1. PENTINGNYA PEMAHAMAN DASAR TEORI MATA KULIAH DAN
PEMAPARAN DETAIL LAPORAN PEKERJAN PROYEK DI BUKU
Lulusan Teknik Sipil nanti akan bekerja di 2 jenis perusahaan :
1. Di Perusahaan Owner posisi Engineer Teknik Sipil
2. Di Perusahaan Perusahaan Penyedia Jasa ( Kontraktor / Konsultan)
posisi Engineer Teknik Sipil
1 Contoh di Perusahaan Owner posisi Engineer Teknik Sipil
Perusahaan Owner ada 3 jenis :
Perusahaan Owner di Pemerintahan,
contoh :
o Posisi Engineer Teknik Sipil di ASN Kabupaten,
o Posisi Engineer Teknik Sipil di ASN Provinsi,
o Posisi Engineer Teknik Sipil di ASN Kementrian,
o dll
2. PENTINGNYA PEMAHAMAN DASAR TEORI MATA KULIAH DAN
PEMAPARAN DETAIL LAPORAN PEKERJAN PROYEK DI BUKU
Perusahaan Owner di BUMN,
contoh :
q Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Pelindo pelabuhan,
q Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Angkasa Pura Bandara,
q Posisi Engineer Teknik Sipil di PT PTPN perkebunan,
q Posisi Engineer Teknik Sipil di PT PERTAMINA,
q Posisi Engineer Teknik Sipil di PT PLN,
q Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Bio Farma kesehatan,
q Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Perbankan BNI Mandiri, dll
Perusahaan Owner di swasta,
contoh :
o Posisi Engineer Teknik Sipil di tambang PT Freeport,PT Aneka Tambang (ANTAM), PT
Adaro Energy,
o Posisi Engineer Teknik Sipil di minyak Chevron, ExxonMobil,
o Posisi Engineer Teknik Sipil di pabrik industri di PT Nestle, PT Indofood, PT Sinar Mas,
Pt Astra Indonesia
o dsb
3. PENTINGNYA PEMAHAMAN DASAR TEORI MATA KULIAH DAN
PEMAPARAN DETAIL LAPORAN PEKERJAN PROYEK DI BUKU
2. Contoh Di Perusahaan Perusahaan Penyedia Jasa ( Kontraktor / Konsultan)
posisi Engineer Teknik Sipil
Jenis Kontraktor / Konsultan ada 2 BUMN dan swasta
Contoh Kontraktor / Konsultan BUMN :
o Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Adhi Karya (Persero) Tbk
o Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Brantas Abipraya (Persero)
o Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Hutama Karya (Persero)
o Posisi Engineer Teknik Sipil diPT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk
o Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
o Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Waskita Karya (Persero) Tbk
o Posisi Engineer Teknik Sipil di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
Contoh Kontraktor / Konsultan swasta :
PT. Total Bangun Persada
PT. Jaya Konstruksi
PT. Acset Indonusa Tbk (ACSET)
PT Tatamulia Nusantara Indah
PT Kontraktor / Konsultan lokal di setiap Kota
4. Foto diatas adalah contoh Laporan Akhir pekerjaan Jasa / fisik dari suatu proyek.
Pada perusahaan Kontraktor / Konsultan buku hasil laporan itu sangat penting.
Perusahaan PT / CV hasil kinerja pengerjaan di lapangannya tertuang dalam laporan
tersebut, di buku tersebut menjelaskan rincian dan uraian pekerjaan yang sesuai dengan
isi perjanjian kontrak tender. Laporan akhir hasil pekerjaan tersebut secara tujuan
utamanya ialah wujud jasa / fisik yang sudah ada / terbangan yang kronologisnya ditulis
dalam buku tersebut. Selain tujuan utama yang tak kalah penting ialah sebagai dokumen
pertanggungjawaban ketika ada pemeriksaan dari auditor (KPK, BPK, Inspektorat).
14. Pada perusahaan Owner Buku Laporan Akhir itu tidak wajib dikerjakan oleh
personal engineer tersebut. Personal engineer hanya dituntut tanggungjawab
kebenaran dan keamanan hasil pekerjaan proyek tersebut sesuai dengan ilmu
yang didapat dibangku kuliah dan standar aturan (SNI Indonesia). Dan tentunya
pemahaman teori tersebut membantu saat presentasi ataupun diskusi, tanpa
memaparkan rinci buku laporan.
JADI saya harap temen - temen mahasiswa/mahasiswi kelak saat membuat
CV / Lamaran Kerja BERANI mencantumkan keahlian - keahlian mata kuliah
walaupun belum di level expert / ahli. Dengan catatan punya 2 bekal, yaitu :
1 Teman - teman harus punya arsip dokumen TUGAS BESAR
( Tugas Laporan Proyek suatu mata kuliah )
2 Paham dasar teori maupun aplikasi suatu mata kuliah
Soalnya saat proses seleksi masuk perusahaan itu parameternya tidak cuma
yang pandai / IPK tinggi, banyak parameter penilaiannya seperti :
o Penilaian Hard skill ( keahlian mata kuliah )
o Penilaian Soft Skill ( Berpikir kritis, Komunikasi, menganalisis, Kepemimpinan,
etika )
o Penilaian Wawancara
o Penilaian Kesehatan
15. 1. Apa tugas dan tanggung jawab Kontraktor dalam proyek konstruksi?
2. Apa tugas dan tanggung jawab Owner / Pemilik dalam proyek konstruksi?
DIKUMPULKAN JAM PALING LAMBAT 24.00 WITA, DISHARE DIBAHAS BERSAMA - SAMA
TULIS NAMA LENGKAP & NOMOR NRP kirim email chandraekoprasetyo@gmail.com
TUGAS MANDIRI
16. PATRIKUM
DI APLIKASI ARCGIS DAN AUTOCAD
X Y Jarak koord
500,00 500,00 50,12 po500,500
461,31 528,91 41,62 po461.305,528.9115
424,31 549,40 34,65 po424.31,549.3953
394,98 569,50 41,50 po394.977,569.497
370,69 539,02 41,31 po370.687,539.0197
404,24 512,38 44,00 po404.242,512.3817
440,70 486,67 43,12 po440.7,486.665
480,07 466,14 39,94 po480.066,466.1436
18. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ilmu ukur tanah merupakan ilmu atau teknologi yang menggambarkan
tentang keadaan fisik sebagian permukaan bumi yang menyerupai keadaan
sebenarnya permukaan bumi di lapangan. Biasanya digunakan untuk membuat
peta topografi. Selain itu dapat digunakan untuk mengukur jarak antara dua titik,
mengukur panjang dan lebar atau sisi-sisi sebidang lahan, mengukur lereng dan
penggambaran bentuk sebidang lahan.
Dalam kegiatan Teknik Sipil pada umumya, pemetaan menggunakan
kawasan yang tidak luas, jadi bumi masih dianggap bidang datar.Dengan
menentukan titik – titik koordinat dan ketinggian yang tersebar merata dalam
kawasan terlebih dahulu sehingga memudahkan untuk penggunaan selanjutnya.
Terdapat pengukuran kerangka dasar horizontal (pengukuran mendatar
untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi) dan
pengkuran kerangka dasar vetikal (Pengukuran tegak/vetikal untuk mendapat
hubungan tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).
Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran di lapangan,
pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem poligon yang dilanjutkan
dengan pengukuran detail situasi. Dengan poligon kita dapat memperoleh
serangakaian garis yang menghubungkan titik-titik sehingga membentuk
kerangka kerja yang terletak di permukaan bumi atau tanah.
Metoda poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak
titik dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).
19. Pemetaan situasi adalah pekerjaan pengukuran dan penggambaran sebagian
permukaan bumi (suatu daerah) dengan lebih rinci, yang pada umumnya
digambarkan dalam skala besar pada kertas gambar yang disebut peta.
Pemetaan situasi adalah salah satu aplikasi secara komprehensif dari dasar-
dasar pengukuran teritris (Ilmu Ukur Tanah) yang sangat diperlukan untuk
perencanaan dan pekerjaan teknik sipil atau keperluan rekayasa lainnya yang
menggunakan peta sebagai acuannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan pengukuran poligon ?
b. Bagaimana cara pengukuran poligon ?
c. Bagaimana cara menghitung hasil pengukuran poligon ?
d. Bagaimana cara pembuatan peta topografi?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan laporan ini sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengertian dari
Polygon
b. Mahasiswa mampu untuk mendiskripsikan dan menganalisis cara kerja dari
pengukuran Polygon.
c. Mahasiswa mampu untuk mendiskripsikan dan menganalisis cara menghitung
hasil pengukuran Polygon .
d. Mahasiswa mampu untuk mendiskripsikan dan menganalisis hasil data dari
pengukuran Polygon .
e. Tujuan pemetaan situasi adalah membuat gambaran sebagian permukaan bumi
(suatu daerah), yang memuat informasi unsur-unsur buatan manusia, yang
20. dinyatakan (digambarkan) dengan simbol-simbol tertentu di atas bidang datar
melalui sistem proyeksi dan skala tertentu.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari penulisan laporan ini sebagai berikut
a. Mahasiswa mengerti, memahami dan mengetahui pengertian dari Polygon.
b. Mahasiswa mengerti, memahami dan mengetahui cara kerja dari pengukuran
Polygon.
c. Mahasiswa mengerti, memahami dan mengetahui cara menghitung hasil
pengukuran Poligon.
d. Mahasiswa mengerti, memahami dan mengetahui hasil data dari pengukuran
Polygon.
21. BAB II
DASAR TEORI
2.1 Alat Theodolite
2.1.1 Pengertian Alat Theodolite
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja.Di dalam theodolit sudut
yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).Theodolite
merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam
survei.Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada
suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar
mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk
dibaca.Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat
diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut
vertikal untuk dibaca.
Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
(Farrington 1997). Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila
situs yang akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan
terutama bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang
besar.Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala
akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997) Instrumen
pertama lebih seperti alat survey theodolit benar adalah kemungkinan yang
dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl) di Jerman pada
1576, lengkap dengan kompas dan tripod.
22. Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh
lingkaran di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling
sering setengah lingkaran..Alat survey theodolite yang menjadi modern,
akurat dalam instrumen 1787 dengandiperkenalkannya Jesse Ramsden alat
survey theodolite besar yang terkenal, yang dia buatmenggunakan mesin
pemisah sangat akurat dari desain sendiri.Di dalam pekerjaan – pekerjaan
yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit seringdigunakan dalam
bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan
matahari.Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat
Penyipat Datar bila sudutverticalnya dibuat 90º.Dengan adanya teropong pada
theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah.Didalam pekerjaan
bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-
sikupada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan
untuk mengukerketinggian suatu bangunan bertingkat.
2.1.2 Macam / Jenis Alat Theodolite
Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :
1.Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu
dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap.
Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup
pengunci plat nonius.
Gambar theodolite reiterasi
23. 2.Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung
poros sebagai sumbu putar.
Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup
nonius.
Gambartheodolite repetisi
3. Theodolite Elektro Optis (digital)
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara
theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi
mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan system
lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini
bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang
elektromagnetis). Hasil pertama system analogdan kemudian harus
ditransfer ke system angka digital. Proses penghitungan secara otomatis
akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka decimal.
24. Gambar Theodolite Elektro Optis (digital)
Macam Theodolit menurut sistem bacaannya:
a. Theodolite sistem baca dengan Indexs Garis
b. Theodolite sistem baca dengan Nonius
c. Theodolite sistem baca dengan Micrometer
d. Theodolite sistem baca dengan Koinsidensi
e. Theodolite sistem baca dengan Digital
Theodolit menurut skala ketelitian
a. Theodolit Presisi (Type T3/ Wild)
b. Theodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild)
c. Theodolit Sepuluh Sekon (Type TM-10C / Sokkisha)
d. Theodolit Satu Menit (Type T0 / Wild)
e. Theodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern)
2.1.3 Bagian-Bagian Alat Theodolite
1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran.
Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam
tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak
lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang
berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari
plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat
pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi
25. penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung
diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.
Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan
angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan
lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran
dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam
360° atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam
400 g.
3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki
penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong
yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik.
Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama
seperti plat lingkaran mendatar.
2.1.4 Syarat-Syarat Theodolite
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1. sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.
2. sumbu kedua harus benar – benar mendatar.
3. garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4. tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
2.2 Pengukuran Poligon
2.2.1 Macam-Macam Poligon
Poligon Menurut Bentuknya
Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. poligon terbuka,
Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya
merupakan titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik).
26. A B
C
D
E
F
A B
C
D
E
F
2. Poligon Tertutup
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, bahwa suatu poligon dikatakan
sebagai poligon tertutup apabila posisi horizontal titik awal dan titik akhir
poligon tersebut sama atau berimpit. Dengan pernyataan tersebut, maka
secara matematis konfigurasi poligon tertutup dapat ditandai sebagai
berikut:
1. Koordinat Awal = Koordinat Akhir
2. Azimuth Awal = Azimuth Akhir
Secara umum, ditinjau dar cara pengukuran sudutnya, poligon tertutup
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
Poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam.
Poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar.
Skets Poligon Tertutup:
Poligon tertutup, diukur sudut dalam Poligon tertutup, diukur luar
27. (Σβ) – n . 180º = 0
Σ (d . cos α) = 0
Σ (d . sin α) = 0
Poligon tertutup merupakan poligon terikat sempurna, artinya baik sudut
maupun jarak ukuran ada keterikatangeometris, sehingga dalam proses
hitungannya data ukuran tersebut harus memenuhi syarat geometris.
Syarat geometris poligon tertutup:
Dalam hal ini:
( Σ β ) = jumlah sudut ukuran pada poligon tertutup
n = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai
Σ ( d . sin α ) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan sin α
Σ ( d . cos α ) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan cos α
Perlu diketahui, dalam proses hitungan poligon tertutup bahwa:
a. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam, maka nilai n =
N – 2
b. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar, maka nilai n = N
+ 2
28. 3. Poligon Bercabang
Poligon cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau lebih
titik simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi.
4. Poligon Kombinasi
Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari
bentukbentuk poligon yang ada.
Poligon Menurut Titik Ikatnya
Berdasarkan titik ikatnya polygon dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Poligon Terikat Sempurna
Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup
ataupun poligon terbuka, suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat
apabila diketahui koordinat dan jurusannya minimum 2 buah titik ikat dan
tingkatnya berada diatas titik yang akan dihasilkan.
Poligon tertutup terikat sempurna :
29. Poligon tertutup yang terikat oleh azimuth dan koordinat.
Poligon terbuka terikat sempurna :
Poligon terbuka yang masing-masing ujungnya terikat azimuth dan
koordinat.
2. Poligon Terikat Tidak Sempurna
Suatu poligon yang terikat tidak sempurna dapat terjadi pada poligon
tertutup ataupun poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila
titik ikat tersebut diketahui koordinatnya atau hanya jurusannya.
Poligon tertutup tidak terikat sempurna :
Poligon tertutup yang terikat pada koordinat atau azimuth saja.
Poligon terbuka tidak terikat sempurna :
1. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja,
sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali. Poligon semacam
ini dapat dihitung dari azimuth awal dan yang diketahui dan sudut-
sudut poligon yang diukur, sedangkan koordinat dari masingmasing
titiknya masih lokal.
2. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja,
sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali.Poligon semacam
ini dapat dihitung dengan cara memisalkan azimuth awal sehingga
masing-masing azimuth sisi poligon dapat dihitung, sedangkan
koordinat masing-masing titik dihitung berdasarkan koordinat yang
diketahui. Oleh karena itu pada poligon bentuk ini koordinat yang
dianggap betul hanyalah pada koordinat titik yang diketahui (awal)
sehingga poligon ini tidak ada orientasinya.
3. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan
koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat. Poligon jenis ini
30. dapat dikatakan satu titik terikat secara sempurna namun belum
terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut maupun koreksi
koordinat, tetapi sistem koordinatnya sudah benar.
4. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth. Pada
poligon jenis ini ada koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-titik
poligon adalah koordinat lokal.
5. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat. Jenis
poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.
6. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat,
sedangkan ujung yang lain terikat azimuth. Pada poligon ini tidak ada
koreksi sudut dan koreksi koordinat.
7. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan
koordinat saja, sedangkan ujung yang lain terikat koordinat. Jenis
poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.
8. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan
koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth. Poligon
ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi koordinat.
9. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan
koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth. Jenis
poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi koordinat.
3. Poligon Tidak Terikat/Bebas
Poligon tertutup tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas)
Poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas), pengukuran
seperti ini akan terjadi pada daerah-daerah yang tidak ada titik tetapnya
dan sulit melakukan pengukuran baik dengan cara astronomis maupun
31. dengan satelit. Poligon semacam ini dihitung dengan orientasi lokal
artinya koordinat dan azimuth awalnya dimisalkan sembarang.
2.2.2 Prinsip perhitungan poligon
4.1Perhitungan besar koreksi sudut
Keterangan :
fß = koreksi sudut dalam
α = azimuth
Σß = jumlah sudut dalam
n = banyak pengukuran sudut
4.2Perhitungan sudut dalam terkoreksi
4.3Perhitungan azimuth terkoreksi
Dalam perhitungan azimuth tiap titik sebaiknya selalu memperhatikan
sketsa dari poligon tersebut , untuk mempermudah penentuan apakah
formula tersebut diatas menggunakan tanda + (ditambah) atau –
(dikurangi).
4.4Perhitungan koreksi koordinat X dan Y
fß= (αakhir - αawal)+(Σß)+n.180°
ßi = ß + 1. fß
n
ßi+1 = ßi+1 + 1. fß
n
αi=αawal+ßi+180°
αi+1=αi+ßi+1+180°
fx = (Xakhir-Xawal)-Σ(di.sin αi)
32. 4.5 Perhitungan selisih absis dan koordinat yang sudah dikoreksi
4.6 Perhitungan koordinat X terkoreksi dan Y terkoreksi
fy = (Yakhir-Yawal)-Σ(di.cos αi)
i
di
fx
d
di
Xi
sin
.
i
di
fy
d
di
Yi
cos
.
.
Xi+1 = Xi+∆Xi
Yi+1 = Yi+∆Yi
33. BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN
3.1 Peralatan
Pada pengukuran poligon peralatan yang diperlukan adalah:
1. Theodolite 2. Target Bidikan (Yalon)
3. Statif 4. Statif Yalon
2Paku payung 6. Pita Ukur
5. Paku Payung 6. Rol Meter
34. 7. Palu 8..Alat Penunjang Lain
3.2 Langkah Kerja:
1. Lakukan pematokan pada titik-titik yang memungkinkan untuk dilakukan
pengukuran dengan baik (lokasi bebas, antar patok terlihat, cukup cahaya dan
lain-lain). Dalam pematokan cari juga informasi tentang patokyang
berhubungan dengan patok kelompok lain.
2. Pasang alat, ukur secara manual (dengan pita ukur) jarak antar patok pada
poligon tersebut.
3. Mulailah lakukan pembidikan, letakkan theodolith di Patok dan setting-lah
alat ukur theodholit tersebut. Apabila kondisi topografi relatif datar usahakan
setting sudut vertikal adalah 900
dan kuncilah. Tujuan pen-setting-an sudut
vertikal 900
adalah untuk memudahkan pengukuran, pencatatan dan analisis
data.
4. Tentukanlah arah azimuth, berdasarkan arah utara kompas. Pada azimuth ini
setting posisi sudut horisontal di 00’ 0’’ pada arah utara.
5. Pasang yalon pada patok. Arahkan theodolith ke poligon pada patok
depansetelah itu arahkan pada patok belakang.
6. Settinglah, kemudian baca sudut horisontal tepat pada bidikan kemudian kunci
dan catatlah.
35. 7. Setelah itu bidik ke titik selanjutnya dan catatlah hasil pengamatan tersebut.
Dalam satu patok kita mendapatkan 2 bidikan.
8. Kemudian, pindahlah alat ke patok selanjutnya dan kembali lakukan langkah
yang sama dengan sebelumnya, hanya saja tidak perlu mencari arah utara atau
men-setting sudut horisontal pada 00
0’ 0’’.
9. Lakukan langkah kerja yang sama hingga semua patok yang ada telah diukur.
3.3 Lokasi dan waktu
Lokasi pengukuran di lingkup kampus. Selama 1 minggu praktikum, kami
melakukan pengukuran di 1 tempat, yaitu :
Hari ke 1- ke 3 : sekitar gedung AA dan lapangan upacara
Waktu praktikum tanggal 2-4 November.
3.4 Tim pengukur
a. Personil
b. Pembagian tugas
3.5 Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran
1. Pembacaan yang salah terhadap rambu ukur. Hal ini dapat di sebabkan karena
mata si pengamat kabur, angka rambu ukur yang hilang akibat sering tergores,
rambu ukur kurang tegak dan sebagainya.
2. Penempatan pesawat atau rambu ukur yang salah.
3. Pencatatan hasil pengamatan yang salah.
4. Menyentuh kaki tiga (tripod) sehingga kedudukan pesawat / nivo berubah.
36. 3.6 Hambatan
Hambatan yang terjadi di lapangan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
jalannya / proses pengukuran yaitu :
Faktor kurangnya pemahaman tentang teori pengukuran,
Faktor bahan dan alat,
Terlebih lagi faktor cuaca juga memperlambat proses pengukuran karena
apabila cuaca hujan otomatis tim pengukur berhenti sejenak untuk berteduh
dari hujan. Karena alat tidak boleh terkena hujan.
BAB IV
DATA PENGUKURAN
4.1 THEODOLITE KONVENSIONAL
4.1.1 DATA PENGUKURAN
TITIK TARGET
SUDUT HORISONTAL
SUDUT
VERTIKAL
JARAK
ANTAR
TITIK
BT (M)
BIASA LUAR BIASA BIASA
◦
' ''
◦
' ''
◦
' ''
A U 0 0 0
(1.46 m)
B 309 23 48 129 21 14 90 52 24 50,12 0
H 205 45 52 25 43 19 91 17 4 36,03 1
B U 0 0 0
(1.46 m)
A 129 36 33 309 16 34 92 27 52 50,12 0
C 297 12 19 117 14 19 90 25 4 41,62 0
C U 0 0 0
(1.48 m)
B 117 38 33 297 23 9 93 34 37 41,62 0
D 302 27 24 122 23 2 91 40 43 34,65 0
D U 0 0 0
(1.46 m)
C 125 0 30 305 14 55 93 6 42 34,65 0
E 218 54 38 38 55 54 92 13 42 41,50 0
37. E U 0 0 0
(1.47 m)
D 26 52 10 206 52 59 91 39 45 41,50 0
F 116 49 33 296 41 6 92 33 0 41,31 0
F U 0 0 0
(1.46 m)
E 308 1 8 128 3 54 91 34 22 41,31 0
G 126 22 34 306 26 22 93 21 41 44,00 0
G U 0 0 0
(1.48 m)
F 311 36 3 131 28 44 90 29 49 44,0 0
H 121 37 10 301 35 40 93 7 15 43,12 0
H U 0 0 0
(1.50 m)
G 295 18 29 115 12 49 40 54 55 43,12 0
A 34 40 23 214 33 22 90 18 21 36,03 1
BIASA LUAR BIASA LB ±180
RATA-
RATA
β Fβ Δβ α
JARAK
ANTAR
TITIK
Rad
Fx
(d.sinα )
Fy
(d.cosα)
Koreksi Koordinat
◦ ◦ X Y X Y
7.776 -0.972
500 500
309.3967 129.35389 309.3539 309.375 103.6321 309.3967 50.12 5.4 -38.7313 31.81 0.0365 -2.8989 461.305 528.9115
205.7644 25.721944 205.7219 205.743
129.6092 309.27611 129.2761 129.443 167.7793 297.176 5.187 -37.0255 22.891 0.03031 -2.40727 424.31 549.3953
297.2053 117.23861 297.2386 297.222 41.62
117.6425 297.38583 117.3858 117.514 184.9061 302.0821 5.272 -29.3585 22.106 0.02523 -2.00413 394.977 569.497
302.4567 122.38389 302.3839 302.42 34.65
125.0083 305.24861 125.2486 125.128 93.79264 215.8747 3.768 -24.3196 -28.077 0.03022 -2.40033 370.687 539.0197
218.9106 38.931667 218.9317 218.921 41.5
26.86944 206.88306 26.88306 26.8763 89.87917 125.7539 2.195 33.5245 -24.249 0.03008 -2.38934 404.242 512.3817
116.8258 296.685 116.685 116.755 41.31
308.0189 128.065 308.065 308.042 178.3658 124.1197 2.166 36.4262 -23.172 0.03204 -2.54493 440.7 486.665
126.3761 306.43944 126.4394 126.408 44
311.6008 131.47889 311.4789 311.54 170.0671 114.1868 1.993 39.3347 -18.027 0.0314 -2.49403 480.066 466.1436
121.6194 301.59444 121.5944 121.607 43.12
295.3081 115.21361 295.2136 295.261 99.35375 33.54056 0.585 19.9076 35.94 0.02624 -2.08395 500 500
34.67306 214.55611 34.55611 34.6146 39,94
Ƹ
1087.776 316.2006 336,26 26.57 -0.24201 19.223 0.24201 -19.2229
38. 4.1.2 PERHITUNGAN PENGUKURAN
1. β = rata-rata terbesar – rata-rata terkecil
βBH = (rata-rata B )-(rata-rata H)
= 309.375 - 205.743
= 103.6321
2. Kesalahan total sudut ukuran
Ƒβ = ∑β – n.180◦
= 1087,78 – (8-2)180◦
= 1087,78 – (6)180◦
= 7,775972
3. Besarnya koreksi setiap sudut ukuran
Δβ = -ƒβ : N
= -7,775972 : 8
= -0,972
4. Menghitung azimuth
α = α + β -180◦
=309,397 – 0
= 309,397
5. Menghitung kesalahan jarak
Fx = {∑( d sin α ) }
Fx = 50,12 sin 309,397
39. = -38,7313
Fy = {∑ (d cos α ) }
= 50,12 cos 309,397
= 31,8104
6. Menghitung nilai koreksi (jarak
x = (d/∑d) (-fx)
= (50,12/332,35) (-26,5662)
= 0,0365
y = (d/∑d) (-fy)
= (50,12/332,35) (-19,2229)
= -2,8989
7. Menghitung koordinat titik
XB = XA + dAB sin αAB + x
= 500+50,12 sin 309,397 + 0,0365
= 461,305
YB = YA + dAB cos αAB + x
= 500 + 50,12 cos 309,397 + -2,8989
= 528,912
41. BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Setelah kami melaksanakan praktikum pengukuran Ukur Tanah II ini, maka
kami dapat simpulkan sebagai berikut :
Pada pengukuran di lapangan ternyata titik yang dibidik memiliki jarak
terhadap sumbu X bervariasi dikarenakan jarak antara pesawat dengan titik
tersebut berbeda-beda.
Dari hasil pengukuran dilokasi yang kami lakukan ternyata memiliki beda
tinggi yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan permukaan tanah
datar.
Dan hal yang paling penting mahasiswa dapat mengenal alat-alat yang
digunakan dalam ilmu ukur tanah dan sudah dapat mempergunakan sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing dan dapat :
Membuat garis lurus di lapangan
Mengukur beda tinggi
Pengukuran titik-titik polygon
Pengukuran titik profil
Pengukuran site plant
Membuat garis lurus di lapangan
42. 5.2 SARAN
1. Agar waktu pelaksanaan praktikum dapat dipercepat sehingga dalam
pembuatan laporan tidak terburu-buru.
2. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang besar sebaiknya dalam
menjalankan praktikum, praktikan harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat
praktikan baru pertama kali melakukan pengukuran seperti ini.
3. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi.
4. Pembimbing harus lebih paham tentang teori maupun praktek lapangan dengan
mempunyai satu prinsip / ketentuan.