SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
Download to read offline
Penanggung Jawab: Agus Hasanudin. Pembina : Ustadz Badrusalam, Lc.. Koordinator : Abdul Basith. Dewan Redaksi : Ust. Nuzul Dzikri, Lc., Ust.
Abu Ja'far Cecep, Lc., Muhammad Ihsan, Muhammad Irham. Redaksi : Eko Mas Uri R., BA., Yulian Purnama. Desainer : Ibnu Ali. Distribusi : Haqiqi
Alamat Redaksi: Yayasan Cahaya Sunnah, kompleks Masjid Al Barkah, Jl. Pahlawan, Kampung Tengah, Cileungsi, Bogor. Informasi:
081 383245382. Email: alhikmah.redaksi@gmail.com
Edisi 33 Tahun 2,
Februari 2014
Agama Islam memerintahkan para pemeluknya untuk
mengikuti dalil dan tidak memperkenankan seorang untuk
bertaklid (baca: mengekor/membeo) kecuali dalam keadaan
darurat (mendesak), yaitu tatkala seorang tidak mampu
mengetahui dan mengenal dalil dengan pasti. Hal ini
berlaku dalam seluruh permasalahan agama, baik yang
terkait dengan akidah maupun hukum (fikih).
Oleh karena itu, seorang yang mampu berijtihad dalam
permasalahan fikih, misalnya, tidak diperkenankan untuk
bertaklid. Demikian pula seorang yang mampu untuk
meneliti berbagai nash-nash syari’at yang terkait dengan
permasalahan akidah, tidak diperbolehkan untuk bertaklid.
Mengapa Taklid Tidak Diperkenankan?
Agama ini tidak memperkenankan seorang untuk
bertaklid pada suatu pendapat tanpa memperhatikan
dalilnya. Hal ini dikarenakan beberapa alasan sebagai
berikut:
Pertama: Allah Ta'ala memerintahkan para hamba-Nya
untuk memikirkan (bertafakkur) dan merenungi
(bertadabbur) ayat-ayat-Nya. Allah Ta'ala berfirman (yang
artinya),
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam
bersabda (yang artinya),
“Shalattidaklah
sempurna sampaisalah
seorang diantara kalian
menyempurnakan
wudhu, … kemudian
bertakbir, lalu
melakukan ruku’
dengan meletakkan
telapaktangan dilutut
sampaipersendian yang
ada dalam keadaan
thuma’ninah dan
tenang”
(HR. Ad Darimi no. 1329)
telah diketahuinya, maka kondisinya
layaknya seorang yang mengetahui
agama Islam itu adalah agama yang
benar, namun dia hidup di lingkungan
kaum Nasrani. Apabila orang ini
melaksanakan kebenaran sebatas
kemampuannya, maka dia tidak disiksa
atas kebenaran yang belum sanggup
untuk dikerjakannya. Kondisinya seperti
Najasyi dan semisalnya.
Adapun jika dia mengikuti seorang
mujtahid dan dia tidak mampu
mengetahui kebenaran secara terperinci
serta dirinya setelah dirinya berusaha
dengan sungguh-sungguh, maka dirinya
tidaklah disiksa (berdosa), meski ternyata
pendapat mujtahid tadi keliru.
Namun, apabila seorang mengikuti
(pendapat) suatu individu (ustadz, kyai,
dan semisalnya) tanpa
mempertimbangkan (pendapat) orang
lain (yang semisal dengan individu tadi),
semata-mata karena hawa nafsu dan dia
membelanya dengan lisan serta
tangannya tanpa mempertimbangkan
bahwa individu tersebut berada dalam
kebenaran atau tidak, maka orang ini
tergolong ke dalam kalangan jahiliyah.
Meskipun (pendapat) individu yang
diikutinya tersebut benar, amalan yang
dikerjakannya tetap tidak terhitung
sebagai amalan yang shalih. Apabila
ternyata yang diikutinya keliru, maka
orang (yang bertaklid) tadi berdosa.”
(Majmu’al-Fatawa 7/71 ;Asy-Syamilah).
Wallahu al-muwaffiq.
Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim
BAHAYA
TAKLID
BUTA
Edisi 33 Tahun 2, Februari 2014
(yaitu bab taklid). Mereka itu hanya
(diperintahkan) untuk bertaklid kepada
orang yang berada di atas petunjuk,
sehingga taklid mereka pun berada di
atas petunjuk.” (I’lam al-Muwaqqi’in
2/1 89;Asy-Syamilah,).
Mengikuti Ustadz pun Harus
Berdalil!
Dari pemaparan di atas, seorang yang
mengikuti pendapat seorang imam,
seyogyanya dia mengetahui dalil yang
dijadikan sandaran oleh imam tersebut.
Sehingga, meski tindakannya tersebut
termasuk ke dalam taklid, namun taklid
yang dilakukannya adalah taklid yang
terpuji. Taklid jenis ini, seperti yang
dikatakan oleh para ulama, tetap
tergolong sebagai ittiba’(mengikuti dalil).
Oleh karenanya, setiap muslim
meskipun dia mengikuti pendapat
seorang imam, kyai, ustadz, ataupun da’i,
betapa pun tingginya kedudukan orang
tersebut, dia tetap berkewajiban untuk
mengetahui dalil dari al-Quran dan
sunnah yang menjadi landasan orang
yang diikutinya tersebut. Inilah kewajiban
yang mesti dilaksanakannya. Terakhir,
kami kutip perkataan Syaikh al-Islam Ibnu
Taimiyah yang penulis harap bisa
menjelaskan kewajiban kita dalam
permasalahan ini. Beliau berkata, “Oleh
karena itu, para ulama berkonsensus,
apabila seorang mengetahui kebenaran,
dia tidak boleh bertaklid kepada
pendapat seorang yang berseberangan
(dengan kebenaran yang telah
diketahuinya). Para ulama hanya berbeda
pendapat mengenai legitimasi taklid
yang dilakukan oleh seorang yang
mampu untuk ber-isitidlal (mencari dan
membahas dalil).
Apabila orang tersebut tidak mampu
untuk menampakkan kebenaran yang
tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): 'Ya Rabb
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa
neraka'.”(QS. Ali Imran: 1 90-1 91 ).
Kedua: Allah Ta'ala mencela taklid
dan kaum musyrikin jahiliyah yang
mengekor perbuatan nenek moyang
mereka tanpa didasari ilmu. Allah Ta'ala
berfirman (yang artinya), “Mereka
berkata: 'Sesungguhnya kami
mendapati bapak-bapak kami
menganut suatu agama, dan
sesungguhnya kami orang-orang yang
mendapat petunjuk dengan (mengikuti)
jejakmereka'.”(QS. Az Zukhruf: 22).
Allah Ta'ala juga berfirman (yang
artinya), “Mereka menjadikan orang-
orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai Rabb selain Allah dan (juga
mereka mempertuhankan) Al masih
putera Maryam, Padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuhan yang Esa,
tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan.”
(QS. At-Taubah: 31 ).
Ayat ini turun terkait dengan orang-
orang Yahudi yang mempertuhankan
para ulama dan rahib mereka dalam hal
ketaatan dan ketundukan. Hal ini
dikarenakan mereka mematuhi ajaran-
ajaran ulama dan rahib tersebut dengan
membabi buta, walaupun para ulama
dan rahib tersebut memerintahkan
kemaksiatan dengan mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang
haram [lihat hadits riwayat. At-Tirmidzi
no. 3096 dari sahabat 'Ady bin Hatim].
Ketiga: Taklid hanya menghasilkan
zhan (prasangka) semata dan Allah telah
melarang untuk mengikuti prasangka.
Allah Ta'ala berfirman (yang artinya),
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak
lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
(QS. Al-An’am: 1 1 6).
Namun, yang patut diperhatikan
adalah zhan yang tercela dalam agama
ini adalah praduga yang tidak dilandasi
ilmu. Adapun zhan yang berlandaskan
pengetahuan, maka ini tergolong sebagai
ilmu yang membuahkan keyakinan
sebagaimana firman Allah (yang artinya),
“(yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Rabb-
nya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya.”(QS. Al-Baqarah: 46).
Inilah beberapa ayat al-Quran yang
menerangkan bahwa taklid buta tidak
semestinya dilakukan oleh seorang
muslim dan kewajiban yang mesti
dilakukan oleh seorang muslim adalah
mengikuti dalil.
Perkataan Para Imam tentang
Taklid
Para imam juga menegaskan kepada
para pengikutnya untuk mengikuti dalil,
dan tidak bertaklid. Berikut perkataan
mereka:
Pertama: Imam Abu Hanifah
rahimahullah
Beliau mengatakan, “Tidak boleh bagi
seorangpun berpendapat dengan
pendapat kami hingga dia mengetahui
dalil bagi pendapat tersebut”.
Diriwayatkan juga bahwa beliau
mengatakan, “Haram bagi seorang
berfatwa dengan pendapatku sedang dia
tidak mengetahui dalilnya”.
Kedua: Imam Malik bin Anas
rahimahullah
Beliau mengatakan, “Aku hanyalah
seorang manusia, terkadang benar dan
salah. Maka, telitilah pendapatku. Setiap
pendapat yang sesuai dengan al-Quran
dan sunnah nabi, maka ambillah. Dan jika
tidak sesuai dengan keduanya, maka
tinggalkanlah.” (Jami’ Bayan al-’Ilmi wa
Fadhlih 2/32).
Beliau juga mengatakan, “Setiap
orang sesudah nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dapat diambil dan ditinggalkan
perkataannya, kecuali perkataan nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Jami’ Bayan
al-’Ilmi wa Fadhlih 2/91 ).
Ketiga: Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
Beliau mengatakan, “Apabila kalian
menemukan pendapat di dalam kitabku
yang berseberangan dengan sunnah
rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
maka ambillah sunnah tersebut dan
tinggalkan pendapatku.”(Al-Majmu’1 /63).
Keempat: Imam Ahmad bin Hambal
rahimahullah
Beliau mengatakan, “Janganlah kalian
taklid kepadaku, jangan pula bertaklid
kepada Malik, ats-Tsauri, al-Auza’i, tapi
ikutilah dalil.” (I’lam al-Muwaqqi’in 2/201 ;
Asy-Syamilah,).
Beberapa Pertanyaan Seputar
Taklid
Mungkin ada yang bertanya,
“Sesungguhnya Allah hanya mencela
taklid kepada orang-orang kafir dan
nenek moyang mereka yang tidak
mengetahui sesuatu apapun dan tidak
pula berada di atas petunjuk. Allah tidak
mencela taqlid orang yang taklid kepada
ulama yang memperoleh petunjuk.
Bahkan, Allah memerintahkan untuk
bertanya kepada ahlu adz-dzikr, yaitu
ulama. Ini taklid dan disinyalir Allah
dalam firman-Nya (yang artinya), 'Maka
bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu
tidakmengetahui.'" (QS. An-Nahl: 43).
Jawaban pertanyaan ini dikemukakan
oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah.
Beliau mengatakan,
“Sesungguhnya Allah Ta'ala mencela
Edisi 33 Tahun 2,
Februari 2014
Edisi 33 Tahun 2,
Februari 2014
orang-orang yang berpaling dari apa
yang diturunkan oleh Allah kemudian
bertaklid kepada perbuatan nenek
moyang. Taklid semacam inilah yang
dicela dan diharamkan menurut
kesepakatan para ulama salaf dan imam
yang empat (Abu Hanifah, Malik, Ays-
Syafi’i, dan Ahmad bin Hambal). Adapun
taklid yang dilakukan oleh orang yang
sudah mengerahkan segenap upaya
untuk mengikuti apa yang diturunkan
oleh Allah (dalil), namun sebagian
permasalahan luput dari
pengetahuannya, kemudian dia pun
bertaklid kepada seseorang yang lebih
alim dari dirinya, maka taklid semacam ini
terpuji, tidak dicela, diberi pahala dan
tidak berdosa.” (I’lam al-Muwaqqi’in
2/1 88;Asy-Syamilah,).
Beliau juga pernah menjawab suatu
pertanyaan yang redaksinya sebagai
berikut, “Sesungguhnya yang dicela
adalah orang yang bertaklid kepada
seorang yang menyesatkan dari jalan
yang lurus, sedangkan bertaklid kepada
seorang yang menunjukkan jalan yang
lurus, dimana letak celaan Allah kepada
orang tersebut?”
Maka beliau pun menjawab,
“Jawabannya terdapat pada pertanyaan
itu sendiri. Seorang hamba tidak akan
memperoleh petunjuk sampai dia
mengikuti apa yang diturunkan oleh
Allah kepada rasul-Nya (dalil). Orang yang
bertaklid (muqallid) ini, apabila dia
mengetahui dalil (dari pendapat orang
yang diikutinya), maka dia telah
memperoleh petunjuk dan (hakekatnya)
dia bukanlah seorang muqallid. Jika dia
tidak mengetahui dalil (pendapat orang
yang diikutinya), maka dia adalah
seorang yang jahil (bodoh) dan tersesat
dengan tindakannya yang menerapkan
taklid bagi dirinya. Bagaimana bisa dia
mengetahui bahwa dirinya berada di atas
petunjuk dalam tindakan taklidnya
tersebut? Inilah jawaban untuk seluruh
persoalan yang terdapat dalam bab ini

More Related Content

What's hot

Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu KalamMu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalamade orreo
 
69011339 makalah-mu-tazilah
69011339 makalah-mu-tazilah69011339 makalah-mu-tazilah
69011339 makalah-mu-tazilahAgus Setiawan
 
Hadlratus syaikh muhammad hasyim asy
Hadlratus syaikh muhammad hasyim asyHadlratus syaikh muhammad hasyim asy
Hadlratus syaikh muhammad hasyim asyNizam D'solace II
 
Mengenal kurikulum kunci kunci ilmu syar'i
Mengenal kurikulum kunci kunci ilmu syar'iMengenal kurikulum kunci kunci ilmu syar'i
Mengenal kurikulum kunci kunci ilmu syar'iawisbay
 
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'Marhamah Saleh
 
Menepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htMenepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htDawat Fadhila
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01FarahWirdatul
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaDodyk Fallen
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadMarhamah Saleh
 
! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoifNano Nani
 
Mengenal tingkatan motivasi dalam beribadah
Mengenal tingkatan motivasi dalam beribadahMengenal tingkatan motivasi dalam beribadah
Mengenal tingkatan motivasi dalam beribadahMuhsin Hariyanto
 
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Aliem Masykur
 
ppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalamppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalamChy Mey Cliquerz
 
Aqidah islamiyah
Aqidah islamiyahAqidah islamiyah
Aqidah islamiyahnyongkoh
 
01 memaknai ketaatan secara benar qs. annisa ayat 59.
01 memaknai ketaatan secara benar qs. annisa ayat 59.01 memaknai ketaatan secara benar qs. annisa ayat 59.
01 memaknai ketaatan secara benar qs. annisa ayat 59.edo soehendro
 

What's hot (20)

Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu KalamMu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
 
69011339 makalah-mu-tazilah
69011339 makalah-mu-tazilah69011339 makalah-mu-tazilah
69011339 makalah-mu-tazilah
 
Pengertian aswaja
Pengertian aswajaPengertian aswaja
Pengertian aswaja
 
Hadlratus syaikh muhammad hasyim asy
Hadlratus syaikh muhammad hasyim asyHadlratus syaikh muhammad hasyim asy
Hadlratus syaikh muhammad hasyim asy
 
Mengenal kurikulum kunci kunci ilmu syar'i
Mengenal kurikulum kunci kunci ilmu syar'iMengenal kurikulum kunci kunci ilmu syar'i
Mengenal kurikulum kunci kunci ilmu syar'i
 
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'
 
Nasihat As - Sya'rawi
Nasihat As - Sya'rawiNasihat As - Sya'rawi
Nasihat As - Sya'rawi
 
Menepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htMenepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang ht
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Taqlid
TaqlidTaqlid
Taqlid
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
 
! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif
 
Mengenal tingkatan motivasi dalam beribadah
Mengenal tingkatan motivasi dalam beribadahMengenal tingkatan motivasi dalam beribadah
Mengenal tingkatan motivasi dalam beribadah
 
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
 
ppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalamppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalam
 
Aqidah islamiyah
Aqidah islamiyahAqidah islamiyah
Aqidah islamiyah
 
01 memaknai ketaatan secara benar qs. annisa ayat 59.
01 memaknai ketaatan secara benar qs. annisa ayat 59.01 memaknai ketaatan secara benar qs. annisa ayat 59.
01 memaknai ketaatan secara benar qs. annisa ayat 59.
 
Rukun al fahmu pt 3
Rukun al fahmu pt 3Rukun al fahmu pt 3
Rukun al fahmu pt 3
 

Similar to Bahaya taqlid buta

IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdfIBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdfsdn1lenekkalibambang
 
Mafahim yajibantusahah ina
Mafahim yajibantusahah inaMafahim yajibantusahah ina
Mafahim yajibantusahah inaAndi Siswanto
 
FENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHFENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHIdrus Abidin
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiErwin Wahyu
 
SYARAT DITERIMANYA AMAL _ BAB I BUKU MENTORING ISLAM SAJA KALAM UPI
SYARAT DITERIMANYA AMAL _ BAB I BUKU MENTORING ISLAM SAJA KALAM UPISYARAT DITERIMANYA AMAL _ BAB I BUKU MENTORING ISLAM SAJA KALAM UPI
SYARAT DITERIMANYA AMAL _ BAB I BUKU MENTORING ISLAM SAJA KALAM UPIFlamencoRizky
 
Meletakkan Landasan dalam Menuntut Ilmu
Meletakkan Landasan dalam Menuntut IlmuMeletakkan Landasan dalam Menuntut Ilmu
Meletakkan Landasan dalam Menuntut IlmuMawar'99
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfZukét Printing
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxZukét Printing
 
Keutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddinKeutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddinmhd amin omar
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahpebriyanti
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahArdian DP
 
Pentingnya menuntut ilmu
Pentingnya menuntut ilmuPentingnya menuntut ilmu
Pentingnya menuntut ilmuTohar Latif
 

Similar to Bahaya taqlid buta (20)

Bahaya anti mazhab
Bahaya anti mazhabBahaya anti mazhab
Bahaya anti mazhab
 
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdfIBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
 
Paham yang harus_diluruskan
Paham yang harus_diluruskanPaham yang harus_diluruskan
Paham yang harus_diluruskan
 
Mafahim yajibantusahah ina
Mafahim yajibantusahah inaMafahim yajibantusahah ina
Mafahim yajibantusahah ina
 
FENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHFENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAH
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan Ngaji
 
Rukun al fahmu pt 8
Rukun al fahmu pt 8Rukun al fahmu pt 8
Rukun al fahmu pt 8
 
SYARAT DITERIMANYA AMAL _ BAB I BUKU MENTORING ISLAM SAJA KALAM UPI
SYARAT DITERIMANYA AMAL _ BAB I BUKU MENTORING ISLAM SAJA KALAM UPISYARAT DITERIMANYA AMAL _ BAB I BUKU MENTORING ISLAM SAJA KALAM UPI
SYARAT DITERIMANYA AMAL _ BAB I BUKU MENTORING ISLAM SAJA KALAM UPI
 
Meletakkan Landasan dalam Menuntut Ilmu
Meletakkan Landasan dalam Menuntut IlmuMeletakkan Landasan dalam Menuntut Ilmu
Meletakkan Landasan dalam Menuntut Ilmu
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
 
Rukun al fahmu pt 7
Rukun al fahmu pt 7Rukun al fahmu pt 7
Rukun al fahmu pt 7
 
Keutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddinKeutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddin
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
 
Aswaja Lakmud 2022 revisi.pptx
Aswaja Lakmud 2022 revisi.pptxAswaja Lakmud 2022 revisi.pptx
Aswaja Lakmud 2022 revisi.pptx
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
 
Contoh hadis ahad
Contoh hadis ahadContoh hadis ahad
Contoh hadis ahad
 
Tabayyun
TabayyunTabayyun
Tabayyun
 
Seputar Sekularisme
Seputar SekularismeSeputar Sekularisme
Seputar Sekularisme
 
Pentingnya menuntut ilmu
Pentingnya menuntut ilmuPentingnya menuntut ilmu
Pentingnya menuntut ilmu
 

Recently uploaded

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 

Recently uploaded (20)

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 

Bahaya taqlid buta

  • 1. Penanggung Jawab: Agus Hasanudin. Pembina : Ustadz Badrusalam, Lc.. Koordinator : Abdul Basith. Dewan Redaksi : Ust. Nuzul Dzikri, Lc., Ust. Abu Ja'far Cecep, Lc., Muhammad Ihsan, Muhammad Irham. Redaksi : Eko Mas Uri R., BA., Yulian Purnama. Desainer : Ibnu Ali. Distribusi : Haqiqi Alamat Redaksi: Yayasan Cahaya Sunnah, kompleks Masjid Al Barkah, Jl. Pahlawan, Kampung Tengah, Cileungsi, Bogor. Informasi: 081 383245382. Email: alhikmah.redaksi@gmail.com Edisi 33 Tahun 2, Februari 2014 Agama Islam memerintahkan para pemeluknya untuk mengikuti dalil dan tidak memperkenankan seorang untuk bertaklid (baca: mengekor/membeo) kecuali dalam keadaan darurat (mendesak), yaitu tatkala seorang tidak mampu mengetahui dan mengenal dalil dengan pasti. Hal ini berlaku dalam seluruh permasalahan agama, baik yang terkait dengan akidah maupun hukum (fikih). Oleh karena itu, seorang yang mampu berijtihad dalam permasalahan fikih, misalnya, tidak diperkenankan untuk bertaklid. Demikian pula seorang yang mampu untuk meneliti berbagai nash-nash syari’at yang terkait dengan permasalahan akidah, tidak diperbolehkan untuk bertaklid. Mengapa Taklid Tidak Diperkenankan? Agama ini tidak memperkenankan seorang untuk bertaklid pada suatu pendapat tanpa memperhatikan dalilnya. Hal ini dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut: Pertama: Allah Ta'ala memerintahkan para hamba-Nya untuk memikirkan (bertafakkur) dan merenungi (bertadabbur) ayat-ayat-Nya. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda- Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Shalattidaklah sempurna sampaisalah seorang diantara kalian menyempurnakan wudhu, … kemudian bertakbir, lalu melakukan ruku’ dengan meletakkan telapaktangan dilutut sampaipersendian yang ada dalam keadaan thuma’ninah dan tenang” (HR. Ad Darimi no. 1329) telah diketahuinya, maka kondisinya layaknya seorang yang mengetahui agama Islam itu adalah agama yang benar, namun dia hidup di lingkungan kaum Nasrani. Apabila orang ini melaksanakan kebenaran sebatas kemampuannya, maka dia tidak disiksa atas kebenaran yang belum sanggup untuk dikerjakannya. Kondisinya seperti Najasyi dan semisalnya. Adapun jika dia mengikuti seorang mujtahid dan dia tidak mampu mengetahui kebenaran secara terperinci serta dirinya setelah dirinya berusaha dengan sungguh-sungguh, maka dirinya tidaklah disiksa (berdosa), meski ternyata pendapat mujtahid tadi keliru. Namun, apabila seorang mengikuti (pendapat) suatu individu (ustadz, kyai, dan semisalnya) tanpa mempertimbangkan (pendapat) orang lain (yang semisal dengan individu tadi), semata-mata karena hawa nafsu dan dia membelanya dengan lisan serta tangannya tanpa mempertimbangkan bahwa individu tersebut berada dalam kebenaran atau tidak, maka orang ini tergolong ke dalam kalangan jahiliyah. Meskipun (pendapat) individu yang diikutinya tersebut benar, amalan yang dikerjakannya tetap tidak terhitung sebagai amalan yang shalih. Apabila ternyata yang diikutinya keliru, maka orang (yang bertaklid) tadi berdosa.” (Majmu’al-Fatawa 7/71 ;Asy-Syamilah). Wallahu al-muwaffiq. Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim BAHAYA TAKLID BUTA Edisi 33 Tahun 2, Februari 2014 (yaitu bab taklid). Mereka itu hanya (diperintahkan) untuk bertaklid kepada orang yang berada di atas petunjuk, sehingga taklid mereka pun berada di atas petunjuk.” (I’lam al-Muwaqqi’in 2/1 89;Asy-Syamilah,). Mengikuti Ustadz pun Harus Berdalil! Dari pemaparan di atas, seorang yang mengikuti pendapat seorang imam, seyogyanya dia mengetahui dalil yang dijadikan sandaran oleh imam tersebut. Sehingga, meski tindakannya tersebut termasuk ke dalam taklid, namun taklid yang dilakukannya adalah taklid yang terpuji. Taklid jenis ini, seperti yang dikatakan oleh para ulama, tetap tergolong sebagai ittiba’(mengikuti dalil). Oleh karenanya, setiap muslim meskipun dia mengikuti pendapat seorang imam, kyai, ustadz, ataupun da’i, betapa pun tingginya kedudukan orang tersebut, dia tetap berkewajiban untuk mengetahui dalil dari al-Quran dan sunnah yang menjadi landasan orang yang diikutinya tersebut. Inilah kewajiban yang mesti dilaksanakannya. Terakhir, kami kutip perkataan Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah yang penulis harap bisa menjelaskan kewajiban kita dalam permasalahan ini. Beliau berkata, “Oleh karena itu, para ulama berkonsensus, apabila seorang mengetahui kebenaran, dia tidak boleh bertaklid kepada pendapat seorang yang berseberangan (dengan kebenaran yang telah diketahuinya). Para ulama hanya berbeda pendapat mengenai legitimasi taklid yang dilakukan oleh seorang yang mampu untuk ber-isitidlal (mencari dan membahas dalil). Apabila orang tersebut tidak mampu untuk menampakkan kebenaran yang
  • 2. tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.”(QS. Ali Imran: 1 90-1 91 ). Kedua: Allah Ta'ala mencela taklid dan kaum musyrikin jahiliyah yang mengekor perbuatan nenek moyang mereka tanpa didasari ilmu. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), “Mereka berkata: 'Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejakmereka'.”(QS. Az Zukhruf: 22). Allah Ta'ala juga berfirman (yang artinya), “Mereka menjadikan orang- orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31 ). Ayat ini turun terkait dengan orang- orang Yahudi yang mempertuhankan para ulama dan rahib mereka dalam hal ketaatan dan ketundukan. Hal ini dikarenakan mereka mematuhi ajaran- ajaran ulama dan rahib tersebut dengan membabi buta, walaupun para ulama dan rahib tersebut memerintahkan kemaksiatan dengan mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram [lihat hadits riwayat. At-Tirmidzi no. 3096 dari sahabat 'Ady bin Hatim]. Ketiga: Taklid hanya menghasilkan zhan (prasangka) semata dan Allah telah melarang untuk mengikuti prasangka. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), “Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al-An’am: 1 1 6). Namun, yang patut diperhatikan adalah zhan yang tercela dalam agama ini adalah praduga yang tidak dilandasi ilmu. Adapun zhan yang berlandaskan pengetahuan, maka ini tergolong sebagai ilmu yang membuahkan keyakinan sebagaimana firman Allah (yang artinya), “(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb- nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”(QS. Al-Baqarah: 46). Inilah beberapa ayat al-Quran yang menerangkan bahwa taklid buta tidak semestinya dilakukan oleh seorang muslim dan kewajiban yang mesti dilakukan oleh seorang muslim adalah mengikuti dalil. Perkataan Para Imam tentang Taklid Para imam juga menegaskan kepada para pengikutnya untuk mengikuti dalil, dan tidak bertaklid. Berikut perkataan mereka: Pertama: Imam Abu Hanifah rahimahullah Beliau mengatakan, “Tidak boleh bagi seorangpun berpendapat dengan pendapat kami hingga dia mengetahui dalil bagi pendapat tersebut”. Diriwayatkan juga bahwa beliau mengatakan, “Haram bagi seorang berfatwa dengan pendapatku sedang dia tidak mengetahui dalilnya”. Kedua: Imam Malik bin Anas rahimahullah Beliau mengatakan, “Aku hanyalah seorang manusia, terkadang benar dan salah. Maka, telitilah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan al-Quran dan sunnah nabi, maka ambillah. Dan jika tidak sesuai dengan keduanya, maka tinggalkanlah.” (Jami’ Bayan al-’Ilmi wa Fadhlih 2/32). Beliau juga mengatakan, “Setiap orang sesudah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat diambil dan ditinggalkan perkataannya, kecuali perkataan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Jami’ Bayan al-’Ilmi wa Fadhlih 2/91 ). Ketiga: Imam Asy-Syafi’i rahimahullah Beliau mengatakan, “Apabila kalian menemukan pendapat di dalam kitabku yang berseberangan dengan sunnah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ambillah sunnah tersebut dan tinggalkan pendapatku.”(Al-Majmu’1 /63). Keempat: Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah Beliau mengatakan, “Janganlah kalian taklid kepadaku, jangan pula bertaklid kepada Malik, ats-Tsauri, al-Auza’i, tapi ikutilah dalil.” (I’lam al-Muwaqqi’in 2/201 ; Asy-Syamilah,). Beberapa Pertanyaan Seputar Taklid Mungkin ada yang bertanya, “Sesungguhnya Allah hanya mencela taklid kepada orang-orang kafir dan nenek moyang mereka yang tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak pula berada di atas petunjuk. Allah tidak mencela taqlid orang yang taklid kepada ulama yang memperoleh petunjuk. Bahkan, Allah memerintahkan untuk bertanya kepada ahlu adz-dzikr, yaitu ulama. Ini taklid dan disinyalir Allah dalam firman-Nya (yang artinya), 'Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidakmengetahui.'" (QS. An-Nahl: 43). Jawaban pertanyaan ini dikemukakan oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allah Ta'ala mencela Edisi 33 Tahun 2, Februari 2014 Edisi 33 Tahun 2, Februari 2014 orang-orang yang berpaling dari apa yang diturunkan oleh Allah kemudian bertaklid kepada perbuatan nenek moyang. Taklid semacam inilah yang dicela dan diharamkan menurut kesepakatan para ulama salaf dan imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Ays- Syafi’i, dan Ahmad bin Hambal). Adapun taklid yang dilakukan oleh orang yang sudah mengerahkan segenap upaya untuk mengikuti apa yang diturunkan oleh Allah (dalil), namun sebagian permasalahan luput dari pengetahuannya, kemudian dia pun bertaklid kepada seseorang yang lebih alim dari dirinya, maka taklid semacam ini terpuji, tidak dicela, diberi pahala dan tidak berdosa.” (I’lam al-Muwaqqi’in 2/1 88;Asy-Syamilah,). Beliau juga pernah menjawab suatu pertanyaan yang redaksinya sebagai berikut, “Sesungguhnya yang dicela adalah orang yang bertaklid kepada seorang yang menyesatkan dari jalan yang lurus, sedangkan bertaklid kepada seorang yang menunjukkan jalan yang lurus, dimana letak celaan Allah kepada orang tersebut?” Maka beliau pun menjawab, “Jawabannya terdapat pada pertanyaan itu sendiri. Seorang hamba tidak akan memperoleh petunjuk sampai dia mengikuti apa yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya (dalil). Orang yang bertaklid (muqallid) ini, apabila dia mengetahui dalil (dari pendapat orang yang diikutinya), maka dia telah memperoleh petunjuk dan (hakekatnya) dia bukanlah seorang muqallid. Jika dia tidak mengetahui dalil (pendapat orang yang diikutinya), maka dia adalah seorang yang jahil (bodoh) dan tersesat dengan tindakannya yang menerapkan taklid bagi dirinya. Bagaimana bisa dia mengetahui bahwa dirinya berada di atas petunjuk dalam tindakan taklidnya tersebut? Inilah jawaban untuk seluruh persoalan yang terdapat dalam bab ini