2. Alkitab menyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah. Kata-kata yang digunakan untuk gambar dan rupa di dalam teks asli
Alkitab, bahasa Ibraninya adalah tsalem demuth. Dua kata ini di gabung tanpa
kata penghubung, tetapi kalau secara terpisah tsalem sering diartikann sebagai
gambar, sedangkan demuth artinya keserupaan atau kemiripan. Kata tsalem
hendak menunjuk gambar dalam arti bahwa komponen-komponen yang dimiliki
Allah yang juga dimiliki manusia yaitu pikiran, perasaan dan kehendak. Dalam
Perjanjian baru kata tersebut diterjemahkan “eikona theou”. Kata tsalem lebih
menunjuk kepada bentuk gambar atau image.
3. Demuth adalah Keserupaan yang menunjuk kepada kualitas atas
komponen-komponennya yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Kata demuth
lebih menunjukkan kepada kemiripan (inggris. Fashion, like, similitude).
Keserupaan dengan Allah yang dimiliki manusia ini bukan sesuatu yang sifatnya
statis tetapi progresif. Kemiripan ini (demuth) mengalami proses perkembangan.
Jadi, proses pendewasaan menuju kesempurnaan sudah terjadi atau
berlangsung sejak manusia pertama di taman Eden, yaitu sebelum manusia
dinyatakan berdosa atau meleset (Yunani hamartano) artinya tidak lagi mampu
bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan
4. Manusia diciptakan lebih mulia dari segala sesuatu yang Allah
ciptakan. Manusia adalah citra dan mahkota dari segala ciptaan
Allah. Dalam diri manusia dilengkapi komponen-komponen yang
tidak ada di dalam makhluk lain, komponen-komponen tersebut
juga ada di dalam diri Allah. Dikatakan segambar dengan Allah,
jelas mengindikasikan bahwa manusia memiliki keberadaan dan
kemampuan seperti Allah. Tentu saja kualitas dan skala yang ada
pada Allah lebih besar dan sempurna.
5. Komponen-komponen tersebut antara lain kecerdasan (rasio) atau intelektual.
Hal ini memampukan manusia berpikir, berlogika, dan menganalisis. Berikutnya
manusia memiliki persaaan dan emosi, hal ini yang membuat manusia dapat memiliki
rasa sayang, benci, cemburu, cinta, marah dan lain-lain. Akhirnya, manusia memiliki
kehendak (will) yang memampukan untuk memiliki kehendak. Kehendak manusia ini
adalah kehendak bebas untuk memilih (Latin: liberum arbitrium), maksudnya manusia
dengan kehendaknya dapat memilih mematuhi Tuhan atau memberontak terhadap-
Nya. Fragmen yang tertulis dalam Kejadian 3 mengenai kejatuhan manusia, memberi
bukti dengan jelas bahwa manusia adalah mahkluk yang memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan atau memilik dan bertanggung jawab atas keputusan dan
pilihannya.
6. Banyak penjelasan para teolog mengenai dua kata tersebut
(tsalem dan Demuth). Tetapi pada umumnya kata-kata itu diartikan
tunggal (bersinonim), bahwa manusia diciptakan segambar dengan
Allah (Ing. In his own image. Latin. Imagodei; similitude). Segambar
dengan Allah juga dapat diartikan sederhana yaitu “mirip seperti
Tuhan sendiri”. Gambar Allah atas manusia inilah yang memberi nilai
pada manusia (The image of God is what makes man). Inilah letak
keagungan manusia atau kemuliaannya. Kemuliaan manusia ini
adalah kemuliaan Allah atau memancarkan kemuliaan Allah.
7. Jadi, ketika manusia dinyatakan jatuh dalam dosa, sebagai akibatnya
kemuliaan tersebut hilang atau berkurang atau tidak tepat seperti yang
dikehendaki oleh Allah, dalam teks bahasa Yunani kata kehilangan atau
berkurang ini adalah yustereo (Roma 3:23). Gambar Allah merupakan sesuatu
yang interen di dalam diri manusia yaitu sesuatu yang tidak dapat dilepaskan
dari diri manusia. Itulah sebabnya walaupun manusia sudah jatuh ke dalam
dosa, tidak dinyatakan bahwa gambar Allah (tsalem) telah hilang sama sekali,
tetapi berkurang kualitasnya seperti yang dikehendaki Allah. Inilah yang
disebut kehilangan kemuliaan Allah.
8. Dalam Kejadian 9:6, Alkitab mencatat bahwa siapa yang menumpahkan darah
manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu
menurut gambaNya. Dalam teks aslinya (Kej 9:6) kata “gambar” adalah “tsalem”. Hal
ini menunjukkan bahwa sekalipun manusia telah jatuh dalam dosa tetapi manusia
masih memiliki komponen yang juga ada pada Allah. Komponen-komponen itu tidak
hilang yaitu pikiran, persaan, dan kehendak.
Memperjelas uraian di atas perlu diamati, Kejadian 5:3. Teks tersebut tertulis:
Setelah Adam hidup serratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang anak laki-
laki menurut rupa dan gambarnya, lalu ia memberi nama Set kepadanya.
Kata rupa dan gambar dalam teks aslinya (Kej 5:3) adalah tsalem dan demuth.
Artinya Set memiliki rupa dan gambar Adam bukan rupa dan gambar Allah. Hal ini
hendak menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan oleh Adam segambar dengan “diri
Adam”, sama kualitasnya dengan Adam yang sudah jatuh dalam dosa. Tsalem dan
demuth nya sama dengan Adam yaitu kualitas manusia yang telah jatuh ke dalam dosa
yang tidak bisa lagi bertumbuh atau berkembang mencapai kualitas tsalem dan
demuth seperti yang dikehendaki oleh Allah.
9. Sejak manusia berdosa maka kemuliaan Allah telah hilang artinya
manusia tidak mampu mencapai standar kesucian Allah. Tetapi manusia tidak
kehilangan kemuliaan manusia. Manusia masih bisa menjadi manusia yang
beradab yang jauh lebih mulia dari hewan. Pengertian ini penting, sebab dalam
proses keselamatan atas gambar Allah yang rusak ini dipulihkan kembali (Lat.
Restituio imagines dei). Pikiran, perasaan, dan kehendak manusia yang rusak
atau cacat diberi kemampuan untuk dipulihkan atau diproses menjadi seperti
demuth Allah atau berkualitas seperti kualitas yang Allah kehendaki.
Oleh karena kejatuhannya, manusia telah menjadi manusia yang
kehilangan kemuliaan Allah, artinya gambar Allah telah rusak (Roma 3:23). Kata
berdosa dalam teks tersebut adalah hamartano, yang artinya meleset; melukai
hati dan hilangnya tanda. Ini berarti manusia telah menyimpang atau meleset
dari kehendak Allah. Gambar Allah yang rusak mengakibatkan manusia tidak
mampu melakukan sesuatu yang tepat seperti yang dikehendaki oleh Allah.
Padahal, inilah maksud tujuan manusia diciptakan. Kejatuhan manusia
membuat manusia kehilangan “tanda. Tanda ini bisa menunjuk kepada kodrat
ilahi atau keberadaan dimana manusia bisa mengambil bagian dalam
kekudusan Allah atau mengenakan kodrat Ilahi.
10. Sejak kejatuhannya, komponen-komponen yang dimiliki manusia tidak lagi
digunakan untuk melakukan kehendak Allah yaitu untuk kesenangan dan
kepuasanNya, tetapi untuk apa yang dirasakan menyenangkan dan memuaskan
diri sendiri. Ini berarti manusia tidak lagi melayani dan mengabdi kepada Tuhan
secara benar. Pada dasarnya, dosa membuat manusia membuka peluang untuk
menjadikan dirinya sendiri sebagai tuan atau majikan. Karakter manusia menjadi
rusak, tidak segambar lagi dengan Allah. Manusia terkunci dalam kondisi tidak
mampu mencapai kesucian Tuhan.
Keselamatan dalam Yesus Kristus dimaksudkan agar karakter manusia
yang rusak dapat diperbaiki kembali. Inilah proses pemulihan gambar Allah (Lat.
restitutio imaginis Dei). Dalam proses keselamatan, Tuhan bukan hanya
menyelamatkan jiwa dan roh dari neraka, tetapi juga karakter atau watak
manusia. Justru jika seseorang mengalami proses keselamatan maka hal itu
nyata dalam perubahan karakter atau watak secara bertahap dan terus menerus
untuk kembali serupa dengan Allah sejak masih di dunia. Dalam hal itu Tuhan
Yesus adalah modelnya.