Dokumen tersebut membahas tentang taqwa dalam Islam. Taqwa didefinisikan sebagai memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dokumen ini juga menjelaskan dalil tentang taqwa dari Alquran dan hadis, ciri-ciri orang bertaqwa, manfaat taqwa, dan amalan untuk memelihara ketaqwaan. Selain itu, dibahas pula hubungan manusia den
Sebelum Anda "Download" Silahkan "Follow" atau Beri "Like" terlebih dahulu. Thx.
Bagi yang membutuhkan INHOUSE TRAINING, Silahkan Hubungi : 0878-7063-5053 (Fast Response). TARIF PELATIHAN SANGAT MURAH !!!
Sebelum Anda "Download" Silahkan "Follow" atau Beri "Like" terlebih dahulu. Thx.
Bagi yang membutuhkan INHOUSE TRAINING, Silahkan Hubungi : 0878-7063-5053 (Fast Response). TARIF PELATIHAN SANGAT MURAH !!!
1. MAKALAH PRESENTASI AGAMA
TAQWA
Oleh:
Bagus Dirga Tri (1101083005)
Dedet Harianto (1101083021)
Ilham Azhar (1101083024)
Luthfi Ferisqo (1101083027)
Kelompok 9
2. TAQWA
A.Defenisi Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri
dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk Allah"
Adapun dari asal bahasa arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa Waqa bermakna
melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan
merugikan.
Taqwa / takwa ,yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain
dari taqwa adalah:
1. Melaksanakan segala perintah Allah
2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
B.Dalil Tentang Taqwa
artinya:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”
(QS Ath Thalaq:2-3).
3. artinya:
Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala),
dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.
(QS Al Baqarah 103)
artinya
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.
C.Ciri-Ciri Orang yang Bertaqwa
1. Beriman pada yang ghaib
2. Mendirikan shalat
3. Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya
4. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.
5. Yakin kepada hari akhirat
6. Menunaikan zakat
7. Memenuhi janji bila berjanji
8. Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan.
9. Orang-orang yang menahan amarahnya
10. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
11. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka
ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
12. Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.
4. D.Manfaat Taqwa
1. Lafatahna alaihim barokatimminassamai wal’ardhi, Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi.
Kalau ibu-ibu dan bapak2 masih merasakan berkah, maka itu adalah hasil dari taqwa.
Karena berkah adalah ziyadulkhoir, sesuatu yang memiliki nilai tambah. Ada orang
yang gajinya pas-pasan tapi ia bisa memenuhi kebutuhannya yang sama sekali tidak
kekurangan. Tapi ada juga orang yang penghasilannya besar, kebutuhannya tidak
seberapa, tapi ia merasakan kekurangan terus menerus. Mendapatkan uang muncul
musibah, punya duit ditimpa kecelakaan, jangan-jangan kasus seperti ini karena
hidupnya tidak berkah.
2. Orang taqwa adalah intattaqulloha yaj’allahu furqona. Orang taqwa diberikan
furqon(pembeda) oleh Allah, bahkan ia akan berani tampil beda karena
ketaqwaannya. Maka sering kita lihat ada orang-orang itu kelihatan auranya baik
karena nilai taqwa dalam dirinya sehingga terpancar ke luar, dan pancaran seperti ini
tidak bisa dibuat-buat. Kalau kita ingin hidup beda dengan yang lain dalam segala hal
terutama dalam quality, maka kita harus taqwa.
3. Orang taqwa itu adalah wayukaffir anhum sayyiatikum, jika kamu bertaqwa, Allah
akan menghapus segala macam kesalahannya. Karena taqwa itu hati-hati, maka ketika
ia berbuat dosa langsung ingat pada Allah, sambil mengucapkan kalimat-kalimat
thayyibah, allahu akbar, istighfar, dll, lalu menyadari bahwa yang dilakukannya itu
salah, dosa. Kemudian ia bertaubat seraya meminta ampun atas dosa yang telah ia
perbuat. Akan tetapi kalau ada orang yang berbuat dosa kemudian tidak langsung
tobat tapi dia cuek-cuek saja, dia tenang-tenag saja, apalagi ia merasa bangga setelah
melakukan dosanya itu, maka ia bukan termasuk orang taqwa tetapi fasiq.
4. Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah baginya ada jalan keluar. Orang taqwa itu
tidak pernah tertinggal dari jalan keluar, selalu saja datang solusi. Di kita kalau dalam
keadaan terdesak, solusi yang haram pun dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya.
Seperti menggunakan cara-cara pintas dengan mencari atau melakukan perbuatan
yang haram, solusinya mungkin terpenuhi tapi berikutnya ia akan menghadapi
masalah.
5. Wayarzuqhu min haitsu la yahtasib, mendapatkan rezeki di luar dugaan, gaji besar,
THR besar, rezeki yang tidak disangka-sangka, dll. Sebaliknya orang yang tidak
taqwa itu rezekinya itu seakan-akan ditunda-tunda untuk diturunkan kepadanya.
6. Wamayyatawakkal alaloh fahuwa hasbuh, Allah akan mencukupkan orang yang taqwa
karena ketawakkalannya. Cukup itu tidak identik dengan mewah, atau nominalnya
5. yang besar, bukan seperti itu, tetapi cukup itu ketika kebutuhan kita tercukupi dengan
baik dan tidak berlebih-lebihan.
7. Hatinya tenang. Keluh kesah, gelisah atau perasaan negatif lainnya tidak akan tumbuh
bersama orang yang taqwa.
E.Amalan untuk menjaga dan memelihara ketaqwaan
1. Qiyamullail, bangun malam untuk melaksanakan sholat tahajud 11 rokaat, atau kalau
tidak sanggup cukup 9, 7, 5, atau 3 rokaat.
2. Membaca Al-qur‟an, minimal sehari 10 ayat atau sehari se-ayat tapi beserta
terjemahnya kemudian difahami.
3. Shaum (puasa) sunnat. Seperti puasa senin kamis dan puasa Daud.
4. „Itikaf, kapan saja dilakukan, ketika kita mempunyai banyak waktu maka masuklah
kedalam masjid, cukup setengah jam saja, dengan bersimpuh kepada Allah : “Ya
Tuhan nama saya fulan bin fulan, banyak dosa yang telah saya lakukan oleh karena
itu ampuni saya”. Ia senantiasa mengakui dosa dan kesalahannya lalu meminta ampun
kepada Allah Swt.
5. Shodaqoh , usahakan tiada hari tanpa bershodaqoh.
6. Doa‟, jangan berdoa hanya dalam menghadapai persoalan berat saja, tapi hal-hal yang
kecil-pun jangan dilewat, seperti mau makan, dsb.
7. Silaturahmi. Insyaallah taqwa kita pun dijamin surga karena silaturahmi yang kita
lakukan.
6. F. Hubungan Manusia dengan Allah, Sesama Manusia dan Hubunggan Manusia dengan
Lingkungan
1. Hubungan Manusia dengan Allh (Habluminallah)
Menjalin hubungan baik kepada Allah Swt bagi manusia merupakan sesuatu yang sangat
mendasar. Manusia telah dicipta oleh Allah Swt, bagaimana mungkin ia tidak mau menyembah
dan mengabdi kepada sang pencipta, bukankah hal itu menunjukkan bahwa ia tidak pandai
bersyukur kepada Allah Swt?. Oleh karena itu, di dalam ayat di atas, manusia harus menyembah
Allah Swt dan menunjukkan pengabdian kepada-Nya dengan semurni-murninya sehingga ia
tidak boleh mensekutukan Allah dengan apapun dan siapapun juga, inilah yang disebut dengan
syirik.
Sebagai muslim, kita tidak dibenarkan melakukan syirik, baik syirik yang besar maupun syirik
yang kecil. Namun Rasulullah Saw ternyata tidak begitu khawatir akan kemungkinan kita
melakukan syirik yang besar yakni menuhankan atau menyembah selain Allah Swt, karena
rasanya hal itu tidak mungkin orang yang mengaku muslim tapi menuhankan selain Allah Swt.
Yang sangat dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad Saw justeru adalah apabila kita melakukan
syirik yang kecil, karena hal ini membuat nilai amalnya menjadi terhapus. Dalam satu hadits,
Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya yang aku sangat khawatirkan atas kamu adalah apabila kamu melakukan syirik
yang kecil. Sahabat bertanya: “Apakah syirik yang kecil itu ya Rasulullah?”. Beliau menjawab:
“Riya” (HR ).
2. Hubungan dengan Manusia (Habluminanas)
Manusia antara yang satu dengan lainnya saling membutuhkan, karena itu seharusnya sesama
manusia bisa menjalin hubungan yang sebaik-baiknya. Di dalam ayat di atas, disebutkan contoh-
contoh kepada siapa saja manusia harus menjalin hubungan yang sebaik-baiknya, yakni kepada
delapan kelompok orang.
Pertama, Berlaku baik kepada kedua orang tua. Setiap orang tua, pasti ingin agar anaknya dapat
berlaku baik kepadanya. Orang tua disamping telah melahirkan dan membesarkan juga mendidik
dengan pengorbanan harta dan jiw sehingga seorang anak tumbuh dan besar dengan baik. Karena
itu, setiap anak harus mampu menunjukkan kebaikan dengan sebaik-baiknya kebaikan kepada
orang tuanya, ini karena sebaik apapun perbuatannya kepada orang tua, tetap saja hal itu tidak
akan mampu membalas jasa dan kebaikan orang tua.
7. 3. Hubungan dengan Lingkungan
Islam mengajarkan hidup selaras dengan alam. Banyak ayat Alquran maupun hadis yang
bercerita tentang lingkungan hidup. Dan kitab fikih yang menjadi penjabaran keduanya, masalah
lingkungan ini masuk dalam bidang jinayat (hukum). “Artinya, kalau sampai ada seseorang
menggunduli hutan dan merusak hutan, itu harus diberlakukan sanksi yang tegas. Harus dicegah.
Harus dihukum,” ujar mantan Rois A‟am Nahdlatul Ulama, Prof KH Ali Yafie, Selasa (6/2).
Kepada Damanhuri Zuhri dari Republika, penulis buku “Merintis Fiqh Lingkungan Hidup” ini
bertutur banyak tentang kearifan terhadap alam menurut ajaran Islam. Berikut ini petikannya:
Bagaimana Islam melihat alam?
Ada dua ajaran dasar yang harus diperhatikan umat Islam. Dua ajaran dasar itu merupakan dua
kutub di mana manusia hidup. Yang pertama, rabbul‟alamin. Islam mengajar bahwa Allah SWT
itu adalah Tuhan semesta alam. Jadi bukan Tuhan manusia atau sekelompok manusia, bukan itu.
Dari awal manusia yang bersedia mendengarkan ajaran Islam sudah dibuka wawasannya begitu
luas bahwa Allah SWT adalah Tuhan semesta alam. Orang Islam tidak boleh berpikiran picik,
Allah SWT bukan saja Tuhan kelompok mereka, Tuhan manusia, melainkan Tuhan seluruh
alam. Jadi Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan semua alam. Dan alam di hadapan Tuhan,
sama. Semuanya dilayani oleh Allah, dilayani oleh Allah sama dengan manusia. Itu dasar
pertama.
Kutub yang kedua adalah rahmatan lil‟alamin. Artinya manusia diberikan sebagai amanat untuk
mewujudkan segala perilakunya dalam rangka kasih sayang terhadap seluruh alam. Kalau
manusia bertindak dalam semua tindakannya berdasarkan kasih sayangnya kepada seluruh alam,
tidak saja sesama manusia, namun juga kepada seluruh alam.
Dalam Alquran ada ayat yang mengatakan ”Laa tufsiduu fil ardhi ba‟da ishlahiha (jangan
merusak alam ini, merusak bumi ini sesudah ditata sedemikian baik). Sekarang orang
mengatakan teorinya keseimbangan, itu sebenarnya yang dimaksud dengan kata-kata ba‟da
ishlaahiha. Jadi kalau berbicara mengenai lingkungan alam, itu bagi Islam sejak awal sudah
dibicarakan. Dunia Barat, dunia modern baru ribu dengan masalah lingkungan alam baru di
penghujung abad ke-20. Sebelumnya mereka sudah merusak alam.