khawatir akan hilangnya ayat-ayat
Al-Qur-an. Hal ini karena banyak para sahabat dan qari’ yang gugur dalam
peperangan yamamah. Tercatat terdapat tiga puluh sahabat yang syahid.
Mulanya Abu Bakar menolak, namun setelah mendapat penjelasan dari Umar,
beliau pun mau melaksanakannya. Mereka berdua menunjuk Zaid bin Tsabit,
karena Zaid orang terakhir yang membacakan Al-Qur’an di hadapan Rasulullah
SAW sebelum beliau wafat. Awalnya Zaid menolak, namun setelah mendapat
penjelasan dari Abu Bakar dan Umar Allah pun membukakan pintu hatinya.
Setelah ditulis, Mushaf ini dipegang oleh Abu Bakar, kemudian pindah ke Umar,
lalu pindah lagi ke tangan Hafshah bin Umar. Kemudian pada masa Utsman bin
Affan ra, beliau memintanya dari tangn Hafshah. (Al-Qattan, 1995 : 125-126)
4. 4
Kemudian pada Utsman bin Affan, para sahabat banyak yang berselisih pendapat
mengenai bacaan (baca : qiraat) dalam Al-Qur’an. Apalagi pada masa beliau
kekuasaan kaum muslimin telah menyebar sedemikian luasnya. Sementara para
sahabat terpencar-pencar di berbagai daerah, yang masing-masing memiliki
bacaan/qiraat yang berbeda-beda. Kondisi seperti ini membuat suasana
kehidupan kaum muslimin menjadi sarat dengan perselisihan, yang
dikhawatirkan mengarah pada perpecahan. Pada saat itulah, Hudzifah bin al-
Yaman melaporkan ke Utsman bin Affan, dan disepakati oleh para sahabat untuk
menyalin mushaf Abu Bakar dengan bacaan/qiraat yang tetap pada satu huruf.
Utsman memerintahkan kepada Zaid ni Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’d bin
‘Ash, dan Abdul Rahman bin Harits untuk menyalin dan memperbanyak mushaf.
Dan jiak terjadi perbedaan diantara mereka, maka hendaknya Al-Qur’an ditulis
dengan logat Quraisy. Karena dengan logat Quraisy lah A-Qur-an diturunkan.
Setelah usai penulisan Al-Qur’an dalam beberapa mushaf, Utsman mengirimkan
ke setiap daerah satu mushaf, serta beliau memerintahkan untuk membakar
mushaf atau lembaran yang lain. Sedangkan satu mushaf tetap disimpan di
Madinah, yang akhirnya dikenal dengan sebutan mushaf imam. Kemudian
mushaf asli yang dipinta dari Hafsah, dikembalikan pada beliau. Sehingga
jadilah Al-Qur’an dituliskan pada masa Utsman dengan satu huruf, yang sampai
pada tangan kita. (Al-Qattah, 1995 : 128-131)
5. Membacanya sebagai ibadah
Dalam setiap huruf Al-Qur’an yang kita baca, memiliki nilai ibadah yang tiada
terhingga besarnya. Dan inilah keistimewaan Al-Qur’an, yang tidak dimiliki oleh
apapun yang ada di muka bumi ini, Allah SWT berfirman (QS. Faathir (35) : 29-
39)
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka
denngan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala
mereka dan menambahkan kepada mereka karuniaNya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang membaca satu huruf dalam kitabullah (Al-Qur’an), maka ia
akan mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dengan sepuluh kali
5. 5
lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim sebagai satu huruf.
Namun, Alif merupakan satu huruf, Lam satu huruf dan Mim juga satu
huruf.”(HR. Tirmidzi)
2.2 Nama- nama Al Qur’an
1. Al-Kitab: Al-Baqarah [2]: 2; Al-A’raf (7):2
2. Al-Qur’an: Al-Baqarah [2]: 185; Al-Hijr [15]: 87
3. Al-Furqan: Ali Imran [3]: 4; Al-Furqan [25]:1
4. Azd-Dzikr: Al-Hijr [15]: 9
2.3 Ayat yang pertama kali turun
1. Surat Al-Alaq 1-5, (pendapat kebanyakan ulama berdasarkan hadis dari
Aisyah)
2. Surat Al-Mudathir, (berdasar pada pendapat Imam As-Suyuyi, surat yang
diturunkan secara utuh satu surah)
3. Surat Al-Fatihah (pendapat Ibnu Abbas dan Muhammad Abduh)
2.4 Ayat yang terakhir turun
1. Al-Ma’idah ayat 3, (pendapat kebanyakan ulama. Ayat tersebut turun ketika
Rasulullah melakukan haji wada`, dan setelah itu beliau masih hidup selama
81 hari lagi)
2. Surat An-Nashr, (dalam riwayat Muslim dari Ibnu Abbas)
3. An-Nisa ayat 176, (dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari sahabat al-Barra`
bin Azib).
2.5 Pemaknaan Makiyah dan Madaniyah
Ada tiga pemaknaan makiyah dan madaniyah;
1. Ditinjau dari aspek masa turunnya al-Qur’an, Makkiyyah berarti surat yang
diturunkan sebelum hijrah dan Madaniyyah ialah surat yang diturunkan
setelah hijrah baik di Makkah maupun Madinah, pada waktu pembukaan
kota Makkah maupun haji wada`, atau sewaktu Rasulullah dalam perjalanan.
2. Ditinjau dari aspek tempat turunnya, Makkiyyah ialah surat yang diturunkan
di Makkah, meskipun setelah hijrah dan Madaniyyah yaitu surat yang
6. 6
diturunkan di Madinah. Sedangkan surat yang diturunkan dalam perjalanan
tidak termasuk Makkiyyah maupun Madaniyyah
3. Ditinjau dari aspek tujuannya, Makkiyyah ialah surat yang diturunkan untuk
penduduk Makkah dan Madaniyyah diturunkan untuk penduduk Madinah.
2.6 Hikmah Pemberian Nama Surah
Berikut ini beberapa hikmah pemberian nama surah:
1. Mempermudah dan menumbuhkan kerinduan untuk mempelajari al-Qur’an dan
menghafalkannya.
2. Menunjukkan tema pembicaraan.
3. Mengisyaratkan bahwa panjangnya suatu surat tidak menunjukkan kelebihannya,
namun semua surat adalah mukjizat meskipun pendek.
4. Seorang pembaca dapat berhenti dalam tiap surat, tidak harus membaca al-
Qur’an sekaligus, sehingga dapat dipahami maksud dan isi tiap surat.
5. Memperingan penghafal al-Qur’an, karena apabila seorang calon hafid telah
menghafal satu surat, ia merasa bahwa baru menghafal sebagian al-Qur’an, lalu
berusaha sungguh-sungguh untuk meneruskan hafalannya.
6. Perincian masing-masing surat tersebut menunjukkan keterkaitan makna di
dalamnya
2.7 Karakteristik Al Qur’an
1. Diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia
Memang sudah menjadi tabiat manusia untuk selalu mengeluh dalam
menghadapi permasalahan yang dimilikinya, sehingga tidak sedikit manusia
yang menganggap turan Allah terhadap kehidupannya seperti yang tercantum
dalam Al Qur’an hanya menimbulkan kesusahan bagi dirinya. Padahal jika
aturan tersebut dijalankan, manusia justru akan memiliki kehidupan yang jauh
lebih baik. Firman Allah, “Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu
agar kamu mendapat kesusahan” (Q.S. Taha: 2).
2. Bacaan yang teramat mulia dan terpelihara
Al Qur’an adalah kitab yang mulia. Disampaikan oleh Yang Mahamulia (Allah
SWT) kepada manusia yang paling mulia (Muhammad SAW) melalui malaikat
7. 7
termulia (Jibril). Oleh karena itu barang siapa yang ingin hidup mulia dan
dimuliakan, tidak boleh “tidak” ia harus selalu berinteraksi dengan sumber
kemuliaan yaitu Al Qur’an.
“Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang teramat mulia. (Yang
terdapat) pada kitab yang terpelihatra (Lauhul Mahfudz). Tidak menyentuhnya
kecuali orang- orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan Semesta Alam”
(Q.S. Al Waqi’ah: 77-78).
3.Tidak seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagungan Al
Qur’an.
“Dan jika kamu meragukan ( Al Qur’an) yang kami turunkan kepada hamba
kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah
penolong- penolong selain Allah, jika kamu orang- orang yang benar (Q.S. Al
Baqarah: 23)
“ Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa (dengan ) Al Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain” (Q.S. Al
Isra (17): 88).
4. Tersusun secara terperinci dan rapi
“ Alif Laam Raa. (Inilah) Kitab yang ayat- ayatnya disusun dengan rapi
kemudian dijelaskan secara terperinci, (yang diturunkan) dari sisi (Allah)
Yang Mahabijaksana, Mahateliti” (Q.S. Al Hud:1)
5.Mudah difahami dan diambil pelajaran
“ Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk peringatan, maka
adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Q.S. Al Qamar: 17).
2.8 Fungsi Al Qur’an:
1.Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah
SWT
2. Tuntunan serta hukum untuk menjalankan kehidupan
8. 8
3. Menjelaskan masalah- masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat
terdahulu
4. Sebagai mukjizat Rasulullah SAW.
2.9 Akhlak terpuji terhadap Al Qur’an
1. Membaca ta’awudz sebelum membaca Al Qur’an (Q.S. An Nahl: 98)
2. Membaca Al Qur’an secara tartil/ perlahan- lahan (Q.S. Al Muzammil: 4)
3. Lapang dada menerima Al Qur’an (Q.S. Al A’raf: 2)
4. Mendengarkan baik- baik pembacaan Al Qur’an (Q.S. Al A’raf: 204)
5. Bergetar hatinya dan bertambah imannya (Q.S. Al Anfal: 2-4).
2.10 Akhlak tercela terhadap Al Qur’an
1. Menyombongkan diri dan berpaling (Q.S. Luqman: 7)
2. Menertawakan peringatan ini (Q.S. An Najm: 59-62)
3. Tidak memperhatikan Al Qur’an (Q.S. Muhammad: 24).
2.11 Keunggulan Al Qur’an
1. Al Qur’an adalah mukjizat yang abadi (Q.S. An Nisa’: 174)
Allah meghendaki agar Al Qur’an berlaku secara umum (mencakup
permasalahan) dan bersifat universal. Maka disusun dan dikumpulkan Al Qur’an
itu dengan sistematis yang memperlihatkan universalitas dan kekekalannya dan
dijauhkan dari susunan yang bersifat temporer, yang hanya memperlihatkan
urgensi suatu masa saja, yaitu ketika diturunkannya Al Qur’an.
2. Keunggulan Al Qur’an secara ilmiah
Pemikiran modern dalam berbagai bidang disiplin ilmu dewasa ini telah
menetapkan bahwa Al Qur’an merupakan kitab ilmiah yang menghimpun segala
disiplin ilmu dan filsafah. Ilmu itu datang dari Allah SWT, sebagai tanda
kemuliaan dan ketinggian ilmuNya (Q.S. Al ‘Alaq: 1-5)
9. 9
4. Kesempurnaan dan Jaminan Kemurnian dari Al Qur’an (Q.S. Al An’am: 115
dan Q.S. Al Hijr: 9)
Kesempurnaan Al Qur’an mencakup kesempurnaan ayat- ayatnya yang tidak ada
pertentangan di antara ayat- ayatnya dan kemurnian Al Qur’an terjamin selama-
lamanya.
5. Al Qur’an bersifat umum dan universal
Umum: mencakup seluruh bidang/ permasalahan manusia (Q.S. Al An’am:38)
Universal: berlaku selamanya dan untuk seluruh kaum (Q.S. Al Furqan: 1).
2.12 Isi Kitab Al Qur’an
1. Prinsip- prinsip keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari akhir,
Qadha, dan Qadhar, dan sebagainya
2. Prinsip- prinsip syariah, tentang ibadah khas (shalat, zakat, puasa, haji, dan
ibadah yang umum (perekonomian, pernikahan, hukum, dan sebagainya).
3. Janji dan ancaman, seperti tentang janji kepada orang yang baik dan ancaman
kepada orang yang berbuat dosa
4. Sejarah tentang nabi- nabi terdahulu, masyarakat, dan bangsa terdahulu
5. Ilmu pengetahuan seperti mengenai ilmu Ketuhanan dan Agama, hal- hal
yang menyangkut manusia, masyarakat dan yang berhubungan dengan alam.
Sesuai dengan kedudukannya wahyu Allah yang terakhir, maka Al Qur;an
merupkan Kitabullah yang paling lengkap dan sempurna yang berfungsi
menyempurnakan dan mengoreksi atas kitab- kitab sebelumnya. Sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al Maidah, (5) :3.
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan) bagimu yang disembelih untuk berhala dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang- orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka
dan takutlah kepada- Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Ku-ridhai
10. 10
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (Al- Maaidah (5):3).
2.13 Konsekuensi Keimanan Terhadap Al-Qur’an
Allah SWT tidak memaksa umat manusia untuk menjadikan Al-Qur’an
sebagai pedoman hidup mereka. Allah SWT hanya memberikan yang terbaik dan
yang paling sesuai dengan manusia dalam menapaki serta meniti jalan kehidupan
agar mereka mendapatkan kebahagiaan yang hakii baik di dunia maupun di akhirat.
Bagi mereka yang memiliki keimanan terhadap Allah SWT terdapat beberapa hal
yang menjadi konsekuensi keimanan mereka terhadap Al-Qur’an, yaitu :
1. Senantiasa dekat dengan Al-Qur’an
Dekat dengan Al-Qur’an maksudnya adalah senantiasa memiliki keinginan untuk
berinteraksi secara dekat dengan Al-Qur’an yang tergambarkan dalam dua hal :
a. Mempelajarinya
Al-Qur’an ibarat lautan yang sarat dengan mutiara-mutiara yang tiada
terhingga jumlahnya. Mempelajari Al-Qur’an merupakan hal yang teramat
penting dalam kehidupan manusia yang mencakup beberapa aspek :
Dari sisi tilawahnya, mencakup tajwid, makharijul huruf, qiraah dan
lainnya. Karena apabila terdapat kesalahan membacanya berakibat pada
perubahan maknanya.
Dari Asiyah ra, Rasulullah SAW bersabda, “ Seseorang yang mahir dalam
membaca Al-Qur’an, kelak ia akan dikumpulkan bersama para malaikat
yang mulia dan suci. Dan orang yang masih terbata-bata membacanya lagi
berat, maka ia mendapatkan pahala dua kali lipat.”(HR. Muslim)
Dari sisi pemahamannya, mencakup masalah ibadah, muamalah, jihad, dan
lain sebagainya. Pemahaman sangat penting karena merupakan pijakan
dalam mengaplikasikannyadalam kehidupan riil. Tanpa pemahaman yang
baik, tentulah akan sulit dalam merealisasikan Al-Qur’an pada kehidupan
nyata.
“ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
11. 11
tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itulah binatang ternak, bahkan
mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raaf (7) : 179)
Dari sisi perealisasiannya, mencakup bidang ekonomi, sosial, politik,
kesehatan dan lainnya. Karena merealisasikan Al-Qur’an pada kehidupan
nyata merupakan perintah Allah SWT.
“ Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah
SWT, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.”(QS. Al Maa-idah (5) :
44)
Dari sisi mengahafal ayat-ayat dan surat-surat dalaam Al-Qur’an. Karena
menghafal Al-Qur’an memiliki keistimewaan tersendiri. Dari Ali bin Abi
Thalib ra, Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa yang membaca Al-Qur’an dan menghafalnya, maka Allah
SWT akan memasukkannya ke dalam syurga dan memberinya hak syafaat
untuk sepuluh anggota keluarganya yang telah ditetapkan masuk
neraka.“(HR. Ibnu Majah)
b. Mengajarkannya pada orang lain
Sebagai seorang muslim yang baik, tidak akan merasa cukup dengan
mempelajarinya saja untuk kemudian dijadikan bekal bagi dirinya sendiri.
Namun, lebih dari itu setiap muslim memiliki kewajiban untuk
mengajarkannya kepada orang lain.
Dari Utsman ra, Rasulullah SAW bersabda, “ Sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
2. Mentarbiyah diri dengan Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan Kitabul Hidayah, yang dapat merubah suatu kondisi
masyarakat dari kejahiliyahan menuju masyarakat Islam. Rasulullah SAW telah
membuktikannya dengan merubah kondisi bangsa Arab yang suka peperangan,
perampasan hak, kedustaan, khomer, perzinaan, pembunuhan, riba dan lainnya
menjadi masyarakat yang cinta perdamaian, persamaan hak, kejujuran, kasih
sayang, keadilan, dan lain sebagainya.
3. Menerima sepenuh hati segala hukum yang terkandung di dalamnya
12. 12
Al-Qur’an merupakan Kalam Allah SWT yang berisi perintah, larangan, dan
pesan Allah SWT. Sebagai orang beriman hendaklah menjalankan perintahNya
dan menjauhi laranganNya.
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang
siapa mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah
tersesat, sesat yang nyata.”(QS. Al Ahzab (33) : 36)
4. Berdakwah (mengajak) orang lain kepada Al-Qur’an
Al-Qur’an telah terbukti mampu mengubah kondisi suatu negara dari juarang
kebobrokan menuju puncak kemuliaan. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup
yang dapat membahagiakan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Oleh
karena itulah salah satu konsekuensi keimanan kita kepada Al-Qur’an adalah
mengajak mereka dengan cara yang bijak untuk bersama-sama menjadikan Al-
Qur’an sebagi pedoman hidup.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An
Nahl (16): 125)
5. Menegakkannya di muka bumi.
Allah SWT telah menuntut pada kaum-kaum yang terdahulu untuk menegakkan
agama Nya di muka bumi, maka demikian pula halnya dengan umat Islam. Allah
SWT menuntut pada kita untuk menegakkan agamaNya, dengan menegakkan Al-
Qur’an dengan menegakkan hukum-hukumNya di muka bumi untuk seluruh umat
di manapun mereka berada.
“Dia telah menyari’atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkannlah agama dan
janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik
agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu
orang yang dikehendaki –Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) –Nya orang
yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy Syuraa (42) : 13)
13. 13
Bagaimanapun kondisinya suatu ketika Al-Islam akan menjadi pedoman hidup
dan hukum yang menjadi acuan bagi kehidupan seluruh umat manusia.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-
orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi
aman sentausa. Mereka tetap menyembah Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji)itu. Itulah orang –orang yang fasik.” (QS. An Nuur (24):55)
2.14 Al-Qur’an sebagai Minhajul Hayah
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari
kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki
moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada
shahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993: 14):
“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah- yaitu generasi sahabat- yang
memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah
umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya
ke atas dunia ini sebagaimana mereka... Meskipun tidak disangkal adanya beberapa
individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar
sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaimana yang terjadi
pada periode awal dari kehidupan dakwah ini...”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemuliaan mereka, manakala
beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
” Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik- baik kalian adalah
generasi yang ada pada masaku (para sahabat), kemudian generasi yang berikutnya
(tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi
pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW
juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
Dari Abu Sa’id al Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mencela
sahabat- sahabatku. Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan
14. 14
emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka,
bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993:14-23), terdapat tiga hal yang melatarbelakangi
para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di
dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut:
1) Karena mereka menjadikan Al Qur’an sebagai satu- satunya sumber petunjuk
jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh- jauh
berbagai sumber lainnya.
2) Ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah,
pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebagainya. Namun mereka
membacanya hanya untuk mengimplementasikan apa yang diinginkan oleh Allah
dalam kehidupan mereka.
3) Mereka membuang jauh- jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu
ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak
perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik bersifat pemikiran
maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang
pernah terlahir ke dunia ini. Disebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika
berinteraksi dengan Al Qur’an yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat
mengakar dalam lubuk sanubari mereka, bahwa hanya Al Qur’an lah satu- satunya
pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik
di dunia maupun di akhirat.
15. 15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Al Qur’an dari Segi Keperawatan
Beberapa prinsip keperawatan dalam Islam:
1. Aspek Teologis: setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu kehendak
dan kemampuan. Atas dasar kehendak maka seorang muslim memiliki cita- cita untuk
melakukan rekayasa atau berbagai inovasi dalam kehidupannya yang dibuktikan karena
Allah. Dengan adanya kehendak dan kemampuan maka seorang manusia melakukan
upaya yang sungguh- sungguh tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu
menyerahkan hasilnya dan menanti ketentuan Allah. Dalam perspektif yang seperti itulah
bertemunya dua hal yang sering dipandang krusial dalam pemahaman akidah yaitu antara
usaha manusia dan takdir Allah. Keduanya adalah merupakan perpaduan dalam
perjalanan hidup manusia yang disebut tawakkal. Hal ini tercermin dalam Al Qur’an
sebagian diantaranya menekankan manusia agar berbuat secara maksimal karena Allah
tidak akan merubah nasib seseorang sehingga merubah sendiri (lihat Q.S. Al Ra’d
(13):11). Sementara ayat yang lain menegaskan seakan manusia tidak berperan
sedikitpun dalam perbuatannya dengan mengatakan Dan Allah menciptakan kamu dan
apa yang kamu kerjakan (lihat Q.S. Al Shaffat (37): 96).
2. Aspek Fungsi Kemanusiaan yaitu khilafah dan ibadah. Tugas khilafah adalah
mengelola seluruh alam semesta untuk kepentingan umat manusia. Dan tentunya harus
diingat bahwa tugas pengelolaan yang baik harus dilakukan oleh hamba- hamba Allah
yang memiliki kepatutan untuk itu (lihat Q.S.Al Anbiya (21):105). Selanjutnya
pelaksanaan tugas khilafah yang benar pastilah akan menghasilkan ibadah yang benar
pula dan demikian sebaliknya. Atas dasar itu seorang muslim hendaknya menggali
seluruh informasi ilmu pengetahuan tentang alam semesta termasuk tugas perawatan
sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang bukan muslim. Allah menjelaskan bahwa
sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah
menjadi tanda- tanda kebesaran Allah bagi yang berpikir (lihat Q.S. Ali Imran (3): 190).
Selanjutnya dalam ayat berikutnya Allah menjelaskan tanda- tanda orang yang disebut
ulul albab yaitu orang yang selalu mengingat Allah; memikirkan penciptaan langit dan
bumi; dan kemudian yang mampu mengambil keputusan: Ya Tuhan kami, tidaklah
16. 16
Engkau jadikan semua yang ada di langit dan di alam semesta ini sia- sia; dan terakhir
pernyataan Maha Suci Allah dari sifat kekurangan dan peliharalah kami dari azab neraka
(lihat Q.S. Ali Imran (3): 191).
3. Aspek akhlak yaitu ihsan yang menyataan bahwa setiap orang yang beriman
hendaklah menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai dengan hadis
Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau melihatNya dan andaikata engkau
tidak mampu melihatNya maka yakilah Ia melihatmu. Atas dasar itu, seorang muslim
dalam segala tindakannya tidak memerlukan kendali.
Dari aspek teologis, seorang perawat harus percaya akan adanya kematian yang tidak
terelakkan seperti banyak ditegaskan dalam Al Qur’an dan hadits. Ibnu Sina pernah
menyatakan, yang harus diingat bahwa pengetahuan mengenai pemeliharaaan kesehatan
itu tidak bisa membantu untuk menghindari kematian maupun membebaskan diri dari
penderitaan lahir. Ia juga memberikan cara- cara memperpanjang usia agar hidup
selamanya. Sebab, berupaya menyelamatkan hidup adalah tugas mulia, siapa yang
menyelamatkan hidup seorang manusia. Ini sejalan dengan penegasan ayat Al Qur’an:
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan hanya karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka
seakan- akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah 0olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya” (Q.S. Al Maidah (5):32).
Pada aspek khilafah, perawat diharapkan dapat menggunakan metode ilmiah dalam
berpikir. Ajaran Islam sangat menekankan agar berpikir atau merenung terhadap
berbagai sebab, tujuannya agar mendapatkan keyakinan yang benar. Seperti dalam
firman Allah:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat)
tanda- tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Q.S. Al
Baqarah: 164).
Juga firman Allah:
Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi” (Q.S. Yunus: 101).
17. 17
Perawat juga mesti menyadari dalam melayani kepentingan umum semata- mata
hanyalah untuk beribadah kepadaNya.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
(Q.S. Adz Dzaariyaat: 56).
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus” (Q.S. Al Bayyinah: 5).
Perawat dituntut untuk bersikap ramah, tidak emosional, tenang. Sebagaimana
dijelaskan:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu”(Q.S. Ali Imran: 159).
Juga dalam surat:
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian
itu termasuk hal- hal yang diutamakan” (Q.S. Asy Syuura:43).
Perawat juga harus mampu dalam menyimpan rahasia pasien dan dapat dipercaya
dalam melakukan asuhannya. Dalilnya:
“ Allah tidak menyukai orang mengeluarkan kata- kata keji (menyebutkan aib orang
lain) kecuali bila dianiaya” (Q.S. An Nisa: 148).
Juga firman Allah:
“ Sesungguhnya orang- orang menyukai tersiarnya kekejian pada orang- orang yang
beriman, untuk mereka siksa yang pedih di dunia dan akhirat” (Q.S. An Nur: 19).
Firman Allah:
“Sungguh berbahagialah orang- orang yang beriman , yaitu yang khusyu’ dalam
sembahyang, yang meninggalkan segala yang sia- sia, yang menunaikan zakat, yang
memelihara kehormatan (alat kelaminnya) selain kepada isteri atau hamba sahaya, buat
ini mereka tidak tercela; barangsiapa menghendaki selain itu, maka adalah mereka
melampaui batas yang memelihara amanat dan menepati janji, yang menepati segala
sembahyangnya, mereka itu memperoleh surga Firdaus, dimana mereka akan kekal
selama- lamanya” (Surat Al Mu’minun: 1-11).
Selain ayat tersebut di atas, dijelaskan pula pada:
“Wahai orang- orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan RasulNya
dan janganlah kamu menghianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan
kamu mengetahui” (Q.S. Al Anfal: 27).
Ayat lain:
18. 18
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu supaya menyampaikan segala amanat (yang
dipercayakan) kepada yang berhak” (Q.S. An Nisa: 58).
Perawat juga mesti bertanggung jawab atas segala resiko dan konsekuensi dari
profesinya. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta
pertanggungan jawabnya” (Q.S. Al Isra: 36).
Perawat perlu menyampaikan nilai- nilai untuk menjaga kesehatan dalam ajaran
islam. Misalnya, dalam mengatur pola makan dan minum. Ayat Al Qur’an menekankan
agar makan dan minum dengan kadar proporsional.
“... makan dan minumlah, dan jangamlah kamu berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang- orang yang berlebih- lebihan” (Q.S. Al A’raf: 31).
Dianjurkan bagi para ibu untuk menyusui anak- anaknyahingga 2 tahun, antara lain
dinyatakan dalam ayat Al Qur’an”
“Para ibu hendaklah menyusukan anak- anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaina kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf” (Q.S. Al Baqarah: 233).
Berdasarkan ayat di atas, agar ibu dan anak sehat seharusnya menyusui anak hingga
usianya 2 tahun. ASI adalah makanan paling penting dan pokok. Menurut ahli medis,
pemberian ASI sampai 2 tahun merupakan suatu upaya meningkatkan kualitas jasmani
dan intelektual anak, karena mengandung Protein Taurin dan asam lemak
dichosahexaeonoic acid yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel otak bayi.di
samping mengandung gizi yang tinggi, ASI juga mempunyai kemampuan untuk
membantu pertumbuhan dan menghalangi terjadinya infeksi saluran pencernaan bayi.
Terhadap kebutuhan jasmani manusia, Islam memberi tuntunan, agar mengatur waktu
untuk istirahat seperti ditegaskan dalam ayat Al Qur’an:
“Dan karena rahmatNya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karuniaNya
(pada siang hari) agar kamu bersyukur padaNya” (Q.S. Al Qashash: 73).
19. 19
BAB IV
PENUTUP
Tinggallah dua pilihan di hadapan kita; antara jaya dengan Al Qur’an, atau binasa
dengan meninggalkannya. Sejarah telah berbicara sebagai fakta abadi; bahwa umat ini
dapat memperoleh izzahnya dengan Al Qur’an. Dan merekapun Allah kerdilkan karena
meninggalkan Al Qur’an. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan:
Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT akan
mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al Qur’an), dengan nya pula Allah
akan merendahkan kaum yang lain” (HR. Muslim).
20. 20
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Hadits
Al- Qatthan, Manna’. 1995-1416 H. Mahbahits fi Ulumil Qur’an, cet XXVII. Beirut:
Mu’assasah al-Risalah.
Daradjat, dkk. 1997. Dasar- dasar Agama Islam. Jakarta: Universitas Terbuka.
Daradjat, dkk. 2002. Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 1 (Fiqh
Kontemporer). Depag RI: Jakarta.
Hadiri, Choiruddin. 1996. Klasifikasi Kandungan Al Qur’an, cetakan V. Jakarta: Gema
Insani Press.
Hardian, Novi. 2003. Super Mentoring. Bandung: Syaamil.
Quthb, Sayyid. 1993-1413 H. Ma’alim fi Al- Thariq, cetakan XVII. Beirut: Dar Al-
Syuruq.
Syahbah, Muhammad ibn Muhammad. 1996-1417. Al Sirah Al Nabawiyah Fi Dhau Al
Qur’an wa Al Sunnah: Dirasah Muharrarah, Jama’at Bain Ashalah Al Qadim wa
Jiddatil Hadits, cetakan III. Damaskus: Dar Al Qalam.
Zuhroni, dkk. 2003. Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqh
Kontemporer). Depag RI: Jakarta.