1. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
75
TINGKAT PENGEMBANGAN DAN KANDUNGAN MINERAL
TANAH EKSPANSIF
STUDI KASUS: KAWASAN INDUSTRI GATOT SUBROTO
KAV. 25 SEMARANG
Maria Wahyuni
Fakultas Teknik Unika Soegijapranata
ABSTRAKSI
Expansive soil atau lebih dikenal dengan istilah tanah mudah mengembang
banyak sekali dijumpai diberbagai daerah di Indonesia pada umumnya dan di kota
Semarang pada khususnya. Penelitian tanah mudah mengembang ini mengambil
lokasi di Kawasan Industri Candi Gatot Subroto Kav. 25 Semarang. Secara visual,
lapisan pada permukaan tanah di lokasi ini menunjukkan pola retakan–retakan
yang cukup lebar serta tanah mudah hancur jika terkena air. Hasil penelitian di
laboratorium menunjukkan jenis tanah adalah lempung warna abu–abu dengan
plastisits tinggi (CH). Nilai Liquid Limit 53.91%- 92.51% dan Index Plastisitas
berkisar antara 28.82% - 61.42%. Void ratio (e) berkisar antara 0.87 – 1.16 dan
swelling yang dilakukan dengan uji konsolidsi berkisar antara 2.64% - 17.62%
dan menunjukkan tingkat pengembangan yang relative tinggi. Mineral yang
terdapat dalam lapisan tanah mudah mengembang di lokasi ini komposisi mineral
meliputi kuarsa, kalsit, kaolinite dan monmorilonite.
Kata kunci: expansive, soil, pengembangan, komposisi, mineral
PENDAHULUAN
Tanah sebagai material yang secara
alami terbentuk didunia ini mempunyai
sifat yang sangat menarik untuk dicermati.
Dalam satu lokasi atau kawasan yang
sama, sifat tanah bisa berbeda dan bisa
memiliki karakter tanah yang
mempengaruhi bangunan di atasnya secara
berbeda juga.
Tanah menurut klasifikasi berdasarkan
ukuran butir tanah dibedakan menjadi
tanah berbutir kasar dan tanah berbutir
halus. Tanah berbutir kasar diantaranya
adalah pasir dan kerikil, sementara itu
untuk tanah yang berbutir halus
diantaranya adalah tanah lanau dan tanah
lempung. Sifat khusus dari tanah lempung
akan lebih terlihat dari kandungan mineral
yang ada didalam butiran tanah tersebut.
Tanah mudah mengembang atau
expansive soil merupakan salah satu jenis
tanah berbutir halus yang memiliki sifat
mudah mengembang apabila terendam
oleh air dan mudah mengalami penyusutan
yang relative besar pada saat tanah
2. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
76
mengering. Kondisi ini berdampak buruk
terhadap bangunan yang ada di atasnya.
Pada kondisi ekstrim, dampak dari
pengembangan tanah jenis ini dapat
mengakibatkan lantai bangunan di atasnya
pecah dan pondasi bangunan dapat
bergeser dari posisinya.
Penelitian tentang tingkat
pengembangan dan kandungan mineral
tanah ekspansif yang mengambil lokasi di
Kawasan Industri Candi Gatot Subroto
Kav. 25 Semarang Barat menunjukkan
kondisi tanah yang terbentuk secara alami
ini. Dalam satu lokasi lahan, warna tanah
yang saling berdekatan bisa jauh berbeda.
Secara visual, lokasi Kawasan Industri
Candi Gatot Subroto menunjukkan kondisi
geologi perbukitan dengan kondisi lapisan
tanah yang teguh dan keras, apalagi
ditunjang dengan keberadan kawasan ini
adalah di daerah perbukitan.
Gambar 1. Kondisi Lokasi Studi Kasus Penelitian yang menunjukkan kondisi lokasi studi
penelitian tanah ekspansif dan batas – batas lahan.
METODE PENELITIAN
3. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
77
Untuk melakukan penelitian di lokasi
ini, setelah mendapatkan ijin dari pemilik
lahan, dilakukan beberapa tahap
pengambilan sampel tanah. Adapun tujuan
dari tahapan pengambilan sampel tanah
adalah untuk menentukan pengujian
lapangan yang lebih tepat dilakukan di
lokasi ini. Selanjutnya, berikut ini
ringkasan sederhana metode penelitian
yang telah dilakukan.
Observasi Lapangan
Metode ini dilakukan untuk
mengetahuikarakteristik tanah secara
visual sebelum pengambilan sampel tanah
dilakukan. Beberapa petunjuk yang ada di
lapangan terkait dengan kondisi dan
informasi lahan didata untuk menentukan
langkah – langkah pelaksanaan penelitian
berikutnya. Peralatan yang lebih banyak
digunakan adalah kamera.
Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah untuk tahap awal
penelitian dilakukan pada bagian
permukaan tanah yang secara visual
terlihat berbeda warnanya. Pada saat
observasi, warna tanah yang terlihat di
permukaan meliputi coklat muda
kekuningan; coklat tua dan abu – abu.
Ketiga sampel tanah dengan warna yang
berbeda diambil dengan menggunakan alat
cangkul seperti tampak pada gambar
berikut ini.
Gambar 2. Pengambilan Sampel Tanah
4. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
78
Pemboran Dalam dan Standard Penetration Test
Pemboran dalam menggunakan alat bor mesin dilakukan untuk mengetahui jenis tanah
yang ada di bawah permukaan tanah serta mengetahui loksi muka air tanahnya. Sementara itu
Standard Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mengetahui tingkat kekerasan dari lapisan
tanah yang ada di bawah permukaan tanah. Pemboran dalam dilakukan pada dua (2) titik yang
berbeda dan dengan kedalaman masing – masing lubang bor 30.00 m dari permukaan tanah
eksisting. Untuk SPT dilakukan pada setiap interval kedalaman 2.00 m. Pemboran dan SPT
dilakukan oleh CV. Georekayasa Semarang.
Gambar 3. Pemboran Dalam dan Standard Penetration Test
Sampel tanah yang sudah terambil dari lubang bor selanjutnya dimasukkan ke dalam core-
box atau kotak sampel. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui jenis tanah dari
permukaan tanah hingga akhir kedalaman pemboran. Gambar berikut ini menunjukkan core-
box berikut sampel tanahyang sudah diambil.
Gambar 4. Core Box Sampel Tanah
5. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
79
Pengujian Sifat Dasar Sampel Tanah
Sampel tanah yang telah diambil dari
lapangan, sebagian digunakan untuk diuji
dilaboratorium guna mendapatkan sifat –
sifat dasar dari tanah. Untuk sifat dasar
tanah dilakukan di laboratorium Mekanika
Tanah Unika Soegijapranata Semarang dan
PT. Geotechnical Engineering Consultant
Bandung.
Pengujian kandungan mineral sampel
Kandungan mineral tanah lempung mudah
mengembang perlu diketahui. Hal ini
untuk lebih memastikan kebenaran dari
tanah mudah mengembang serta tingkat
pengembangannya. Untuk mengetahui
kandungan mineralnya pengujian
dilakukan pengujian XRD di TEKMIRA
Bandung.
HASIL PENELITIAN
Observasi Lapangan
Berdasarkan hasil observasi di
lapangan, kondisi lahan pada saat musim
penghujan menunjukkan tanaman rumput
tumbuh sangat subur dan cepat. Lahan
yang pada awalnya sudah dibersihkan akan
dengan cepat tertutup oleh rumput yang
relative tinggi. Pada saat musim kemarau
atau pada saat panas dan tanah mulai
mengering, permukaan tanah yang awalnya
berair dan tanahnya mudah hancur
menunjukkan retakan – retakan yang
menunjukkan jarak antar retakan relative
lebar. Meskipun di belakang tahan terdapat
tanah berbukit, namun tanah pada bukit
tersebut terlihat mulai melapuk serta
terdapat sumber- sumber air kecil yang
terus mengalir kea rah lahan bagian bawah.
Gambar berikut ini menunjukkan hasil
observasi di lapangan selama pelaksanaan
penelitian.
(a) Kondisi awal observasi penelitian (b) Kondisi saat uji bor dan SPT
6. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
80
(c) Kondisi tanah terendam air (d) Kondisi tanah mengering
Gambar 5. Tanaman Tumbuh Subur & Permukaan tanah Retak -Retak
Terlihat pada gambar tersebut area di bagian belakang lahan berupa tanah berbukit. Secara
kasat mata, lapisan tanah trelihat teguh dan keras. Pada kenyataannya yang terjadi di
lapangan, lapisan tanah yang terlihat teguh dan keras ini jika terkena air menjadi mudah rapuh
atau pecah. Beberapa dokumentasi ini menunjukkan kondisi tanah setelah hujan dan
mongering serta kerusakan bangunan yang terjadi pada lokasi di sebelah lahan penelitian ini.
Dugaan sementara, tanah di lokasi ini merupakan tanah yang mudah mengalami
pengembangan dan penyusutan atau dikenal sebagai expansive soil.
Hasil Pemboran Dalam dan SPT
Denah lokasi titik bor dapat dilihat pada gambar berikut ini.
7. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
81
B1
B2
BUKIT
JALAN RAYA
PABRIK/
KANTOR
Gambar 6. Denah Lokasi Titik Bor dan SPT
Secara garis besar hasil dari uji pemboran dan SPT untuk kedua lokasi titik bor adalah
sebagai berikut: Secara keseluruhan, jenis tanah yang ditunjukkan dari hasil pemboran di
tempat ini secara visual adalah lempung bewarna abu – abu kebiruan atau abu – abu
kehitaman. Muka air tanah yang diukur setelah selesai pemboran berada pada kedalaman -
4.30 m (lokasi B1) dan pada -6.20 (lokasi B2).
Berdasarkan nilai SPT yang telah dilakukan pada setiap interval 2.00 m menunjukkan
konsistensi lapisan tanah yang keras. Nilai SPT dari awal pengujian hingga akhir
pengujian dikedalaman 30.00 m menunjukkan angka di atas 30 pukulan/30cm.
Berdasarkan table 1 (Atkinson), nilai SPT > 20 pukulan menunjukkan konsistensi lapisan
tanah yang sangat kuat/keras (very hard).
8. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
82
:
: :
: :
: :
: :
SAMPLE TYPE : : :
BACKFILL TYPE :
0
9 20
13 20
consistency hard
consistency hard
100%
100%
100%
17
PROJECT KAWASAN INDUSTRI GATOT SUBROTO KAV. 25
LOCATION SEMARANG DIISKRIPTION BY Suparman
DEPT OF GWL
Bor No. BH-01
22-May-13 DATE FINISH 25-May-13
4,30 m
ELEVATION EXISTING
Krucov Damanik
Note : Pengamatan GWL Saat Pelaksanaan Pengeboran
UDS & DS DEPT OF BOR 30,0 m ( 0-30m) TYPE OF HAMMER
MASTER BOR
DATE START
0
40
Automatic Hammer
USC
%ofCore
SOILSYMBOL
SOIL DESCRIPTION
ELEVATION(m)
45
0
1 -1
Lempung, warna bau - abu kebiruan
2 11
100%
1,5-2,0
UDS20
N1 N2 N3 N
25 355 15
20 30 5010
3
55
0
Depth(m)
DepthofGWL
SPT (N)
STANDARD PENETRATION (N)
60
100%
15 20
-3
32
35
-9
-8
-7
-19
37
consistency hard
-5
6 8 18 22 40
4 8
-6
-4
5
5,5-6,0
UDS
8 8
11
9
13
12
10
13 19
7
-2
18 10 21
17
10 22
15
14
16
56
48
10 22 28
5020 13 23 27
28
25
25
31
100%
19
21
23
24 14
22 11 23
20,5-21,0
-27
-21
29
-23
-24
-2252
Lempung, warna bau - abu kebiruan
consistency hard
UDS
-25
-20
-26
29 -29
26 7 22 26
9 22
27
-30
25 47 -28
Lempung, warna bau - abu
consistency hard29,5-30,0
30 9 19 23 42 UDS
KONTRAKTOR KONSULTAN PELAKSANA
-12
-16
-17
-15
( SUPARMAN )
27 48
50
45
48
-10
-13
-18
-14
-11
9,5-10,0
UDS
15,5-10,0
UDS
23 43
25
26
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Lempung kepasiran, coklat keabuan,
Lempung, warna bau - abu
Lempung, warna bau - abu kebiruan
consistency hard
Lempung, warna bau - abu kehitaman
Lempung, warna bau - abu
consistency hard
Lempung, warna bau - abu
Lempung bercampur bahan organik, warna hitam
consistency hard
Lempung, warna bau - abu kebiruan
consistency hard
consistency hard
Lempung, warna bau - abu kebiruan
consistency hard
consistency hard
Lempung kepasiran, warna bau - abu
consistency hard
Lempung, warna bau - abu
consistency hard
Lempung, warna bau - abu kebiruan
Lempung, warna bau - abu kehitaman
GWL
CV. GEOREKAYASA
Soil Investigation, Geotechnics, Surveys
and Engineering Services
Gambar 7a. Borlog B1
Sumber: CV. Georekayasa Semarang
9. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
83
:
: :
: :
: :
: :
SAMPLE TYPE : : :
BACKFILL TYPE :
0
consistency hard
consistency hard
Lempung, warna bau - abu kehitaman
consistency hard
Lempung, warna bau - abu
Lempung, warna bau - abu kehitaman
Lempung, warna bau - abu kehitaman
Lempung bercampur bahan organik, warna hitam
Lempung, warna bau - abu kebiruan
Lempung, warna bau - abu kebiruan
consistency hard
Lempung, warna bau - abu kehitaman
consistency hard
Lempung, warna bau - abu kebiruan
consistency hard
Lempung sedikit pasir , warna bau - abu
Lempung, warna bau - abu
consistency hard
9,5-10,0
UDS
15,5-10,0
UDS
100%
100%
100%
24 42
25
25 46
39
46
49
-10
-13
-18
-14
-11
-12
-16
-17
-15
( SUPARMAN )
KONTRAKTOR KONSULTAN PELAKSANA
30 9 18 23 41 UDS -30
28 51 -28
Lempung, warna bau - abu
consistency hard29,5-30,0
100%
-26
29 -29
26 16 27 31
13 23
27
UDS
-25
-20
20,5-21,0
-27
-21
27
-23
-24
-2251
Lempung, warna bau - abu
consistency hard
19
21
23
24 15
22 18
28
24
25
29
20 18 22 27
24
53
58
15 16 23
49
16 22 27
15
14
18 16 21
17
16
11
9
13
12
10
-6
-4
-2
4 6
5
5,5-6,0
UDS
8 8 15 23
7
-5
6 6 13 18 31
11 16
-3
38
27
-9
-8
-7
-19
5010
3
55
0
Depth(m)
DepthofGWL
SPT (N)
STANDARD PENETRATION (N)
60
25 355 15
N1 N2 N3 N
0
1 -1
2 5
consistency very stiff
20
Lempung, warna bau - abu kehitaman
20 30 40
Automatic Hammer
USC
%ofCore
SOILSYMBOL
SOIL DESCRIPTION
ELEVATION(m)
45
Note : Pengamatan GWL Saat Pelaksanaan Pengeboran
UDS & DS DEPT OF BOR 30,0 m ( 0-30m) TYPE OF HAMMER
MASTER BOR
DATE START
0ELEVATION EXISTING
PROJECT KAWASAN INDUSTRI GATOT SUBROTO KAV. 25
LOCATION SEMARANG DIISKRIPTION BY Suparman
Bor No. BH-02
14 21
13 18
29-May-13
6,20 mKrucov Damanik DEPT OF GWL
26-May-13 DATE FINISH
100%
100% Lempung kepasiran, abu-abu kehitaman,
Lempung, warna bau - abu kecoklatan
7
1,5-2,0
UDS13
Lempung, warna bau - abu kehitaman
consistency hard
consistency very stiff
100%
100%
Lempung, warna bau - abu kehitaman
100%
Lempung, warna bau - abu kecoklatan
consistency hard
consistency very stiff
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
GWL
CV. GEOREKAYASA
Soil Investigation, Geotechnics, Surveys
and Engineering Services
Gambar 7b. Borlog B2
Sumber: CV. Georekayasa Semarang
10. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
84
Tabel 1. Korelasi Empiris NSPT – su atau cu (M.F. Atkinson)
NSPT Konsistensi
su atau cu
(kN/m2
)
< 2 sangat lunak < 20
2 - 4 lunak 20 - 40
4 - 10 sedang 40 - 75
10 - 20 kuat 75 - 150
> 20 sangat kuat > 150
Hasil Uji Laboratorium
Uji laboratorium yang dicantumkan dalam laporan ini diambil dari sampel tanah hasil
pemboran dalam. Interval kedalaman uji yang dilakukan adalah -1.50; -550; -9.50; -15.50; -
20.50 dan -29.50.
Berdasarkan klasifikasi tanah menggunakan metode USCS, tanah masuk dalam klasifikasi
lempung dengan plastisitas tinggi (CH = Clay high plasticity). Kondisi plastisitas tinggi
ditunjukkan dari Nilai Liquid Limit (LL) yang mencapai lebih dari 50%. Sementara itu jenis
tanah lempung ditunjukkan dari persen lolos saringan no. 200 (0.075 mm) yang lebih dari
50% dari total berat kering tanah pada waktu disaring.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 20 40 60 80 100
LL (%)
PL (%)
PI(%)
LL; PL; PI (%)
Depth(m)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 20 40 60 80 100
LL (%)
PL (%)
PI(%)
LL; PL; PI (%) Lokasi B2
Depth(m)
Gambar 8. Grafik hubungan LL; PL; PI vs Depth
11. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
85
Sementara itu hasil uji LL; PL dan PI dari sampel tanah yang diambil dipermukaan yang
diambil secara manual menggunakan cangkul (sampel A, B dan C) juga menunjukkan nilai
plastisitas yang lebih dari 50%.. Tabel berikut ini menunjukkan nilai LL; PL dan PI dari
ketiga sampel tanah yang telah diuji.
Tabel 2. Hasil Uji LL; PL; PI Sampel A, B dan C
No Sampel LL (%) PL(%) PI(%)
1 Tanah A 69.8 20 49.8
2 Tanah B 71.4 22.2 49.2
3 Tanah C 69.2 21.2 48
Sumber: Wahyuni, M., 2013
Berdasarkan nilai Liquid Limit yang ternyata > 60% dan nilai Plastic Index yang > 35%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sampel tanah yang diambil bersifat sangat expansif.
Hasil Uji Mineral
Untuk mengetahui kandungan mineral yang ada pada tanah lempung ekspansif yang
sedang diteliti ini, maka sampel tanah baik dari sampel yang diambil secara manual (sampel
A, B dan C) maupun sampel tanah yang diambil dari pemboran dalam pada beberapa interval
kedalaman dilakukan uji XRD. Pengujian dilakukan di laboratorium TEKMIRA Bandung.
Menurut literature, sedikit kandungan mineral montmorilonit akan memberikan pengaruh
besar terhadap sifat mudah mengembang pada tanah.
Berdasarkan hasil uji XRD yang telah dilakukan baik terhadap sampel A, B, C maupun
sampel hasil bor dalam diketahui bahwa sampel tanah yangmengandung mineral
montmorilonit hanya pada sampel tanah A, B dan C saja, yang diambil di bagian permukaan
tanah. Rekap hasil kandungan mineral tanah lempung ekspansif dapat dilihat pada table–table
berikut ini.
12. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
86
Tabel 3. Hasil Uji XRD
No. Kode Contoh Komposisi Mineral
1. A Kuarsa; Kalsit; Kaolinit; Monmorilonit
2. B Kuarsa; Kalsit; Kaolinit; Monmorilonit
3. C Kuarsa; Kalsit; Monmorilonit; Kaolinit
Sumber: Wahyuni, M., 2013
Tabel 4. Hasil Uji XRD Bor B1 dan B2
No. Kode Contoh Komposisi Mineral
1. BH01-1.5 - 2.0 Kalsit, Kuarsa, Ilit, Kaolinit
2. BH01-5.5 - 6.0 Kuarsa, Kalsit, Ilit
3. BH01-9.5 - 10.0 Kalsit, Kuarsa, Ilit, Kaolinit
4. BH01-15.5 - 16.0 Kalsit, Kuarsa, Ilit, Albit, Kaolinit
5. BH01-20.5 - 21.0 Kalsit, Kuarsa, Ilit, Albit, Kaolinit
6. BH01-29.5 - 30.0 kuarsa, Ilit, Kalsit, Albit, Kaolinit
7. BH02-1.5 - 2.0 Kuarsa,Kalsit, Ilit, Kaolinit
8. BH02-5.5 - 6.0 Kuarsa,Kalsit, Ilit, Kaolinit
9. BH02-9.5 - 10.0 Kuarsa,Kalsit, Ilit, Kaolinit
10. BH02-15.5 - 16.0 Kuarsa, Kalsit, Anortit, Ilit, kaolinit
11. BH02-20.5 - 21.0 Kuarsa, kalsit, Ilit, Kaolinit
12. BH02-29.5 - 30.0 Kuarsa, kalsit, Ilit, Kaolinit
Sumber: Wahyuni, M., 2013
13. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
87
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan
data yang diambil dari penyelidikan
lapangan maupun laboratorium, diambil
beberapa kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil uji bor dalam,
jenis tanah secara visual adalah
tanah lempung warna abu – abu,
dengan muka air pada kedalaman
antara 4.30 m – 6.20 m dari
permukaan tanah. Ada
kemungkinan air ini adalah air yang
terperangkap didalam lapisan
tanah.
2. Hasil uji laboratorium untuk
klasifikasi tanah menurut metode
USCS, jenis tanah adalah tanah
lempung dengan plastisitas tinggi
(CH).
3. Tanah lempung di lokasi penelitian
memiliki karakteristik secara visual
yang keras pada saat kering dan
sangat halus dan lengket pada saat
basah. Tanah ini mudah sekali
menjadi hancur dan lunak pada saat
jenuh air
4. Sifat mudah mengembang dapat
dilihat dari kecepatan kehancuran
bongkahan tanah kering mudah
mengembang ini pada saat
direndam dalam air
5. Hasil uji di laboratorium Mekanika
Tanah Unika Soegijapranata
Semarang dari 3 sampel tanah yang
diuji menunjukkan nilai kadar air
natural rata – rata sebesar 30%.
Sementara itu hasil dari uji
Atterberg limits menunjukkan nilai
LL berkisar antara 69 - 70 %; PL
berkisar antara 20 - 22 % dan PI
berkisar antara 48 - 50 %
6. Hasil yang tidak jauh beda juga
ditunjukkan pada sampel tanah
yang diuji di laboratorium PT. GEC
Bandunguntuk nilai LL; PL dan PI.
Kondisi nilai LL yang lebih besar
dari 50% menunjukkan sifat
pengembangan yang sangat tinggi.
7. Kandungan mineral tanah lempung
pada sampel yang diambil di
permukaan tanah menunjukkan
adanya mineral montmorilonite,
sedangkan dari hasil uji dari sampel
yang diambil dari pemboran dalam
tidak menunjukkan adanya mineral
montmorilonite.
8. Saran bagi penelitian lebih lanjut
adalah perlu dilakukan ‘mock up’
pondasi skala 1 : 1 dan diuji coba
selama minimal 1 tahun, melewati
musim penghujan dan kemarau
untuk melihat efek dari
pengembangan dari tanah ekspansif
di lokasi ini.
9. Tahap selanjutnya, dilakukan uji
coba pencampuran tanah ekspansif
dengan material lain sebagai
peredam sifat mudah mengembang
dan menyusut, seperti pencampuran
dengan fly-ash; kapur dan lain
sebagainya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam proses penelitian ini,
mulai dari perijinan masuk lokasi
14. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
88
penelitian hingga penyelidikan labora-
torium maupun lapangan:
1. Bapak Budi, selaku pemilik lahan
tahap awal
2. Ir. Hadi Kumala dan owner pabrik
springbed (lokasi di sebelah lahan
penelitian), yang telah memberikan
banyak masukan tentang kondisi
lokasi di dalam pabrik dan di lokasi
penelitian
3. Bapak A. Tri Andhi, laboran
Laboratorium Mekanika Tanah
Unika Soegijapranata
4. PT. Geonika Utamaperdana,
Semarang
5. CV. Georekayasa, Semarang
6. PT. GEC, Bandung
7. PT. TEKMIRA, Bandung
DAFTAR PUSTAKA
Coduto., D.P., 1994, Foundation and Design, Principles and Practice., Prentice Hall
International, Inc
Das, B.M., 2004, Principles of Foundation Engineering, fifth edition., Thompson
Brooks/Cole
Dunbar, C.O.et.al, 1957, Principles of Stratigraphy., John Wiley & Sons., New York
Foth, H. D., Turk L. M., 1972, Fundamental of Soil Science., John Wiley & Sons Inc; 5th
edition
Millan, M., Earth Science., 1986, Mac Millan Publishing Company.
Mitchel, J.K., Soga,K, 2005, Fundamentals of Soil Behaviour, 3rd
edition., John Wiley
and Sons., New York
Mittal, S., 1988, Pile Foundations Design and Construction pg 9., University of Roorkee
Roorkee., CBS Publishers & Distributors., 11, Daryaganj, New Delhi-110002, India
Nelson., John D., Miller, Debora J., 1992, Expansive Soils, Problem and Practice in
Foundation and Pavement Engineering., John Wiley & Sons Inc
Plummer; Carlson; Geary, Mc., 2007, Physical Geology Eleventh Edition, Mc Graw Hill
Suparman, 2013, Laporan Hasil Penyelidikan Tanah Gatot Subroto K.25., CV. Georekayasa
Semarang
Rahardjo, P.P., 2013, Laporan Faktual Penyelidikan Tanah Kawasan Gatsu Kav.25
Semarang., PT. GEC Bandung
15. SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014
___________________________________________________________________________
89
Tarbuck., Edward J., Lut., F.K., 1999, Earth, An Introduction to Physical Geology., Sixth
Edition., Prentice Hall
Tomlinson, M. J., 1986, Foundation Design and Construction, 5th
Ed., New York, John Wiley
and Sons
Thompson., 2007, Earth Science and The Environtment., Thompson Brook/Cole.,
Wahyuni, M., 2013, Laporan Sementara Hasil Penyelidikan TanahGatot Subroto K-25
Semarang., PT. GEONIKA UTAMAPERDANA
Wahyuni, M., 2013, Karakteristik Tanah Mengembang dan Penanggulangannya., Penelitian
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Unika Soegijapranata Semarang