Dokumen tersebut membahas tentang analisis proyek yang mencakup definisi proyek, tahapan siklus proyek, aspek-aspek kritis dalam formulasi proyek, dan jenis-jenis proyek. Dibahas pula perbedaan antara analisis finansial dan ekonomis serta manfaat dan biaya yang dihasilkan dari suatu proyek."
1. ANALISIS PROYEK
Krisdinar Sumadja
FAKULTAS PERTANIAN UNBAR
Bandung
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 1
2. BUKU REFERENSI
• A. Choliq dan Ofan, 1991, Evaluasi Proyek, Linda
Karya, Bandung
• J. Price Gittinger, 1982, Economic Analiis Of agricultural
Project, The John Hopkin University Press, Washington DC
• Kadariah, Lien Karlina, Clive Gray, 1979, Pengantar Evaluasi
Proyek, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta
• Mulyadi Pudjosumarto, 1988, Evaluasi
Proyek, Liberty, Yogyakarta.
• Zulkarnain Djamin, 1984, Perencaaan dan Analisis Proyek
, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 2
3. PERENCANAAN
Perencanaan merupakan :
• Kegiatan mempersiapkan keputusan -keputusan
yang harus diambil untuk masa mendatang
sepanjang umur proyek
• Usaha untuk
mempengaruhi, mengarahkan, bahkan
mengendalikan perubahan dalam variabel-
variabel suatu kegiatan selama kurun waktu
tertentu
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 3
4. KEPENTINGAN PERENCANAAN
• Memperhitungkan prakiraan (fore casting) menganai potensi dan prospek
pengembangan manfaat proyek
• Memberikan metode yang tepat dan sistematik untuk menghadapi
masalah yang spesifik, dan implikasi yang tersembunyi
• Mengetuahui secara lebih pasti kebutuhan sumberdaya dan keuangan
sepanjang umur proyek
• Memberikankesempatan untuk memilih yang terbaik dari berbagai
alternatif atau mengkombinasikan sumberdaya yang tersedia
• Memberikan dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 4
5. DEFINISI PROYEK
Proyek adalah
Kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam
bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber
daya untuk mendapatkan benefit.
Contoh: investasi baru spt pabrik, jalan raya, kereta
api, bendungan, dll
Proyek merupakan
Rangkaian kegiatan yang direncanakanyang didalamnya
menggunakan masukan (input), untuk mendapatkan
manfaat (benefit) atau hasil (return) di masa yang akan
datang.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 5
6. DEFINISI PROYEK
Proyek adalah
• Kegiatan/aktivitas yang menggunakan
sumberdaya dan diharapkan memperoleh
manfaat di masa akan datang dalam periode
tertentu
• Kegiatan/aktivitas dengan mengeluarkan
biaya dengan harapan akan memperoleh
hasil (return) dimasa yang akan datang dalam
periode tertentu
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 6
7. CIRI-CIRI PROYEK
1. Direncanakan
2. Rangkaian kegiatan/aktivitas
3. Menggunakan sumberdaya/biaya
4. Mendapatkan benefit/manfaat di masa akan
datang
5. Terdapat awal (starting point) dan akhir
(ending point)
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 7
8. EVALUASI PROYEK
Evaluasi proyek adalah :
• Suatu sistem analisis yang membandingkan biaya
dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu
proyek yang diusulkan akan mencapai tujuan
dengan alat ukur yang wajar
• Sebuah metode penilaian alternatif-alternatif
dengan cara mudah dan dapat dipahami
• Menaksir biaya dan benefit yang mungkin timbul
pada suatu proyek dengan tolok ukur yang
berlaku umum
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 8
9. KEGUNAAN EVALUASI PROYEK
• Digunakan dalam studi kelayakan
• Sebagai alat/prasarana untuk mengajukan
kredit kepada bank atau investor
• Sebagai salah satu bahan pertimbangan
dalam kebijakan pembangunan
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 9
10. TAHAP SIKLUS PROYEK
Dimulai dengan
gagasan suatu proyek
IDENTIFIKASI
I
Formulasi
Evaluasi
(persiapan)
VI
II
Analisis
Operasional
(Appraisal)
V
III
IMPLEMENTASI
(SUPERVISI)
IV
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 10
11. IDENTIFIKASI/GAGASAN
• Siklus proyek dimulai dari munculnya
gagasan pengusulan proyek.
• Sumber gagasan bersumber dari:
– Pemimpin mayarakat
– Tenaga teknis
– Perintis pembangunan
– Lembaga pemerintah dan atau swasta
– Usulan yang telah ada
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 11
12. METODE GAGASAN
• Metode Permintaan :
Adanya permintaan/prospek pasar yang baik pada suatu produk
barang/jasa tertentu
• Metode Sumberdaya :
Terdapat potensi sumberdaya yang belum termanfaatkan secara optimal
• Metode Teknologi :
Terdapat teknologi tepat guna yang lebih efisien dalam membuat
sebuah produk barang dan jasa
• Metode Sasaran Pokok :
Memudahkan pencapaian suatu sasaran pokok baik nasional maupun
regional
• Metode Pengalaman :
Mengikuti proyek yang sudah berjalan dan menguntungkan
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 12
13. ANALISIS
• Yaitu mengadakan penilaian atau evaluasi
(appraisal) terhadap laporan studi kelayakan
yang ada.
• Dilakukan untuk memilih yang terbaik diantara
beberapa alternatif proyek berdasar ukuran
tertentu
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 13
14. IMPLEMENTASI
• Merupakan tahap pelaksanaan proyek
• Pada tahap ini, tanggung jawab para
perencana serta penilai proyek adalah
mengadakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar
sesuai dengan final designnya
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 14
15. OPERASI
• Tahap ini dipertimbangkan penggunaan
metode-metode pembuatan laporan atas
pelaksanaan operasinya.
• Laporan tersebut diperlukan untuk
kelanjutan peroyek berikutnya
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 15
16. EVALUASI HASIL
• Tahap ini membandingkan antara yang
direncanakan dengan hasil yang dicapai.
• Hasil penilaian selanjutnya digunakan untuk
perbaikan bagi proyek berikutnya dan
mengembangkan gagasan baru dalam memilih
proyek-proyek baru
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 16
17. ASPEK-ASPEK KRITIS DALAM
FORMULASI PROYEK
1. ASPEK TEKNIS,
Penyediaan dan ketersediaan sumber daya proyek, meliputi
analisis tentang input dan output yang diperlukan dan dihasilkan
oleh proyek
2. ASPEK INSTITUSI DAN ORGANISASI,
menyangkut masalah-masalah organisasi hubungannya dengan
pemerintah dan masyarakat. Antara lain mencakup:
hubungan administrasi proyek dengan administasi di luar proyek,
sejauh mana regulasi/deregulasi menjadi penghambat atau pendukung proyek
Reaksi berbagai elemen masyarakat berkaitan dengan keberadaan proyek
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 17
18. ASPEK-ASPEK KRITIS DALAM
FORMULASI PROYEK
3. ASPEK MANAJERIAL DAN
ADMINISTRATIF, Kemampuan staf untuk
menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran
besar
4. ASPEK KOMERSIAL,
Perbandingan antara permintaan dan penawaran
produk yang dihasilkan selama proyek berlangsung
5. ASPEK SOSIAL,
menggambarkan tujuan-tujuan proyek yang sifatnya
khusus bersifat sosial, misalnya dampak proyek thd
penyediaan kesempatan kerja, efek thd pemerataan
pendapatan
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 18
19. UNSUR-UNSUR KRITIS DALAM
FORMULASI PROYEK
6. ASPEK FINANSIAL,
Rasio antara pengeluaran dan penerimaan
proyek (cost dan revenue earnings)
7. ASPEK EKONOMI,
Konstribusi/peranan proyek terhadap
pembangunan wilayah secara makro
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 19
20. UNSUR-UNSUR KRITIS DALAM
FORMULASI PROYEK
8. ASPEK EKSTERNALITAS
Dampak keberadaan proyek (+/-). Analisis ini
sulit dikuantitatifkan namun tetap harus
menjadi pertimbangan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 20
21. KENYATAAN DALAM
KEGIATAN EKONOMI
Sumber daya bersifat terbatas dan langka
Kegiatan yang berbeda atau kegiatan yang
sama dalam lingkungan berbeda akan
mengasilkan sesuatu yang berbeda
dari berbagai peluang investasi yang terbuka
dengan tingkat keuntungan dan manfaat yang
berbeda-beda, baik oleh pemeritah atau
swasta akan dipilih proyek yang menghasilkan
keuntungan atau kemanfaatan dari sudut
pandangnya.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 21
22. TUJUAN ANALISA PROYEK
1. Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat
dicapai melalui investasi dalam suatu proyek;
2. Menghindari pemborosan sumber daya, yaitu
dengan menghindari pelaksanaan proyek yang
tidak menguntungkan;
3. Mengadakan penilaian terhadap peluang
investasi yang ada sehingga kita dapat memilih
alternatif proyek yang paling menguntungkan;
dan
4. Menentukan prioritas investasi
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 22
23. JENIS JENIS PROYEK
• Proyek Fisik dan Proyek Non-fisik
• Proyek pemeintah dan Swasta
• Proyek sosial/Ekonomi dan
proyek Finansial
• Proyek Skala Besar dan Skala Kecil
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 23
24. ANALISIS FINANSIAL VS EKONOMI
Analisis Finansial :
Analisis yang lebih menitikberatkan pada
kepentingan keuntungan
individu/perusahaan. Manfaatnya disebut
private return
Analisis Ekonomi :
Analisis yanglebih menitikberatkan pada
kepentingan ekonomi secara keseluruhan
(makro). Manfaatnya disebut economic return
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 24
25. PERBEDAAN ANALISIS
FINANSIAL DAN EKONOMIS
finansial ekonomis
• Harga : • Harga :
Harga pasar berlaku setempat (market Harga bayangan (shadow price)
price)
• Subsidi : • Subsidi :
Subsidi tidak diperhitungkan Subsidi diperhitungkan
• Pajak : • Pajak :
Pajak diperhitungkan Pajak tidak diperhitungkan karena pajak
adalah transfer payment
• Upah : • Upah :
Upah yang berlaku setempat Upah yang digunakan adalah upah
bayangan (shadow price/opportunity
wage)
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 25
26. PERBEDAAN ANALISIS
FINANSIAL DAN EKONOMIS
finansial
EKONOMIS
• Bunga Modal : • Bunga Modal :
1. Bunga modal yang dibayarkan Tidak dianggap biaya kecuali :
kreditor dianggap biaya 1. Jika investasi itu dibebankan
2. Bunga atas modal proyek tidak pada saat dikeluarkan tidak
dianggap biaya dianggap biaya
2. Jika Investasi itu merupakan
arus pelunasan di masa akan
datan maka dianggap biaya
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 26
27. BENEFIT/MANFAAT PROYEK
Meningkatkan Nilai
Produk
Direct
Benefit
Menurunkan biaya
Tangible
Benefit
Multiplier effect
Indirect
Economic of scale
Benefit
BENEFIT Dinamic secondary
effect
Perbaikan
Lingkungan
Intangible Mengurangi
Benefit kerawanan
Ketahanan
Nasional
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 27
28. BENEFIT/MANFAAT
• Benefit :
Suatu manfaat yang diperoleh dari suatu proyek baik yang
dapat dihitung dengan uang ataupun yang tidak dapat
dihitung dengan uang
• Tangible benefit :
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan proyek yang dapat
dihitung atau dinilai dengan uang
• Intangible benefit :
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan proyek yang tidak dapat/
sulit dihitung atau dinilai dengan uang
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 28
29. BENEFIT PROYEK
• Direct benefit :
Manfaat yang diterima dari kegiatan proyek
secara langsung
Kenaikan nilai hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah
produk dan kualitas dari produk sebagai akibat adanya proyek. Misalnya
– Kenaikan produksi padi karena adanya irigasi,
– Turunnya biaya pengangkutan karena perbaikan jalan,
– Membaiknya job description diantara tenaga kerja karena perbaikan cara kerja.
• Indirect benefit :
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan proyek
secara tidak langsung yang berkenaan dengan
lingkungan
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 29
30. BIAYA PROYEK
1. Biaya Investasi :
Seluruh biaya yang dikeluarkan dari mulai
proyek tersebut dilaksanakan
misalnya :
a. Pendirian bangunan pabrik
b. Pembelian mesin dan peralatannya
c. Instalasi listrik, dan lain-lain
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 30
31. BIAYA PROYEK
2. Biaya Operasional :
Seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi itu berlangsung secara rutin
misalnya :
a. Pembelian bahan baku
b. Tenaga Kerja
c. Biaya listrik
d. Bahan bakar, dan lain-lain
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 31
32. BIAYA PROYEK
3. Sunk Cost :
Seluruh biaya yang dikeluarkan pada masa lalu
sebelum kegiatan proyek dilaksankanan. Dalam
evaluasi proyek tidak diperhitungkan
4. Depresiasi (penyusutan)
Pengalokasian biaya investasi suatu proyek
setiap tahun sepanjang umur proyek untuk
kepentingan laporan Neraca Rugi Laba. Dalam
evaluasi proyek deresiasi tidak diperhitungkan
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 32
33. BIAYA PROYEK
5. Bunga modal :
Bunga yang tidak riil (opportunity cost)
dikeluarkan tidak diperhitungkan dalam
evaluasi proyek . Sedangkan bunga pinjaman
diperhitungkan
6. Contingency (biaya tak terduga)
Biaya yang dikeluarkan akibat kesalahan-
kesalahan mengestimasi pengeluaran suatu
proyek
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 33
34. BIAYA PROYEK
Biaya proyek dapat juga dikelompokkan
1. Biaya Langsung :
Biaya yang berhubungan langsung dengan kepentingan proyek, seperti biaya
investasi (biaya pembangunan konstruksi, biaya peralatan), biaya
operasi, dan biaya pemeliharaan proyek (biaya penyusutan, bunga
bank, tanah, modal kerja, biaya lain).
2. Biaya Tidak Langsung :
Biaya yang perlu diperhitungkan dalam menganalisis proyek (biaya polusi
udara, biaya penanganan pencemaran, bising, dll).
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 34
35. Keputusan Hasil Evaluasi Proyek:
Keputusan hasil evaluasi proyek:
a. Menolak atau menerima proyek, didasarkan
pada hasil perhitungan kriteria investasi.
b. Memilih satu atau beberapa proyek yang
layak sesuai dana yang tersedia
c. Membuat skala prioritas dari beberapa
proyek yang layak.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 35
36. Contoh
Dari 7 proyek yang dinilai ada 5 proyek yang layak untuk dikembangkan
dengan jumlah dana masing-masing proyek terlihat pada tabel berikut:
No Nama Proyek Jumlah Dana (Rp)
1 Pembangunan Irigasi 350.000.000
2 Perbaikan Jalan Kabupaten 150.000.000
3 Pembuatan Jalan Baru 450.000.000
4 Pembuatan Jalan Desa 200.000.000
5 Peningkatan Jalan Desa 120.000.000
Jumlah 1.270.000.000
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 36
37. KEPUTUSAN ANALISIS PROYEK
Dari tabel terlihat bahwa jumlah dana proyek Rp. 1.270.000.000,- sedangkan
dana yang tersedia sebesar Rp. 550.000.000,-. Berdasarkan keterbatasan itu,
keputusan yang dapat diambil adalah
– Mengerjakan proyek no 1 dan 2 dengan jumlah dana Rp. 500.000.000,-
– Mengerjakan proyek no 1 dan 4 dengan jumlah dana sebesar Rp.
550.000.000,-
– Mengerjakan proyek no 3 dengan jumlah dana sebesar Rp. 450.000.000,-
atau
– Mengerjakan proyek 4 dan 5 dengan alasan proyek lainnya meskipun bisa
dikembangkan, kelayakannya masih dalam batas minimum.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 37
38. KEPUTUSAN ANALISIS PROYEK
Dari tabel terlihat bahwa jumlah dana proyek Rp. 1.270.000.000,- sedangkan
dana yang tersedia sebesar Rp. 550.000.000,-. Berdasarkan keterbatasan
itu, keputusan yang dapat diambil adalah
– Mengerjakan proyek no 1 dan 2 dengan jumlah dana Rp. 500.000.000,-
– Mengerjakan proyek no 1 dan 4 dengan jumlah dana sebesar Rp.
550.000.000,-
– Mengerjakan proyek no 3 dengan jumlah dana sebesar Rp. 450.000.000,-
atau
– Mengerjakan proyek 4 dan 5 dengan alasan proyek lainnya meskipun bisa
dikembangkan, kelayakannya masih dalam batas minimum.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 38
40. Aspek Ekonomi dan Keuangan
DANA INVESTASI
Menentukan jumlah dana investasi secara keseluruhan
disesuaikan dengan aspek teknis produksi:
a. Tanah
b. Gedung
c. Mesin
d. Peralatan
e. Biaya pemasangan mesin
f. Biaya lain (studi kelayakan, survei, impor
mesin/peralatan, biaya lain yang berhubungan dengan
pembangunan proyek).
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 40
41. Aspek Ekonomi dan Keuangan
BIAYA MODAL KERJA
Terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable
cost).
• Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik-
turunnya produksi yang dihasilkan, mslnya biaya tenaga kerja tak
langsung, penyusutan, bunga bank, asuransi, dsb.
•Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
bahan mentah/bahan pembantu, upah tenaga kerja
langsung, biaya transportasi, biaya pemasaran, dll.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 41
42. Aspek Ekonomi dan Keuangan
SUMBER PEMBIAYAAN
Sumber dari dalam perusahaan: modal yang berasal dari para
investor sendiri atau modal yang dihimpun atas penjualan
saham.
Sumber dari luar perusahaan: modal yang berasal dari
bank, produsen mesin/peralatan, dan lembaga keuangan
lain.
Komposisi sumber modal sendiri dan modal dari luar
perusahaan: semakin besar modal yang berasal dari luar
perusahaan semakin besar bunga sebagai biaya modal
dalam pelaksanaan proyek.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 42
43. Aspek Ekonomi dan Keuangan
PROSES PERPUTARAN KEUANGAN
Proses perputaran keuangan perlu direncanakan karena akan
mempengaruhi kemampuan usaha/proyek dalam menutupi
segala kewajiban-kewajibannya.
ASAS PEMBELANJAAN
- Likuiditas
- Solvabilitas
- Rentabilitas.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 43
44. Aspek Ekonomi dan Keuangan
TITIK PULANG POKOK
- Perlu dihitung kapan terjadinya titik pulang pokok (BEP)
- Semakin lama waktu pencapaian TR=TC semakin lama
usaha/proyek mencapai keuntungan dan semakin besar pula
saldo kerugian yang merupakan beban terhadap biaya operasi
dan pemeliharaan.
- Pay back period (PBP) atau jangka waktu pengembalian biaya
investasi: semakin cepat pengembalian biaya investasi dari
usaha/proyek yang direncanakan, semakin baik proyek
tersebut karena dana investasi dapat digunakan sebagai
penanaman investasi baru.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 44
45. Aspek Ekonomi dan Keuangan
PERHITUNGAN PROFIT
- Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin layak
usaha/proyek yang dikembangkan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 45
47. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
PERHITUNGAN BUNGA
• Bunga merupakan biaya modal
• Besar kecilnya jumlah bunga yang merupakan beban
terhadap peminjam (debitor) sangat tergantung pada
waktu, jumlah pinjaman, dan tingkat bunga yang berlaku
• Terdapat 3 bentuk sistem perhitungan bunga:
1. Simple interest (bunga biasa)
2. Compound interest (bunga majemuk)
3. Annuity (anuitas).
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 47
48. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
SIMPLE INTEREST (BUNGA BIASA)
Besar kecilnya jumlah bunga yang diterima kreditor tergantung
pada besar kecilnya principal (modal), interest rate (tingkat
bunga), dan jangka waktu:
B = f (P.i.n), di mana: B= Bunga
P= Principal (modal)
i = interest rate (tingkat bunga)
n = jangka waktu.
Contoh soal 1:
Apabila jumlah pinjaman sebesar Rp. 5.000.000,00 dengan tingkat
bunga 18% per tahun. Berapa jumlah bunga selama 3 tahun?
2 bulan? 40 hari?
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 48
49. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Untuk menghitung besarnya principal, interest rate, dan jangka waktu dapat
diselesaikan dengan:
P = B/i.n
i = B/p.n
n = B/P.i
S = P + B atau S = P + (P.i.n)
Di mana S = jumlah penerimaan.
Contoh soal 2:
Hitunglah nilai-nilai yang tidak diketahui dalam tabel berikut:
No Principal Interest Rate Time Interest Amount
(Modal) (Tingkat Bunga) (Waktu) (Bunga) (Jml Penerimaan)
1 6.000.000 18% 2 tahun ? ?
2 ? 20% ? 250.000 5.250.000
3 7.000.000 ? 50 hari ? 7.145.833
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 49
50. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
COMPOUND INTEREST (BUNGA MAJEMUK)
Bunga majemuk biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif panjang
dan dalam perhitungan bunga dilakukan lebih dari satu periode.
Bunga majemuk adalah bunga yang terus menjadi modal bila tidak
diambil pada waktunya.
Perhitungan bunga majemuk dilakukan secara reguler dengan interval
tertentu, setiap bulan, setiap kuartal, setiap 6 bulan, atau setiap
tahun.
Contoh soal 3:
A meminjamkan uang sebesar Rp. 100.000,00 dengan tingkat bunga 12% per
tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan selama 2 tahun. Berapa jumlah
pengembalian setelah 2 tahun?
Jawab:
Diketahui: P = Rp. 100.000,00, i = 12%/2= 6% , dan n = 2.2 = 4
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 50
51. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Rumus perhitungan bunga majemuk:
n
S = P (1+i)
-n S
P = S (1+i) atau P =
(1 i ) n
1/ n
S
i 1 100%
P
log S log P
n= Di mana: S = Jumlah penerimaan
log(1 i ) P = Present Value
n = Periode waktu
i = tingkat bunga per periode
waktu
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 51
52. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Nilai (1+i)n disebut compounding factor, yaitu suatu bilangan
yang digunakan untuk menilai uang pada masa yang akan
datang (future value).
Nilai (1+i)-n disebut discount factor, yaitu suatu bilangan untuk
menilai nilai uang dalam bentuk present value (nilai sekarang).
Contoh 4:
Seorang investor meminjam uang sebesar Rp 5.000.000,00 selama 8 tahun
dengan tingkat bunga 18% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan.
Berapa jumlah pengembalian setelah 8 tahun?
Catatan: nilai (1+i)n dapat dilihat dalam Lampiran I pada n = 16 dan I = 9%.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 52
53. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Contoh 5:
Apabila Bank A menerima tingkat bunga deposito sebesar 18%
per tahun dan dimajemukkan setiap bulan. Bank B juga
menerima tingkat bunga deposito sebesar 18% per tahun dan
dimajemukkan setiap 6 bulan. Berapa tingkat bunga efektif
(effective rate) pada masing-masing bank tersebut?
Rumus: F = (1+j/m)m di mana F = effective rate
m = frekuensi bunga
majemuk dalam satu
tahun
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 53
54. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
ANNUITY (Anuitas)
Anuitas adalah suatu rangkaian pembayaran dengan jumlah yang
sama besar pada setiap interval pembayaran.
Besar kecilnya jumlah pembayaran pada setiap interval
tergantung pada jumlah pinjaman, jangka waktu, dan
tingkat bunga.
Anuitas dapat dibagi atas dua bagian:
1. Anuitas Biasa (Simple Annuity)
2. Anitas Kompleks (Complex Annuity).
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 54
55. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
ANUITAS BIASA
Anuitas biasa adalah sebuah anuitas yang mempunyai interval
yang sama antara waktu pembayaran dengan waktu
dibungamajemukkan.
Berdasarkan tanggal pembayarannya, anuitas biasa dapat dibagi
3 bagian, yaitu:
1. Ordinary annuity
2. Annuity due
3. Deferred annuity.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 55
56. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Ordinary annuity
Ordinary annuity adalah sebuah anuitas yang diperhitungkan
pada setiap akhir interval seperti akhir bulan, akhir
kuartal, akhir setiap 6 bulan, maupun pada setiap akhir
tahun.
1 (1 i ) n i
An = R R = An {1 (1 i) n }
i
{(1 i) n 1} i
Sn = R R = Sn
i {(1 i ) n 1
Di mana: An = Present value R = Annuity
Sn = Future value i = Tingkat bunga/interval
n = jumlah interval pembayaran
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 56
57. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
a. Present Value
Present value adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan
identik dengan nilai awal dari penanaman modal.
Contoh 6: Sebuah perusahaan mencicil pinjaman sebesar Rp 50.000,- pada
setiap akhir bulan selama 6 bulan dengan suku bunga diperhitungkan
sebesar 18% per tahun. Berapakah besarnya present value?
Diketahui: R = Rp. 50.000,-, i= 18%/12 = 0,015, n=6
Rumus : An = R
Catatan: nilai discount factor dari anuitas di atas dapat dilihat pada
Lampiran 3 pada n=6 dan i=1,5%.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 57
58. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
b. Anuitas dari present value
Anuitas dari sebuah present value sama dengan jumlah angsuran pada setiap
interval. Jumlah angsuran pada setiap interval dari sejumlah pinjaman
tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang
digunakan.
Contoh 7: Seorang investor merencanakan membangun proyek perumahan murah
untuk dijual secara cicilan kepada nasabah. Biaya pembangunan diperhitungkan
Rp. 12.000.000,-. Berapa besar nilai cicilan yang dibebankan kepada
nasabah, bila tingkat bunga setahun diperhitungkan sebesar 15% dan
dimajemukkan setiap bulan selama 3 tahun?
Diketahui: i = 15%/12 = 0,0125 dan n = 3x12 = 36
Rumus :
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 58
59. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
c. Jumlah penerimaan (Future amount)
Jumlah penerimaan dari serangkaian pembayaran
diperhitungkan bunga secara bunga majemuk (compound
interest) dari sejumlah uang yang dicicil.
Jumlah pembayaran pada interval pertama, diperhitungkan
bunga pada akhir interval kedua, sehingga jumlah
penerimaan pada akhir interval kedua adalah sebesar 2
kali setoran ditambah dengan bunga pada setoran
pertama.
d. Tingkat Bunga
Bila present value diketahui: {1 (1 i) n } An
i R
Bila jumlah penerimaan diketahui :
{(1 i) n 1 Sn
i R
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 59
60. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Contoh 8: Apabila diketahui jumlah present value sebesar Rp 969.482,- dengan
anuitas Rp 150.000,- pada setiap akhir kuartal selama 2 tahun. Berapa
besarnya tingkat bunga pada setiap kuartal? Berapa pada setiap tahunnya?
Diketahui: An = Rp 969.482,- n = 2x4 = 8 R = Rp 150.000,-
Catatan: Nilai discount factor untuk {1-(1+i)-n/i} dapat dilihat pada Lampiran 3
pada n=8 di mana nilainya 6,463212760.
Apabila nilai i tidak tersedia dalam lampiran, nilai i dapat dihitung dengan
menggunakan sistem interpolasi.
Contoh 9: Seorang pengusaha menyetor uang pada bank sebesar Rp 445.000,- dan
diambil kembali secara cicilan setiap akhir 6 bulan sebesar Rp 50.000,- dalam
waktu 5 tahun. Berapa besarnya interest rate dan nominal rate?
Diketahui: An = Rp 445.000,- R= Rp 50.000,- n= 2x5 = 10 (tiap 6 bulan)
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 60
61. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
e. Menentukan Jangka Waktu
Untuk menentukan jangka waktu dari sebuah anuitas, sama halnya dengan
cara menentukan tingkat bunga.
Contoh 10: Seorang pegawai negeri menerima uang dari bank sebesar Rp
1.653.298,- dari hasil setoran sebesar Rp 50.000,- pada setiap akhir
kuartal dengan tingkat bunga 20% setahun. Berapa lama pegawai
tersebut telah melakukan setoran untuk mendapatkan sejumlah uang
tersebut?
Diketahui: Sn = Rp 1.653.298,- i= 20/4 = 5% dan
R= Rp 50.000,- n= ?
Catatan: Gunakan lampiran 5.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 61
62. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
2. Annuity Due
Annuity due adalah anuitas yang pembayarannya dilakukan pada setiap awal
interval. Awal interval pertama merupakan perhitungan bunga yang
pertama dan awal interval kedua merupakan perhitungan bunga kedua
dan seterusnya.
Pada formula annuity due ditambahkan satu compounding factor (1+i), baik
untuk present value maupun future value.
Penambahan satu compounding factor pada annuity due adalah sebagai
akibat pembayaran yang dilakukan pada setiap awal interval.
Nilai uang yang dihitung dengan annuity due selalu lebih besar bila
dibandingkan dengan ordinary annuity.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 62
63. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
a. Perhitungan present value
Rumus: n
Contoh 11: Sebuah perusahaan
{1 (1 i) } Ingin memperoleh uang secara
An(ad) = R (1 i)
i kontinyu sebesar Rp 1.500.000,-
dari bank setiap awal kuartal
Atau ( n 1)
selama satu tahun. Berapa jumlah
{1 (1 i) dana yang harus disetor pada bank
An(ad) = R 1
i apabila tingkat bunga diperhitungkan
sebesar 18% per tahun?
Atau ( n 1)
{1 (1 i ) Diketahui: R=Rp 1.500.000,-
An(ad) = R R
u i= 18%/4= 4,5% dan
n=4
Catatan: Gunakan Lampiran 3 untuk
mendapat nilai discount factor annuity
pada i=4,5% dan n=4 dan Lampiran 1
untuk compounding factor dari bunga
majemuk.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 63
64. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
b. Jumlah Pembayaran (Future
amount)
Jumlah pembayaran dalam annuity due
dilakukan dengan rumus sebagai berikut: Contoh 12: Suatu BPD memberikan
Fasilitas penjualan kendaraan beroda
Dua secara kredit pada guru-guru SD.
Sn(ad) = {(1 i ) n 1} Tingkat bunga diperhitungkan sebesar
R (1 i ) 12% per tahun dan cicilan dilakukan
atau i Setiap awal bulan sebesar Rp 70.000,-
Sn(ad) = Selama 3 tahun. Berapakah besarnya
{(1 i ) n 1 1}
R 1 Jumlah pembayaran?
Atau
i
( n 1) Diketahui: R = Rp 70.000,-
Sn(Ad) = {(1 i ) 1} I = 12%/12 = 1%
R R
i dan n = 12x3 = 36
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 64
65. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
c. Hubungan antara Present Value dengan Future amount
Hubungan antara present value dengan future value sebuah annuity due sama dengan
hubungan yang terdapat pada perhitungan bunga majemuk.
Present value merupakan modal dasar dan future value merupakan penjabaran dari
bunga majemuk.
-n
An (ad) = Sn (ad) (1+i)
Sn (ad) = An (ad) (1+i)n
Apabila diketahui nilai present value dari annuity due, jumlah penerimaan pada akhir
interval dapat diketahui tanpa menghitung besarnya anuitas pada setiap interval.
Hubungan ini tidak dapat diterapkan pada ordinary annuity maupun bentuk annuity
lainnya, misalnya deferred annuity.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 65
66. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
d. Anuitas, jangka waktu, dan
tingkat bunga
Penentuan anuitas dalam sebuah
annuity due dapat dilakukan i 1
apabila nilai present value atau R An (1 i)
n
future value (jumlah {1 (1 i) }
penerimaan) dari
transaksi, tingkat bunga dan
lamanya pinjaman diketahui. i 1
Anuitas adalah cicilan yang harus R Sn n
(1 i)
dikembalikan oleh debitur, setiap
{(1 i) 1
bulan, kuartal, maupun setiap
tahun tergantung perjanjian.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 66
67. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
c. Hubungan antara Present Value dengan Future amount
Hubungan antara present value dengan future value sebuah annuity due sama
dengan hubungan yang terdapat pada perhitungan bunga majemuk.
Present value merupakan modal dasar dan future value merupakan penjabaran
dari bunga majemuk.
An (ad) = Sn (ad) (1+i)-n
Sn (ad) = An (ad) (1+i)n
Apabila diketahui nilai present value dari annuity due, jumlah penerimaan pada
akhir interval dapat diketahui tanpa menghitung besarnya anuitas pada
setiap interval. Hubungan ini tidak dapat diterapkan pada ordinary annuity
maupun bentuk annuity lainnya, misalnya deferred annuity.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 67
68. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
d. Anuitas, jangka waktu, dan tingkat bunga
Penentuan anuitas dalam sebuah annuity due dapat diketahui apabila nilai
present value atau future value (jumlah penerimaan) dari transaksi
diketahui, di samping tingkat bunga dan lamanya pinjaman.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 68
69. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Contoh 13. Seorang pimpinan perusahaan telah melakukan
penyetoran pinjaman secara cicilan pada bank sebesar Rp 500.000,-
pada setiap awal bulan. Tingkat bunga pinjaman diperhitungkan
sebesar 18% per tahun. Berapa bulan harus diadakan penyetoran
untuk menutupi pinjaman sebesar Rp 10.000.000,-?
Diketahui: R = 500.000,- i= 18%/12 = 1,5% An = 10.000.000,-
Ditanya: n = ?
Jawab: ( n 1)
{1 (1 i) }
An(ad ) R R
i
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 69
70. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
( n 1)
{1 (1 0,015) }
100000000 500000 500000
0,015
( n 1)
{1 (1 0,015) } 10000000 500000
19
0,015 500000
Pada lampiran 3 pada i=1,5%, nilai 19 tidak tersedia. Nilai yang mendekati
19 pada i=1,5% adalah pada n=22 dengan nilai 18,62082437 dan pada n=23
dengan nilai 19,33086145. Dengan demikian untuk mengembalikan kredit
Sebesar Rp 10 juta membutuhkan waktu 22 bulan lebih:
22 bulan < n < 23 bulan
Gunakan metode interpolasi untuk mengetahui waktu pengembalin secara
pasti.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 70
71. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
3. Deferred Annuity
Deferred annuity adalah suatu seri (anuitas) yang pembayarannya dilakukan
pada akhir setiap interval. Perbedaan dengan ordinary annuity adalah
dalam hal penanaman modal di mana pada deferred annuity ada masa
tengang waktu (grace period) yang tidak diperhitungkan bunga.
{1 (1 i ) n } t
An(da) R (1 i )
i
n
t = tenggang waktu yang
{(1 i ) 1 tidak dihitung bunga
Sn(da) R
i
Contoh 14: Seorang petani yang membuka usaha dalam bidang peternakan
meminjam uang ke Bank dengan tingkat bunga 12% per tahun dan dimajemukkan
setiap kuartal. Pinjaman tersebut harus dikembalikan secara cicilan mulai pada
akhir kuartal ketiga sebesar Rp 400.000,- selama 5 kali angsuran. Berapa besar
jumlah pinjaman?
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 71
72. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Anuitas Kompleks (Complex Annuity)
Anuitas kompleks adalah sebuah rentetan pembayaran dari suatu pinjaman
dengan jumlah yang sama pada setiap interval. Berbeda dengan
anuitas biasa, pada anuitas kompleks interval pembayaran dan
interval bunga majemuk mempunyai interval yang berbeda.
Apabila interval pembayaran dilakukan pada setiap bulan, mungkin
dibungamajemukkan pada setiap kuartal atau sebaliknya apabila
interval pembayaran dilakukan pada setiap kuartal, perhitungan
bunga majemuk dilakukan pada setiap bulan.
Jika dilihat dari tanggal pembayaran, anuitas kompleks dibagi 3:
1. Complex ordinary annuity
2. Complex due annuity
3. Complex deferred annuity.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 72
73. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
1. Complex Ordinary Annuity
Pembayaran anuitas dalam complex ordinary annuity dilakukan pada
akhir setiap interval. Besar kecilnya anuitas tergantung pada
besar kecilnya pinjaman, tingkat bunga, jangka waktu, dan
frekuensi bunga majemuk dalam satu tahun.
a. Present Value
Rumus: nc
{1 (1 i) } i
Anc(Oa) R c
i {(1 1) 1}
c = perbandingan antara frekuensi bunga majemuk dalam satu tahun
dengan frekuensi pembayaran dalam satu tahun.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 73
74. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Contoh 15: Seorang petani merencanakan meminjam uang ke bank untuk
perluasan usaha sektor perikanan. Berdasarkan pada perkiraan dan
perhitungan benefit, ia mampu mengembalikan pinjaman sebesar Rp
76.015 pada setiap akhir kuartal selama 2 tahun dengan tingkat bunga
pinjaman sebesar 18% per tahun dan dimajemukkan pada setiap
bulan. Berapa besar jumlah kredit yang bisa ia pinjam?
Diketahui: R=Rp 76.015 n = 2x4 = 8 (per kuartal)
c = 12/4 = 3 nc = 3x8 = 24 i = 18%/12 = 1,5%
Ditanya: Anc(Oa) = ?
Jawab :
nc
{1 (1 i ) } i
Anc(oa) R
i {(1 i ) c 1}
24
{1 (1 0,015) } 0,015
Anc(oa) 76.015
0,015 {(1 0,015) 3 1}
Anc(oa) 76.015(20,03040533)(0,32838278)
Anc(oa) Rp.500.000
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 74
75. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
b. Jumlah Penerimaan
Rumus: (1 i) nc 1 i
Snc(oa) R
i {(1 i) c 1
Untuk mengubah nilai Anc dan Snc dalam complex ordinary annuity
digunakan rumus berikut:
{(1 i ) n 1} r = tingkat bunga pada setiap
Sn R pembayaran dalam simple ordinary
r
annuity
{1 (1 r ) n } i = tingkat bunga dalam complex ordinary
An R annuity
r
c. Anuitas, jangka waktu, dan tingkat bunga
Penentuan anuitas dalam complex ordinary annuity sama halnya dengan
perhitungan simple ordinary annuity.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 75
76. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
2. Complex Annuity Due
Complex annuity due adalah pembayaran yang dilakukan pada setiap awal
interval. Berbeda dengan simple annuity due, pada complex annuity
due frekuensi bunga majemuk tidak sama dengan frekuensi
pembayaran dalam satu tahun.
Sebagai kompensasi dalam perhitungan harus dikalikan dengan discount
c
factor [i/{1-(1+i) }]
{1 (1 i ) n } i
Anc(ad ) R (1 i ) c
i (1 i ) c 1
{(1 r ) n 1} i
Snc(ad ) R (1 i ) c
i (1 i ) c 1
Untuk menghitung tingkat bunga, jangka waktu, dan anuitas sama dengan
cara menghitung pada complex ordinary annuity.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 76
77. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
3. Complex Deferred Annuity
Pembayaran dilakukan pada setiap akhir interval. Perbedaan dengan
complex annuity yang lain adalah pada tenggang waktu yang tidak
diperhitungkan bunga.
Contoh 16: Seorang mahasiswa meminjam uang pada bank sebesar Rp 800.000,-
untuk membayar biaya kuliah. Ia akan mengembalikan pinjaman secara
cicilan selama 5 tahun dan pengembalian pinjaman dilakukan setelah 3
tahun meminjam. Bunga diperhitungkan 12% per tahun dan dimajemukkan
setiap 6 bulan. Berapa besarnya pembayaran yang harus dilakukan setiap
akhir tahun?
Diketahui: Anc= Rp 800.000,- n=5
c= 2 (dibungamajemukkan 2 kali setahun dan pembayaran setiap tahun
t= 2 i= 12%/2= 6%
Ditanya: R?
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 77
78. Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
Jawab: Rumus Anc dan Snc adalah sebagai berikut:
nc
{1 (1 i) } i ct
Anc(da) R (1 i)
i (1 i)c 1
nc
(1 r) 1 i
Snc(da) R
i (1 i)c 1
Rumus untuk menghitung jumlah pembayaran setiap tahun:
i {(1 i ) c 1
R Anc(da) nc
(1 i ) ct
{1 (1 i ) i
0,06 {(1 0,06) 2 1}
R 800.000 10
(1 0,06) 2.2
{1 (1 0,06) 0,06
R 800.000(0,13586795)(2,06)(1,262477)
R Rp.282.682,
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 78
80. Analisis Kriteria Investasi
PENDAHULUAN
• Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang
diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima
dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama
umur ekonomis.
• Perkiraan benefit (cash in flows) dan perkiraan cost (Cash out flows)
merupakan alat kontrol dalam pengendalian biaya untuk memudahkan
dalam mencapai tujuan usaha/proyek.
• Hasil perhitungan kriteria investasi dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan penanaman modal.
• Kriteria investasi yang dapat digunakan: NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, PR
• Keputusan yang timbul dari hasil analisis: menerima atau
menolak, memilih satu atau beberapa proyek, atau menetapkan skala
prioritas dari proyek yang layak.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 80
81. Analisis Kriteria Investasi
PERHITUNGAN KRITERIA INVESTASI
1. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social
opportunity cost of capital sebagai diskon faktor.
Rumus:
n
n
NPV NBi (1 i )
i 1 Dimana:
atau NB = Net benefit = Benefit – Cost
n
C = Biaya investasi + Biaya operasi
NBi
NPV B = Benefit yang telah didiskon
i 1 (1 i ) n C = Cost yang telah didiskon
atau i = diskon faktor
n n n = tahun (waktu
NPV Bi Ci N Bi
i 1 i 1
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 81
82. Analisis Kriteria Investasi
Kriteria:
NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan
NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan
NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana
TR=TC dalam bentuk present value.
Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya
operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 82
83. Analisis Kriteria Investasi
Contoh 1:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk membangun industri pengolahan
hasil pertanian, diketahui:
Dana investasi: Rp. 35.000.000,- dialokasikan selama 2 tahun, yaitu tahun persiapan
Rp. 20.000.000,- dan tahun pertama Rp. 15.000.000,-. Kegiatan pabrik dimulai
setelah tahun ke-2 dari pengembangan kontruksi.
Jumlah biaya operasi dan pemeliharaan berdasarkan rekapitulasi dari berbagai biaya
pada tahun kedua sebesar Rp 5.000.000,- per tahun dan untuk tahun-tahun
berikutnya seperti pada tabel 1.
Benefit dari kegiatan industri ini adalah jumlah produksi dari pengolahan hasil-hasil
pertanian. Kegiatan produksi dimulai pada tahun kedua dengan jumlah penghasilan
Rp 10.000.000,- sedang tahun-tahun berikutnya seperti terlihat pada tabel 1.
Berdasarkan data di atas, apakah rencana pembukaan industri yang mengolah hasil
pertanian tersebut layak untuk dkembangkan bila dilihat dari segi NPV dengan
diskon faktor sebesar 18%?
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 83
85. Analisis Kriteria Investasi
Dari keterangan dan tabel yang diberikan maka:
n
n
NPV NBi (1 i )
i 1
NPV 11 .115 .000
Hasil menunjukkan bahwa NPV > 0, ini berarti gagasan usaha (proyek) layak
diusahakan.
Catatan:
• Perkiraan cash in flow dan cash out flow yang menyangkut proyeksi
harus mendapat perhatian
• Perkiraan benefit harus diperhitungkan dengan menggunakan berbagai
variabel (perkembangan trend, potensi pasar, perkembangan proyek
sejenis di masa datang, perubahan teknologi, perubahan selera
konsumen).
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 85
87. Analisis Kriteria Investasi
Dengan menggunakan rumus yang lain, NPV dapat juga dihitung dengan
bantuan Tabel 2 berikut. Pada tabel tersebut cost dan benefit langsung
dikalikan dengan DF:
n
NPV Bi Ci
i 1
NPV 69.080 57.966
NPV 11.114 Rp11.114.000,
Hasil menunjukkan bahwa NPV > 0, ini berarti gagasan usaha (proyek)
layak diusahakan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 87
88. Analisis Kriteria Investasi
Contoh 2:
Pimpinan perusahaan akan mengganti mesin lama dengan mesin baru
karena mesin lama tidak ekonomis lagi, baik secara teknis maupun
ekonomis. Untuk mengganti mesin lama dibutuhkan dana investasi sebesar
Rp 75.000.000,-. Mesin baru mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun
dengan salvage value berdasarkan pengalaman pada akhir tahun kelima
sebesar Rp. 15.000.000,-. Berdasarkan pengalaman pengusaha, cash in
flows setiap tahun diperkirakan sebesar Rp 20.000.000,- dengan biaya
modal 18% per tahun. Apakah penggantian mesin ini layak untuk dilakukan
apabila dilihat dari PV dan NPV?
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 88
89. Analisis Kriteria Investasi
n
CFi Sv Di mana: PV = Present value
PV
i 1 (1 r ) m (1 r ) n CF = Cash flow
n = periode waktu tahun ke n
m = periode waktu
r = tingkat bunga
Sv = salvage value
20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 15.000.000
PV ...
(1 0,18) (1 0,18) 2 (1 0,18)3 (1 0,18)5 (1 0,18)5
PV 16.949.153 14.363.689 12.172.617 10.315.778 8.742.184 6.556.638
PV 69.100.059
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, pembelian mesin baru dengan harga
Rp 75.000.000,- ternyata tidak feasible karena PV lebih kecil dari original outlays
atau original cost (harga beli).
NPV = PV – OO = 69.100.059 – 75.000.000 = - 5.899.941, dimana OO=original outlays
Berdasarkan perhitungan NPV diperoleh nilai negatif, maka pembelian mesin pun tidak
feasible.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 89
90. Analisis Kriteria Investasi
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol).
Jika IRR > SOCC maka proyek dikatakan layak
IRR = SOCC berarti proyek pada BEP
IRR < SOCC dikatakan bahwa proyek tidak layak.
Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung dulu NPV1 dan NPV2
dengan cara coba-coba. Jika NPV1 bernilai positif maka discount factor kedua
harus lebih besar dari SOCC, dan sebaliknya.
Dari percobaan tersebut maka IRR berada antara nilai NPV positif dan NPV
negatif yaitu pada NPV = 0.
Rumus: NPV1
IRR i1 i2 i1
( NPV1 NPV2 )
dimana: i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 90
92. Analisis Kriteria Investasi
NPV1
IRR i1 i2 i1
( NPV1 NPV2 )
11.114
IRR 0,18 (0,24 0,18)
(11.114 48)
IRR 0,23974 23,97%
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa IRR 23,97% lebih besar dari
SOCC sebesar 18%, berarti proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 92
93. Analisis Kriteria Investasi
Dari Contoh 2, IRR merupakan tingkat bunga yang menyamakan antara harga beli
aset (Original outlays) dengan present value. Jadi untuk mendapatkan nilai PV=OO
harus dicari dengan menggunakan dua tingkat bunga. Tingkat bunga I menghasilkan
PV < OO dan tingkat bunga II menghasilkan PV > OO.
PV I dengan DF=18% menghasilkan Rp.69.100.059,- dan PV II dengan DF=14%
adalah:
20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 15.000.000
PV ...
(1 0,14) (1 0,14) 2 (1 0,14)3 (1 0,14)5 (1 0,15)5
PV 17.543.860 15.389.351 13.499.430 11.841.606 10.387.373 7.790.530
PV 76.452.149
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, maka:
i2 i1
IRR i1 ( PV1 OO)
PV2 PV1
18 14 IRR=14,79% lebih kecil
IRR 14 (76.452.149 75.000.000)( )
69.100.059 76.452.149 dari tingkat bunga yang
IRR 14 (1.452.149)(
4
)
berlaku (DF) yi 18%
7.352.090 berarti penggantian mesin
IRR 14 0,79 14,79% tidak layak.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 93
94. Analisis Kriteria Investasi
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara net benefit yang telah didiskon
positif (+) dengan net benefit yang telah didiskon negatif.
Rumus: n
N Bi ( )
i 1
NetB / C n
N Bi ( )
i 1
Jika: Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan Net
B/C = 1 (satu) berarti cash in flows = cash out flows
(BEP) atau TR=TC
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 94
96. Analisis Kriteria Investasi
n
N Bi ( )
i 1
NetB / C n
N Bi ( )
i 1
44.825.582
NetB / C 1,3703 1,37
32.711.870
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Net B/C > 1, berarti proyek
tersebut layak untuk dikerjakan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 96
97. Analisis Kriteria Investasi
4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah didiskon
dengan cost secara keseluruhan yang telah didiskon.
Rumus: n
B (1 r ) n
GrossB / C in 1
Ci (1 r ) n
i 1
Jika: Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan Gross B/C =
1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
Dari contoh 1 (tabel 2), Gross B/C dapat dihitung sbb:
69.077.839
GrossB / C 1,1917 1,19
57.964.101
Gross B/C menunjukkan bahwa proyek layak dikerjakan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 97
98. Analisis Kriteria Investasi
5. Profitability Ratio (PR)
PR adalah rasio perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi
dan pemeliharaan dengan jumlah investasi. Nilai dari masng-masing variabel
dalam bentuk present value (telah didiskon dengan DF dari SOCC)
Rumus:
n n
B OM i
i 1 i 1
PR n
Ii
i 1
Jika: PR > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
PR < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan
PR = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 98
99. Analisis Kriteria Investasi
Tabel 5: Jumlah Investasi, Biaya Operasi, dan Biaya Pemeliharaan dalam Harga Berlaku
dan dalam Present Value (dalam Rp.000,-)
Thn Investasi Biaya Benefit Net ī OM B
Operasi 18%
0 20.000 - - 1,0000 -20.000 - -
1 15.000 - - 0,8475 -12.712 - -
2 - 5.000 10.000 0,7182 - 3.591 7.182
3 - 6.000 12.000 0,6086 - 3.651 7.303
4 - 6.000 14.000 0,5158 - 3.095 7.221
5 - 7.000 17.000 0,4371 - 3.060 7.431
6 - 7.000 21.000 0,3704 - 2.593 7.778
7 - 8.000 25.000 0,3139 - 2.511 7.848
8 - 9.000 30.000 0,2660 - 2.394 7.980
9 - 10.000 36.000 0,2255 - 2.255 8.118
10 - 11.000 43.000 0,1911 - 2.102 8.217
32.712 25.253 69.078
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 99
100. Analisis Kriteria Investasi
n n
Bi OM i
i 1 i 1
PR n
Ii
i 1
69.078 25.253
PR 1,3397 1,34
32.712
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PR > 1, berarti proyek tersebut
layak untuk dikerjakan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 100
101. Analisis Kriteria Investasi
ANALISIS PAY BACK PERIOD DAN BEP
1. Pay Back Period (PBP)
PBP adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus
penerimaan (cash in flows) yang secara kumulatif sama dengan jumlah investasi
dalam bentuk present value.
PBP digunakan untuk mengetahui berapa lama proyek dapat mengembalikan
investasi.
Rumus:
n n
Dimana:
Ii Bicp 1 PBP = Pay Back Period
Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP
PBP Tp 1 i 1 i 1
Bp Ii = Jumlah investasi telah didiskon
Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah didiskon
sebelum PBP
Bp = Jumlah benefit pada PBP
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 101
102. Analisis Kriteria Investasi
Dari Tabel 5, PBP dapat dihitung sbb:
32.712 29.137
PBP 5
7.778
PBP 5 0,4596
PBP = 5 tahun 5 bulan 15 hari.
Untuk nilai Tp-1 dihitung secara kumulatif dari nilai benefit yang telah didiskon
(7.182+7.303+7.221+7.431=29.137) karena pada tahun kelima terdapat
kumulatif benefit di bawah jumlah investasi yang telah didiskon.
Nilai Bp yaitu jumlah benefit pada PBP adalah sebesar 7.778, berarti pada tahun
keenam terdapat jumlah kumlatif benefit sama dengan jumlah investasi.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 102
103. Analisis Kriteria Investasi
2. Break Even Point (BEP)
BEP adalah titik pulang pokok dimana TR=TC.
Terjadinya BEP tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat
menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya modal lainnya.
Selama perusahaan masih berada di bawah BEP, selama itu perusahaan masih
menderita kerugian. Semakin lama perusahaan mencapai BEP, semakin besar
saldo rugi.
Rumus:
n n
Dimana:
TCi Bicp BEP = Break Even Point
1
BEP Tp i 1 i 1 Tp-1 = Tahun sebelum terdapat BEP
1
Bp TCi = Jumlah total cost yang telah didiskon
Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah didiskon
sebelum BEP
Bp = Jumlah benefit pada BEP
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 103
104. Analisis Kriteria Investasi
Dari Tabel 2 dan Tabel 5, BEP dapat dihitung sbb:
57.966 52.745
BEP 8
8.118
BEP 8 0,6431
BEP = 8 tahun 7 bulan 22 hari.
Dilihat dari jumlah produksi: Dimana:
TR = p x q dan TC = a + bq a=fixed cost
pada keadaaan BEP: TR = TC → p.q = a + bq b= biaya var per unit
p.q – bq = a → q (p-b) = a p=harga per unit
q = a/(p-b) q=jumlah produksi
BEP(Q) = a/(p-b)
BEP(RP) = a/(1 – b/p) → BEP dalam rupiah adalah dengan
mengalikan dengan harga per unit produksi
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 104
105. Analisis Kriteria Investasi
PV,I,C,B
TR
BEP TC
57.965
PBP I
32.712
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun
Grafik 1. BEP
Pada grafik tsb terlihat keuntungan didapat setelah perusahaan mencapai BEP.
Di bawah BEP kegiatan mengalami kerugian karena keuntungan yang diperoleh
masih digunakan menutupi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan investasi
dan biaya operasi.
Jadi, pengembalian biaya modal dan biaya lain dicapai selama 8 th 7 bln dan 22 hr.
PBP selama 5 th 5 bln 15 hr, pada saat TR=I sebesar Rp.32.712 dlm present value.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 105
106. Analisis Kriteria Investasi
CONTOH KASUS
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan thd sebuah gagasan usaha pembangunan
perusahaan batu bata diperoleh data sbb:
1.a. Kebutuhan investasi
- Bangunan utk tempat kerja ukuran
10x20 m x Rp 7.500,- Rp. 1.400.000,-
- Bangunan kantor 5x4 m x Rp 10.000,- Rp. 200.000,-
- Peralatan kantor Rp. 100.000,-
- Bangunan/dapur pembakar
8x6 m x Rp 12.000,- Rp. 576.000,-
- Peralatan pencetak dari kayu Rp. 20.000,-
- Tanah lokasi usaha 500m2
dengan harga @ Rp 7.000,- Rp. 3.500.000,-
b. Kebutuhan modal kerja Rp. 2.500.000,-
Jumlah Rp. 8.296.000,-
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 106
107. Analisis Kriteria Investasi
2. Sumber dana direncanakan melalui kredit bank sebesar Rp 6.000.000,- dengan suku
bunga 18% per tahun dan dimajemukkan setiap tahun selama 5 tahun. Sisa modal
sebesar Rp 2.296.000,- merupakan modal sendiri.
3. Kapasitas produksi (full capacity) per tahun sebesar 100.000 unit yang dilakukan
dalam 4 kali pembakaran dan setiap 1 kali pembakaran sebanyak 25.000 unit. Rencana
produksi pada tahun pertama dan kedua sebesar 75% dan tahun ketiga sampai
dengan tahun kelima sebesar 100%.
4. Biaya operasi dan pemeliharaan
a. Biaya tidak tetap
- Biaya bahan baku per unit produksi diterima di tempat usaha
diperhitungkan sebesar Rp. 5,-
- Biaya bahan pembantu per unit produksi diperkirakan sebesar Rp 3,-
- Upah tenaga kerja langsung diperhitungkan per unit produksi Rp 6,-
- Biaya bahan kayu bakar pd setiap pembakaran sebesar Rp80.000,-
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 107
108. Analisis Kriteria Investasi
b. Biaya tetap
- Gaji karyawan tetap 1 orang per bulan Rp 75.000,-
- Biaya umum rata-rata per tahun Rp 30.000,-
- Biaya penyusutan rata-rata per tahun diperhitungkan Rp 459.200,-
- Nilai scrap value asset pada akhir tahun kelima Rp 4.500.000,-
- Biaya perawatan per tahun rata-rata Rp 75.000,-
5. Harga jual hasil produksi sesuai dengan harga pasar Rp 65,- per unit dan pajak
diperhitungkan sebesar 15% dari hasil net benefit.
Berdasarkan pada kasus di atas, apakah gagasan usaha ini layak untuk dikembangkan bila
dilihat dari NPV, IRR, dan Net B/C?
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 108
109. Analisis Kriteria Investasi
Penyelesaian:
• Cicilan pengembalian pokok pinjaman dan bunga bank dari jumlah pinjaman
sebesar Rp 6.000.000,-
0,18
R 6.000 .000 Rp1.918 .670
{1 (1 0,18 ) 5 }
• Jadwal pelunasan kredit terlihat pada tabel K.1, rekapitulas biaya operasi dan
pemeliharaan pada tabel K.2, perhitungan NPV dapat dilihat pada tabel
K.3, perhitungan IRR dan Net B/C terlihat pada tabel K.4.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 109
110. Analisis Kriteria Investasi
Tabel K.1 Jadwal pengembalian Kredit Perusahaan Batu Bata (Rp Ribuan)
Akhir Kwt Cicilan/Tahun Bunga (18%) P.Pokok Jumlah PPP Sisa Kredit
Pinjaman
0 - - - - 6.000,00
1 1.918,67 1.080,00 838,67 838,67 5.161,33
2 1.918,67 929,04 989,63 1.828,30 4.171,70
3 1.918,67 750,91 1.167,76 2.996,06 3.003,94
4 1.918,67 540,71 1.377,96 4.374,03 1.625,97
5 1.918,67 292,68 1.625,99 6.000,02 0,00
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 110
111. Analisis Kriteria Investasi
Tabel K.2 Rekapitulasi Biaya Operasi dan Biaya Pemeliharaan Perusahaan Batu Bata (Rp
Ribuan)
Tahun
Jenis Biaya
1 2 3 4 5
A. Biaya Tdk Tetap 1.290,00 1.290,00 1.720,00 1.720,00 1.720,00
1. Bahan baku 375,00 375,00 500,00 500,00 500,00
2. Bahan Pembantu 225,00 225,00 300,00 300,00 300,00
3. Upah Tenega Kerja 450,00 450,00 600,00 600,00 600,00
4. Bahan Bakar Kayu 240,00 240,00 320,00 320,00 320,00
B. Biaya Tetap 1.464,20 1.464,20 1.464,20 1.464,20 1.464,20
5. Biaya gaji 900,00 900,00 900,00 900,00 900,00
6. Biaya Umum 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
7. Biaya Penyusutan 459,20 459,20 459,20 459,20 459,20
8. Biaya Perawatan 75,00 75,00 75,00 75,00 75,00
Total Biaya 2.754,20 2.754,20 3.184,20 3.184,20 3.184,20
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 111
112. Analisis Kriteria Investasi
Tabel K.3 Persiapan Perhitungan NPV Perusahaan Batu Bata (Rp Ribuan)
Tahun
No. Uraian
0 1 2 3 4 5
1. Pendapatan
a. Hasil Usaha - 4.875,00 4.875,00 6.500,00 6.500,00 6.500,00
b. Salvage Value - - - - - 4.500,00
Gross Benefit - 4.875,00 4.875,00 6.500,00 6.500,00 11.000,00
2. Investasi Awal 2.296,00 - - - - -
3. Operating Cost - 2.754,20 2.754,20 3.184,20 3.184,20 3.184,20
Kredit Bank
a. Pokok pinjaman - 838,67 989,63 1.167,76 1.377,96 1.625,99
b. Bunga bank
- 1.080,00 929,04 750,91 540,71 292,68
Total Cost
2.296,00 4.672,87 4.672,87 5.102,87 5.102,87 5.102,87
4. Net Benefit -2.296,00 202,13 202,13 1.397,13 1.397,13 5.897,13
5. Pajak 15% - 30,22 30,32 209,57 209,57 884,57
6. Net Benefit -2.296,00 171,81 171,81 1.187,56 1.187,56 5.012,56
7. DF 18% 1,0000 0,8475 0,7182 0,6086 0,5158 0,4371
Present Value (PV) -2.296,00 145,60 123,39 722,79 612,53 2.191,04
NPV = Total PV 1.499,35
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 112
114. Analisis Kriteria Investasi
1.499,35
IRR 0,18 ( )(0,34 0,18)
1.499,35 50,00
IRR 0,3348 33,48%
n
N Bi ( )
i 1
NetB / C n
N Bi ( )
i 1
3.795,35
NetB / C 1,65
2.296,00
Berdasarkan pada hasil perhitungan, proyek ini layak untuk dikerjakan karena:
NPV > 0, IRR > D.F dan Net B/C > 1
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 114
115. Analisis Kriteria Investasi
n
N Bi ( )
i 1
NetB / C n
N Bi ( )
i 1
44.825.582
NetB / C 1,3703 1,37
32.711.870
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Net B/C > 1, berarti proyek
tersebut layak untuk dikerjakan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 115
116. Analisis Kriteria Investasi
4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah didiskon
dengan cost secara keseluruhan yang telah didiskon.
Rumus: n
B (1 r ) n
GrossB / C in 1
Ci (1 r ) n
i 1
Jika: Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan Gross B/C =
1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
Dari contoh 1 (tabel 2), Gross B/C dapat dihitung sbb:
69.077.839
GrossB / C 1,1917 1,19
57.964.101
Gross B/C menunjukkan bahwa proyek layak dikerjakan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 116
117. Analisis Kriteria Investasi
5. Profitability Ratio (PR)
PR adalah rasio perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi
dan pemeliharaan dengan jumlah investasi. Nilai dari masng-masing variabel
dalam bentuk present value (telah didiskon dengan DF dari SOCC)
Rumus:
n n
B OM i
i 1 i 1
PR n
Ii
i 1
Jika: PR > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
PR < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan
PR = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 117
118. Analisis Kriteria Investasi
Tabel 5: Jumlah Investasi, Biaya Operasi, dan Biaya Pemeliharaan dalam Harga Berlaku
dan dalam Present Value (dalam Rp.000,-)
Thn Investasi Biaya Benefit Net ī OM B
Operasi 18%
0 20.000 - - 1,0000 -20.000 - -
1 15.000 - - 0,8475 -12.712 - -
2 - 5.000 10.000 0,7182 - 3.591 7.182
3 - 6.000 12.000 0,6086 - 3.651 7.303
4 - 6.000 14.000 0,5158 - 3.095 7.221
5 - 7.000 17.000 0,4371 - 3.060 7.431
6 - 7.000 21.000 0,3704 - 2.593 7.778
7 - 8.000 25.000 0,3139 - 2.511 7.848
8 - 9.000 30.000 0,2660 - 2.394 7.980
9 - 10.000 36.000 0,2255 - 2.255 8.118
10 - 11.000 43.000 0,1911 - 2.102 8.217
32.712 25.253 69.078
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 118
119. Analisis Kriteria Investasi
n n
Bi OM i
i 1 i 1
PR n
Ii
i 1
69.078 25.253
PR 1,3397 1,34
32.712
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PR > 1, berarti proyek tersebut
layak untuk dikerjakan.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 119
120. Analisis Kriteria Investasi
ANALISIS PAY BACK PERIOD DAN BEP
1. Pay Back Period (PBP)
PBP adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus
penerimaan (cash in flows) yang secara kumulatif sama dengan jumlah investasi
dalam bentuk present value.
PBP digunakan untuk mengetahui berapa lama proyek dapat mengembalikan
investasi.
Rumus:
n n
Dimana:
Ii Bicp 1 PBP = Pay Back Period
Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP
PBP Tp 1 i 1 i 1
Bp Ii = Jumlah investasi telah didiskon
Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah didiskon
sebelum PBP
Bp = Jumlah benefit pada PBP
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 120
121. Analisis Kriteria Investasi
Dari Tabel 5, PBP dapat dihitung sbb:
32.712 29.137
PBP 5
7.778
PBP 5 0,4596
PBP = 5 tahun 5 bulan 15 hari.
Untuk nilai Tp-1 dihitung secara kumulatif dari nilai benefit yang telah didiskon
(7.182+7.303+7.221+7.431=29.137) karena pada tahun kelima terdapat
kumulatif benefit di bawah jumlah investasi yang telah didiskon.
Nilai Bp yaitu jumlah benefit pada PBP adalah sebesar 7.778, berarti pada tahun
keenam terdapat jumlah kumlatif benefit sama dengan jumlah investasi.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 121
122. Analisis Kriteria Investasi
2. Break Even Point (BEP)
BEP adalah titik pulang pokok dimana TR=TC.
Terjadinya BEP tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat
menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya modal lainnya.
Selama perusahaan masih berada di bawah BEP, selama itu perusahaan masih
menderita kerugian. Semakin lama perusahaan mencapai BEP, semakin besar
saldo rugi.
Rumus:
n n
Dimana:
TCi Bicp BEP = Break Even Point
1
BEP Tp i 1 i 1 Tp-1 = Tahun sebelum terdapat BEP
1
Bp TCi = Jumlah total cost yang telah didiskon
Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah didiskon
sebelum BEP
Bp = Jumlah benefit pada BEP
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 122
123. Analisis Kriteria Investasi
Dari Tabel 2 dan Tabel 5, BEP dapat dihitung sbb:
57.966 52.745
BEP 8
8.118
BEP 8 0,6431
BEP = 8 tahun 7 bulan 22 hari.
Dilihat dari jumlah produksi: Dimana:
TR = p x q dan TC = a + bq a=fixed cost
pada keadaaan BEP: TR = TC → p.q = a + bq b= biaya var per unit
p.q – bq = a → q (p-b) = a p=harga per unit
q = a/(p-b) q=jumlah produksi
BEP(Q) = a/(p-b)
BEP(RP) = a/(1 – b/p) → BEP dalam rupiah adalah dengan
mengalikan dengan harga per unit produksi
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 123
124. Analisis Kriteria Investasi
PV,I,C,B
TR
BEP TC
57.965
PBP I
32.712
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun
Grafik 1. BEP
Pada grafik tsb terlihat keuntungan didapat setelah perusahaan mencapai BEP.
Di bawah BEP kegiatan mengalami kerugian karena keuntungan yang diperoleh
masih digunakan menutupi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan investasi
dan biaya operasi.
Jadi, pengembalian biaya modal dan biaya lain dicapai selama 8 th 7 bln dan 22 hr.
PBP selama 5 th 5 bln 15 hr, pada saat TR=I sebesar Rp.32.712 dlm present value.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 124
125. Analisis Kriteria Investasi
CONTOH KASUS
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan thd sebuah gagasan usaha pembangunan
perusahaan batu bata diperoleh data sbb:
1.a. Kebutuhan investasi
- Bangunan utk tempat kerja ukuran
10x20 m x Rp 7.500,- Rp. 1.400.000,-
- Bangunan kantor 5x4 m x Rp 10.000,- Rp. 200.000,-
- Peralatan kantor Rp. 100.000,-
- Bangunan/dapur pembakar
8x6 m x Rp 12.000,- Rp. 576.000,-
- Peralatan pencetak dari kayu Rp. 20.000,-
- Tanah lokasi usaha 500m2
dengan harga @ Rp 7.000,- Rp. 3.500.000,-
b. Kebutuhan modal kerja Rp. 2.500.000,-
Jumlah Rp. 8.296.000,-
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 125
126. Analisis Kriteria Investasi
2. Sumber dana direncanakan melalui kredit bank sebesar Rp 6.000.000,- dengan suku
bunga 18% per tahun dan dimajemukkan setiap tahun selama 5 tahun. Sisa modal
sebesar Rp 2.296.000,- merupakan modal sendiri.
3. Kapasitas produksi (full capacity) per tahun sebesar 100.000 unit yang dilakukan
dalam 4 kali pembakaran dan setiap 1 kali pembakaran sebanyak 25.000 unit. Rencana
produksi pada tahun pertama dan kedua sebesar 75% dan tahun ketiga sampai
dengan tahun kelima sebesar 100%.
4. Biaya operasi dan pemeliharaan
a. Biaya tidak tetap
- Biaya bahan baku per unit produksi diterima di tempat usaha
diperhitungkan sebesar Rp. 5,-
- Biaya bahan pembantu per unit produksi diperkirakan sebesar Rp 3,-
- Upah tenaga kerja langsung diperhitungkan per unit produksi Rp 6,-
- Biaya bahan kayu bakar pd setiap pembakaran sebesar Rp80.000,-
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 126
127. Analisis Kriteria Investasi
b. Biaya tetap
- Gaji karyawan tetap 1 orang per bulan Rp 75.000,-
- Biaya umum rata-rata per tahun Rp 30.000,-
- Biaya penyusutan rata-rata per tahun diperhitungkan Rp 459.200,-
- Nilai scrap value asset pada akhir tahun kelima Rp 4.500.000,-
- Biaya perawatan per tahun rata-rata Rp 75.000,-
5. Harga jual hasil produksi sesuai dengan harga pasar Rp 65,- per unit dan pajak
diperhitungkan sebesar 15% dari hasil net benefit.
Berdasarkan pada kasus di atas, apakah gagasan usaha ini layak untuk dikembangkan bila
dilihat dari NPV, IRR, dan Net B/C?
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 127
128. Analisis Kriteria Investasi
Penyelesaian:
• Cicilan pengembalian pokok pinjaman dan bunga bank dari jumlah pinjaman
sebesar Rp 6.000.000,-
0,18
R 6.000 .000 Rp1.918 .670
{1 (1 0,18 ) 5 }
• Jadwal pelunasan kredit terlihat pada tabel K.1, rekapitulas biaya operasi dan
pemeliharaan pada tabel K.2, perhitungan NPV dapat dilihat pada tabel K.3,
perhitungan IRR dan Net B/C terlihat pada tabel K.4.
Krisdinar Sumadja-Faperta Unbar 128