Teks tersebut membahas tentang peran dan tugas seorang Project Control Engineer dalam mengelola proyek, khususnya proyek pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Project Control Engineer bertanggung jawab menyusun perencanaan proyek, memantau kemajuan proyek, serta menyusun laporan akhir proyek untuk mengevaluasi kinerja proyek. Teks tersebut juga menjelaskan pengalaman penulis selama bekerja sebagai
1. Pengetahuan Sederhana Tentang Proyek PLTU
A. Cara Menghitung Progress Proyek :Breakdown& Pembobotan
Progress S-Curve
Sebagai bagian dari tata laksana proyek yang baik, setiap proyek harus diukur progressnya sepanjang
durasi proyek bersangkutan. Perhitungan aktual progress yang didapat kemudian dibandingkan dengan
progress planing untuk periode yang sama. Dari perbandingan antara aktual progress vs plan progress, akan
diketahui apakah suatu proyek dalam kondisi ahead schedule, on schedule atau behind schedule.
Untuk itu sebelum proyek dimulai kita hendaknya sudah memiliki kesepakatan dengan pemberi proyek
tentang bagaimana cara menghitung progress proyek bersangkutan. Hal ini sangat penting, karena selain
untuk mengukur performance proyek, kita juga memerlukan klaim progress yang sudah disetujui klien untuk
menagih pembayaran.
Pada proyek yang berdurasi beberapa bulan hingga beberapa tahun, perhitungan progress biasanya
dilakukan setiap awal bulan dengan cut-off date tanggal 30 atau 31.
Berikut akan saya berikan contoh cara perhitungan progress proyek PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)
untuk paket steam generator (boiler).
Sebagaimana praktek yang umum terjadi, proyek PLTU biasanya dibagi menjadi beberapa paket, yaitu :
pekerjaan sipil (civil work) yang meliputi persiapan lahan hingga pekerjaan pondasi, steam generator (boiler),
coal and ash handling, electrical & control, steam turbine & generator dan balance of plant. Setiap paket
biasanya dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda. Contoh yang akan saya berikan berikut ini adalah untuk
proyek paket steam generator (boiler).
2. LANGKAH KE-1
Dalam menyusun perhitungan progress proyek adalah menentukan Work Breakdown Structure-nya. Jika kita
anggap paket steam generator sebagai WBS level-1, kita perlu menyusun WBS level-2 dan level-3. Tiga level
WBS ini sudah sangat mencukupi untuk melakukan perhitungan progress dan pengendalian jadwal proyek.
Dari WBS level-1 Steam Generator kita bisa mebuat breakdown level-2 sebagai berikut :
WBS 2-01 Boiler House Steel Structure
WBS 2-02 Pressure Parts
WBS 2-03 Auxiliary Equipments
WBS 2-04 Air and Flue Gas Ducting
WBS 2-05 Coal Pipe & Boiler Piping
WBS 2-06 Electrostatic Precipitator
WBS 2-07 Electrical & Lighting
WBS 2-08 Instrumentation & Control
WBS 2-09 Refractory & Insulation
WBS 2-10 Painting
LANGKAH KE-2 adalah menghitung prosentase bobot masing-masing WBS level-2 di atas terhadap nilai/bobot
keseluruhan paket steam generator. Untuk menghitung bobot prosentase ini kita memerlukan data nilai
kontrak proyek paket steam generator
Pada saat mengajukan proposal harga dalam proses tender biasanya kita diminta untuk membuat rincian
harga (price breakdown). Misalkan untuk proyek konstruksi boiler pada PLTU Karangwuni yang berkapasitas 2
x 65 MW nilainya adalah USD 5,950,876.60, maka breakdown price-nya kira-kira akan seperti di bawah ini :
3. Berdasarkan data di atas kita bisa menghitung bobot prosentase dari masing-masing WBS level-2. Misalkan
untuk WBS 2-01 Boiler House Steel Structure bobot prosentasenya adalah :
Harga Boiler House Steel Str / Harga Total Proyek x 100% =
1,263,505.07 / 5,950,876.60 x 100% = 21.23%
Setelah kita hitung satu per satu, maka bobot masing-masing WBS level-2 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
B. MenyusunProject Planing (RencanaProyek) : Work BreakdownStructure (WBS) &
Scope of Work
Memahami work breakdown structure (WBS) dan lingkup pekerjaan adalah langkah pertama dalam
menyusun rencana proyek. Pembahasan yang akan saya lakukan dalam beberapa artikel secara bersambung,
saya khususkan untuk proyek konstruksi, lebih khusus lagi proyek konstruksi mekanikal Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU). Hal ini hanya karena pengalaman saya selama 10 tahun, hampir semuanya dalam proyek
mechanical erection PLTU.
Dalam pembangunan PLTU pemilik (owner) proyek, dengan didampingi konsultan, menyerahkan
pekerjaan pembangunan kepada kontraktor EPC (engineering, procurement & construction). Kontraktor EPC
ini melaksanakan seluruh pekerjaan design engineering, pengadaan (procurement) material dan alat-alat
PLTU, dan pemasangannya hingga pembangkit bersangkutan siap beroperasi menghasilkan listrik.
Agar pembangkit mampu beroperasi sesuai kebutuhan pemilik proyek, maka kontraktor EPC harus membuat
desain PLTU sesuai dengan parameter input dan parameter output yang telah ditentukan pemilik.
Proyek pembangunan PLTU biasanya dibagi menjadi beberapa paket. Setiap paket diberikan kepada satu
kontraktor EPC. Sebagai contoh, dalam proyek PLTU Banjarmasin (Asam Asam) unit-1 & 2 berkapasitas 2×65
MW terdapat 6 paket proyek, yaitu :
4. - Paket 1A : Site Preparation
- Paket 1B : Civil Works
- Paket 2A : Steam Generators
- Paket 2B : Coal & Ash Handling
- Paket 3 : Turbine Generator & Balance of Plant
- Paket 4 : Electrical & Control
Semakin besar ukuran proyek, biasanya semakin banyak pembagian paketnya. Jumlah paket proyek
kadangkala juga tergantung dari sumber pendanaan proyek.
Sering sekali kontrak EPC diberikan kepada kontraktor asing, terutama untuk pekerjaan mekanikal,
elektrikal dan kontrol. Kemudian kontraktor asing tersebut menggandeng perusahaan lokal sebagai sub
kontraktor atau mitra joint operation, untuk menangani pekerjaan construction/installation.
Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam perencanaan proyek mechanical erection PLTU adalah :
- Rencana organisasi
- Rencana fasilitas proyek (temporary facilities)
- Project schedule dan progress planing
- Manpower loading
- Equipment loading
- Anggaran proyek (project budget)
- Prosedur heavy-lifting
- Quality Plan
- Safety Plan
Untuk dapat membuat rencana proyek dengan baik, mutlak diperlukan pemahaman terhadap lingkup
pekerjaan (scope of work) yang ada di dalam kontrak. Oleh karena itu sebelum mulai membuat rencana kita
harus mempelajari dokumen kontrak dengan seksama.
Dalam manajemen proyek, kita mengenal istilah Work Breakdown Structure (WBS). WBS adalah diagram
pohon yang dipakai sebagai alat bantu untuk memecah pekerjaan besar menjadi sub-sub pekerjaan yang lebih
kecil. Dalam Work Breakdown Structure dikenal istilah WBS level 1, level 2, level 3, dst. Semakin dalam level
WBS, semakin detail rincian pekerjaannya.
WBS system diciptakan untuk mempermudah proses penyusunan rencana proyek. Setiap detail
pekerjaan dibuatkan planingnya masing-masing, kemudian detail planing tersebut dikonsolidasi menjadi
planing untuk keseluruhan proyek. Jadi penyusunan rencana proyek pada umumnya dilakukan secara bottom
up, dimulai dari yang detail (bottom) kemudian digabungkan menjadi overall project planing.
Berikut adalah contoh Work Breakdown Structure untuk sebuah proyek pembangunan PLTU :
WBS sangat bermanfaat pada saat menyusun jadwal proyek, membuat progress planing, manpower
planing dan equipment loading. Pembahasan lebih detail tentang hal ini akan saya lakukan dalaam artikel
tentang cara membuat jadwal dan menghitung progres proyek.
Cara Membuat Rencana Proyek (Project Planing) : Pahami Scope of Work
Sebelum Memulai Perencanaan Proyek !
Setiap kontrak proyek di dalamnya selalu mencantumkan klausul/bab/pasal tentang pembagian
tanggung jawab antara pemilik dan kontraktor, atau antara main contractor dan sub contractor. Pembagian
tanggung jawab sering disebut juga dengan division of responsibility atau scope of work.
5. Seorang project planer mutlak harus memahami lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan. Dia harus
mempelajari project contract sebelum mulai membuat planing. Akan lebih bagus jika seorang project planer
sudah mulai terlibat suatu proyek sejak proses bidding/tender, karena akan membuat dia benar-benar
memahami detail proyek yang akan dilaksanakannya.
Berikut ini adalah pembagian tanggung jawab paling umum antara main contractor dan sub contractor
yang saya jumpai selama 10 tahun bekerja pada proyek konstruksi PLTU.
Main contractor mensuplai semua peralatan yang harus dipasang, spesifikasi, gambar kerja, prosedur
pemasangan mesin-mesin PLTU, testing procedure dan menyediakan lahan untuk pembangunan temporary
facilities di area proyek.
Sub contractor menyediakan tenaga kerja, peralatan & perlengkapan kerja, peralatan kantor, heavy equipment,
consumable, temporary facilities, tranportasi dan akomodasi staff & karyawan sub contractor.
PLTU Paiton, Jawa Timur
Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian khusus, karena seringkali ada perbedaan antara satu proyek
PLTU dengan proyek PLTU yang lain.
Setiap system yang ada di PLTU harus menjalani conformity test setelah semua bagiannya terpasang
dengan baik. Conformity test ini dimaksudkan agar PLTU mampu beroperasi menghasilkan listrik dengan input
dan output yang telah ditentukan dalam tahap design engineering.
Conformity test yang paling utama/besar adalah boiler hydrostatic test, di mana pressure parts
(economizers, evaporators, steam drum, roof & backpass dan superheaters) diberi uji tekanan air tertentu dan
ditahan selama waktu tertentu tanpa diperbolehkan ada kebocoran sama sekali.
Untuk melaksanakan boiler hydrostatic test diperlukan demineralized water (air yang sudah dihilangkan
kandungan mineralnya/air murni). Jika proyek yang sedang dilaksanakan merupakan perluasan dari existing
plant, maka demin water bisa diambil dari plant yang sudah beroperasi. Tetapi jika existing plant tidak ada,
maka perlu dilakukan produksi demin water dengan peralatan sementara. Perlu dilihat di dalam kontrak, siapa
yang bertanggung jawab untuk menyediakan alat produksi demin water.
Dari beberapa kali penugasan ke proyek PLTU, hanya di Asam Asam saya menemui
spesifikasi/prosedur yang menyebutkan bahwa semua air & flue gas ducting harus menjalani air leak test.
Sementara di proyek yang lain cukup dengan ultra probe test. Air leak test adalah memberikan tekanan udara
pada suatu ruangan, untuk mengetahui tingkat kebocoran yang ada. Nilai kebocoran yang diijinkan sudah
ditentukan dalam spesifikasi.
Air leak test pada boiler ducting memiliki kesulitan cukup tinggi dan memerlukan biaya ekstra untuk
membuat temporary blank plates. Kesulitan yang paling umum dijumpai adalah mencegah kebocoran pada
damper dan sliding gates area. Akan lebih baik jika pada saat negosiasi kontrak, kita menyarankan untuk
melakukan ducting conformity test dengan metode selain air leak test.
Pembahasan tentang kasus-kasus perbedaan scope of work/ division of resposibility saya lanjutkan
dalam Cara Membuat Rencana Proyek (Project Planing) : Perbedaan Lingkup Kerja dan Pengaruhnya Terhadap
Anggaran Proyek.
6. Project Control Engineer : Peran & Tugas
Project Control Engineer adalah suatu pekerjaan dan profesi sangat menantang dan memiliki peluang
karier sangat besar. Project Control Engineer adalah satu-satunya posisi, di samping Site Manager atau Project
Manager, yang memiliki pandangan menyeluruh terhadap suatu project. Dengan posisinya itu dia memiliki
peluang besar untuk menjadi penasehat utama Site Manager atau Project Manager dalam mengendalikan
proyek.
Project Control Engineer pada umumnya mulai terlibat sejak awal perencanaan suatu proyek. Dialah
yang bertugas menyusun project schedule, manpower planing, equipment loading dan project budget bersama
dengan project key person yang lain.
Pada saat eksekusi proyek berjalan, dialah yang berperan utama memasok informasi yang diperlukan
untuk mengendalikan agar proyek tetap berjalan sesuai rencana. Oleh karena itu orang seringkali menyebutnya
juga sebagai Project Planing & Control Engineer.
Pada saat proyek selesai, dia pula yang bertugas untuk menyusun project closing report. Laporan ini
berisi tentang performance yang berhasil dicapai dibandingkan dengan planing yang dibuat sebelum proyek
dimulai, beserta analisa-analisanya. Project closing report dimaksudkan untuk membuat historical database
yang akan dimanfaatkan untuk menyusun perencanaan proyek baru di masa datang.
Apa yang akan saya tulis berikut ini adalah pengalaman praktek yang saya dapatkan selama hampir
sepuluh tahun (1991 – 2001) menjalani profesi sebagai Project Planing & Control Engineer. Termotivasi oleh
dorongan semangat dari rekan-rekan seperjuangan, saya memberanikan diri untuk menuliskan pengalaman
saya. Saat ini, tahun 2009, sudah delapan tahun saya tidak aktif lagi di dunia proyek konstruksi, mudah-
mudahan saya masih mampu menuangkannya dalam tulisan yang akan saya buat dalam beberapa seri.
Proyek tempat saya bergabung pertama kali adalah Construction Supervision Telecom III (CS Telecom
III). Saya bertugas mengumpulkan data dan informasi secara rutin dari kota-kota kabupaten di seluruh
Indonesia, kecuali Sumatera & DKI Jakarta yang dipegang oleh perusahaan lain. Kemudian data tersebut diolah
menjadi Weekly Report dan Monthly Report untuk PT Telkom. Telecom III adalah proyek penggelaran kabel
telekomunikasi dan pembangunan STO yang dilakukan PT Telkom di kota-kota kabupaten seluruh Indonesia.
Setahun bergabung bersama proyek telekomunikasi, kemudian saya berpindah ke perusahaan kontraktor
mekanikal dan bekerja di dalamnya selama hampir sembilan tahun. Kebetulan selama sembilan tahun tersebut
semua proyek yang saya ikuti adalah proyek-proyek pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara
(Coal Fired Steam Power Plant). Semua kelas pembangkit, dari yang kecil 2×65 MW sampai yang besar 3×700
MW, semuanya pernah saya ikuti.
Saya selalu terlibat dalam aktivitas perencanaan dan pengendalian (planing & control) dalam proyek-
proyek pembangkit listrik tersebut, sehingga cukup banyak memahami seluk beluk project planing & control,
khususnya untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pengalaman inilah yang ingin saya tuliskan
dalam blog saya ini. Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan setitik manfaat bagi masyarakat project
management ataupun kepada para yunior yang baru saja menyelesaikan pendidikannya.
Apa yang akan saya tuliskan benar-benar merupakan pengalaman praktis di lapangan, yang banyak saya
pelajari dari para senior maupun hasil eksplorasi bersama teman-teman sejawat selama sembilan tahun berkarya
di lapangan. Mungkin saja hal-hal yang akan saya tuliskan ini jarang dibicarakan di ruang kuliah ataupun
dibahas di buku-buku text project management.
Peran dan tugas Project Planing & Control Engineer sangat mungkin berbeda antara satu perusahaan
dengan perusahaan yang lain. Perbedaan itu mungkin juga disebabkan oleh senioritas. Semakin senior
pengalaman seorang engineer, biasanya rentang kewenangannya juga semakin luas.
Pertama kali bergabung dalam suatu proyek pembangkit listrik, saya hanya mendapatkan tugas untuk
mengumpulkan data dan membuat project report untuk dikirimkan ke kantor pusat dan diserahkan kepada
Client di lapangan. Pada akhir proyek yang berdurasi lebih dari dua tahun tersebut saya sudah memahami
dengan baik masalah reporting, progress claim, schedule control dan cost control. Sedikit-sedikit saya juga
mulai mempelajari contract administration.
Proyek pembankit listrik saya yang pertama tersebut adalah pembangunan PLTU Bukit Asam unit 3 & 4
dengan kapasitas 2×65 MW berlokasi di Tanjung Enim,
7. Project Control Engineer : Peran & Tugas
Proyek saya yang kedua setelah Bukit Asam adalah PLTU Paiton Swasta unit 7 & 8 dengan kapasitas
2×615 MW berlokasi di Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Dalam proyek ini saya mendapatkan pengalaman-
pengalaman sangat berharga karena terlibat di dalamnya sejak tahap awal sekali (tahap perencanaan) hingga
proyek selesai. Saya mendapat tugas untuk menyusun budget dan project planing.
Perencanaan proyek PLTU Paiton unit 7 & 8 berjalan selama kurang lebih satu tahun, termasuk
pembangunan temporary facilities (kantor dan gudang). Team perencanaan terdiri atas empat orang yang
dipimpin oleh Site Manager. Pekerjaan perencanaan berlangsung di kantor pusat, Jakarta.
Bulan Maret 1996, saya berangkat ke Paiton site dan pada bulan itu juga pekerjaan konstruksi boiler
(steam generator) dimulai, ditandai dengan pemasangan kolom rangka baja yang pertama. Perlu diketahui
bahwa dalam proyek PLTU Paiton unit 7 & 8 tersebut saya bergabung dengan team erection boiler yang
berlangsung selama hampir tiga tahun. Saya mendapatkan tugas sebagai Project Control Chief Engineer dengan
anggota team sebanyak 4 orang, termasuk saya sendiri.
Dalam proyek PLTU Paiton unit 7 & 8 ini Project Control section memiliki tugas :
- Mengumpulkan data progress dari lapangan dan menghitung progress tiap-tiap section (WBS) maupun
progress erection boiler secara keseluruhan.
- Mengajukan claim progress bulanan ke Client hingga mendapatkan approval. Claim progress yang
sudah disetujui dijadikan dasar pengajuan pembayaran bulanan ke Client oleh Bagian Keuangan.
- Mengkoordinasikan pengendalian schedule dan progress progress, dengan cara memimpin Progress
Review meeting yang diadakan satu minggu sekali. Progress Review meeting dihadiri oleh semua Chief
Engineers.
- Turut menghadiri schedule meeting yang diselenggarakan main contractor seminggu sekali.
- Mensuplai data progress dan schedule ke Client yang akan dipergunakan Client untuk mengupdate
project schedule dalam software Primavera.
- Mengkoordinasikan pengendalian biaya proyek agar tidak melebihi budget yang telah ditentukan. Setiap
awal bulan Project Control section mengeluarkan laporan bulanan tentang performance masing-masing
section (WBS). Dalam laporan tersebut tercantum progress yang dicapai dan biaya yang telah
dihabiskan oleh masing-masing section. Performance report dibahas dalam sebuah performance meeting
yang dipimpin oleh Project Control engineer.
- Mengajukan proposal incentive bulanan dan incentive milestone kepada Site Manager. Incentive ini
diberikan kepada seluruh anggota project team berdasarkan performance yang dicapai oleh masing-
masing section, baik progress maupun cost performance.
- Membuat laporan bulanan untuk kantor pusat dan laporan bulanan untuk Client.
- Menangani hal-hal yang berhubungan dengan contract administration. Tugas utama yang berhubungan
dengan contract administration adalah mempersiapkan data-data untuk claim additional work. Project
Control section juga memberikan masukan-masukan kepada Site Manager dalam masalah commercial
8. yang berhubungan dengan pembagian tanggung jawab pekerjaan (scope of work) antara main contractor
dan sub contractor. Agar dapat memberikan masukan yang benar, maka pemahaman yang benar
terhadap contract agreement mutlak diperlukan.
- Membuat dokumentasi dalam bentuk photographi selama proyek berlangsung.
- Membuat project closing report. Project closing report ini mirip dengan laporan bulanan, hanya saja
disertai dengan analisa-analisa terhadap performance yang dicapai dibandingkan dengan target yang
ditetapkan dalam planing dan budget.
Selesai menjalankan tugas di Paiton saya mendapat penugasan ke PLTU Banjarmasin unit 1 & 2 kapasitas
2×65 MW yang terletak di Asam Asam, 120 km dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Proyek ini berlangsung
selama kurang lebih dua setengah tahun. Kemudian saya bergabung dengan planing team proyek PLTU
Manjung, Malaysia yang berkapasitas 3×700 MW.
Secara garis besar Project Planing and Control section memiliki tugas yang hampir sama dari satu proyek ke
proyek yang lain yang pernah saya ikuti. Hanya saja beda perusahaan mungkin memberikan job description
yang berbeda kepada seorang Project Planing & Control Engineer.
Cara Membuat Rencana Proyek (Project Planing) : Perbedaan
Lingkup Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Anggaran Proyek
Tulisan ini merupakan bagian terakhir dari 2 tulisan tentang memahami scope of work dalam kaitannya
dengan perencanaan proyek.
Pada umumnya semua peralatan instruments (switch, indicator, transmitter) harus menjalani kalibrasi
sebelum PLTU mulai dioperasikan pertama kali saat commissioning. Kita harus melihat ke dalam kontrak siapa
yang bertanggung jawab melakukan kalibrasi instruments.
Dalam proses commissioning PLTU ada satu tahap yang disebut steam blowing. Tahap ini bertujuan
untuk membersihkan boiler dan main steam pipe atau reheat pipe dari kotoran (debris). Kotoran sekecil apapun
sangat beresiko merusak sudu-sudu turbine (turbine blades).
Kadangkala project owner menginginkan agar jumlah steam blowing ditekan seminimal mungkin untuk
menghemat biaya BBM. Untuk itu sebelum proses steam blowing, boiler perlu dibersihkan terlebih dahulu
dengan chemical cleaning. Jika memang hal ini dipersyaratkan dalam dokumen kontrak, maka kita perlu
mengalokasikan anggaran untuk pekerjaan chemical cleaning.
Feedwater tank yang berfungsi untuk menyimpan feedwater sebelum dipompa masuk ke boiler,
merupakan bagian dari paket Balance of Plant. Pengangkatan (lifting) feedwater tank ke final position biasanya
juga merupakan bagian dari paket Balance of Plant, tetapi tidak demikian halnya dengan proyek PLTU Paiton 7
& 8. Pengangkatan feedwater tank ke posisinya di atas control room building dimasukkan ke dalam paket
Steam Generator.
9. Feedwater Tank dengan deaerator tank di atasnya.
Feedwater tank lifting merupakan salah satu pekerjaan heavy lifting yang memerlukan crane
berkapasitas besar. Bahkan di PLTU Paiton unit 8, pekerjaan ini terpaksa dilakukan dengan wire strand jack-up
system yang memerlukan temporary steel structure cukup banyak. Hal ini terpaksa dilakukan karena delivery
feedwater tank yang terlambat, sehingga akses crane sudah tertutup oleh bangunan Turbine Building.
Di dalam boiler ada suatu alat pertukaran panas (heat exchanger) yang bernama Air Heater. Air Heater
ini berfungsi untuk memanaskan udara sebelum masuk ke ruang pembakaran. Ada 2 type air heater, yaitu
tubular air heater banyak dipakai pada PLTU berkapasitas kecil dan jenis rotary yang lebih dipilih untuk PLTU
berkapasitas besar.
PLTU Bukit Asam (Sumatra Sealatan) dan PLTU Asam Asam (Kalimantan Selatan) keduanya
berkapasitas 2×65 MW dan sama-sama memakai air heater jenis tubular. Perbedaanya tube-tube air heater di
PLTU Asam Asam sudah terpasang dalam bentuk modul, sehingga proses instalasi/erection air heater di
lapangan sangat cepat. Sedangkan di PLTU Bukit Asam air heater dikirim ke project site benar-benar dalam
kondisi terurai. Kita harus melakukan pemasangan tube-tube (tube insertion) yang jumlahnya ratusan atau
bahkan ribuan di lapangan, sehingga erection air heater di Bukit Asam memakan waktu hingga beberapa bulan.
Hal yang sama juga terjadi pada condenser yang merupakan bagian dari paket Balance of Plant. Di Bukit Asam
tube insertion dilakukan di project site, sementara di Asam Asam tube-tube condenser sudah terpasang di
bodynya.
Di PLTU Bukit Asam dan Asam Asam fabrikasi piping boiler dilakukan di lokasi proyek. raw material
pipa dikirim ke site masih dalam bentuk batangan utuh 6 mtr. Demikian pula pipe fitting (elbow, flanges)
dikirim ke site dalam kondisi terpisah, belum tersambung ke pipa. Untuk itu perlu dibuat fabrication shop
sementara, lengkap dengan peralatannya. satu supervisor juga ditugaskan khusus untuk mengelola pekerjaan
fabrikasi.
Sementara di PLTU Paiton, piping boiler dikirim ke proyek sudah dalam keadaan pre-fabricated. Tanpa
perlu fabrikasi mereka bisa langsung dipasang di posisinya.
Demikian beberapa contoh perbedaan dalam lingkup kerja/ scope of work/ division of responsibility
antara satu proyek dengan proyek yang lain. Hal ini saya maksudkan untuk memperlihatkan bahwa pemahaman
kontrak mutlak diperlukan sebelum kita mulai membuat rencana proyek (project planing). Tanpa pemahaman
kontrak yang baik, sangat mungkin kita membuat kesalahan-kesalahan dalam perencanaan proyek..
10. Bagian & Cara Kerja PLTU : Boiler atau Ketel Uap (1)
PLTU Paiton, Jawa Timur
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdiri dari beberapa system utama, yaitu :
- Turbine & Generator
- Boiler (Steam Generator)
- Coal Handling System
- Ash Handling System
- Flue Gas System
- Balance of Plant
Turbine & generator bisa dibilang sebagai the heart of the plant, karena dari bagian inilah energi listrik
dihasilkan. Generator yang berputar dengan kecepatan tetap, menghasilkan energi listrik yang disalurkan ke
jaringan interkoneksi dan selanjutnya didistribusikan ke konsumen. Steam turbine (turbin uap) yang berfungsi
untuk memutar generator, terdiri dari HP (high-pressure) turbine, IP (intermediate-pressure) turbine dan LP
(low-pressure) turbine. Turbine & generator memiliki beberapa peralatan pendukung, yaitu lubricating oil
system dan generator cooling system.
Boiler (steam generator) berfungsi untuk mengubah air menjadi uap. Uap bertekanan sangat tinggi yang
dihasilkan boiler dipergunakan untuk memutar turbine. Boiler terbagi menjadi beberapa sub system, yaitu :
- Boiler house steel structure
- Pressure parts
- Coal system
- Air system
- Boiler cleaning system
Boiler (Steam Generator)
Sesuai dengan namanya, boiler house steel structure adalah bangunan struktur rangka baja, di mana di
dalamnya terpasang semua peralatan steam generator. Bangunan rangka baja ini tingginya antara 50 m (PLTU
kapasitas 65 MW) hingga 100 m (PLTU kapasitas 600 MW). Pressure part system adalah bagian utama dari
steam generator. Bagian inilah yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap bertekanan tinggi (superheated
steam) dengan temperatur antara 500 – 600 derajat C. Air yang disuplai ke boiler, pertama kali masuk ke
economizer inlet header, terus didistribusikan ke economizer elements, berkumpul kembali di eco outlet header
lalu disalurkan ke steam drum. Economizer terletak di dalam backpass area (di bagian belakang boiler house),
sementara steam drum ada di bagian depan roof area. Dinamakan economizer karena bagian ini berfungsi untuk
menaikkan temperatur air yang baru masuk boiler dengan cara memanfaatkan gas buang dari pembakaran batu
bara di furnace area (combustion chamber). Dengan pemanasan awal di economizer ini effisiensi ketel uap
dapat ditingkatkan. Akibat pemanasan secara konveksi di daerah furnace dan karena gaya gravitasi, air di dalam
steam drum air mengalami sirkulasi turun ke water wall lower header melalui pipa downcomers. Dari waterwall
11. lower header air kembali mengalami sirkulasi karena panas, naik menuju water wall upper header melalui tube-
tube water wall panel. Kemudian dari waterwall upper header air dikembalikan ke steam drum melalui riser
pipes. Jadi akibat panas pembakaran batu bara air mengalami sirkulasi terus menerus. Sirkulasi ini
menyebabkan air di water wall panel & steam drum sebagian berubah menjadi uap.
Pada PLTU berkapasitas besar, sirkulasi tersebut dibantu oleh Boiler water Circulating Pump yang
terpasang pada pipa downcomers bagian bawah. Sirkulasi yang lebih cepat akan menyebabkan kecepatan
perubahan air menjadi uap juga lebih besar.
Di dalam steam drum terdapat separator yang berfungsi untuk memisahkan uap dari air. Uap yang sudah
dipisahkan tersebut, dari steam drum disalurkan ke roof steam inlet header yang terhubung ke boiler roof panel.
Boiler roof panel ini yang membawa uap ke belakang menuju backpass panel.
dari backpass panel, uap disalurkan ke Low Temperature Superheater (LTS) yang ada di dalam backpass area,
di atas economizer elements. dari LTS uap disalurkan ke Intermediate Temperature Superheaters (ITS).
Selanjutnya melalui pipa superheater-desuperheater, uap dibawa ke High Temperature Superheater (HTS)
elements untuk menjalani proses pemanasan terakhir menjadi superheated steam.
ITS dan HTS elements lokasinya berada di dalam furnace (ruang pembakaran batu bara) bagian atas. Beberapa
boiler manufacturers memberikan nama yang berbeda kepada LT, IT dan HT superheater.
Dari High Temperature Superheater outlet header, superheated steam dengan temperature 500-600 derajat C
dan tekanan sangat tinggi disalurkan ke steam turbine melalui pipa main steam.
Pada PLTU berkapasitas kecil, uap tersebut masuk ke High Pressure Turbine, terus ke Low Pressure
Turbine dan keluar menuju condenser. Sedangkan pada PLTU berkapasitas besar, setelah memutar HP turbine
uap tersebut dibawa kembali ke boiler melalui pipa cold reheat.
Di dalam boiler uap tersebut mengalami pemanasan kembali di dalam Reheater elements. Reheater elements ini
biasanya terletak di antara furnace area dan backpass area.
Setelah mengalami pemanasan kembali, reheated steam disalurkan ke Intermediate Pressure Turbine melalui
pipa Hot Reheat. Setelah memutar Intermediate dan Low Pressure Turbine, baru uap keluar ke condenser.
Bagian & Cara Kerja PLTU : Sistem Pembakaran, Aliran Udara &
Gas Buang (2)
Pembakaran pulverized-coal dengan tangential burners yang dipasang pada empat sudut combustion
chamber
Coal & combustion system dalam PLTU terdiri dari coal silo, coal feeder, pulverizer, coal pipes dan
combustion burner. dari coal storage batu bara diangkut dengan belt conveyor menuju boiler house dan
disimpan di dalam coal silo. Dalam bangunan PLTU, coal silo lokasinya ada di antara boiler house dan
Turbine-Generator building.
12. Untuk menghasilkan pembakaran yang efisien, batu bara yang masuk ruang pembakaran harus digiling
terlebih dahulu hingga berbentuk serbuk (pulverized coal). Penggilingan batu bara menjadi serbuk dilakukan
pulverizer yang dikenal juga dengan nama bowl-mill. Disebut demikian karena di dalamnya terdapat mangkuk
(bowl) tempat batu bara ditumbuk dengan grinder.
Pemasukan batu bara dari coal silo ke pulverizer diatur dengan coal feeder, sehingga jumlah batu bara
yang masuk ke pulverizer bisa diatur dari control room.
Batu bara yang sudah digiling menjadi serbuk ditiup dengan udara panas (primary air) dari pulverizer menuju
combustion burner melalui pipa-pipa coal piping.
Pada saat start up, pembakaran tidak langsung dilakukan dengan batu bara, tetapi mempergunakan
bahan bakar minyak. Baru setelah beban mencapai 10%-15% batu bara pelan-pelan mulai masuk menggantikan
minyak. Maka selain coal piping, burner juga terhubung dengan oil pipe, atomizing air dan scavanging air pipe
yang berfungsi untuk mensuplai BBM.
Agar pembakaran dalam combustion chamber berlangsung dengan baik perlu didukung dengan sistem
suplai udara dan sitem pembuangan gas sisa pembakaran yang baik. Tugas ini dilakukan oleh Air and Flue Gas
System.
Air and Flue Gas System terdiri dari Primary Air (PA) Fans, Forced Draft (FD) Fans, Induced Draft (ID) Fans,
Air Heater, Primary Air Ducts, Secondary Air Ducts dan Flue Gas Ducts.
Udara yang akan disuplai ke ruang pembakaran dipanaskan terlebih dahulu agar tercapai efisiensi pembakaran
yang baik. Pemanasan tersebut dilakukan oleh Air Heater dengan cara konduksi dengan memanfaatkan panas
dari gas buang sisa pembakaran di dalam furnace.
Ada 2 type Air Heater yang banyak dipakai di PLTU. Yang pertama air heater type tubular, banyak dipakai di
PLTU yang berkapasitas kecil. Sedangkan air heater type rotary lebih dipilih untuk PLTU kapasitas besar.
Primary Air Fans berfungsi untuk menghasilkan primary air yang diperlukan untuk mendorong batu bara
serbuk dari pulverizer ke burner. Forced Draft Fans berfungsi untuk menghasilkan secondary air untuk
mensuplai udara ke ruang pembakaran. Sedangkan Induced Draft Fans berfungsi untuk menyedot gas sisa
pembakaran dari combustion chamber untuk dikeluarkan ke cerobong asap.
Primary & Secondary Air Duct system (warna biru)
Flue Gas system adalah bagian yang sangat penting untuk menjaga agar PLTU tidak menyebabkan
polusi berlebihan kepada lingkungan. Bagian dari flue gas system yang umum terdapat di semua PLTU adalah
Electrostatic Precipitator (EP).
Electrostatic Precipitator adalah alat penangkap debu batu bara. Sebelum dilepas ke udara bebas, gas
buang sisa pembakaran batu bara terlebih dahulu melewati electrostatic precipitator untuk dikurangi
semaksimal mungkin kandungan debunya. Bagian utama dari EP ini adalah housing (casing), internal parts
13. yang terdiri dari discharge electrode, collecting plates dan hammering system, dan ash hoppers yang terletak di
bagian bawah untuk menampung abu.
Pada beberapa PLTU modern ada lagi satu peralatan pengendali polusi yang terpasang antara EP dan cerobong
asap. Alat tersebut adalah Flue Gas Desulphurization (FGD) plant. Sesuai dengan namanya FGD berfungsi
untuk mengurangi kadar sulphur dari gas buang. Kadar sulphur yang tinggi dikhawatirkan bisa menyebabkan
terjadinya hujan asam yang berbahaya bagi lingkungan.
Bagian terakhir dari flue gas system adalah stack/chimney/cerobong asap yang berfungsi untuk membuang gas
sisa pembakaran.
Bagian & Cara Kerja PLTU : Condenser, Feedwater, Water
Treatment & Cooling Tower (3)
February 23rd, 2010 § 8 comments
Pembakaran batu bara di dalam furnace meninggalkan sisa berupa abu batu bara. Abu tersebut menempel pada
elemen-elemen superheater dan permukaan water wall panel. Lapisan abu yang semakin tebal akan mengurangi
efisiensi pembakaran.
Oleh karena itu perlu dilakukan pembersihan secara rutin dengan mempergunakan alat yang bernama
sootblower. Pembersihan elemen-elemen superheaters mempergunakan steam sootblower, sedangkan water
sootblower dipergunakan untuk membersihkan water wall panel.
Coal and Ash Handling adalah bagian tak terpisahkan dari PLTU. Peralatan paling dominan dari coal handling
system ini adalah belt conveyor. Conveyor tersebut berfungsi untuk mengangkut batu bara dari unloader port ke
coal storage yard, dan dari storage yard ke boiler house.
Sementara dalam ash handling system, pengangkutan debu batu bara dilakukan melalui sistem perpipaan
dibantu dengan udara bertekanan. Bisa juga dilakukan secara manual menggunakan dump truck.
System terakhir dari PLTU yang akan saya tulis adalah Balance of Plant. Balance of Plant ini terdiri dari
beberapa sub sistem, di mana yang paling penting adalah =
- Condenser system
- Feedwater system
- Water Treatment Plant
- Cooling Tower
Setelah selesai memutar turbine, uap dibuang ke condenser yang posisinya tepat berada di bawah LP Turbine.
Di dalam condenser uap tersebut diubah menjadi air untuk dipompakan kembali ke dalam boiler.
Condenser memerlukan air pendingin untk mengubah uap menjadi air. Beberapa PLTU memanfaatkan air laut
sebagai pendingin condenser, sementara PLTU yang lain mempergunakan cooling tower untuk mendinginkan
air condenser yang diputar terus menerus dalam sistem tertutup (closed loop).
Condenser system terdiri dari beberapa peralatan utama, yaitu condenser itu sendiri, condenser tube cleaning
system, condenser vaccum system dan condensate pump. Condenser vaccum system berfungsi untuk menjaga
14. agar tekanan di dalam condenser selalu lebih kecil dari tekanan atmosfer. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan plant efficiency dari PLTU.
Water Treatment plant berfungsi untuk memproduksi semua kebutuhan air bagi operasional PLTU. Pada
dasarnya ada 2 jenis air yang dibutuhkan PLTU. Yang pertama adalah demineralized water (demin water) untuk
mensuplai boiler dalam memproduksi uap penggerak turbin. Disebut demineralized water karena air tersebut
sudah dihilangkan kandungan mineralnya.
Yang kedua adalah raw water yang diperlukan untuk pendingin (cooling water) bagi mesin-mesin PLTU dan
untuk dipergunakan sebagai service water.
Secara umum water treatment system PLTU terdiri dari desalination plant untuk memproses air laut atau air
payau menjadi raw water, demineralized plant untuk memproduksi demin water dan tanki-tanki atau kolam
penyimpanan air.
Sebagaimana saya tulis di muka, uap yang meninggalkan turbin masuk ke condenser untuk diubah kembali
menjadi air. Air tersebut dipompa kembali masuk ke boiler untuk diproses menjadi superheated steam yang siap
memutar turbin.
Jadi di sini terjadi closed-loop system. Air dan uap diolah terus menerus dalam sistem tertutup untuk
menggerakkan turbin uap (steam turbine). Meskipun demikian tetap ada air atau uap yang hilang sebagai
system loses dalam proses tersebut. Maka selama PLTU beroperasi selalu diperlukan penambahan demin water
baru secara kontinyu.
Air yang dipompa masuk kembali ke dalam boiler biasa dikenal dengan nama boiler feedwater. Sistem yang
mensuplai feedwater ini terdiri dari beberapa peralatan utama, yaitu :
- Feedwater pumps
- Feedwater tank yang dilengkapi dengan deaerator tank
- Feedwater heaters
Feedwater tank berfungsi untuk menampung feedwater sebelum dipompa masuk ke boiler oleh feedwater
pumps. Pada PLTU berkapasitas kecil, pompa feedwater digerakkan oleh motor listrik, sedangkan pada PLTU
berkapasitas besar mempergunakan turbin uap mini.
Untuk meningkatkan efisiensi PLTU, sebelum dipompa masuk ke boiler, feedwater harus dipanaskan terlebih
dahulu hingga mencapai suhu tertentu. Pemanasan tersebut dilakukan dengan heater (heat exchanger), yang
berlangsung secara konduksi dengan memanfaatkan uap panas yang diambil (diektraksi) dari turbin. Jadi selain
diteruskan ke condenser, ada sejumlah kecil uap dari turbin yang diambil untuk memanaskan feedwater heater.