SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
1Presented by Silver as & Azizul Hakim
Common law  nama yang diberikan sejak abad XII
bertumbuh kembang di Inggris dari putusan-putusan
pengadilan kerajaan.
Ungkapan common law telah dipergunakan sejak abad
ke XIII utk menyebutkan hukum inggris secara
keseluruhan sbg mukabalah kebiasaan-kebiasaan local
yang berlaku di daerah-daerah yang dikenal dengan
sebutan commune loy selama berabad-abad.
Law French digunakan oleh yuris-yuris inggris sampai
abad XVIII sebagai Bahasa hukum meskipun telah
dibuatkan undang-undang dalam law French yang
menetapkan bahwa peradilan pada pengadilan-
pengadilan kerajaan harus berlangsung dengan
menggunakan bahasa Inggris.
2Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
Common Law  sebuah “judge made law” - peradilan
hanya memainkan peranan yang sangat kecil dlm
pembentukan & perkembangan tatanan hukum romanistis.
Common Law  sebuah hukum pengadilan, pembentukan
proses pengadilan memegang peranan yang besar
sedangkan proses tersebut hanya merupakan fungsi
tambahan di dalam tatanan-tatanan hukum romanistis.
Common Law  hampir tidak mengalami proses
romanisasi, dibandingkan tatanan-tatanan hukum Eropa
continental, yang justru karenanya kita sebut tatanan-
tatanan romanistis.
3Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
Kebiasaan-kebiasaan local tidak memainkan peranan di
dalam evolusi common law, sedangkan di Eropa
continental pengaruh-pengaruh kebiasaan masih tetap
penting sampai abad XVIII.
Perundang-undangan sampai abad XIX hanya
memainkan peranan yang menunjang dalam common
law, sedangkan di Eropa continental sejak abad XIII
sampai abad XIX secara berangsur-angsur menjadi
sumber hukum terpenting.
Tatanan hukum romanistis, sebagian besar  tatanan
hukum yang dikodifikasi, sedangkan di Inggris kitab
undang-undang tetap merupakan sesuatu yang tidak
dikenal, sebagaimana hal tersebut popular di Eropa
continental.
4Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
A. HUKUM DI INGGRIS SAMPAI ABAD XII
 Sampai abad XII dan XIII sejarah hukum Inggris dapat dibandingkan
secara tepat dengan sejarah tatanan-tatanan hukum Eropa continental.
 Inggris pun merupakan bagian dari Negara Romawi sejak abad I sampai
dengan abad V, namun proses Romanisasi di dalam hukum dan institusi-
institusi boleh dibilang tidak meninggalkan bekas-bekasnya dalam periode-
periode kemudian.
 Dalam abad XII, kebiasaan tetap merupakan sumber satu-satunya hukum
Inggris, kebiasaan-kebiasaan local Anglo-sakson, kebiasaan-kebiasaan local
Anglo-sakson, kebiasaan-kebiasaan kota-kota yang baru didirikan (borough
custom), kebiasaan-kebiasaan kaum pedagang, terutama pedagang-
pedagang London.
5Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
B. SUSUNAN PENGADILAN-PENGADILAN KERAJAAN :
PROSEDUR WRIT
Raja-raja Inggris lebih dahulu berhasil untuk memantapkan
kekuasaan mereka atas wilayah Negara, dari raja-raja Perancis.
Proses ini berlangsung berbarengan dengan perluasan kekuasaan
hukum raja dengan memperkecil pengaruh pengadilan-pengadilan
kaum bangsawan (feodal) dan pengadilan-pengadilan lokal, yang
selama abad-abad XII dan XIII secara berangsur-angsur kehilangan
sebagian besar wewenang-wewenang mereka.
Perluasan wewenang yang berlangsung dengan cepat, pengadilan-
pengadilan tingkat tinggi ini dimungkinkan terlaksana oleh procede
teknis yang dipakai untuk menyelesaikan sengketa-sengketa pada
majelis-majelis hakim.
6Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
 Setiap orang yang ingin memperoleh keadilan dari sang raja,
dapat melakukannya dengan mengajukan surat permohonan kepada
raja. Kanselir, salah satu penasehat terpenting sang raja, meneliti surat
permohonan tersebut dan bilamana ia memandang layak, maka ia
mengirim atas nama raja, sebuah perintah, yang disebut
Writ kepada Sheriff, yakni wakil setempat raja, untuk memaksa
tertuduh membuat pembelaan. Jika si tertuduh menolak untuk
melakukan hal tersebut, maka berarti ia tidak menghiraukan perintah
raja dan dapat menghadap pengadilan raja untuk menjelaskan
mengapa ia tidak menghiraukan perintah tersebut. Dengan cara
demikian sengketa tersebut didaftarkan di pengadilan raja untuk
diperiksa.
Tatanan Writs ini terbentuk pada abad XII pd saat Hendrik II
(1154-1189) menjadi raja.
 Sejak abad XIII hukum di Inggris dengan demikian berkembang
berdasarkan writs, artinya berbasiskan tuntutan-tuntutan hukum,
yang mempunyai bentuk perintah-perintah kerajaan. Dalam kasus
suatu sengketa maka bagi penggugat penting bagaimana menemukan
writs yang dapat diterapkan atas kasus yang bersangkutan.
7Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
C. SUMBER-SUMBER COMMON LAW
Struktur common Law terikat pada tipe-tipe writs, sehingga tidak
memungkinkan adanya pengadilan terhadap hukum Romawi sebagai hukum pelengkap.
 Bagi kaum praktisi hukum ini merupakan preseden-preseden (kasus-kasus)
untuk membela yang sangat bermanfaat untuk membela kepentingan-kepentingan yang
dipercayakan kepada mereka, bahkan peristiwa bahwa seorang advokat berhasil
mengingatkan pengadilan bahwa sebelumnya ia telah menyelesaikan sebuah sengketa di
dalam arti tertentu, merupakan sebuah argumen penting untuk memenangkan sebuah
proses pengadilan.
 Pada tahun 1875 hakim-hakim menurut undang-undang wajib menerapkan prinsip stare
decisis (tetap menerapkan apa yang telah diputuskan sebelumnya, artinya menjunjung
tinggi preseden-preseden peradilan). Sesungguhnya wibawa preseden-preseden ini di Inggris
jauh lebih besar daripada di Eropa continental.
 Namun preseden pengadilan ini tidak bisa disebut sumber hukum murni.
karena hakim sebagai yang pertama memutuskan perselisihan tertentu, harus
mengumpulkan sendiri elemen-elemen bagi penyusunan putusan.
 Selain itu para hakim mempergunakan juga buku-buku hukum yang besar-besar , yang
biasanya disusun oleh para hakim.
8Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
D. EQUITY TERHADAP COMMON LAW (ABAD XV – XVIII)
Abad XIV dan XV terlihat sifat common Law semakin teknis, hal
itu terbatas pada sifat yg sempit & kaku tentang prosedur writ &
rutinitas para hakim. menimbulkan perselisihan-perselisihan
jenis baru, akibat dari perkembangan ekonomi & kemasyarakatan,
dlm kerangka sifat sempitnya common law waktu itu sehingga
belum siap memberikan pola penyelesaian yg cocok.
Pemikiran utk kembali mengandalkan raja selaku sumber semua
keadilan & kelayakan (fons iustitiae), telah menyebabkab pada
abad XV timbulnya sebuah pengadilan baru, ialah Court of
Chancery pada satu sisi dan sebuah prosedur baru pada sisi lain,
yakni atas nama raja, kanselir berdasarkan equity ialah keadilan
& kelayakan tanpa memperhatikan & memperhitungkan aturan-
aturan tradisional prosedur common law
9Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
Equity tersebut untuk sebagian dapat dipandang sebagai sebuah
pelengkap dan untuk sebagian lagi sebagi alat koreksi Common
Law. Dengan demikian equity ini bisa diterapkan :
Bilamana common law memperhatikan celah-celah yang
kosong, misalnya tidak ada writ untuk sebuah kasus tertentu,
yang juga tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan pergaulan
hidup.
Bilamana remedy yang disediakan oleh common law (biasanya
ganti rugi) tidak memuaskan.
Bilamana pengadilan common law dalam mengadili orang yang
terpandang di dalam masyarakat, memberikan putusan yang
tidak adil.
Bilamana pengadilan common law tidak berwenang
mengadili misalnya terhadap kaum pedangan luar negeri. 10Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
 Suatu kespesifikan tatanan hukum Inggris  peranan penting yg
dimainkan oleh Juri di dalam institusi peradilan. Asal-mulanya system
ini dpt ditelusuri kembali sampai periode kedua abad XII, dgn kata lain
sampai periode yg sama dgn terbentuknya common law.
 Jury di dlm perkara-perkara hukum baru terbentuk pada zaman
Hendrik II (1133-1189), sebagai akibat sederetan tindakan utk
menghindari apa yg disebut “godsoordelen” atau putusan-putusan
kehendak Tuhan atau setidak-tidaknya menghapuskannya.
 Tanpa menghiraukan kritik-kritik yang digelar secara
berkesinambungan, tatanan Jury di Inggris ini bertahan sampai abad
XX, Grand Jury atau Jury yg menyusun surat tuntutan
kesalahan utk semua kejahatan telah dihapus pada tahun
1933 oleh Administration of Justice Act, & untuk semua kejahatan
baru pada thn 1948 dgn criminal Justice Act.
11Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
 Sesuai dengan pendapat panutan di Inggris sampai abad XVIII dan
XIX, perundang-undangan hanya menduduki tempat kedua dalam
urut-urutan sumber-sumber hukum Inggris, setelah peradilan. Act of
statutes (undang-undang) dipandang sebagai pengecualian Common
Law, para hakim harus menafsirkan undang-undang ini secara sempit.
 Pandangan ini nampaknya semakin lama terdesak dengan meluasnya
peranan pembuat undang-undang terutama dalam abad XX ini.
Sedangkan Common law tetap tradisional, konservatif,
perundang-undangan lebih memperhatikan tujuan-tujuan social. Di
bawah pengaruh pemerintah Partai Buruh yang berkuasa di Inggris.,
secara berturut-turut, maka Negara makin lama makin terlibat dalam
permasalahan-permasalahan ekonomi dan social dalam arti
perkembangan kearah penciptaan sebuah welfare state (Negara
kesejahteraan).
12Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
Meskipun perundang-undangan di Inggris telah sejak lama
dipandang hanya sebagai tambahan pada peradilan,
kendatipun susunan parlemen yang semakin lama semakin
demokratis, namun dalam abad XIX dan terutama dalam
abad XX ia memperhatikan suatu ekspansi yang luar
biasa.
Melalui jalur perundang-undangan (Act tahun 1832-1833
dan 1873-1875), telah diadakan perubahan-perubahan
mendasar di dalam susunan peradilan dan oleh sebab itu
reformasi di dalam hukum acara dan hubungan serta
perimbangan timbal balik antara Common Law dan
Equity. Begitu pula dengan cara yang sama, terutama
setelah tahun 1945, telah diberlakukan suatu hukum sosial
yang sama sekali baru, walaupun dalam jumlah yang kecil.
13Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
Kendatipun peranan besar yang dimainkan oleh perundang-
undangan, namun tetap saja Inggris merupakan sebuah
negara tanpa undang-undang dasar dan tanpa kitab
undang-undang.
Constitusional Law Inggris bertumpu pada kebiasaan
dan pada preseden-preseden, maupun pada beberapa
naskah undang-undang, seperti halnya beberapa ketentuan
magna Charta tahun 1215, Bill of Right tahun 1689 dan Act of
Union antara Inggris dan Skotlandia (tahun 1707), Namun
sama sekali tidak ada naskah, yang di dalamnya dimasukkan
keseluruhan kententuan-ketentuan konstitusi, sebagaimana
halnya undang-undang dasar Amerika Serikat dan banyak
negara-negara Eropa dan bukan Eropa.
14Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
Namun bagaimanapun juga di Inggris belum pernah
membuat kitab-kitab undang-undang. Paling tidak
telah disusun apa yang disebut consolidation undang-
undang yang sudah ada, antara lain di dalam periode
1852-1863 dan beberapa materi terbatas
dikodifikasikan seperti Sale of Goods Act (tahun 1893),
sejenis kodeks kontrak jual-beli, Bankruptcy Act tahun
1914, dan seterusnya. Yang dimaksud dengan kodifikasi
di Inggris adalah sebuah undang-undang, yang di
dalamnya telah dikonsolidasikan bukan hanya undang-
undang yang berlaku sejak dahulu, melainkan juga
Case Law. Consolidations dan Codifications dilakukan
atas prakarsa Law Commision.
15Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
SADAR akan keunggulan tatanan hukum mereka, orang-orang Inggris
telah membawa dan sedikit dipaksakan kepada semua negara yang
mereka kuasai atau yang mereka jajah.
 Banyak wilayah yang termasuk kerajaan Inggris, tetap mengakui
kekuasaan hukum Inggris. Kanada misalnya sampai tahun 1949 dan
beberapa negara-negara lain; Selandia Baru, Hongkong dan Singapura
bahkan sampai sekarang menganggap majelis pengadilan
tertinggi yakni Judicial Commitee of the Privy Council,
yang terdiri dari 3 sampai 5 anggota-anggota House of Lords. Secara
teknis putusan-putusan instansi ini bukanlah merupakan arrest-arrest,
melainkan nasehat-nasehat bagi pemerintah. Di Inggris sendiri
mereka hanya mempunyai persuasive authority. Bagaimanapun
juga institusi ini telah berhasil menyumbangkan jasa-jasanya dalam
mempertahankan semacam kesatuan hukum antara negara-negara
Common Law.
16Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
 Amerika Serikat pun tergolong negara-negara Common Law. Common Law
di Amerika ini bukanlah dibawa kolonis Inggris. Sesungguhkan mereka
memang menuntut bahwa mereka mempunyai hak-hak yang sama seperti
orang-orang Inggris, namun hukum Inggris tersebut mereka rasakan
sebagai alat penekanan yang mengakibatkan mereka harus mengungsi.
Berdasarkan alasan-alasan ini kaum kolonis dari bagian Timur laut (New
Englad), mengingkari kekuatan mengikat common law tersebut. Sejumlah
besar koloni mengakui hal itu sebagai prinsip, namun sebenarnya mereka
mempunyai kitab-kitan undang-undang yang terkadang sangat lengkap
dan tersusun dengan baik, sehingga common law hanya berfungsi sebagai
sebagai hukum pelengkap, hanya tiga buah koloni yang secara resmi
mengakui hukum Inggris ini selama berlangsungnya periode kolonial.
 Hukum Amerika Serikat ini telah meninggalkan banyak ciri-ciri khas
Arkhais (kuno) common law dan ia mengenal banyak proses evolusi yang
lebih cepat daripada hukum Inggris. Namun, betapapun juga tetap ada
kebinekaan yang relatif besar satu dan lain karena kelimapuluh negara
bagian tersebut memiliki hukum masing-masing.
17Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
KANADA
 Di Kanada harus kita bedakan antara hukum publik yang untuk seluruh federasi
berasal dari Inggris dan hukum privat. Menyangkut hukum yang disebut terakhir
terdapat perbedaan yang tajam antara propinsi-propinsi “common Law” Inggris
dan propinsi Quibec yang sebagian besar penduduknya berbahasa Perancis.
 Sejak tahun 1949 preseden-preseden Inggris telah kehilangan kekuasaan
mengikatnya di Kanada. Sebaliknya preseden-preseden Amerika Serikat, sekalipun
tidak mengikat, maka terutama sejak dasawarsa terakhir ini telah merebut
persuasive authority yang cukup besar.
AUSTRALIA
 Sebagaimana halnya Amerika Serikat dan Kanada, Australia pun merupakan
sebuah federasi, berbasiskan sebuah undang-undang federal dan konstitusi-
konstitusi keenam negara-negara bagian. Badan-badan legislatif
federasi (Commonwealth of Australia) dan negara-negara bagian baru pada abad
XX memperoleh kemerdekaan penuh dari parlemen.
 Materi-materi hukum yang dilemparkan oleh undang-undang dasar federal kepada
federasi adalah lebih luas daripada di Amerika Serikat. Jadi, dengan demikian
hukum Australia pada umumnya dan terutama adalah hukum Inggris, bahkan
statute law sekalipun, sepanjang hal ini masih diterapkan di Australia, dari hukum
perundang-undangan federasi dan negara-negara bagian, dan dari Case Law, di
mana preseden-preseden Australia itu sendiri mempunyai kekuatan mengikat,
sedangkan pada negara-negara Common Law lainnya hanya bersifat Persuasive
authority. 18Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
SELANDIA BARU
 Berbeda dengan Amerika Serikat, Kanada dan Australia, Selandia
Baru merupakan sebuah negara kesatuan.
 Hukum Selandia baru berbasiskan hukum Inggris, termasuk aturan-
aturan yang dikembangkan oleh peradilan Equity, dan perundang-
undangan parlemen Selandia Baru, yang sejak tahun 1947 telah
berdiri sendiri sepenuhnya terlepas dari parlemen Inggris.
 Sama halnya dengan di Inggris, di Selandia baru pun tidak dijumpai
kodifikasi dalam arti yang sebenarnya. Beberapa cabang hukum,
misalnya hukum pidana, hukum dagang dan hukum perseroan
memang diatur oleh undang-undang, akan tetapi perundang-
undangan ini merupakan penambahan atau pelengkap (aanvulling)
common law yang berlaku.
 Suatu keistimewaan dari Selandia Baru ialah bahwa di sini dijumpai
instansi-instansi hukum khusus untuk menyelesaikan perselisihan-
perselisihan tertentu, di mana penduduk asli Maori terlibat.
19Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
AFRIKA SELATAN
Afrika Selatan bekas koloni Belanda yg pada awal abad XX
sepenuhnya menjadi bagian kerajaan inggris, memiliki apa
yang dikenal dengan tatanan hukum Anglo-Romawi, dalam
arti bahwa sebagai akibat dominasi Inggris, yang untuk
bagian wilayah telah berada di bawah kekuasaan Inggris sejak
awal abad XIX, pada hakekatnya termasuk negara-negara
common law, namun betapapun juga telah menganut &
mempertahankan hukum Belanda-Romawi yakni tulisan-
tulisan para yuris masa lalu sejauh tulisan-tulisan ini diakui
oleh peradilan.
Di luar sumber-sumber hukum “Eropa” maka berlaku pula
dalam jumlah besar hukum kebiasaan penduduk pribumi yang
berkulit hitam, sejauh tidak bertentangan dengan kepentingan
umum dengan ketentuan-ketentuan yang dipandang adil dan
pantas oleh para pemimpin politik 20Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
BEKAS KOLONI-KOLONI INGGRIS LAINNYA
Bekas koloni-koloni Inggris di Afrika Tengah yang pada
tahun 1960 memperoleh kemerdekaannya (Nigeria,
Kenya, Uganda, Tanzania, Zambia dan lain-lain) telah
mempertahankan common law sebagai dasar tatanan-
tatanan hukum mereka, namun setelah mereka
merdeka hal tersebut telah ditambah dan dilengkapi
pula dengan perundang-undangan, sehingga sedikit
banyak hal itu telah diubah dan disesuaikan. Hal yang
sama berlaku pula bagi bekas koloni-koloni Inggris di
benua-benua lainnya. Di Sri Langka, yang sampai
dengan awal abad XIX adalah koloni Belanda, maka
seperti halnya di Afrika Selatan masih ditemukan
bekas-bekas kaki Roman-Dutch law, terutama dalam
bidang hukum benda 21Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
22

More Related Content

What's hot

Hukum Antar Tata Hukum
Hukum Antar Tata HukumHukum Antar Tata Hukum
Hukum Antar Tata Hukum
Aji Wasesa
 
Subjek hukum internasional
Subjek hukum internasionalSubjek hukum internasional
Subjek hukum internasional
Kumala Ayu
 
P P Hukum Perdata Internasional U I B 08 2
P P  Hukum  Perdata  Internasional  U I B 08 2P P  Hukum  Perdata  Internasional  U I B 08 2
P P Hukum Perdata Internasional U I B 08 2
daron malakiano
 
Akibat Penjajahan Belanda, Perancis, Inggris,
Akibat Penjajahan Belanda, Perancis, Inggris,Akibat Penjajahan Belanda, Perancis, Inggris,
Akibat Penjajahan Belanda, Perancis, Inggris,
NY O
 

What's hot (20)

Hukum Antar Tata Hukum
Hukum Antar Tata HukumHukum Antar Tata Hukum
Hukum Antar Tata Hukum
 
Subjek hukum internasional
Subjek hukum internasionalSubjek hukum internasional
Subjek hukum internasional
 
Catatan perbandingan pidana
Catatan perbandingan pidanaCatatan perbandingan pidana
Catatan perbandingan pidana
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
HUKUM PERDATA & HUKUM DAGANG
HUKUM PERDATA & HUKUM DAGANGHUKUM PERDATA & HUKUM DAGANG
HUKUM PERDATA & HUKUM DAGANG
 
P P Hukum Perdata Internasional U I B 08 2
P P  Hukum  Perdata  Internasional  U I B 08 2P P  Hukum  Perdata  Internasional  U I B 08 2
P P Hukum Perdata Internasional U I B 08 2
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Akibat Penjajahan Belanda, Perancis, Inggris,
Akibat Penjajahan Belanda, Perancis, Inggris,Akibat Penjajahan Belanda, Perancis, Inggris,
Akibat Penjajahan Belanda, Perancis, Inggris,
 
Azas azas hukum perdata yuli
Azas azas hukum perdata yuliAzas azas hukum perdata yuli
Azas azas hukum perdata yuli
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Konsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of lawKonsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of law
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
perdata
perdataperdata
perdata
 
Bab Tata Hukum Indonesia
Bab  Tata Hukum IndonesiaBab  Tata Hukum Indonesia
Bab Tata Hukum Indonesia
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
02 hukum perdata
02 hukum perdata02 hukum perdata
02 hukum perdata
 
Phi pertemuan 6
Phi pertemuan 6Phi pertemuan 6
Phi pertemuan 6
 
Hukum dagang
Hukum   dagang Hukum   dagang
Hukum dagang
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Hukum perdata devin
Hukum perdata devinHukum perdata devin
Hukum perdata devin
 

Similar to Common law

Konstitusikekuasaaneksekutifkekuasaanlegislatifdankekuasaanyudikatif
KonstitusikekuasaaneksekutifkekuasaanlegislatifdankekuasaanyudikatifKonstitusikekuasaaneksekutifkekuasaanlegislatifdankekuasaanyudikatif
Konstitusikekuasaaneksekutifkekuasaanlegislatifdankekuasaanyudikatif
dhanx
 
Fungsi Kantor Perwakilan Diplomatik Menurut Hukum Internasional
Fungsi Kantor Perwakilan Diplomatik Menurut Hukum InternasionalFungsi Kantor Perwakilan Diplomatik Menurut Hukum Internasional
Fungsi Kantor Perwakilan Diplomatik Menurut Hukum Internasional
Sandi Wahyudi
 
Sejarah Hukum Dagang Di Indonesia.ppt
Sejarah Hukum Dagang Di Indonesia.pptSejarah Hukum Dagang Di Indonesia.ppt
Sejarah Hukum Dagang Di Indonesia.ppt
OktaviaRahayu2
 

Similar to Common law (20)

materi 2 Sejarah Perkembangan HPI.doc
materi 2 Sejarah Perkembangan HPI.docmateri 2 Sejarah Perkembangan HPI.doc
materi 2 Sejarah Perkembangan HPI.doc
 
Perbandingan hukum pidana
Perbandingan hukum pidanaPerbandingan hukum pidana
Perbandingan hukum pidana
 
Sejarah Hukum Internasional by Patar MPS
Sejarah Hukum Internasional by Patar MPSSejarah Hukum Internasional by Patar MPS
Sejarah Hukum Internasional by Patar MPS
 
Sejarah Hukum Internasional by Patar MPS
Sejarah Hukum Internasional by Patar MPSSejarah Hukum Internasional by Patar MPS
Sejarah Hukum Internasional by Patar MPS
 
Sejarah tata hukum indonesia dan politik hukum di kelompok 12.pptx
Sejarah tata hukum indonesia dan politik hukum di kelompok 12.pptxSejarah tata hukum indonesia dan politik hukum di kelompok 12.pptx
Sejarah tata hukum indonesia dan politik hukum di kelompok 12.pptx
 
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraMakalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
Profesi notaris sebagai jabatan terhormat
Profesi notaris sebagai jabatan terhormatProfesi notaris sebagai jabatan terhormat
Profesi notaris sebagai jabatan terhormat
 
Hukum
HukumHukum
Hukum
 
Hukum konstitusi
Hukum konstitusiHukum konstitusi
Hukum konstitusi
 
Hukum-Dalam-Arti-Tata-Hukum-2.pptx
Hukum-Dalam-Arti-Tata-Hukum-2.pptxHukum-Dalam-Arti-Tata-Hukum-2.pptx
Hukum-Dalam-Arti-Tata-Hukum-2.pptx
 
Konstitusikekuasaaneksekutifkekuasaanlegislatifdankekuasaanyudikatif
KonstitusikekuasaaneksekutifkekuasaanlegislatifdankekuasaanyudikatifKonstitusikekuasaaneksekutifkekuasaanlegislatifdankekuasaanyudikatif
Konstitusikekuasaaneksekutifkekuasaanlegislatifdankekuasaanyudikatif
 
Fungsi Kantor Perwakilan Diplomatik Menurut Hukum Internasional
Fungsi Kantor Perwakilan Diplomatik Menurut Hukum InternasionalFungsi Kantor Perwakilan Diplomatik Menurut Hukum Internasional
Fungsi Kantor Perwakilan Diplomatik Menurut Hukum Internasional
 
Pengantar Hukum Dagang
Pengantar Hukum DagangPengantar Hukum Dagang
Pengantar Hukum Dagang
 
PPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptx
PPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptxPPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptx
PPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptx
 
pemerintahan raja mutlak di perancis
pemerintahan raja mutlak di perancispemerintahan raja mutlak di perancis
pemerintahan raja mutlak di perancis
 
Laut lepas 02
Laut lepas 02Laut lepas 02
Laut lepas 02
 
Sejarah Hukum Dagang Di Indonesia.ppt
Sejarah Hukum Dagang Di Indonesia.pptSejarah Hukum Dagang Di Indonesia.ppt
Sejarah Hukum Dagang Di Indonesia.ppt
 
Phi 1
Phi 1Phi 1
Phi 1
 
HUKUM ACARA PIDANA #3.pptx
HUKUM ACARA PIDANA #3.pptxHUKUM ACARA PIDANA #3.pptx
HUKUM ACARA PIDANA #3.pptx
 
Tugas Sejarah
Tugas SejarahTugas Sejarah
Tugas Sejarah
 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 

Common law

  • 1. 1Presented by Silver as & Azizul Hakim
  • 2. Common law  nama yang diberikan sejak abad XII bertumbuh kembang di Inggris dari putusan-putusan pengadilan kerajaan. Ungkapan common law telah dipergunakan sejak abad ke XIII utk menyebutkan hukum inggris secara keseluruhan sbg mukabalah kebiasaan-kebiasaan local yang berlaku di daerah-daerah yang dikenal dengan sebutan commune loy selama berabad-abad. Law French digunakan oleh yuris-yuris inggris sampai abad XVIII sebagai Bahasa hukum meskipun telah dibuatkan undang-undang dalam law French yang menetapkan bahwa peradilan pada pengadilan- pengadilan kerajaan harus berlangsung dengan menggunakan bahasa Inggris. 2Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 3. Common Law  sebuah “judge made law” - peradilan hanya memainkan peranan yang sangat kecil dlm pembentukan & perkembangan tatanan hukum romanistis. Common Law  sebuah hukum pengadilan, pembentukan proses pengadilan memegang peranan yang besar sedangkan proses tersebut hanya merupakan fungsi tambahan di dalam tatanan-tatanan hukum romanistis. Common Law  hampir tidak mengalami proses romanisasi, dibandingkan tatanan-tatanan hukum Eropa continental, yang justru karenanya kita sebut tatanan- tatanan romanistis. 3Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 4. Kebiasaan-kebiasaan local tidak memainkan peranan di dalam evolusi common law, sedangkan di Eropa continental pengaruh-pengaruh kebiasaan masih tetap penting sampai abad XVIII. Perundang-undangan sampai abad XIX hanya memainkan peranan yang menunjang dalam common law, sedangkan di Eropa continental sejak abad XIII sampai abad XIX secara berangsur-angsur menjadi sumber hukum terpenting. Tatanan hukum romanistis, sebagian besar  tatanan hukum yang dikodifikasi, sedangkan di Inggris kitab undang-undang tetap merupakan sesuatu yang tidak dikenal, sebagaimana hal tersebut popular di Eropa continental. 4Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 5. A. HUKUM DI INGGRIS SAMPAI ABAD XII  Sampai abad XII dan XIII sejarah hukum Inggris dapat dibandingkan secara tepat dengan sejarah tatanan-tatanan hukum Eropa continental.  Inggris pun merupakan bagian dari Negara Romawi sejak abad I sampai dengan abad V, namun proses Romanisasi di dalam hukum dan institusi- institusi boleh dibilang tidak meninggalkan bekas-bekasnya dalam periode- periode kemudian.  Dalam abad XII, kebiasaan tetap merupakan sumber satu-satunya hukum Inggris, kebiasaan-kebiasaan local Anglo-sakson, kebiasaan-kebiasaan local Anglo-sakson, kebiasaan-kebiasaan kota-kota yang baru didirikan (borough custom), kebiasaan-kebiasaan kaum pedagang, terutama pedagang- pedagang London. 5Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 6. B. SUSUNAN PENGADILAN-PENGADILAN KERAJAAN : PROSEDUR WRIT Raja-raja Inggris lebih dahulu berhasil untuk memantapkan kekuasaan mereka atas wilayah Negara, dari raja-raja Perancis. Proses ini berlangsung berbarengan dengan perluasan kekuasaan hukum raja dengan memperkecil pengaruh pengadilan-pengadilan kaum bangsawan (feodal) dan pengadilan-pengadilan lokal, yang selama abad-abad XII dan XIII secara berangsur-angsur kehilangan sebagian besar wewenang-wewenang mereka. Perluasan wewenang yang berlangsung dengan cepat, pengadilan- pengadilan tingkat tinggi ini dimungkinkan terlaksana oleh procede teknis yang dipakai untuk menyelesaikan sengketa-sengketa pada majelis-majelis hakim. 6Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 7.  Setiap orang yang ingin memperoleh keadilan dari sang raja, dapat melakukannya dengan mengajukan surat permohonan kepada raja. Kanselir, salah satu penasehat terpenting sang raja, meneliti surat permohonan tersebut dan bilamana ia memandang layak, maka ia mengirim atas nama raja, sebuah perintah, yang disebut Writ kepada Sheriff, yakni wakil setempat raja, untuk memaksa tertuduh membuat pembelaan. Jika si tertuduh menolak untuk melakukan hal tersebut, maka berarti ia tidak menghiraukan perintah raja dan dapat menghadap pengadilan raja untuk menjelaskan mengapa ia tidak menghiraukan perintah tersebut. Dengan cara demikian sengketa tersebut didaftarkan di pengadilan raja untuk diperiksa. Tatanan Writs ini terbentuk pada abad XII pd saat Hendrik II (1154-1189) menjadi raja.  Sejak abad XIII hukum di Inggris dengan demikian berkembang berdasarkan writs, artinya berbasiskan tuntutan-tuntutan hukum, yang mempunyai bentuk perintah-perintah kerajaan. Dalam kasus suatu sengketa maka bagi penggugat penting bagaimana menemukan writs yang dapat diterapkan atas kasus yang bersangkutan. 7Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 8. C. SUMBER-SUMBER COMMON LAW Struktur common Law terikat pada tipe-tipe writs, sehingga tidak memungkinkan adanya pengadilan terhadap hukum Romawi sebagai hukum pelengkap.  Bagi kaum praktisi hukum ini merupakan preseden-preseden (kasus-kasus) untuk membela yang sangat bermanfaat untuk membela kepentingan-kepentingan yang dipercayakan kepada mereka, bahkan peristiwa bahwa seorang advokat berhasil mengingatkan pengadilan bahwa sebelumnya ia telah menyelesaikan sebuah sengketa di dalam arti tertentu, merupakan sebuah argumen penting untuk memenangkan sebuah proses pengadilan.  Pada tahun 1875 hakim-hakim menurut undang-undang wajib menerapkan prinsip stare decisis (tetap menerapkan apa yang telah diputuskan sebelumnya, artinya menjunjung tinggi preseden-preseden peradilan). Sesungguhnya wibawa preseden-preseden ini di Inggris jauh lebih besar daripada di Eropa continental.  Namun preseden pengadilan ini tidak bisa disebut sumber hukum murni. karena hakim sebagai yang pertama memutuskan perselisihan tertentu, harus mengumpulkan sendiri elemen-elemen bagi penyusunan putusan.  Selain itu para hakim mempergunakan juga buku-buku hukum yang besar-besar , yang biasanya disusun oleh para hakim. 8Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 9. D. EQUITY TERHADAP COMMON LAW (ABAD XV – XVIII) Abad XIV dan XV terlihat sifat common Law semakin teknis, hal itu terbatas pada sifat yg sempit & kaku tentang prosedur writ & rutinitas para hakim. menimbulkan perselisihan-perselisihan jenis baru, akibat dari perkembangan ekonomi & kemasyarakatan, dlm kerangka sifat sempitnya common law waktu itu sehingga belum siap memberikan pola penyelesaian yg cocok. Pemikiran utk kembali mengandalkan raja selaku sumber semua keadilan & kelayakan (fons iustitiae), telah menyebabkab pada abad XV timbulnya sebuah pengadilan baru, ialah Court of Chancery pada satu sisi dan sebuah prosedur baru pada sisi lain, yakni atas nama raja, kanselir berdasarkan equity ialah keadilan & kelayakan tanpa memperhatikan & memperhitungkan aturan- aturan tradisional prosedur common law 9Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 10. Equity tersebut untuk sebagian dapat dipandang sebagai sebuah pelengkap dan untuk sebagian lagi sebagi alat koreksi Common Law. Dengan demikian equity ini bisa diterapkan : Bilamana common law memperhatikan celah-celah yang kosong, misalnya tidak ada writ untuk sebuah kasus tertentu, yang juga tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan pergaulan hidup. Bilamana remedy yang disediakan oleh common law (biasanya ganti rugi) tidak memuaskan. Bilamana pengadilan common law dalam mengadili orang yang terpandang di dalam masyarakat, memberikan putusan yang tidak adil. Bilamana pengadilan common law tidak berwenang mengadili misalnya terhadap kaum pedangan luar negeri. 10Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 11.  Suatu kespesifikan tatanan hukum Inggris  peranan penting yg dimainkan oleh Juri di dalam institusi peradilan. Asal-mulanya system ini dpt ditelusuri kembali sampai periode kedua abad XII, dgn kata lain sampai periode yg sama dgn terbentuknya common law.  Jury di dlm perkara-perkara hukum baru terbentuk pada zaman Hendrik II (1133-1189), sebagai akibat sederetan tindakan utk menghindari apa yg disebut “godsoordelen” atau putusan-putusan kehendak Tuhan atau setidak-tidaknya menghapuskannya.  Tanpa menghiraukan kritik-kritik yang digelar secara berkesinambungan, tatanan Jury di Inggris ini bertahan sampai abad XX, Grand Jury atau Jury yg menyusun surat tuntutan kesalahan utk semua kejahatan telah dihapus pada tahun 1933 oleh Administration of Justice Act, & untuk semua kejahatan baru pada thn 1948 dgn criminal Justice Act. 11Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 12.  Sesuai dengan pendapat panutan di Inggris sampai abad XVIII dan XIX, perundang-undangan hanya menduduki tempat kedua dalam urut-urutan sumber-sumber hukum Inggris, setelah peradilan. Act of statutes (undang-undang) dipandang sebagai pengecualian Common Law, para hakim harus menafsirkan undang-undang ini secara sempit.  Pandangan ini nampaknya semakin lama terdesak dengan meluasnya peranan pembuat undang-undang terutama dalam abad XX ini. Sedangkan Common law tetap tradisional, konservatif, perundang-undangan lebih memperhatikan tujuan-tujuan social. Di bawah pengaruh pemerintah Partai Buruh yang berkuasa di Inggris., secara berturut-turut, maka Negara makin lama makin terlibat dalam permasalahan-permasalahan ekonomi dan social dalam arti perkembangan kearah penciptaan sebuah welfare state (Negara kesejahteraan). 12Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 13. Meskipun perundang-undangan di Inggris telah sejak lama dipandang hanya sebagai tambahan pada peradilan, kendatipun susunan parlemen yang semakin lama semakin demokratis, namun dalam abad XIX dan terutama dalam abad XX ia memperhatikan suatu ekspansi yang luar biasa. Melalui jalur perundang-undangan (Act tahun 1832-1833 dan 1873-1875), telah diadakan perubahan-perubahan mendasar di dalam susunan peradilan dan oleh sebab itu reformasi di dalam hukum acara dan hubungan serta perimbangan timbal balik antara Common Law dan Equity. Begitu pula dengan cara yang sama, terutama setelah tahun 1945, telah diberlakukan suatu hukum sosial yang sama sekali baru, walaupun dalam jumlah yang kecil. 13Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 14. Kendatipun peranan besar yang dimainkan oleh perundang- undangan, namun tetap saja Inggris merupakan sebuah negara tanpa undang-undang dasar dan tanpa kitab undang-undang. Constitusional Law Inggris bertumpu pada kebiasaan dan pada preseden-preseden, maupun pada beberapa naskah undang-undang, seperti halnya beberapa ketentuan magna Charta tahun 1215, Bill of Right tahun 1689 dan Act of Union antara Inggris dan Skotlandia (tahun 1707), Namun sama sekali tidak ada naskah, yang di dalamnya dimasukkan keseluruhan kententuan-ketentuan konstitusi, sebagaimana halnya undang-undang dasar Amerika Serikat dan banyak negara-negara Eropa dan bukan Eropa. 14Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 15. Namun bagaimanapun juga di Inggris belum pernah membuat kitab-kitab undang-undang. Paling tidak telah disusun apa yang disebut consolidation undang- undang yang sudah ada, antara lain di dalam periode 1852-1863 dan beberapa materi terbatas dikodifikasikan seperti Sale of Goods Act (tahun 1893), sejenis kodeks kontrak jual-beli, Bankruptcy Act tahun 1914, dan seterusnya. Yang dimaksud dengan kodifikasi di Inggris adalah sebuah undang-undang, yang di dalamnya telah dikonsolidasikan bukan hanya undang- undang yang berlaku sejak dahulu, melainkan juga Case Law. Consolidations dan Codifications dilakukan atas prakarsa Law Commision. 15Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 16. SADAR akan keunggulan tatanan hukum mereka, orang-orang Inggris telah membawa dan sedikit dipaksakan kepada semua negara yang mereka kuasai atau yang mereka jajah.  Banyak wilayah yang termasuk kerajaan Inggris, tetap mengakui kekuasaan hukum Inggris. Kanada misalnya sampai tahun 1949 dan beberapa negara-negara lain; Selandia Baru, Hongkong dan Singapura bahkan sampai sekarang menganggap majelis pengadilan tertinggi yakni Judicial Commitee of the Privy Council, yang terdiri dari 3 sampai 5 anggota-anggota House of Lords. Secara teknis putusan-putusan instansi ini bukanlah merupakan arrest-arrest, melainkan nasehat-nasehat bagi pemerintah. Di Inggris sendiri mereka hanya mempunyai persuasive authority. Bagaimanapun juga institusi ini telah berhasil menyumbangkan jasa-jasanya dalam mempertahankan semacam kesatuan hukum antara negara-negara Common Law. 16Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 17.  Amerika Serikat pun tergolong negara-negara Common Law. Common Law di Amerika ini bukanlah dibawa kolonis Inggris. Sesungguhkan mereka memang menuntut bahwa mereka mempunyai hak-hak yang sama seperti orang-orang Inggris, namun hukum Inggris tersebut mereka rasakan sebagai alat penekanan yang mengakibatkan mereka harus mengungsi. Berdasarkan alasan-alasan ini kaum kolonis dari bagian Timur laut (New Englad), mengingkari kekuatan mengikat common law tersebut. Sejumlah besar koloni mengakui hal itu sebagai prinsip, namun sebenarnya mereka mempunyai kitab-kitan undang-undang yang terkadang sangat lengkap dan tersusun dengan baik, sehingga common law hanya berfungsi sebagai sebagai hukum pelengkap, hanya tiga buah koloni yang secara resmi mengakui hukum Inggris ini selama berlangsungnya periode kolonial.  Hukum Amerika Serikat ini telah meninggalkan banyak ciri-ciri khas Arkhais (kuno) common law dan ia mengenal banyak proses evolusi yang lebih cepat daripada hukum Inggris. Namun, betapapun juga tetap ada kebinekaan yang relatif besar satu dan lain karena kelimapuluh negara bagian tersebut memiliki hukum masing-masing. 17Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 18. KANADA  Di Kanada harus kita bedakan antara hukum publik yang untuk seluruh federasi berasal dari Inggris dan hukum privat. Menyangkut hukum yang disebut terakhir terdapat perbedaan yang tajam antara propinsi-propinsi “common Law” Inggris dan propinsi Quibec yang sebagian besar penduduknya berbahasa Perancis.  Sejak tahun 1949 preseden-preseden Inggris telah kehilangan kekuasaan mengikatnya di Kanada. Sebaliknya preseden-preseden Amerika Serikat, sekalipun tidak mengikat, maka terutama sejak dasawarsa terakhir ini telah merebut persuasive authority yang cukup besar. AUSTRALIA  Sebagaimana halnya Amerika Serikat dan Kanada, Australia pun merupakan sebuah federasi, berbasiskan sebuah undang-undang federal dan konstitusi- konstitusi keenam negara-negara bagian. Badan-badan legislatif federasi (Commonwealth of Australia) dan negara-negara bagian baru pada abad XX memperoleh kemerdekaan penuh dari parlemen.  Materi-materi hukum yang dilemparkan oleh undang-undang dasar federal kepada federasi adalah lebih luas daripada di Amerika Serikat. Jadi, dengan demikian hukum Australia pada umumnya dan terutama adalah hukum Inggris, bahkan statute law sekalipun, sepanjang hal ini masih diterapkan di Australia, dari hukum perundang-undangan federasi dan negara-negara bagian, dan dari Case Law, di mana preseden-preseden Australia itu sendiri mempunyai kekuatan mengikat, sedangkan pada negara-negara Common Law lainnya hanya bersifat Persuasive authority. 18Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 19. SELANDIA BARU  Berbeda dengan Amerika Serikat, Kanada dan Australia, Selandia Baru merupakan sebuah negara kesatuan.  Hukum Selandia baru berbasiskan hukum Inggris, termasuk aturan- aturan yang dikembangkan oleh peradilan Equity, dan perundang- undangan parlemen Selandia Baru, yang sejak tahun 1947 telah berdiri sendiri sepenuhnya terlepas dari parlemen Inggris.  Sama halnya dengan di Inggris, di Selandia baru pun tidak dijumpai kodifikasi dalam arti yang sebenarnya. Beberapa cabang hukum, misalnya hukum pidana, hukum dagang dan hukum perseroan memang diatur oleh undang-undang, akan tetapi perundang- undangan ini merupakan penambahan atau pelengkap (aanvulling) common law yang berlaku.  Suatu keistimewaan dari Selandia Baru ialah bahwa di sini dijumpai instansi-instansi hukum khusus untuk menyelesaikan perselisihan- perselisihan tertentu, di mana penduduk asli Maori terlibat. 19Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 20. AFRIKA SELATAN Afrika Selatan bekas koloni Belanda yg pada awal abad XX sepenuhnya menjadi bagian kerajaan inggris, memiliki apa yang dikenal dengan tatanan hukum Anglo-Romawi, dalam arti bahwa sebagai akibat dominasi Inggris, yang untuk bagian wilayah telah berada di bawah kekuasaan Inggris sejak awal abad XIX, pada hakekatnya termasuk negara-negara common law, namun betapapun juga telah menganut & mempertahankan hukum Belanda-Romawi yakni tulisan- tulisan para yuris masa lalu sejauh tulisan-tulisan ini diakui oleh peradilan. Di luar sumber-sumber hukum “Eropa” maka berlaku pula dalam jumlah besar hukum kebiasaan penduduk pribumi yang berkulit hitam, sejauh tidak bertentangan dengan kepentingan umum dengan ketentuan-ketentuan yang dipandang adil dan pantas oleh para pemimpin politik 20Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 21. BEKAS KOLONI-KOLONI INGGRIS LAINNYA Bekas koloni-koloni Inggris di Afrika Tengah yang pada tahun 1960 memperoleh kemerdekaannya (Nigeria, Kenya, Uganda, Tanzania, Zambia dan lain-lain) telah mempertahankan common law sebagai dasar tatanan- tatanan hukum mereka, namun setelah mereka merdeka hal tersebut telah ditambah dan dilengkapi pula dengan perundang-undangan, sehingga sedikit banyak hal itu telah diubah dan disesuaikan. Hal yang sama berlaku pula bagi bekas koloni-koloni Inggris di benua-benua lainnya. Di Sri Langka, yang sampai dengan awal abad XIX adalah koloni Belanda, maka seperti halnya di Afrika Selatan masih ditemukan bekas-bekas kaki Roman-Dutch law, terutama dalam bidang hukum benda 21Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta)
  • 22. Presented by Silver as & Azizul Hakim (Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta) 22