Dokumen tersebut membahas tentang teori perhitungan teodolit. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan:
1. Pengukuran dengan teodolit dapat mengukur sudut dan koordinat titik-titik, serta menentukan luas suatu daerah.
2. Ada dua cara pengukuran sudut dengan teodolit, yaitu triangulasi dan poligon tertutup atau terbuka.
3. Dibahas pula rumus-rumus yang dipakai d
1. TEORI PERHITUNGAN TEODOLITH
KATA PENGANTAR
Puiji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan karena
anugerah-anugerahnyalah tugas laporan ilmu ukur tanah ini dapat kami selesaikan
dengan baik.
Praktik ini merupakan suatu kewajiban bagi kami sebagi mahasiswa fakultas
teknik sipil dan perencanaan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, yang
mengambil mata kuliah tersebut. Tugas praktikum ilmu ukur tanah ini kami susun
secara praktis, yang merupaka realisasasi dari praktik ukur tanah yang telah di
lakasanakan di lokasi kampus.
Dalam proses penyusuna tugas praktikum ilmu ukur tanah tentunya kami tahu
banyak terdapat kekurangan untuk itu kritikan dan saran yang bersifat membantu dan
membangun dari rekan-rekan pembaca sekalian sangat kami harapkan. Kami
berharap dengan adanya tugas ini dapat menambah dan meningkatkan pengalaman
maupun penalaran dalam kesalahan ilmu teknik Arsitektur.
Akhir kata kami sebagai penulis penyusunan laporan ini mengicapkan terima
kasih yang sebesr-besarnya kepada Bpk. DidikRiyadi Mabui,ST dan Bpk.Meidi, yang
telahmembantu dalam penyelesain tugas ini serta rekan-rekan yang telah membantu
kami demi untuk tercapai dan selesainya tugas laporan ini.
Jayapura,
2. Penyusun:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian ilmu yang lebih luas yang disebut " Geodesi "
sedangkan geodesi sendiri mempunyai dua tujuan antara lain :
a) Tujuan Ilmiah : Menentukan tinggi permuka
b) Tujuan Praktis : Membuat gambar dari sebagian kecil atau sebagian besar
dan permukaan bumi yang dinamakan peta.
Mata kuliah ilmu ukur tanah jurusan Arsitektur hanya
mempelajari praktisnya saja, yaitu membuat peta bagian keperluan – keperluan
Arsitektur. Tujuan tersebut diatas dapat tercapai dengan melakukan pekerjaan
sebagai berikut :
a) Melaksanakan Praktikum, yaitu mengadakan pengukuran -
pengukuran diatas permukaan bumi biasa disebut pekrjaan lapangan
b) Menghitung hasil pengukuran dan menggambarkannya diatas kertas yang
disebut pekerjaan kantor.
Karena bumi ini tidak berbentuk bulat namun lonjong dan diketahui bahwa
permukaan bumi tidaklah rata yang disebabkan oleh adanya gunung – gunung dan
Patricia.M.A
Nim. 02 122
3. lembah – lembah, maka untuk dapat melukiskan suatu bagian permukaan bumi
diperlukan suatu bidang persamaan ( bidang refensi ).
Proyeksi berdasarkan bidang dapat diategorikan sebagai berikut:
a) Bidang elipsoide, apabila luas daerah pengukuran lebih besar dari 5.300 km2.
b) Bidang bulatan, apabila luas daerah pengukuran lebih besar dari 100 km2
c) Bidang datar, apabila luas daerah tidak melebihi 55km2.
d) Bidang elipsoide dan bidang bulatan dipelajari dalam geodesi yang bertujuan
ilmiah Dengan demikianreferensi bidang datar dipraktekkan didalam ilmu ukur
tanah ini.
Dalam menjalankan praktikum ilmu ukur tanah ini mahasiswa sebagai calon
engineering civil diharapkan agar mampu mengenal, menggunakan alat sekaligus
dapat melakukan pengukuran dalam menentukan perbedaan leta ketinggian (Elevasi)
tanah dimana dapat nemberikan bentuk konfigurasi tanah (Relief) permukaan tanah
serta menentukan luas dari area pengukuran.
Praktikum ilmu ukur tanah merupakan praktikum wajib bagi jurusan Arsitektur
yanglulus mata kuliah uur tanah yang tujuannya adalah untuk dapat membuat peta
atau kondisi geografis dari suatu daerah atau tempat bagi keperluan Arsitektur.
Tujuan tersebut diatas dapat tercapai dengan melakukan pekerjaan sebagai berikut:
a) Melaksanakan praktikum Yaitu meengadakan pengukuran diatas permukaan
bumi yang biasa disebut pekerjaan.
b) Menghitung dan mengelola data Yaitu menghitung hasil pengukuran
dan menggambarkan diatas kertas yang lazim disebut pekerjaan kantor.
1.2 Permasalahan
Mahasiswa telah mendapatkan pemahaman materi secara teoritis tentang
pengukuran dan pemetaan, tetapi belum mengetahui lebih lanjut bagaimana
penerapan dilapangan.
Perlunya aplikasi ilmu tantang pemahaman teori mengenai pengukuran dan
pemetaan
( mata kuliah ilmu ukur tanah ), bagaimana membuat peta / kondisi geografis
dari suatu daerah bagi keperluan Arsitektur.
4. 1.3 Batasan Masalah
Didalam penulisan laporan ini penulis membatasi masalah, yaitu:
Pengukuran pada penyipat datar ( Waterpass ) dengan pengukuran pergi dan
profil memanjang.
Pengukuran pada penyipat sudut ( Theodolit ) dengan pengukuran Polygon
tertutup.
1.4 Maksud dan Tujuan
Pratikum ini dimaksudkan untuk melatih mahasiswa sebagai pratikan dalam
melakukan pengukuran, pengambilan data, pengolahan data dan penggambarannya
di atas kertas. Sedangkan tujuan dari diadakannya pratikum Ilmu Ukur Tanah adalah:
Tujuan Umum : 1. Mengenal dan mengetahui cara penggunaan pesawat ukur
tanah waterpas dan teodolith.
Tujuan Khusus : 1. Untuk menentukan beda tingi dari suatu titik yang sudah
diketahui ketinggiannya dengan titik lain yang belum diketahui
ketinggiannya dengan waterpass;
2. Untuk mengetahui pengukuran sudut suatu lokasi serta
curaman- curamannya dengan alat theodolit;
3. Dapat mengolah hasil pengukuran dan penggambarannya.
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu data dilapangan adalah dua hari yaitu hari sabtu, 7 Juni dan hari Selasa,
10 Juni 2003.
Lokasi pengukuran adalah areal Perumahan Dosen Universitas Sains dan
Teknologi Jayapura.
1.6 Metodologi
Penjelasan teori.
Penetapan lokasi yang akan diukur.
5. Memeriksa semua perlengkapan dari peralatan yang akan dibutuhkan untuk
keperluan pengukuran, mengkonsutasikan dengan asisten dan staf
laboratorium, setelah lengkap dan dengan persetujuan dari asisten maka
selanjutnya diadakan kegiatan pengukuran dilokasi yang ditentukan.
Kegiatan dilapangan ( pengukuran ).
Pelaporan kegitan pengukuran yang berupa analisa data yang dilakukan
setelah pengukuran padilangan.
1.7 Sistematika Laporan
BAB I. Memuat tentang Pendahuluan, yang terdiri dari latarbelakang,
Permasalahan, Batasan Masalah, Maksud dan Tujuan, Waktu dan
Tempat Pelaksanaan, Metodologi, Sistematika Laporan.
BAB II Memuat tentang Teori, yang terdiri dari Teori Pengukuran, Teori Penyipat
Datar, Teori Penyipat Sudut.
BAB III Memuat tentang Prosedur Pengukuran dan Langkah- langkah
Perhitungan, yang terdiri dari Penyipat Datar ( Waterpass ), Penyipat
Sudut ( Theodolit ).
BAB IV Memuat tentang Analisa, yang terdiri dari Data, Perhitungan Kesimpulan
dari penyipat datar ( Waterpass ), dan Data, Perhitungan, Kesimpulan
dari Penyipat Sudut.
BAB V Memuat tentang Penutup, yang berupa Kesimpulan dan Saran.
BAB II
T E O R I
2.1 Teori Pengukuran
Pekerjaan Pengukuran dapat dibagi berdasar atas luas serta bentuk dari
daerah yang diukur yaitu:
Geodesi ( Geodetic Survey )
Ukur tanah datar ( Surveying )
6. Didalam bidang bidang ukur tanah datar ( surveying ) daerah yang dicakup
adalah kecil sehingga permukaan bumi dapat dianggap sebagai bidang datar.
Berdasar atas keperluan atau tujuan dari pengukuran, maka dapat digolongkan
menjadi:
Pengukuran Topografi ( Topographic Survey) : untuk memperoleh
gambaran dari permukaan tanah yang diukur, yaitu keadaan medan (
tinggi / rendahnya ), serta semua benda-benda / yang ada diatasnya.
Pengukuran Kadaster ( Cadastral Survey ) : Pengukuran yang ada
hubungannya dengan pemilikan tanah, pihak tanah, balas tanah.
Pengukuran Teknik Sipil ( Construction Survey ) : Pengukuran yang ada
hubunganya dengan pelaksanaan pembuatan bangunan gedung, jalan
raya, bendungan dan bangunan-bangunan lainnya.
Fotogrammetri : Pengukuran dengan menggunakan foto udara.
Pengukuran Hidrografi ( Hydrographic Survey ) : Pengukuran untuk
mendapatkan gambaran dari dasar laut, dataran, danau, sungai dan
bentuk-bentuk perairan lainnya.
2.2 Teori Penyipat Datar ( Waterpass )
Penyipat datar adalah menentukan atau mengukur beda tinggi antara dua titik
atau lebih. Ketelitian penentuan ukuran tergantung pada alat-alat yang digunakan
serta ketelitian pengukuran yang dapat dilaksanakan. Pengukuran dengan alat
penyipat datar ini untuk penggambaran Long Section dan Cross Section. Alat yang
digunakan pada penyipat datar ini adalah Waterpass.
Penentuan selisih tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan
tiga carapenempatan alat datar tergantung pada keadaan lapangan.
Warterpass adalah alat untuk mengukur arah horizontal dengan maksud untuk
mencari beda tinggi antara dua titik.
Jenis-jenis pengukuran sipat datar :
1. Menyipat datar memanjang, yang dibedakan menjadi : memanjang terbuka,
memanjang keliling ( tertutup ), memanjang terbuka terikat sempurna,
memanjang pergi pulang, memanjang double stand.
2. Menyipat datar profil, yang dibedakan menjadi : Profil memanjang dan profil
melintang.
3. Menyipat datar resiprokal.
4. Menyipat datar luas.
7. 2.2.1 Rumus-Rumus Yang Dipakai Pada Perhitungan
a. Perhitungan jarak
D= (Ba-Bb ) X 100
Dimana : D = jarak datar
Ba = benang atas
Bb = benang bawah
b. perhitungan beda tinggi
∆h = Tp – Bt
Dimana : ∆h = Beda tinggi
Tp = b. Tinggi pesawat
Bt = Benang tengah
8. c. Koreksi beda tinggi
∆h Koreksi = ∆h ± ( D / ∑D X ∆H )
Dimana : ∆h Koreksi = koreksi beda tinggi
D / ∑D = jarakdatar / jumlah jarak
∑∆h = jumlah perhitungan beda tinggi
d. Perhitungan tinggi titik
H = Tp + ∆h koreksi
2.3 Teori Penyipat Sudut ( Theodolit )
Penyipat sudut merupakan alat ukur yang dapat menghitung koordinat dan
absisi dari titik yang diukur. Dan juga dapat menentukan luas suatu daerah.
Dengan alat ukur sudut, kita dapat mengukur sudut arah dua titik atau lebih dan
sudut curam terhadap bidang horizontal dan suatu yang
vertical. Ada dua cara pengukuran sudut:
1. Jaringan segitiga ( triangulusi )
2. Rangkai segi banyak ( Poligon ) terbuka dan tertutup
2.3.1 Rumus-Rumus Yang Dipakai Dalam Perhitungan
a. Cara koordinat
Untuk dapat menghitung koordinat titik-titik kerangka dasar dilapangan
diperlukan data-data seperti: azimuth awal, sudut lurus ( baik sudut dalam maupun
luar ), Jarak horizontal dan ketinnggian.
Koordinat suatu titik dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
Rumus umum: Xn = X( n-1 ) + Dt( n- ).n sin α( n-1 ).n
Yn = Y( n-1 )+ Dt( n-1 ).n cos α( n-1).n
b. Perhitungan polygon tertutup (loop)
9. Ket :
α 1,2 : Azimuth awal
β: sudut dalam
Dt :jarak datar 1,2… : No. titik
Syarat geometri polygon tertutup ( untuk sudut dalam ) :
a. ∑ β : ( n-1 ).180°
b. ∑( Dt . Sin α ): 0
c. ∑( Dt . cos α ) : 0
Azimuth titik berikutnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
An ( n+1 ) =[α ( n-1 ) n+180° ]- βn
Jika diketahui koordinat dua titik, maka azimuth suatu titik dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
An ( n + 1 ) = Arc Tan . [ X ( n – 1 ) – Xn ]
Y ( n + ) – Yn
Kesalahan jumlah total sudut dalam untuk polygon tertutup :
f ( β ) = ( n-2 ) . 180° - Σβ
10. Koreksi sudut dalam ( Kβ ) diberikan secara merata kepada setiap titik
Kβ = fβ
N
Kesalahan linier jarak untuk absis ( fX ) dan ordinat ( fY )
( fX ) : Σ( Dt . sin α )
( fy ) : Σ( Dt . cos α )
Koreksi yang diberikan untuk absis ( KX ):
KX = Dtn ( fX )
ΣDt
Koreksi yang diberikan untuk ordinat ( KY ) :
KY = Dtn ( fy )
ΣDt
Secara sistematis tahapan hitungan / koreksi koordinatuntuk polygon adalah
sebagai berikut :
1. Besarnya kesalahan sudut dalam :
fβ = (n-2) . 180° - ∑β
2. Besarnya koreksi sudut dalam:
Kβ = fβ
n
3. Sudut dalam terkoreksi :
β'η = βη ± Kβ
4. Azimuth setiap titik polygon berikutnya :
( n + 1 ) = [ α ( n – 1 ) n ± 180° ] β'n
5. Kesalahan linier jarak untuk absisdan ordinat
( fX ) : ∑ ( Dt . sin α )
( fY ) : ∑( Dt . cos ∑ )
11. 6. Koreksi absis dan ordinat tiap titik :
Kxn : Dtn ( fx )
∑Dt
Kyn : Dtn ( fy )
ΣDt
7.Absis dan ordinat terkoreksi :
∆yn : ∑(Dt .sin α ) + Kyn
∆xn : ∑( Dt . cos α )
8. koordinat tiap titik polygon :
Xn = X ( n – 1 ) ± ∆yn
Yn = Y ( n – 1 ) ± ∆yn
c. Perhitungan tinggi titik untuk polygon tertutup
Jika pengukuran dan perhitungan tinggi titik dilakukan dengan benar, maka
jumlahbeda tinggi antara titik polygon awal sampai dengan titik polygon akhir = 0,
atau ∑∆h = 0.
Koreksi beda tinggi : Kh = ∑∆h
Tahapan perhitungan / koreksi tinggi titik polygon adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan beda tinggi :
Kh = ∆h1 + ∆h2 + ∆h3 + ∆h4…+ ∆hn
2. Beda tinggi terkoreksi :
∆h'n = ∆hn + [(Dtn)Kh]
∑Dt
3. Tinggi tiap titik
Hn =H ( n – 1 ) ± ∆h'n
12. BAB III
PROSEDUR PENGUKURAN
DAN LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN
3.1 Penyipat datar (waterpass)
3.1.1 Prosedur pengukuran
1.Menyiapkan alat perlengkapan pengukuran berupa :
Pesawat penyipat datar (waterpass)
Statip (kaki tiga)
Unting-unting
Bak ukur (rambu ukur)
Roll meter > Patok kayu dan paku
Kompas
Payung
2. menentukan lokasi pengukurann
3. Menggambarkan sketsa lokasi pengukuran
4. Menentukantitik lokasi pengukuran pada sketsa yang ada
5. Meletakkan alat pada titik awal yang telah ditentukan, meliputi :
memasang titik patok awal
Memansang titik statip
13. Memasang pesawat
Memasang unting-unting
Menyetel nipo
6. Mengukur tinggi pesawat dengan roll meter
7. Menembak titik pengukuran pertama dengan sudut 0°
8. Menentukan azimuth awal dari yang telah dinolkan
9. Membaca BA,BB dan BT pada bak ukur
10. Mengukur jarak antara pesawat dengan roll meter
11. Memutar alat ke titik selanjutnya dan melakukan hal yang sama pada point
9,10
12. Memindahkan pesawat dan mengulang point 6,7,9,10,11,12
3.1.2 Langkah-langkah perhitungan
1. Membuat tabel pengukuran
2. Mengisi data pengukuran
3. Mengolah data pengukuran berupa :
Mencari jarak optis : D = (BA-BB)X100
>Mencari beda tinggi : ∆h – Tpn – Btn
Mencari tinggi titik koreksi : Hpn = Hp (yang diket) + ∆h pn
Melakukan koreksi sudut : ∆h koreksi =∆h ±(D/∑DX∑∆h)
3.2 Penyipat Sudut (theodolit)
3.2.1 Prosedur Pengukuran
14. 1. Menyiapkan alat perlengkapan pengukuran berupa :
Pesawat penyipat datar (waterpass)
Statip (kaki tiga)
Unting-unting
Bak ukur (rambu ukur)
Roll meter
Patok kayu dan paku
Kompas
Payung
2. Menentukan lokasi pengukuran
3. Menggambarkan sketsa lokasi pengukuran
4. Menentukan titik lokasi Pengukuran pada sketsa yang ada
5. Meletakkan alat pada titik awal yang telah ditentukan, meliputi :
Memasang titik patok awal
Memasang titik statip
Memasang pesawat
Memasang unting-unting
Menyetel nipo
6. Mengukur tinggi pesawat dengan roll meter
7. Mencari sudut horizontal 0°, kemudian menekan hold lalu menembak ketitik
pengukuran
8. Menentukan azimuth awal dari yang telah dinolkan
9. Membaca BA, BB dan BT pada bak ukur
10. Mengukur jarak antara pesawat dengan rooll meter
11.Melepas hold pada pesawat lalu memutar alat ketitik selanjutnya dan
melakukan hal yang sama dengan point 9,10
15. 12. Memindahkan pesawat dan mengulang point 6,7,9,10,11.
3.2.2 Lankah-langkah Perhitungan
1. Mencari tabel pengukuran
2. Mengisi data pengukuran
3. Mengolah data pengukuran berupa :
mencari jarak optis : Do = (BA-BB) X 100
Mencari beda tinggi : (BA_BB) X 100 X sin² α + Tps-BT
2
Mencari elavasi : Hpn = Hp (yang diket) + ∆h
BAB IV
A N A L I S A
PERHITUNGAN SUDUT AZIMUTH ( Sudutu terhadap utara)
P0
22. Perhitungan Koreksi Jarak Patok Utama Sudut Horizontal
Rumus = d x J.Hor., dimana = d = jarak datar
d d = jumlah jarak datar
J. Hor. = jumlah jarak horizontal
P1 – P2 42.381 x 0.667 = 0.1214
232.818
P2 – P3 69.471 x 0.667 = 0.199
232.814
P3 – P4 48.598 x 0.667 = 0.1413
232.814
P4 – P1 72.142 x 0.667 = 0.2066
232.818
Perhitungan Koreksi Jarak Patok Utama Sudut Vertical
Rumus = d x J.Vert,
d
P1 – P2 42.381 x 0.178 = 0.032
232.818
P2 – P3 69.471 x 0.178 = 0.053
232.814
P3 – P4 48.598 x 0.178 = 0.037
26. 4.1 Penyipat Datar (Waterpass)
4.1.1 Perhitungan pada waterpass
a. perhitungan jarak masing-masing patok
Rumus : D = (BA-BB) X 100
contoh perhitungan :
D P0-P1 = (1.420-1.380)X100 = 4.0m
D P1-P2 = (1.218-1.182)X100 = 3.6m
(perhitungan titik yang lain dapat dilihat pada table data)
b. Perhitungan beda tinggi
rumus : ∆h = Tp-Bt
Contoh perhitungan :
∆h P0 – P1 = 1.33-1.400= 0.070
∆h P1 –P2 = 1.32-1.200 = 0.143
c. Perhitungan koreksi beda tinggi
Rumus : ∆h koreksi = ∆h ± (D/∑DX∑∆h)
(perhitungan titik yang lain dapat dilihat pada table data)
d. Perhitungan tinggi titik (elevasi)
Rumus : Hpn = Hp yang diket +∆h pn koreksi
Contoh perhitungan :
Dirumuskan tinggi patok di P0 = 1.33m,
PENUTUP
27. Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan karena hanya
denga pertolongan Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik,
kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bpk. DidikRiyadi Mabui,ST
dan Bpk.Meidi, yang telah membimbing kami selama ini untuk mengerjakan tugas
yang di bebankan kepada kami, dari waktu pengambilan data di lapangan
(pengukuran) sampai dengan penyusunan laporan hingga selesai, dan kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman atas bantuan dan
kerjasamanya selama ini karena kami yakin bahwa tugas ini tidak mungkin
terselesaikan tanpa adanya kerjasama kita yang baik, walaupun kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam tugas ini, itu
semua karena masih minimnya pengetahuan kami tentang Ilmu Pengukuran Tanah.
Tetapi kami berharap semoga hasil penulisan kami ini bias bermanfaat bagi teman-
teman pembaca untuk sedikit menambah pengalaman tentang Ilmu Pengukuran
Tanah, dan akhirnya kritik dan saran yan membangun dari teman-teman pemnaca
sangat kami harapkan untuk bahan referensi kami dalam mengerjakan outgas-tugas
selanjutnya.
KESIMPULAN
Setiap proses perhitungan dari satu titik ke titik yang lain ataupun dari perhitunga satu
keperhungan yang lain mempunyai suatu keterkaitan yang erat, jika salah dalam
proses perhitungan pertama(langkah pertama) maka akan berakibat salah pula pada
berhitungan selanjutnya, bahkan semua perhitungan yang kita lakukan bisa salah
hanya karena sedikit kesalahan pada langkah pertama.
Sebaiknya setiap kali melakukan perhitungan harus dilakukan dengan hati-hati dan
pastikan itu benar, saat dilapangan juga begitu kerjasama yang baik sangat
dibutuhkan guna untuk mendapatkan data yang akurat, usahakan setiap kali
melakukan pengukuran dikerjakan dengan teliti,hati-hati dan semaksimal mungkin
agar pada saat perhitungan tidak mendapatkan koreksi kesalahan yang terlalu besar.