4. Pada asesmen tradisional, tes dapat dibuat oleh orang yang
tidak terlibat dalam pembelajaran, asalkan orang tersebut
mengetahui tentang Kompetensi Dasar (KD) yang akan
dicapai, menguasai materi yang diajarkan serta mempunyai
keterampilan dalam membuat tes.
Menyadari kelemahan yang ada pada tes, beberapa ahli
pendidikan berupaya untuk mengintegrasikan kegiatan
penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran melalui
proses penilaian yang dikenal dengan nama asesmen
alternatif.
5. Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan asesmen
diantaranya
Traditional assessment
Performance assessment
Authentic assessment
Portfolio assessmen
Achievement assessment
Alternative assessment
6. • Hanya mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan satu jenis alat ukur
Traditional
Assesment
• Asesmen yang menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya baik
pengetahuan atau keterampilan dalam bentuk kinerja nyata yang ditunjukkan dalam
bentuk penyelesaian suatu tugas, bukan hanya menjawab atau memilih jawaban yang
sudah tersedia
Performance
Assessment
• Asesmen yang menuntut siswa mampu menerapkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam kehidupan nyata di luar sekolah
Authentic
Assessment
7. • Kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang
menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang
dilakukan siswa dari waktu ke waktu
Portfolio
Assesment
• Semua usaha untuk mengatur, mengetahui dan mendeskripsikan hasil
belajar siswa baik yang dilakukan dengan tes tertulis, asesmen kinerja,
portofolio dan semua usaha untuk memperoleh informasi
Achievement
Assessment
• Asesmen yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis
Alternative
Assessment
8. Asesmen alternatif tidak hanya menilai hasil belajar,
tetapi dapat memberi informasi secara lengkap tentang
proses pembelajaran.
Asesmen alternatif tidak hanya menilai produk belajar
saja, melainkan juga menilai proses belajar untuk
menghasilkan produk tersebut
Asesmen alternatif dilaksanakan berdasarkan teori
belajar khususnya dari aliran psikologi kognitif
9. Teori belajar yang digunakan sebagai landasan
dalam pelaksanaan asesmen alternatif
Teori Fleksibilitas kognitif
dari Spiro (1990) yang
menyatakan bahwa belajar
akan menghasilkan
kemampuan secara
dalam melakukan
restrukturisasi pengetahuan
yang telah dimiliki untuk
merespon kenyataan/situasi
yang dihadapi
Teori belajar Bruner (1966)
menyatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses
aktif yang dilakukan siswa
dengan cara
mengkonstruksi sendiri
gagasan baru/konsep baru
atas dasar konsep,
pengetahuan, dan
pengetahuan yang dimiliki.
Generative Learning Model
dari Osborne dan Wittrock
(1983) menyatakan bahwa
dalam belajar, siswa harus
aktif memaknai apa yang
sedang dipelajarinya.
Experiential Learning
Theory dari C. Rogers
(1969) yang menyatakan
bahwa siswalah yang aktif
dalam belajar sedangkan
guru hanya sebagai
fasilitator
Multiple Intelligent Theory
dari Howard Gardner
(1983), menyatakan bahwa
intelegensia merupakan
kemampuan seseorang
yang digunakan untuk
memecahkan masalah atau
kemampuan untuk
menunjuk suatu produk
yang dihargai oleh
satu/lebih budaya
10. Keunggulan dari Asesmen Alternatif
Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan
yang tidak dapat dinilai dengan asesmen tradisional
Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki, langsung dan lengkap.
Meningkatkan motivasi siswa
Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata
Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfevaluation
Membantu guru untuk menilai efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan
Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar
13. Bentuk utama dari asesmen
kinerja
Kriteria Penskoran (Rubrik): pedoman
pemberian skor (guidance score)
digunakan untuk menilai mutu
kinerja/hasil kinerja siswa
Tugas (Task): meminta anak
untuk melakukan
sesuatu/menunjukkan
kinerjanya sesuai dengan
tugas yang diberikan oleh
guru
14. Computer adaptive testing
Tes pilihan ganda yang diperluas
Tes uraian terbuka (open ended question)
Tugas individu
Tugas kelompok
Proyek
Interview
Pengamatan
Jenis
tagihan:
15. Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru
dalam menyusun tugas
Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa
setelah mereka mengerjakan tugas tersebut
Merancang tugas yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan
kemampuannya dalam berpikir dan keterampilan
Menetapkan kriteria keberhasilan
16. Menentukan konsep, keterampilan, dan kinerja yang akan dinilai
Merumuskan/mendefinisikan serta menentukan urutan konsep dan atau keterampilan yang akan
dinilai ke dalam rumusan yang menggambarkan kinerja siswa
Menentukan tugas yang akan dinilai
Menentukan skala yang akan digunakan
Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan
Melakukan uji coba
Melakukan revisi berdasarkan hasil uji coba
Langkah yang
perlu
diperhatikan
dalam
pengembangan
rubric menurut
Donna Szpyrka
dan Ellyn B.
Smith, dalam
Zainul A. (2001)
17. Langkah yang
perlu diperhatikan
dalam
pengembangan
rubric menurut
CPS (Chicago
Public School)
Guru bersama teman sejawat menentukan dimensi kerja yang
akan dinilai
Cocokkan dimensi kerja tersebut dengan kinerja siswa secara
riil dilapangan untuk melihat kesesuaiannya
Revisilah dimensi-dimensi kinerja tersebut sehingga menjadi
lebih tepat
Setelah itu definisikanlah setiap dimensi kinerja tersebut
Menentukan skala dari dimensi kinerja yang akan dinilai
Lakukan penilaian terhadap rubric tersebut
Lakukan uji coba untuk mengetahui apakah rubric tersebut
dapat digunakan atau tidak
Jika rubric sudah dianggap baik, lakukan sosialisai dengan
melibatkan pihak terkait
18. Berdasarkan kegunaan
rubric dibedakan
menjadi
Holistic rubric : rubric
yang dimensi kinerjanya
dibuat secara umum
Analytic rubric : rubric
yang dimensi kinerjanya
dibuat lebih detail,
demikian pula deskripsi
setiap aspek kinerjanya