[Ringkasan]
Buku saku ini berisi pedoman teknis budidaya beberapa tanaman pertanian unggulan di Kecamatan Tinada, Kabupaten Pakpak Bharat. Memberikan uraian karakteristik lahan, tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas, dan arahan teknis budidaya masing-masing tanaman secara detail. Diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut.
2. 2
KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA
KABUPATEN PAKPAK BHARAT
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, atas telah tersusunnya Buku Saku
berjudul “Pengembangan Tanaman Pertanian
Unggulan di Kecamatan Tinada Kab. Pakpak Bharat”
yang dilakukan atas kerjasama Bappeda Kab. Pakpak
Bharat dan Fakultas Pertanian USU.
Kami berkeyakinan, buku yang berisikan
uraian teknis dalam mengelola tanah di lahan
pertanian guna memperoleh produktivitas optimum
dan berkelanjutan di Kecamatan Tinada Kabupaten
Pakpak Bharat ini dapat menjadi pedoman bagi
penggiat pertanian di Kab. Pakpak Bharat, khususnya
di Kec. Tinada dalam upaya peningkatan produktivitas
tanaman pertanian unggulan secara optimal dan
berkelanjutan, dan pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan petani.
Dengan demikian, sumberdaya petani kita
akan semakin berkualitas dan memiliki daya saing
yang mumpuni dalam membangun perekonomian
yang unggul dan berkeadilan, sebagaimana
diharapkan dalam mencapai Visi dan Misi Pemerintah
Kabupaten Pakpak Bharat Periode 2016-2021.
Salak, Desember 2017
Kepala BAPPEDA Kab.Pakpak Bharat,
Jalan Berutu, S.Pd., MM
3. 3
KATA PENGANTAR PENYUSUN
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya buku saku
berjudul: “Pengembangan Tanaman Pertanian
Unggulan di Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak
Bharat” ini dapat kami susun. Buku yang berisikan
uraian teknis dalam mengelola lahan (tanah)
pertanian guna memperoleh produktivitas optimum
dan berkelanjutan di Kecamatan Tinada Kabupaten
Pakpak Bharat ini disusun berdasarkan hasil Analisis
Potensi Sumberdaya Lahan Kabupaten Pakpak Bharat
yang telah dilakukan pada tahun 2016 oleh Bappeda
Kabupaten Pakpak Bharat bekerjasama dengan
Fakultas Pertanian USU, serta berdasarkan hasil kajian
lain dan didukung oleh landasan teoritis yang relevan.
Selain berisikan arahan teknis budidaya
(agroteknologi) beberapa tanaman pertanian/
perkebunan unggulan, di dalam buku saku ini juga
diuraikan tentang karakteristik lahan dan tanah, serta
kelas kesesuaian lahan dari masing-masing komoditi
unggulan tersebut di Kecamatan Tinada.
Pada akhirnya, kami berharap buku saku ini
dapat bermanfaat sebagai pedoman teknis dalam
meningkatkan produktivitas pertanian secara
berkelanjutan di Kecamatan Tinada.
Salak, Desember 2017
An.Penyusun,
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
5. 5
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Karakteristik setiap Unit Lahan pada
APL di Kec. Tinada Kab. Pakpak Bharat ........
5
Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Lahan
Beberapa Komoditas Tanaman Pertanian
Unggulan di Kecamatan Tinada ....................
9
Tabel 3. Arahan teknis budidaya padi
sawah di Kecamatan Tinada ......................
26
Tabel 4. Arahan teknis budidaya padi
gogo di Kecamatan Tinada ........................
29
Tabel 5. Arahan teknis budidaya jagung di
Kecamatan Tinada ..............................
34
Tabel 6. Arahan teknis budidaya cabai
merah di Kecamatan Tinada ................
38
Tabel 7. Arahan teknis budidaya pisang di
Kecamatan Tinada ....................................
42
Tabel 8. Arahan teknis budidaya jeruk
manis di Kecamatan Tinada ......................
45
Tabel 9. Arahan teknis budidaya nenas di
Kecamatan Tinada ..................................
49
Tabel 10. Arahan teknis budidaya kopi
arabika di Kecamatan Tinada ...................
52
Tabel 11. Arahan teknis budidaya
gambir di Kecamatan Tinada .....................
56
Tabel 12. Rekapitulasi rekomendasi
agroteknologi utama tanaman pertanian
unggulan di Kecamatan Tinada ....................
61
6. 6
Pendahuluan
Kecamatan Tinada merupakan salah
kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat, terletak
pada ketinggian 750-1400 meter di atas
permukaan laut, dengan luas wilayah sekitar
74,03 Km2
(7403 hektar) atau sekitar 6,08% dari
total wilayah Kabupeten Pakpak Bharat (1218,3
Km2
) (BPS Pakpak Bharat, 2016).
Batas-batas wilayah kecamatan ini
sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Kerajaan, sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Siempat Rube dan Kabupaten Dairi,
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Tinada, Kecamatan Salak dan Kecamatan
Siempat Rube, dan sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan
Kecamatan Kerajaan.
7. 7
Kecamatan Tinada memiliki 6 Desa dan
22 Dusun. Ke enam desa tersebut adalah Buluh
Tellang, Kuta Babo, Mahala, Prongil, Silima Kuta,
dan Tinada. Dari ke enam desa ini belum ada
yang masuk ke kategori Swasembada, lima
diantaranya masuk kategori Swadaya dan 1 desa
Swakarya (BPS Pakpak Bharat, 2016).
Kegiatan perekonomian penduduk
Kecamatan Tinada didominasi oleh sektor
pertanian dan perkebunan, yang didukung oleh
mata pencaharian mayoritas masyarakatnya
sebagai petani. Luas lahan pertaniannya 6561
hektar atau 88,63% dari luas total wilayah
kecamatan ini (7403 hektar), dengan luas lahan
sawah sekitar 220 hektar dan luas lahan untuk
pertanian lahan kering sekitar 6341 hektar.
Sedangkan sisanya merupakan lahan non-
8. 8
pertanian seluas 842 hektar (BPS Pakpak Bharat,
2016).
Tanaman yang umum dibudidayakan di
wilayah ini diantaranya, padi sawah dengan
produktivitas 4,02 ton/Ha; padi gogo (2,87
ton/Ha); jagung (5,78 ton/Ha); ubi kayu (47,57
ton/Ha); ubi jalar (16,0 ton/Ha); cabai merah
(14,95 ton/Ha); nenas (12,14 ton/tahun); pisang
(23,39 ton/tahun); jeruk (576,75 ton/tahun);
durian (82,13 ton/tahun); gambir (1,2 ton/Ha);
kopi robusta (0,86 ton/Ha); kopi arabika (0,77
ton/Ha); karet (0,53 ton/Ha); kelapa (0,85
ton/Ha); kemenyan (0,08 ton/Ha); crude oil
kelapa sawit (0,74 ton/Ha) dan kakao (0,34
ton/Ha) (BPS Pakpak Bharat, 2016).
Kondisi geografis Kecamatan Tinada yang
umumnya berbukit hingga bergunung dengan
kemiringan lereng 15-40% dan beriklim tropis
9. 9
basah yang dipengaruhi angin musim juga
menjadi pembatas utama produktivitas tanaman
yang dibudidayakan di wilayah ini. Namun
demikian, produktivitas berbagai jenis tanaman
pertanian tersebut di atas yang umumnya belum
mencapai potensi maksimumnya, masih dapat
ditingkatkan dengan penerapan agroteknologi
yang baik dan tepat.
Guna mendapatkan produktivitas lahan
yang optimal, maka pada tahun 2016 telah
dilakukan kajian Analisis Potensi Sumberdaya
Lahan Kabupaten Pakpak Bharat untuk beberapa
komoditi unggulan di daerah ini. Uraian dan
arahan teknis dari hasil kajian tersebut yang
menyangkut tingkat kesesuaian lahan dan
upaya-upaya perbaikan faktor-faktor pembatas
untuk setiap komoditi tanaman pertanian pada
setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Pakpak
10. 10
Bharat dituangkan dalam bentuk Buku Saku,
yang untuk wilayah Kecamatan Tinada diberi
judul: “Pengembangan Tanaman Pertanian
Unggulan di Kecamatan Tinada Kabupaten
Pakpak Bharat”.
Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan pada Areal
Penggunaan Lain (APL) di wilayah Kecamatan
Tinada yang diperoleh dari hasil kajian evaluasi
Sumberdaya Lahan Kabupaten Pakpak Bharat
yang dilakukan pada Tahun 2016, disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik setiap Unit Lahan pada APL di
Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak
Bharat.
Karakteristik Lahan
Unit Lahan
1 2 3 4
Temperatur (tc):
- Temperatur rerata (0
C)
- Ketinggian tempat
dpl (m)
19
1120
20
1023
19
1116
18
1386
11. 11
Karakteristik Lahan
Unit Lahan
1 2 3 4
Ketersediaan air
(wa):
- Curah hujan
- (mm)
- Lama bulan kering
(bln)
- Kelembaban
- (%)
1400
2
83,28
1700
2
83,28
1700
2
83,28
2100
2
83,28
Ketersediaan
oksigen (oa):
- Drainase Baik Baik Baik Baik
Media perakaran
(rc):
- Tekstur
- Bahan kasar
(%)
- Kedalaman tanah
(cm)
Agak
Kasar
5
100
Kasar
8
100
Agak
Kasar
7
80
Halus
4
100
Retensi hara
(nr):
- KTK liat (cmol)
- Kejenuhan basa
(%)
- pH H2O
- C-organik
(%)
29,60
(T)
20,17
(R)
6,52
(AM)
2,19
(S)
21,76
(S)
39,29
(S)
6,19
(AM)
1,87
(R)
26,08
(T)
20,34
(R)
6,23
(AM)
2,48
(S)
38,08
(T)
14,99
(SR)
6,74
(AM)
1,45
(R)
12. 12
Karakteristik Lahan
Unit Lahan
1 2 3 4
Ketersediaan
Hara (na):
- N-total (%)
- P2O5 Bray II
(ppm P)
- K-tukar (me/100g)
0,43
(S)
11,25
(R)
0,58
(S)
0,62
(T)
6,47
(SR)
0,61
(T)
0,15
(R)
9,88
(SR)
0,64
(T)
3,26
(ST)
12,23
(R)
0,65
(T)
Bahaya erosi
(eh):
- Lereng (%)
- Bahaya erosi
30 30 5 10
Bahaya banjir
(fh):
- Genangan F0 F0 F0 F0
Penyiapan lahan
(lp):
- Batuan di
permukaan (%)
- Singkapan batuan
(%)
0
0
0
0
0
0
0
0
Keterangan: S= Sedang R = Rendah; SR = Sangat Rendah; T =
Tinggi; ST = Sangat Tinggi; AM = Agak Masam; M = Masam; N =
Netral; F0 = Tidak Pernah Banjir (Tidah Pernah Terjadi Genangan).
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa
temperatur udara di wilayah ini berkisar antara
180
-200
C dengan ketinggian tempat antara 1100-
1400 meter di atas permukaan laut. Curah hujan
13. 13
di daerah ini tergolong sangat tinggi, berkisar
anatara sebanyak 1400-2100 mm/tahun. Kondisi
iklim seperti ini berimplikasi kepada karakteristik
tanahnya diantaranya jenis tanah umumnya
Andisol dan Inceptisol yang memiliki sifat penciri
Andik. Tanah dengan sifat penciri andik ini kuat
dalam menjerap ion fosfat sehingga kadar fosfat
tersedia di dalam tanah umumnya menjadi
rendah hingga sangat rendah.
Kejenuhan basa tanah yang umumnya
tergolong rendah hingga sangat rendah, kadar
bahan organik yang sedang hingga rendah, serta
kemiringan lereng yang umumnya agak curam
hingga curam dan tektur tanah yang agak kasar
hingga kasar di wilayah ini (Tabel 1) juga
menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman pertanian/perkebunan secara
optimal.
14. 14
Tingkat Kesesuaian Lahan Tanaman
Pertanian Unggulan
Berdasarkan hasil Analisis Potensi
Sumberdaya Lahan Kabupaten Pakpak Bharat
(Bappeda Pakpak Bharat, 2016), dapat diperoleh
tingkat kesesuaian lahan untuk beberapa
komoditi unggulan di wilayah Kecamatan Tinada,
Kabupaten Pakpak Bharat, sebagaimana
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Lahan Beberapa
Komoditas Tanaman Pertanian Unggulan di
Kecamatan Tinada.
Komoditi/
Kelas
Kesesuaian
Lahan
Unit Lahan
1 2 3 4
Padi Sawah/
Aktual
N-rc,eh N-rc,eh S3-rc,eh N-eh
Padi Sawah/
Potensial
S3.eh S3.rc.eh S3.rc S3.rc
Padi Gogo/
Aktual
N-rc,eh N-rc,eh
S3-tc,wa,
nr,eh
N-rc,eh
Padi Gogo/
Potensial
S3.tc,
wa,eh
S3. tc,
wa,rc. eh
S3.tc,wa
S3.tc,
wa,rc
16. 16
Komoditi/
Kelas
Kesesuaian
Lahan
Unit Lahan
1 2 3 4
Karet/
Potensial
N-tc N-tc N-tc N-tc
Kelapa
Sawit/
Aktual
N-
tc,rc,eh
N-tc,rc,
eh
N-tc
N-tc,rc,
eh
Kelapa
Sawit/
Potensial
N-tc N-tc N-tc N-tc
Kopi
Arabika/
Aktual
N-rc,eh N-rc,eh S3-wa,rc N-rc,eh
Kopi
Arabika/
Potensial
S3.wa,
eh
S3.wa,
eh
S3.wa S3.wa
Gambir/
Aktual
N-rc,eh N-rc,eh S3-nr,na
N-rc,
eh
Gambir/
Potensial
S3-rc,eh S3-rc,eh S2-nr,rc S3-nr
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa
kesesuaian aktual untuk tanaman padi Sawah
di Kecamatan Tinada umumnya tidak sesuai (N)
karena faktor pembatas utama kemiringan lereng
yang agak curam hingga curam (10-30%), meski
17. 17
ada yang sesuai marginal (S3) dengan tekstur
yang kasar dan kemiringan lereng sekitar 5%.
Faktor pembatas lainnya yang yang perlu
mendapat perhatian untuk diatasi adalah retensi
hara (nr) dengan kejenuhan basa yang
umumnya rendah hingga sangat rendah dan
kadar bahan organik tanah yang umumnya
rendah, serta ketersediaan hara (na) dengan
kadar P tersedia yang umumnya rendah hingga
sangat rendah dan kadar N-total yang di
beberapa tempat tergolong rendah hingga
sedang.
Hal yang sama terjadi pada padi gogo
yang umumnya tidak sesuai (N) karena
kemirngan lereng yang curam hingga sangat
curam dan tekstur tanah yang agak kasar hingga
kasar. Di beberapa tempat ada yang tergolong
sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas
18. 18
temperatur, retensi hara (nr) terutama
kejenuhan basa dan bahan organik yang rendah,
serta ketersediaan unsur hara (na) terutama
unsur hara P tersedia yang rendah hingga sangat
rendah dan kadar N-total yang di beberapa
tempat tergolong rendah hingga sedang.
Kemiringan lereng yang curam hingga
sangat curam dan tekstur tanah yang agak kasar
hingga kasar juga menjadi faktor pembatas
utama yang menyebabkan kesesuaian tanaman
jagung juga umumnya tergolong kelas N (tiak
sesuai), meskipun di beberapa tempat ada yang
tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor
pembatas temperatur, kejenuhan basa dan kadar
bahan organik yang rendah, serta unsur hara
terutama P yang rendah hingga sangat rendah,
kadar N-total yang di beberapa tempat tergolong
19. 19
rendah hingga sedang, juga curah hujan yang
sangat tinggi.
Untuk tanaman cabai merah, kelas
kesesuaian lahannya di Kecamatan Tinada ini
umumnya juga tergolong tidak sesuai (N)
dengan pembatas utama kemiringan lereng (eh)
yang curam hingga sangat curam, dan tekstur
tanah yang agak kasar hingga kasar. Di
beberapa tempat ada yang tergolong sesuai
marginal (S3) dengan pembatas utama curah
hujan yang terlalu tinggi, temperatur udara yang
rendah, ketersediaan hara (na) terutama P
tersedia yang rendah hingga sangat rendah,
kadar N-total yang di beberapa tempat tergolong
rendah hingga sedang serta retensi hara (nr)
dengan kejenuhaan basa dan kadar bahan
organik yang umumnya juga rendah hingga
sangat rendah.
20. 20
Tanaman pisang di Kecamatan Tinada
umumnya masuk ke dalam tingkat kesesuaian
lahan aktual N (tidak sesuai) dengan pembatas
utama kemiringan lereng yang curam hingga
sangat curam, tekstur tanah yang agak kasar
hingga kasar. Faktor pembatas lainnya yang
perlu mendapat perhatian untuk diatasi adalah
retensi hara (nr) terutama kejenuhan basa dan
kadar bahan organik yang rendah, ketersediaan
hara (na) terutama unsur hara P yang juga
tergolong rendah hingga sangat rendah, serta
kadar N-total yang di beberapa tempat tergolong
rendah hingga sedang.
Kemiringan lereng yang curam hingga
sangat curam dan tekstur tanah yang agak kasar
hingga kasar dari tanah pertanian di wilayah
Kecamatan Tinada menjadi pembatas utama
yang menyebabkan tanaman jeruk manis
21. 21
tergolong ke dalam kelas kesesuaian lahan aktual
N (tidak sesuai). Di beberapa tempat ada yang
tergolong ke dalam kelas kesesuaian lahan S3
(sesuai marginal) dengan faktor pembatas
terutama kadar hara P-tersedia yang rendah
hingga sangat rendah, dan tekstur tanah yang
kasar. Sedangkan pembatas lain yang perlu
mendapat perhatian adalah kadar bahan organik
yang rendah.
Pengembangan tanaman durian di
wilayah Kecamatan Tinada ini juga tidak sesuai
(N) yang dibatasi oleh faktor pembatar
permanen yaitu temperatur udara yang sangat
rendah. Selain itu, kemiringan lereng yang curam
hingga sangat curam, dan tekstur yang agak
kasar hingga kasar merupakan faktor pembatas
yang menyebabkan durian menjadi tidak sesuai
(N) di wilayah ini.
22. 22
Kelas kesesuaian lahan untuk komoditi
tanaman nenas di wilayah ini umumnya
tergolong tidak sesuai (N) dengan pembatas
utama kemiriingan kemiringan lereng yang
curam hingga sangat curam, dan tekstur tanah
yang agak kasar hingga kasar dan di beberapa
tempat karena curah hujan yang sangat tinggi.
Di beberapa tempat ada yang tergolong sesuai
marginal (S3) dengan faktor pembatas curah
hujan yang tinggi, tekstur tanah yang kasar,
serta retensi hara (nr) terutama kejenuhan basa
dan kadar bahan organik yang rendah hingga
sangat rendah, serta ketersediaan hara (na)
terutama kadar P tersedia yang rendah hingga
sangat rendah.
Tanaman karet dan kelapa sawit
merupakan tanaman perkebunan yang umumnya
tidak sesuai permanen (N) dikembangkan di
23. 23
wilayah Kecamatan Tinada ini. Faktor pembatas
utamanya adalah temperatur udara yang sangat
rendah atau ketinggian tempat lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut. Seperti diketahui
bahwa pembatas utama temperatur atau
ketinggian tempat merupakan faktor pembatas
yang secara massal tidak dapat direkayasa.
Namun demikian, di beberapa tempat ada yang
tidak sesuai karena faktor pembatas kemiringan
lereng yang curam hingga sangat curam. Faktor
pembatas kemiringan lereng ini bukan pembatas
permanen, karena masih dapat diatasi oleh
teknologi budidaya konservasi seperti pembuatan
terassering.
Kemiringan lereng yang curam hingga
sangat curam dan tekstrur tanah yang agak
kasar hingga kasar di wilayah Kecamatan Tinada
menjadi pembatas utama yang menyebabkan
24. 24
tanaman kopi arabika tergolong ke dalam kelas
kesesuaian lahan aktual tidak sesuai (N). Di
beberapa tempat ada yang tergolong ke dalam
kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marginal)
dengan pembatas utama curah hujan yang
tinggi, tekstur tanah yang kasar, retensi hara
terutama kejenuhan basa dan kadar bahan
organik tanah yang rendah dan kadar hara
tersedia terutama unsur hara P-tersedia yang
rendah hingga sangat rendah serta kadar N-total
yang di beberapa tempat tergolong rendah
hingga sedang.
Pembatas utama yang secara umum
menyebabkan tanaman gambir juga tergolong
tidak sesuai (N) di wilayah Kecamatan Tinada
adalah kemiringan lereng yang curam hingga
sangat curam, dan tekstur tanah yang agak
kasar hingga kasar. Di beberapa tempat ada ada
25. 25
yang tergolong sesuai marginal (S3) dengan
faktor pembatas retensi hara (nr) terutama
kejenuhan basa dan kadar bahan organik yang
rendah hingga sangat rendah serta kadar unsur
hara (na) terutama P-tersedia yang juga rendah
hingga sangat rendah dan kadar N-total yang di
beberapa tempat tergolong rendah hingga
sedang.
Arahan Teknis Budidaya (Agroteknologi)
Tanaman Pertanian Unggulan
Arahan teknis budidaya tanaman
pertanian unggulan di Kecamatan Tinada
Kabupaten Pakpak Bharat dilakukan berdasarkan
prinsip sistem pertanian berkelanjutan
(sustainable farming system). Sistem pertanian
berkelanjutan adalah sistem pertanian yang
dapat memberikan out put (produksi) yang
optimal (keuntungan yang maksimal dengan
26. 26
modal atau input yang minimal), dan tetap
terpeliharanya kelestarian sumberdaya lahan
(lahan tidak terdegradasi), serta rakitan teknologi
budidaya pertanian (agroteknologi)-nya dapat
dengan mudah atau telah terbiasa dikerjakan
oleh pelaku usaha tani (petani dan stakeholder
terkait).
Guna mencapai harapan tersebut di atas,
maka teknologi budidaya dari setiap komoditi
unggulannya di wilayah Kecamatan Tinada ini
didasarkan pada hasil kajian/analisis dan evaluasi
sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak Bharat,
sebagaimana telah diuraikan pada bab
sebelumnya. Selanjutnya, rakitan teknologi
(agroteknologinya) budidaya dari masing-masing
komoditi unggulan tersebut dirancang dengan
memanfaatkan dan atau memodifikasi
agroteknologi yang sudah berkembang di
27. 27
tengah-tengah masyarakat, dengan tetap
menyesuaikan pada aspek sosiokultural dan
memanfaatkan bahan dan peralatan yang telah
ada tersedia dan menjadi potensi wilayah
setempat (spesifik lokasi).
1. Arahan Umum Teknis Budidaya
Guna meningkatkan produktivitas
tanaman pertanian di Kecamatan Tinada
Kabupaten Pakpak Bharat, berdasarkan kajian
evaluasi lahan, sebagaimana telah diuraikan di
atas, maka pengelolaan hara fosfat (pemupukan
P) perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini
diperlukan karena umumnya tanah di wilayah ini
tergolong ke dalam jenis tanah Andisol,
meskipun ada dari jenis Inceptisol namun
memiliki sifat Andik. Baik tanah Andisol maupun
tanah Inceptisol dengan sifat penciri Andik ini
mengandung mineral Alophan. Mineral Alophan
28. 28
dengan kandungan sesquioksida yang tinggi
memiliki kemampuan yang besar dalam
memfiksasi (mengikat kuat) unsur hara fosfat
(P). Dengan begitu, pemupukan fosfat yang
diberikan, sebahagian besarnya difiksasi oleh
mineral alophan dan sedikit saja yang tersedia
bagi tanaman. Untuk mengatasi atau
mengeliminir pengikatan hara fosfat oleh mineral
alophanic ini, maka pemupukan P harus
dilakukan setelah pemberian pupuk organik
(pupuk kandang atau kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah). Hal ini dimaksudkan agar
oksida-oksida besi (Fe) dan aluminium (Al)
(sequioksida) serta ion-ion logam berat lainnya
yang ada dalam tanah bersifat Andik ini akan
melakukan reaksi komplek dengan senyawaan
organik (terutama asam-asam organik)
membentuk khelat. Dengan demikian,
29. 29
sequioksida dan ion logam yang berperan dalam
memfiksasi unsur hara fosfat menjadi berkurang
karena telah membentuk khelat (terjadi reaksi
komplek) dengan senyawaan organik yang
berasal dari pupuk organik yang diberikan. Pada
akhirnya pupuk fosfat yang diaplikasikan ke
dalam tanah menjadi lebih efektif dimanfaatkan
oleh tanaman yang dibudidayakan.
Dalam rangka penyediaan pupuk organik
(pupuk kandang dan kompos) yang diperlukan
dalam jumlah cukup banyak dapat dilakukan
dengan penerpan sistem pertanian terpadu,
ternak dan tanaman. Setiap petani, atau
sekurang-kurangnya satu atau dua keluarga dari
anggota kelompok tani, baik sebagai usaha
individu, namun sebaiknya sebagai unit usaha
milik kelompok, ada yang mengusahakan/
melakukan pemeliharaan ternak, terutama ternak
30. 30
besar, seperti sapi, kerbau dan atau
kambing/domba. Beternak sistem kandang lebih
diutamakan agar pupuk kandang dan sisa pakan
terkumpul sehingga memudahkan dalam
pengolahan dan penyediaan pupuk kandang dan
pembuataan komposya. Selain itu, sisa tanaman
berupa jerami, sisa tanaman dan gulma dari
lahan usaha tani dapat digunakan sebagai
sumber pakan ternak. Jadi keberadaan ternak
lebih sebagai (agen) pabrik penyedia pupuk
kandang dan kompos insitu.
2. Arahan Teknis Budidaya Padi Sawah
Arahan teknis budidaya padi sawah di
Kecamatan Tinada, dalam hal pengelolaan lahan
berdasarkan hasil kajian dan analisis evaluasi
sumberdaya lahan yang telah dilakukan,
disajikan pada Tabel 3.
31. 31
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya padi
sawah di Kecamatan Tinada adalah pembuatan
terassering, baik teras bangku maupun teras
berdasar lebar, pemberian pupuk organik berupa
pupuk kandang atau kompos, pemberian pupuk
P, dan pemberian dolomit, serta pemupukan N
(Urea) pada lahan dengan kadar N rendah
hingga sedang.
Tabel 3. Arahan teknis budidaya padi sawah di
Kecamatan Tinada
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Lereng: 5%
(landai) sd 30%
(bergunung)
Terassering Teras bangku
berdasar lebar
Kadar bahan
organik: 2,5% (R)
sd 4,3% (S)
Pemberian
pupuk organik
(Pupuk
kandang dan
atau Kompos)
11,9-42,5 ton/Ha
Kejenuhan Basa: Pemberian 0,75-1,00 ton/Ha
32. 32
14,99 (SR) sd
20,34 (R)
dolomit
Kadar P2O5 (Bray
II): 6,47 ppm
(SR) sd 11,25
ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
96,33-132,06 kg
SP36/Ha
Kadar N-total:
0,15% (R) sd
0,43% (S)
Pemupukan N 122,28-244,57 kg
Urea/Ha
Pemupukan Kalium (K) sementara ini
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat Tahun 2016, kadar unsur ini
masih tinggi di dalam tanah.
Apabila pemberian pupuk kandang dan
kompos atau pengembalian sisa tanaman
sebanyak mungkin ke dalam tanah sebelum
budidaya tanaman dilakukan, secara konsisten
atau secara terus menerus dilaksanakan, maka
agroteknologi padi sawah di wilayah ini pada
saatnya bisa tanpa pupuk pabrik (pupuk buatan)
33. 33
apapun dan tanpa dolomit, sehingga dapat
tercipta sistem pertanian organik (produksi padi
sawah organik).
Aplikasi pupuk organik (pupuk kandang,
kompos dan atau sisa tanaman sebelumnya) ke
dalam tanah sawah sebaiknya dilakukan setelah
pembajakan pertama atau diberikan pada saat
akan dilakukan pembajakan kedua. Pada
prinsipnya semua pupuk organik itu tercampur
ke dalam tanah sawah, terutama tanah lapisan
atas. Setelah itu dilakukan perataan tanah dan
dibiarkan selama lebih kurang 7-14 hari sebelum
dilakukan penanaman bibit tanaman.
3. Arahan Teknis Budidaya Padi Gogo
Budidaya padi gogo di Kecamatan Tinada
Kabupaten Pakpak Bharat, dalam hal
pengelolaan lahan berdasarkan hasil kajian dan
analisis evaluasi sumberdaya lahan Kabupaten
34. 34
Pakpak Bharat yang telah dilakukan pada tahun
2016, secara teknis arahan dan rekomendasinya
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Arahan teknis budidaya padi gogo di
Kecamatan Tinada
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Lereng: 5%
(landai) sd 30%
(bergunung)
Metoda vegetetif
& Terassering
Barisan tanaman
memotong lereng;
Mulsa Vertikal;
Teras berdasar
lebar
Kadar bahan
organik: 2,5%
(R) sd 4,3% (S)
Pemberian pupuk
organik (Pupuk
kandang dan atau
Kompos)
11,9-42,5 ton/Ha
Kejenuhan Basa:
14,99 (SR) sd
20,34 (R)
Pemberian dolomit 1,5-2,00 ton/Ha
Kadar P2O5
(Bray II): 6,47
ppm (SR) sd
11,25 ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
96,33-132,06 kg
SP36/Ha
Kadar N-total:
0,15% (R) sd
0,43% (S)
Pemupukan N 122,28-244,57 kg
Urea/Ha
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
35. 35
produktivitas yang tinggi dari budidaya padi gogo
di Kecamatan Tinada adalah pengelolaan
kemiringan lereng, pemberian pupuk organik
berupa pupuk kandang atau kompos dan
pemberian dolomit, pupuk N dan P.
Pemupukan Kalium (K) sementara ini
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat, unsur hara ini masih tinggi di
dalam tanah.
Sama halnya dengan budidaya padi
sawah, pada budidaya padi gogo ini apabila
pemberian pupuk kandang dan kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah sebelum budidaya tanaman
dilakukan, secara konsisten atau secara terus
menerus dilaksanakan, maka agroteknologi padi
gogo di wilayah ini pada saatnya bisa tanpa
36. 36
pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan),
sehingga dapat tercipta sistem pertanian organik
(produksi padi gogo organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
padi gogo ini sedapat mungkin dilakukan dengan
cara penerapan teknik mulsa vertikal yaitu
dengan meletakkan pupuk organik ke dalam parit
atau rorak yang dibuat sedemikian rupa
berukuran lebar dan dalam sekitar 30-40 cm dan
panjang tergantung lebar lahan. Rorak untuk
mulsa vertikal ini dibuat memotong lereng atau
sejajar garis kontur berjarak 1,5-2,0 meter antar
satu lajur rorak dengan rorak lainnya. Setelah
pupuk organik dimasukkan ke dalam rorak,
lubang rorak ditutup kembali dengan tanah,
sehingga seluruh permukaan tanah rata dan
dapat ditanami dengan padi gogo. Dengan
begitu, tidak mengurangi luas lahan yang dapat
37. 37
ditanami padi gogo. Penerapan teknik konservasi
tanah dan air lainnya yang juga penting
dilakukan adalah dengan penanaman sejejar
kontur atau memotong lereng dan atau
pembuatan teras bedasar lebar.
Dalam aplikasi pupuk organik ini dapat
dicampur dengan Dolomit sebanyak 1,5-2,0
ton/Ha. Pemberian Dolomit ini dimaksudkan
untuk meningkatkan pH dan kejenuhan basa
tanah. Namun hal penting yang harus
diperhatikan adalah pemberian dolomit ini tidak
(jangan) dilakukan pada setiap musim tanam.
Kecuali apabila pemberian dolomit tersebut
secara berangsur-angsur, misalnya sebanyak 50-
100 Kg/Ha/musim tanam hingga tercapai dosis
1,5-2,0 ton/Ha. Setelah itu, pemberian dolomit
dapat dilakukan kembali setelah 3-5 tahun
38. 38
berikutnya atau setelah terjadi penurunan
kembali nilai pH atau kejenuhan basa tanahnya.
Sementara aplikasi pupuk SP36 dilakukan
bersamaan dengan saat tanam, sedangkan
aplikasi pupuk Urea diberikan sebanyak 2 kali
yaitu 1/2-1/3 bagian diberikan bersamaan
dengan saat tanam, sedangkan sisanya diberikan
pada akhir masa vegetatif (awal masa
pembungaan atau primordial).
4. Arahan Teknis Budidaya Jagung
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
jagung di Kecamatan Tinada, dalam hal
pengelolaan lahan berdasarkan hasil kajian dan
analisis evaluasi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat yang telah dilakukan pada tahun
2016, disajikan pada Tabel 5.
39. 39
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya jagung di
Kecamatan Tinada adalah juga dengan
pengelolaan kemiringan lereng dengan
penerapan teknik konservasi tanah dan air
berupa mulsa vertikal, penanaman sejajar kontur
dan atau pembuatan teras berdasar lebar.
Tabel 5. Arahan teknis budidaya jagung di
Kecamatan Tinada
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Lereng: 5%
(landai) sd 30%
(bergunung)
Metoda vegetetif
& Terassering
Barisan tanaman
memotong lereng;
Mulsa Vertikal;
Teras berdasar
lebar
Kadar bahan
organik: 2,5%
(R) sd 4,3% (S)
Pemberian pupuk
organik (Pupuk
kandang dan atau
Kompos)
11,9-42,5 ton/Ha
Kejenuhan Basa:
14,99 (SR) sd
20,34 (R)
Pemberian dolomit 1,5-2,00 ton/Ha
Kadar P2O5 (Bray
II): 6,47 ppm (SR)
Pemupukan P
cepat larut
96,33-132,06 kg
SP36/Ha
40. 40
sd 11,25 ppm (R)
Kadar N-total:
0,15% (R) sd
0,43% (S)
Pemupukan N 122,28-244,57 kg
Urea/Ha
Selain itu, pemberian pupuk organik
berupa pupuk kandang atau kompos, dolomit
serta pemberian pupuk fosfat (P) dan pupuk
Nitrogen (N) juga penting dilakukan.
Pemupukan Kalium (K) sementara ini
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat, kedua unsur ini masih berkriteria
sedang hingga tinggi di dalam tanah.
Sama halnya dengan budidaya padi gogo,
pada budidaya jagung ini apabila pemberian
pupuk kandang dan kompos atau pengembalian
sisa tanaman sebanyak mungkin ke dalam tanah
secara konsisten atau secara terus menerus
dilaksanakan, maka agroteknologi jagung di
wilayah ini pada saatnya bisa tanpa pemberian
41. 41
pupuk pabrik (pupuk buatan), sehingga dapat
tercipta sistem pertanian organik (produksi
jagung organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
jagung ini sedapat mungkin dilakukan dengan
cara penerapan teknik mulsa vertikal dengan
cara sebagaimana telah diuraikan pada budidaya
padi gogo di atas. Dalam aplikasi pupuk organik
ini dapat pula dicampur dengan Dolomit
sebanyak 1,5-2,0 ton/Ha, dengan prinsip dan
cara sebagaimana juga telah diuraikan di atas.
Sementara aplikasi pupuk fosfat (bisa
pupuk SP36 atau pupuk TSP) dilakukan
bersamaan dengan saat tanam, sedangkan
aplikasi pupuk Urea diberikan sebanyak 2 kali
yaitu 1/2-1/3 bagian diberikan bersamaan
dengan saat tanam, sedangkan sisanya diberikan
42. 42
pada akhir masa vegetatif (awal masa
pembungaan atau primordial).
5. Arahan Teknis Budidaya Cabai Merah
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
cabai merah di Kecamatan Tinada, dalam hal
pengelolaan lahan berdasarkan hasil kajian dan
analisis evaluasi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat yang telah dilakukan pada tahun
2016, disajikan pada Tabel 6.
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya cabai
merah di Kecamatan Tinada adalah juga dengan
pengelolaan kemirngan lereng melalui penerapan
berbagai teknik konservasi tanah dan air, serta
pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang
dan atau kompos. Pemberian pupuk berupa
43. 43
pupuk N dan P serta pemberian dolomit juga
penting dilakukan.
Tabel 6. Arahan teknis budidaya cabai merah di
Kecamatan Tinada
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Lereng: 5%
(landai) sd 30%
(bergunung)
Rorak, Guludan
dan atau
Terassering
Guludan sejajar
kontur; Mulsa
Vertikal; Teras
berdasar lebar
Kadar bahan
organik: 2,5%
(R) sd 4,3% (S)
Pemberian pupuk
organik (Pupuk
kandang dan atau
Kompos)
11,9-42,5 ton/Ha
Kejenuhan Basa:
14,99 (SR) sd
20,34 (R)
Pemberian dolomit 1,5-2,00 ton/Ha
Kadar P2O5
(Bray II): 6,47
ppm (SR) sd
11,25 ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
96,33-132,06 kg
SP36/Ha
Kadar N-total:
0,15% (R) sd
0,43% (S)
Pemupukan N 122,28-244,57 kg
Urea/Ha
Pemupukan Kalium (K) sementara ini
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
44. 44
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat yang telah dilakukan pada tahun
2016 yang lalu, unsur K ini masih tergolong pada
kriteria sedang hingga tinggi di dalam tanah.
Sama halnya dengan budidaya padi gogo
dan jagung, pada budidaya cabai merah ini
apabila pemberian pupuk kandang dan kompos
atau pengembalian sisa tanaman sebanyak
mungkin ke dalam tanah secara konsisten atau
secara terus menerus dilaksanakan, maka
agroteknologi cabai merah di wilayah ini pada
saatnya bisa tanpa pemberian pupuk pabrik
(pupuk buatan), sehingga dapat tercipta sistem
pertanian organik (produksi cabai merah
organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
cabai merah ini sedapat mungkin dilakukan
45. 45
dengan cara penerapan teknik mulsa vertikal
dengan cara sebagaimana telah diuraikan di atas
(pada budidaya padi gogo). Dalam aplikasi pupuk
organik ini dapat pula dicampur dengan Dolomit
sebanyak 1,5-2,0 ton/Ha, dengan prinsip dan
cara sebagaimana telah juga diuraikan di atas.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, bisa
berupa teras bangku atau berupa teras berdasar
lebar. Dalam hal ini mulsa vertikal dapat
diaplikasikan di pangkal teras atau di tepi bagian
dalam dari teras dengan terlebih dahulu
membuat rorak/parit sebagai tempat pupuk
(bahan) organik dan dolomit yang akan
dipalikasikan tersebut.
Sementara aplikasi pupuk SP36 dilakukan
bersamaan dengan saat tanam, sedangkan
aplikasi pupuk Urea diberikan sebanyak 2-3 kali
46. 46
yaitu 1/2-1/3 bagian diberikan bersamaan
dengan saat tanam, sedangkan sisanya pada
akhir masa vegetatif (awal masa primordial) dan
bila dilakukan 3 kali, maka 1/3 bagian (dosis) lagi
diberikan pada awal pematangan buah atau pada
akhir pemanenan buah pertama.
6. Arahan Teknis Budidaya Pisang
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
pisang di Kecamatan Tinada, dalam hal
pengelolaan lahan berdasarkan hasil kajian dan
analisis evaluasi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat yang telah dilakukan pada tahun
2016, disajikan pada Tabel 7.
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya pisang di
Kecamatan Tinada adalah juga dengan
pengelolaan kemiringan lereng melalui
47. 47
penerapan teknik konservasi tanah dan air serta
pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang
atau kompos, dolomit serta pemberian pupuk
fosfat (P) dan pupuk Nitrogen (N).
Tabel 7. Arahan teknis budidaya pisang di
Kecamatan Tinada
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Lereng: 5%
(landai) sd 30%
(bergunung)
Terassering Teras bangku,
berdasar lebar
atau teras
individu; mulsa
vertikal
Kadar bahan
organik: 2,5%
(R) sd 4,3% (S)
Pemberian pupuk
organik (Pupuk
kandang dan atau
Kompos)
5-10 ton/Ha
Kejenuhan Basa:
14,99 (SR) sd
20,34 (R)
Pemberian dolomit 1,5-2,00 ton/Ha
Kadar P2O5 (Bray
II): 6,47 ppm (SR)
sd 11,25 ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
43,16-62,56 kg
SP36/Ha
Kadar N-total:
0,15% (R) sd
0,43% (S)
Pemupukan N 60,45-120,75 kg
Urea/Ha
Pemupukan Kalium (K) sementara ini
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
48. 48
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat tahun 2016, unsur hara ini masih
tergolong sedang hingga tinggi di dalam tanah.
Sama halnya dengan budidaya tanaman
lainnya, pada budidaya pisang ini apabila
pemberian pupuk kandang dan kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah secara konsisten atau secara
terus menerus dilaksanakan, maka agroteknologi
pisang di wilayah ini pada saatnya bisa tanpa
pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan),
sehingga dapat tercipta sistem pertanian organik
(produksi pisang organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
pisang ini sedapat mungkin dilakukan dengan
cara penerapan teknik mulsa vertikal dengan
cara sebagaimana telah diuraikan di atas (pada
49. 49
budidaya padi gogo, jagung dan cabai merah).
Dalam aplikasi pupuk organik ini dapat pula
dicampur dengan Dolomit sebanyak 0,75-1,00
ton/Ha, dengan prinsip dan cara sebagaimana
juga telah diuraikan di atas.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, bisa
berupa teras bangku, teras berdasar lebar atau
berupa teras individu (teras tapak kuda). Dalam
hal ini mulsa vertikal dapat diaplikasikan di
pangkal teras atau di bagian tepi dasar teras
bagian atas lereng dengan terlebih dahulu dibuat
rorak/parit sebagai tempat pupuk (bahan)
organik yang akan dipalikasikan tersebut.
7. Arahan Teknis Budidaya Jeruk Manis
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
jeruk manis di Kecamatan Tinada, dalam hal
pengelolaan lahan berdasarkan hasil kajian dan
50. 50
analisis evaluasi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat yang telah dilakukan pada tahun
2016, disajikan pada Tabel 8.
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya jeruk
manis di Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak
Bharat adalah juga dengan pengelolaan
kemiringan lereng melalui penerapan teknik
konservasi tanah dan air, serta pemberian pupuk
organik berupa pupuk kandang atau kompos,
pemberian dolomit serta pemberian pupuk
nitrogen (N) dan pupukfosfat (P).
Tabel 8. Arahan teknis budidaya jeruk manis di
Kecamatan Tinada
Pembatas
Utama
Upaya Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Lereng: 5%
(landai) sd 30%
(bergunung)
Metoda vegetatif;
Terassering
Teras bangku atau
teras berdasar
lebar; mulsa
vertikal; cover crop
51. 51
Kadar bahan
organik: 2,5% (R)
sd 4,3% (S)
Pemberian pupuk
organik (Pupuk
kandang dan atau
Kompos)
5-10 ton/Ha
Kejenuhan Basa:
14,99 (SR) sd
20,34 (R)
Pemberian dolomit 1,5-2,0 ton/Ha.
Kadar P2O5 (Bray
II): 6,47 ppm
(SR) sd 11,25
ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
100-135 kg
SP36/Ha.
Kadar N-total:
0,15% (R) sd
0,43% (S)
Pemupukan N 150-200 Kg
Urea/Ha.
Pemupukan Kalium (K) sementara ini
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat, kedua unsur ini masih tergolong
sedang hingga tinggi di dalam tanah.
Sama halnya dengan budidaya tanaman
lainnya, pada budidaya jeruk manis ini apabila
pemberian pupuk kandang dan kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah secara konsisten atau secara
52. 52
terus menerus dilaksanakan, maka agroteknologi
jeruk manis di wilayah ini pada saatnya bisa
tanpa pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan),
sehingga dapat tercipta sistem pertanian organik
(produksi jeruk manis organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
jeruk manis ini sedapat mungkin dilakukan
dengan cara penerapan teknik mulsa vertikal
dengan cara sebagaimana telah diuraikan pada
budidaya tanaman lainnya di atas. Dalam aplikasi
pupuk organik ini dapat pula dicampur dengan
Dolomit sebanyak 1,5-2,0 ton/Ha, dengan prinsip
dan cara sebagaimana juga telah diuraikan
sebelumnya.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, bisa
berupa teras bangku atau berupa teras berdasar
53. 53
lebar. Dalam hal ini mulsa vertikal dapat
diaplikasikan di pangkal teras atau di bagian tepi
bagian dalam dari teras dengan terlebih dahulu
dibuat rorak/parit sebagai tempat pupuk (bahan)
organik dan dolomit yang akan dipalikasikan
tersebut.
Teknik konservasi lain yang penting
diterapkan adalah penanaman tanaman penutup
tanah (cover crop) di lahan sela tanaman jeruk
manis dari famili leguminosa, seperti tanaman
kacangan (mucuna atau colopogium atau
lainnya).
8. Arahan Teknis Budidaya Nenas
Arahan teknis budidaya nenas di
Kecamatan Tinada, dalam hal pengelolaan lahan
berdasarkan hasil kajian dan evaluasi
sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak Bharat
54. 54
yang telah dilakukan pada tahun 2016 yang lalu,
disajikan pada Tabel 9. Dari Tabel 9 dapat
diketahui bahwa upaya perbaikan utama untuk
mendapatkan produktivitas yang tinggi dari
budidaya nenas di Kecamatan Tinada adalah
juga dengan pengelolaan kemiringan lereng,
pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang
atau kompos dan pemberian pupuk nitrogen (N)
serta premupukan fosfat (P).
Tabel 9. Arahan teknis budidaya nenas di
Kecamatan Tinada
Pembatas
Utama
Upaya Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Lereng: 5%
(landai) sd 30%
(bergunung)
Metoda vegetatif;
Terassering
Baris tanam
sejajar kontur;
Teras berdasar
lebar; mulsa
vertikal
Kadar bahan
organik: 2,5% (R)
sd 4,3% (S)
Pemberian pupuk
organik (Pupuk
kandang dan atau
Kompos)
5-10 ton/Ha
Kejenuhan Basa:
14,99 (SR) sd
20,34 (R)
Pemberian dolomit 0,75-1,0 ton/Ha.
55. 55
Kadar P2O5 (Bray
II): 6,47 ppm
(SR) sd 11,25
ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
100-135 kg
SP36/Ha.
Kadar N-total:
0,15% (R) sd
0,43% (S)
Pemupukan N 100-150 Kg
Urea/Ha.
Pemupukan Kalium (K) sementara ini juga
belum/tidak diperlukan karena berdasarkan
kajian dan analisis potensi sumberdaya lahan
Kabupaten Pakpak Bharat, unsur hara ini masih
tergolong sedang hingga tinggi di dalam tanah.
Sama halnya dengan budidaya tanaman
lainnya, pada budidaya nenas ini apabila
pemberian pupuk kandang dan kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah secara konsisten atau secara
terus menerus dilaksanakan, maka agroteknologi
nenas di wilayah ini pada saatnya bisa tanpa
pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan),
56. 56
sehingga dapat tercipta sistem pertanian organik
(produksi nenas organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
nenas ini sedapat mungkin dilakukan dengan
cara penerapan teknik mulsa vertikal dengan
cara sebagaimana telah diuraikan di atas. Dalam
aplikasi pupuk organik ini dapat pula dicampur
dengan Dolomit sebanyak 0,75-1,5 ton/Ha,
dengan prinsip dan cara sebagaimana telah
diuraikan di atas.
Pada budidaya nenas di lahan miring, jika
tidak dimungkinkan pembuatan rorak untuk
aplikasi mulsa vertikal atau teras berdasar lebar,
maka sistem budidayanya harus dengan pola
barisan tanaman sejajar kontur. Dengan
demikian penempatan pupuk organik dan
dolomitnya juga pada lajur (sela) barisan
57. 57
tanaman sejajar kontur atau memotong lereng.
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya menekan laju
erosi tanah karena dapat menghambat laju
limpasan permukaan.
9. Arahan Teknis Budidaya Kopi Arabika
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
kopi arabika di Kecamatan Tinada, dalam hal
pengelolaan lahan berdasarkan hasil kajian dan
analisis evaluasi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat yang telah dilakukan pada tahun
2016, disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Arahan teknis budidaya kopi arabika di
Kecamatan Tinada
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Lereng: 5%
(landai) sd 30%
(bergunung)
Metoda vegetatif;
Terassering
Teras bangku atau
teras berdasar
lebar; mulsa
vertikal; cover crop
Kadar bahan
organik: 2,5%
(R) sd 4,3% (S)
Pemberian pupuk organik
(Pupuk kandang & atau
kompos)
19-24 ton/Ha
58. 58
Kejenuhan Basa:
14,99 (SR) sd
20,34 (R)
Pemberian dolomit 1,5-2,0 ton/Ha.
Kadar P2O5 (Bray
II): 6,47 ppm (SR)
sd 11,25 ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
96-132 kg
SP36/Ha.
Kadar N-total:
0,15% (R) sd
0,43% (S)
Pemupukan N 217-271 Kg
Urea/Ha.
Kadar K-dd: 0,55-
0,59 me/100g (S)
Pemupukan K 50 kg KCl
(MOP)/Ha.
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya kopi
arabika di Kecamatan Tinada adalah juga dengan
pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang
atau kompos, dolomit serta pemberian pupuk
fosfat (P) dan pupuk Nitrogen (N).
Pemupukan Kalium (K) juga diperlukan
untuk tanah yang status hara Kalium dapat
dipertukarkannya (K-dd) berada dalam kriteria
sedang (Tabel 2). Pada tanah dengan kadar
59. 59
Kalium (K) yang masih tinggi pemupukan kalium
tidak/belum diperlukan.
Sama halnya dengan budidaya tanaman
lainnya, pada budidaya kopi arabika ini apabila
pemberian pupuk kandang dan kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah secara konsisten atau secara
terus menerus dilaksanakan, maka agroteknologi
kopi arabika di wilayah ini pada saatnya bisa
tanpa pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan),
sehingga dapat tercipta sistem pertanian organik
(produksi kopi arabika organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
kopi arabika ini sedapat mungkin dilakukan
dengan cara penerapan teknik mulsa vertikal
dengan cara sebagaimana telah diuraikan pada
budidaya tanaman lainnya di atas. Dalam aplikasi
60. 60
pupuk organik ini dapat pula dicampur dengan
Dolomit sebanyak 1,5-2,0 ton/Ha, dengan prinsip
dan cara sebagaimana juga telah diuraikan
sebelumnya.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, bisa
berupa teras bangku atau berupa teras berdasar
lebar. Dalam hal ini mulsa vertikal dapat
diaplikasikan di pangkal teras atau di bagian tepi
bagian dalam dari teras dengan terlebih dahulu
dibuat rorak/parit sebagai tempat pupuk (bahan)
organik dan dolomit yang akan dipalikasikan
tersebut. Teknik konservasi lain yang penting
diterapkan adalah penanaman tanaman penutup
tanah di lahan sela tanaman kopi arabika dari
famili leguminosa (tanaman kacangan), seperti
mucuna atau colopogium.
61. 61
10. Arahan Teknis Budidaya Gambir
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
gambir di Kecamatan Tinada, dalam hal
pengelolaan lahan berdasarkan hasil kajian dan
analisis evaluasi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat yang telah dilakukan pada tahun
2016, disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Arahan teknis budidaya gambir di
Kecamatan Tinada
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Lereng: 5%
(landai) sd 30%
(bergunung)
Metoda vegetatif;
Terassering
Teras bangku atau
teras berdasar lebar;
mulsa vertikal; cover
crop
Kejenuhan Basa:
14,99 (SR) sd
20,34 (R)
Pemberian dolomit 1,5-2,0 ton/Ha.
Kadar P2O5
(Bray II): 6,47
ppm (SR) sd
11,25 ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
96-132 kg
SP36/Ha.
Kadar N-total:
0,15% (R) sd
0,43% (S)
Pemupukan N 112,28-244,57 Kg
Urea/Ha.
Kadar K-dd: 0,55-
0,59 me/100g (S)
Pemupukan K 50 kg KCl
(MOP)/Ha.
62. 62
Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya gambir di
Kecamatan Tinada adalah pengelolaan
kemiringan lereng, kejenuhan basa tanah,
pemupukan P dan K. Peningkatan kejenuhan
basa ini dapat dilakukan dengan pemberian
dolomit dengan dosis sebagaimana tertera pada
Tabel 11. Sedangkan pemupukan N dan
pemberian bahan organik bukan menjadi
prasyarat utama dalam pertumbuhan dan
produksi gambir.
Meskipun kadar bahan organik tanah
bukan merupakan faktor pembatas bagi tanaman
gambir di Kecamatan Tinada ini, namun
penambahan bahan organik berupa pupuk
kandang atau kompos merupakan tindakan yang
bijaksana. Aplikasinya sebaiknya dengan teknik
63. 63
mulsa vertikal dengan cara sebagaimana telah
diuraikan di atas, terutama pada lahan dengan
kemiringan curam hingga sangat curam. Dalam
aplikasi pupuk organik ini dapat pula dicampur
dengan Dolomit sebanyak 1,5-2,0 ton/Ha,
dengan prinsip dan cara sebagaimana juga telah
diuraikan di atas.
Sama halnya dengan budidaya tanaman
lainnya, pada budidaya gambir ini apabila
pemberian pupuk kandang dan kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah secara konsisten atau secara
terus menerus dilaksanakan, maka agroteknologi
gambir di wilayah ini pada saatnya bisa tanpa
pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan),
sehingga dapat tercipta sistem pertanian organik
(produksi gambir organik).
64. 64
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, bisa
berupa teras bangku atau teras berdasar lebar.
Dalam hal ini mulsa vertikal dapat diaplikasikan
di pangkal teras atau di bagian tepi dasar teras
bagian atas lereng dengan terlebih dahulu dibuat
rorak/parit sebagai tempat pupuk (bahan)
organik yang akan dipalikasikan tersebut.
65. 65
Penutup
Guna memudahkan membaca dan
mempedomani arahan teknis budidaya
(agroteknologi) tanaman pertanian unggulan di
Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat,
sebagaimana diuraikan di atas, maka ringkasan
agroteknologi utama untuk setiap komoditi
unggulan tersebut dirangkum pada matriks
rekapitulasi agroteknologi utama dan
rekomendasi dosis amelioran dan pemupukan
untuk setiap komoditi pertanian unggulan
tersebut, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel
12.
66. 66
Tabel 12. Rekapitulasi agroteknologi utama dan
rekomendasi dosis amelioran/pemupukan
untuk setiap komoditi pertanian unggulan
di Kec. Tinada Kab. Pakpak Bharat.
Tanaman
Agroteknologi
Utama
Rekomendasi Dosis
Amelioran/Pupuk
Padi
Sawah
Teras bangku,
berdasar lebar;
Pemberian
kompos/pupuk
kandang;
Pemberian dolomit,
Pemupukan N dan P
Kompos/Pupuk
Kandang: 11,9-42,5
ton/Ha.;
Dolomit: 0,75-1,00
ton/Ha.;
Urea: 122,28-244,57
kg/Ha.;
SP36: 96,33-132,06
kg/Ha.
Padi
Gogo
Barisan tanaman
memotong lereng;
Mulsa Vertikal; Teras
berdasar lebar.
Pemberian
kompos/pupuk
kandang; Pemberian
dolomit, Pemupukan
N dan P
Kompos/Pupuk
Kandang: 11,9-42,5
ton/Ha.;
Dolomit: 1,5-2,0 ton/Ha.;
Urea: 122,28-244,57
kg/Ha.;
SP36: 96,33-132,06
kg/Ha.
Jagung
Barisan tanaman
memotong lereng;
Mulsa Vertikal; Teras
berdasar lebar.
Pemberian
kompos/pupuk
kandang; Pemberian
dolomit, Pemupukan
N dan P
Kompos/Pupuk
Kandang: 11,9-42,5
ton/Ha.;
Dolomit: 1,5-2,0 ton/Ha.;
Urea: 122,28-244,57
kg/Ha.;
SP36: 96,33-132,06
kg/Ha.
67. 67
Tanaman
Agroteknologi
Utama
Rekomendasi Dosis
Amelioran/Pupuk
Cabai
Merah
Guludan sejajar
kontur; Mulsa
Vertikal; Teras
berdasar lebar.
Pemberian
kompos/pupuk
kandang;
Pemberian dolomit,
Pemupukan N dan
P
Kompos/Pupuk
Kandang: 11,9-42,5
ton/Ha.;
Dolomit: 1,5-2,0 ton/Ha.;
Urea: 122,28-244,57
kg/Ha.;
SP36: 96,33-132,06
kg/Ha.
Pisang
Teras bangku,
berdasar lebar atau
teras individu;
mulsa vertikal.
Pemberian
kompos/pupuk
kandang;
Pemberian dolomit,
Pemupukan N dan
P
Kompos/Pupuk
Kandang: 5-10
ton/Ha.;
Dolomit: 1,5-2,0
ton/Ha.;
Urea: 60,45-120,75
kg/Ha.;
SP36: 43,16-62,56
kg/Ha.
Jeruk
Manis
Teras bangku atau
teras berdasar
lebar; mulsa
vertikal; cover crop.
Pemberian
kompos/pupuk
kandang;
Pemberian dolomit,
Pemupukan N dan
P
Kompos/Pupuk
Kandang: 5-10
ton/Ha.;
Dolomit: 1,5-2,0
ton/Ha.;
Urea: 150-200
kg/Ha.;
SP36: 100-135 kg/Ha.
68. 68
Tanaman
Agroteknologi
Utama
Rekomendasi Dosis
Amelioran/Pupuk
Nenas
Baris tanam
sejajar kontur;
Teras berdasar
lebar; mulsa
vertikal.
Pemberian
kompos/pupuk
kandang;
Pemberian
dolomit,
Pemupukan N dan
P
Kompos/Pupuk
Kandang: 5-10
ton/Ha.;
Dolomit: 0,75-1,00
ton/Ha.;
Urea: 100-150
kg/Ha.;
SP36: 100-135 kg/Ha.
Kopi
Arabika
Teras bangku, teras
berdasar lebar;
mulsa vertikal;
cover crop.
Pemberian
kompos/pupuk
kandang;
Pemberian dolomit,
Pemupukan N, P
dan K.
Kompos/Pupuk
Kandang: 19-24
ton/Ha.;
Dolomit: 1,5-2,0
ton/Ha.;
Urea: 217-271 kg/Ha.;
SP36: 96-132 kg/Ha.;
KCl (MOP): 50 kg/Ha.
Gambir
Teras bangku atau
teras berdasar
lebar; mulsa
vertikal; cover crop.
Pemberian dolomit,
Pemupukan P dan
K.
Dolomit: 1,5-2,0 ton/Ha.;
Urea: 112,28-244,57
kg/Ha.;
SP36: 96-132 kg/Ha.;
KCl (MOP): 50 kg/Ha.
69. 69
Demikian Buku Saku “Pengembangan
Tanaman Pertanian Unggulan di Kecamatan
Tinada Kabupaten Pakpak Bharat” ini dibuat
berdasarkan hasil kajian/evaluasi sumberdaya
lahan Kabupaten Pakpak Bharat yang telah
dikerjakan pada Tahun 2016. Selain hasil kajian
ini, beberapa kajian yang dilakukan pihak lain,
terutama hasil penelitian dari para peneliti di
lembaga penelitian atau di perguruan tinggi
(terutama penelitian dosen dan mahasiswa
pascasarjana) juga dijadikan rujukan penulisan
buku saku ini.
Dengan demikian buku saku ini dapat
dikatakan sebagai arahan umum dalam
mengelola tanaman dan lahan guna
mendapatkan output (produksi) yang optimal
dan berkelanjutan. Sudah barang tentu, untuk
mendapatkan produktivitas lahan dan tanaman
70. 70
yang sesuai dengan potensi maksimalnya masih
diperlukan kajian yang bersifat detail atau
sekurang-kurangnya dilakukan pembuatan
demonstrasi plot (demplot) di tingkat tapak
(lahan usaha tani), dan tentunya keberadaan
buku saku ini dapat menjadi acuan.
71. 71
Daftar Pustaka
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB
Press. Bogor.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat.
2017. Pakpak Bharat Dalam Angka 2016.
BPS Pakpak Bharat.
Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat. 2016.
Analisis Potensi Sumberdaya Lahan
Kabupaten Pakpak Bharat. Pemkab Pakpak
Bharat.
Braak, C. 1928. The Climate of The Netherlands
Indies. Proc. Royal Mogn. Meteor. Observ.
Batavia, nr. 14. pp. 192.
CSR/FAO Staffs. 1983. Reconnaissance Land
Resource Survey 1 : 250.000 Scale. Atlas
Format Procedures. AGOF/INS/78/006.
Manual 4. Version 1. Centre for Soil
Research, Bogor, Indonesia.
Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A.
Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis untuk
Komoditas Pertanian. Edisi Pertama tahun
2003, ISBN 979-9474-25-6. Balai Penelitian
Tanah, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat,
Bogor, Indonesia.
72. 72
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation.
Soil Resources Management and
Conservation Service Land and Water
Development Division. FAO Soil Bulletin No.
32. FAO-UNO, Rome.
Puslittanak. 1997. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000).
Puslittanak, Bogor, Indonesia.
Ritung, S., Wahyunto, F. Agus, dan H. Hidayat.
2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan.
Balai Penelitian Tanah dan World
Agroforestry Centre. Bogor, Indonesia.
Ritung, S., H. Hidayat, dan Suratman. 2002.
Penyusunan Pewilayahan Komoditas dan
Ketersediaan Lahan. Laporan Akhir No.
06/Puslitbangtanak/2002. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat,
Bogor, Indonesia.
Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah.
Edisi Kedua. Bahasa Indonesia, 1998. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor,
Indonesia.
73. 73
Tim Penyusun:
1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP (Ketua)
2. Jamilah, SP., MP (Sekretaris)
3. Hadi Wijoyo, SP., MP (Anggota)
4. Mukhtar Yusuf, SP., MP (Anggota)
5. Fitra Syawal, SP., M.Agr (Anggota)
6. Alfonso Sitorus, SP., MP (Anggota)
7. Rudi Sitompul, SP., MP (Anggota)