1. Oleh : Tasya Prawilia Hapsari
INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK
2. Pengertian Penilaian Autentik
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna
secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah
asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran,
pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan
sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna
secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda
terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen
autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar
peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan
mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
3. Jenis-jenis Penilaian Autentik
(Authentic Assessment)
a. Penilaian Kinerja :
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan
partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses
dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik
menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan
mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi
ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap
kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif
maupun laporan kelas.
4. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1.) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau
tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang
harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan
dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan
oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari
laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik
memenuhi standar yang ditetapkan.
3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan
menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik
sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.
4) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru
dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu,
dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari
memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau
belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup
dianjurkan.
5. b. Penilaian diri (self assessment) :
Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotor.
1) Penilaian ranah sikap.
2) Penilaian ranah keterampilan.
3) Penilaian ranah pengetahuan.
6.
7. c. Penilaian proyek (project assessment)
1) Keterampilan peserta didik dalam memilih
topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah
dan menganalisis, memberi makna atas informasi
yang diperoleh, dan menulis laporan.
2) Kesesuaian atau relevansi materi
pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan
oleh peserta didik.
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek
pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik.
8.
9. d. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah seperti berikut ini.
1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2) Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang
akan dibuat.
3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di
bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik
pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal
pengumpulannya.
5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas
bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil
penilaian portofolio.
10.
11. e. Penilaian Tertulis
Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban
dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-
salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian
atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka
memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena
kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan,
atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan
melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama,
asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis
pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas
(restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh
guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil
belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
12. Karakteristik dari Penilaian
Autentik (Authentic Assessment)
1. Tugas Autentik
Tugas otentik merupakan suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau
menampilkannya dianggap autentik apabila: (i) siswa diminta untuk
mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang
tersedia; (ii) tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang dihadapkan
dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya.
Terdapat lima kriteria task untuk penilaian autentik, yaitu: 1) tugas tersebut
bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2) tugas disusun bersama atau
melibatkan siswa; 3) tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan
menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal
tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil
dengan jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau
melakukan.
Ada dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam penilaian autentik,
yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Selanjutnya ada lima
dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang autentik
pada pembelajaran sains. Pertama, length atau lama waktu pengerjaan tugas.
Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui siswa. Ketiga, partisipasi
individu, kelompok atau kombinasi keduanya. Keempat, fokus evaluasi: pada
produk atau pada proses. Kelima, keragaman cara-cara komunikatif yang dapat
digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.
13. 2. Tipe Tugas Autentik
Tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk, yakni:
a. computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang
menuntut peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat
menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata;
b. tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan
terhadap jawaban yang dipilih;
c. extended response atau open ended question juga dapat
digunakan;
d. group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau
individual performance assessment (tugas perorangan);
e. interview berupa pertanyaan lisan dari asesor; observasi
partisipatif;
f. portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa;
g. projek, expo atau demonstrasi;
h. constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri
jawabannya.
14. 3. Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau
penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya
akan diuraikan tentang “rubrics”. Rubrics merupakan alat pemberi
skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas.
Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa komponen,
yaitu: (i) dimensi, (ii) definisi dan contoh, (iii) skala, dan (iv) standar.
Dimensi akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa. Definisi dan
contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. Skala
ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi,
sedangkan standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja.
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah disusun sebaik-
baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang
sudah disusun itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk
menilai kinerja siswa dalam bidang tertentu. Dari satu tugas bisa
saja disusun lebih dari satu rubrik. Oleh karena itu perlu pula
dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik.
15. 4. Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang
umum digunakan dalam penilaian autentik atau
penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor.
Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa
pada masing-masing level dari suatu penampilan.
Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam
perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor
digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek
yang dinilai. Selain itu descriptor juga membantu
penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif.
16. Langkah-langkah dalam Menciptakan
Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Langkah 1 Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum
(goal)
Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan
dapat dilakukan siswa, tetapi ruang lingkupnya lebih
sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum.
Biasanya standar merupakan satu pernyataan singkat
yang harus diketahui atau mampu dilakukan siswa pada
poin tertentu. Agar operasional, rumusan standar
hendaknya dapat diobservasi dan dapat diukur. Contoh:
siswa mampu menjumlah dua digit angka dengan benar;
menjelaskan proses fotosintesis; mengidentifikasi sebab
dan akibat perang mikroba; menggunakan pinhole camera
untuk menciptakan “kertas” positif dan “kertas” negatif.
17. Langkah 2 Memilih suatu tugas autentik
- Dalam memilih tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat, dan mengkaji
kenyataan (dunia) sesungguhnya.
Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
- Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas. Apabila terdapat
sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan
urutan) atau tidak.
Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)
a. Menyiapkan suatu rubrik analitis
Dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Deskriptor merupakan
karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu, seperti
observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan
hasil observasi.
b. Menyiapkan suatu rubrik yang holistic
Dalam rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang
telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara
keseluruhan.
c. Mencek rubrik yang telah dibuat
Untuk keperluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita
meminta kepada rekan kerja sesama guru untuk merevieuwnya, atau
meminta siswa mengenai kejelasannya.
18. Sebagai contoh, dalam presentasi dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut.
Aspek Persentasi Oral
Kriteria Penilaian Presentasi Oral
Penguasaan (Mastery)
· Selalu melakukan kontak pandang
· Volume selalu sesuai
· Antusiasme hadir selama presentasi
· Rangkuman sangat akurat
Kemahiran (Proficiency)
- Biasanya melakukan kontak pandangan
- Volume biasanya sesuai
- Antusiasme muncul pada kebanyakan presentasi
- Hanya 1-2 kesalahan dalam rangkuman
Pengembangan
+ Kadang-kadang melakukan kontak pandangan
+ Volume kadang-kadang memadai
+ Sewaktu-waktu antusiasme dalam presentasi
+ Beberapa kesalahan dalam rangkuman
Ketidakakuratan
= Tak pernah atau jarang melakukan kontak pandangan
= Volume tidak memadai
= Jarang tampak antusiasme dalam presentasi
= Banyak kekeliruan dalam rangkuman