Klaster tanam skala besar jatim compressedArisandi Dh
Konsep pengembangan klaster tanam skala besar untuk mewujudkan ketahanan pangan di masa pandemi ini, sekaligus merekrut tenaga kerja terutama bagi un-employee "pulang kampung"
Klaster tanam skala besar jatim compressedArisandi Dh
Konsep pengembangan klaster tanam skala besar untuk mewujudkan ketahanan pangan di masa pandemi ini, sekaligus merekrut tenaga kerja terutama bagi un-employee "pulang kampung"
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa prinsip otonomi adalah mengurus dan mengatur pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak di capai, maka pemerintah wajib melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pengaturan, perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Dalam rangka perwujudan pengembangan KSP secara efisien dan efektif yang penyusunan rencana tata ruang (RTR)-nya diamanatkan oleh peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi, perlu suatu proses perencanaan untuk masing-masing KSP secara baik dan benar serta implementasi RTR KSP yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan di daerah.;
Kawasan Banten Lama – Kasemen dan Kawasan Permukiman Masyarakat Adat Baduy – Leuwidamar merupakan salah satu Kawasan Strategis Provinsi yang telah ditetapkan di dalam RTRW Provinsi Tahun 2010-2030 dengan kepentingan sosial budaya yang lokasi wilayahnya berada di Kota Serang dan Kabupaten Lebak yang mendapat perhatian khusus di tahun 2014;
Roadmap Pengembangan Kawasan Agribisnis Terpadu Lingkar Wilis Kabupaten Nganjukamri sanjaya
development agricultural in nganjuk region east java about legal policy, development landscape also point of view planing impact between land and economic agriculture demand
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa prinsip otonomi adalah mengurus dan mengatur pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak di capai, maka pemerintah wajib melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pengaturan, perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Dalam rangka perwujudan pengembangan KSP secara efisien dan efektif yang penyusunan rencana tata ruang (RTR)-nya diamanatkan oleh peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi, perlu suatu proses perencanaan untuk masing-masing KSP secara baik dan benar serta implementasi RTR KSP yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan di daerah.;
Kawasan Banten Lama – Kasemen dan Kawasan Permukiman Masyarakat Adat Baduy – Leuwidamar merupakan salah satu Kawasan Strategis Provinsi yang telah ditetapkan di dalam RTRW Provinsi Tahun 2010-2030 dengan kepentingan sosial budaya yang lokasi wilayahnya berada di Kota Serang dan Kabupaten Lebak yang mendapat perhatian khusus di tahun 2014;
Roadmap Pengembangan Kawasan Agribisnis Terpadu Lingkar Wilis Kabupaten Nganjukamri sanjaya
development agricultural in nganjuk region east java about legal policy, development landscape also point of view planing impact between land and economic agriculture demand
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
Moderasi agama memegang peranan vital dalam mempertahankan kerukunan antar umat beragama, menjaga stabilitas sosial, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi serta kerjasama lintas agama. Dalam konteks Indonesia, negara dengan beragam kepercayaan dan keyakinan, moderasi agama menjadi fondasi utama bagi keberlangsungan kehidupan beragama yang damai dan harmonis. Moderasi agama merupakan konsep yang mengajarkan pendekatan yang seimbang dalam praktik keagamaan, dengan menekankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penolakan terhadap ekstremisme dan intoleransi. Di Indonesia, moderasi agama tidak hanya menjadi prinsip panduan dalam praktik keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas nasional yang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Kehadiran Islam di Indonesia telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk karakter moderasi agama. Sejak masuknya Islam pada abad ke-13, agama ini telah meresap ke dalam budaya dan masyarakat Indonesia dengan pendekatan yang toleran dan inklusif. Selain itu, keberadaan agama-agama lain seperti Hindu, Buddha, dan Kristen juga turut membentuk lanskap keberagaman agama di Indonesia. Moderasi agama membantu masyarakat Indonesia untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dialog antar agama, kegiatan lintas agama, dan kerjasama sosial, moderasi agama memfasilitasi pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam antar penganut agama. Hal ini mengurangi potensi konflik antar kelompok agama dan mendorong terbentuknya hubungan yang harmonis di antara mereka. Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mempromosikan moderasi agama melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung kerukunan antar umat beragama. Salah satu contohnya adalah Pancasila, yang menekankan pada prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan Indonesia dalam keberagaman. Selain itu, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Dewan Gereja Indonesia (DGI) merupakan upaya konkret untuk mendorong dialog antaragama dan pencegahan ekstremisme agama. Meskipun moderasi agama memiliki dampak positif yang besar dalam masyarakat Indonesia, tetapi masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mewujudkannya sepenuhnya. Salah satunya adalah adanya kelompok-kelompok radikal yang mempromosikan ideologi ekstremisme agama. Kelompok-kelompok ini seringkali menimbulkan konflik dan ketegangan antar umat beragama, serta mengancam stabilitas sosial dan keamanan nasional. Selain itu, ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap umat beragama juga menjadi masalah serius dalam konteks moderasi agama. Diskriminasi dan intoleransi terhadap minoritas agama masih terjadi di beberapa daerah, memperumit upaya untuk mencapai kerukunan antar umat beragama secara menyeluruh. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya moderasi agama melalui pendidikan agama yang inklusif dan holistik.
Expose Laporan Akhir_Kajian Potensi Pengembangan Kawasan Agropolitan Jakabaya.pptx
1. Expose Laporan Akhir
KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROPOLITAN JAKABAYA KABUPATEN BANJANEGARA
Banjarnegara, 02 Agustus 2023
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan
Jl. Dipayuda No.30A, Kel, Krandegan, Kec. Banjarnegara, Kab. Banjarnegara, Jawa
Tengah 53414
2. Substansi Pembahasan
Pendahuluan
Arahan Pengembangan Tata Ruang
Kondisi Lingkungan Hidup
Potensi dan Permasalahan
Komoditas Unggulan
Sistem Agribisnis Kawasan
Prasarana dan Sarana Penunjang
Fasilitasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Penentuan Tujuan dan Strategi
Konsep Kawasan Agropolitan
Indikasi Program
3. Kawasan perdesaan yang merupakan kawasan basis
kegiatan ekonomi daerah perlu dikembangkan
potensinya yang selaras dengan pertumbuhan kota
terdekat sebagai suatu sistem kawasan.
Konsep dasar pengembangan agropolitan adalah sebagai
upaya menciptakan pembangunan inter-regional
berimbang, khususnya dengan meningkatkan
keterkaitan pembangunan kota-desa (rural-urban
linkage)
Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, dalam pasal 24 ayat (2) dan Pasal 27 ayat (2)
mengatur akan perlunya disusun rencana rinci tata
ruang, yang salah satu di antaranya adalah Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Kabupaten (RTR KSK), salah
satunya kawasan strategis pertumbuhan ekonomi.
Latar Belakang
Agropolitan didefinisikan sebagai sebuah kota pertanian yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agrobisnis serta
mampu melayani, mendorong dan menarik kegiatan pembangunan
pertanian di wilayah sekitarnya (hinterland).
Kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Banjarnegara Kawasan
Sentra Produksi Agropolitan
JAKABAYA, diarahkan:
a. Pengembangan komoditas
pertanian yang memiliki nilai
ekonomi tinggi;
b. Pengembangan kawasan produksi
pertanian dan kota tani;
c. Pengembangan kawasan kawasan
agro industri;
d. Peningkatan sistem pemasaran
hasil produksi pertanian.
PERLU adanya kajian potensi
pengembangan Kawasan Agropolitan
Jakabaya
4. TUJUAN :
tersusunnya kajian tentang Kawasan Agropolitan
yang terpadu, pembuatan masterpan kawasan,
dan model pengelolaanya yang saling
menguntungkan bagi masyarakat, desa dan
pemerintah daerah yang berkelanjutan dan
berbasis ecoturism.
SASARAN:
a. Tersusunnya data karakteristik kawasan, potensi
dan permasalahan kawasan agropolitan;
b. Tersusunnya skenario pengembangan kawasan
agropolitan konsep pengelolaan ruang kawasan
sentra produksi yang diwujudkan dalam struktur
dan pola pemanfaatan ruang kawasan agropolitan.
c. Tersusunnya kerangka dasar dalam penyusunan
sistem jaringan infrastuktur serta pengembangan
sarana yang mendukung pengembangan kawasan
agropolitan dan program strategis prasarana
sarana kawasan agropolitan yang dapat
mendorong pertumbuhan Kawasan.
d. Tersusunnya profil dan rencana pengembangan
kawasan agropolitan prioritas.
e. Tersusunnya pedoman sebagai bahan masukan
kebijakan pengelolaan ruang untuk mendukung
pengembangan kawasan agropolitan.
RUANG LINGKUP KEGIATAN:
1. Indentifikasi masalah
2. Survey Lapangan
3. Pengumpulan data dan wawancara
4. Analisa data
5. Pembuatan gambar Masterplan dan detail
konsep zonasinya.
6. Penulisan laporan.
Tujuan, Sasaran, dan Lingkup
Kegiatan
5. Tujuan penataan ruang: mewujudkan ruang
Kabupaten berbasis pertanian, pariwisata, dan sektor
unggulan lainnya serta mitigasi bencana dalam sistem
Wilayah terpadu dan berkelanjutan
Rencana struktur ruang:
1. Rencana sistem pusat permukiman:
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Kecamatan Batur dan Kecamatan
Wanayasa (meliputi Kecamatan
Wanayasa dan Karangkobar)
2. Sistem Jaringan Prasarana:
a. sistem jaringan transportasi;
b. sistem jaringan energi;
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumber daya air;
dan
e. sistem jaringan prasarana lainnya.
Arahan Pengembangan berdasarkan Rencana Tata Ruang
Rencana pola ruang:
1. Kawasan Lindung
a. Badan air
b. Kawasan hutan lindung
c. Cagar alam
d. Kawasan Cagar Budaya
2. Kawasan Budi Daya
a. Kawasan hutan
produksi
b. Kawasan pertanian
c. Kawasan pariwisata
d. Kawasan permukiman
e. Kawasan pertahanan
dan keamanan
Rencana kawasan strategis
Kabupaten:
kawasan sentra produksi
agropolitan Jakabaya
Arahan kawasan strategis Kabupaten
Arahan Rencana Struktur Ruang
Arahan Rencana Pola Ruang
Pengembangan kawasan agropolitan
Jakabaya sudah sesuai dengan rencana tata
ruang Kabupaten Banjarnegara.
6. Identifikasi Kondisi Lingkungan Hidup
1. Topografi berada pada kelerengan 15-40% dan >40%.
2. Jenis Tanah Latosol,memiliki unsur hara yang tinggi
3. Klimatologi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi <
2.750 - > 5.250 mm/tahun
Cocok untuk pengembangan kegiatan pertanian di
Jakabaya. Sesuai untuk usaha pertanian, kebun
campuran, pertanian sayur-sayuran dan hutan
Didominasi kawasan rawan bencana longsor.
Ketentuan diperbolehkan bersyarat
pengembangan kegiatan wisata alam dan fasilitas pendukungnya
dengan memperhatikan kaidah pelestarian lingkungan;
pertumbuhan dan penyebaran sarana prasarana perdagangan
dan jasa sebagai pendukung fungsi permukiman dengan tidak
mengganggu fungsi kawasan lindung;
kegiatan budi daya non terbangun dengan memperhatikan
mitigasi bencana dan kaidah pelestarian lingkungan; dan
pengembangan sistem jaringan prasarana dengan
memperhatikan kondisi Kawasan rawan bencana gerakan tanah.
No
Kecamat
an
Kelas Kemampuan Lahan
I II III IV V VI VII VIII
1
Pejawara
n
- -
5551.4
3
- - - - -
2
Karangko
bar
- 148.85 855.94
3690.
23
- - - -
3 Batur
174.9
2
-
3790.5
9
266.9
3
- - - 815.29
4
Wanayas
a
608.9
7
1443.5
5
3253.9
7
2930.
56
- - 19.63 -
Total (Ha)
783.8
9
1,592.4
13,451.
93
6,887.
72
- - 19.63 815.29
Daya Dukung Air (DDA) = Ketersediaan Air
(SA) / Kebutuhan Air (DA) = 229.072.848,33
/ 158.196.527
= 1,45 (SEDANG)
Kecamatan
Luas
Wilayah
(Ha)
Luas
Banguna
n (LB)
Luas Lahan
Infrastruktu
r (LTp)
Luas Lahan
Terbangun
(LTb)
DDLB
Status
DDLB
Pejawaran 5568,50 296.98 59.40 356.37 9.35 Baik
Karangkob
ar
4045,90 288.26 57.65 345.91 8.14 Baik
Batur 5077,10 237.19 47.44 284.63 10.64 Baik
Wanayasa 9048,78 278.61 55.72 334.33 14.82 Baik
Jumlah 23,740.28 1,101.04 220.21 1,321.24 42.95 Baik
Fisik Dasar
Kerawanan Bencana
Kemampuan Lahan
Daya Dukung Lahan Terbangun
Daya Dukung Air
7. a. Tanaman sayuran : bawang daun, bawang merah,
bawang putih, kacang merah, kentang, kubis, dan wortel.
b. Buah-buahan : pepaya dan pisang.
c. Perkebunan : kopi robusta, teh, dan tembakau.
d. Peternakan : sapi, kambing, domba.
Identifikasi Komoditas Pertanian Kawasan
a. Tanaman pangan : padi sawah, jagung, ubi
kayu, kacang tanah, ubi jalar
b. Tanaman sayuran : bawang daun, bawang putih,
buncis,cabai besar, cabai rawit, kentang, kubis, labu
siam, petsai, dan terung..
c. Biofarmaka : jahe, kencur, dan kunyit.
d. Perkebunan : kopi robusta, teh, dan tembakau.
e. Peternakan : sapi, kambing, domba.
a. Tanaman pangan : padi sawah, jagung, ubi kayu, dan kacang
tanah
b. Tanaman sayuran: bawang daun, bawang putih, buncis, cabai
besar, cabai rawit, kubis, petsai, terung, dan tomat.
c. Biofarmaka : jahe, kapulaga, dan kunyit.
d. Perkebunan : kelapa dalam, kopi robusta, dan teh.
Kecamatan Batur
Kecamatan Pejawaran
Kecamatan Karangkobar
Kecamatan Wanayasa
a. Tanaman pangan : padi sawah, jagung, ubi kayu,
kedelai, dan ubi jalar.
b. Tanaman sayuran : bawang daun, buncis, cabai besar,
cabai rawit, kentang, kubis, tomat, dan wortel.
c. Buah-buahan : duku, durian, jambu biji, manggis,
pepaya, pisang, dan salak.
d. Perkebunan : kelapa dalam, kopi robusta, teh, dan
tembakau.
e. Peternakan : sapi, kambing, domba.
Peta Komoditas Pertanian
8. No.
Komoditas
Pertanian
KPP KPPW PB LQ Tipologi Klassen
A. HORTIKULTURA
2. Cabai Besar Lambat Berdaya Saing -0,02 Mundur - - -
3. Cabai Rawit Lambat Berdaya Saing 0,09 Progresif - - -
4. Kentang Lambat Berdaya Saing 0,01 Progresif 0,06 Non Basis Komoditas Potensial
5. Kubis Cepat Berdaya Saing 0,05 Progresif 0,07 Non Basis Komoditas Potensial
6. Tomat Lambat Berdaya Saing 0,07 Progresif - - -
B. BUAH-BUAHAN
1. Durian Lambat Berdaya Saing 0,13 Progresif - - -
2. Pisang Lambat Berdaya Saing 0,05 Progresif 117,08 Basis Komodias Unggulan
3. Pepaya Cepat Berdaya Saing 0,00 Progresif 0,04 Non Basis Komoditas Potensial
4. Salak Lambat Berdaya Saing -0,02 Mundur - - -
5. Jeruk Siam Lambat Berdaya Saing 0,13 Progresif - - -
C. PERKEBUNAN
1. Kelapa Lambat Berdaya Saing 1,12 Progresif - - -
2. Kopi Lambat Berdaya Saing 2,47 Progresif - - -
3. Teh Cepat Berdaya Saing 1,16 Progresif 24,18 Basis Komodias Unggulan
4. Tembakau
Cepat
Tidak Berdaya
Saing 1,56 Progresif 0,71 Non Basis Komoditas Potensial
D. PETERNAKAN
1. Sapi Cepat Berdaya Saing 1,22 Progresif 0,61 Non Basis Komoditas Potensial
2. Kambing Lambat Berdaya Saing 1,11 Progresif - - -
3. Domba Cepat Berdaya Saing 0,80 Progresif 0,17 Non Basis Komoditas Potensial
Komoditas Maju Tapi Tertekan Komoditas Unggulan
Teh
Pisang
Komoditas Terbelakang Komoditas Potensial
- Kentang
Kubis
Pepaya
Tembakau
Sapi
Domba
Analisis Penentuan Komoditas Pertanian Unggulan
Menggunakan metode
analisis LQ dan
Shift&Share
Berdasarkan analisis yang dilakukan, berikut hasil dari penentuan tipologi dari masing-masing
kecamatan. Adapun keterangan dari tipologi klassen adalah sebagai berikut:
Komoditas unggulan jika nilai LQ > 1 dan PB > 0
Komoditas maju tapi tertekan jika LQ < 1 dan PB > 0
Komoditas potensial jika LQ > 1 dan PB < 1
Komoditas tertinggal jika LQ < 1 dan PB < 1.
Kecamatan Batur
9. Komoditas Maju Tapi Tertekan Komoditas Unggulan
Cabai Besar Jagung
Ubi Kayu
Durian
Sapi
Komoditas Terbelakang Komoditas Potensial
Cabai Rawit
Kubis
Tomat
Pisang
Salak
Padi Sawah
Kacang Tanah
Jeruk Siam
Kopi
Teh
Kambing
Domba
Kecamatan Karangkobar
No. Komoditas Pertanian KPP KPPW PB LQ Tipologi Klassen
A. TANAMAN PANGAN
1. Padi Sawah Cepat Berdaya Saing 0,89 Progresif 0,83 Non Basis Komoditas Potensial
2. Jagung Cepat Berdaya Saing 0,94 Progresif 1,32 Basis Komoditas Unggulan
3. Ubi Kayu Cepat Berdaya Saing 0,95 Progresif 3,11 Basis Komoditas Unggulan
4. Kacang Tanah Cepat Berdaya Saing 2,06 Progresif 0,41 Non Basis Komoditas Potensial
5. Ubi Jalar Lambat Berdaya Saing 2,59 Progresif - -
B. HORTIKULTURA
1. Cabai Besar
Lambat Berdaya Saing -0,13 Mundur 1,04 Basis
Komoditas Maju Tapi
Tertekan
2. Cabai Rawit Lambat Berdaya Saing -0,02 Mundur 0,53 Non Basis Komoditas Tertinggal
3. Kentang Lambat Berdaya Saing -0,10 Mundur - -
4. Kubis Lambat Berdaya Saing -0,06 Mundur 0,53 Non Basis Komoditas Tertinggal
5. Tomat Lambat Berdaya Saing -0,04 Mundur 0,47 Non Basis Komoditas Tertinggal
C. BUAH-BUAHAN
1. Durian
Lambat Berdaya Saing 0,02 Progresif
264,6
7 Basis Komoditas Unggulan
2. Pisang Lambat Berdaya Saing -0,06 Mundur 0,30 Non Basis Komoditas Tertinggal
3. Pepaya Lambat Berdaya Saing -0,11 Mundur - -
4. Salak
Lambat
Tidak Berdaya
Saing -0,13 Mundur 0,36 Non Basis Komoditas Tertinggal
5. Jeruk Siam Lambat Berdaya Saing 0,02 Progresif 0,05 Non Basis Komoditas Potensial
D. PERKEBUNAN
1. Kelapa Lambat Berdaya Saing 1,01 Progresif - -
2. Kopi Cepat Berdaya Saing 2,36 Progresif 0,14 Non Basis Komoditas Potensial
3. Teh Cepat Berdaya Saing 1,05 Progresif 0,33 Non Basis Komoditas Potensial
4. Tembakau Lambat Berdaya Saing 1,45 Progresif - -
E. PETERNAKAN
1. Sapi
Cepat
Tidak Berdaya
Saing 1,11 Progresif 1,30 Basis Komoditas Unggulan
2. Kambing
Cepat
Tidak Berdaya
Saing 1,00 Progresif 0,19 Non Basis Komoditas Potensial
10. Kecamatan Pejawaran
No. Komoditas Pertanian KPP KPPW PB LQ Tipologi Klassen
A. TANAMAN PANGAN
1. Padi Sawah Cepat Berdaya Saing 0,89 Progresif 6,98 Basis Komoditas Unggulan
2. Jagung Cepat Berdaya Saing 0,94 Progresif 0,83 Basis Komoditas Unggulan
3. Ubi Kayu Cepat Berdaya Saing 0,95 Progresif 4,10 Basis Komoditas Unggulan
4. Kacang Tanah Cepat Tidak Berdaya Saing 2,06 Progresif 1,23 Basis Komoditas Unggulan
5. Ubi Jalar Cepat Berdaya Saing 2,59 Progresif 0,28 Basis Komoditas Unggulan
B. HORTIKULTURA
1. Cabai Besar Lambat Tidak Berdaya Saing -0,13 Mundur 0,10 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
2. Cabai Rawit Cepat Tidak Berdaya Saing -0,02 Mundur 0,06 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
3. Kentang Lambat Tidak Berdaya Saing -0,10 Mundur 0,09 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
4. Kubis Cepat Tidak Berdaya Saing -0,06 Mundur 0,10 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
5. Tomat Cepat Tidak Berdaya Saing -0,04 Mundur 0,04 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
C. BUAH-BUAHAN
1. Durian Lambat Berdaya Saing 0,02 Mundur - -
2. Pisang Cepat Tidak Berdaya Saing -0,06 Mundur 0,50 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
3. Pepaya Lambat Berdaya Saing -0,11 Mundur - -
4. Salak Lambat Berdaya Saing -0,13 Mundur 36,53 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
5. Jeruk Siam Lambat Berdaya Saing 0,02 Mundur - -
D. PERKEBUNAN
1. Kelapa Lambat Berdaya Saing 1,01 Progresif - -
2. Kopi Cepat Tidak Berdaya Saing 2,36 Progresif 0,54 Basis Komoditas Unggulan
3. Teh Cepat Berdaya Saing 1,05 Progresif 8,29 Basis Komoditas Unggulan
4. Tembakau Cepat Tidak Berdaya Saing 1,45 Progresif 0,05 Basis Komoditas Unggulan
E. PETERNAKAN
1. Sapi Cepat Tidak Berdaya Saing 1,11 Progresif 0,70 Basis Komoditas Unggulan
2. Kambing Cepat Berdaya Saing 1,00 Progresif 1,12 Basis Komoditas Unggulan
3. Domba Cepat Tidak Berdaya Saing 0,69 Mundur 0,28 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
Komoditas Maju Tapi Tertekan Komoditas Unggulan
- Padi Sawah
Jagung
Ubi Kayu
Kacang Tanah
Ubi Jalar
Kopi
Teh
Tembakau
Sapi
Kambing
Komoditas Terbelakang Komoditas Potensial
- Cabai Besar
Cabai Rawit
Kentang
Kubis
Tomat
Pisang
Salak
Domba
11. Kecamatan Wanayasa
No.
Komoditas
Pertanian
KPP KPPW PB LQ Tipologi Klassen
A. TANAMAN PANGAN
1. Padi Sawah Cepat Berdaya Saing 0,69 Progresif 2,49 Basis Komoditas Unggulan
2. Jagung Cepat Berdaya Saing 0,74 Progresif 1,51 Basis Komoditas Unggulan
3. Ubi Kayu Cepat Berdaya Saing 0,75 Progresif 2,20 Basis Komoditas Unggulan
4. Kacang Tanah Lambat Berdaya Saing 1,86 Progresif - - -
5. Ubi Jalar
Cepat
Tidak Berdaya
Saing 2,39 Progresif 0,11 Non Basis Komoditas Potensial
B. HORTIKULTURA
1. Cabai Besar
Lambat
Tidak Berdaya
Saing
-
0,33 Mundur 1,59 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
2. Cabai Rawit
Lambat Berdaya Saing
-
0,22 Mundur 1,37 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
3. Kentang
Lambat Berdaya Saing
-
0,30 Mundur 0,50 Non Basis Komoditas Tertinggal
4. Kubis
Lambat Berdaya Saing
-
0,26 Mundur 0,18 Non Basis Komoditas Tertinggal
5. Tomat
Lambat Berdaya Saing
-
0,24 Mundur 2,61 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
C. BUAH-BUAHAN
1. Durian
Lambat Berdaya Saing
-
0,18 Mundur - -
2. Pisang
Lambat Berdaya Saing
-
0,26 Mundur 1,32 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
3. Pepaya
Lambat
Tidak Berdaya
Saing
-
0,31 Mundur 19,79 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
4. Salak
Cepat
Tidak Berdaya
Saing
-
0,33 Mundur 1,55 Basis Komoditas Maju Tapi Tertekan
5. Jeruk Siam
Lambat Berdaya Saing
-
0,18 Mundur - -
D. PERKEBUNAN
Komoditas Maju Tapi Tertekan Komoditas Unggulan
Cabai Besar
Cabai Rawit
Tomat
Pisang
Pepaya
Salak
Padi Sawah
Jagung
Ubi Kayu
Kelapa
Komoditas Terbelakang Komoditas Potensial
Kentang
Kubis
Ubi Jalar
Kopi
Teh
Tembakau
Sapi
Kambing
Domba
19. Komoditas
Unggulan
Hulu Hilir Olahan Foto produk
Kentang
grade A
Lokal dan
Jawa Barat
Jabodetabek
melalui
tengkulak
Keripik
kentang luar
Jawa
Keripik Kentang
Kentang
sayur
Lokal Pasar lokal Belum Ada
Kubis dan
Wortel
Lokal dan
menyemai
sendiri (petani)
Pasar Batur,
Pekalongan,
Jabodetabek
Belum ada
Pepaya Petani
Pasar Batur dan
sekitar (masih
dalam Kabupaten
Banjarnegara)
Belum Ada
Carica Lokal
Outlet di
Kecamatan Batur
dan Wonosobo
(dalam bentuk
mentah dan
olahan)
Manisan carica
Domba
Lokal dan
bantuan dari
pemerintah
pusat
Lokal hingga
nasional
Belum
maksimal,
olahan bulu
domba
Sapi Lokal
Lokal hingga
nasional
Belum Ada
Sistem Agribisnis di Kecamatan
Batur
Sistem Agribisnis di Kecamatan
Pejawaran
20. Sistem Agribisnis di Kecamatan
Karangkobar
Sistem Agribisnis di Kecamatan
Wanayasa
Komoditas
Unggulan
Hulu Hilir Olahan Foto Produk
Padi Lokal
Kabupaten
Banjarnegara
Beras
Ubi kayu Lokal
Outlet oleh-oleh
dan online
Klathak
Ubi jalar Lokal
Pasar
Karangkobar dan
sekitarnya
Belum Ada
Cabai rawit,
Tomat,
Kubis, Buncis
Lokal
Purwokerto,
Pekalongan,
Jabodetabek,
dan pasar lokal
Belum Ada
Pisang Lokal
Pasar lokal dan
sekitar (masih
dalam wilayah
Banjarnegara),
outlet lokal, dan
online
Cepiring
pisang
manis, sale
pisang
gulung, sale
pisang
crispy, dan
keripik
pisang
Salak Lokal
Pasar lokal,
wilayah
Banjanegara,
hingga keluar
wilayah
Banjarnegara
Belum Ada
Kopi
Bantuan
dari
pemerintah
Banjarnegara,
Wonosobo,
Purwokerto,
Yogyakarta,
Jabodetabek,
Semarang, dan
online
Kopi Bubuk
Kemasan
Teh Lokal PT Pagilaran
Belum Ada,
dijual berupa
pucuk teh
Sapi Lokal
Lokal
Banjarnegara
hingga nasional
Belum Ada
Domba Lokal
Lokal
Banjarnegara
Belum Ada
Komoditas
Unggulan
Hulu Hilir Olahan Foto Produk
Padi Lokal
Kabupaten
Banjarnegara
Beras
Ubi kayu Lokal
Outlet oleh-oleh
dan online
Klathak
Ubi jalar Lokal
Pasar
Wanayasa dan
sekitarnya
Belum Ada
Kentang Lokal
Pasar lokal,
Pekalongan,
dan
Jabodetabek
Keripik
kentang
Cabai besar
dan cabai rawit
Lokal
Purwokerto,
Pekalongan,
Jabodetabek,
Sulawesi, dan
pasar lokal
Belum Ada
Kubis dan
Wortel
Lokal
Purwokerto,
Pekalongan,
Jabodetabek,
dan pasar lokal
Belum Ada
Kelapa Lokal
Lokal,
Pekalongan,
Jabodetabek
Sabut
kelapa
Kopi
Bantuan dari
pemerintah
Banjarnegara,
Wonosobo,
Purwokerto,
Yogyakarta,
Jakarta,
Semarang, dan
online
Kopi Bubuk
Kemasan
Teh Lokal PT. Pagilaran
Belum Ada,
dijual
berupa
pucuk teh
Sapi Lokal
Lokal hingga
nasional
Belum Ada
Domba Lokal
Lokal hingga
nasional
Belum Ada
Kambing Lokal
Lokal hingga
nasional
Belum Ada
21. Prasarana dan Sarana Penunjang Kawasan Agropolian
Jakabaya
No. Prasarana dan
Sarana
Kondisi Eksisting Kebutuhan
Pengembangan
1. Prasarana dan
Sarana Khusus
Penunjang
Agropolitan
a. Jaringan Jalan Terdapat jaringan jalan yang
merata, mulai dari jalan kolektor,
lokal, hingga lingkungan. Masih
terdapat kerusakan jalan pada
jalan lokal dan lingkungan
Perlu pemeliharaan
jaringan jalan, baik kolektor,
lokal, maupun lingkungan
b. Jaringan
sumber daya
air
Jaringan irigasi mulai dari
jaringan primer, sekunder, dan
tersier
Bangunan sumber daya air
berupa embung pada 4 desa.
Masih perlu adanya
pengembangan jaringan
irigasi
Masih perlu
penambahan embung
c. Jalan usaha
tani (JUT)
Keberadaan jala usaha tani
sudah merata, tetapi belum
semuanya dalam kondisi yang
layak
Perlu pemeliharaan
jalan usaha tani yang
sudah ada
Perlu pembangunan
jalan usaha tani yang masih
belum layak
d. Sarana
perdagangan
Keberadaan sarana
perdagangan sudah cukup merata
Pengaturan sistem
perdagangan yang
mendukung kegiatan
pertanian, yakni
pembangunan sub terminal
agribisnis (STA)
e. Sarana
Keuangan
Keberadaan koperasi masih
minim
Perlu pengembangan
koperasi untuk membantu
permodalan petani
No. Prasarana dan Sarana Kondisi Eksisting Kebutuhan Pengembangan
2. Prasarana Umum
a. Jaringan Energi
Kelistrikan
Terdapat
pembangkit tenaga
listrik di Kecamata
Batur
Sudah terjangkau
jaringan transmisi
tenaga listrik
Pemeliharaan jaringan
listrik dan penyediaan
suppy listrik sesuai
dengan kebutuhan
b. Jaringan Telekomunikasi Telah dilayani
jaringan tetap dan
bergerak
Pemeliharaan jaringan
dan perluasan jaringan
hingga merata di
seluruh desa
c. Jaringan Persampahan Terdapat TPA Batur,
TPS3R, dan TPS di
seluruh kecamatan
Masih ada
pengelolaan
sampah secara
konvensional
Pemeliharaan dan
pengembangan
jaringan persampahan
3. Sarana Kesejahteraan
Sosial
a. Sarana Pendidikan Sudah terdapat
sarana pendidikan
TK hingga SMA
Jumlah sekolah
menengah masih perlu
ditambahkan
b. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan
tertinggi berupa
puskesmas
Perlu peningkatan
sarana kesehatan
berupa rumah sakit
c. Sarana Peribadatan Keberadaan sarana
peribadatan sudah
cukup memadai
Pemeliharaan kualitas
sarana peribadatan
22. Fasilitasi Pemerintah Pusat dan Daerah
1. Kartu Tani
Kartu Tani merupakan
alat transaksi berupa
kartu debit seperti ATM
yang difungsikan
sebagai sarana untuk
melakukan penebusan
pupuk subsidi bagi
petani. Melalui
penerbitan Kartu Tani
tersebut juga
dimaksudkan untuk
membudayakan
transaksi non tunai di
masyarakat.
2. UPLAND Project
Proyek UPLAND merupakan kegiatan pertanian dari
Kementerian Pertanian di dataran tinggi yang
komprehensif, mulai dari pengembangan on-farm
sampai off-farm. UPLAND bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas pertanian dan
pendapatan petani.
3. Pelatihan Ketrampilan Petani dan
Pengolahan Hasil Panen
Fasilitasi baik dari Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah daerah berupa pelatihan pada
sistem produksi untuk meningkatkan
produktivitas serta pengolahan hasil panen
untuk meningkatkan nilai jual komoditas.
Permasalahan
Kuota bibit, pupuk, dan pestisida menurun
Kartu Tani belum merata, petani banyak
mengalami kendala dalam penggunaannya
UPLAND project belum ada di Kecamatan
Wanayasa dan Karangkobar
Hasil pelatihan dan sosialisasi tidak diterapkan
pada
23. Penentuan Kawasan Agropolitan Jakabaya
Penentuan kawasan agropolitan dilakukan dengan menggunakan acuan dari Pedoman Umum
Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pedoman Program Rintisan Pengembangan Kawasan
Agropolitan, 2022.
No. Indikator
Pra
Kawasa
n
Agropoli
tan I
(KSP)
Pra
Kawasan
Agropolita
n II
(Kota
Tani)
Kawasan
Agropolita
n
(Kota Tani
Utama)
1. Komoditi Unggulan
A B C
A. Satu jenis komoditi
B. Lebih dari 1 jenis komoditi
C. Komoditi unggulan & produk olahannya
2. Kelembagaan Pasar
A B C
A. Menampung hasil dari sebagian kecil
kawasan
B. Menampung hasil dari sebagian besar
kawasan
C. Menampung hasil dari kawasan
Agropolitan dan luar kawasan
3. Kelembagaan petani
A B C
A. Berperan dalam penyediaan sarana
pertanian dan sebagian kecil dalam
pengolahan dan pemasaran
B. Berperan dalam penyediaan sarana
pertanian, pengolahan, dan pemasaran
C. Berperan dalam penyediaan sarana
pertanian, pengolahan, dan pemasaran
kebutuhan masyarakat
No. Indikator
Pra
Kawasa
n
Agropolit
an I
(KSP)
Pra
Kawasan
Agropolitan
II
(Kota Tani)
Kawasan
Agropolitan
(Kota Tani
Utama)
4. Kelembagaan BPP
A B C
A. BPP sebagai Balai Penyuluhan Pertanian
B. BPP sebagai Balai Penyuluhan Agribisnis
C. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pembangunan
5. Sarana dan Prasarana
A B C
5.1 Aksesibilitas ke/di sentra produksi
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.2 Prasarana dan sarana umum
A B C
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.3 Prasarana dan sarana kesejahteraan
sosial
A B C
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
24. No. Indikator
Pra
Kawasan
Agropolita
n I (KSP)
Pra
Kawasan
Agropolita
n II
(Kota Tani)
Kawasan
Agropolitan
(Kota Tani
Utama)
1. Komoditi Unggulan
√
A. Satu jenis komoditi
B. Lebih dari 1 jenis komoditi
C. Komoditi unggulan & produk
olahannya
2. Kelembagaan Pasar
√
A. Menampung hasil dari sebagian
kecil kawasan
B. Menampung hasil dari sebagian
besar kawasan
C. Menampung hasil dari kawasan
Agropolitan dan luar kawasan
3. Kelembagaan petani
√
A. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian dan sebagian
kecil dalam pengolahan dan
pemasaran
B. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian, pengolahan, dan
pemasaran
C. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian, pengolahan, dan
pemasaran kebutuhan masyarakat
4. Kelembagaan BPP
√
A. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pertanian
B. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Agribisnis
C. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pembangunan
5. Sarana dan Prasarana
√
5.1 Aksesibilitas ke/di sentra produksi
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.2 Prasarana dan sarana umum
√
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.3 Prasarana dan sarana
kesejahteraan sosial
√
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
Skor 3 2 2
No. Indikator
Pra
Kawasan
Agropolita
n I (KSP)
Pra
Kawasan
Agropolita
n II
(Kota Tani)
Kawasan
Agropolitan
(Kota Tani
Utama)
1. Komoditi Unggulan
√
A. Satu jenis komoditi
B. Lebih dari 1 jenis komoditi
C. Komoditi unggulan & produk
olahannya
2. Kelembagaan Pasar
√
A. Menampung hasil dari sebagian
kecil kawasan
B. Menampung hasil dari sebagian
besar kawasan
C. Menampung hasil dari kawasan
Agropolitan dan luar kawasan
3. Kelembagaan petani
√
A. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian dan sebagian
kecil dalam pengolahan dan
pemasaran
B. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian, pengolahan, dan
pemasaran
C. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian, pengolahan, dan
pemasaran kebutuhan masyarakat
4. Kelembagaan BPP
√
A. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pertanian
B. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Agribisnis
C. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pembangunan
5. Sarana dan Prasarana
√
5.1 Aksesibilitas ke/di sentra produksi
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.2 Prasarana dan sarana umum
√
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.3 Prasarana dan sarana
kesejahteraan sosial
√
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
Skor 3 3 1
Kecamatan
Batur
Kecamatan Pejawaran
25. No. Indikator
Pra
Kawasan
Agropolita
n I (KSP)
Pra
Kawasan
Agropolita
n II
(Kota Tani)
Kawasan
Agropolitan
(Kota Tani
Utama)
1. Komoditi Unggulan
√
A. Satu jenis komoditi
B. Lebih dari 1 jenis komoditi
C. Komoditi unggulan & produk
olahannya
2. Kelembagaan Pasar
√
A. Menampung hasil dari sebagian
kecil kawasan
B. Menampung hasil dari sebagian
besar kawasan
C. Menampung hasil dari kawasan
Agropolitan dan luar kawasan
3. Kelembagaan petani
√
A. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian dan sebagian
kecil dalam pengolahan dan
pemasaran
B. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian, pengolahan, dan
pemasaran
C. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian, pengolahan, dan
pemasaran kebutuhan masyarakat
4. Kelembagaan BPP
√
A. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pertanian
B. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Agribisnis
C. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pembangunan
5. Sarana dan Prasarana
√
5.1 Aksesibilitas ke/di sentra produksi
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.2 Prasarana dan sarana umum
√
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.3 Prasarana dan sarana
kesejahteraan sosial
√
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
Skor 3 3 1
No. Indikator
Pra
Kawasan
Agropolita
n I (KSP)
Pra
Kawasan
Agropolita
n II
(Kota Tani)
Kawasan
Agropolitan
(Kota Tani
Utama)
1. Komoditi Unggulan
√
A. Satu jenis komoditi
B. Lebih dari 1 jenis komoditi
C. Komoditi unggulan & produk
olahannya
2. Kelembagaan Pasar
√
A. Menampung hasil dari sebagian
kecil kawasan
B. Menampung hasil dari sebagian
besar kawasan
C. Menampung hasil dari kawasan
Agropolitan dan luar kawasan
3. Kelembagaan petani
√
A. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian dan sebagian
kecil dalam pengolahan dan
pemasaran
B. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian, pengolahan, dan
pemasaran
C. Berperan dalam penyediaan
sarana pertanian, pengolahan, dan
pemasaran kebutuhan masyarakat
4. Kelembagaan BPP
√
A. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pertanian
B. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Agribisnis
C. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pembangunan
5. Sarana dan Prasarana
√
5.1 Aksesibilitas ke/di sentra produksi
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.2 Prasarana dan sarana umum
√
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.3 Prasarana dan sarana
kesejahteraan sosial
√
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
Skor 3 2 2
N
o.
Kecamatan KSP KT KTU
1. Batur 3 2 2
2. Pejawaran 3 3 1
3. Karangkobar 3 3 1
4. Wanayasa 3 3 1
Kecamatan
Karangkobar
Kecamatan Wanayasa
Kecamatan Batur : kawasan sentra
produksi (KSP)
Kecamatan Pejawaran : kawasan
sentra produksi (KSP) dan kota
tani (KT)
Kecamatan Karangkobar : kawasan
sentra produksi (KSP) dan kota
tani (KT)
Kecamatan Wanayasa : kawasan
sentra produksi (KSP) dan kota
tani (KT).
Rekapitulasi Hasil Penilaian
26. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kawasan
Agropolitan Jakabaya
“BANJARNEGARA MAJU BERBASIS
PERTANIAN”
Visi RPJPD Kabupaten Banjarnegara 2005-2005 Tujuan Penataan Ruang
mewujudkan ruang Kabupaten berbasis pertanian,
pariwisata, dan sektor unggulan lainnya serta mitigasi
bencana dalam sistem Wilayah terpadu dan berkelanjutan
Tujuan Pengembangan Kawasan Agropolitan Jakabaya
“Mewujudkan Kawasan Agropolitan Jakabaya yang Terpadu dan Berkelanjutan sebagai
Roda Unggulan Perekonomian Wilayah Banjarnegara”
1. meningkatnya produktivitas pertanian
2. meningkatnya kualitas sumber daya manusia
3. meningkatnya kualitas sarana dan prasarana
4. meningkatnya kualitas kelembagaan
5. meningkatnya dukungan terhadap kegiatan
agropolitan
6. meningkatnya kualitas sistem pemasaran.
Sasaran:
27. Sasaran 1 : Meningkatnya produkivitas pertanian
Strategi:
a.peningkatan kualitas bibit dari komoditas pertanian
b.peningkatan kemudahan akses petani terhadap bibit
dan pupuk
c.pengembangan sistem pertanian monokultur pada
lahan yang berpotensi over supply
d.peningkatan kegiatan pengolahan pasca panen
Sasaran 2 : Meningkatnya Kualitas Sumber Daya
Manusia
strategi:
a.pengembangan ketrampilan pelaku usaha pertanian
melalui pelatihan dan penyuluhan rutin
b.peningkatan pendidikan formal dan non formal bagi
masyarakat
Sasaran 3 : Meningkatnya Kualitas Sarana dan
Prasarana
strategi:
a.peningkatan kualitas jaringan irigasi
b.peningkatan kualitas jalan usaha tani
c.peningkatan sarana pengangkutan hasil panen
Sasaran 4 : Meningkatnya Kualitas
Kelembagaan
strategi:
a. peningkatan peran serta seluruh stake holder
b. penguatan sistem kelembagaan agopolitan
Sasaran 5 : Meningkatnya Dukungan
Pendanaan Terhadap Kegiatan Agropolitan
strategi:
a. pengembangan fasilitasi dan program
pengembangan agropolitan
b. penguatan pendanaan bagi kegiatan pertanian
Sasaran 6 : Meningkatnya Kualitas Sistem
Pemasaran
strategi:
a. pengembangan sistem informasi pemasaran
hasil panen
b. pengoptimalan mata rantai pemasaran hasil
panen
c. pengintegrasian kegiatan agropolitan dengan
agrowisata dalam pemasaran hasil pertanian.
Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Jakabaya
28. KS
P
KS
P
KS
P
Konsep Struktur dan Pola Ruang Kawasan
Agropolitan Jakabaya
Kecamatan Wanayasa sebagai Kota Tani
(KT), pusat dari kawasan agropolitan
Jakabaya. Sedangkan Kecamatan Batur,
Pejawaran, dan Karangkobar sebagai
kawasan sentra produksi (KSP).
Kecamatan Kalibening, Banjarmangu,
dan Pagentan menjadi kawasan
hinterland pendukung kkawasan
agropolitan Jakabaya.
Konsep rencana pola ruang
kawasan agropolitan Jakabaya
mengikuti RTRW Kabupaten
Banjarnegara yang sudah
mengakomodir rencana
pengembangan kawasan
agropolitan.
Rencana Pola Ruang Luas (Ha)
Badan Air 325,02
Cagar Alam 48,60
Kawasan Cagar Budaya 35,47
Kawasan Hortikultura 70.714,89
Kawasan Hutan Lindung 1.612,81
Kawasan Hutan Produksi
Terbatas 21.906,49
Kawasan Hutan Produksi
Tetap 170,22
Kawasan Perkebunan 62.337,87
Kawasan Permukiman
Perdesaan 1.534,09
Kawasan Permukiman
Perkotaan 2.998,79
Konsep Struktur Kawasan Konsep Pola Ruang
29. Baperlitbang Kabupaten
Banjarnegara
Dinas
Pertanian,
Perikanan dan
Ketahanan
Pangan
Banjarnegara
Lembaga Riset
Dinas
Perindustrian,
Perdagangan,
Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan
Menengah
Kabupaten
Banjarnegara
Petani
Kelompok
Tani
Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP)
Koperasi
Lembaga Pendidikan Formal dan
Informal
Kelompok Wanita
Tani
DPUPR
Kabupaten
Banjarnegara
Pokja Agropolitan Banjarnegara
Konsep Kelembagaan
Kawasan Agropolitan
Jakabaya