1. JOURNAL READING
Dampak program pengendalian resistensi antibiotik: sebelum dan sesudah pelatihan
penggunaan antibiotik pada anak-anak dengan demam tifoid
Elfrida A. Rachmah1, Maftuchah Rochmanti2, Dwiyanti Puspitasari3
Disusun oleh :
Julsyawiah Novthalia
22010119220059
Dosen Mentor :
dr. Mulyono, M.Si.Med., Sp.A
3. Latar belakang :
Antibiotik adalah pengobatan utama pada demam tifoid. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
menyebabkan resistensi terhadap antitibiotik. Pada 2012, Rumah Sakit Dr. Soetomo mengadakan
pelatihan terhadap residen anak mengenai penggunaan antibiotik yang tepat untuk mengurangi
resistensi terhadap antitibiotik
Tujuan :
Untuk mengevaluasi dampak dari program pelatihan penggunaan antibiotik yang rasional terhadap
residen anak pada peresepan antibiotik mereka untuk pasien dengan demam tifoid.
Metode :
Penelitian analitik dilakukan secara cross-sectional. Kami mengumpulkan data dari anak-anak dengan
demam tifoid yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Soetomo, sebelum dan sesudah pelatihan peresepan
antibiotik. Resep antibiotik dievaluasi menggunakan algoritma Gyssens berdasarkan protokol lokal. Uji
chi-square digunakan untuk membandingkan kualitas resep antibiotik, sebelum (tahun 2012) dan setelah
(tahun 2013) pelatihan.
ABSTRAK
4. Hasil :
Empat puluh sembilan pasien dengan 67 resep pada 2012 dan 34 pasien dengan 48 resep pada 2013
memenuhi kriteria inklusi. Usia pasien berkisar antara 1-18 tahun. Diagnosis tifoid tanpa komplikasi dan
dengan komplikasi ditemukan masing-masing pada 74% dan 26% subjek penelitian. Lini pertama
(kloramfenikol, tiamfenikol, ampisilin, trimetroprim dan sulfametoksazol) dan lini kedua (seftriakson dan
sefiksim) masing-masing adalah 72% dan 28%. Semua pasien dipulangkan dalam kondisi baik.
Penggunaan antibiotik yang tepat dicatat pada 61% subjek pada 2012 dan pada 81% subjek pada 2013
(P = 0,036). Jenis kesalahan yang paling umum pada 2012 dan 2013 adalah ketidaktepatan dosis
(masing-masing 25% dan 17%).
ABSTRAK
5. Kesimpulan: Pelatihan tentang penggunaan antibiotik yang tepat secara signifikan meningkatkan
kualitas antibiotik yang diresepkan pada anak-anak dengan demam tifoid di Rumah Sakit Dr. Soetomo.
Kata kunci: penggunaan antitibiotik; algoritma Gyssens; resisten; Salmonella typhi; demam tifoid
ABSTRAK
7. LATAR BELAKANG
Demam tifoid -> penyakit
endemik di Indonesia
Menyerang anak berusia 3-19
tahun
Pengobatan antibiotik adalah
terapi utama untuk demam tifoid
Perkembangan strain S. typhi yang bersifat
multi drug resistant (MDR) telah dilaporkan di
India dan beberapa negara Asia lainnya
Evaluasi penggunaan antibiotik yang
dilakukan oleh AMRIN pada tahun 2008
penggunaan antibiotik yang tepat untuk
semua penyakit infeksi di Departemen Anak
Rumah Sakit Dr. Soetomo adalah 24%
program pelatihan pengendalian
resistensi antibiotik untuk mencegah
resistensi terhadap antibiotik melalui
pelatihan penggunaan antibiotik terhadap
residen anak pada peresepan antibiotik
demam tifoid
Masalah
TUJUAN
9. MATERIAL DAN METODE
Jenis Penelitian
Eksperimental
Lokasi Penelitian
Departemen Anak Rumah
Sakit Dr.Soetomo,
Surabaya, Jawa Timur
Waktu Penelitian
1 Januari 2012 hingga 31
Desember 2013
Pemilihan Sampel
Penelitian
Semua anak dengan demam tifoid
yang dirawat di Rumah Sakit
Dr.Soetomo, Surabaya, Jawa Timur
sejak 1 Januari 2012 hingga 31
Desember 2013 akibat infeksi
Salmonella thypi yang memenuhi
kriteria inklusi dan tidak masuk
kriteria ekslusi
10. Pasien dengan infeksi selain S. typhi (berdasarkan hasil kultur) dieksklusikan
Demam tifoid didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis (demam > 5 hari dan gangguan
gastrointestinal) dengan uji serologis positif (IgM salmonella Tubex ≥ 4 atau Widal ≥ 1/200).
Pelatihan Penggunaan antibiotik yang tepat diadakan pada bulan November 2012
Penelitian dibagi menjadi 2 kelompok:
1) pra-pelatihan (1 Januari - 31 Desember 2012 )
2) pasca pelatihan (1 Januari - 31 Desember 2013)
Ketepatan peresepan dibandingkan dengan Algoritma Gyssens
Kualitas penggunaan antibiotik -> persentase ketepatan atau tidak tepat dan dianalisis dengan uji
Chi-square
MATERIAL DAN METODE
11. MATERIAL DAN METODE
Algoritma Gyssens
Terdapat 6 kategori. :
- Sudah tepat (0)
- Indikasi tidak tepat (V)
- Pilihan tidak tepat (IV)
Pilihan yang tidak tepat dibagi menjadi empat subkategori: antibiotik yang
lebih efektif (IVa), antibiotik dengan toksisitas yang lebih rendah (IVb),
antibiotik yang lebih murah (IVc), dan antibiotik spektrum yang lebih
sempit (IVd).
- Durasi tidak tepat (III)
Durasi yang tidak tepat dibagi dalam dua subkategori: durasi terlalu lama
(IIIa) dan terlalu pendek (IIIb).
- Dosis tidak tepat (II)
Dosis yang tidak tepat dibagi dalam tiga subkategori: dosis yang tidak tepat
(IIa), interval yang tidak tepat (IIb), dan rute yang tidak tepat (IIc).
- Waktu tidak tepat (I).
13. HASIL PENELITIAN
Terdapat 128 anak dengan demam tifoid pada tahun 2012 dan 2013, tetapi hanya 83 pasien memenuhi
kriteria inklusi penelitian, yang terdiri dari 49 pasien dengan 67 resep pada tahun 2012 dan 34 pasien dengan
48 resep pada tahun 2013.
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian dengan demam tifoid
Karakteristik Tahun 2012
(n=49)
Tahun 2013
(n=34)
Jenis Kelamin, n
Laki laki 28 14
Perempuan 21 20
Usia, n
< 3 tahun 9 4
3 – 6 tahun 12 9
>6 tahun 28 21
Tes tifoid, n
Widal 5 2
Tubex 44 32
Keparahan tifoid, n
Tanpa komplikasi 38 23
Dengan
komplikasi
11 11
14. HASIL PENELITIAN
Tahun
Kualitas antibiotik yang digunakan Total
Tepat/Gyssens 0, n Tidak tepat/Gyssens I-V, n (N)
2012 41 26 67
2013 39 9 48
Tabel 2. Kualitas penggunaan antibiotik (Tepat atau tidak tepat) pada 2012 dan 2013
Kategori Gyssens Tahun 2012
n(%)
Tahun 2013
n(%)
0 41(61,2) 39(81,3)
I 1(1,5) 0
II a 17(25,4) 8(16,7)
II b 0 0
II c 0 0
III a 0 0
III b 0 0
IV a 7(10,4) 1(2,1)
IV b 1(1,5) 0
IV c 0 0
IV d 0 0
V 0 0
Total 67(100) 48(100)
Tabel 3. Kualitas penggunaan antibiotik sesuai dengan kategori Gyssens pada tahun 2012 dan 2013
Kualitas penggunaan antibiotik
pada tahun 2013 meningkat
secara signifikan dibandingkan
dengan tahun 2012 (P = 0,036).
15. HASIL PENELITIAN
Kategori Ampicillin Kloramfenikol Tiamfenikol Seftriakson Sefiksim
Gyssens 2012
(n=14)
2013
(n=8)
2012
(n=33)
2013
(n=20)
2012
(n=5)
2013
(n=3)
2012
(n=11)
2013
(n=4)
2012
(n=4)
2013
(n=3)
0 11 8 22 18 4 3 0 7 4 3
Tepat 11 8 22 18 4 3 0 7 4 3
I 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
II a 2 0 4 2 1 0 10 6 0 0
II b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
II c 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
III a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
III b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IV a 1 0 4 0 0 0 1 1 0 0
IV b 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
IV c 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IV d 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
V 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak
tepat
3 0 11 2 1 0 11 7 0 0
Tabel 4. Kualitas penggunaan antibiotik dalam kategori Gyssens berdasarkan tipe antibiotik pada tahun 2012 dan 2013
17. DISKUSI
● Indonesia -> kloramfenikol
● Sensitivitas antibiotik terhadap S. typhi pada populasi anak Indonesia baik, penelitian di
Departemen Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin -> sensitivitas S. typhi terhadap kloramfenikol
adalah 94,3-100%
● Penggunaan antibiotik yang tidak tepat -> resistensi antimikroba
Pelatihan mengenai penggunaan antibiotik yang tepat
(seminar, lokakarya, dan pemecahan masalah secara
interaktif dlm kel kecil)
18. DISKUSI
Kesalahan penggunaan antibiotik tahun 2012 dan 2013
Kategori Gyssens Tahun 2012
n(%)
Tahun 2013
n(%)
0 41(61,2) 39(81,3)
I 1(1,5) 0
II a 17(25,4) 8(16,7)
II b 0 0
II c 0 0
III a 0 0
III b 0 0
IV a 7(10,4) 1(2,1)
IV b 1(1,5) 0
IV c 0 0
IV d 0 0
V 0 0
Total 67(100) 48(100)
19. DISKUSI
Dosis yang tidak tepat
Kategori Gyssens Tahun 2012
n(%)
Tahun 2013
n(%)
0 41(61,2) 39(81,3)
I 1(1,5) 0
II a 17(25,4) 8(16,7)
II b 0 0
II c 0 0
III a 0 0
III b 0 0
IV a 7(10,4) 1(2,1)
IV b 1(1,5) 0
IV c 0 0
IV d 0 0
V 0 0
Total 67(100) 48(100)
Dosis ↓ = 7/67 Dosis ↓ = 2/48
• Dosis yang tidak tepat
(kurang/berlebih)
20. DISKUSI
Pemilihan antibiotik yang kurang tepat
Kategori Gyssens Tahun 2012
n(%)
Tahun 2013
n(%)
0 41(61,2) 39(81,3)
I 1(1,5) 0
II a 17(25,4) 8(16,7)
II b 0 0
II c 0 0
III a 0 0
III b 0 0
IV a 7(10,4) 1(2,1)
IV b 1(1,5) 0
IV c 0 0
IV d 0 0
V 0 0
Total 67(100) 48(100)
• IV a : Antibiotik alternatif
lain lebih efektif
(Peresepan antibiotik lini
kedua untuk tifoid tanpa
komplikasi dan lini
pertama untuk tifoid
dengan komplikasi)
• IVb: antibiotik alternatif
lain lebih tidak toksik
(Meresepkan
kloramfenikol pada anak
ADB)
22. KESIMPULAN
Terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas penggunaan antibiotik untuk pengobatan demam
tifoid anak antara tahun 2012 (pra pelatihan) dan 2013 (pasca pelatihan). Peningkatan ini terjadi
setelah pelatihan mengenai penggunaan antibiotik yang tepat, sebagai bagian dari program
pengendalian resistensi antimikroba di Rumah Sakit Dr. Soetomo.
Jenis kesalahan yang paling sering ditemukan pada tahun 2012 (sebelum dan selama pelatihan)
adalah dosis, pilihan, dan waktu yang tidak tepat. Tetapi pada tahun 2013 (setelah pelatihan),
kesalahan jauh lebih sedikit berupa dosis dan pilihan yang tidak tepat
24. CRITICAL APPRAISAL
Population
- Semua anak dengan demam tifoid
yang dirawat di Rumah Sakit
Dr.Soetomo, Surabaya, Jawa Timur
sejak 1 Januari 2012 hingga 31
Desember 2013
- 83 pasien anak yang memenuhi
kriteria inklusi yang terdiri dari 49
pasien anak dengan 67 resep pada
tahun 2012 dan 34 pasien anak
dengan 48 resep pada tahun 2013
PICO
Intervensi
Pelatihan penggunaan antibiotik pada
anak dengan demam tifoid (seminar,
lokakarya, dan pemecahan masalah secara
interaktif dalam kelompok kecil)
25. CRITICAL APPRAISAL
Comparisons
- pemilihan antibiotik yang tidak
tepat
- dosis antibiotik yang tidak tepat
- waktu antibiotik yang tidak tepat
PICO
Outcomes
Hasil penelitian ini dari 83 pasien anak dengan
demam tifoid yang memenuhi kriteria inklusi yang
terdiri dari 49 pasien anak dengan 67 resep pada
tahun 2012 kesalahan peresepan yang ditemukan
adalah ketidaktepatan dosis, pemilihan, dan
waktu sedangkan dari 34 pasien anak dengan 48
resep pada tahun 2013 kesalahan peresepan yang
ditemukan adalah ketidaktepatan dosis dan
pemilihan antibiotik saja. Penggunaan antibiotik
yang tepat dicatat pada 61% subjek pada 2012
dan pada 81% subjek pada 2013. Jenis kesalahan
yang paling umum pada 2012 dan 2013 adalah
ketidaktepatan dosis (masing-masing 25% dan
17%) )
26. CRITICAL APPRAISAL
Validity
- Fokus penelitian sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengevaluasi dampak dari program pelatihan penggunaan
antibiotik yang rasional terhadap residen anak pada peresepan antibiotik mereka untuk pasien dengan
demam tifoid di Rumah Sakit Dr. Soetomo
- Subjek penelitian adalah 83 pasien anak dengan demam tifoid yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian
dibagi berdasarkan waktu sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan penggunaan antibiotik pada anak
dengan demam tifoid yang terdiri dari 49 pasien anak dengan 67 resep pada tahun 2012 (sebelum pelatihan)
dan 34 pasien anak dengan 48 resep pada tahun 2013 (sesudah pelatihan)
- Data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian berupa karakteristik pasien (jenis kelamin, usia, lama
tinggal di rumah sakit, diagnosis laboratorium untuk demam tifoid, dan keparahan (demam tifoid tanpa
komplikasi atau dengan komplikasi)) dan data resep antibiotik (nama antibiotik, durasi terapi, dosis, interval,
rute, dan waktu peresepan).
- Penelitian ini memiliki sampel penelitian yang cukup yaitu 83 pasien anak dengan demam tifoid yang terdiri
dari 49 pasien anak dengan 67 resep pada tahun 2012 dan 34 pasien anak dengan 48 resep pada tahun 2013
yang telah memenuhi kriteria inklusi. Jumlah subjek cukup untuk meminimalisir bias.
- Analisis data penelitian dilakukan dengan cukup baik yaitu dengan menghitung persentase data penelitian.
Penyajian sudah menggunakan tabel sehingga memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian
VIA
27. CRITICAL APPRAISAL
Important
Penelitian ini penting karena dapat
diterapkan dalam penanganan klinis atau
dijadikan sebagai referensi dalam upaya
pengendalian resistensi antibiotik pada
anak terutama pada anak dengan demam
tifoid.
VIA
Applicable
penelitian ini dapat diterapkan atau
dijadikan sebagai referensi dalam upaya
pengendalian resistensi antibiotik pada
anak terutama pada anak dengan demam
tifoid.
28. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.
TERIMAKASIH
Mohon Bimbingannya dokter