Buku saku ini berisi pedoman teknis budidaya beberapa tanaman pertanian unggulan di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kabupaten Pakpak Bharat. Buku ini menjelaskan karakteristik lahan di kecamatan tersebut dan tingkat kesesuaian lahan untuk komoditas seperti gambir, kopi, padi, nenas dan lainnya. Arahan teknis budidaya masing-masing komoditas pun diuraikan secara rinci dalam buku ini.
2. 2
KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA
KABUPATEN PAKPAK BHARAT
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, atas telah tersusunnya Buku Saku
berjudul “Pengembangan Tanaman Pertanian
Unggulan di Kec. Sitellu Tali Urang Julu Kab. Pakpak
Bharat” yang dilakukan atas kerjasama Bappeda
Kabupaten Pakpak Bharat dan Fakultas Pertanian
USU.
Kami berkeyakinan, buku yang berisikan
uraian teknis dalam mengelola tanah di lahan
pertanian guna memperoleh produktivitas optimum
dan berkelanjutan di Kecamatan Sitellu Tali Urang
Julu Kabupaten Pakpak Bharat ini dapat menjadi
pedoman bagi penggiat pertanian di Kab. Pakpak
Bharat, khususnya di Kec. Sitellu Tali Urang Julu
dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman
pertanian unggulan secara optimal dan berkelanjutan,
dan pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
Dengan demikian, sumberdaya petani kita
akan semakin berkualitas dan memiliki daya saing
yang mumpuni dalam membangun perekonomian
yang unggul dan berkeadilan, sebagaimana
diharapkan dalam mencapai Visi dan Misi Pemerintah
Kabupaten Pakpak Bharat Periode 2016-2021.
Salak, Desember 2017
Kepala BAPPEDA Kab.Pakpak Bharat,
Jalan Berutu, S.Pd., MM
3. 3
KATA PENGANTAR PENYUSUN
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala rahmat dan karunia-Nya buku saku berjudul:
“Pengembangan Tanaman Pertanian Unggulan di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak
Bharat” ini dapat kami susun. Buku yang berisikan uraian
teknis dalam mengelola lahan (tanah) pertanian guna
memperoleh produktivitas optimum dan berkelanjutan di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak
Bharat ini disusun berdasarkan hasil Analisis Potensi
Sumberdaya Lahan Kabupaten Pakpak Bharat yang telah
dilakukan pada tahun 2016 oleh Bappeda Kab. Pakpak
Bharat bekerjasama dengan Fakultas Pertanian USU,
serta berdasarkan hasil kajian lain dan didukung oleh
landasan teoritis yang relevan.
Selain berisikan arahan teknis budidaya
(agroteknologi) beberapa tanaman pertanian/
perkebunan unggulan, di dalam buku saku ini juga
diuraikan tentang karakteristik lahan dan tanah, serta
kelas kesesuaian lahan dari masing-masing komoditi
unggulan tersebut di Kec.Sitellu Tali Urang Julu.
Pada akhirnya, kami berharap buku saku ini
dapat bermanfaat sebagai pedoman teknis dalam
meningkatkan produktivitas pertanian secara
berkelanjutan di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu.
Salak, Desember 2017
An.Penyusun,
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
5. 5
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Karakteristik setiap Unit Lahan pada APL
di Kec. Sitellu Tali Urang Julu .....................
4
Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Lahan
Beberapa Komoditas Tanaman Pertanian
Unggulan di Kec. Sitellu Tali Urang Julu ............
7
Tabel 3. Arahan teknis budidaya gambir di
Kec. Sitellu Tali Urang Julu ............................
21
Tabel 4. Arahan teknis budidaya kopi arabika
di Kec. Sitellu Tali Urang Julu ......................
27
Tabel 5. Arahan teknis budidaya padi sawah di
Kec. Sitellu Tali Urang Julu .............................
30
Tabel 6. Arahan teknis budidaya padi gogo di
Kec. Sitellu Tali Urang Julu ............................
34
Tabel 7. Arahan teknis budidaya nenas di Kec.
Sitellu Tali Urang Julu .....................................
37
Tabel 8. Arahan teknis budidaya jeruk manis
di Kec. Sitellu Tali Urang Julu .....................
40
Tabel 9. Arahan teknis budidaya cabai merah di
Kec. Sitellu Tali Urang Julu ............................
44
Tabel 10. Arahan teknis budidaya durian
di Kec. Sitellu Tali Urang Julu .....................
47
Tabel 11. Arahan teknis budidaya jagung di
Kec. Sitellu Tali Urang Julu ...........................
50
Tabel 12. Arahan teknis budidaya pisang di
Kec. Sitellu Tali Urang Julu ...........................
54
Tabel 13. Rekapitulasi Rekomendasi
Agroteknologi.....
57
6. 6
Pendahuluan
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
merupakan salah satu wilayah kecamatan di
Kabupaten Pakpak Bharat, terletak pada
ketinggian 1035-1400 meter di atas permukaan
laut, dengan luas wilayah lebih kurang 53,02 Km2
atau 5.302 hektar atau 4,36% dari luas total
Kabupaten Pakpak Bharat seluas 1.218,3 Km2
(BPS Pakpak Bharat, 2016).
Batas-batas wilayah kecamatan ini
sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Siempat Rube, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Samosir, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Salak. Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu memiliki
5 desa, yaitu Desa Cikaok, Lae Langge
7. 7
Namuseng, Pardomuan, Silima Kuta, dan Desa
Ulu Merah (BPS Pakpak Bharat, 2016).
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
memiliki areal bukan kawasan hutan atau areal
penggunaan lain (APL) seluas 3.303,42 hektar,
atau 12,86% dari total luas APL di Kabupaten
Pakpak Bharat seluas 25.640,99 hektar. Lahan
APL di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu ini
banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya
pertanian, khususnya untuk komoditi unggulan
di Kabupaten Pakpak Bharat, seperti gambir,
padi, jagung, jeruk, kopi arabika, nenas, pisang,
durian, cabai.
Kondisi geografis Kecamatan Sitellu Tali
Urang Julu yang berbukit-bukit dengan
kemiringan yang bervariasi dan beriklim tropis
basah yang dipengaruhi angin musim, turut
mempengaruhi produktivitas tanaman, selain
8. 8
faktor iklim, kesuburan tanah, dan teknik
pembudidayaan tanamannya.
Guna mendapatkan produktivitas lahan
yang optimal, maka pada tahun 2016 telah
dilakukan kajian Analisis Potensi Sumberdaya
Lahan Kabupaten Pakpak Bharat untuk beberapa
komoditi unggulan di daerah ini. Uraian dan
arahan teknis dari hasil kajian tersebut yang
menyangkut tingkat kesesuaian lahan dan
upaya-upaya perbaikan faktor-faktor pembatas
untuk setiap komoditi tanaman pertanian pada
setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Pakpak
Bharat dituangkan dalam bentuk Buku Saku,
yang untuk wilayah Kecamatan Sitellu Tali Urang
Julu diberi judul: “Pengembangan Tanaman
Pertanian Unggulan di Kecamatan Sitellu Tali
Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat”.
9. 9
Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan pada Areal
Penggunaan Lain (APL) di wilayah Kecamatan
Sitellu Tali Urang Julu yang diperoleh dari hasil
kajian evaluasi Sumberdaya Lahan Kabupaten
Pakpak Bharat yang dilakukan pada Tahun 2016,
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik setiap Unit Lahan pada APL di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten
Pakpak Bharat
Karakteristik
Lahan
Unit Lahan
1 2 3 4 5 6
Temperatur &
elevasi (tc):
- Temperatur rerata
(0
C) 20,09 19,62 19,88 18,83 19,32 20,09
- Elevasi/Keting-
gian tempat
(mdpl)
1035 1114 1070 1246 1164 1036
Ketersediaan air
(wa):
- Curah hujan
(mm/tahun) 2920 2920 2920 2920 2920 2920
- Lama bulan kering
(bln)
1 1 1 1 1 1
- Kelembaban udara
(%)
83,28 83,28 83,28 83,28 83,28 83,28
10. 10
Karakteristik
Lahan
Unit Lahan
1 2 3 4 5 6
Ketersediaan
oksigen (oa):
- Drainase Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Media perakaran
(rc):
- Tekstur
Lem-
pung
ber-
pasir
Lem-
pung
liat
ber-
pasir
Lem-
pung
ber-
pasir
Pasir
ber-
lem-
pung
Pasir
ber-
lem-
pung
Pasir
ber-
lem-
pung
- Bahan kasar (%) 6,17
(S)
7,08
(S)
8,86
(S)
6,42
(S)
11,34
(S)
7,85
(S)
- Kedalaman tanah
(cm)
>100 >100 >100 >100 >100 >100
Retensi hara (nr):
- KTK liat (cmol)
25,20
(T)
17,64
(S)
33,48
(T)
25,80
(T)
31,68
(T)
48,60
(T)
- Kejenuhan basa
(%)
14,87
(SR)
27,16
(R)
19,93
(SR)
23,69
(R)
15,62
(SR)
12,72
(SR)
- pH H2O 5,44
(AM)
5,66
(AM)
5,61
(AM)
6,50
(N)
5,73
(AM)
6,50
(N)
- C-organik (%) 7,60
(ST)
1,61
(R)
3,72
(T)
2,76
(S)
7,61
(ST)
7,61
(ST)
Ketersediaan Hara
(na):
- N-total (%)
0,56
(T)
0,15
(R)
0,37
(S)
0,24
(S)
0,44
(S)
0,46
(S)
- P2O5 Bray II
(ppm)
11,05
(R)
6,40
(SR)
9,77
(SR)
6,16
(SR)
13,60
(R)
6,63
(SR)
- K-tukar (mg/100g) 0,54
(S)
0,87
(T)
1,20
(ST)
0,88
(T)
1,54
(ST)
1,20
(ST)
Sodisitas (xn):
- Alkalinitas/ESP
(%)
1,25
(SR)
2,68
(R)
1,77
(SR)
2,04
(R)
1,62
(SR)
0,93
(SR)
Bahaya erosi (eh):
- Lereng (%) 6,2 18,4 7,6 15,5 8,1 5,1
- Bahaya Erosi SR S SR S SR SR
Bahaya banjir
(fh):
- Genangan
F0 F0 F0 F0 F0 F0
11. 11
Karakteristik
Lahan
Unit Lahan
1 2 3 4 5 6
Penyiapan lahan
(lp):
- Batuan di
permukaan (%)
0 0 0 0 0 0
- Singkapan batuan
(%)
0 0 0 0 0 0
Keterangan: S= Sedang R = Rendah; SR = Sangat Rendah; T =
Tinggi; ST = Sangat Tinggi; AM = Agak Masam; M = Masam; N =
Netral; F0 = Tidak Pernah Banjir (Tidah Pernah Terjadi Genangan)
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa
temperatur udara di wilayah ini berkisar antara
18,80
-20,10
C dengan ketinggian tempat antara
1035-1246 mdpl. Curah hujan di daerah ini
tergolong tinggi, rata-rata sebanyak 2920
mm/tahun. Kondisi iklim seperti ini berimplikasi
kepada karakteristik tanahnya diantaranya jenis
tanah umumnya Andisol dan Inceptisol yang
memiliki sifat penciri Andik. Tanah dengan sifat
penciri andik ini kuat dalam menjerap ion fosfat
sehingga kadar fosfat tersedia di dalam tanah
menjadi rendah hingga sangat rendah.
12. 12
Tingkat Kesesuaian Lahan Tanaman
Pertanian Unggulan
Berdasarkan hasil Analisis Potensi
Sumberdaya Lahan Kabupaten Pakpak Bharat
(Bappeda Pakpak Bharat, 2016), dapat diperoleh
tingkat kesesuaian lahan untuk beberapa
komoditi unggulan di wilayah Kecamatan Sitellu
Tali Urang Julu, sebagaimana disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Lahan Beberapa
Komoditas Tanaman Pertanian Unggulan di Kecamatan
Sitellu Tali Urang Julu.
Komoditi
Kesesuai
an Lahan
Unit lahan
1 2 3 4 5 6
Gambir
Aktual S3-
rc,nr
S2-
wa
nr
S3-
rc,nr
S3-
rc,nr
S3-
rc,nr
S3-
rc,nr
Potensial
S3-rc
S1-
wa,n
r
S3-rc S3-rc S3-rc S3-rc
Kopi
Arabika
Aktual S3-
wa,
rc,nr
, na
S3-
wa,
rc,nr
,eh
S3-
wa,
rc,nr
, na
N- rc
S3-
wa,
rc,nr
, na
S3-
wa,
rc,nr,
na
Potensial S3-rc S3-rc S3-rc N- rc S3-rc S3-rc
14. 14
Komoditi
Kesesuai
an Lahan
Unit lahan
1 2 3 4 5 6
Durian
Aktual S3-tc,
rc,
nr,na
N-tc
N-
tc,rc
N-
tc,rc
N-
tc,rc
S3-
tc,rc,
nr,na
Potensial S3-
tc,rc
N-tc
N-
tc,rc
N-
tc,rc
N-
tc,rc
S3-
tc,rc
Jagung
Aktual S3-
wa,
rc,nr,
na
N-eh
S3-tc,
wa,rc
,nr,
na
N-
rc,eh
N-rc N-rc
Potensial
S3-rc
S3-tc,
rc,
eh
S3-
tc,rc
N-rc N-rc N-rc
Pisang
Aktual S3-
tc,rc,
nr,na
S3-
tc,rc,
na,eh
N-rc N-rc N-rc
S3-
tc,rc,
nr,na
Potensial S3-
tc,rc
S3-
tc,rc
N-rc N-rc N-rc
S3-
tc,rc
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa kelas
kesesuaian lahan aktual untuk tanaman gambir
di wilayah Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
adalah cukup sesuai (S2) dengan pembatas
utama retensi hara (nr) terutama kejenuhan
basa yang sangat rendah. Sedangkan pembatas
lainnya adalah media perakaran (rc) terutama
tekstur tanah yang kasar.
15. 15
Curah hujan dan kelembaban (wa) yang
tinggi di wilayah Kecamatan Sitellu Tali Urang
Julu menjadi pembatas utama yang
menyebabkan tanaman kopi arabika tergolong
ke dalam kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai
marginal). Sedangkan pembatas lain yang dapat
dengan mudah diatasi adalah kejenuhan basa
(nr) yang rendah, media perakaran (rc) terutama
tektur yang agak kasar, dan ketersediaan hara
(na) terutama P yang sangat rendah. Selain itu,
kemiringan lereng yang landai hingga agak
curam juga menjadi faktor pembatas yang perlu
diatasi.
Pembatas utama yang menyebabkan
kesesuaian aktual untuk tanaman padi Sawah
di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu adalah kelas
S3 atau Sesuai Marginal dengan faktor pembatas
utama temperatur (suhu) udara (tc) yang
16. 16
rendah, diikuti faktor pembatas lainnya yaitu
media perkaran (rc) dengan tekstur tanah yang
agak kasar, retensi hara (nr) dengan kejenuhan
basa yang rendah, ketersediaan hara (na)
dengan kadar P tersedia yang sangat rendah,
dan bahaya erosi (eh) dengan kemiringan lereng
yang landai hingga agak curam.
Hal yang sama terjadi pada padi gogo
yang sesuai marginal (S3) di wilyah Kecamatan
Sitellu Tali Urang Julu ini dengan faktor
pembatas temperatur udara (tc) yang rendah,
curah hujan (wa) yang cukup tinggi mencapai
2920 mm/tahun, media perakaran (rc) dengan
tekstur tanah yang agak kasar, dan ketersediaan
unsur hara (na) terutama unsur hara P tersedia
yang sangat rendah.
Kelas kesesuaian lahan untuk komoditi
tanaman nenas juga tergolong sesuai marginal
17. 17
(S3) dengan pembatas utama curah hujan (wa)
yang tinggi mencapai 2920 mm/tahun. Pembatas
lainnya adalah ketersediaan hara (na) dengan
kadar P tersedia yang sangat rendah, dan di
beberapa tempat lainnya dibatasi oleh retensi
hara (nr) terutama kejenuhan basa yang sangat
rendah, serta kemiringan lereng (eh) yang
curam.
Kelapa sawit dan karet merupakan
tanaman perkebunan yang tidak sesuai (N)
permanen dikembangkan di wilayah Kecamatan
Sitellu Tali Urang Julu ini. Faktor pembatas
utamanya adalah suhu (temperatur) udara yang
sangat rendah atau ketinggian tempat lebih dari
700 meter di atas permukaan laut. Seperti
diketahui bahwa pembatas utama suhu
(temperatur) yang rendah atau yang terlalu
18. 18
tinggi merupakan pembatas yang secara makro
tidak dapat direkayasa oleh manusia.
Ketersediaan unsur hara (na), terutama
kadar P yang sangat rendah pada tanah
pertanian di wilayah Kecamatan Sitellu Tali Urang
Julu menjadi pembatas utama yang
menyebabkan tanaman jeruk manis tergolong
ke dalam kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai
marginal). Sedangkan pembatas lain yang
terdapat di beberapa tempat adalah kemiringan
lereng yang curam (eh).
Untuk tanaman cabai merah, kelas
kesesuaian lahannya di Kecamatan Sitellu Tali
Urang Julu ini juga tergolong sesuai marginal
(S3) dengan pembatas utama curah hujan (wa)
yang cukup tinggi mencapai 2920 mm/tahun.
Selain itu, media perakaran (rc) dengan tekstur
tanah yang agak kasar, ketersediaan hara (na)
19. 19
terutama P yang sangat rendah, dan di beberapa
tempat kemiringan lereng (eh) yang curam, serta
retensi hara (nr) dengan kejenuhaan basa yang
sangat rendah, juga menjadi faktor-faktor
pembatasnya.
Pengembangan tanaman durian di
wilayah ini tidak dianjurkan karena tidak sesuai
(N) dengan faktor pembatas kondisi suhu
(temperatur) udara yang sangat rendah dan
ketinggia tempat di atas permukaan laut yang
tinggi (lebih dari 1000 mdpl).
Curah hujan yang tinggi mencapai 2920
mm/tahun dan temperatur udara yang rendah
menjadi faktor pembatas utama yang
menyebabkan kesesuaian tanaman jagung juga
tergolong kelas S3 (sesuai marginal). Faktor
pembatas lainnya adalah kejenuhan basa (nr)
20. 20
yang rendah, unsur hara tersedia (na) terutama
P yang sangat rendah, dan di beberapa tempat
media perakaran (rc) berupa tekstur yang agak
kasar serta kemiringan lereng yang agak curam
hingga curam juga menjadi faktor pembatasnya.
Tanaman pisang juga masuk dalam
tingkat kesesuaian lahan S3 (sesuai marginal)
dengan pembatas utama temperatur udara (tc)
yang rendah. Faktor pembatas lainnya adalah
media perakaran (rc) dengan tekstur yang agak
kasar, retensi hara (nr) dengan kejenuhan basa
yang rendah, ketersediaan hara (na) terutama
unsur hara P yang sangat rendah, dan di
beberapa karena kemiringan lereng (eh) yang
curam.
21. 21
Arahan Teknis Budidaya (Agroteknologi)
Tanaman Pertanian Unggulan
Arahan teknis budidaya tanaman
pertanian unggulan di Kecamatan Sitellu Tali
Urang Julu dilakukan berdasarkan prinsip sistem
pertanian berkelanjutan (sustainable farming
system). Sistem pertanian berkelanjutan adalah
sistem pertanian yang dapat memberikan out put
(produksi) yang optimal (keuntungan yang
maksimal dengan modal atau input yang
minimal), dan tetap terpeliharanya kelestarian
sumberdaya lahan (lahan tidak terdegradasi),
serta agroteknologinya dapat dengan mudah
dikerjakan oleh pelaku usaha tani (petani dan
stakeholder terkait).
Guna mencapai harapan tersebut di atas,
maka teknologi budidaya dari setiap komoditi
unggulannya didasarkan pada hasil
22. 22
kajian/analisis dan evaluasi sumberdaya lahan,
sebagaimana telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dan rakitan teknologi
(agroteknologinya) dirancang dengan
memanfaatkan dan atau memodifikasi
agroteknologi yang sudah berkembang di
tengah-tengah masyarakat, disertai dengan
pemanfaatan bahan dan peralatan yang telah
ada tersedia dan menjadi potensi wilayah
setempat (spesifik lokasi).
1. Arahan Umum Teknis Budidaya
Guna meningkatkan produktivitas
tanaman pertanian di Kecamatan Sitellu Tali
Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat,
berdasarkan kajian evaluasi lahan, sebagaimana
telah diuraikan di atas, maka pengelolaan hara
fosfat (pemupukan P) perlu mendapat perhatian
khusus. Hal ini diperlukan karena umumnya
23. 23
tanah di wilayah ini tergolong ke dalam jenis
tanah Andisol, meskipun ada dari jenis Inceptisol
namun memiliki sifat Andik. Baik tanah Andisol
maupun tanah Inceptisol dengan sifat penciri
Andik ini mengandung mineral Alophan. Mineral
Alophan dengan kandungan sesquioksida yang
tinggi memiliki kemampuan yang besar dalam
memfiksasi (mengikat kuat) unsur hara fosfat
(P). Dengan begitu, pemupukan fosfat yang
diberikan, sebahagian besarnya difiksasi oleh
mineral alophan dan sedikit saja yang tersedia
bagi tanaman. Untuk mengatasi atau
mengeliminir pengikatan hara fosfat oleh mineral
alophanic ini, maka pemupukan P harus
dilakukan setelah pemberian pupuk organik
(pupuk kandang atau kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah). Hal ini dimaksudkan agar
24. 24
oksida-oksida besi (Fe) dan aluminium (Al)
(sequioksida) serta ion-ion logam berat lainnya
yang ada dalam tanah bersifat Andik ini akan
melakukan reaksi komplek dengan senyawaan
organik (terutama asam-asam organik)
membentuk khelat. Dengan demikian,
sequioksida dan ion logam yang berperan dalam
memfiksasi unsur hara fosfat menjadi berkurang
karena telah membentuk khelat (terjadi reaksi
komplek) dengan senyawaan organik yang
berasal dari pupuk organik yang diberikan. Pada
akhirnya pupuk fosfat yang diaplikasikan ke
dalam tanah menjadi lebih efektif dimanfaatkan
oleh tanaman yang dibudidayakan.
Dalam rangka penyediaan pupuk organik
(pupuk kandang dan kompos) yang diperlukan
dalam jumlah cukup banyak dapat dilakukan
25. 25
dengan penerpan sistem pertanian terpadu,
ternak dan tanaman.
Setiap petani, atau sekurang-kurangnya
satu atau dua keluarga dari anggota kelompok
tani, baik sebagai usaha individu, namun
sebaiknya sebagai unit usaha milik kelompok,
ada yang mengusahakan/melakukan
pemeliharaan ternak, terutama ternak besar,
seperti sapi, kerbau dan atau kambing/domba.
Beternak sistem kandang lebih diutamakan agar
pupuk kandang dan sisa pakan terkumpul
sehingga memudahkan dalam pengolahan dan
penyediaan pupuk kandang dan pembuataan
komposya. Selain itu, sisa tanaman berupa
jerami, sisa tanaman dan gulma dari lahan usaha
tani dapat digunakan sebagai sumber pakan
ternak. Jadi keberadaan ternak lebih sebagai
26. 26
(agen) pabrik penyedia pupuk kandang dan
kompos insitu.
2. Arahan Teknis Budidaya Gambir
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
gambir di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu,
dalam hal pengelolaan lahan berdasarkan hasil
kajian dan analisis evaluasi sumberdaya lahan
Kabupaten Pakpak Bharat yang telah dilakukan,
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Arahan teknis budidaya gambir di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Kejenuhan Basa:
12,27% (SR) sd
27,16 (R)
Pemberian
Dolomit
1,23-1,60 ton/Ha
Kadar P2O5
(Bray II): 6,4
ppm (SR) sd
13,60 ppm (SR)
Pemupukan P
cepat larut
20-30 kg SP36/Ha
Lereng: 5,1%
(landai) sd
18,4% (agak
Pembuatan rorak
memotong lereng;
Pembuatan
Mulsa vertikal;
Teras bangku
atau teras
27. 27
curam) terassering; cover
crop
berdasar lebar;
Tanaman
kacangan
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya gambir di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu adalah
pengelolaan kejenuhan basa tanah. Peningkatan
kejenuhan basa ini dapat dilakukan dengan
pemberian dolomit dengan dosis sebagaimana
tertera pada Tabel 3 dan pemberian pupuk
organik.
Meskipun kadar bahan organik tanah
bukan merupakan faktor pembatas bagi tanaman
gambir di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu ini,
namun penambahan bahan organik berupa
pupuk kandang atau kompos sebaiknya tetap
diberikan.
28. 28
Unsur hara yang menjadi pembatas
utama pertanaman gambir di daerah ini adalah
unsur hara fosfat (P) oleh karenanya pemberian
pupuk fosfat mutlak diperlukan, sementara
pupuk Nitrogen (N) pupu Kalium (K) sementara
ini tidak diperlukan karena berdasarkan kajian
dan analisis potensi sumberdaya lahan
Kabupaten Pakpak Bharat, kedua unsur ini di
dalam tanah masih cukup untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman gambir.
Pemberian pupuk kandang dan atau
kompos atau pengembalian sisa tanaman
sebanyak mungkin ke dalam tanah secara
konsisten dan terus menerus dilaksanakan, maka
agroteknologi gambir di wilayah ini pada saatnya
bisa tanpa pemberian pupuk pabrik (pupuk
buatan), sehingga dapat tercipta sistem
pertanian organik (produksi gambir organik).
29. 29
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
gambir ini sedapat mungkin dilakukan dengan
cara penerapan teknik mulsa vertikal. Aplikasi
pupuk kandang atau kompos atau sisa tanaman
sebelumnya di lahan budidaya padi gogo ini
sedapat mungkin dilakukan dengan cara
penerapan teknik mulsa vertikal yaitu dengan
meletakkan pupuk organik ke dalam parit atau
rorak yang dibuat sedemikian rupa berukuran
lebar dan dalam sekitar 30-40 cm dan panjang
tergantung lebar lahan. Rorak untuk mulsa
vertikal ini dibuat memotong lereng atau sejajar
garis kontur berjarak 1,5-2,0 meter antar satu
lajur rorak dengan rorak lainnya.
Setelah pupuk organik dimasukkan ke
dalam rorak, lubang rorak ditutup kembali
dengan tanah, sehingga seluruh permukaan
30. 30
tanah rata. Dalam aplikasi pupuk organik ini
dapat dicampur dengan Dolomit sebanyak 1,23-
1,60 ton/Ha. Pemberian Dolomit ini dimaksudkan
untuk meningkatkan pH dan kejenuhan basa
tanah. Namun hal penting yang harus
diperhatikan adalah pemberian dolomit ini tidak
(jangan) dilakukan pada setiap musim tanam.
Kecuali apabila pemberian dolomit tersebut
secara berangsur-angsur, misalnya sebanyak 50-
100 Kg/Ha/musim tanam hingga tercapai dosis
1,23-1,60 ton/Ha. Setelah itu, pemberian dolomit
dapat dilakukan kembali setelah 3-5 tahun
berikutnya atau setelah terjadi penurunan
kembali nilai pH atau kejenuhan basa tanahnya.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, bisa
berupa teras bangku atau teras berdasar lebar.
Dalam hal ini mulsa vertikal dapat diaplikasikan
31. 31
di pangkal teras atau di bagian tepi dasar teras
bagian atas lereng dengan terlebih dahulu dibuat
rorak/parit sebagai tempat pupuk (bahan)
organik yang akan dipalikasikan tersebut. Selain
itu, penanaman tanaman penutup tanah (cover
crop), terutama dari jenis leguminosa, seprti
mucuna atau colopogonium (kacang-kacangan).
3. Arahan Teknis Budidaya Kopi Arabika
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
kopi arabika di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu,
dalam hal pengelolaan lahan berdasarkan hasil
kajian dan analisis evaluasi sumberdaya lahan
Kabupaten Pakpak Bharat yang telah dilakukan,
disajikan pada Tabel 4.
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya kopi
arabika di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
32. 32
adalah dengan pemberian pupuk organik berupa
pupuk kandang atau kompos (pada tanah
dengan kadar C-organik kurang dari 1,61% atau
kadar bahan organik kurang dari 2,77%),
dolomit serta pemberian pupuk fosfat (P) dan
pupuk Nitrogen (N).
Tabel 4. Arahan teknis budidaya kopi arabika di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Kadar bahan
organik: 2,77%
(R)
Pemberian pupuk
organik (Pupuk
kandang dan atau
Kompos)
20,91 ton/Ha
Kadar P2O5
(Bray II): 6,4
ppm (SR) sd 13,6
ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
25-60 kg SP36/Ha
Kadar N: 0,15%
(R) sd 0,46% (S)
Pemupukan N 250 kg Urea/Ha
Kejenuhan Basa:
12,27% (SR) sd
27,16 (R)
Pemberian
Dolomit
1,23-1,60 ton/Ha
Lereng: 5,1%
(landai) sd
18,4% (agak
Pembuatan rorak
memotong lereng;
Pembuatan
Mulsa vertikal;
Teras bangku
atau teras
33. 33
curam) terassering;
Tanaman penutup
tanah (cover crop)
berdasar lebar;
Tanaman
kacangan di lahan
sela
Pemupukan Kalium (K) sementara ini
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat, kedua unsur ini masih tinggi
hingga sangat tinggi di dalam tanah.
Sama halnya dengan budidaya tanaman
gambir, pada budidaya kopi arabika ini apabila
pemberian pupuk kandang dan kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah secara konsisten atau secara
terus menerus dilaksanakan, maka agroteknologi
kopi arabika di wilayah ini pada saatnya bisa
tanpa pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan),
sehingga dapat tercipta sistem pertanian organik
(produksi kopi arabika organik).
34. 34
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
kopi arabika ini sedapat mungkin dilakukan
dengan cara penerapan teknik mulsa vertikal
dengan cara sebagaimana telah diuraikan pada
budidaya gambir di atas. Dalam aplikasi pupuk
organik ini dapat pula dicampur dengan Dolomit
sebanyak 1,23-1,60 ton/Ha, dengan prinsip dan
cara sebagaimana juga telah diuraikan pada
budidaya gambir di atas.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, bisa
berupa teras bangku atau berupa teras berdasar
lebar. Dalam hal ini mulsa vertikal dapat
diaplikasikan di pangkal teras atau di tepi bagian
dalam dari teras dengan terlebih dahulu
membuat rorak/parit sebagai tempat pupuk
(bahan) organik dan dolomit yang akan
35. 35
dipalikasikan tersebut. Teknik konservasi lain
yang penting diterapkan adalah penanaman
tanaman penutup tanah di lahan sela tanaman
kopi arabika. Tanaman penutup tanah yang baik
adalah dari famili leguminosa (tanaman
kacangan), seperti mucuna atau colopogium.
4. Arahan Teknis Budidaya Padi Sawah
Arahan teknis budidaya padi sawah di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, dalam hal
pengelolaan lahan berdasarkan hasil kajian dan
analisis evaluasi sumberdaya lahan yang telah
dilakukan, disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Arahan teknis budidaya padi sawah di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Ketinggian tempat
lebih dari 1500
mdpl
Pembatas
permanen (tidak
bisa direkayasa)
Baik pada
ketinggian kurang
dari 1000 mdpl
Kadar bahan
organik: 2,77% (R)
Pemberian
pupuk organik
20,91 ton/Ha
36. 36
(Pupuk kandang
dan atau
Kompos)
Kadar P2O5 (Bray
II): 6,4 ppm (SR)
sd 13,6 ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
25-60 kg SP36/Ha
Lereng: 6,2-8,1%
(landai)
Terassering Teras berdasar
lebar
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya padi
sawah di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
adalah pemberian pupuk organik berupa pupuk
kandang atau kompos dan pemberian pupuk
fosfat. Pemupukan Nitrogen (N) dan Kalium (K)
serta pengapuran sementara ini tidak diperlukan
karena berdasarkan kajian dan analisis potensi
sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak Bharat,
kedua unsur ini masih tinggi hingga sangat tinggi
di dalam tanah, dan pH tanah juga masih
tergolong agak masam hingga netral.
37. 37
Sebagaimana halnya pada pertanaman
kopi arabika, apabila pemberian pupuk kandang
dan kompos atau pengembalian sisa tanaman
sebanyak mungkin ke dalam tanah sebelum
budidaya tanaman dilakukan, secara konsisten
atau secara terus menerus dilaksanakan, maka
agroteknologi padi sawah di wilayah ini pada
saatnya bisa tanpa pemberian pupuk pabrik
(pupuk buatan), sehingga dapat tercipta sistem
pertanian organik (produksi padi sawah organik).
Aplikasi pupuk organik (terutama pupuk
kandang dan atau kompos) ke dalam tanah
sawah sebaiknya dilakukan setelah pembajakan
pertama atau diberikan pada saat akan dilakukan
pembajakan kedua. Kecuali apabila bahan
organik yang akan diberikan berupa bahan
organik segar seperti pupuk hijau dan atau sisa
tanaman sebelumnya, sebaiknya diberikan pada
38. 38
saat pembajakan pertama. Pada prinsipnya
semua pupuk organik itu tercampur ke dalam
tanah sawah, terutama tanah lapisan atas.
Setelah dilakukan perataan tanah, tanah
dibiarkan selama lebih kurang 7-14 hari sebelum
dilakukan penanaman bibit tanaman.
5. Arahan Teknis Budidaya Padi Gogo
Budidaya padi gogo di Kecamatan Sitellu
Tali Urang Julu, dalam hal pengelolaan lahan
berdasarkan hasil kajian dan analisis evaluasi
sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak Bharat
yang telah dilakukan, secara teknis arahan dan
rekomendasinya disajikan pada Tabel 6.
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya padi gogo
di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu adalah juga
39. 39
pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang
atau kompos dan pemberian pupuk fosfat.
Pemupukan Nitrogen (N) dan Kalium (K)
sementara ini belum/tidak diperlukan karena
berdasarkan kajian dan analisis potensi
sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak Bharat,
kedua unsur ini masih tinggi hingga sangat tinggi
di dalam tanah.
Tabel 6. Arahan teknis budidaya padi gogo di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Ketinggian
tempat lebih dari
1500 mdpl
Pembatas
permanen (tidak
bisa direkayasa)
Baik pada
ketinggian kurang
dari 1300 mdpl
Kadar bahan
organik: 2,77%
(R)
Pemberian pupuk
organik (Pupuk
kandang dan atau
Kompos)
20,91 ton/Ha
Kadar P2O5
(Bray II): 6,4
ppm (SR) sd 13,6
ppm (R)
Pemupukan P
cepat larut
25-60 kg SP36/Ha
Kejenuhan Basa:
12,27% (SR) sd
Pemberian
Dolomit
1,23-1,60 ton/Ha
40. 40
27,16 (R)
Lereng: 5,1%
(landai) sd
18,4% (agak
curam)
Pembuatan rorak
memotong lereng;
Pembuatan
terassering
Mulsa vertikal;
Teras bangku
atau teras
berdasar lebar
Sama halnya dengan budidaya padi
sawah, pada budidaya padi gogo ini apabila
pemberian pupuk kandang dan kompos atau
pengembalian sisa tanaman sebanyak mungkin
ke dalam tanah sebelum budidaya tanaman
dilakukan, secara konsisten atau secara terus
menerus dilaksanakan, maka agroteknologi padi
gogo di wilayah ini pada saatnya bisa tanpa
pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan),
sehingga dapat tercipta sistem pertanian organik
(produksi padi gogo organik).
Dalam aplikasi pupuk organik ini dapat
dicampur dengan Dolomit sebanyak 1,23-1,60
ton/Ha. Aplikasi pupuk organik dan dolomit
41. 41
sebaiknya dilakukan dengan teknik mulsa vertikal
dengan cara sebagaimana telah diuraikan pada
budidaya gambir di atas. Setelah pupuk organik
dimasukkan ke dalam rorak, lubang rorak ditutup
kembali dengan tanah, sehingga seluruh
permukaan tanah rata, dan tidak mengurangi
luas lahan yang dapat ditanami padi gogo.
6. Arahan Teknis Budidaya Nenas
Arahan teknis budidaya nenas di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu dalam hal
pengelolaan lahan berdasarkan hasil kajian dan
evaluasi sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak
Bharat yang telah dilakukan pada tahun 2016,
disajikan pada Tabel 7.
Dari Tabel 7 dapat pula diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya nenas di
42. 42
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu adalah
pemberian pupuk fosfat dan dolomit. Pemupukan
Nitrogen (N) dan Kalium (K) sementara ini juga
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat, kedua unsur ini masih tinggi
hingga sangat tinggi di dalam tanah.
Tabel 7. Arahan teknis budidaya nenas di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Kadar P2O5
(Bray II): 6,40
ppm (SR) sd
11,05 ppm (SR)
Pemupukan P
cepat larut
18-30 kg SP36/Ha
Kejenuhan Basa:
14,87% (SR) sd
27,16 (R)
Pemberian
Dolomit
1,23-1,6 ton/Ha
Lereng: 6%
(landai) sd
18,4% (agak
curam)
Metoda vegetatif;
Terassering
Barisan/
penanaman
sejajar kontur;
Mulsa vertikal
43. 43
Namun demikian, pemberian pupuk
organik berupa pupuk kandang dan atau kompos
dan atau pengembalian sisa tanaman merupakan
upaya yang sangat baik karena pengembalian
pupuk organik tersebut sebanyak mungkin ke
dalam tanah secara konsisten atau secara terus
menerus, maka agroteknologi nenas di wilayah
ini pada saatnya bisa tanpa pemberian pupuk
pabrik (pupuk buatan), sehingga dapat tercipta
sistem pertanian organik (produksi nenas
organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
nenas ini sedapat mungkin dilakukan dengan
cara penerapan teknik mulsa vertikal dengan
cara sebagaimana telah diuraikan pada budidaya
tanaman lainnya. Dalam aplikasi pupuk organik
ini dapat pula dicampur dengan Dolomit
44. 44
sebanyak 1,23-1,6 ton/Ha, dengan prinsip dan
cara sebagaimana telah diuraikan di atas.
Pada budidaya nenas di lahan miring, jika
tidak dimungkinkan pembuatan rorak untuk
aplikasi mulsa vertikal, maka sistem budidayanya
harus dengan pola barisan tanaman sejajar
kontur. Dengan demikian penempatan pupuk
organik dan dolomitnya juga pada lajur (sela)
barisan tanaman sejajar kontur atau memotong
lereng. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya
menekan laju erosi tanah karena dapat
menghambat/mengurangi laju run off (limpasan
permukaan) saat terjadinya hujan.
7. Arahan Teknis Budidaya Jeruk Manis
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
jeruk manis di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu,
dalam hal pengelolaan lahan berdasarkan hasil
45. 45
kajian dan analisis evaluasi sumberdaya lahan
Kabupaten Pakpak Bharat yang telah dilakukan
pada tahun 2016, disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Arahan teknis budidaya jeruk manis di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Kadar P2O5
(Bray II): 6,4
ppm (SR) sd
13,6 ppm (SR)
Pemupukan P
cepat larut
30-50 kg
SP36/Ha/thn
Kejenuhan
Basa: 12,72%
(SR) sd 27,16
(R)
Pemberian
Dolomit
1,23-1,60 ton/Ha
Lereng: 6%
(landai) sd
18,4% (agak
curam)
Pembuatan rorak
memotong lereng;
Pembuatan
terassering;
Tanaman penutup
tanah (cover crop)
Mulsa vertikal;
Teras bangku
atau teras
berdasar lebar;
Tan. kacangan
(leguminosa)
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya jeruk
46. 46
manis di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
adalah dengan pemberian dolomit dan pupuk
fosfat (P). Pemberian pupuk organaik, pupuk
Nitrogen (N) dan pupuk Kalium (K) sementara ini
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat, kedua unsur ini masih tinggi
hingga sangat tinggi di dalam tanah.
Namun demikian, pemberian pupuk
organik berupa pupuk kandang atau kompos
atau pengembalian sisa tanaman sebelumnya
sebanyak mungkin ke dalam tanah pada
budidaya jeruk manis ini merupakan tindakan
yang bijaksana. Pemberian pupuk organik yang
dilakukan secara konsisten atau secara terus
menerus, maka agroteknologi jeruk manis di
wilayah ini pada saatnya bisa tanpa pemberian
pupuk pabrik (pupuk buatan). Dengan demikian
47. 47
akan tercipta sistem pertanian organik (produksi
jeruk manis organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
jeruk manis ini sedapat mungkin dilakukan
dengan cara penerapan teknik mulsa vertikal
dengan cara sebagaimana telah diuraikan pada
budidaya tanaman lainnya di atas. Dalam aplikasi
pupuk organik ini dapat pula dicampur dengan
Dolomit sebanyak 1,23-1,60 ton/Ha, dengan
prinsip dan cara sebagaimana juga telah
diuraikan sebelumnya.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, bisa
berupa teras bangku atau berupa teras berdasar
lebar. Dalam hal ini mulsa vertikal dapat
diaplikasikan di pangkal teras atau di bagian tepi
bagian dalam dari teras dengan terlebih dahulu
48. 48
dibuat rorak/parit sebagai tempat pupuk (bahan)
organik dan dolomit yang akan dipalikasikan
tersebut. Teknik konservasi lain yang penting
diterapkan adalah penanaman tanaman penutup
tanah di lahan sela tanaman utama dari famili
leguminosa, seperti tanaman kacangan (mucuna
atau colopogium atau tanaman kacangan
lainnya).
8. Arahan Teknis Budidaya Cabai Merah
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
cabai merah di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu,
dalam hal pengelolaan lahan berdasarkan hasil
kajian dan analisis evaluasi sumberdaya lahan
Kabupaten Pakpak Bharat yang telah dilakukan
pada tahun 2016, disajikan pada Tabel 9.
Seperti halnya pada budidaya jeruk
manis, upaya perbaikan utama untuk
49. 49
mendapatkan produktivitas yang tinggi dari
budidaya cabai merah di Kecamatan Sitellu Tali
Urang Julu adalah dengan pemberian dolomit
dan pupuk fosfat (P) (Tabel 9). Pemberian pupuk
organik, pupuk Nitrogen (N) dan pupuk Kalium
(K) sementara ini tidak diperlukan karena
berdasarkan kajian dan analisis potensi
sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak Bharat,
kedua unsur ini masih tinggi hingga sangat tinggi
di dalam tanah (Tabel 1).
Tabel 9. Arahan teknis budidaya cabai merah di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Kadar P2O5
(Bray II): 6,4
ppm (SR) sd 13,6
ppm (SR)
Pemupukan P
cepat larut
30-50 kg
SP36/Ha/thn
Kejenuhan Basa:
12,72% (SR) sd
27,16 (R)
Pemberian
Dolomit
1,23-1,60 ton/Ha
Lereng: 6%
(landai) sd
Pembuatan rorak
memotong lereng;
Mulsa vertikal;
Teras teras
50. 50
18,4% (agak
curam)
Pembuatan
terassering;
berdasar lebar;
Pembuatan
guludan sejajar
kontur
(memotong
lereng)
Namun demikian, pemberian pupuk
organik berupa pupuk kandang atau kompos
atau pengembalian sisa tanaman sebelumnya
sebanyak mungkin (sekitar 5 ton/Ha/thn) ke
dalam tanah pada budidaya cabai merah ini
merupakan tindakan yang bijaksana. Pemberian
pupuk organik yang dilakukan secara konsisten
atau secara terus menerus, maka agroteknologi
cabai merah di wilayah ini pada saatnya bisa
tanpa pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan).
Dengan demikian akan tercipta sistem pertanian
organik (produksi cabai merah organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
51. 51
cabai merah ini sedapat mungkin dilakukan
dengan cara penerapan teknik mulsa vertikal
dengan cara sebagaimana telah diuraikan pada
budidaya tanaman lainnya di atas. Dalam aplikasi
pupuk organik ini dapat pula dicampur dengan
Dolomit sebanyak 1,23-1,60 ton/Ha, dengan
prinsip dan cara sebagaimana juga telah
diuraikan sebelumnya.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, bisa
berupa teras bangku atau berupa teras berdasar
lebar. Dalam hal ini mulsa vertikal dapat
diaplikasikan di pangkal teras atau di bagian tepi
bagian dalam dari teras dengan terlebih dahulu
dibuat rorak/parit sebagai tempat pupuk (bahan)
organik dan dolomit yang akan dipalikasikan
tersebut. Teknik konservasi lain yang penting
diterapkan adalah penanaman tanaman penutup
52. 52
tanah di lahan sela tanaman utama dari famili
leguminosa, seperti tanaman kacangan (mucuna
atau colopogium atau tanaman kacangan
lainnya).
9. Arahan Teknis Budidaya Durian
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
durian di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu,
dalam hal pengelolaan lahan berdasarkan hasil
kajian dan analisis evaluasi sumberdaya lahan
Kabupaten Pakpak Bharat yang telah dilakukan,
disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Arahan teknis budidaya durian di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Ketinggian
tempat lebih dari
1000 mdpl
Pembatas
permanen (tidak
bisa direkayasa)
Baik pada
ketinggian 300-
1000 mdpl
Kadar P2O5
(Bray II): 6,4
ppm (SR) sd 13,6
Pemupukan P
cepat larut
30-50 kg
SP36/Ha/thn
53. 53
ppm (SR)
Kejenuhan Basa:
12,72% (SR) sd
27,16 (R)
Pemberian
Dolomit
1,23-1,60 ton/Ha
Lereng: 6%
(landai) sd
18,4% (agak
curam)
Pembuatan
terassering;
Tanaman penutup
tanah (cover crop)
Teras berdasar
lebar;
Tan. kacangan
(leguminosa)
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa
pembatas utama bididaya durian di wilayah
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu adalah
temperatur udara yang rendah atau ketinggian
tempat di atas permukaan laut yang semakin
tinggi di atas 1000 mdpl.
Selanjutnya, seperti halnya pada
budidaya jeruk manis, upaya perbaikan utama
untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi
dari budidaya durian di wilayah ini adalah
dengan pemberian dolomit dan pupuk fosfat (P)
(Tabel 10). Pemberian pupuk organik, pupuk
Nitrogen (N) dan pupuk Kalium (K) sementara ini
tidak diperlukan karena berdasarkan kajian dan
54. 54
analisis potensi sumberdaya lahan Kabupaten
Pakpak Bharat, kedua unsur ini masih tinggi
hingga sangat tinggi di dalam tanah (Tabel 1).
Pemberian pupuk organik berupa pupuk
kandang atau kompos tidak diperlukan pada
budidaya durian di Kecamatan Sitellu Tali Urang
Julu karena kadar bahan organik tanah bukan
merupakan faktor pembatas bagi tanaman
durian.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering,
terutama teras berdasar lebar. Teknik konservasi
lain yang penting diterapkan adalah penanaman
tanaman penutup tanah di lahan sela tanaman
durian dari famili leguminosa seperti tanaman
kacangan (mucuna atau colopogium atau
lainnya) atau dengan membiarkan tumbuh
vegetasi rerumputan di bawah tegakannya.
55. 55
10. Arahan Teknis Budidaya Jagung
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
jagung di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu,
dalam hal pengelolaan lahan berdasarkan hasil
kajian dan analisis evaluasi sumberdaya lahan
Kabupaten Pakpak Bharat yang telah dilakukan,
disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Arahan teknis budidaya jagung di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Kadar P2O5
(Bray II): 6,4
ppm (SR) sd 13,6
ppm (SR)
Pemupukan P
cepat larut
30-50 kg
SP36/Ha/thn
Kejenuhan Basa:
12,72% (SR) sd
27,16 (R)
Pemberian
Dolomit
1,23-1,60 ton/Ha
Lereng: 6%
(landai) sd
18,4% (agak
curam)
Pembuatan rorak
memotong lereng;
Pembuatan
terassering;
Mulsa vertikal;
Teras teras
berdasar lebar
56. 56
Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya jagung di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu adalah juga
dengan pemberian pupuk fosfat dan dolomit.
Pemupukan Nitrogen (N) dan Kalium (K) serta
pupuk organik sementara ini tidak diperlukan
karena berdasarkan kajian dan analisis potensi
sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak Bharat,
kedua unsur ini masih tinggi hingga sangat tinggi
di dalam tanah (Tabel 1).
Namun demikian, pemberian pupuk
organik berupa pupuk kandang atau kompos
atau pengembalian sisa tanaman sebelumnya
sebanyak mungkin (sekitar 5 ton/Ha/thn) ke
dalam tanah pada budidaya jagung ini
merupakan tindakan yang bijaksana. Pemberian
pupuk organik yang dilakukan secara konsisten
57. 57
atau secara terus menerus, maka agroteknologi
jagung di wilayah ini pada saatnya bisa tanpa
pemberian pupuk pabrik (pupuk buatan).
Dengan demikian akan tercipta sistem pertanian
organik (produksi jagung organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
jagung ini sedapat mungkin dilakukan dengan
cara penerapan teknik mulsa vertikal dengan
cara sebagaimana telah diuraikan pada budidaya
tanaman lainnya di atas. Dalam aplikasi pupuk
organik ini dapat pula dicampur dengan Dolomit
sebanyak 1,23-1,60 ton/Ha, dengan prinsip dan
cara sebagaimana juga telah diuraikan
sebelumnya.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, berupa
teras berdasar lebar. Dalam hal ini mulsa vertikal
58. 58
dapat diaplikasikan di pangkal teras atau di
bagian tepi bagian dalam dari teras dengan
terlebih dahulu dibuat rorak/parit sebagai tempat
pupuk (bahan) organik dan dolomit yang akan
dipalikasikan tersebut.
11. Arahan Teknis Budidaya Pisang
Arahan dan rekomendasi teknik budidaya
pisang di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu,
dalam hal pengelolaan lahan berdasarkan hasil
kajian dan analisis evaluasi sumberdaya lahan
Kabupaten Pakpak Bharat yang telah dilakukan,
disajikan pada Tabel 12.
Dari Tabel 12 dapat pula diketahui bahwa
upaya perbaikan utama untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dari budidaya pisang di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu adalah
pemberian pupuk fosfat dan dolomit. Pemupukan
59. 59
Nitrogen (N) dan Kalium (K) serta pupuk organik
sementara ini tidak diperlukan karena
berdasarkan kajian dan analisis potensi
sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak Bharat,
kedua unsur ini masih tinggi hingga sangat tinggi
di dalam tanah (Tabel 1).
Tabel 12. Arahan teknis budidaya pisang di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Pembatas
Utama
Upaya
Perbaikan
Rekomendasi/
Dosis
Kadar P2O5
(Bray II): 6,40
ppm (SR) sd
11,05 ppm (SR)
Pemupukan P
cepat larut
18-30 kg SP36/Ha
Kejenuhan Basa:
14,87% (SR) sd
27,16 (R)
Pemberian
Dolomit
1,23-1,6 ton/Ha
Lereng: 6%
(landai) sd
18,4% (agak
curam)
Metoda vegetatif;
Terassering
Barisan/
penanaman
sejajar kontur;
Mulsa vertikal
Namun demikian, pemberian pupuk
organik berupa pupuk kandang atau kompos
60. 60
atau pengembalian sisa tanaman sebelumnya
sebanyak mungkin (sekitar 5 ton/Ha/thn) ke
dalam tanah pada budidaya pisang ini sangat
baik dilakukan. Pemberian pupuk organik yang
dilakukan secara konsisten atau secara terus
menerus, maka agroteknologi pisang di wilayah
ini pada saatnya bisa tanpa pemberian pupuk
pabrik (pupuk buatan). Dengan demikian akan
tercipta sistem pertanian organik (produksi
pisang organik).
Aplikasi pupuk kandang atau kompos
atau sisa tanaman sebelumnya di lahan budidaya
pisang ini sedapat mungkin dilakukan dengan
cara penerapan teknik mulsa vertikal dengan
cara sebagaimana telah diuraikan pada budidaya
tanaman lainnya di atas. Dalam aplikasi pupuk
organik ini dapat pula dicampur dengan Dolomit
sebanyak 1,23-1,60 ton/Ha, dengan prinsip dan
61. 61
cara sebagaimana juga telah diuraikan
sebelumnya.
Pada lahan yang kemiringannya lebih dari
8% sedapat mungkin dibuat terassering, berupa
teras berdasar lebar. Dalam hal ini mulsa vertikal
dapat diaplikasikan di pangkal teras atau di
bagian tepi bagian dalam dari teras dengan
terlebih dahulu dibuat rorak/parit sebagai tempat
pupuk (bahan) organik dan dolomit yang akan
dipalikasikan tersebut.
62. 62
Penutup
Guna memudahkan membaca dan
mempedomani arahan teknis budidaya
(agroteknologi) tanaman pertanian unggulan di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten
Pakpak Bharat, sebagaimana diuraikan di atas,
maka ringkasan agroteknologi utama untuk
setiap komoditi unggulan tersebut dirangkum
pada matriks rekapitulasi, sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rekapitulasi agroteknologi utama dan
rekomendasi dosis amelioran/pemupukan
untuk setiap komoditi pertanian unggulan
di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
Kabupaten Pakpak Bharat.
Tanaman
Agroteknologi
Utama
Rekomendasi
Dosis
Amelioran/Pupuk
Gambir
Teras bangku atau
teras berdasar lebar;
mulsa vertikal; cover
crop.
Pemberian dolomit,
Pemupukan P.
Dolomit: 1,23-1,60
ton/Ha.;
SP36: 20-30 kg/Ha.
64. 64
Tanaman Agroteknologi
Utama
Rekomendasi
Dosis
Amelioran/Pupuk
Jeruk Manis
Mulsa vertikal;
Teras bangku atau
teras berdasar lebar;
cover crop;
Pemberian dolomit;
Pemupukan P.
Dolomit: 1,23-1,60
ton/Ha.;
SP36: 30-50 kg/Ha.
Cabai
Merah
Guludan sejajar
kontur; Mulsa
Vertikal; Teras
berdasar lebar.
Pemberian dolomit,
Pemupukan P.
Dolomit: 1,23-1,60
ton/Ha.;
SP36: 30-50 kg/Ha.
Durian
Teras individu, teras
berdasar lebar dan
cover crop.
Pemberian dolomit,
Pemupukan P.
Dolomit: 1,23-1,60
ton/Ha.;
SP36: 30-50 kg/Ha.
Jagung
Barisan tanaman
memotong lereng;
Mulsa Vertikal;
Teras berdasar
lebar.
Pemberian dolomit,
Pemupukan P.
Dolomit: 1,23-1,60
ton/Ha.;
SP36: 30-50 kg/Ha.
Pisang
Barisan tanaman
sejajar kontur;
Mulsa vertikal; teras
bangku; teras
berdasar lebar.
Pemberian dolomit,
Pemupukan P.
Dolomit: 1,23-1,60
ton/Ha.;
SP36: 18-30 kg/Ha.
65. 65
Demikian Buku Saku “Pengembangan
Tanaman Pertanian Unggulan di Kecamatan
Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat”
ini dibuat berdasarkan hasil kajian/evaluasi
sumberdaya lahan Kabupaten Pakpak Bharat
yang telah dikerjakan pada Tahun 2016. Selain
hasil kajian ini, beberapa kajian yang dilakukan
pihak lain, terutama hasil penelitian dari para
peneliti di lembaga penelitian atau di perguruan
tinggi (terutama penelitian dosen dan mahasiswa
pascasarjana) juga dijadikan rujukan penulisan
buku saku ini.
Dengan demikian buku saku ini dapat
dikatakan sebagai arahan umum dalam
mengelola tanaman dan lahan guna
mendapatkan output (produksi) yang optimal
dan berkelanjutan. Sudah barang tentu, untuk
mendapatkan produktivitas lahan dan tanaman
66. 66
yang sesuai dengan potensi maksimalnya masih
diperlukan kajian yang bersifat detail atau
sekurang-kurangnya dilakukan pembuatan
demonstrasi plot (demplot) di tingkat tapak
(lahan usaha tani), dan tentunya keberadaan
buku saku ini dapat menjadi acuan.
67. 67
Daftar Pustaka
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB
Press. Bogor.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat.
2017. Pakpak Bharat Dalam Angka 2016.
BPS Pakpak Bharat.
Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat. 2016.
Analisis Potensi Sumberdaya Lahan
Kabupaten Pakpak Bharat. Pemkab Pakpak
Bharat.
Braak, C. 1928. The Climate of The Netherlands
Indies. Proc. Royal Mogn. Meteor. Observ.
Batavia, nr. 14. pp. 192.
CSR/FAO Staffs. 1983. Reconnaissance Land
Resource Survey 1 : 250.000 Scale. Atlas
Format Procedures. AGOF/INS/78/006.
Manual 4. Version 1. Centre for Soil
Research, Bogor, Indonesia.
Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A.
Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis untuk
Komoditas Pertanian. Edisi Pertama tahun
2003, ISBN 979-9474-25-6. Balai Penelitian
Tanah, Pusat Penelitian dan
68. 68
Pengembangan Tanah dan Agroklimat,
Bogor, Indonesia.
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation.
Soil Resources Management and
Conservation Service Land and Water
Development Division. FAO Soil Bulletin No.
32. FAO-UNO, Rome.
Puslittanak. 1997. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000).
Puslittanak, Bogor, Indonesia.
Ritung, S., Wahyunto, F. Agus, dan H. Hidayat.
2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan.
Balai Penelitian Tanah dan World
Agroforestry Centre. Bogor, Indonesia.
Ritung, S., H. Hidayat, dan Suratman. 2002.
Penyusunan Pewilayahan Komoditas dan
Ketersediaan Lahan. Laporan Akhir No.
06/Puslitbangtanak/2002. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat,
Bogor, Indonesia.
Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah.
Edisi Kedua. Bahasa Indonesia, 1998. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor,
Indonesia.
69. 69
Tim Penyusun:
1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP (Ketua)
2. Jamilah, SP., MP (Sekretaris)
3. Hadi Wijoyo, SP., MP (Anggota)
4. Mukhtar Yusuf, SP., MP (Anggota)
5. Fitra Syawal, SP., M.Agr (Anggota)
6. Alfonso Sitorus, SP., MP (Anggota)
7. Rudi Sitompul, SP., MP (Anggota)