1. PAPER DOSA WARISAN
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Nilai
Mata Kuliah Dogmatika 3
Disusun Oleh:
Noktaf Yanus Zega
NIM: 20188620
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MAWAR SARON LAMPUNG
Mei, 2020
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia Jatuh dalam Dosa
1. Ujian untuk manusia
Alkitab menyatakan bahwa sesudah manusia diciptakan, Allah menempatkan
mereka di taman yang di dalamnya ditempatkan pohon pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat (Kej. 2:8-17). Allah menempatkan pohon itu karena Ia hendak menguji
manusia apakah manusia akan menaati apa yang telah dipesankan Allah kepada mereka.
Kalau manusia menaati peraturan itu, mereka tentu akan mendapat pahala. Sebaliknya,
kalau tidak taat, mereka tentu akan mendapat hukuman.
Di dalam Taman Eden itu hanya ada satu pohon yang buahnya tidak boleh
dimakan oleh manusia. Itu merupakan suatu peraturan yang istimewa karena tidak
dijelaskan apa sebabnya peraturan itu diberikan. Sepuluh hukum Tuhan adalah hukum
yang nyata sebabnya, dan hukum itu dapat disebut sebagai hukum moral. Misalnya, ada
peraturan, “jangan mencelupkan tangan ke dalam air.” Peraturan itu merupakan peraturan
yang istimewa sebab kita tidak mengetahui alasannya, apa kebaikan dan keburukkannya.
Demikian pula Adam dan Hawa tidak mengetahui alasan dari peraturan Allah ini, “. . .
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk itu, janganlah kau makan buahnya.
. . .” Tuhan telah memberikan peraturan itu, dan Adam serta Hawa wajib menaatinya.
2. Maksud Ujian untuk Manusia
Apa sebabnya manusia perlu diuji oleh Allah? Ada tiga jawaban untuk
pertanyaan itu.
Pertama, ujian itu diperlukan sebab manusia memiliki kehendak dirinya
sendiri. Oleh sebab itu, manusia memerlukan sesuatu untuk menentukan pilihan yang
sesuai dengan kehendak dirinya. Kalau tidak ada ujian untuk manusia, apakah gunanya
mereka diberi kebebasan untuk menentukan perbuatannya? Misalnya, kita mengerti
bahwa ikan laut bernapas dengan insang, dan insang itu sesuai dengan suasana air, tetapi
tidak sesuai dengan suasana udara. Jadi, insang itu menuntut, supaya ikan hidup di dalam
3. air.begitu pula manusia, mereka diberi hak dan kuasa untuk menentukan segala
kelakuannya itu agar dapat bekerja atau berfungsi. Kalau manusia tidak diberi kuasa
untuk menentukan sendiri kelakuannya, hal itubertentangan dengan tabiatnya.
Kedua, manusia diuji oleh Allah untuk membuktikan apakah mereka menaati
perintah Allah dan setia kepada Allah. Tentu Allah, yang telah menjadikan manusia,
berhak menguji manusia dan memberikan suatu hukum yang sesuai dengan keadaan batin
mereka. Sebelum Adam bersekutu dengan Allah, ia harus diuji sebab persekutuan
menuntut ketaatan dan kasih menuntut kesetiaan.
Ketiga, kita mengetahui dengan pasti bahwa apa yang telah diperintahkan
oleh Tuhan kepada manusia adalah hal yang mendatangkan kebaikan untuk manusia.
Oleh sebab itu, perintah itu diberikan kepada manusia untuk membawa manusia pada
kehidupan yang lebih tinggi dan mulia. Adam dan Hawa diciptakan dalam keadaan suci
dan dengan sifat yang ingin dekat kepada Allah. Jadi, seandainya mereka telah memilih
untuk menaati perintah Allah, tentu hati nuraninya yang suci akan menyatakan tabiat dan
kelakuan yang suci juga. Seandainya mereka menang dalam ujian itu, tidak dapat tidak
kemenangan itu akan meneguhkan manusia di dalam kesucian. Akan tetapi, karena
manusia sudah salah pilih dan sudah melanggar firman Allah, hati nuraninya yang suci
pun menjadi kotor oleh dosa. Oleh karena itu, akibat dan hukuman dosa ditanggung ke
atas mereka dan atas segala keturunannya sehingga mereka semua terjerumus ke dalam
dosa. Meskipun Adam dan Hawa telah diciptakan dengan tabiat yang suci, mereka
mungkin juga dicobai, bahkan mereka sudah dicobai.
3. Pencobaan Manusia
Alkitab menerangkan bahwa Adam dan Hawa telah dicobai untuk berbuat
dosa dengan melanggar perintah Allah yang istimewa (Kej. 3:1-6, 2 Kor. 11:3, 1 Tim.
2:14). Ular telah dipakai sebagai alat di tangan Iblis untuk mencobai Adam dan Hawa
(Kej. 3:1, 4, 2 Kor. 11:3).
Iblis, makhluk yang telah jatuh sebelum manusia diciptakan, selalu berusaha
menjatuhkan manusia. Ia cerdik sekali sehingga dapat memakai si ular. Bisa jadi ular
yang asli adalah seekor binatang yang elok rupanya dan berjalan dengan kaki (Kej. 3:14).
Sesudah Iblis memasuki ular itu, lalu ia datang kepada Hawa dan mencobai dia.
4. Kecerdikan Iblis itu jelas sebab sesudah ia mencobai Hawa sehingga jatuh,
Hawa kemudian mencobai Adam. Pencobaan yang dilakukan dengan perantaraan Hawa
akan jauh lebih efektif dari pada pencobaan yang datangnya langsung dari Iblis. Kita patut
ingat bahwa maksud Iblis yang terutama ialah supaya Adam jatuh ke dalam dosa. Apakah
sebabnya? Sebab Adam adalah kepala seluruh manusia dan raja atas segenap bumi (Kej.
1:26-28, 1 Kor. 11:7-9), dan dialah yang harus bertanggung jawab. Jatuhnya Adam ke
dalam dosa mengakibatkan semua manusia tercemar dan ikut jatuh ke dalam dosa, dan
itulah yang diinginkan oleh Iblis.
4. Cara Pencobaan itu
Pencobaan terhadap Hawa itu dilakukan melalui tiga cara berikut.
a) Melalui tubuh. Iblis mencobai dengan perantaraan tubuh Hawa. Hawa telah
melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan (Kej. 3:6a).
b) Melalui jiwa. Iblis mencobai Hawa dengan perantaraan pikirannya. Hawa merasa
bahwa pohon itu sedap kelihatannya, (Kej. 3:6b) yang menyangkut unsur
kesenian, tetapi ia menjadi lebih tertarik karena ia berpikir bahwa pohon itu akan
memberi pengertian (Kej. 3:6c).
c) Melalui roh. Dengan rohnya, Adam dan Hawa bersekutu dengan Allah. Iblis telah
mencobai Hawa melalui rohnya dengan berkata bahwa kalau buah itu di makan,
Hawa akan menjadi seperti Tuhan Allah karena dapat mengetahui yang baik dan
yang jahat (Kej. 3:5). Keinginannya untuk menjadi seperti Allah, yang
mengetahui yang baik dan yang jahat, merupakan suatu cita-cita yang mulia,
tetapi sesungguhnya itu adalah ambisi yang berpusat pada diri sendiri dan berasal
dari Iblis, yaitu ambisi yang sama yang menyebabkan jatuhnya Iblis (Yes. 14:14).
Apakah mereka mengetahui yang baik dan yang jahat sebelum mereka jatuh
dalam dosa? Tentu! Mereka tahu bahwa menaati perintah Allah adalah baik dan
melanggar perintah itu adalah jahat. Jadi, tidak ada sesuatu yang ditambahkan pada
pengetahuan mereka, kecuali mengetahui dan menyadari bahwa diri mereka berdosa.
Perhatikanlah bahwa Iblis juga mencobai Tuhan Yesus dengan tiga cara
tersebut (Mat. 4:1-11, Luk. 4:1-13). Sampai dengan sekarang pun Iblis tetap mencobai
semua manusia dengan cara seperti itu. Dalam 1 Yohanes 2:16 terdapat (a) “keinginan
daging”, (b) “keinginan mata”, (c) keangkuhan hidup”.
5. 5. Kejatuhan Manusia dalam Dosa
Alkitab menyatakan dengan jelas sekali bahwa Adam dan Hawa jatuh dari
kesucian mereka yang mula-mula ketika mereka melanggar perintah Allah yang
istimewa, yaitu larangan untuk makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan
yang jahat (Kej. 3:6, Rm. 5:12, 19, 1 Tim. 2:14). Itulah dosa manusia yang pertama, dan
akibat dosa itu besar serta hebat. Hukumannya pun segera datang.
Dr. R.A. Torrey mengemukakan lima hal berikut mengenai dosa yang
pertama itu.
a) Mendengar fitnah yang ditujukan terhadap Allah.
b) Kurang percaya pada perkataan Allah dan kasih Allah.
c) Memandang pada hal yang dilarang oleh Tuhan.
d) Menginginkan hal yang dilarang oleh Tuhan.
e) Melanggar perintah Tuhan.
Dosa Adam dan Hawa dilakukan atas kehendak diri mereka sendiri. Segala
dosa disebabkan oleh pilihan kehendak manusia. Karena Adam dan Hawa telah
diciptakan dalam keadaan suci, dosa datang dai luar mereka. Dosa itu berasal dari Iblis
dengan perantaraan ular. Dosa Adam dan dosa semua keturunannya tidak lain adalah dosa
karena tidak percaya pada firman Allah, mereka mempercayai perkataan Iblis. Oleh
sebab itu kita wajib menerima nasihat ini. Kita tidak dapat sungguh-sungguh menjadi
milik Allah kalau kehendak kita belum dimiliki Allahsmilik Allah kalau kehendak kita
belum dimiliki Allah serta belum tunduk kepada-Nya. Artinya, kehendak kita harus
dikuduskan serta dibebaskan sehingga kita dapat sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Itulah kemerdekaan yang sempurna.
6. Akibat Dosa (akibat kejatuhan manusia dalam dosa)
6. Ketika si ular memberitahu Hawa bahwa mereka akan menjadi seperti Allah
dengan mengetahui yang baik dan yang jahat, ular itu berdusta walaupun ada juga
sebagian kata-katanya yang betul. Tuhan Allah tidak tahu tentang kejahatan sebab Allah
tidak melakukan keejahatan dan tidak dapat dicobai (Yak. 1:13). Namun, Adam dan
Hawa mengetahui kejahatan karena mereka melakukan atau mengalami kejahatan itu.
Sejak saat itu, lebih mudah bagi mereka untuk melakukan kejahatan daripada kebenaran.
Sejak itu pula, tabiat manusia dan semua keturunannya ada di dalam dosa. Akibat dosa
mereka ialah sebagai berikut.
a) Mereka merasa malu (Kej. 3:7). Karena mereka telah memakan buah pohon itu,
mereka melihat kenyataan diri mereka sendiri, dan mereka merasakan tekanan
dosa mereka. Pada saat itu juga Tuhan telah mulai menyadarkan hati nurani
mereka
b) Mereka berusaha sendiri. Mereka telah menyemat daun pohon ara dan membuat
cawat (Kej. 3:7). Setelah Adam jatuh ke dalam dosa, manusia selalu berusaha
untuk menyelamatkan dirinya sendiri -ia telah mencoba menenun bagi dirinya
sendiri suatu jubah kebenaran. Tudung itu bukan tudung darah, bukan tudung
yang berasal dari Allah, dan juga bukan jalan keselamatan dari Allah.
Pengharapan manusia hanya ada di dalam hal menerima tudung kebenaran yang
telah disediakan oleh Tuhan (Kej. 3:21; Flp. 3:9).
c) Mereka menjaddi takut (Kej. 3:8-10). Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, ia tidak
takut, ia dan Hawa bagaikan anak-anak yang selalu senang, dan mereka menemui
Allah pada waktu kapan saja bila mereka mendengar suara-Nya. Namun, sesuatu
yang baru telah masuk ke dalam kehidupan manusia, yaitu ketakutan. Dosa telah
membuat suatu rantai ketakutan yang sampai kini masih mengikat manusia.
d) Mereka mencoba menyembunyikan diri (Kej. 3:8). Dengan bodoh, Adam dan
Hawa menyangka bahwa mereka dapat menyembunyikan diri mereka dari hadirat
Allah. Keturunan mereka juga bodoh karena mereka pun masih mencoba
menyembunyikan pelanggarannya, tidak mau menghadap Allah untuk mengakui
dosa mereka dan mencari pengampunan (Ams. 28:13).
e) Mereka telah mencoba membenarkan diri sendiri (Kej. 3:12). Di sana kita dapat
melihat satu akibat dosa yang paling buruk. Meskipun mereka berdosa dan
bersalah, mereka mencoba membenarkan diri sendiri. Jika seseorang mencoba
7. membenarkan diri sendiri, ia selalu menyalahkan orang lain. Adam telah
menyalahkan Hawa. Namun, lebih daripada itu ia telah menyalahkan Allah juga
dalam perkataannya, “perempuan yang Kau tempatkan di sisiku” (Kej. 3:12).
Seolah-olah ia berkata, “itu salah Tuhan sendiri, yang memberikan perempuan itu
kepadaku sebab kalau Tuhan tidak memberikan perempuan itu, tentu pelanggaran
itu tidak terjadi.” Pada masa ini banyak orang berdosa yang juga mencoba
menyalahkan Allah.
f) Mereka menyalahkan orang lain. Adam telah menyalahkan Hawa sebab dosanya
sendiri, dan Hawa telah menyalahkan si ular (Iblis) sebab dosanya sendiri (Kej.
3:12-13).
Semua dikatakan tersebut adalah akibat dosa di dalam pribadi manusia.
7. Hukuman Dosa
Dosa selalu membawa hukuman, dan beberapa hukuman telah langsung
ditanggung oleh Adam dan Hawa karena dosa mereka.
a) Hukuman telah dijatuhkan kepada ular. Karena ular itu telah menjadi alat Iblis,
ular itu di kutuk (Kej. 3:14, Mi. 7:17). Bahkan, dalam Kerajaan Tuhan yang seribu
tahun, kutukan itu tetap berlaku atas ular (Yes. 65:25). Ular itu melambangkan
Iblis (Why. 12:9).
b) Hukuman telah dijatuhkan kepada perempuan, yaitu penderitaan pada waktu
bersalin dan perempuan harustunduk kepada suaminya (Kej. 3:16, Yoh. 16:21).
Akan tetapi, berkat Injil, Injil mengurangi hukuman itu (1 Tim. 2:15, 1 Ptr. 3:7).
c) Hukuman telah dijatuhkan kepada laki-laki. Hukuman itu berupa kesusahan dan
kelelahan (Kej. 3:17-19, Ayb. 5:7, Pkh. 2:22-23). Pekerjaan adalah suatu berkat,
bukan kutukan. Namun, kutukan atas tanah menyebabkan pekerjaan manusia
lebih berat.
d) Hukuman telah dijatuhkan ke atas bumi karena manusia. Akibat hukuman itu
bumi mengeluarkan semak duri dan rumput duri (Kej. 3:18). Seperti ular, duri
juga adalah musuh manusia (Mat. 7:16). Dalam Alkitab, duri itu melukiskan
kejahatan (Bil. 33:55, 2 Kor. 12:7). Pada waktu Tuhan Yesus disalib, Ia diberi
mahkota duri. Namun, pada masa Kerajaan Tuhan yang seribu tahun, kutukan atas
bumi akan dihapuskan (Yes. 25:8).
8. Semua yang dikatakan itu adalah akibat dosa dari luar manusia, yaitu dari
Allah.
8. Dosa Menyebabkan Perpisahan
Dosa selalu membawa perpisahan. Adam dan Hawa telah dipisahkan dalam
tiga halberikut.
a) Mereka dan keturunan mereka dipisahkan dari pohon kehidupan. Dalam hal itu,
rahmat Allah dinyatakan sebab seandainya manusia dapat hidup selama-lamanya
dalam keadaan berdosa, hal itu menjadi bahaya besar. Oleh sebab itu, Adam dan
Hawa diusir dari pohon kehidupan. Namun, oleh penebusan dan kebangkitan
Kristus, keturunannya yang menerima Kristus akan dapat makan buah pohon itu
(Why. 2:7, 22:14). Tubuh manusia akan menjadi rusak dan lemah, tetapi Tuhan
telah menyediakan pohon kehidupan untuk meniadakan kerusakan itu. Hal itu
nyata bahwa sebelum air bah, manusia berumur panjang sekali. “ mungkin,
seandainya manusia tidak berdosa, tubuhnya akan diangkat atau di bawa naik ke
sorga tanpa melintasi kematian” (strong). Dr. Campbell Morgan menerangkan
bahwa kenaikan semua manusia jika sekiranya tidak ada dosa di dalam manusia.
b) Adam dan Hawa dipisahkan (diusir) dari Taman Eden. Hal itu dilakukan supaya
jangan sampai mereka memakan buah pohon kehidupan. Mungkin manusia dapat
menghampiri Taman Eden di sebelah Timur, tempat beberapa Kerub menjaga,
dan disana mereka menyembah serta mempersembahkan korban-korban kepada
Allah. Barangkali itulah Bait Allah yang pertama.
c) Adam dan Hawa dipisahkan dari hadirat Allah yang dapat dilihat oleh mereka.
Ketika Adam dan Hawa menyembunyikan diri dari hadirat Allah, hal itu terjadi
sebab mereka ada dalam keadaan berdosa, tidak layak memandang Allah atau
bersekutu dengan-Nya. Sejak saat itu, manusia harus menghampiri Allah melalui
seorang pengantara (1 Tim. 2:5).
9. Dosa Menyebabkan Kematian
9. Hukuman Allah ialah melarang manusia memakan buah pohon pengetahuan
yang baik dan yang jahat. Ia berfirman, “. . . dalam bahasa Ibrani, artinya ‘dalam kematian
engkau akan mati’ (Kej. 2:27). Kematian itu, yang disebabkan oleh dosa, meliputi tiga
aspek sebagai berikut.
a) Kematian jasmani. Kematian jasmani adalah terpisahnya roh dan jasmani, yang
menyebabkan kerusakan tubuh. Kematian telah datang kepada manusia karena
dosa, dan kematian adalah upah dosa (Rm. 5:12; 6:23). Jika tidak ada dosa, tentu
Tuhan menentukan suatu jalan lain bagi orang saleh untuk di bawa ke sorga. Di
dalam surat Tesalonika dinyatakan suatu jalan bagi orang-orang saleh Tuhan
untuk dibawa ke sorga selain melalui kematian (1 Tes. 4:17).
b) Kematian rohani. Kematian rohani adalah terpisahnya roh manusia dari Allah
(Mat. 8:22, Luk. 15:32, Yoh. 5:24; 8:51, Rm. 8:13, Ef. 2:1). Hukuman mati yang
dijatuhkan kepada Adam dan Hawa terutama adalah kematian jiwa atau roh, yaitu
keterpisahan dari Allah. Dengan demikian, kematian itu telah dialami oleh Adam
dan Hawa pada hari mereka memakan buah yang dilarang itu (Kej. 2:17). Hidup
yang kekal bukan hanya berarti hidup secara jasmani untuk selama-lamanya.
Demikian pula kematian, itu bukan hanya berarti kematian secara tubuh (Rm.
5:12-21). Ketika dosa telah masuk, roh itu mati. Itulah juga sebabnya, Tuhan
Yesus berkata kepada Nikodemus, “kamu harus dilahirkan kembali” (Yoh. 3:7 -
lihat juga Luk. 15:24, Ef. 2:1, 1 Tim. 5:6, Why. 3:1).
c) Kematian kekal. Kematian kekal adalah akibat kematian rohani, dan merupakan
penggenapan dari kematian rohani. Kematian kekal adalah hukuman Tuhan atas
orang yang tidak bertobat serta tidak percaya kepada Tuhan Yesus sebagai
juruselamatnya, dan hukuman itu diberikan pada tubuh serta roh orang berdosa
(Mat. 10:28, 25:41, 2 Tes. 1:9, Ibr. 10:31, Why. 14:11). Akan tetapi, kematian
rohani dan kematian kekal dapat dihapuskan oleh anugerah Tuhan yang telah
menyediakan suatu grafirat (tebusan) dalam Tuhan Yesus (Kej. 3:21, 4:4, Yoh.
5:24; 8:51, Ibr. 9:22)
10. B. Keadaan Manusia Sekarang
Alkitab menerangkan bahwa dosa telah masuk ke dalam semua manusia
karena dosa Adam (Rm. 5:12-19). Oleh sebab itu, tiap-tiap manusia dilahirkan dalam
dosa dan memiliki sifat dosa (Mzm. 14; 51:7, Yes. 5manusia dilahirkan dalam dosa dan
memiliki sifat dosa (Mzm. 14; 51:7, Yes. 53:6, Rm. 3:9-23; 11:32, Gal. 3:22).dosa tidak
diadakan oleh hukum-hukum Allah yang diberikan atas Bukit Sinai. Hukum-hukum itu
hanya menyatakan dosa yang memang sudah ada sebelumnya (Rm. 5:20; 7:7-22).
Manusia melakukan dosa-dosa karena sifat dosa yang sudah ada di dalam
dirinya. Manusia berdosa sebab tiap-tiap manusia penuh dengan dosa. Tuhan Allah telah
berkata bahwa semua orang telah berdosa (Rm. 3:10, 23). Oleh sebab itu, segenap dunia
berada di bawah hukuman, murka, dan kutuk Allah (Rm. 3:19, Gal. 3:10, Ef. 2:3).
Hukum Allah menuntut supaya manusia betul-betul menaati hukum-
hukumnya Allah, tetapi tidak adak seorng manusia pun yang menaati hukum-hukum itu.
Oleh sebab itu, kutuk karena hukum-hukum yang dilanggar itu akan ditanggungkan ke
atas orang berdosa. Jadi, murka Allah tinggal di atas semua orang yang tidak sungguh-
sungguh percaya kepada Yesus Kristus (Yoh. 3:36). Selain itu, orang-orang yang belum
dilahirkan kembali berarti mereka masih menjadi anak-anak Iblis dan bukan anak-anak
Allah (Yoh. 8:44, 1 Yoh. 3:8-10;5:19).
Segenap manusia ditaklukan oleh Iblis dan dosa hingga mereka tidak dapat
menolong diri mereka sendiri. Kita dapat melihat buktinya dalam seluruh pasal 7 kitab
Roma, Yohanes 8:13-36, dan Efesus 2:3. Jelas dari Alkitab bahwa dosa telah menguasai
segenap tabiat manusia. Pengertian mereka gelap (Ef. 4:18, 1 Kor. 2:14). Hatinya licik
dan sudah membatu (Yer. 17:9-10). Hati nurani dan pikirannya telah tercemar (2 Kor.
7:5). Kehendaknya dilemahkan (Rm. 7:18).
Karena semua itu, Injil menyatakan bahwa manusia berada di bawah
hukuman karena sifat dosanya dan karena manusia juga sudah melakukan dosa. Oleh
sebab itu, perlu sekali manusia dilahirkan kembali (Yoh. 3:3, 7). Hukum-hukum Allah itu
menyatakan dosa di dalam tiap-tiap diri manusia.
11. C. Tanggung Jawab Manusia
1. Tanggung jawab manusia karena kebebasan memilih
Ketika Tuhan Allah menjadikan manusia serta menempatkan mereka di
dalam Taman Eden, Tuhan telah mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk memilih.
Karena Adam telah memilih untuk melanggar perintah Tuhan, akibatnya dosa yang hebat
telah masuk ke dalam diri manusia. Namun, meskipun Adam telah jatuh ke dalam dosa,
hal itu tidak menghilangkan kuasanya untuk memilih, tetapi kuasa untuk memilih itu telah
menyimpang dari kebenaran. Koleh karena itu, penebusan di dalam Injil menggerakkan
kehendak manusia, dan manusia harus memilih Injil. Dengan perkataan lain, manusia
bebas memilih (menentukan) kehendaknya, yaitu ia masih bebas untuk memilih Yesus
Kristus walaupun ia telah terjerumus ke dalam dosa. Jika seorang manusia memlih Yesus
Kristus, Allah akan menopang kehendaknya yang lemah itu dengan kuat kuasa-Nya.
2. Tanggung jawab manusia karena bisikan hati nuraninya
Manusia memilih tabiat yang mengetahui yang baik dan yang jahat. Oleh
karena itu, manusia berkuasa untuk berbuat baik dan jahat. Ketika Adam jatuh ke dalam
dosa, hati nuraninya disadarkan. (Sebenarnya, sebelum Adam jatuh, ia juga telah
mengetahui yang baik dan yang jahat. Ia telah mengetahui yang baik, yaitu menaati
perintah Tuhan, dan ia tahu juga bahwa melanggar perintah Tuhan adalah jahat. Tidak
ada suatu pengetahuan yang ditambahkan kepada Adam sesudah ia berdosa. Ia hanya
mengalami dosa serta menyadari bahwa dirinya telanjang, dan ia tahu bahwa ia sudah
bersalah dan berdosa sebab ia menjadi takut serta mencoba lari dari hadirat Tuhan Allah.)
sesudah hati nuraninya disadarkan, sejak saat itu, Adam harus memilih yang baik atau
yang jahat, sesuatu yang sudah diketahuinya. Jadi, hal itu merupakan suatu tanggung
jawab baru baginya, yaitu jika ia ingin berkenan kepada Allah,ia harus memilih yang baik.
Hati nurani manusia adalah sifat pikirannya atau batinnya yang mengetahui
yang baik dan yang jahat. Hati nurani itu lebih dari pada keinginan untuk menaati batasan-
batasan atau undang-undang yang ada di luar hatinya sendiri, dan undang-undang itu
berlainan setiap bangsa. Hati nurani membuat undang-undang bagi dirinya kalau tidak
12. ada undang-undang lain (Rm. 2:15). Karena tabiat (batin) manusia telah dicemarkan oleh
dosa, boleh jadi hati nuraninya kurang sekali memahami hal-hal yang baik dan yang jahat
atau mungkin hati nurani itu tidak berfungsi lagi sebab sering diabaikan (1 Tim. 4:2).
Oleh sebab itu, hati nurani bukanlah suatu pemimpin yang tidak dapat bersalah.
Hati nurani itu memiliki batasan (ukuran) bagi dirinya. Batasan atau ukuran
itu dapat dipengaruhi dari luar dan dpat juga di buat oleh hati nurani itu sendiri, atau dapat
juga karena dipaksakan oleh peraturan suatu bangsa. Oleh sebab itu, hati nurani dapat
menjadi kurang baik, salah, atau juga benar. Karena bisikan hati dapat salah dan karena
manusia telah dicemarkan oleh dosa, lebih baik hati nurani itu menaati undang-undang
yang telah dinyatakan oleh Tuhan Allah kepada manusia. Di Gunung Sinai Tuhan Allah
telah memberikan undang-undang bagi hati nurani manusia, dan dengan itu Tuhan telah
membuktikan kepada manusia bahwa “manusia telah kehilangan kemuliaan Allah”, dan
karena manusia “tak berdaya oleh daging”, manusia perlu mendapat seorang Juruselamat
dari luar dirinya sendiri, sama seperti manusia memerlukan undang-undang dari luar
dirinya sendiri (Rm. 8:3).
Kalau begitu, apakah tugas hati nurani? Hati nurani menunjukkan kepada
manusia suatu bidang pengertian tentang yang baik dan yang jahat. Bidang itu mungkin
kecil atau luas, sesuai dengan pengertian yang dimiliki oleh orang itu. Namun, bidang itu
diberikan kepada tiap-tiap orang dan orang itu sendiri tahu apakah ia mau atau tidak mau
menaati bisikan yang baik dan yang jahat. Hati nurnai tidak memaksa seseorang. Sejauh
mana seseorang menaati bisikan hati nuraninya, ia akan merasakan apakah ia benar atau
dipersalahkan. Hati nurani seseorang membuat dia bertanggung jawab atas perbuatan-
perbuatannya.
3. Tanggung jawab manusia berkenaan dengan kekekalan yang menjadi kodratnya
Manusia itu kekal. Manusia dijadikan menurut gambar dan rupa Allah. Ada
dua rupa Allah di dalam manusia: manusiayang suci dan manusia yang pribadi. Namun,
kesucian manusia hilang ketika jatuh dalam dosa. Pada waktu manusia mati secara rohani,
manusia sudah terpisah dari Allah. Kematian rohani adalah berpisahnya roh manusia dari
Allah (1 Tim. 5:6, Yak. 5:20). Gambar Allah di dalam manusia (kesucian-Nya) sudah
hilang karena dosa. Namun, rupa Allah, yaitu dalam hal manusia adalah satu pribadi,
tidak hilang. Sungguhpun manusia jatuh ke dalam dosa, manusia masih suatu pribadi.
13. Kesucian manusia dapat hilang, tetapi pribadi manusia tidak dapat hilang atau rusak.
Manusia itu kekal, yaitu pribadinya yang kekal.
Oleh sebab itu, manusia memiliki tanggung jawab yang penting karena ia
akan hidup selama-lamanya, baik dalam kehidupan kekal maupun dalam kebinasaan
kekal. Jadi, manusia wajib menerima hidup kekal dari Anak Allah itu (Rm. 6:23). Tuhan
Allah mau mengaruniakan kepada kita kuasa Roh-Nya supaya kita dapat melakukan
kehendak Allah (Rm. 8:4). Itulah yang membawa tanggung jawab besar kepada kita dan
kita patut bertanya kepada diri kita sendiri, “sudahkah saya menerima kuasa Roh Tuhan
untuk melakukan kehendak-Nya?”