Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kurikulum dan proses pengembangan kurikulum. Kurikulum didefinisikan sebagai rencana kegiatan belajar mengajar di sekolah yang mencakup kurikulum formal, tak formal, dan tersembunyi. Proses pengembangan kurikulum meliputi pengembangan pedoman kurikulum dan instruksional untuk menentukan ruang lingkup materi pelajaran, tujuan, dan cara penyampaian.
1. Kurikulum dan Instruksional Pembelajaran
A. Pengertian
Lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Ahli teori kurikulum
berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang
direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
sekolah, yaitu kegiatan kurikuler formal dan tak formal atau biasa disebut ko-
kurikuler atau ekstra-kurikuler (co-curriculum atau extra-curriculum).
Kurikuler formal meliputi:
Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.
Bahan pelajaran yang tersusun sistematis
Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.
System evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan
akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu.
Kurikulum ini merupakan pelengkap kurikulum formal, sebagai contoh adalah:
pertunjukan drama, pertandingan antar kelas/antar sekolah, perkumpulan berbagai
hobi, pramuka, dan lain-lain.
Selain kedua hal itu, ada juga yang disebut sebagai kurikulum tersembunyi
atau “hidden curriculum”, misal diantaranya adalah aturan tak tertulis dikalangan
siswa seperti contoh: “harus kompak terhadap guru”. Hal seperti ini turut
mampengaruhi suasana pengajaran dalam kelas. Kurikulum ini bagi sebagian
kalangan tidak dianggap sebagai kurikulum karena tidak direncanakan.
Ralph Tyler mengemukakan bahwa kurikulum ditentukan oleh empat factor
atau asas utama, yaitu:
1. Falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru-guru (aspek filosofis).
2. Harapan dan kebutuhan masyarakat (orang tua, kebudayaan masyarakat,
pemerintah, agama, ekonomi, dan sebagainya) (aspek sosiologis).
3. Hakikat anak antara lain taraf perkembangan fisik, mental, psikologis,
emosional, social serta cara anak belajar. (aspek psikologis).
4. Hakikat pengetahuan atau disiplin ilmu (bahan pelajaran).
B. Proses Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama, yaitu
pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman instruksional.
1
2. 1. Pedoman Kurikulum, meliputi:
a. Latar belakang, berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga pendidikan,
populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau matakuliah,
struktur organisasi bahan pelajaran.
b. Silabus, berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang diberikan yaitu
scope (ruang lingkup) dan sequence-nya (urutan pengkajiannya).
c. Disain evaluasi, termasuk strategi revisi atau perbaikan kurikulum
mengenai:
- Bahan pelajaran (scope dan sequence).
- Organisasi bahan dan strategi instruksionalnya.
Pedoman kurikulum disusun untuk menentukan dalam garis besarnya,
yaitu:
Apa yang akan diajarkan (ruang lingkup, scope).
Kepada siapa kurikulum diajarkan.
Apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa.
Dalam urutan yang bagaimana (sequence).
Selanjutnya perlu diuraikan:
Falsafah dan misi lembaga pendidikan, sekolah, akademi, atau
universitas/institute. Dalam hal perguruan tinggi perlu dikemukakan
falsafah dan misi tiap fakultas dan jurusan.
Alasan atau rasioanal kurikulum berhubungan dengan populasi yang
dijadikan sasaran, yakni untuk apa siswa dipersiapkan.
Tujuan filosofis mengenai bahan yang akan diajarkan, alasan
memilihnya.
Organisasi bahan pelajaran secara umum.
2. Pedoman Instruksional.
Instuksional atau pengajaran adalah proses interaktif yang berlangsung
antara guru dengan siswa atau juga antara sekelompok siswa, dengan tujuan
untuk memeperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap, serta memantapkan
apayang akan dipelajari tersebut.
Proses instruksional banyak didasarkan atas pedoman kurikulum yang
telah disepakati bersama atau atas seperangkat tujuan dan harapan yang
menjadi parameter bahan yang akan diajarkan. Pedoman instruksional
diperoleh atas usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar
lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk mempersiapkannya sebagai
pelajaran dalam kelas. Penyusunan pedoman instruksional sebaiknya dilakukan
oleh suatu tim, termasuk guru yang akan mengajarkannya.
2
3. Instruksional mempunyai dua dimensi, yaitu (1) Dimensi kognitif,
pengetahuan, keterampilan. (2) Dimensi afektif, kematangan, tanggung jawab,
inisiatif siswa. Dimensi pertama berkenaan dengan bahan yang akan diajarkan,
tujuan yang akan dicapai, sedangkan dimensi kedua berkenaan dengan keadaan
ciri-ciri dan taraf perkembangan siswa.
Langkah-langkah mendisain Pedoman Instruksional
Untuk mendisain pedoman instruksional dapat diperhatikan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Tentukan satu atau dua tujuan untuk tiap topik yang telah disebut dalam
silabus mata pelajaran. Tujuan itu lazim disebut tujuan instruksional umum
atau TIU.
b. Rumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) sehingga dapat diamati dan
diukur hasilnya.
c. Tentukan dua atau tiga macam kegiatan belajar bagi tiap tujuan khusus.
d. Sediakan sumber dan alat belajar mengajar yang sesuai.
e. Buat disain penilaian hasil dan kemauan belajar, cara menilai, alat menilai
untuk tiap tujuan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, S. 1991. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Nasution, S. 1995. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
3