1. MAJALAH PERADILAN AGAMA Mei 2013 67
KISAH NYATA
H
asil akhir mediasi dapat dipasti-
kan akan selalu melegakan dua
pihak yang bersengketa karena
mediasi bisa menyelesaikan masalah
secara win-win solution. Alternatif
penyelesaian sengketa (Alternative
Dispute Resolutioin) melalui mediasi
sesuai Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2008 ini terbukti ampuh
menyenangkan dua pihak yang ber-
seteru.
Ada banyak kisah sukses mediasi
di pengadilan agama, tak terkecuali
untuk perkara yang kompleks dan
membutuhkan perhatian ekstra dari
mediator. Salah satunya adalah kisah
sukses mediasi perkara harta ber-
sama di Pengadilan Agama Painan,
Sumatera Barat, dengan nomor
perkara 156/Pd.tG/2011/PA. Pn yang
diputus tanggal 29 Maret 2012 lalu.
Perkara ini bermula dari tun-
tutan pembagian harta bersama yang
diajukan oleh mantan suami (Peng-
gugat) terhadap mantan isterinya
(Tergugat) yang menguasai sebuah
rumah tinggal seluas 200 m2 beserta
segala perabotan berharga di dalam-
nya yang secara keseluruhan ditaksir
bernilai Rp 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah). Perkawinan mereka telah
berakhir dengan perceraian kurang
lebih dua tahun sebelum perkara
gugatan harta bersama itu diajukan.
KISAH SUKSES MEDIASI
Putusan berupa akta perdamaian
(acte van vergelijk) yang terdiri dari 8
(delapan) pasal tersebut secara ringkas
mengandung 5 (lima) pokok kesepaka-
tan. Pertama, kesepakatan para pihak
untuk mengakui bahwa rumah seluas
200 m2 yang dituntut oleh pihak Peng-
gugat adalah benar harta bersama
yang diperoleh selama dalam masa
perkawinan mereka dahulu.
Kedua, kedua belah pihak sepakat
untuk membagi rumah tersebut men-
jadi dua bagian, setengah bagian
untuk Penggugat dan selebihnya
untuk Tergugat.
Ketiga, Penggugat dengan Ter-
gugat sepakat akan membaginya
dengan cara menjual rumah tersebut
dan hasil penjualannya senilai Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah)
akan diberikan kepada Tergugat
dan selebihnya meskipun jumlahnya
kurang dari Rp 100.000.000,- (seratus
juta rupiah) akan diberikan kepada
Penggugat.
Keempat, kedua belah pihak
menyepakati bila penjualan tidak
dapat dilakukan oleh kedua belah
pihak secara sukarela, akan membuka
peluang kepada masing-masing pihak
untuk meminta Pengadilan Agama
melaksanakan eksekusi sesuai den-
gan kekuatan hukum yang melekat
pada akta perdamaian sebagaimana
diatur dalam Pasal 1858 KUH Perdata
dan Pasal 154 ayat (2) dan (3) RBg.
Ketika Mediator
dan Para Pihak
Tersenyum Puas
Kepiawaian mediator sangat menentukan keberhasilan mediasi. Pandai
mengkomunikasikan keinginan para pihak adalah salah satu syaratnya.
Gedung Pengadilan Agama Painan
2. MAJALAH PERADILAN AGAMA Mei 201368
KISAH NYATA
Dan yang kelima, kedua belah
pihak menjadikan kesepakatan ber-
sama tersebut sebagai kerangka
penyelesaian sengketa yang final dan
menyeluruh, sehingga di kemudian
hari mereka tidak akan saling me-
nuntut dalam bentuk apapun.
Proses mediasi berhasil mencapai
kesepakatan setelah 5 (lima) kali per-
temuan dalam jangka waktu 3 (tiga)
pekan. Kelima sessi mediasi tersebut
dilaksanakan secara pleno pada sessi
pertama dan terakhir, kaukus pada
sessi kedua, dan gabungan antara
kaukus dan pleno pada sessi ketiga
dan keempat.
Sessi pleno pertama diperguna-
kan untuk menyamakan persepsi ten-
tang harta bersama dan akibat-akibat
hukumnya, sementara sessi pleno
terakhir untuk mendalami poin-poin
kesepakatan perdamaian yang telah
disusun oleh mediator dan menanda-
tanganinya.
Adapun sessi-sessi kaukus di-
pergunakan untuk setidak-tidaknya
empat tujuan. Pertama, memastikan
kedua belah pihak, terutama mantan
isteri benar-benar setuju terhadap
pembagian harta bersama. Kedua, me-
nelusuri kemungkinan adanya agenda
tersembunyi (hidden agenda) dan/atau
hal-halyangtidakterungkapdalamsessi
panel. Dan ketiga, menelusuri pilihan-
pilihan cara pembagian yang mung-
kin telah dipikirkan oleh kedua belah
pihak. Dan keempat, menghindari
diskusi-diskusi yang kontraproduktif
terhadap pilihan-pilihan penyelesaian
yang masih belum final.
Meskipun akhirnya berhasil
sampai pada kesepakatan perdamai-
an, sejumlah permasalahan mewarnai
proses mediasi tersebut. Pertama,
pihak Tergugat sejak awal diliputi
oleh ketidakpercayaan, baik ter-
hadap mediasi maupun ittikad baik
Penggugat, sehingga tidak mau ber-
mediasi. Kedua, proses pertukaran
pilihan-pilihan penyelesaian diantara
pihak-pihak berlangsung sangat di-
namis. Sampai mediasi ketiga, hampir
tidak ada pilihan penyelesai-an yang
dapat disepakati oleh para pihak.
Ketiga, ketika mediasi menemu-
kan alternatif penyelesaian yang
diperkirakan dapat disepakati oleh
para pihak, muncul masalah baru
yang membuat negosiasi menemui
jalan buntu, sehingga harus kembali
menelusuri pilihan lain. Keempat,
sessi-sessi pleno mediasi kerap ber-
langsung emosional, sampai-sampai
Penggugat ingin menarik diri dari
proses mediasi.
Untuk mengatasi sejumlah per-
masalahan tersebut, mediator meng-
gunakan beberapa pendekatan dan
teknik. Pertama, metode reflektif
untuk memberikan wawasan dasar
kepada para pihak untuk mau duduk
bersama menyelesaikan masalah
secara mediasi. Pemahaman ter-
hadap asal-usul dan konsepsi harta
bersama menjadi salah satu tema
dalam proses reflektif tersebut.
Kedua, oleh karena sessi-sessi pleno
cenderungemosional,mediatormemak-
simalkan pendekatan kaukus dengan
mengedepankan reframing sebanyak-
banyaknya. Tujuannya adalah untuk
mengendalikan perilaku para pihak
dan meredam pernyataan-pernyataan
negatif untuk dikonversi menjadi pern-
yataan-pernyataan positif.
Ketiga, memberdayakan para
pihak untuk memikirkan solusi-solusi
alternatif secara mandiri. Masing-
masing pihak diberikan kesempatan
untuk mengusulkan model penyele-
saian tanpa memaksakan harus men-
jadi pilihan akhir.
Keempat, mendalami pilihan-
pilihan penyelesaian hingga sedetail
mungkin dengan salah satu pihak
sebelum dikomunikasikan dengan
pihak lainnya. Pilihan yang tidak
matang dan masih sumir tidak diko-
munikasikan kepada pihak lainnya.
Kelima, memelihara momentum
kooperatif dalam negosiasi hingga
akhir proses mediasi dengan jaminan
penyelesaian yang mutatis mutandis.
Mediator mendorong para pihak untuk
berpikiran positif, terutama ketika salah
satu pihak terlihat sudah mulai kurang
simpatik kepada pihak lainnya.
Keberhasilan mediasi dalam
perkara ini tergolong unik dan
mengesankan, karena selain men-
capai kesepakatan perdamaian,
para pihak dengan ittikad baik dapat
melaksanakan hasil mediasi tersebut
tanpa kendala yang berarti. Pada
tanggal 9 Mei 2012, kedua belah pihak
dan anak-anaknya datang meng-
hadap Panitera Pengadilan Agama
Painan untuk melaksanakan hasil
mediasi. Calon pembeli menyerahkan
bagian Tergugat di hadapan Pani-
tera, sehingga terpenuhi semua
ketentuan-ketentuan yang telah di-
sepakati oleh Penggugat dan Tergugat
dalam mediasi. Al-Shulhu khair.
(Mohammad Noor)